Quantcast
Channel: Doyanbokep – Cerita Sex – Cerita Dewasa – Cerita Mesum
Viewing all 1024 articles
Browse latest View live

Cerita Sex: Pemuas Nafsu Saudara Tiri

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Pemuas Nafsu Saudara Tiri – Tanpa kusengaja dan tanpa kuharapkan semua ini terjadi bagai air mengalir namun amat memilukan hatiku. Namaku Rani Ameli usiaku 15 tahun saat ini, sebagai gadis remaja aku beruntung punya wajah dan body yang cantik, dengan rambut lurus panjang dan kulitku putuh mulus, ditambah lagi bola mataku yang indah serasa hampir sempurna penampilanku. Sehingga banyak cowok yang mencoba mendekatiku dan coba mencuri perhatianku. Namun tak satupun dari mereka yang bisa buat aku untuk menerima perhatian mereka sipencari cinta itu (bukan berarti aku tidak suka pacaran ).

cerita-sex-dijadikan-pemua-nafsu-225x300

Cerita Sex: Pemuas Nafsu Saudara Tiri

 
Sebelum aku menceritakan pengalaman pahit yang kualami, baiknya aku beritahu latar belakang keluargaku yang dulu serba kekurangan, aku adalah anak semata wayang, ayahku telah meninggal dunia karena sakit waktu aku usia 12 tahun, dan 5 bulan kemudian karena masalah ekonomi ibuku namanya Sadiem (usia 36tahun) menikah dengan duda usia 49 tahun dengan anak 2 laki-laki yang sudah dewasa, mereka adalah yang menjadi abang tiriku. Yang tertua bang Arif umur 28 tahun dan yang ke-2 bang Dani 26 tahun.
Dua-duanya masih melajang dan ternyata tidak menyukaiku hadir ditengah keluarga pak Wiro (ayah mereka dan menjadi ayah tiriku juga). Saat ibuku menikah dengan pak Wiro (pegawai PNS) aku baru saja lulus dari SD dan segera melanjut ke SMP yang ada dikotaku Medan Sunggal. Sementara bang Arif pengangguran dan bang Dani sudah bekerja sebagai security disebuah pabrik yang ada disekitar jalan Sunggal.
Hubungan ibuku dan ayah tiriku kian hari kian erat, dan ayah tiriku itu juga sangat sayang padaku dan sangat memanjakanku, karena pak Wiro tidak punya anak perempuan dan aku beruntung sangat dimanjakannya, dan ternyata hal itu membuat abang-abang tiriku manjadi iri dan akhirnya sangat membenciku, bahkan mereka gak segan-segan menempelengku walau hanya dengan masalah sepele yang aku buat.
Aku heran mengapa mereka gak sayang padaku padahal mereka gak punya adik perempuan dan harus nya mereka melindungiku dengan baik dan menyayangiku. Aku bukannya gak tau diri, aku juga nyadar kalo aku dan ibu hanya numpang dirumah mereka, dan aku juga tidak banyak meminta pada ayah, cuma beliau aja yang sangat sayang padaku dan suka membelikanku baju dan semua alat-alat sekolah yang kuperlukan.
Hari-hariku kujalani dengan ceria awalnya, selain memasuki ajaran baru sebagai siswi SMP dan aku juga merasa bahagia punya keluarga baru yang kehidupannya boleh dibilang cukup untuk keluarga sederhana seperti yang kami jalani waktu itu. Ibuku juga akhirnya punya kegiatan dengan bekerja sebagai penjaga kantin dikantor tempat ayah bekerja. Jadi tiap hari ayah dan ibu perginya bareng kalo berangkat kerja dan pulangnya juga bareng, pergi pagi jam 07 pulangnya sore jam 04 atau jam 05.
Aku sudah terbiasa pergi sekolah dengan naik angkot sendiri dan pulang sekolah juga gak dijemput. Yang selalu tinggal dirumah bang Arif karena dia nganggur gak ada kegiatan selain suka berolah raga dan pergaulannya juga agak buruk, suka mabuk dan pernah kata ayah kepergok makai narkoba. Kalo bang Dani walau punya pekerjaan tapi juga jarang pulang alias nginap dirumah temannya atau ntah dimana aku juga gak pernah tau.
Hingga suatu hari tibalah hal sangat memilukan pada diriku. Saat itu jam 02:30 sore, aku abis nyetrika seluruh pakain keluargaku, dan pakaian yang kusetrika akan kusimpan kelemari pakain masing-masing, pakain ibu dan ayah kusimpan ke lemari yang ada dikamar ayah dan ibu, pakaianku kusimpan dikamarku dan pakain abang-abangku kusimpan kekamar mereka (abangku ber-dua satu kamar). Terakhir aku akan menyimpan pakain abangku, aku melangkah kekamar bang Arif dan sungguh aku tidak menduga kalo didalam kamar ada orang, karena kutahu kalo sore biasanya bang Arif suka keluar dan jarang ada dirumah.
Kulihat pintu kamar tertutup tapi gak terkunci, maka aku menduga kalo didalam kamar emang gak ada siapa-siapa. Kudorong pintunya dengan kaki kananku karena kedua tanganku membopong banyak pakain, langsung aku masuk hendak menuju lemari pakaian, tapi segera saja langkahku terhenti karena ternyata bang Arif ada didalam sedang duduk menghadap komputer dan dia sangat terkejut meihatku, karena sangat jelas aku melihat apa yang sedang dia lakukan, dia sedang memagang sesuatu dibawah perutnya dan tangannya yang memagang sesuatu itu dia gerak-gerakkan seperti gerakan bergetar saat itu, dan celana pendek yang dia pakai aku lihat diturunkan sampai selutut.
Sungguh aku gak ngerti apa yang dia lakukan, tapi dia menjadi sangat marah padaku dan dia cepat-cepat membenahi celananya, dia rapikan sambil membelakangiku, tapi aku sudah jelas melihat kalo dia tadi menggenggam kemaluannya, karena terlihat jelas dihadapanku. Jujur aku juga sangat malu dan sangat takut saat itu. Tiba-tiba dia membentakku sangat kuat dan matanya melotot seakan mau menelanku, “hei tolol…dasar anak setan!”…bentaknya sangat kuat buat aku hampir mau menangis ketakutan. “kamu gak punya mulut ya…hah! nyelonong aja, dasar setan”. Aku gak berani jawab apa-apa selain gemetaran ketakutan, aku takut sekali. “cepat keluar”, bentaknya sekali lagi, dan aku langsung keluar, sementara pakaian yg kubawa belum sempat kuletakkan dan akhirnya kubawa kekamarku.
Didalam kamar aku menangis karena dibentak kuat, kuletakkan pakaian yg kubawa diatas meja kamarku. Rupanya tanpa kuduga bang Arif mendatangi kekamarku, dia berdiri dipintu kamarku dengan kedua tangannya diatas pinggangnya, matanya melotot marah menatapku. Saat itu aku sedang terduduk dipinggir kasurku, dan sungguh aku gak berani menatapnya. Lalu dia melangkah mendekatiku dan aku gak berani melihat kearahnya selain tertunduk takut…
“hei kampret…kau sudah lihat tadi ya…”, tanyanya dengan suara keras tapi aku gak berani jawab apa lagi lihat kearahnya, karena bang Arif itu mau menempeleng, galak amat orangnya.
“apa yang kau lihat tadi?” tanyanya lagi buat aku makin kebingungan dan takut.
“aku tanya…yang kamu lihat tadi”. Aku tetap diam karena gak tau harus jawab apa, dan tiba-tiba dia bentak aku lagi,
“jawab…apa yang kamu lihat tadi..”, “aku gak lihat apa-apa bang”, jawabku dengan suara pelan dan air mataku ngalir sendiri basahi pipiku (karena memang aku gak ngerti apa maksudnya).
Tiba-tiba tangan bang Arif megang leherku dan wajahku diangkatnya, aku lihat wajahnya sangat marah dan seram.
“jawab sekarang apa yang kamu lihat tadi”, dan ntah napa aku barani jawab,
“lihat yang mana bang…aku gak ngerti maksudnya”.
“coba bilang apa yang kamu lihat tadi pada abang, apa yang sedang abang lakukan…”, aku semakin takut, karena jujur aku gak mungkin bilang apa yang aku lihat tadi, aku malu bilangnya sumpah.
Lagian itu menjijikkan, tapi dia tetap memaksaku untuk menjawab, lalu kubilang kalo aku gak lihat apa-apa, tapi abangku gak percaya dan tetap memaksa. Aku heran napa dia memaksaku harus bilang apa yang terjadi, napa dia harus menanyakan itu, apa dia juga gak malu kalo aku jawabnya jujur…
Dan ntah napa kok bang Arif tiba-tiba lembut dan duduk disebelahku. Terus dia belai rambutku, dan jujur itu buatku bingung, tapi tetap saja aku takut padanya, karena dirumah dialah orang yang paling aku takut dan juga bang Dani. Lalu dia cerita dan sedikit curhat sambil yakinkan aku agar aku gak usah takut, dia bilang kalo yang dia laukukan tadi namanya onani, dan dia bilang itu dilakukan laki-laki kalo lagi kesepian. Sebenarnya aku gak gitu ngerti tentang itu.
“mumpung adik tadi sudah lihat abang onani, dan sudah lihat semuanya…mending abang kasih tau dan jelaskan semuanya, tapi dengan syarat harap jaga rahasia”, dengar perkataannya aku jadi semakin malu dan aku gak mau dia jelaskan itu, aku takut.
“adek gak usah takut ya…kalo adek mau bantu dan nurut sama abang, abang gak akan marahi adek lagi”. Jantungku berdetak kuat, sungguh apa yang sedang terjadi dan apa maunya abangku, aku berpikir kalo ini gak benar, aku ingin sekali berlari keluar kamar karena aku mengira kalo abangku pikirannya mulai negatif sudah.
Tiba-tiba dia pegang tanganku sambil bilang kalo aku gak usah takut dan nurut aja biar dia gak marah katanya. Dia bilang biar aku juga ngerti tentang sex, biar aku gak penasaran, gitu dia bilang. Aku bilang gak usah, aku gak mau, dan aku bilang aku mau beli sesuatu keluar karena aku emang sangat ketakutan jadinya. Tapi dia kuat pegang tanganku, dia bilang jangan kemana-mana, dia bilang kalo dia cuma mau ajarin aku sesuatu dan itu perlu aku tau.
“abang kesepian dan adik maukan bantu abang, gak apa-apa kok cuma bantu abang nyelesaikan sekalian adek juga bisa belajar”,
“bantu abang ngapain”, aku bilang sambil lihat wajahnya, tapi tanganku ditariknya kepahanya.
Rupanya bang Arif sudah gak karuan pikirannya, dia peluk aku sambil tangan kananku diletakkannya tepat diatas selangkangannya, hingga tanpa kutau apa maksudnya tapi aku bisa rasakan kalo diatas gundukan celananya ada sesuatu. Oh Tuhan…tidaaak…ini tidaklah pantas, aku tidak mau terima ini, aku tau kalo bang Arif mau ajarkan sesuatu yang belum pantas kuketahui sebagai putri remaja usia 13 tahun. Aku tau kalo dia sesungguhnya ingin ajarkan pelecehan.
Rasa takut berkecamuk dibenakku karena satu kecupan nempel dibibirku,
“uumh…uuuummh…”, mulutku seperti disedot mulutnya dan aku sulit rasanya untuk mengatakan sesuatu, aku terus berusaha menghindar dari ciumannya tapi tetap aja aku gak mampu karena saat itu tangannya yang lain pegang kepalaku dengan kuat dan tangannya itu menarik kepalaku kewajahnya dengan sangat kuat.
Gak salah lagi tebakanku ini adalah pelecehan padaku (gadis dibawah umur), saat dia lepaskan sedotan mulutnya dari mulutku
“jangan merontah atau melawan…” ucapnya dengan suara datar.
“kenapa abang seperti ini padaku, aku gak bisa bang…aku masih anak kecil…”, mohonku padanya dengan suara serak menahan tangisku,
tapi airmataku sudah menetes dipipi, aku buat wajahku sesedih mungkin agar dia kasihan padaku, tapi tetap saja tanganku dipegang kuat dan ditempelkan diatas gundukan kemaluannya.
“kamu bukan anak kecil lagi sayang…kamu sudah remaja…sudah saatnya kamu tau” jujur aku takut tapi ada sesuatu yang aneh kurasa saat aku dengar dia panggil sayang padaku, dan menurutku pasti dia mulai iba padaku dan akan melepaskanku, dan baru kali ini ada orang panggil sayang padaku selain ibuku dan almarhum ayahku.
“adek gak bisa bang…biarlah adek pergi saja, lepaskan adek bang”, aku kira dia kasihan padaku tapi rupanya nggak.
Lalu dia bang Arif mulai ancam aku, aku diminta diam dan harus menuruti perintahnya.
“kalo kamu gak mau lihat bang Arif marah dan gak mau kena pukul, kamu harus turut, ngerti kamu!”,
“wajahmu gak jelek tapi hatimu jahat”,(jeritku dalam hati sambil menangis).
Akhirnya dia terus menyakinkan aku kalo yang akan diajarkannya tidak merugikan diriku atau siapapun, dia bilang toh suatu hari nanti aku juga akan lakukan hal yang sama kalo sdh dewasa nanti pada orang yang menjadi pilihaku (tapi sesungguhnya bhatinku sangat tidak setuju tapi juga aku takut kalo dia benar-marah nantinya).
“sekarang ikuti perintah abang, tutup kedua matamu dan jangan coba-coba sekalipun melawan…”, karena aku memang sangat takut, aku lakukan perintahnya.
“sekarang coba bayangkan apa yang kamu lihat pada abang dikamar abang tadi, bayangkan apa yang sedang abang pegang dan apa yang sedang abang lakukan, dan jangan bersuara sedikitpun”, dia katakan itu dekat ketelingaku sambil aku rasakan kalo tanganku mulai dimasukkannya kedalam celananya.
“ini gak benar, aku gak mauuuu…lepaskan akuuuu…”jeritku sangat kuat dalam hati.
Aku berharap sekali ada seseorang datang yang bisa menolongku saat itu, (oh ibu…oh ayah…dimana kalian, cepatlah pulang ibuu…) tangisku semakin menjadi dengan linangan air mata tanpa berani besuara. Sesuatu yang belum pernah aku pikirkan, sesuatu yang belum pernah aku lihat, sesuatu yang belum pernah aku bayangkan, juga sesuatu yang belum pernah aku sentuh…kini telah bersentuhan dengan tanganku, kini telah membuat pikiranku penuh tanda tanya. Bang Arif abang tiriku telah mengajarkanku kedunia orang dewasa yang sangat bertentangan dengan kemauanku.
Didalam celananya tanganku seperti dipaksa tangannya untuk menggenggam sesuatu yang aku rasakan seperti bagian tubuh, seperti daging kenyal yang keras, jantungku berdetak cepat gak menentu (mungkin juga aku sudah keringat dingin saat itu), sambil diciumnya pipiku dia bisikkan ketelingaku (mulutnya dekat sekali ketelingaku),
“pegang yang kuat sayang…gak usah malu-malu…abang yakin kamu suka”.
“cuih…” kuludahi dia dan kena wajahnya (tapi air ludahku tertahan dimulutku, karena aku memang gak berani melakukan itu).
Aku masih tetap diperintah untuk tidak membuka mataku, entah sampai kapan. Kini benda itu telah kugenggam…sangat besar, genggamanku gak bisa penuh karena tanganku gak cukup (kemaluannya sangat besar kurasakan). Walau perasaan takut tetap menguasai pikiranku, tapi aku masih bisa merasakan semuanya, dalam hati aku berkata…”inilah penis laki-laki, kemaluan laki-laki, penis itu terasa hangat ditanganku, terasa menegang dan sangat keras, dan terasa seperti berdenyut (jujur aku sangat takut membayangkannya) karena aku sadar penis yang aku pegang ukurannya bukan seperti penis anak-anak tetangga umur 5 tahun yang pernah kulihat saat mereka mandi hujan dengan telanjang.
Ini terasa lain dan tanpa kusadari aku jadi merinding saat memegangnya, aku membelai lembut penisnya seperti yang dia perintahkan…dari atas kebawah hingga kurasakan tanganku menyentuh bulu yang ada dipangkal penisnya yang sangat besar itu.
“pegangan adek enak…abang suka adek megangi dedek abang”, dia bilang gitu…dedek ? maksudnya apa (tanyaku dalam hati).
Dia buka celanannya dengan tangan kanannya mungkin, karena tangan kirinya tetap memimpin tangan kananku memegang penisnya.
” Sekarang coba buka matamu…”, ucapnya padaku sambil mencium pipiku, saat kubuka mataku dan kebetulan saat itu arah wajahku tepat kearah bawah arah pahanya, maka langsung terlihat dengan jelas sebuah benda sangat besar (yang dinamakan penis itu) berada dalam genggaman tanganku), dia lepaskan tanganku dari genggaman tangannya dan samakin jelas bentuk penis bang Arif kulihat.
Ya Tuhan malunya aku (bhatinku dalam hati), panjang dan besar sekali, warnanya coklat dan ada kepala botaknya sangat besar, ada bulu yang tumbuh sangat lebat disekililing pangkal penisnya. Benarkah yang kulihat (ucapku dalam hati). Bang Arif berdiri dan membuka kaos oblongnya, badannya timggi besar dan kekar dan saat dia membuka bajunya aku lihat penisnya bergoyang-goyang, sangat besar dan panjang.
Aku berpikir-pikir apa yang akan dia lakukan padaku selanjutnya, langsung aja aku berpikir kalo dia saat ini akan memperkosahku, akan menyakitiku, menodaiku. Tolong hentikan ini ya Allah…jangan biarkan dia memperkosahku, aku salah apa ya Allah…(doaku dalam hati), dan bang Arif juga membuka celana pendeknya juga celana dalamnya, bang Arif telanjang dihadapanku. Aku masih sempat berpikir untuk melarikan diri, aku gak boleh lemah, aku harus keluar dari kamar ini, aku gak mau dia memperkosahku.
Dengan cepat aku bergerak langsung berlari kearah pintu kamarku yang tertutup (tapi tidak terkunci), belum lagi aku sampai kepintu kamar tangan bang Arif dengan cepat menyambar tangan kiriku dan langsung memelukku dengan kuat dari belakang,
“aku sudah bilang jangan coba-coba lari dan tidak turut perintah”, ucapnya dengan suara geram tapi dia melepaskanku dari pelukannya dan tiba-tiba…”plak!!”, satu tamparan keras kepipiku yang lansung buat aku terjatuh.
“berdiri…”, perintahnya, dan aku berdiri dengan menahan rasa sakit yang amat-amat sakit dipipiku, dan
“cuih” langsung kuludahi mukanya (tapi tetap saja air ludahku tertahan dimulutku, karena aku memang gak berani melakukannya).
“cepat buka bajumu…semua…!”, perintahnya dengan seuara membentak.
karena takut dan tak ingin dapat pukulan lagi aku turuti perintahnya, sambil menangis dan buka baju, kulihat jam dinding dikamarku…masih jam 2:45 sore.
“Ibuu..ayah dimana kalian, cepatlah pulang…”, tangisku dalam hati.
“sini duduk..”, perintahnya padaku dan aku nurut duduk ditepi kasurku sementara dia berdiri dihadapanku, dekat sekali dia berdiri dihadapanku, dan pemandangan yang ada didepanku adalah bahwa penisnya dekat sekali kewajahku.
Dipegangnya penisnya yang sangat besar itu sambil memerintahku harus menuruti apa saja yang dia bilang. Aku diminta lagi memegang penisnya, setelah kupegang dia memintaku untuk mencium dan menjilati penisnya yang sangat besar itu, dia katakan kalo dia yakin aku bakal menyukai penisnya.
“dasar abang setan kau…” teriakku sangat kuat dalam hati.
Saat kuturuti perintahnya mencium dan menjilat penisnya, dia belai-belai kepalaku dan mulutnya tidak berhenti ucapkan kata-kata yang menyakitkan hatiku, aku bukan pelacur dan bukan anak yang mengerti sex. Lalu dimintanya aku memasukkan penisnya kedalam mulutku, dia bilang aku harus melakukannya seperti cara orang makan ice cream, dia ajarkan kalo aku harus menyedot atau menghisap penisnya, kulakukan perintahnya tapi hatiku menolaknya. Aku sudah sangat hina telah melakukan dosa yang belum saatnya aku lakukan.
Dia suruh aku agar memasukkan penisnya agak lebih dalam lagi kemulutku, tapi aku gak bisa lakukannya karena penisnya sangat besar dan gak muat kurasa dalam mulutku, jadi aku hanya bisa memasukkan sedikit ( mungkin hanya bagian kepala peninsnya saja yang muat dimulutku). Aku lakukan itu dengan tangisan dan air mataku terus menetes, tapi dia marah melihatku melakukan itu sambil menangis, diperintanhya aku agar menghentikan tangisku dan dia bilang kalo dia sayang padaku dan yakinkan aku kalo nanti aku bakalan suka dan menikmatinya.
“diemut sayang…sambil dinikmati, abang yakin kamu bakalan suka kalo kamu mau belajar menikmatinya, gak usah malu, abang gak marah kok, dan abang senang kalo kamu bisa menikmatinya”, ucapnya dengan suara lembut sambil kedua telapak tangannya membelai kedua pipiku.
“yang kuat sayang isapnya, dihisap sayang…”, pintanya padaku,
“sambil dinikmati ya sayang…uugh…enaknya sayang…terus gitu sayang, terus diemut yang kencang jangan dilepas…”. Dia pegang kepalaku dengan kedua tangannya, didorong dan ditekannya kepalaku kearah penisnya dan kurasakan penisnya semakin masuk hampir setengah dalam mulutku, tapi segera kurasakan mual dan mau muntah, karena dia memaksa penisnya masuk lebih dalam dimulutku, aku gak sanggup tapi tetap ditekannya kepalaku dan penisnya didorong masuk kedalam mulutku.
Aku mual dan mau muntah, airludahku terasa banyak keluar membasahi mulutku, penisnya terlalu besar, walau hanya masuk sedikit tapi aku jadi susah bernapas dan terus merasa mau muntah karena mual.
“ayo sayang…dimasukkan lebih dalam…”, ucapnya dengan tetap memaksa penisnya didorong lebih dalam kemulutku, tapi tetap saja hanya bisa masuk sedikit.
“ough…”, teriaknya pelan,
“jangan kena giginya dong sayang, yang enak dong emutnya…”, ucapannya makin buat aku sakit hati, menjijikkan sekali.
Sesaat kemudian dia melepaskan kepalaku dari tekanan kedua tangannya dan mencabut penisnya dari mulutku, lalu dia memerintahku untuk berbaring diatas kasurku dan dia duduk disebelahku. Saat itu yang ada dalam pikiranku adalah kalo aku akan diperkosah, tidak ada lagi harapan buatku untuk bisa menghindar dari nafsu buasnya. Aku hanya bisa terus berharap semoga ayah dan ibu cepat pulang dan semoga bang Dani atau orang lain ada yang datang kerumah dan dapat menghentikan semua ini. Lalu sesaat kemudian dia mulai beraksi, mulai meraba-raba setiap jengkal lekuk tubuhku (tapi posisinya masih tetap duduk disebelahku ).
Tiada yang bisa kuperbuat selain pasrah pada apa yang diperbuatnya atas diriku, aku hanya bisa merasakan setiap sentuhan tangannya dipahaku, sentuhan tangannya didadaku juga pada benda kehormatanku sebagai gadis perawan umur 13 tahun. Setiap sentuhannya membuatku risih dan sedikit membuatku merinding, apalagi dia melakukan itu dengan wajah tersenyum semakin membuatku merasa benci pada abang tiriku yang sudah penuh nafsu. Aku semakin takut kala dia mulai melebarkan pahaku, dia buka lebar sehingga dia bisa dengan jelas lihat vagina perawanku, bang Arif benar-benar sudah dirasuki setan pikirannya sehingga dia gak peduli sama sekali kalo tubuh yang sedang dia nikmati adalah tubuh seorang gadis perawan umur 13 tahun, adik tirinya sendiri.
Vaginaku dielus-elusnya dan kulihat dia sedang dalam posisi jongkok diantara selangkangan kedua pahaku, vaginaku dipertontonkan hanya demi nafsunya, saat dia merapatkan wajahnya kevaginaku, aku rasakan dan aku tau kalo dia sedang menjilati vaginaku,
“ough..” aku mendesah kegelian tapi sungguh aku tidak menyukainya dan aku jijik dengan semua ini.
Dia seperti mempermainkan lidahnya atas vaginaku dan itu membuatku gak tahan sampai-sampai aku menggeliat menahan geli. Wajahnya sekali-sekali dia benamkan diatas vaginaku dan tanpa kusadari kedua pahaku mengapit wajah dan kepalanya karena geli yang tak tertahankan.
Dia lakukan tanpa ada berbicara, tidak begitu lama kemudian dia menghentikan jilatannya dari vaginaku. Lalu abang tiriku itu merapatkan kembali kedua pahaku dan dia maju mengangkangi tubuhku dan mengarahkan penisnya kewajahku. Aku tau apa yang akan dia perbuat karena sedetik kemudian dia menyodorkan penisnya sangat dekat kemulutku, saat itu aku hanya berpikir pasrah dan harus menuruti kemauannya, karena kalau pun aku melawan gak ada lagi artinya.
“buka mulutnya sayang…abang pengen rasakan kontol abang dalam mulutmu…ayo sayang, abang tau kamu pasti mulai suka lihat kontol abang..”, ucapnya sambil menjulurkan penisnya ( yang saat itu sesungguhnya ada perasaan kagum waktu aku melihat penis abang tiriku sendiri ), penisnya menyentuh bibirku yang sengaja kututup rapat agar tidak masuk kedalam mulutku.
Tercium aroma yang belum pernah kubayangkan dari penisnya itu.
Mengapa mataku seakan gak bisa lepas menatap penisnya, saat ini aku begitu terpsona melihatnya, aku mencoba untuk membenci apa yang kulihat dihadapanku yang kini sedang menyentuh bibirku yang tertutup. Benarkah aku menyukai apa yang kulihat, apakah aku salah kalo aku juga kagum melihatnya…bhatinku tidak meminta melihatnya tapi mengapa ada perasaan lain dalam hatiku saat menatapnya dan mersakannya menyentuh bibirku. Tiba-tiba lamunanku terhenti saat bang Arif berbicara mengejutkanku, kulihat sorotan matanya tajam menatapku, dan aku tau itu pertanda bahwa bang Arif sedang marah ,
“abang gak mau paksa kamu buka mulut, tapi abang akan tetap menunggu sampai adek membuka mulut sendiri…”. Aku bingung karena kupikir sampai kapan posisinya begini berada diatas tubuhku dengan kedua pahanya mengapit wajahku, dan penisnya menegang sangat besar menyentuh mulutku.
Didorong-dorongnya penisnya pelan mencoba menerobos membuka bibirku, tapi aku tetap gak mau buka mulut, dan matanya tetap menatap tajam padaku. Aku tau kalo aku gak mungkin tidak menurutinya, bakalan terjadi hal yang bisa menyakitkanku nantinya. Maka kucoba menuruti membuka mulutku, (karena aku juga gak ngerti mengapa ada persaan suka melihat penisnya, mersakan apitan pahanya diwajahku dan memandang tubuhnya yang kekar tanpa pakaian ), bulu pahanya terasa dikedua pipiku, tapi aku gak mau bang Arif tau kalo aku merasa kagum padanya saat itu.
Segera kubuka mulutku dan dia makin menekan penisnya mencoba masuk kedalam melutku, ditekannya makin dalam dan memerintahku untuk mengulumnya, menghisapnya, aku kewalahan karena dia menekan lebih dalam, tapi aku gak bisa menelan penisnya lebih dalam karena ukuran penis bang Arif sangatlah besar, aku hanya bisa mengulum bagian kepalanya saja, dan aku lihat bang Arif menutup matanya menikmati emutanku pada penisnya, dan sekali-sekali dia mendesah panjang pertanda sangat menikmatinya.
Dalam hati aku sempat bertanya mengapa ada perasaan suka padaku saat melihatnya dan tau kalo dia sedang menikmati tiap hisapan mulutku, dan mengapa rasa takutku mulai pudar…dan mengapa aku tidak berhenti mengulum penisnya, apakah aku mulai menyukai permainan ini…ada banyak tanya dihatiku sementara mulutku terus mengulum penis abangku dan dia pun mulai menggerak-gerakkan penisnya keluar masuk dimulutku, dan makin lama gerakannya makin cepat dan kuat menekan masuk sebanyak yang dia inginkan bisa masuk.
Aku tak hentinya merasa mual sewaktu penisnya didorong kuat menembus lebih dalam kerongkonganku, sekali-sekali dicabutnya penisnya dari mulutku dan biarkan aku coba bernapas lega dan mulutku banyak mengeluarkan air ludah. Diujung penis abang tiriku, dapat kulihat ada cairan kilat dan sedikit menetes keluar dari mulut penisnya, dan saat dia mendorong penisnya masuk lagi dalam mulutku aku rasakan cairan diujung mulut penisnya itu terasa sedikit asin, tapi aku terus mengulum penisnya lagi.
Rasa suka mengulum penisnya mulai kusadari, rasa suka dan kagum pada tubuh kekar bang Arif juga mulai datang dalam hatiku, aku merasa sedikit tidak terpaksa lagi melakukannya. Lama sekali rasanya aku diminta melakukan itu, hingga sepuluh menit kemudian penisnya dicabut dari mulutku dan bang Arif pindah posisi kembali membuka kedua pahaku lebar-lebar dan dia dalam posisi berbersimpuh diantara selangkangan pahaku. Sambil mengatakan kalo aku gak perlu takut dan dia akan memberi kenikmatan padaku, dia juga bilang kalo dia sangat sayang padaku dan segera diletakkannya penisnya persisi dibibir vaginaku.
Digerak-gerakkannya penisnya seperti mengelus-elus bibir vaginaku, dan aku tetap memperhatikan setiap aksinya dalam keadaan rasa takut, tiba-tiba rasa takut dan cemas muncul dipikiranku, karena aku tau kalo dia bakalan memasukkan penisnya sangat besar dan sedang menegang itu kedalam vaginaku. Aku menyadari rasa cemasku karena aku belum siap melakukan itu, aku masih terlalu belia, aku adalah gadis perawan umur 13 tahun dan vaginaku gak mungkin mampu menerima penis abangku yang memang kusadari sangatlah besar. Mungkin perempuan dewasa pun akan merasakan sakit yang sangat kalo vaginanya dimasuki oleh penis bang Arif yang ukuran super besar itu, sesuai dengan postur tubuhnya yang tinggi besar dan tegap.
“abang sayang sama adek…adek sayang kan sama abang…adek maukan muasin abang, abang janji gak bakalan nyakitin adek, tapi adek juga janji ya jangan ceritakan pada siapapun…ini rahasia kita berdua…”, saat dia mengatakan itu aku gak menjawabapapun selalin rasa takut terus menghantui pikiranku.
“adek takut bang..adek gak bisa…”, suara serak dan airmataku menetes lagi untuk kesekian kalinya,
aku juga masih berharap kalo bang Arif gak usah melakukannya, berharap kasihan padaku dan menghentikannya.
“Mulanya aja nanti sakit, abis itu gak apa-apa kok..asalkan adek nurut aja dan mau belajar menikmatinya…abang yakin adek akan merasa nikmat juga…”, ucapnya sangat lembut tapi gak mampu mengobati rasa takutku.
Aku gak bisa bayangkan gimana rasa sakitnya nanti kalo penisnya yang sangat besar sebesar mirip pisang raja itu gedenya.
“adeek…abang masukin ya…”, dia memohon lembut dengan wajah memohon, aku gak jawab dan segera kurasakan kalo bang Arif mulai menekan penisnya mencoba menerobos vagina perawanku yang saat itu juga belum ditumbuhi bulu.
Penisnya yang gede itu menusuk-nusuk dikit-dikit dan agak pelan, sungguh aku amat takut menanti apa yang akan terjadi, lalu bang Arif kulihat meludahi tangannya dan ludahnya dioleskannya kebagian kepala penisnya. Aku gak tau apa tujuan dia melakukan itu, aku gak ngerti sama sekali, bahkan dia juga mengoleskan ludahnya kevaginaku.
Saat vaginaku selesai diolesi dengan air ludahnya, dia langsung meletakkan penisnya kevaginaku, dan mulai menekannya, menusuknya dikit dikit, aku merasakan penisnya mulai masuk sedikit dan ditekannya lagi, lagi dan lagi, tapi tak juga berhasil menmbus lobang vaginaku. Sepertinya bang Arif sadar kalo vaginaku terlalu kecil untuk dimasuki penisya yang sangat besar. Dan dia menindihku, menciumi leherku, telingaku, dan seluruh wajahku. Terakhir dia menjilati payudaraku yang saat itu belum tumbuh normal layaknya gadis remaja.
Payudaraku masih mulai berbentuk tapi belum sempurna. Jilatan lidahnya dibagian payudaraku membuatku merasa nyaman, membuatku merasa seperti mengalami suatu yang belum kurasakan seumur hidupku, aku merasa suka dengan apa yang sedang dilakukan bang Arif abang tiriku. Aku menggeliat dan kepalaku seperti meronta-ronta menggeliat kekanan dan kekiri menahan suatu rasa yang sangat membuatku nyaman dan menyukainya. Dia terus menjilati bagian pentil payudaraku yang mulai belum tumbuh sempurna berwarna kemerahan.
Aku pegang kepala bang Arif berusaha menjauhkannya dari tubuhku, karena aku gak tahan merasakan geli dan rangsangan yang mulai datang dalam diriku. Tapi dia berusaha terus menjilati bagian sensitif payudaraku yang membuatku semakin terangsang dan sepertinya aku sangat menyukai aksinya. Tiap jilatannya membuat rasa nikmat, membuatku semakin pasrah dan membiarkannya meneruskannya.
“adek suka kan..?”, tanyanya saat aku merasakan nikmat sampai menutup mataku karena gak tahan menikmatinya. “sekarang abang masukin ya…abang sudah gak tahan ingin rasakan vagina adek, abang sangat menyukaimu dek, adek maukan ngentot sama abang”, bisiknya pelan ketelingaku dan aku diam saja.
Lau dia ganti posisi seperti semula melebarkan lagi kedua pahaku dan dia seperti bersimpuh dengan kedua lututnya juga agak dilebarkannya diantara selangkanganku.
“tahan ya sayang…gpp kok”, ucapnya setelah melumuri vaginaku dengan air ludahnya.
Dan penisnya ditekan-tekan manusuk lobang vaginaku, terasa amat sakit karena saat itu penisnya berhasil didorong menembus dikit kedalam vaginaku. Sekali lagi ditekannya kuat dan langsung kuarasakan kalo bagian kepala penisnya seakan sudah masuk semua kedalam vaginaku, aku menjerit,
“aduuuh bang…saliiit…uuuh..”, rintihku karena gak tahan menahan sakit.
Tapi bang Arif gak peduli dengan rintihanku, dia malah menusukkan penisnya lebih kuat lagi menekan masuk kevaginaku, dan aku rasakan vaginaku seperti robek seakan ada yang koyak pada bagian lobang vaginaku. Aku langsung menjerit sangat kuat karena gak tahan, lalu bang Arif menjatuhkan badannya diatas tubuhku dengan tetap membiarkan peninsya ada dalam vaginaku. Diciuminya bibirku dan dilumatnya mulutku hingga suara jeritanku tak terdengar lagi karena mulutnya menutupi mulutku dan disedot-sedotnya mulutku. Sementara badanku menjadi menegang kaku menahan sakit dan perih dibagian vaginaku, atau mugnkin juga aku semakin takut karena rasanya robekan dalam vaginaku mengeluarkan darah dari dalamnya.
“gak apa-apa sayang baru masuk dikit kok, sakitnya cuma bentar…”, ucapnya sambil mendorongkan penisnya dengan gerakan tiba-tiba ditekannya sangat kuat sekali…
hingga kurasakan penisnya masuk lebih dalam lagi ( mungkin sebagian dari penisnya sudah masuk tertelan kedalam vaginaku yang sangat sempit dan kecil).
“aduuh yaaang…enaknyaaaa….sempit banget yaaang…”, ucapnya saat itu, tapi dia gak menekan penisnya lagi dan berhenti menusuk vaginaku,
sementara tubuhku semakin kaku dan kedua tanganku berusaha mendorong badannya yang sangat besar dan berat. Tapi tenagaku gak mampu mendorong badannya sedikitpun.
“ampun baang…sakiiit…aduuuuh…uuuuh…”, rintihku terus menerus saat kurasakan darah perawanku mengalir keluar pada bagian bibir vaginaku…”.
“ditahan ya sayang…ditahan…”, ucapnya sambil menciumi keningku.
Ada lebih 1 menit penisnya diam dalam vaginaku, lalu beberapa detik kemudian aku rasakan penisnya meulai menusuk-nusuk dan badan bang Arif mulai bergerak naik maju mundur menindihku. Gerakannya semakin membuatku merasakan perih yang teramat perih, keparawananku telah direnggut bang Arif ( abang tiriku sendiri ).
Semakin lama gerakan badannya semakin cepat dan tusukan penisnya semakin kuat menerobos masuk lebih dalam seakan merobek-robek lobang vaginaku, rasanya rongga vaginaku kaku dan terasa penuh menjepit penisnya. Dan sungguh aku benar-benar gak sanggup menahan perih. Dan aku sampai gak sadarkan diri saat itu, aku gak tau apa yang terjadi selanjutnya. Aku terbangun dari sadar saat kurasakan ada bibirku. Da aku mendengar suarabang Arif berkata,
“sudah bangun sayang…makasih ya sayang…abang sangat puas, dan abang juga tau kalo kamu tadi menikmatinya”. Saat itu aku lihat dia sudah memakai celananya dengan telanjang dada, dengan posisi duduk disebelahku mendekatkan wajahnya kewajahku.
Sementara tubuhku masih dalam kedaan telanjang. Segera dia menyuruhku memakai baju kembali, tapi pada saat aku akan bergerak bangun dan melangkah, aku langsung menrintih, karena rasa sakit yang sangat perih dibagian selangkanganku. Bang Arif membantuku memakaikan bajuku sampai selesai, dan dia juga menasehati agar aku jangan banyak bergerak dulu, dan membawakanku segelas air putih.
Rasa sedihku berkurang karena melihat perubahan yang terjadi pada abang tiriku, perubahan yang membuatku hampir tidak bisa mempercayai apa yang dilakukannya, baik sekali (ucapku dalam hati ). Saat itu juga dia memintaku agar kejadian ini harus dirahasiakan pada siapapun juga, tidak boleh ada yang tau selain kami berdua (pintanya padaku). Dan aku juga berusaha untuk merahasiakan ini, karena aku gak mau ada orang yang tau kalo aku sudah tidak perawan lagi, aku sangat malu kalo itu akan terjadi, dan disamping itu juga aku gak mau kalo bang Arif sampai menyakitiku seperti yang dia ucapkan padaku barusan. Dia bilang kalo aku bicara atau mengadukan ini pada siapapun, dia gak akan tinggal diam dan akan membunuhku, dan akan membunuh ibuku juga.
Setelah kejadian itu aku menjadi sering melamun dan sering berlama-lama seorang diri didalam kamar. Dalam 3 hari ingatanku selalu terbayang akan apa yang telah dilakukan abang tiriku padaku, aku sudah tidak suci lagi, aku sudah kotor dan sudah melakukan dosa. Oh ibu…betapa malang nasib putrimu, betapa hancur hatimu kalo tau bahwa putrimu yang cantik sudah tidak perawan lagi. Aku juga mearsakan perubahan pada diri bang Arif terhadapku, tatapan mata selalu sinis dan tajam seakan mengingatkanku agar aku tetap merahasiakan perbuatanya yang telah menyetubuhiku, adik tirinya sendiri. Tapi perbuatanya semakin menunjukkan perhatian padaku, bahkan sering membantuku mengerjakan pekerjaan rumah.
Seminggu setelah kejadian itu, pada hari sabtu malam minggu, tepatnya jam 2 pagi, aku tersentak bangun dari tidurku, karena merasa ada seperti menjamah tubuhku . Dan aku sangat terkejut melihat bang Arif ada didalam kamarku sedang duduk disebelahku dengan hanya memakai celana dalam berwarna putih. Dan dia saat itu sedang meraba-raba vaginaku. tangannya juga sudah berada dalam celana dalamku dengan jari-jarinya bermain menyentuh vaginaku. Dan tangannya yang satu lagi membelai kepalaku dan mulutnya menciumi bibirku. Aku gak berani bersuara karena dia memberi isyarat agar aku diam dan turut padanya.
Aku gak berani melawan karena aku sadar akan resiko yang akan terjadi padaku nanti, aku sangat menakutinya. Dia menyuruhku untuk membuka seluruh pakain yang kupakai, dan gak ada yang bisa kulakukan selain menuruti perintahnya. Rasa takutku datang lagi dan semakin takut saat kubayangkan dia memaksaku bersetubuh dengannya seminggu lalu, aku semakin takut membayangkan rasa sakit yang sangat menyiksaku saat penisnya dimasukkan kedalam vaginaku, aku takut membayangkan itu akan terulang lagi malam ini.
Dan memang akan terulang lagi karena dia sudah ada didalam kamarku dan bahkan aku sudah selesai membuka seluruh pakaianku hingga aku bugil, seolah menjadi tontonan asik bagi abang tiriku yang sudah dipenuhi nafsu akan memperkosah ku lagi malam ini. Bang Arif tidur telentang dikasurku dengan hanya memakai celana dalam dan aku disuruh duduk disampingnya. Lalu aku diminta untuk membuka celana dalamnya, aku ragu dan takut, aku merasa hina, (sedangkan dia seolah seorang raja yang harus dituruti keinginannya).
Walau sesungguhnya ada merasa benci dan pilu didasar lubuk hatiku, namun aku juga ada merasa kangen ingin melihat penisnya lagi ( aku bukan munafik, tetapi sesungguhnya aku juga tidak menginginkan ini terjadi ).
“ayo sayang dibuka…adek pasti kangenkan sama kontol abang, adek pasti ingin…ingin menjilati kontol abang yang gede, ayo cepat sayang…”, ucapnya, tapi aku gak mau melihat wajahnya dan
“puihh…”, aku ludahi perutnya (tapi air ludahku masih tertahan dalam mulutku, karena aku memang gak berani meludahinya ).
Gak mau melihat dia marah, aku segera menyentuh benda kebanggaan para lelaki itu. Kucoba buka celana dalamnya yang berwarna putih itu, lalu kuturunkan sebatas pahanya, jantungku deg-deg ser saat membukanya, benci tapi kangen ingin melihatnya lagi. Begitu kuturunkan celana dalamnya, langsung menyembul keluar penisnya sangat besar itu, masih setengah menegang tapi sudah cukup besar. Dan kulihat abang tiriku tersenyum (seolah dia sangat bangga mempertunjukkan kemaluannya padaku ).
“hemm…adek pasti kangen ya…?”, dia seperti mengejekku, sumpah aku benci sekali mendengar perkataannya.
“kenapa sih abang tega pada adek melakukan ini…adek masih anak-anak bang…”, ucapku padanya sambil menggenggam penisnya yang setengah menegang itu.
“karena abang sayang adek, dan abang tau adek juga suka kan..?”, tanyanya dengan santai sekali.
“mulai sekarang kontol abang milik adek…terserah adek mau apakan sesuka adek…abang senang kok…”, ya Allah sadarkah dia kalo aku belumlah pantas untuk melakukan ini.
Kubelai penisnya, dan kujilat mulut penisnya, lalu kucoba masukkan kepala penisnya kedalam mulutku. Saat aku kulum penisnya, kepalaku dibelai-belainya, dan mulutnya banyak mengeluarkan kata-kata yang membuatku sangat terhina ( tapi kata-kata yang diucapkannya juga membuatku sedikit terangsang ).
” ough…enaknya sayang…lagi sayang, yang kuat isapnya, yang enak sayang…duuuh enaknya “, mulutnya meracau sambil membelai-belai kepalaku.
“aduuh…enaknya…dimasukan lebih dalam lagi sayang…yang dalam sayang…ough…”.
Aku terus mengemut bagian kepala penisnya dan tangan kananku menggenggam sebagian batang penisnya yang sangat lebar, aku mearasa suka juga (walau ada perasaan benci ). Kuhisap lalu kukeluarkan dari mulutku, kuhisap lalu kekukeluarkan lagi dari mulutku dan kulakukan begitu berulang-ulang sambil mendengar mulutnya terus mengucapkan kata-kata tanda menikmati.
Saat kukulum dan mencoba menyukai penisnya, bisa aku rasakan kalo penisnya semakin memanjang dan semakin mengeras. Kulepaskan dari mulutku dan kupandang penis itu yang kini sudah sempurna menegang sangat besar berdiri mengarah kepusarnya. Abang tiriku memiliki penis yang sangat besar, diusiaku yang 13 tahun aku sudah bisa terangsang melihat penis abangku, yang menurutku sangatlah bagus, sempurna dengan badannya yang juga tinggi besar dan tegap.
Aku menyukai bulu-bulu yang tumbuh diperut abang tiriku, aku menyukai bulu-bulu yag tumbuh dipaha abang tiriku, dan aku juga suka melihat bulu-bulu disekitar pangkal penisnya yang aku lihat tumbuh sangat lebat. Saat mengulum penisnya aku juga sempat berpikir, apakah pikiranku wajar?, apakah semua perempuan bila melihat ini akan merasa suka?, apakah aku salah kalo ada perasaan suka dihatiku melihat penisnya (karena umurku hanya baru menjalani 13 tahun ).
Lalu dia (abang tiriku ) mengajarkanku untuk membuatnya senang. Dia memintaku untuk menjilati buah pelirnya yang bagiku sangat asing, dia juga memintaku menjilati perutnya yang berbulu. Setelah lebih dari 5 menit aku diminta mengulum penisnya, aku disuruhnya menindih tubuh tegapnya, dan langsung mulutku dilumatnya sangat kuat sampai aku susah bernapas. Dipelukknya tubuhku dengan kedua tangannya sangat kuat sekali sambil menyedot mulutku (wajah kami saat itu sampai menempel dibuatnya ).
Dan aku merasakan kalo penisnya kini mulai menyentuh selangkangan pahaku dari bawah. Ya Allah…mengapa aku menyukai ciuman abang tiriku dimulutku saat ini, mengapa aku menyukai tangannya menjamah -jamah badanku, menjamah pantantku, menjamah pahaku dan menjamah vaginaku, sungguh tangannya gak berhenti menjamah tubuhku saat aku menindihnya dan mulutnya juga terus melumat mulutku. Aku merasa suka dan nyaman dipelukan abangku yang sangat kubenci itu. Lalu kurasakan jari-jarinya bermain disekitar bibir vaginaku membuatku semakin terangsang, aku merasa suka dengan sentuhan jarinya disekitar vaginaku saat aku berada diatas tubuh tegapnya.
Aku sungguh merasakan pengalaman yang belum pernah kubayangkan seumur hidupku, berada dalam pelukan laki-laki dewasa yang dalam keadaan sama-sama telanjang malam itu. Aku tidak menyukai bang Arif tapi aku benar-benar terangsang dibuatnya. Namun walau aku sudah terangsang saat itu, dalam pikiranku masih juga ada perasaan takut, aku takut membayangkan kalo vaginku yang kecil dan sempit itu dimasuki penis yang sangat besar itu lagi, aku terangsang tapi aku tetap aja gak suka kalo penisnya akan dimasukkan kevaginaku…aku belum siap untuk itu. Aku sangat takut jika membayangkan itu.
Bang Arif mengolesi vaginaku dengan air ludahnya…lalu mencoba menusuk vaginaku dari bawah (karena saat itu dia tetap menuntunku agar aku tetap menindihnya dan tetap saling berciuman ), Didorongnya penis dari bawah mencoba masuk kevaginaku, digerak-gerakkan nya tubuhnya untuk menekan vaginaku dengan penisnya.
“bang adek takut…jangan dimasukin bang…”, pintaku dengan suara pelan memohon padanya karena aku memang takut dimasuki.
“ga papa sayang…nanti enak kok, abang masukinya pelan-pelan sayang…mau ya…?”, bisiknya pelan dan lembut ketelingaku sambil menjilati telingaku (dan membuatku merinding karena telingaku dijilatinya dan aku suka ).
“takut bang…”, aku mulai merintih saat kurasakan kalo kepala penisnya mulai menusuk dikit mencoba masuk kevaginaku.
Dan segera saja badanku mulai kaku dan menegang akibat takut kalo penisnya mulai masuk sedikit. Bang Arif terus mencoba berulang-ulang menembus vaginaku dengan penisnya dar bawah, tapi tetap saja hanya bisa masuk sedikit dan selalu gagal untuk menembus lebih dalam. Mungkin karena vaginaku memang taidak sebanding dengan ukuran penisnya yang sangat besar itu. Berulang-ulang gagal, lalu bang dia membalikkan badanku hingga aku menjadi dibawah dan dia yang berada ditubuhku, dijilatinya seluruh bagian atas tubuhku yang putuih mulus, dia jilat-jilat bagian payudaraku dan bagian penitilnya, lalu bagian perutku dan akhirnya turun kebagian vaginaku, dan setiap jilatannya membuat badanku menggelinjang menggeliat-geliat karena kegelian (namun tetap saja ada perasaan takut dalam hatiku ).
Puas menjilati vagina kecilku yang belum ditumbuhi bulu, dia mencoba melumuri penisnya dengan air ludahnya sendiri, dan itu membuatku semakin takut.
“jangan bang…adek gak mau…adek gak bisa jangan…”, aku merengek pelan memohon padanya,
“sudah gak usah bersuara, nanti kedengeran ayah dan ibumu”,
“bang adek takuut…”, aku memohon padanya agar jangan sampai dimasukkan.
Tapi bang Arif gak peduli dan memerintahku jangan sampai bersuara dan harus menuruti kemauannya. Dalam posisi seperti bersimpuh diantara selangkangan pahaku yang sudah dibukanya lebar-lebar, dia mencoba memasukkan sedikit demi sedikit penisnya yang sangat besar itu kedalam vaginaku yang masih kecil berwarna kemerahan. Sekali tekanan yang sangat kuat membuatku terkejut dan hampir menjerit karena menahan sakit, tapi aku tidak berani bersuara karena dia melarangku bersuara. Aku bisa rasakan kalo semua bagian kepala penisnya sudah masuk kevaginaku, dan rasanya seperti koyak lagi bibir vaginaku, dan dia terus mencoba menekan menusuk sekit demi sedikit hingga hampair setengah dari batang kemaluannya sudah masuk menerobos vagina kecilku.
Aku menangis menahan perih (tapi aku gak berani bersuara ), lalu dia menindihku dengan tetap menancapkan penisnya yang sudah masuk hampir setengah dari panjang penisnya. Lalu kedua tangannya memegang kedua pipiku dan mulutku diciuminya seperti menyedot mulutku, dan pada saat itu dia juga mulai menggerak-gerakkan pinggangnya nai turun sehingga penisnya terus bergerak naik turun menusuk-nusuk ruang vaginaku yang sangat sempit.
“uuuh…ampuuuun, sakit bang…aduuuh…uuuuuh….”, aku merintih tak henti menahan perih yang sangat perih,
tapi dia tetap gak peduli dengan terus menekan-nekan penisnya kevaginaku dan aku dilarang jangan sampai bersuara keras, karena takut bakalan kedengaran ayah dan ibu.
“ditahan ya sayang…abang gak masukkan kontol abang semua kok, abang cuma masukkan setengah…ouugh…”, ucapan abangku gak ada artinya, tetap saja aku menahan perih yang sangat sakit.
Dan dia tetap menusuk menekan-nekan penisnya yang kuraskan semakin lama gerakannya semakin kuat-kuat, dan aku semakin tersiksa menahan sakit.
” aaagh…ampuuun bang…ampuuuun, sakit kali bang…uuuuh….uuuuh….”, dia gak peduli dengan sakit yang kurasakan, dan dia melumat mulutku hingga aku gak bisa lagi mengeluarkan suara.
“jangan bersuara…nanti kedengaran ayah…nikmati saja sayang…dinikmati enaknya, ouugh…”.
“sakiit bang…udalah baaaang…aduuuuh….”, rintihku sangat pelan ketelinganya dan linangan air mataku terus mengalir karena sakit yang kuderita
“aduuh enaknya deek…du deeek enaknyaaaa, enak kali ngentoti vaginamu deeek…duuuh enaknya..duuuh sempitnyaaa…ouugh…”. abangku gak henti ucapkan kata-kata kotor sambil tarus menekan penisnya yang semakin lama gerakannya semakin kuat dan cepat.
Sementara aku terus minta ampun memohon padanya agar dihentikan karena sangat tersiksa menahn sakit.
Lama sekali aku harus menahan sakit, tapi malam itu aku tidak sampai pingsan . Dan kulihat abang tiriku sangat menikmatinya. Penisnya memang setengah dimasukkan kevaginaku tapi aku tetap saja gak tahan karena sakit, aku merasa vaginaku sperti dirobek-robek saat dia terus mengerak-gerakkan badabnya naik turun menekan-nekan lobang vaginaku. Tubuhnya yang kekar penuh dengan keringat saat iu dan terus menikmati vaginaku gak henti-hentinya menekan. Hingga lebih dari 20 menit dia tidak lagi menekan dan berhenti menggerakkan badannya, tapi diwaktu terakhir dia menggerakkan badannya, aku rasakan badannya bergerak sangat cepat sekali menekan-nekan dan desahan napasnya sangat menggebu.
Pada saat itu aku hampir pingsan karena sakit yang kurasa akibat gerakannya sangat kuat-kuat dan sangat cepat, dan terakhir diremasnya sangat kuat kepalaku dengan kedua tangannya, dan kurasakan badannya kaku sementara penisnya tetap dibenamkan didalam vaginaku. Yang kurasakan saat itu, sepertinya dia mengeluarkan cairan dari penisnya yang terasa hangat dalam vaginaku, dan mungkin itulah yang dinamakan sperma. Dia tumpahkan seluruh cairan spermanya didalm vaginaku, aku merasakannya, dan terasa lain bagiku, karena itu pengalaman pertama bagiku disetubuhi dengan siraman sperma dalam vaginaku.
“enaknya sayang, abang puas banget, kamu hebat sayang…bisa buat abang puas…abang sayang banget sama kamu…muuuach”, ucapnya terakhir kali saat spermanya berhenti mengeluarkan cairan dalam vaginaku.
Pada saat itu posisinya masih tetap menindihku dan penisnya masih tetap berada dalam vaginaku. Dia terus menciumi wajahku, dan aku lega karena penderitaanku selesai. Badanku juga penuh dengan keringat saat itu.
Lalu dia mencabut penisnya dari vaginaku dan pada saat itu aku merasa kesakitan saat dia mencabut tiba-tiba penisnya dari vaginaku. Lalu dia merebah tidur telentang disebelahku, aku lihat dia memejamkan matanya, dan aku segera membenahi diriku dan aku bergerak hendak kekamar mandi dengan memakai handuk, tapi aku tidak bisa bergerak dengan cepat karena perih yang kurasakan disekitar selangkanganku. Selesai membersihkan diri dari kamar mandi aku masuk kamar dan kulihat bang Arif masi tidur telentang diatas kasurku dengan keadaan bugil.
Aku masih dapat melihat sisa-sisa sperma yang ada diujung mulut penisnya yang mulai mengering. Ada rasa kagum dihatiku saat melihat abang tiriku sendiri tidur dalam keadaan telanjang, kagum dengan tubuhnya, dengan wajahnya yang tampan dan juga ada rasa suka melihat penisnya. Setelah kupakai baju tidurku yang berwarna pink, aku tidak langsung membangunkan abangku supaya segera pindah kekamarnya (takut kalo nati ketahuan ayah atau ibuku, atau juga bang Dani yang satu kamar dengan bang Arif ).
Aku masih tetap duduk disampingnya menatap kearah tubuh abangku yang sangat kubenci tu (karena telah merenggut paksa perawanku ). Kupandangi wajahnya, tampan tapi hatimu jahat (ucapku dalam hati ), kupandang dadanya yang bidang, lalu kupandangi perutnya yang berbulu, ada rasa kagum aku melihatnya. Lalu kupandangi penisnya yang sudah melemas tapi tetap saja ukurannya sangat besar. Lama aku menatap penisnya yang sangat besar itu, aku suka melihatnya walau kusadar penisnya itu telah mengoyak-ngoyak perawanku.
“ya Allah terlalu cepat diriku mengetahui semua ini..”, bisikku dalam hati.
Dan ntah kenapa ada rasa ingin menyentuhnya, ada rasa tetarik untuk memgangnya lagi. Kulihat kearah wajah bang Arif yang sudah benar-benar tidur. Lalu kuberanikan untuk memegang penisnya sekali lagi, dan setelah itu kubangunkan dia supaya segera pindah kekamarnya. Bang Arif terbangun dan segera memakai celana dalamnya dan pergi keluar kamarku. Tapi sebelum meninggalkanku dia juga sempat mengancamku agar aku tidak buka mukut pada siapapun dan ini hanya rahasia kami berdua. Dan juga bilang padaku bahwa dia akan tetap melakukan ini padaku dan aku harus nurut padanya.
Setelah kejadian ke-2 ini, seminggu sekali aku tetap diminta abang tiriku untuk memuaskan nafsunya. Dan selama sebulan aku harus melayani nafsunya seminggu sekali. Namun penderitaanku bertambah, karena setelah sebulan dia malah minta dilayani seminggu 2 kali, dan dia selalu masuk kamarku dimalam hari kala semua yang ada dirumah sudah tertidur. Tidak cukup seminggu 2 kali, ternyata dia hanya lakukan itu selama sebulan, karena bulan ke 3 dia malah jadi ketagihan, memintaku melayaninya seminggu 3 kali. Tidak ada yang bisa menolongku dan aku takut berbicara pada siapapun karena ia selalu mengancam. Abang tiriku benar-benar telah menjadikanku untuk menjadi pemuas nafsunya, dia telah menjadikan adik tirinya untuk memuaskan nafsunya, tanpa penduli betapa menderitanya aku.
Dan ternyata Tuhan menolongku dan mendengarkan doaku. Setelah 3 bulan dijadikan pemuas nafsu abang tiriku, keluargaku dapat kabar baik kalo bang Arif ada panggilan kerja ke Pekan Baru sebagai tenaga mekanik disebuah perusahaan. Karena sudah lama menganggur akhirnya ayah merundingkannya dengan bang Arif, dan ternyata bang Arif tidak keberatan dan menerima tawaran kerja untuk ke Pekan Baru. Betapa senangnya hatiku (karena penderitaanku akan berakhir dan aku terbebas dari bang Arif ). Artinya aku tidak lagi dijadikan pemuas nafsunya, dan tidak ada lagi yang menyakitiku.
Tiga hari setelah mendengar kabar itu, akhirnya keluargaku akan segera memberangkatkan bang Arif. dan semua perbekalan yang diperlukannya sudah dipersiapkan. Dan sore itu jam 5, detik-detik akan memberangkatkan bang Arif, karena dia akan berangkat malam dari Medan ke Pekan Baru, pada saat itu ayah dan ibu berada didepan rumah dan bang dani sedang mandi. Aku yang pada saat itu berada dalam kamarku dibuat terkejut oleh kehadiran bang Arif dikamarku, saat itu dia langsung menciumiku dengan penuh nafsu.
Dan aku tau kalo aku harus menurutinya karena memang dia tidak bisa ditolak keinginannya. Puas menciumiku, lalu dia membuka seleting celananya dan menyuruhku duduk diatas tempat tidurku. Dia memintaku untuk memuaskan nafsunya yang terakhir kali dengan melakukan bahwa aku harus mengulum penisnya. Pada saat beberapa menit aku mengulum penisnya ( posisi abangku saat itu berdiri sementara aku duduk ditempat tidur ), tiba-tiba kami dikejutkan suara ayah dari ruang tamu dengan memanggil nama bang Arif, ayah mengatakan kalo taxi yang menjemputnya keterminal sudah datang.
Bang Arif lupa menutup pintu kamarku, walau saat itu tidak terbuka lebar. Kami langsung bergegas diri agar tidak sampai ketahuan ayah, dan ternyata waktu bang Arif membenahi seleting celananya, ayah sudah membuka pintu kamarku dan langsung menatap kami berdua, yang saat itu posisiku sudah berdiri, dan bang Arif juga hampir selesai menutup seleting celananya.
“Arif…cepat bersiap-siap, taxi sudah datang…”, ucap ayah yang sedang berdiri dipintu kamarku, tapi dia berbicara dengan tatapan seperti menaruh curiga.
Segera bang Arif keluar kamarku sambil bilang
“iya ayah, aku sudah siap kok, aku tadi cari charger Hp, rupanya ada sama Rani”, ucapnya bohong pada ayah.
Lalu ayah mengikuti bang Arif keluar menemuai supir taxi. Tapi sebelum ayah melangkah mengikuti bang arif, dia menatapku agak aneh, tapi aku senyum menanggapi tatapan ayah.

The post Cerita Sex: Pemuas Nafsu Saudara Tiri appeared first on Doyanbokep.


Cerita Sex Peran Pemuas Nafsu

$
0
0

sex tante hot, cerita abg mesum, sex memek perawan, sex sedarah nyata, ngentot janda horny disertai foto bugil – Peran Pemuas Nafsu. Sebelumnya perkenalkan nama saya Echa, saya sekarang berumur 27 tahun, saya memiliki tubuh yang lumayan tinggi yakni 177cm, dengan ukuran payudara 34B. Ini merupakan cerita pertama saya, sebuah kisah yang selama ini saya simpan hingga saat ini dan sekarang akan saya coba tuturkan kepada teman-teman semua.

Cerita Dewasa Peran Pemuas Nafsu

cerita sex ngentot, cerita ngentot terbaru, cerita orang ngentot, kumpulan cerita ngentot, ngentot cerita, cerita hot ngentot, cerita nyata ngentot, koleksi cerita ngentot, cerita ngentot baru, kumpulan cerita ngentot terbaru

Sebagai perempuan muda yang telah berkeluarga saya memiliki sebuah obsesi berbeda dalam melakukan hubungan seks. Ya seperti yang anda duga saya suka seks kasar dengan pukulan dan sedikit kekerasan. Selama ini hubungan saya dengan suami masih baik-baik saja namun saya sendiri merasakan hal hambar dalam hubungan seks kami.

Saya dan suami bertemu tidak lama setelah saya selesai melakukan study di Singapore. Dia seorang yang baik dan saat ini tengan bekerja sebagai manajer disalah satu perusahaan swasta nasional. Suami ku sebenarnya telah mencoba memenuhi keingginanku untuk memenuhi “kebutuhanku” ini.

Saat melakukan hubungan Seks aku sering memberi kode kepadanya untuk sedikit kasar dan keras kepadaku. Tamparan-tamparan sering dilakukan oleh suamiku demin memberikan gairah lebih kepadaku, tapi hanya sebatas tamparan yang membuat saya merasa gairah dan nafsu birahiku tidak terpenuhi. Hal ini terkadang menimbulkan rasa kecewa dan frustasi karena nafsu tinggiku yang tidak tersalurkan namun hal ini coba kusembunyikan darinya.

Saat ini saya sendiri tengah bekerja disalah satu Bank swasta, Setelah 1 tahun bekerja diKantor pusat di Jakarta. Belum lama ini saya dipindahkan ke sebuah Kantor Cabang dan disinilah terjadi hal yang benar-benar merubah hidupku.

Ini bermula saat aku bertemu dengan mantan pacarku Diaz, dulu saat kuliah Echa mempunyai pacar bernama Diaz. Diaz orang peratma yg memperawani aku dan mengenalkan sex kepadaku. Diaz juga adalah orang yang paling tahu keinginan seks ku seperti apa, dia tahu kalau aku senang dengan sex kasar dan keras. Dulu kami sering melakukannya.

Tapi itu sempat terhentu karena aku selam 2 tahun harus melanjutkan kuliah S1 di singapura dan sejak itu kami menjadi kehilangan kontak, dan ketika aku dimutasi dari kantor pusat daerah jakarta ke sebuah kantor cabang.

Di situlah akun bertemu kembali dengan Diaz suatu hal yang ngak pernah aku sangka akan terjadi lagi. Bisa bertemu dengan mantanku itu, Diaz ternyata bekerja sebagai BO di Bank yang sama denganku, aku sendiri adalah sabagai CS di Bank itu.

“siang mbak ini laporanya,,”, kali pertama Diaz menyapaku, saat itu aku tidak sadar bahwa itu adalah diaz.

“iya taruh aja di meja”, jawabku saat itu.

“haaa, Diaz kamuuu!!!”, Bertapa terkejutnya aku begitu aku menatap muka orang yang didepanku, orang yang aku sangat kenal Diaz.

“Lho echa kamu baru disini juga ya??”, tanya diaz balik, ternyata Diaz juga tidak kalah terkejutnya denganku

Saat itu perasaanku tegang bercampur malu dan senang, karena bertemu kembali dengan Diaz.

‘lhoo kalian sudah saling kenal ya cha??”, Bilang Vira dengan nada cemburu dan sedikit jutek kepadaku, Vira adalah teman sekantorku yang juga seorang CS, dari info yang aku dengan Vira adalah kekasih gelap dari Diaz yang juga seorang lesbian dan maniak sex.

“iyaa Vir ini teman lama saya wktu di kampus sebelum pindah ke singapura”, jawab Diaz menjelaskan ke Vira. Mendengar penjelasan Diaz akupun tersenyum, tapi tidak dengan vira wajahn terlihat seperti curiga dan tidak senang akan kehadiran aku.

Waktupun terus berjalan dan pekerjaan di kantor lancar seperti hari-hari lainnya, sampai akhirnya situasi itu datang. Aku ingat itu terjadi saat jam makan siang, saat Diaz menghampiri meja kerjaku.

“Hai Echa, sibuk ga??” tanya Diaz kepadaku

“nga ko, kenapa??,,”Aku sedikit curiga

“kita makan siang di luar yuk??” Ajak Diaz kepadaku.

“Aduuh gimana yaa??” jawabku, karena merasa ngak enak dengan vira yang ada di sebelahku. Walau bagaimanapun Vira itu kekasih gelapnya diaz dan aku tau itu.

“Udaah nga apa-apa Cha, temenin Diaz makan sana,,” bilang Vira smbil tersenyum kepadaku.

“Loh??” dalam hati aku jadi bertanya, kenapa Vira hari ini baik banget ya sama aku.

Vira pun berdiri dari tempat duduknya, “I’iihh, di ajak makan siang kok nolak sich,,” bilang vira sambil menarik aku, berdiri dari tempat dudukku.

“Kita sama-sama aja ya Vir? Aku jadi ngak enak nich,,,”, pintaku ke vira.

“aku bawa makan kok Cha, sayang kalau ngak di makan kan,,,”, vira memberi alasan kepadaku untuk menolak ajakanku.

Karena vira terus menerus menolak akhirnya aku jalan dengan Diaz berdua, setelah selesai makan Diaz mengajak ngobrol aku yg sangat private, soal hubungan kami dulu, perilaku seks ku dan kehidupan ranjangku setelah berpisah dengannya.

Setelah panjang lebar kami bercerita Diaz memperlihatkan foto-foto saat aku masih berpacaran dengannya, tapi yang membuatku terkejut itu adalah photo saat kami melakukan scene seks saat dia menyiksaku dulu.

“Diaz, kamu gila yaa, kok foto-foto itu masih kamu simpan???” teriakku degan nada keras dan sedikit rasa marah dicompur kecewa serta rasa malu yang sangat.

“Sudahlah Cha, kamu ngak usah bohongin dirimu sendiri, saya tahu kok apa yang kamu inginkan, bener ga??”, ketus Diaz kepadaku

“Plaak,,” secara reflek langsung ku tampar wajah Diaz setelah di bicara seperti itu kepadaku.

“Kamu kurang ajar yaa Diaz, please hargai aku dong, aku sudah punya suami sekarang,,” teriakku kepada Diaz.

Dengan wajah kesal Diaz menjawab, “Dasar lonte, kamu itu tetap Lontee cha, lonte milikku, ingat itu Cha,, Saya tahu kamu masih suka kayak gini kan?? Saya bisa lihat, kamu tidak puas kan sama suami kamu??” Diaz balik menghujat dan menghinaku.

“Plaak,,” kutampar lagi wajah Diaz.

“Kamu memang sudah kelewatan Diaz,,” aku langsung berdiri, dan saat berdiri tanganku langsung di pegang oleh Diaz.

“Wait,, Cha, bagaimana ya kalo photo-photo ini tiba-tiba bisa ada di kantor sama internet, gampang kok tinggal di upload dan print, apa yang mereka pikirkan begitu lihat lonte seperti mu berpose seperti diphoto ini.”, Ancam Diaz dengan sedikit mnyindirku.

Mendengan Diaz berbicara seperti itu sungguh membuatku menjadi sangat kaget, “Diaz kamu kok jahaat sekali sama saya?”.

Dengan nada lemah aku mengatakan, “Kamu maunya apa Diaz? Uang?? Bilang aku!!”

“Hahahaha, aku ngak butuh uang Cha, aku hanya butuh kamu, semalem saja, gimana?? Setelah itu kamu bisa menghapus photo-photo ini, gimana??”, Dia mulai memberiku tawarannya.

“Aaahh ngak lahh, aku sudah nikah Diaz, hargain aku dong,,” aku memohon dan memelas ke Diaz.

“Tapi suami kamu kan lagi keluar kota kan?? Aku juga cuma minta kamu temanin aku malam ini ke cafe, tapi kamu datng ke kontrakan saya dulu ya,,,” Diaz tetap teguh pada permintaannya.

Aku pun sedekit terdiam sambil menarik nafas, “Heeemm, oke, hanya ke club malam kan??”

Sambil mendekat ke kupingku Diaz berbisik, “Iyaa lonteeku sayang, hihihi,,,”

Aku langsung mendorong Diaz “Diaz itu sudah masa lalu, please jangan panggil aku seperti itu lagi, oke??” pintaku ke Diaz.

“Udah ntar malam dimana dan jam berapa??”, akhirnya aku menerima syarat dari Diaz.

“Hahaha, begitu dong ngak usah marah dan acara nolak-nolak , memangnyamau saya sebarin!! Kita ketemu Jam 7, alamatnya akan aku sms ke kamu”, Bilang Diaz sambil tersenyum.

Wajahku langsung merah bercampur malu, “Oke jam 7”, jawabku sambil berbalik ingin meninggalakn meja, tapi tanganku kembali di tarik oleh Diaz.

“Ingat pakai baju terusan yg seksi ya Cha,, kayak baju-baju kamu dulu itu!!” Sambil tersenyum Diaz berkata.

Aku langsung menarik tanganku, “iyaa,,” jawabku ketus kepadanya dan aku pun langsung pergi meninggalkan tempat itu.

Waktu pun berlalu dan sudah menunjukkan Jam 4 sore, sudah waktu pulang kerja. Aku pun bersiap dan pergi pulang kerumah. Namun saat aku sudah didalam mobil Diaz mendekati aku, “Ingat jangan lupaa yaa?? Haha,,” Diaz kembali mengingatkan pembicaraan aku denganya tadi siang.

Aku hanya diam menanggapinya, tenyata dibelakang ada seseorang akupun langsung melihat ke arah itu dan itu adalah Vira. Dan yang mengherankan Vira ahnya tersenyum melihat Diaz berprilaku seperti itu, dalam hati aku mulai bertany-tanya, kenapa dengan Vira sekarang, apakah dia tahu hubunganku dengan Diaz dulu.

Setelah terdiam agak lama aku pun menjawab Diaz “iyaa,,” jawabku dan langsung menutup kaca mobil dan pergi dari tempat itu.

Tepat Jam 7 malam aku sudah berada didepan kontrakan Dia. Aku ambil hapeku dan kutelpon Diaz,

“yaa halo, aku dah di depan nich,,”.

”oke, sebentar aku buka gerbang dulu,, masukin mobilnya dulu” bilang Diaz kepadaku.

Dengan memakai sepatu hak tinggi, baju terusan seksi sepaha aku turun dari mobilku, namun begitu sampai ke pintu rumah aku begitu kaget melihat Diaz bersama Vira.

“Lho Vira kamu juga disini??”, Bilang aku, dalam hati aku menjadi sedikit tenang, kan ngak mungkin si Diaz mau dekati aku karena ada Vira disini. Walaupun si Vira lesbian dan maniak sex dia juga kan kekasih Diaz, Diaz pasti ngk berani macem-macem dan akupun agak sedikit tenang.

“Iyaa dong Cha,, Vira juga kan pengen enjoy, hehe” bilang Vira.

“Yaudah ayo kita masuk dulu sekarang, sudah on baru ke cafe”, kami pun masuk, Diaz sudah sediakan minuman wine dengan iringan lagu remix pada strereo soundnya.

“Assah kurang seruu nich, Diaz ambil inex dulu sana!” pinta Vira ke Diaz.

Mendengar itu aku langsung menolak“Ngakk,, ngaak,, aku ngakk pake yaa??”, teriakku.

“udah ngak apa-apa, Ngak banyak ko, kita pake setengah2 aja, oke Cha??” Bilang Diaz kepadaku.

Perasaanku langsung kacau, karena Diaz tahu kalau dulu aku pakai itu sering lupa diri dan nafsu sex malah tinggi, tapi aku agak sedikit lega masalahnya sekarang kami bersama Vira, kan ngak mungkin Diaz mau rese sama aku karena ada kekasihnya itu.

“Ya udah okelah, sedikit aja ya??” Bilangku. Diaz pun ke kamarnya, ngak lama kemudian dia balik dengan 2 inex.

Kami semua pun mulai menegaknya setengah-setengah, tapi aku ternyata tidak sadar kalau inilah awal dari penjebakan yang dilakukan Diaz dan Vira buatku, karena mereka berdua ternyata telah merencanakan semuanya.

Saat aku pakai Inex yang diberikan Diaz, mereka berdua ngak pakai sama sekali. Selang beberapa waktu aku mluai merasakan reaksinya, aku pun mulai Bergoyang mengikuti irama lagu remix yang sedang diputar. Saat aku melihat kesamping, Gilaa, diaz lagi berciuman sangat rakus dengan Vira.

Aku yang melihat adegan itu menjadi sedikit cemburu, ada rasa marah yang timbul dalam dadaku. Bahkan Nafsuku pun mulai menaik. Aku pun berdiri bergoyang diiringi musik buat menghilangkan perasaan itu.

“Depp,, Dep,,” lagu trus menggema dan goyanganku semakin mejadi liar.

Setelah berapa lama aku melihat Vira pergi ke toilet, “Uhhhh,,,” aku mendesah nikmat sekaligus kaget ketika tiba-tiba Diaz sudah berada di belakangku dan memegang tubuh ku.

Diaz sepertinya tidak lupa, dan masih sangat tahu seluruh area tubuh sensitifku. Sambil memelukku dari belakang Diaz mencumbuku dan menjilati daerah belakang telingaku “Aahhh,,”, tanpa aku sadar desahan keluar dari bibirku, reaksi inex dan suasana yang mendukung membuatku hilang kontrol dan tidak melarang Diaz melakukan hal itu.

“Gimana lontee sayang kamu enjoyy??”, tanya Diaz kepadaku.

“Uuh,, mmmhh” badanku langsung bergetar ketika Diaz membisikan ke telingku dan menjilatnya, sedangkan kedua tanganya langsung meremas susuku dari belakang.

“Aaah,, uhh,,” aku kembali mendesah keenakan, ngak tahu kenapa nafsu sexku sekarang muncul apa ini pengaruh Inex yang tadi aku mana.

“Uuhhh, ,,” Aku terus melenguh nikmat.

Melihat aku yang tidak menolak dirinya Diaz langsung membalikan tubuhku dan mencium bibirku, “Mmmhhp,,, slrupp,,” dan akupun membalas ciumnnya dengan rakus aku masukan lidahku dalam mulutnya sebelum aku akhirnya tersadar.

Setelah agak tersadar walaupun masih dalam keadaan setengah teler aku langsung mendorong Diaz, “Udaah Diaz, aku sudah ngak kayak dulu lagi,,” akupun menjauh dan mengambil gelas wine yang ada diatas meja dan meminumnya.

Tidak lama kemudian Vira kembali muncul, “Haah untung saja”, gumamku.

“Cha kamu ganti baju dulu, nanti skitar jam 10an baru kita ke cafe, tuh ada baju2nya si vira di kamar”, cetus Diaz tiba-tiba.

“Iyaa Cha pakai aja dulu, nanti keringatan lagi sayangkan udah seksi gitu, hehe,,” canda Vira membenarkan perkataan Diaz.

“Hmmm, oke lahh,,” pikirku.

“Ayoo Cha aku antar ke kamar lihat baju,,” bilang Diaz, akupun di antar Diaz ke kamarnya. Tidak ada satu pikiran burukpun saat itu dalam benakku.

Sehingga aku menjadi begitu sangat kaget, saat aku sudah di dalam kamar, Diaz langsung memeluk dan mencium bibirku dengan rakus tangannya juga langsung masuk dalam CD ku jari-jarinya mulai memainkan miss V ku.

Seperti di sambar petir tubuhku terasa gemetar, “Uuh,, Ahhh” seketika aku mendesah.

Diaz memang tahu kelemahanku apa keinginanku. Aku dengan cepat menjadi terangsang oleh tindakan sex cepat dan kasar Diaz, “Mhmmpp,,” tanpa sadar aku pun mulai membalas ciumannya aku sudah hilang akan dan tidak peduli lagi aku ingin mendapat kenikmatan lebih aku sudah mencapai titik puncak batas sabarku menahan nafsu.

”Ini yang kamu suka kan Cha?”, tanya Diaz sambil terus memainkan jarinya dalam Miss V ku dengan cepat.

“Aaahhh, stooopp diazzz, mmmmm,,,,” aku meracau mendapatkan perlakuan seperti itu.

“Rasakaan iniii lonteeee, heee beraninyaaa kamu tampar aku kmariin yaa? Sekali perek ttp pereeek kamu Cha,,” dengan posisi berdiri Diaz menaikan satu kakiku ke atas kursi, dan tangan kirinya menjambak rmbutku ke belakang sehingga wajahku terangkat ke atas, tangan kanannya dengan kasar dan cepat memainkan miss V ku.

“Uuuuhhh,, aaaahhhh, Diaaazzz,, mmm,,,” tanpa disadari aku sudah mulai merasa keenakan dan mulai mengoyangkan pinggulku.

“Hahahaa kamuuu sukaaa Cha?? Jwaab lonteee,???, teriak Diaz. Namun aku hanya diam dan mengigit bibir bawahku.

“Cuiih,, dasaar muraahann, wajah mesumm mu itu ngak bisa bohongg pereeekkkk,, cuiiihhh,, jawaabb?? Kamu sukaaa???”, 2 kali Diaz meludahi wajah ku.

“Oohhhhh iyaaaa, sukaaaa, Diazzzz trusss,, aahhhh,,,” Diaz pun berhenti dan memegng mulutku.

“Echa ingattt yaa,, aku yang pertama mengenal memek murahan kamu ini dripada suamimu, oke?? Dan Memek ini akan terus jadi milikku,, Plaaaak,,,,” Diaz lngsung menampar keras pipik, “Ini yang kamu suka kan Cha??”.

“Uuuuhhh,, mmmmm,, “aku hanya anggukan kepala karena aku memang sangat menikmati sex seperti ini.

“Sekarang kamu panggil aku sayang seperti yang dulu, oke??”

“Mmmmmm,, iyaaaa sayaangg, aahhhh,,”

“Bukaa pakaian kamu sampai bugil Cepaaatt,,,”, perintah Diaz kepadaku.

Dengan senyuman aku langsung membuka cepat semua pakaianku hingga bugil, aku langsung memeluk Diaz dan kami berciuman dengan rakus.

Sambil tersenyum aku berkata, ” sayaaang,, lakukanlah semau Kamuu,, buat aku seperti yang dulu yaa sayang??

Diaz pun langsung mencium aku dan mencubit pelan hidungku, “Naah gitu dong, jangan sok jual mahaaal yaa sayang??” Kamu tuh lonteku dari dulu inget itu,,”

“Plaak,, kamu itu apa syaag jawab??, tiba-tiba Diaz menamparku dengan keras.

“Iyaaaa sayaang, aku memang lontee,,, Lontemu sayang, Uuhhh,, kamu nakal yaa sayang, kamu itu memang paling tau kenginan sex aku,,” ujarku dengan manja sambil tersenyum aku kerlingkan sebelah mataku dan mencium Diaz.

“Makasih yaa sayang!! Puassskaan aku sayang, siksaa dan permalukan aku sayang, buat apapun sesukamu, buat aku bergairaah yaa sayang??,” dan Dias balaz menciumku lagi.

“Iyaa aku akan puaskan kamu sehingga kamu lupa dengan suami kamu, aku akan hamili kamu sekalian,, kalau kamu mandul kamu tetap akan jadi pelacurku selama, lonteku selamanya, oke??”

”Iyaaa sayang,, ayooo sayang aku sudah ngak tahan, hmmmmmm,,” Aku segera membuka pakaianku hingga bugil, dan aku pun dengan cepat membuka pakaian Diaz.

Pada saat aku akan menurunkn Cdnya dia berkata ” eehh pereeeek, kamu udah lupa yaa, pake mulutmu itu,,”

“Iyaaa sayang,,” Aku pun berlutut menggigit CD Diaz dan mulai menurunkan memakai mulut dan gigiku.

”Ayo masukan dalam mulut baumu itu sayang awas sampai lepas,,” Diaz langsung menjambak rambutku dan menarik aku ke atas tempat tidur.

Diaz kemudian melepaskan CD dalam mulutku, dan kami mulai berciuman dengan rakus, tangan Diaz kembali memainkan jarinya dalam miss V ku.

”Uuuuhhhh enaaak sayang,, sayang kunci dulu dong pintunya, ga enaak kalo Vira masukk”, ujarku ke Diaz karena tiba-tiba aku ingat kami tidak sendiri dirumah kontrakan ini.

”Aaah ngak usah,, kamu tau siapa Vira itu Cha?,” tanya Diaz kepadaku

“Iiyaa sayang lesbian juga dan kekasih gelapmu kan?” Dengan nada sombong aku mnjawab.

“Eeehh sok sekali kamu yaa,” balas Diaz kepadaku. “Eh Cha bukannya dari dulu Echa bilang pengen rasain lesbi juga??” mendengar pertanyaan Diaz aku hanya tersenyum, aku segera menarik kepala Diaz dan kami kembali berciuman dengan rakus.

“Dasaar pelacurr, nihh rasakan jarikuu,,”, Diaz mengobok-obok memekku.

“Uuhhhh,teruuusss sayang,, aaahhh, enakkk,,,” dengan sedikit berjongkok aku langsung mengulum kontol diaz.

“Iyaa terus, kulum terus, mulut kamu memang untuk kontolku Echa,,”, Diaz terus meracau, dan saat sedang asik-asiknya mengulum kontol diaz aku merasa terkejut karena ada yang melumat dan mengigit susuku, karena ngak mungkin itu Diaz karena aku sedang dalam posisi jongkok dan Diaz berdiri.

“Uuhh,,, “ aku merasa keenakan karena tetekku di sedot-sedot oleh seseorang dan saat aku mau melihat siapa itu, kepalaku langsung di tahan Diaz sehingga kontol Diaz tetap berada dalam mulutku.

“Ummh,, Ummhh,, ” aku mengeluh nikmat.

“Uuuhh montok sekali susu kamu ya Cha??”, Aah suara itu ake kenal suara itu pikirku. Itu Vira bathinku.

“Uuh,, uhh,,” aku terus melengguh nikmat saat vira terus menjilati dengan rakus dan mengigit puting ku, ngak tahu kenapa aku malah semakin bernafsu diperlakukan seperti itu oleh Vira nafsu sex aku semakin lebih tinggi.

“Diaz sayang aku pengen rasain memek Echa yaa??” bilang Vira ke Diaz.

“Iyaa vira sayang puaskan dirimu, ngak usah ragu-ragu sama wanita murahaan ini”, Diaz langsung mencabut kontolnya dalam mulutku dan ke dua tangannya membuka lebar kakiku, dengan cepat dan rakus Vira langsung menjilat-jilat memek ku.

“Uuuhhh, aaahhhh,,mmmm,, ooohhh Jangan,,,” teriakku, dan

“Plaaak, plaaak,,” 2 tamparan melayang di pipiku oleh Diaz.

“Dasaar pereek, so jual mahal ya,,,,” Hardik Diaz padaku.

“Mmmmm, iyaaa sayang enaakk,, ooohhh viraa terussss virr,, aaahhhhh,,” badanku langsung bergetar mendapatkan orgasme pertamaku.

“Plaaak,,,” Dasar memek busuk, beraninya ya ngak izin dulu keluarin di mulutku, bilang vira sambil menampar memek ku,,

“Diaz kontoli aja lontemuu ini,,” vira pun mengambil cairan pejuku dan memasukan ke dalam mulutku.

“Niih rasa dulu pejumu sendiri Echa baru aku,,” dan dengan rakus aku menjilat tangan vira yang penuh cairan pejuku.

“Diaz sayang mantan kamuu ini emang bener-bener lonte yang maniak yaaa? Jarang lho dapat lonte pintar dan penurut kayak ginii,, he,, bisa jadi mainan vira nich,,”, ujar vira senang.

“Mulutnya yg sok manis ini memang cocok buat memek aku dan kontolmu ya sayang??,”, lanjut Vira.

“Iyaa vira sayang, ini memang lonte kita, dia jugaa mau kok vir, tenang aja,, iyaaa kan Cha kamu sukaa kan??” Bilng Diaz.

Dengan mata sayu dan tersenyum aku menjawab, “Mmmmmh,,iyaaa sayang,,”

”Ayoo bilang apa ke Vira??” Tanya Diaz.

“Virr,, makasih yaaa,,,”, dan Vira pun langsung mencium aku dan kami berciuman dengan rakus.

Diaz pun langsung memasukan penisnya kedalam memek ku,, “Uuhhhh,, ooohhhh enaaakkk sygg,, yaang keraasss sayaaaang, mmmmmm,, ooouuuwwhh,,,”

“Uuuuhhh, Diaz lontee kamu ini bikin aku gemeteran aja ya?”, ujar Vira.

“Plak,, plaaak,,cuiihhh,,” Pipiku ditampar keras Vira dan tubuhku diludahi olehnya.

“kamuu sukaaa Cha??? Mmmmmhh”, aku kembali hanya anggukan kepala sambil mengigit bibir bawah dan tersenyum.

“ Dasar lonte murahan kamu cha”, teriak Vira.

Vira membuka mulutku dengan paksa dan “cuiihhh,,” dia meludah didalamnya.

“Ayoo Diazz sayang nihh mulut sok imut masih terbuka,” bilang Vira yg meludahi mulutku.

“cuiiihh,, telaan ituuu lonteeee,” Diaz pun ikut meludah dalam mulutku.

“Mmmmhhhh,, aku langsung menelannya,,,”

Diaz sayang aku ke rumah bentar ya ambil seks toys dulu, biar seru,hehe,,”, bilang Vira,,,

“Ookee, pake mobil Echa aja”, cetus Diaz,,

“Pinjam dulu yaa Echa?” Vira teriak kepadaku.

“iyaa vir,,,”, jawabku.

Vira pun pergi,, dan aku pun terkulai lemas menunggu siksaan-siksaan apa lagi yang mungkin akan Diaz dan vira berikan.

“Kamuu sukaaa Echa??” ujar Diaz dengan mata merendahkan

“Ooooohhh iyaaa sayaaang,, aku suka,, kontoliiii akuuuu” , jawabku

“hahaha wajah kamu tuh kalau lagi nafsuu bener kayak lontee jalanan,,” cetus diaz sambil berdiri dan meninggalkan aku tergeletak telanjang ditengah ruangan.

Tidak lama vira membawa 2 dildo yang cukup besar. Dildo yang vira bawa cukup bagus, bisa bergerak sendiri dengan menekan tombol penggeraknya. Melihat itu diaz tersenyum seakan menemukan ide baru untuk mempermainkan aku. Diaz dibantu vira memasukkan kedua dildo itu ke memek dan pantatku.

“aaahhh, stooopp diazzz, mmmmm,,,,

“dasaar pereek, so jual mahal ya,,,, kamu itu diam dan nikmati saja”

Dildo yang cukup besar itu masuk semuanya ke nonok dan pantatku.. “aaaahh.. aaahhh’ aku menjerit kesakitan.

“Kamuu sukaaa kan Echa??” ujar Diaz dengan mata merendahkan

“Ooooohhh iyaaa syaaang,, suka kontoliiii akuuuu, lagi trus” , jawabku setelah mulai dapat menikmati apa yang mereka lakukan.

“Uuhhhh,, ooohhhh enaaakkk sayang,, yaang keraasss sayaaang, mmmmmm,, ooouuuwwhh,,, Uuuuhhh, siksa aku, siksa lontee mu ini,,”

Diaz kemudia duduk disofa dan dia menyuruhku berjalan membungkuk sambil mengulum kontolnya.

“plak, plaaak,,cuiihhh”, pipiku ditmpar kras Diaz dan mukaku diludahi olehnya,,

Sementara dildo itu tetap menempel di nonok dan pantatnya, bergerak-gerak sendiri , “uuhhh, aaahhhh,,mmmm,, ooohhh enaaakkk,,,”.

“plaaak, plaaak,,” Diaz terus menerus menampari pipiku

“Uuuuhhh,, aaaahhhh, Diaaazzz,,mmm,,,” tanpa sadari aku sudah kembali merasa keenakan.
Tidak lama vira yang tadi masih berdiam diri mulai melepas dildo dianusku, “aaahhh…” aku merasakan rasa nikmat ketika dildo itu dicabut olehnya.

Kini hanya dildo di memekku saja yang masih terpasang . ‘uuuhhh,, aaaahhhh, virrr,,” desahku.

Ternyata vira mulai menjilati lubang pantatku yang terbuka lebar karena habiz dipasang dildo,

“uuhhh, aaahhhh,,mmmm,, ooohhh enaaakkk,,,”

“Egghhmm, oohh, shitt, shitt”, aku menjerit dan badanku mengejang saat jari telunjuk vira masuk kedalam anusku itu. Badanku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, merasakan nikmatnya dilubang anus dan memekku. Nafasku terengah-engah sambil mengerang kesakitan.

“uuhhh, aaahhhh,,mmmm,, ooohhh enaaakkk virr,,,” desahku dengan tidak jelas karena mulutku terisi penuh oleh kontol Diaz

Vira kemudian memasang double dildo dan sekarang iya seakan memiliki sebuah kontol hitam yang besar.

“uuuhhh,, aaaahhhh, Vira,,” desahku ketika dildo itu kembali memasuki anusku.

“Aaahh, Stoop, kumohon jangan virr”.

Kedua tangan vira memegang pantat ku, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan vira memukul pantatkuu dan sesekali meremas tetekku dari belakang.

“plak, plaaak,,cuiihhh”, pantat ku ditampar keras Vira dan di ludahi olehnya,,

Dengan membiarkanku dalam keadaan dildo dimemek. Kondisi ku yang sedang Dianal oleh vira membuat Diaz mengalami klimaks saat kontolnya masih dalam mulut ku…

“Mmmmm, iyaaa sayaang enaakk,, ooohhh cha terussss cha,, aaahhhhh”, badan Diaz bergetar mengeluarkan pejunya dalam mulut ku dan bahkan sebagian terciprat ke tubuhku.

“Ufffhh,,”, aku tersedak saat peju Dias keluar.

“Ayo minum lonte,,” perintah Diaz padaku.

“Iya sayang, slurpp,,, slupp,,” aku meminum dan menjilati peju dia yang ada dikontol dan badanku.

Melihat itu vira semakin mempercepat kocokannya di anusku ”plak, plaaak,, Uuuuhhh,, aaaahhhh, Vira,” desahny sambil trus memukul pantatku.

“Anjingg, bangsaatt, perekk, loo cha.. ngentoott, gue entotin loo”, Vira merancau tak jelas. Dan akhirnya vira mendapatkan orgasmenya saat dildo masih terpasang di lobang anusku, memek vira menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya yang menetes diantara dildo yang terpasang dimemeknya.

“Aoohh, oouuhh, bangsaatt, shitt, shitt”

“uuhhh, aaahhhh,,mmmm,, ooohhh enaaakkk,,, plaaak, plaaak,,”

“uuhhh, aaahhhh,,mmmm,, ooohhh enaaakkk,,, plaaak, plaaak, ooohhh cha terussss cha,, aaahhhhh” teriak vira yang sedang mengalami kenikmatan orgasmenya.

“Kamuu sukaaa Cha???mmmmmhh iya vir suka”, Jawabku sambil mengigit bibir menahan rasa nikmat orgasme yang sangat hebat dalam diriku.

“Hahaha kamu memang lonte yang hebat cha,,” Lalu mereka menyuruhku untuk mandi karena tubuhku sudah penuh dengan sperma,dan disaat aku mau pergi mandi dengan dildo di nonok nya si diaz berkata “Echa mendingan dildonya kamu lepas dulu hahaha”

Mendengar itu echa ikut tertawa dan berkata “iyaa Diaz syg, echa ini mmng lontee kitaa yang sejati selalu ingin dientotin memekny tanpa henti sampai lupa bgitu..”

“Plaak.. cuiihhh,” pipiku ditmpar kras oleh Vira dan tubuhku kembali di ludah olehnya,,

“Dan kamu jangan mandi di kamar mandi, tapi kita akan mandiian kamu di halaman belakang?” ujar vira kepadaku. Akhirnya aku menuruti permintaan itu,

Kemudian mereka mengambil selang air dan menyemprot tubuhku dengan air dingin sambil memerintahkan untuk menggosok- gosoknya untuk membersihkan tubuh dan wajah dari sperma kering yang menempel di tubuhku. Disemprot air dingin seperti itu, membuatku terkejut dan menggigil kedinginan.

“uuhhh, aaahhhh,,mmmm,,” aku mendesah karena merasakan hawa dingin yang sangat.

Dan ini membuatku ingin buang air kecil “Diaz aku pengen buang air kecil” lalu Diaz berkata “boleh aja kamu pengen buang air kecil,tapi kamu harus buang air kecilnya disini” Diaz lalu menyiram memeku dengan selang, aku mengambil posisi jongkok dan mulai kencing, lalu bulu kemaluannya jadi tersisir rapi dibasahi oleh air selang yang kencang. ,” aaahhhh,,mmmm,, “ aku merasakan kenikmatan yang berbeda saat buang air kecil ini .

“hahaha..” diaz dan vira tertawa dengan puasnya akan perlakuan mereka kepadaku.

Setelah bersih aku kembali kedalam rumah dengan menggigil dan masuk kedalam kamar. Dalam pikiranku malam ini aku sangat senang krn keinginanku yang selama ini terpuaskan. Malam ini aku dijadikan budak sex, boneka sex, mainan sex atau apalah namanya.

Mereka memainkanku dengan berbagai posisi, aku hingga mengalami saat orgasme hingga beberapakali. Tubuhku sangat lemas sekaligus sangat puas, tak kuhiraukan mereka yg memperlakukanku seperti pelacur, lonte, perek.

Paginya akupun bersiap-siap pulang, Diaz dan Vira pun mengancamku dengan ancaman agar kapanpun mereka butuh pemuas nafsu, aku hrs mau menuruti kemauan mereka. Dalam hati aku berkata “Bahkan tanpa diancampun aku tidak akan menolak hal ini lagi” aku menikmati peranku . Peran sebagai budak sex Diaz dan vira.

Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange | Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang | Tips Bercinta | Foto Hot Bugil

The post Cerita Sex Peran Pemuas Nafsu appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Mengeras Tegang

$
0
0

sex tante hot, cerita abg mesum, sex memek perawan, sex sedarah nyata, ngentot janda horny disertai foto bugil – Mengeras Tegang. Awalnya aku tak terlalu tertarik dengan pasangan suami-istri muda yang baru tinggal di samping rumahku itu. Suaminya yang bernama Bram, berusia sekitar 32 tahun, merupakan seorang pria dengan wajah tirus dan dingin.

Cerrita Dewasa Mengeras Tegang

cerita sex perselingkuhan, cerita perselingkuhan terbaru, cerita perselingkuhan ibu rumah tangga, cerita cerita perselingkuhan, cerita perselingkuhan ibu, cerita perselingkuhan di kantor, cerita ngesek perselingkuhan, cerita perselingkuhan wanita, cerita perselingkuhan istriku, cerita perselingkuhan bergambar, cerita mesum perselingkuhan, cerita perselingkuhan dengan tetangga, perselingkuhan cerita, cerita perselingkuhan sampai hamil, cerita perselingkuhan tetangga, cerita hubungan perselingkuhan, cerita perselingkuhan terpanas, cerita birahi perselingkuhan, cerita bokep perselingkuhan

Sangat mahal senyum. Sedang istrinya, seorang wanita 23 tahun, bertubuh sintal yang memiliki sepasang mata membola cantik, raut wajah khas wanita Jawa. Tak beda jauh dengan suaminya, dia juga terlihat kaku dan tertutup.

Tapi watak itu, agaknya lebih disebabkan oleh sikap pendiam dan pemalunya. Sehari-harinya, dia selalu mengenakan pakaian kebaya. Latar belakang kehidupan pedesaan wanita berambut ikal panjang ini, terlihat masih cukup kental, Jakarta tak membuatnya berubah.

Aku hanya sempat bicara dan bertemu lebih dekat dengan pasangan ini, dihari pertama mereka pindah. Saat mengangkat barang-barangnya, aku kebetulan baru pulang dari jogging dan lewat di depan pintu pagar halaman rumah yang mereka kontrak. Setelah itu, aku tak pernah lagi kontak dengan keduanya. Aku juga tak merasa perlu untuk mengurusi mereka.

Perasaan dan pikiranku mulai berubah, khususnya terhadap si Istri yang bernama Maryati, ketika suatu pagi bangun dari tidur aku duduk di balik jendela. Dari arah sana, secara kebetulan, juga melalui jendela kamarnya, aku menyaksikan si Istri sedang melayani suaminya dengan sangat telaten dan penuh kasih.

Mulai menemani makan, mengenakan pakaian, memasang kaos kaki, sepatu, membetulkan letak baju, sampai ketika mencium suaminya yang sedang bersiap-siap untuk turun kerja, semua itu kusaksikan dengan jelas. Aku punya kesimpulan wanita lumayan cantik itu sangat mencintai pasangan hidupnya yang berwajah dingin tersebut.

Entah mengapa, tiba-tiba saja muncul pertanyaan nakal di otakku. Apakah Istri seperti itu memang memiliki kesetiaan yang benar-benar tulus dan jauh dari pikiran macam-macam terhadap suaminya? Sebutlah misalnya berhayal pada suatu ketika bisa melakukan petualangan seksual dengan lelaki lain?

Apakah seorang istri seperti itu mampu bertahan dari godaan seks yang kuat, jika pada suatu ketika, dia terposisikan secara paksa kepada suatu kondisi yang memungkinkannya bermain seks dengan pria lain?

Apakah dalam situasi seperti itu, dia akan melawan, menolak secara total meski keselamatannya terancam? Atau apakah dia justru melihatnya sebagai peluang untuk dimanfaatkan, dengan dalih ketidakberdayaan karena berada dibawah ancaman?

Pertanyaan-pertanyaan itu, secara kuat menyelimuti otak dudaku yang memang kotor dan suka berhayal tentang penyimpangan seksual. Sekaligus juga akhirnya melahirkan sebuah rencana biadab, yang jelas sarat dengan resiko dosa dan hukum yang berat. Aku ingin memperkosa Maryati! Wuah! Tapi itulah memang tekad yang terbangun kuat di otak binatangku.

Sesuatu yang membuatmu mulai hari itu, secara diam-diam melakukan pengamatan dan penelitian intensif terhadap pasangan suami istri muda tersebut. Kuamati, kapan keduanya mulai bangun, mulai tidur, makan dan bercengkrama.

Kapan saja si Suami bepergian ke luar kota lebih dari satu malam, karena tugas perusahaannya sebuah distributor peralatan elektronik yang cukup besar. Dengan kata lain, kapan Maryati, wanita dengan sepasang buah dada dan pinggul yang montok sintal itu tidur sendirian di rumahnya.

Untuk diketahui, pasangan ini tidak punya pembantu. Saat itulah yang bakal kupilih untuk momentum memperkosanya. Menikmati bangun dan lekuk-lekuk tubuhnya yang memancing gairah, sambil menguji daya tahan kesetiaannya sebagai istri yang bisa kukategorikan lumayan setia.

Sebab setiap suaminya bepergian atau sedang keluar, wanita ini hanya mengunci diri di dalam rumahnya. Selama ini bahkan dia tak pernah kulihat meski hanya untuk duduk-duduk di terasnya yang besar. Itu ciri Ibu Rumah Tangga yang konservatif dan kukuh memegang tradisi sopan-santun budaya wanita timur yang sangat menghormati suami.

Meski mungkin mereka sadar, seorang suami, yang terkesan sesetia apapun, jika punya peluang dan kesempatan untuk bermain gila, mudah terjebak ke sana. Aku tahu suaminya, si Bram selalu bepergian keluar kota satu atau dua malam, setiap hari Rabu.

Apakah benar-benar untuk keperluan kantornya, atau bisa jadi menyambangi wanita simpanannya yang lain. Dan itu bukan urusanku. Yang penting, pada Rabu malam itulah aku akan melaksanakan aksi biadabku yang mendebarkan.

Semua tahapan tindakan yang akan kulakukan terhadap wanita yang di mataku semakin menggairahkan itu, kususun dengan cermat. Aku akan menyelinap ke rumahnya hanya dengan mengenakan celana training minus celana dalam, serta baju kaos ketat yang mengukir bentuk tubuh bidangku.

Buat Anda ketahui, aku pria macho dengan penampilan menarik yang gampang memaksa wanita yang berpapasan denganku biasanya melirik. Momen yang kupilih, adalah pada saat Maryati akan tidur.

Karena berdasarka hasil pengamatanku, hanya pada saat itu, dia tidak berkebaya, cuma mengenakan daster tipis yang (mungkin) tanpa kutang. Aku tak terlalu pasti soal ini, karena cuma bisa menyaksikannya sekelebat saja lewat cara mengintip dari balik kaca jendelanya dua hari lalu.

Kalau Maryati cuma berdaster, berarti aku tak perlu disibukkan untuk melepaskan stagen, baju, kutang serta kain yang membalut tubuhnya kalau lagi berkebaya. Sedang mengapa aku cuma mengenakan training spack tanpa celana dalam, tahu sendirilah.

Aku menyelinap masuk ke dalam rumahnya lewat pintu dapur yang terbuka petang itu. Saat Maryati pergi mengambil jemuran di kebun belakangnya, aku cepat bersembunyi di balik tumpukan karton kemasan barang-barag elektronik yang terdapat di sudut ruangan dapurnya.

Dari sana, dengan sabar dan terus berusaha untuk mengendalikan diri, wanita itu kuamati sebelum dia masuk ke kamar tidurnya. Dengan mengenakan daster tipis dan ternyata benar tanpa kutang kecuali celana dalam di baliknya.

Si Istri Setia itu memeriksa kunci-kunci jendela dan pintu rumahnya. Dari dalam kamarnya terdengar suara acara televisi cukup nyaring. Nah, pada saat dia akan masuk ke kamar tidurnya itulah, aku segera memasuki tahapan berikut dari strategi memperkosa wanita bertubuh sintal ini.

Dia kusergap dari belakang, sebelah tanganku menutup mulutnya, sedang tangan yang lain secara kuat mengunci kedua tangannya. Maryati terlihat tersentak dengan mata terbeliak lebar karena terkejut sekaligus panik dan ketakutan.

Dia berusaha meronta dengan keras. Tapi seperti adegan biasa di film-film yang memperagakan ulah para bajingan, aku cepat mengingatkannya untuk tetap diam dan tidak bertindak bodoh melakukan perlawanan. Hanya bedanya, aku juga mengutarakan permintaan maaf.

“Maafkan saya Mbak. Saya tidak tahan untuk tidak memeluk Mbak. Percayalah, saya tidak akan menyakiti Mbak. Dan saya bersumpah hanya melakukan ini sekali. Sekali saja,” bisikku membujuk dengan nafas memburu akibat nafsu dan rasa tegang luar biasa.

Maryati tetap tidak peduli. Dia berusaha mengamuk, menendang-nendang saat kakiku menutup pintu kamarnya dan tubuhnya kepepetkan ke dinding. “Kalau Mbak ribut, akan ketahuaan orang. Kita berdua bisa hancur karena malu dan aib.

Semua ini tidak akan diketahui orang lain. Saya bersumpah merahasiakannya sampai mati, karena saya tidak mau diketahui orang lain sebagai pemerkosa,” bisikku lagi dengan tetap mengunci seluruh gerakan tubuhnya.

Tahapan selanjutnya, adalah menciumi bagian leher belakang dan telinga wanita beraroma tubuh harum merangsang itu. Sedang senjataku yang keras, tegang, perkasa dan penuh urat-urat besar, kutekankan secara keras ke belahan pantatnya dengan gerakan memutar, membuat Maryati semakin terjepit di dinding.

Dia mencoba semakin kalap melawan dan meronta, namun apalah artinya tenaga seorang wanita, di hadapan pria kekar yang sedang dikuasai nafsu binatang seperti diriku.
Aksi menciumi dan menekan pantat Maryati terus kulakukan sampai lebih kurang sepuluh menit. Setelah melihat ada peluang lebih baik, dengan gerakan secepat kilat, dasternya kusingkapkan. Celana dalamnya segera kutarik sampai sobek ke bawah, dan sebelum wanita ini tahu apa yang akan kulakukan, belahan pantatnya segera kubuka dan lubang anusnya kujilati secara buas.

Maryati terpekik. Sebelah tanganku dengan gesit kemudian menyelinap masuk diantara selangkangannya dari belakang dan meraba serta meremas bagian luar kemaluannya, tapi membiarkan bagian dalamnya tak terjamah.

Strategiku mengingatkan belum waktunya sampai ke sana. Aksi menjilat dan meremas serta mengusap-usap ini kulakukan selama beberapa menit. Maryati terus berusaha melepaskan diri sambil memintaku menghentikan tindakan yang disebutnya jahanam itu.

Dia berulang-ulang menyebutku binatang dan bajingan. Tak soal. Aku memang sudah jadi binatang bajingan. Dan sekarang sang bajingan sudah tanpa celana, telanjang sebagian.

“Akan kulaporkan ke suamiku,” ancamnya kemudian dengan nafas terengah-engah. Aku tak menyahut sambil bangkit berdiri serta menciumi pundaknya. Lalu menempelkan batang perkasaku yang besar, tegang dan panas diantara belahan pantatnya.

Menekan dan memutar-mutarnya dengan kuat di sana. Sedang kedua tanganku menyusup ke depan, meraba, meremas dan memainkan puting buah dada besar serta montok wanita yang terus berjuang untuk meloloskan diri dari bencana itu.

“Tolong Mas Dartam, lepaskan aku. Kasihani aku,” ratapnya. Aku segera menciumi leher dan belakang telinganya sambil berbisik untuk membujuk, sekaligus memprovokasi. “Kita akan sama-sama mendapat kepuasan Mbak.

Tidak ada yang rugi, karena juga tidak akan ada yang tahu. Suamimu sedang keluar kota. Mungkin juga dia sedang bergulat dengan wanita lain. Apakah kau percaya dia setia seperti dirimu,” bujukku mesra.

“Kau bajingan terkutuk,” pekiknya dengan marah. Sebagai jawabannya, tubuh putih yang montok dan harum itu (ciri yang sangat kusenangi) kali ini kupeluk kuat-kuat, lalu kuseret ke atas ranjang dan menjatuhnya di sana.

Kemudian kubalik, kedua tangannya kurentangkan ke atas. Selanjutnya, ketiak yang berbulu halus dan basah oleh keringat milik wanita itu, mulai kuciumi. Dari sana, ciumanku meluncur ke sepasang buah dadanya. Menjilat, menggigit-gigit kecil, serta menyedot putingnya yang terasa mengeras tegang.

“Jangan Mas Darta. Jangan.. Tolong lepaskan aku.” Wanita itu menggeliat-geliat keras. Masih tetap berusaha untuk melepaskan diri. Tetapi aku terus bertindak semakin jauh. Kali ini yang menjadi sasaranku adalah perutnya.

Kujilat habis, sebelum pelan-pelan merosot turun lebih ke bawah lalu berputar-putar di bukit kemaluannya yang ternyata menggunung tinggi, mirip roti. Sementara tanganku meremas dan mempermainkan buah dadanya, kedua batang paha putih dan mulusnya yang menjepit rapat, berusaha kubuka.

Maryati dengan kalap berusaha bangun dan mendorong kepalaku. Kakinya menendang-nendang kasar. Aku cepat menjinakkannya, sebelum kaki dan dengkul yang liar itu secara telak membentur dua biji kejantannanku. Bisa celaka jika itu terjadi. Kalau aku semaput, wanita ini pasti lolos.

Setelah berjuang cukup keras, kedua paha Maryati akhirnya berhasil kukuakkan. Kemudian dengan keahlian melakukan cunnilingus yang kumiliki dari hasil belajar, berteori dan berpraktek selama ini, lubang dan bibir kelamin wanita itu mulai menjadi sasaran lidah dan bibirku.

Tanpa sadar Maryati terpekik, saat kecupan dan permainan ujung lidahku menempel kuat di klitorisnya yang mengeras tegang. Kulakukan berbagai sapuan dan dorongan lidah ke bagian-bagian sangat sensitif di dalam liang senggamanya, sambil tanganku terus mengusap, meremas dan memijit-mijit kedua buah dadanya.

Maryati menggeliat, terguncang dan tergetar, kadang menggigil, menahan dampak dari semua aksi itu. Kepalanya digeleng-gelengkan secara keras. Entah pernyataan menolak, atau apa. Sambil melakukan hal itu, mataku berusaha memperhatikan permukaan perut Si Istri Setia ini.

Dari sana aku bisa mempelajari reaksi otot-otot tubuhnya, terhadap gerakan lidahku yang terus menyeruak masuk dalam ke dalam liang senggamanya. Dengan sentakan-sentakan dan gelombang di bagian atas perut itu, aku akan tahu, di titik dan bagian mana Maryati akan merasa lebih terangsang dan nikmat.

Gelombang rangsangan yang kuat itu kusadari mulai melanda Maryati secara fisik dan emosi, ketika perlawanannya melemah dan kaki serta kepalanya bergerak semakin resah. Tak ada suara yang keluar, karena wanita ini menutup bahkan menggigit bibirnya.

Geliat tubuhnya bukan lagi refleksi dari penolakan, tetapi (mungkin) gambaran dari seseorang yang mati-matian sedang menahan kenikmatan. Berulang kali kurasakan kedua pahanya bergetar. Kemaluannya banjir membasah.

Ternyata benar analisa otak kotorku beberapa pekan lalu. Bahwa sesetia apapun seorang Istri, ada saat di mana benteng kesetiaan itu ambruk, oleh rangsangan seksual yang dilakukan dalam tempo relatif lama secara paksa, langsung, intensif serta tersembunyi oleh seorang pria ganteng yang ahli dalam masalah seks.

Maryati telah menjadi contoh dari hal itu. Mungkin juga ketidakberdayaan yang telah membuatnya memilih untuk pasrah. Tetapi rasanya aku yakin lebih oleh gelora nafsu yang bangkit ingin mencari pelampiasan akibat rangsangan yang kulakukan secara intensif dan ahli di seluruh bagian sensitif tubuhnya.

Aksiku selanjutnya adalah dengan memutar tubuh, berada di atas Maryati, memposisikan batang kejantananku tepat di atas wajah wanita yang sudah mulai membara dibakar nafsu birahi itu. Aku ingin mengetahui, apa reaksinya jika terus kurangsang dengan batang perkasaku yang besar dan hangat tepat berada di depan mulutnya. Wajahku sendiri, masih berada diantara selangkangannyadengan lidah dan bibir terus menjilat serta menghisap klitoris dan liang kewanitaannya.

Paha Maryati sendiri, entah secara sadar atau tidak, semakin membuka lebar, sehingga memberikan kemudahan bagiku untuk menikmati kelaminnya yang sudah membanjir basah. Mulutnya berulangkali melontarkan jeritan kecil tertahan yang bercampur dengan desisan. Aksi itu kulakukan dengan intensif dan penuh nafsu, sehingga berulang kali kurasakan paha serta tubuh wanita cantik itu bergetar dan berkelojotan.

Beberapa menit kemudian mendadak kurasa sebuah benda basah yang panas menyapu batang kejantananku, membuatku jadi agak tersentak. Aha, apalagi itu kalau bukan lidah si Istri Setia ini. Berarti, selesailah sudah seluruh perlawanan yang dibangunnya demikian gigih dan habis-habisan tadi. Wanita ini telah menyerah.

Namun sayang, jilatan yang dilakukannya tadi tidak diulanginya, meski batang kejantananku sudah kurendahkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan mulutnya untuk menelan bagian kepalanya yang sudah sangat keras, besar dan panas itu.

Boleh jadi wanita ini merasa dia telah menghianati suaminya jika melakukan hal itu, menghisap batang kejantanan pria yang memperkosanya! Tak apa. Yang penting sekarang, aku tahu dia sudah menyerah. Aku cepat kembali membalikkan tubuh.

Memposisikan batang kejantananku tepat di depan bukit kewanitaannya yang sudah merekah dan basah oleh cairan dan air ludahku. Aku mulai menciumi pipinya yang basah oleh air mata dan lehernya. Kemudian kedua belah ketiaknya.

Maryati menggelinjang liar sambil membuang wajahnya ke samping. Tak ingin bertatapan denganku. Buah dadanya kujilati dengan buas, kemudian berusaha kumasukan sedalam-dalamnya ke dalam mulutku.

Tubuh Maryati mengejang menahan nikmat. Tindakan itu kupertahankan selama beberapa menit. Kemudian batang kejantananku semakin kudekatkan ke bibir kemaluannya.

Ah.., wanita ini agaknya sudah mulai tidak sabar menerima batang panas yang besar dan akan memenuhi seluruh liang sanggamanya itu. Karena kurasa pahanya membentang semakin lebar, sementara pinggulnya agak diangkat membuat lubang sanggamanya semakin menganga merah.

“Mbak Mar sangat cantik dan merangsang sekali. Hanya lelaki yang beruntung dapat menikmati tubuhmu yang luar biasa ini,” gombalku sambil menciumi pipi dan lehernya. “Sekarang punyaku akan memasuki punya Mbak.

Aku akan memberikan kenikmatan yang luar biasa pada Mbak. Sekarang nikmatilah dan kenanglah peristiwa ini sepanjang hidup Mbak.” Setelah mengatakan hal itu, sambil menarik otot di sekitar anus dan pahaku agar ketegangan kelaminku semakin meningkat tinggi, liang kenikmatanwanita desa yang bermata bulat jelita itu, mulai kuterobos.

Maryati terpekik, tubuhnya menggeliat, tapi kutahan. Batang kejantananku terus merasuk semakin dalam dan dalam, sampai akhirnya tenggelam penuh di atas bukit kelamin yang montok berbulu itu.

Untuk sesaat, tubuhku juga ikut bergetar menahan kenikmatan luar biasa pada saat liang kewanitaan wanita ini berdenyut-deyut menjepitnya. Tubuhku kudorongkan ke depan, dengan pantat semakin ditekan ke bawah, membuat pangkal atas batang kejantananku menempel dengan kuat di klitorisnya.

Maryati melenguh gelisah. Tangannya tanpa sadar memeluk tubuhku dengan punggung melengkung. Kudiamkan dia sampai agak lebih tenang, kemudian mulailah gerakan alamiah untuk coitus yang membara itu kulakukan.

Maryati kembali terpekik sambil meronta dengan mulut mendesis dan melengguh. Tembakan batang kejantananku kulakukan semakin cepat, dengan gerakan berubah-ubah baik dalam hal sudut tembakannya, maupun bentuknya dalam melakukan penetrasi. Kadang lurus, miring, juga memutar, membuat Maryati benar-benar seperti orang kesurupan.

Wanita ini kelihatanya sudah total lupa diri. Tangannya mencengkram pundakku, lalu mendadak kepalanya terangkat ke atas, matanyaterbeliak, giginya dengan kuat menggigit pundakku. Dia orgasme! Gerakan keluar-masuk batang kejantananku kutahan dan hanya memutar-mutarnya, mengaduk seluruh liang sanggama Maryati, agar bisa menyentuh dan menggilas bagian-bagian sensitif di sana.

Wanita berpinggul besar ini meregang dan berkelonjotan berulang kali, dalam tempo waktu sekitar dua puluh detik. Semuanya kemudian berakhir. Mata dan hidungnya segera kuciumi. Pipinya yang basah oleh air mata, kusapu dengan hidungku. Tubuhnya kupeluk semakin erat, sambil mengatakan permintaan maaf atas kebiadabanku.

Maryati cuma membisu. Kami berdua saling berdiaman. Kemudian aku mulai beraksi kembali dengan terlebih dahulu mencium dan menjilati leher, telinga, pundak, ketiak serta buah dadanya. Kocokan kejantananku kumulai secara perlahan. Kepalanya kuarahkan ke bagian-bagian yang sensitif atau G-Spot wanita ini. Hanya beberapa detik kemudian, Maryati kembali gelisah.

Kali ini aku bangkit, mengangkat kedua pahanya ke atas dan membentangkannya dengan lebar, lalu menghujamkan batang perkasaku sedalam-dalamnya. Maryati terpekik dengan mata terbeliak, menyaksikan batang kejantananku yang mungkin jauh lebih besar dari milik suaminya itu, berulang-ulang keluar masuk diantara lubang berbulu basah miliknya.

Matanya tak mau lepas dari sana. Kupikir, wanita ini terbiasa untuk berlaku seperti itu, jika bersetubuh. Wajahnya kemudian menatap wajahku.

“Mas..” bisiknya. Aku mengangguk dengan perasaan lebih terangsang oleh panggilan itu, kocokanbatang kejantananku kutingkatkan semakin cepat dan cepat, sehingga tubuh Maryati terguncang-guncang dahsyat. Pada puncaknya kemudian, wanita ini menjatuhkan tubuhnya di tilam, lalu menggeliat, meregang sambil meremas sprei.

Aku tahu dia akan kembali memasuki saat orgasme keduanya. Dan itu terjadi saat mulutnya melontarkan pekikan nyaring, mengatasi suara Krisdayanti yang sedang menyanyi di pesawat televisi di samping ranjang. Pertarungan seru itu kembali usai.

Aku terengah dengan tubuh bermandi keringat, di atas tubuh Maryati yang juga basah kuyup. Matanya kuciumi dan hidungnya kukecup dengan lembut. Detak jantungku terasa memacu demikian kuat. Kurasakan batang kejantananku berdenyut-denyut semakin kuat. Aku tahu, ini saat yang baik untuk mempersiapkan orgasmeku sendiri.

Tubuh Maryati kemudian kubalikkan, lalu punggungnya mulai kujilati. Dia mengeluh. Setelah itu, pantatnya kubuka dan kunaikkan ke atas, sehingga lubang anusnya ikut terbuka. Jilatan intensifku segera kuarahkan ke sana, sementara jariku memilin dan mengusap-usap klitorisnya dari belakang.

Maryati berulang kali menyentakkan badannya, menahan rasa ngilu itu. Namun beberapa menit kemudian, keinginan bersetubuhnya bangkit kembali. Tubuhnya segera kuangkat dan kuletakkan di depan toilet tepat menghadap cermin besar yang ada di depannya. Dia kuminta jongkok di sana, dengan membuka kakinya agak lebar.

Setelah itu dengan agak tidak sabar, batang kejantananku yang terus membesar keras, kuarahkan ke kelaminnya, lalu kusorong masuk sampai ke pangkalnya. Maryati kembali terpekik. Dan pekik itu semakin kerap terdengar ketika batang kejantananku keluar masuk dengan cepat di liang sanggamanya.

Bahkan wanita itu benar-benar menjerit berulangkali dengan mata terbeliak, sehingga aku khawatir suaranya bisa didengar orang di luar.

Wanita ini kelihatannya sangat terangsang dengan style bersetubuh seperti itu. Selain batang kejantananku terasa lebih dahsyat menerobos dan menggesek bagian-bagian sensitifnya, dia juga bisa menyaksikan wajahku yang tegang dalam memompanya dari belakang.

Dan tidak seperti sebelumnya, Maryati kali ini dengan suara gemetar mengatakan dia akan keluar. Aku cepat mengangkat tubuhnya kembali ke ranjang. Menelentangkannya di sana, kemudian menyetubuhinya habis-habisan, karena aku juga sedang mempersiapkan saat orgasmeku.

Aku akan melepas bendungansperma di kepala kejantananku, pada saat wanita ini memasuki orgasmenya. Dan itu terjadi, sekitar lima menit kemudian. Maryati meregang keras dengan tubuh bergetar. Matanya yang cantik terbeliak.

Maka orgasmeku segera kulepas dengan hujaman batang kejantanan yang lebih lambat namun lebih kuat serta merasuk sedalam-dalamnya ke liang kewanitaan Maryati.

Kedua mata wanita itu kulihat terbalik, Maryati meneriakkan namaku saat spermaku menyembur berulang kali dalam tenggang waktu sekitar delapan detik ke dalam liang sanggamanya. Tangannya dengan kuat merangkul tubuhku dan tangisnya segera muncul. Kenikmatan luar biasa itu telah memaksa wanita ini menangis.

Aku memejamkan mata sambil memeluknya dengan kuat, merasakan nikmatnya orgasme yang bergelombang itu. Ini adalah orgasmeku yang pertama dan penghabisanku dengan wanita ini. Aku segera berpikir untuk berangkat besok ke Kalimantan, ke tempat pamanku.

Mungkin seminggu, sebulan atau lebih menginap di sana. Aku tidak boleh lagi mengulangi perbuatan ini. Tidak boleh, meski misalnya Maryati memintanya.

Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange | Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang | Tips Bercinta | Foto Hot Bugil

The post Cerita Sex Mengeras Tegang appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Menguji Keponakan

$
0
0

sex tante hot, cerita abg mesum, sex memek perawan, sex sedarah nyata, ngentot janda horny disertai foto bugil – Menguji Keponakan. bersama saudara sendiri selalu saja menarik untuk diulas. Cerita Sex dengan kategori sedarah yang ingin aku ceritakan di website ini aku alami beberapa waktu lalu. Jadi ceritanya adalah begini, kalau pulang ke rumah setelah kerja, aku suka melepaskan semua pakaian kerjaku setelah masuk pintu, lalu berjalan-jalan di dalam rumah hanya memakai bra dan celana dalam.

Cerita Dewasa Menguji Keponakan

cerita sex sedarah, cerita ml sedarah, cerita ngesex sedarah, sedarah cerita, cerita hubungan sedarah, cerita sedarah bergambar, cerita ngetot sedarah, cerita 18 sedarah, cerita sedarah keluarga, cerita sedarah panas, cerita sedarah baru, daftar cerita sedarah, cerita seks sedarah, cerita sedarah kakak, cerita bokep sedarah, cerita nakal sedarah, cerita ngntot sedarah, cerita sedarah adik, cerita sedarah new, cerita sedarah terkini, cerita sedarah 18, cerita wanita sedarah, cerita cerita sedarah

Setelah itu, biasanya aku akan mandi tanpa menutup pintu kamar mandi dan keluar kamar mandi setelah selesai dalam keadaan telanjang sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Kalau tidak malas, aku akan memakai celana dalam dan bra atau gaun malam saja tanpa celana dalam dan bra.

Tapi kalau malas, aku akan membiarkan tubuhku telanjang, lalu aku akan mulai makan, nonton TV ataupun bersantai. Aku juga suka tidur dengan pakaian yang sexy dan minim. Pernah aku tidur tanpa memakai pakaian sama sekali.

Dua bulan yang lalu, aku kedatangan tamu dari Semarang. Tamu itu adalah keponakanku sendiri. Umurnya baru 17 tahun, dia anak dari kakak laki-lakiku yang paling bungsu. Dia datang di saat liburan sekolahnya. Aku sangat gembira menyambutnya.

Dia kusuruh tinggal di kamar sebelah kamar tidurku. Hari-hari awal semuanya berjalan seperti normal, tetapi satu minggu kemudian, ada yang sedikit aneh. Pakaian dalamku sering kutemukan tidak pada tempat dan urutannya. Kadang-kadang sedikit tidak rapi.

Ada timbul kecurigaan kalau keponakanku itu memainkan pakaian dalamku, sebab kalau tidak siapa lagi. Kadang-kadang ada pakaian dalamku yang hilang lalu besoknya ditemukan kembali ditempatnya semula. Aku mulai merasa kalau keponakanku memiliki obsesi seks tentang aku.

Suatu malam aku memutuskan untuk menguji keponakanku. Selesai mandi, aku segera mengambil celana dalam g-string warna merah dengan renda-renda yang sexy dan kukenakan. Setelah itu, aku memilih sebuah gaun malam berwarna pink dengan bahan satin.

Gaun malam itu semi transparan, jadi tidak akan transparan bila dilihat dari dekat, tetapi akan menampakkan lekuk tubuhku bila ada latar cahayanya. Panjang gaun malam itu hanya 10 cm dari selangkanganku.

Di bagian pundak hanya ada 2 tali tipis untuk menggantung gaun malam itu ke tubuhku. Bila kedua tali itu diturunkan dari pundakku, dijamin gaun malamku akan meluncur ke bawah dan menampakan tubuhku yang telanjang tanpa halangan.

Setelah itu, aku keluar ke ruang keluarga tempatku menonton TV dan segera duduk menonton TV. Mula-mula aku berusaha duduk dengan sopan dan berusaha menutupi selangkanganku dengan lipatan kakiku.

Tak lama kemudian, keponakanku keluar dari kamarnya dan duduk di sebelahku. Sepanjang malam itu, kami berbincang-bincang sambil menonton TV, tetapi aku tahu kalau dia diam-diam mencuri lihat tubuhku lewat sudut mataku.

Kadang-kadang aku menundukan badanku ke arah meja di depan seolah-olah menjangkau sesuatu yang akhirnya mempermudah dia melihat payudaraku lewat leher bajuku yang longgar. Tak lama kemudian, aku mencoba lebih berani lagi.

Aku mengubah posisi tempat dudukku sehingga kali ini pakaian tidurku bagian belakang tersingkap dan memperlihatkan pantat dan tali g-string di pinggangku. Dari ujung mataku aku bisa melihat kalau keponakanku melihat bagian itu terus. Anehnya, aku mulai merasa terangsang. Mungkin ini akibat dari masa mudaku sebagai seorang eksibisionis.

Sejenak kemudian aku pergi ke kamar kecil. Sengaja pintu kamar mandi tidak kututup sampai rapat, tetapi menyisakan sedikit celah. Dari pantulan tegel dinding, aku melihat bayangan keponakanku muncul di celah pintu dan mengintipku, walaupun saat itu aku membelakangi pintu.

Setelah itu, aku menundukan kepalaku, pura-pura konsentrasi pada g-stringku agar dia tidak kaget. Kemudian aku membalikkan badanku, mengangkat gaun malamku dan menurunkan celana dalamku di depan matanya. Aku tidak tahu bagaimana rasa seorang lelaki melihat hal ini, tetapi dari banyak yang kudengar, sebetulnya lelaki paling menyukai saat ini yaitu pada saat perempuan mulai membuka pakaiannya.

Dengan tetap menunduk, aku berjongkok dan menyemburkan air kencingku. Aku yakin dengan posisi seperti ini, keponakanku ini akan sangat menikmati pemandangan vaginaku yang mengeluarkan air kencing. Ini juga salah satu yang kudengar bahwa lelaki suka melihat perempuan kencing.

Setelah kencingku selesai aku kembali berdiri, membetulkan g-stringku lalu kuturunkan gaun tidurku. Setelah itu, aku membalikan badanku lagi sambil membetulkan g-stringku bagian belakang. Sebetulnya aku memberikan kesempatan kepada keponakanku untuk pergi tapa terlihat aku.

Benar saja, lagi-lagi dari pantulan tegel dinding aku melihat bayangan keponakanku menjauh ke arah ruang keluarga. Setelah semua selesai, aku kembali ke ruang keluarga dan berlagak seolah-olah tidak ada apa-apa.

Saat aku berjalan ke arah sofa, aku melihat kalau muka keponakanku merah, Dalam hatiku aku tertawa karena teringat masa laluku sebagai eksebisionis. Waktu itu, semua laki-laki yang memandangku saat aku sedang “Beraksi” juga memperlihatkan reaksi yang sama. Untuk menghilangkan rasa gugupnya, aku melemparkan senyum kepadanya, dan dibalas dengan senyum yang kikuk.

Setelah itu, aku kembali duduk di sofa dengan posisi yang lebih sopan dan melanjutkan acara nonton TV dan bincang-bincang kami. Tak lama kemudian, aku memutuskan untuk tidur, karena saat itu jam 11.30.

Saat di dalam kamar, aku membaringkan tubuhku di tempat tidur. Gaun malamku yang tersingkap saat aku naik ke tempat tidur kubiarkan saja sehingga memperlihatkan g-string yang kupakai.

Tali gaun tidurku sebelah kiri merosot ke siku tangan juga tidak kuperbaiki sehingga puting payudaraku sebelah kiri nongol sedikit. Aku mulai menikmati kalau diintip oleh keponakanku di kamar mandi tadi. Mulai besok aku merencanakan sesuatu yang lebih enak lagi.

Keesokan harinya adalah hari Minggu, jadi besoknya aku bangun dengan posisi pakaian yang tidak karuan. Setelah membetulkan tali bahu gaun malamku, aku keluar kamar. Di luar kamar, aku bertemu dengan keponakanku yang sudah bangun.

Dia sedang menonton acara TV pagi. Aku menyapanya dan segera di balas dengan sapaannya juga. Setelah itu, aku mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Lagi-lagi pintu kamar mandi tidak kututup rapat.

Seperti dugaanku, keponakanku kembali mengintipku. Aku kemudian membuka gaun malamku sehingga aku hanya mengenakan g-string. Gaunku itu kuletakan di tempat cucian. Setelah itu, dengan hanya memakai g-string, aku berdiri di depan wastafel dan menggosok gigiku.

Saat menggosok gigi, payudaraku bergoyang-goyang karena gerakan tanganku yang menyikat gigi.

Keponakanku pasti melihatnya dengan jelas karena aku sudah mengatur posisi tubuhku agar dia dapat menikmati pemandangan ini. Setelah selesai, aku kemudian membuka g-stringku. Sementara g-stringku masih kupegang di tangan, aku kemudian kencing sambil berdiri. Air seniku kuarahkan ke lantai. Setelah itu, aku siram dan aku masuk ke tempat shower.

Tempat shower itu sengaja tidak kututup juga. Aku kemudian mandi seperti biasa, tetapi saat menyabuni badan, aku menyabuni dengan perlahan-lahan. Gerakan tanganku kubuat sesensual mungkin. Bagian payudara dan vaginaku kusabuni agak lama.

Setelah membilas badanku, aku masih melanjutkan acara mandi sambil diintip dengan mencuci rambut. Selesai semua itu, aku kemudian mengeringkan badan dan rambut, lalu melilitkan handuk di tubuhku. Sekilas aku melihat dari pantulan tegel dinding kalau keponakanku sudah pergi. Aku kemudian keluar dari kamar mandi.

Saat keluar aku melihat keponakanku duduk di depan TV sambil menikmati acara TV. Aku tahu sebetulnya dia hanya pura-pura. Mukanya merah seperti kemarin sewaktu habis mengintipku kencing. Aku kemudian masuk kamar tidurku.

Pintu kamar tidurku kali ini tidak kututup rapat pula dengan harapan keponakanku akan mengintip baju. Lewat pantulan cermin di lemari pakaianku, aku melihat kalau bayangan keponakanku ada di depan pintu. Dia mengintipku lagi.

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kubuka lilitan handukku sehingga aku telanjang bulat. Setelah itu, dengan handuk itu, aku terus mengeringkan rambutku yang basah sementara aku terus menuju ke meja rias.

Di meja rias, aku mengambil blower dan dengan blower itu, aku mengeringkan rambutku. Setelah kering, aku menuju ke lemari kemudian mengambil celana transparan yang berwarna putih. Setelah memakainya, aku kemudian mengambil sebuah strapless bra warna putih (bra yang tali bahunya bisa di lepas, tetapi kali ini aku tidak melepasnya) dengan kawat penyangga payudara di bagian bawah cupnya dan memakainya pula.

Kemudian aku mengambil jubah pendek dari bahan satin berwarna putih dan kupakai. Setelah menalikan tali jubah itu ke pinggangku aku merapikan rambutku lagi sebelum keluar. Dari pantulan cermin aku melihat kalau bayangan keponakanku sudah tidak ada.

Setelah itu, aku keluar kamar dan menyiapkan makan pagi untuk kami berdua. Keponakanku saat itu sudah di kamar mandi untuk mandi. Perkiraanku, di kamar mandi dia tidak cuma sekedar mandi, tetapi pasti memakai gaun malam dan g-stringku sambil mastubasi membayangkan badanku.

Aku tertawa dengan geli karena merasa berhasil merangsang keponakanku. Saat membayangkan rasanya diintip saat mandi dan ganti baju, cairan kewanitaanku terasa mengalir di sela-sela vaginaku. Aku sendiri betul-betul terangsang.

Saat makan pagi siap dan keponakanku selesai mandi, aku menyuruhnya makan bersama. Saat makan, jubah satin yang kupakai melonggar di bagian leher, tetapi aku pura-pura tidak tahu. Aku tahu kalau keponakanku memperhatikan bra yang terlihat akibat bagian leher yang terus melonggar.

Setelah makan selesai, aku membereskan piring sementara keponakanku duduk di sofa membaca buku. Setelah aku merasa semua sudah beres, aku kemudian mengajaknya untuk jalan-jalan menikmati liburannya.

Sejak hari itu, aku selalu bermain kucing-kucingan dengan keponakanku. Kubiarkan dirinya mengintipku saat mandi, kencing atau ganti baju. Aku juga membiarkannya mencuri dan memakai pakaian dalamku sepanjang dia mengembalikannya baik ke lemariku maupun ke tempat cucian.

Aku pura-pura tidak tahu kalau dia melakukan semua itu. Hanya saat aku melakukan masturbasi saja yang tidak kubiarkan dia mengintip. Lagi pula biasanya aku melakukan masturbasi di malam hari saat hendak tidur.

Sebetulnya ini karena aku malu menunjukkan kepadanya kalau aku sedang terangsang. Aku sangat menikmati situasi ini sampai saat dia harus pulang kembali ke Semarang, aku mengatakan kepadanya kalau aku sangat menyukai perhatiannya.

Maksudku adalah aku suka diintip olehnya. Entah dia mengerti maksudku atau tidak, tetapi dia juga mengatakan kalau dia sangat menikmati liburan ini. Aku berharap untuk liburan selanjutnya, keponakanku mau datang lagi agar aku bisa menunjukan tubuhku lagi kepadanya.

Pengalaman ini sungguh indah dan menyegarkan masa laluku. Kalau ada kesempatan, aku akan berusaha untuk mengulanginya lagi hanya saja aku sekarang lebih suka diintip.

Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange | Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang | Tips Bercinta | Foto Hot Bugil

The post Cerita Sex Menguji Keponakan appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Yunita Gadis SMA

$
0
0

sex tante hot, cerita abg mesum, sex memek perawan, sex sedarah nyata, ngentot janda horny disertai foto bugil – Yunita Gadis SMA. Di sekolah ini aku dan Dol bekerja sendirian. Kami sengaja hidup berpindah-pindah tempat. Kami bukanlah pekerja tetap di sekolah negeri ini, aku hanya mendapat order sebagai cleaning service.

Cerita Dewasa Yunita Gadis SMA

cerita sex ABG, cerita ABG terbaru, cerita ABG ngentot, kumpulan cerita ABG ngentot, cerita hot ngentot, cerita nyata ABG ngentot, koleksi cerita ABG ngentot, kumpulan cerita ngentot terbaru

Kami tidak dibayar mahal namun aku memiliki kebebasan untuk tinggal di lingkungan sekolah ini. Maklumlah aku adalah perantau yang hidup nomaden.

Diantara gadis-gadis di sekolah tempatku bekerja, ada salah seorang yang paling menonjol. Aku sangatlah hafal dengannya.Karena memang dia cantik, lincah dan aktif dalam kegiatansekolah, sehingga akupun sering melihat dia mondar-mandir di sekolahan ini. YUNITA namanya. Postur tubuhnya besar, wajahnya cantik dan manis, kulitnya putih bersih serta wangi selalu,rambutnya lurus panjang sepunggung dan selalu diurai.

Penampilannyapun modis sekali, seragam sekolah yang dikenakannya selalu berukuran ketat, rok seragam abu-abunya berpodolgan sejengkal diatas lutut sehingga pahanya yang putih mulus itu terlihat, ukuran roknyapun ketat sekali membuat pantatnya yang sekal itu terlihat menonjol, sampai-sampai garis celana dalamnyapun terlihat jelas melintang menghiasi lekuk pantatnya, tak lupa kaos kaki putih selalu menutupi betisnya yang putih mulus itu.

Tidak bisa kupungkiri lagi aku tengah jatuh cinta kepadanya.Namun perasaan cintaku kepada Yunita lebih didominasi oleh nafsu sex semata. Gairahku memuncak apabila aku memandanginya atau berpapasan dengannya di saat aku tengah bekerja di sekolah ini.

Ingin aku segera meyetubuhinya. Banyak sudah WTS-WTS kunikmati akan tetapi belum pernah aku menikmati gadis perawan muda yang cantik dan sexy seperti Yunita ini. Aku ingin mendapatkan kepuasan itu bersama dengan Yunita. Informasi demi informasi kukumpulkan dari orang-orang di sekolah itu, dari penjaga sekolah, dari tukang parkir, dari karyawan sekoah.

Dari merekalah aku mengetahui nama gadis itu. Dan dari orang-orang itupun aku tahu bahwa gadis yang bernama lengkap Yunita********* (nama kusamarkan) adalah seorang siswi yang duduk di kelas 3 SMA, umurnya baru 18 tahun.

Beberapa saat yang lalu dia merayakan hari ulang tahunnya yang ke-18 di kantin sekolah ini bersama teman-temannya sekelas. Diapun termasuk siswi yang berprestasi, aktif dalam kegiatan OSIS di sekolah ini. Dan yang informasi terakhir yang kudapat bahwa dia ternyata adalah salah seorang murid yang akan diberangkatkan ke luar negeri, bulan depan dalam rangka pertukaran pelajar antar SMA.

Kini di saat sekolah telah sepi, salah satu dari gadis-gadis anggota OSIS tadi itu tengah merintih-rintih dihadapanku. Dia adalah gadis yang terakhir kalinya masih tersisa didalam sekolah ini, yang sedang asyik bercanda ria dengan temannya melalui HP-nya, semetara yang lainnya telah meninggalkan halaman sekolah.

Beberapa menit yang lalu melalui sebuah pergulatan yang tidak seimbang aku telah berhasil meringkusnya dengan mudah, kedua tangannya kuikat dengan kencang kebelakang tubuhnya, dan mulutnya kusumpal dengan kain gombal.

Setelah itu kuseret tubuhnya ke massal olahraga yang berada di bagian belakang bangunan sekolah ini.Tidak salah salah lagi gadis itu adalah Yunita, gadis cantik sang primadona sekolah ini yang telah lama kuincar. Aku sangat hafal dengan kebiasaannya yaitu menunggu jemputan supirnya dikala

selesai rapat OSIS sore dan sang supir selalu terlambat datang setengah jam dari jam bubaran rapat. Sehingga dia paling akhir meninggalkan halaman sekolah. Kini dia meringkuk dihadapanku, dengan tangisannya yang teredam oleh kain gombal yang kusumpal di mulutnya.

Sepertinya dia memohon-mohon sesuatu padaku tetapi apa peduliku, air matanya nampak mengalir deras membasahi wajahnya yang cantik itu. Sesekali nampak dia meronta-ronta mencoba melepaskan ikatan tali tambang yang mengikat erat di kedua tangannya, namun sia-sia saja, aku telah mengikat erat dengan berbagai simpul.

Posisinya kini bersujud dihadapanku, tangisannya kian lama kian memilukan, aku menyadari sepenuhnya bahwa dia kini tengah berada dalam rasa keputusasaan dan ketakutan yang teramat sangat didalam dirinya.

Kutatap tajam dan kupandangi tubuh gadis cantik itu, indah nian tubuhnya, kulitnya putih bersih, pantatnya sekal berisi. Kunikmati rintihan dan tangis gadis cantik yang tengah dilanda ketakutan itu, bagai seseorang yang tengah menikmati alunan musik didalam ruangan sepi.

Suara tangisnya yang teredam itu memecahkan kesunyian massal olahraga di sekolah yang tua ini. Sesekali dia meronta-ronta mencoba melepaskan tali ikatan yang mengikat kedua tangannya itu. Lama kelamaan kulihat badannya mulai melemah, isak tangisnya tidak lagi sekeras tadi dan sekarang dia sudah tidak lagi meronta-ronta mungkin tenaganya telah habis setelah sekian lamanya menagis meraung-raung dengan mulutnya yang telah tersumbat.

Sepertinya didalam hatinya dia menyesali, kenapa Pak Jos supirnya selalu terlambat menjemputnya, kenapa tadi tidak menumpang sahabat karibnya yang tadi mengajaknya pulang bareng, kenapa tadi tidak langsung keluar dari lingkungan sekolah di saat latihan usai, kenapa malah asyik melalui HP bercanda ria dengan sahabatnya yang lain.

Yah, semua terlambat untuk disesali pikirnya, dan saat ini sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada dirinya. “Beres Gol, pintu pagar depan sudah gue tutup dan gembok” terdengar suara dari seseorang yang tengah memasuki massal.

Ternyata Dol dengan langkah agak gontai dia menutup pintu massal yang mulai gelap ini. “OK sip, gue udah beresin nih anak, tinggal kita pake aja” ujarku kepada Dol sambil tersenyum. Kebetulan malam ini Pak Marijan sang penjaga sekolah beserta keluarganya yang tinggal di dalam lingkungan sekolah ini yaitu sedang pulang kampung, baru besok lusa mereka kembali ke sekolah ini.

Mereka langsung mempercayakan kepada kami untuk menjaga sekolah ini selama mereka pergi. Maka tinggallah kami berdua bersama dengan Yunita yang masih berada didalam sekolah ini. Pintu gerbang sekolah telah kami rantai dan kami gembok sehingga orang-orang menyangka pastilah sudah tidak ada aktifitas atau orang lagi didalam gedung ini.

Pak Jos sang supir yang menjemput Yunita pastilah berpikiran bahwa Yunita telah pulang, setelah melihat keadaan sekolah itu. Kupandang lagi tubuh Yunita yang lunglai itu, badannya bergetar karena rasa takut yang teramat sangat didalam dirinya. Hujanpun mulai turun, ruangan didalam massal semakin gelap gulita angin dinginpun bertiup masuk kedalam massal itu, Dol menyalakan satu buah lampu TL yang persis diatas kami, sehingga cukup menerangi bagian disekitar kami saja.

Mulailah kubuka bajuku satu per satu, hingga akhirnya aku telanjang bulat. Batang kemaluanku telah lama berereksi semenjak meringkus Yunita di teras sekolah tadi.

“Gue dulu ya” ujarku ke Dol.

“Ok boss” balas Dol sambil kemudian berjalan meninggalkan aku keluar massal.

Kudekati tubuh Yunita yang tergolek dilantai, kuraba-raba punggung gadis itu, kurasakan detak jantungnya yang berdebar keras, kemudian tanganku turun hingga bagian pantatnya yang sekal itu, kuusap-usap pantatnya dengan lembut, kurasakan kenyal dan empuknya pantat itu sambil sesekali kutepok-tepok.

Badan Yunita kembali kurasakan bergetar, tangisnya kembali terdengar, sepertinya dia kembali memohon sesuatu, akan tetapi karena mulutnya masih tersumbat suaranyapun tidak jelas dan aku tidak memperdulikannya.

Dari daerah pantat tanganku turun ke bawah ke daerah lututnya dan kemudian menyelinap masuk kedalam roknya serta naik ke atas kebagian pahanya. Kurasakan lembut dan mulus sekali paha Yunita ini, kuusap-usap terus menuju ke atas hingga kebagian pangkal pahanya yang masih ditutupi oleh celana dalam.

Karena sudah tidak tahan lagi,kemudian aku posisikan tubuh Yunita kembali bersujud, dengan kepala menempel dilantai, dengan kedua tangannya masih terikat kebelakang. Aku singkapkan rok seragam abu-abu SMUnya sampai sepinggang.

“Waw indah nian gadis ini” gumamku sambil melototi paha dan pantat sekal gadis ini.

Kemudian aku lucuti celana dalamnya yang berwarna putih itu, terlihatlah dua gundukan pantat sekal gadis ini yang putih bersih.

Sementara Yunita terus menagis kini aku memposisikan diriku berlutut menghadap ke pantat gadis itu, kurentangkan kedua kakinya melebar sedikit. Dengan jari tengahku, aku coba meraba- raba selangkangan gadis ini.

Di saat jari tengahku menempel pada bagian tubuhnya yang paling pribadi itu, tiba-tiba tubuh gadis ini mengejang. Mungkin saat ini pertama kali kemaluannya disentuh oleh tangan seorang lelaki. Di saat kudapatkan bibir kemaluannya kemudian dengan jariku itu, aku korek-korek lubang kemaluannya.

Dengan maksud agar keluar sedikit cairan kewanitaannya dari lubang kemaluannya itu. Tubuhnya seketika itu menggeliat-geliat di saat kukorek-korek lubang kemaluannya, suara desahan-desahanpun terdengar dari mulut Yunita, tidak lama kemudian kemaluannya mulai basah oleh cairan lendir yang dikeluarkan dari lubang vaginanya. Setelah itu dengan segera kucabut jari tengahku dan kubimbing batang kemaluanku dengan tangan kiriku kearah bibir vagina Yunita.

Pertama yang aku pakai adalah gaya misionaris, ini adalah gaya favoritku.

Dan…
“Hmmmpphhhh” terdengar rintihan dari mulut Yunita di saat kulesakkan batang kemaluanku ke bibir vaginanya.

Dengan sekuat tenaga aku mulai mendorong-dorong batang kemaluanku masuk kelubang kemaluannya. Rasanya sangat seret sekali, karena sempitnya lubang kemaluan gadis perawan ini.

Aku berusaha terus melesakkan batang kemaluanku kelubang kemaluannya dengan dibantu oleh kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya. Kulihat badan Yunita mengejang, kepala mendongak ke atas dan sesekali menggeliat-geliat.

Aku tahu saat ini dia tengah merasakan sakit dan pedih yang tiada taranya. Keringat terus mengucur deras membasahi baju seragam sekolahnya, namun harum wangi parfumnya masih terus tercium, membuat segarnya aroma Yunita saat itu, rintihan- rintihan terdengar dari mulutnya yang masih tersumpal itu.

Dan akhirnya setelah sekian lamanya aku terus melesakkan batang kemaluanku, kini bobol sudah lubang kemaluan Yunita. Aku telah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluanku kedalam lubang vaginanya. Kurasakan kehangatan disekujur batang kemaluanku, dinding vagina Yunita terasa berdenyut-denyut seperti mengurut-urut batang kemaluanku.

Sejenak kudiamkan batang kemaluanku tertanam didalam lubang vaginanya, kunikmati denyutan-demi denyutan dinding vagina Yunita yang mencengkram erat batang kemaluanku. Selanjutnya kurasakan seperti ada cairan mengucur mengalir membasahi batang kemaluanku dan kemudian meluber keluar menetes-netes.

“Ah, ternyata itu darah, berarti aku telah merenggut keperawanan dari gadis cantik ini.” batinku.
Sementara itu kepala Yunita kembali tertunduk dilantai, desah nafasnya terdengar keras, badannya melemas. Setelah itu, aku mulai memompakan kemaluanku didalam lubang vaginanya. Kedua tanganku yang mencengkram erat pinggulnya juga membantu memaju mundurkan tubuhnya.

Badan Yunita kembali tegang, rintihan kembali terdengar. Semakin lama aku semakin mempercepat gerakanku, hingga tubuh Yunita tersodok-sodok dengan cepat sesekali, badannya juga menggeliat-geliat. Raut mukanya meringis-ringis akibat rasa sakit diselangkangannya.

Hujanpun mulai turun dengan deras dan aku ingin menikmati rintihan-rintihan dari gadis ini. Sementara aku terus menyodok-nyodok dari belakang, aku putuskan untuk membuka gombal yang sedari tadi membekap mulutnya. Dan…

“Aakkk…akkkhh…oohh…ooh…iihh…oohh…” suara erangan Yunita kini terdengar, kunikmati suara-suara itu sebagai penghantar diriku yang tengah menyetubuhi gadis ini.

Suaranya menggema diseluruh massal olahraga ini, namun masih tertelan oleh suara derasnya hujan diluar. Yunita semakin terlihat kepayahan, tubuhnya melemah namun aku masih terus menggenjotnya, gerakanku semakin cepat.

Bosan dengan posisi itu aku cabut kemaluanku dari lubang vaginanya dan kulihat darah berceceran membasahi selangkangannya dan kemaluanku. Sejenak Yunita mendesahkan nafas lega, kubalik tubuhnya, dan kini posisi dia terlentang. Setelah itu kurentangkan kedua kakinya dan kulipat hingga kedua pahanya menyentuh dadanya. Kulihat jelas kemaluan gadis ini, indah sekali. Bulu-bulunya yang masih jarang-jarang itu tumbuh menghias disekitar bibir kemaluannya.

“Ohh…jangann mas…ampun mas…ooohh sakittt sekali…mas” terdengar Yunita merintih pelan memohon belas kasihan kepadaku.

Dengan menyeringai aku tindih tubuh Yunita itu. Kembali aku benamkan batang kemaluanku didalam lubang vaginanya.

“Aakkhh” Yunita terpekik matanya terpejam, roman mukanya kembali meringis kesakitan dikala aku menanamkan batang kemaluanku kedalam lubang kemaluannya.

Setelah itu aku kembali memompakan tubuhku, menggenjot tubuh Yunita. Batang kemaluanku dengan gaharnya mengaduk aduk, menyodok-nyodok lubang kemaluannya. Tubuh Yunita kembali tersodok-sodok. Sesekali kuputar-putar pinggulku, yang membuat tubuh Yunita kembali kelojotan, dari bibir Yunita terdengar desahan-desahan halus

“Ohh…enngghh…oohh…ohhh…oohh”

Setelah sekian menit lamanya aku menyetubuhinya, aku merasakan diriku akan berejakulasi. Segera kupeluk kepalanya dan kucengkram erat dengan kedua tanganku setelah itu irama gerakanku kupercepat.

“Aakkhhh…” akupun menejan, tubuhku mengeras.

Croot…croottt…croott… akupun berejakulasi, kusemprotkan spermaku didalam rahimnya. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan menyemprot membasahi liang vaginanya hingga meluber keluar meleleh membasahi pahanya.

Kulihat raut muka Yunita saat itu nampak panik, sinar matanya menunjukkan kekalahan dan kepedihan. Dengan tatapan sayu dia memandangiku di saat aku mengejan menyemprotkan spermaku yang terakhir. Ahh nikmat sekali gadis ini, baru kali ini aku merengut keperawanan seorang gadis kota yang cantik.

Setelah itu akupun merebahkan tubuhku menindih tubuhnya yang lemah, sambil mengatur nafasku. Tubuhku berguncang- guncang akibat dari isakan-isakan tangisnya serta nafasnya yang tersengal-sengal, sementara itu kemaluanku kubiarkan tertanam didalam lubang kemaluannya. Kubelai-belai rambutnya, kukecup-kecup pipi dan bibirnya.

Terasa lembut sekali bibirnya, kumainkan lidahku didalam mulutnya, sejenak aku bercumbu mesra dengan Yunita. Dia hanya terisak-isak dengan nafas yang terus tersengal-sengal. Akhirnya kusudahi permainanku ini, aku bangkit sambil mencabut kemaluanku.

“Ouugghhhh…” Yunita merintih panjang saat kutarik kemaluanku keluar dari lubang vaginanya.

Kulihat diselangkangannya telah penuh dengan cairan-cairan

kental dan darah penuh membasahi bulu-bulu kemaluannya. Tak kusadari Dol ternyata telah berdiri didekatku, dan rupanya dia telah telanjang bulat menunggu gilirannya, badannya yang kekar dan tinggi itu nampak semakin sangar dengan banyaknya gambar-gambar tatto yang menghiasi sekujur dada dan lengannya.

Dengan rasa toleran sebagai seorang sahabat, akupun menyingkir dari tubuh Yunita yang tergolek lemas dilantai. Aku ambil jarak beberapa meter dari tubuh Yunita kemudian aku kembali merebahkan tubuhku. Dengan tiduran terlentang dilantai aku menggali kembali rasa nikmatku setelah melampiaskan nafsuku ke Yunita tadi. Sedang asyik-asyiknya aku istirahat, terdengar olehku bunyi sesuatu,

srett…sreettt…sreett…brett… diikuti oleh isak tangis Yunita yang terdengar kembali. Setelah kuperhatikan, oh ternyata Dol dengan sebuah pisau cutter ditangannya tengah sibuk merobek-robek baju seragam Yunita.

Dengan kasarnya Dol mencabik-cabik baju seragam putih Yunita, termasuk BH putih yang dikenalkannya. Dan akhirnya kini badan Yunita telah telanjang, kedua buah payudaranya yang putih mulus namun tidak begitu besar kini terpampang jelas.

Termasuk juga rok abu-abu yang melilit dipinggangnya setelah kusingkap tadi dirobek-robeknya, hanya sepasang kaos kaki putih setinggi betisnya serta sepatu kets masih dikenakannya.

“Ouuhh…ammpuunn…mas…ampun…” suara Yunita terdengar lirih memohon-mohon ampun ke Dol yang sepertinya tengah kalap kemasukan setan itu. Setelah itu dengan kain gombal yang tadi menyumpal mulut Yunita, Dol membersihkan daerah selangkangan Yunita.

Dengan sedikit kasar Dol mengusap-usap selangkangan Yunita sampai-sampai tubuh Yunita menggeliat-geliat. Akupun kembali merebahkan tubuhku dan mengatur nafasku.Sementara itu hujan diluar mulai reda, namun angin dingin terus berhembus masuk kedalam massal tempat pembantaian Yunita ini. Tiba-tiba semenit kemudian dikala aku sedang rebahan, terdengar olehku jerit Yunita yang memilukan

“Aaakkhhhhh…”
Akupun terbangun, kulihat dari asal suara itu. Ternyata Dol tengah menyodomi Yunita. Posisi Yunita kembali bersujud dengan kepala yang mendongak ke atas, bola matanya terbelalak,

wajahnya cantiknya terlihat miris sekali, mulutnya menganga membentuk huruf “O” dan Dol berada dibelakangnya tengah asyik menanamkan batang kemaluannya yang besar itu ke dalam lubang anus Yunita.

“Aakkhh…”

Dolpun mendesah lepas tatkala dia berhasil menanamkan batang kemaluannya di lubang anus Yunita. Setelah itu lubang anus Yunita dihujani sodokan-sodokan batang kemaluan Dol, Dol melakukannya dengan gerakan yang cepat dan kasar sampai- sampai tubuh Yunita terdorong-dorong dan tersodok-sodok dengankeras.

Tidak ada suara rintihan lagi yang keluar dari mulut Yunita mungkin karena suara tertahan ditenggorokannya karena menahan rasa sakit yang dideritanya, akan tetapi badannya masih kaku menegang, raut mukanya kini meringis-ringis, mulutnya masih saja menganga terbuka. Rasa sakit dan pedih kembali melanda dirinya yang tengah disodomi oleh Dol.

Melihat ini aku kembali terangsang, nafsu birahiku kembali memuncak. Aku bangkit dari rebahanku mendekati mereka berdua. Kemaluanku kembali ereksi melihat keadaan Yunita yang tengah menderita. Kuamati wajahnya dari dekat dan dia masih terlihat cantik, keringatpun mengucur deras membasahi wajah cantiknya.

Aku dengan posisi berlutut berada didepan wajah Yunita, yang masih mendongak kesakitan itu, sementara itu seluruh badannya terus tersodok-sodok karena ulah Dol yang menggenjotnya dari belakang.

Kini aku dan Dol berhadap-hadapan sementara Yunita berada ditengah-tengah kami. Dolpun menghentikan sejenak genjotannya untuk memberikan kesempatan padaku memposisikan diri. Kuraih batang kemaluanku yang telah berdiri tegak, dan kujejalkan kemulut Yunita yang masih menganga itu.

Ah, rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur batang kemaluanku tatkala masuk didalam rongga mulut Yunita. Nikmat rasanya, juga kurasakan kelembutan mulut dan bibirnya disekujur batang kemaluanku.Setelah itu kembali Dol menggenjot tubuh Yunita dari belakang.

Kulirik mata Yunita menjadi sayu, nafasnya tersengal-sengal, aku hanya berdiri santai saja, karena tubuh Yunita yang bergerak-gerak maju mundur sebagai akibat sodokan-sodokan Dol yang tengah mulai menyodominya kembali dari belakang. Kubelai-belai rambutnya yang indah, sambil kutatap wajah dan badannya.

“Ahh…ahh…ah…“
Nikmat sekali rasanya mulut gadis ini, sambil memejamkan mata aku terus merasakan kenikmatan di sekujur batang kemaluanku yang tengah dikulum keluar masuk mulut Yunita. Tidak lama kemudian Dol semakin cepat menggenjot, memompa lubang anus Yunita, badannya semakin banyak mengeluarkan keringat, kulihat dia sepertinya akan berejakulasi.

Benar saja, tubuhnya nampak menggelinjang dan dan menegang, dari mulut Dol keluar pekikan kecil yang disusul oleh desahan yang penuh dengan kepuasan. Dolpun berejakulasi di lubang pantat Yunita. Setelah itu badan Dolpun ambruk disamping badan Yunita. Akan tetapi posisiku masih tetap seperti semula, kemaluanku masih tertanam dimulut Yunita.

Dengan kedua tanganku kuraih kepala Yunita, kini dengan gerakan tanganku kepala Yunita ku maju-mundurkan. Ah, nikmat rasanya, kemaluanku seperti dipijit-pijit dengan mulut Yunita, bibir sensualnya melingkari batang kemaluanku, memberi rasa nikmat tersendiri, kurasakan pula lidahnya menggelitik kepala batang kemaluanku, ah nikmatnya penuh sensasi.

Setelah sekian lama menikmati itu, tiba-tiba kembali aku akan berejakulasi, maka kugerakkan kepalanya semakin cepat untuk mengulum batang kemaluanku. Dan, akupun berejakulasi didalam mulut Yunita, spermaku memancar keluar membasahi mulut hingga tenggorokannya sampai-sampai meleleh keluar dari mulutnya. Rasa nikmat yang tiada taranya kembali melanda sekujur tubuhku.

Kucabut batang kemaluanku dari mulutnya, dan Yunita terbatuk-batuk sepeti akan muntah, samar-samar kulihat mulutnya penuh dengan cairan-cairan lendir kental sampai membuat mulutnya nampak mengkilat karena belepotan cairan sperma.

Wajahnya yang lesu dan lemah sejenak memandangku dengan tatapan mata sayu penuh dengan keputus-asaan serta air mata yang kembali meleleh. Kemudian dia terjatuh lunglai dilantai, hanya suara nafasnya yang terdengar menderu-deru tersengal-sengal dan isakan-isakan tangisnya.

Aku kembali merebahkan tubuhku disamping Yunita, akhirnya akupun tertidur. Tidak lama rupanya aku tertidur, dan kemudian terjaga setelah kembali telingaku menangkap suara erangan- erangan dan rintihan-rintihan.

Setelah aku bangun ternyata Dol tengah menyetubuhi Yunita, tubuh telanjang Yunita yang hanya tinggal mengenakan sepasang kaos kaki dan sepatu kets ditiduri oleh Dol. Dengan garangnya Dol menggenjot tubuh Yunita, iramanya cepat dan kasar sekali, tubuh lemah Yunita kembali terguncang-guncang.

Kini nampak roman muka Yunita telah lunglaisepertinya hampir pingsan, beberapa saat yang lalu masih kudengar suara rintihan lemah yang keluar dari mulut Yunita namun kini suara itu hilang sama sekali. Tidak lama kemudian Dolpun berejakulasi, kembali rahim Yunita disiram dan dipenuhi oleh cairan sperma. Yunita nampak tidak sadarkan diri dan pingsan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, 4 jam lamanya kami memperkosa Yunita. Kini tibalah waktu kami untuk angkat kaki, setelah kami berpakaian rapi kemudian kami angkat tubuh Yunita dari ruang aula menuju ke sebuah gudang dibagian paling belakang sekolah ini. Kami rebahkan gadis cantik primadona sekolah ini disana.

Disisinya kami tebarkan baju seragam sekolah, tasnya serta HP miliknya yang sedari tadi terus berbunyi.Kini gadis cantik itu, terkulai pingsan didalam gudang yang kotor,badan telanjangnya dipenuhi dengan cairan-cairan sperma yang mulai mengering, juga darah yang nampak masih menetes dari lubang pantatnya sebagai akibat disodomi oleh Dol tadi.

Kemaluannyapun terlihat kemerahan dan membengkak. Puas kami memperkosanya. Tepat pukul 22.15 setelah kami menghilangkan jejak kami, kami pun pergi meninggalkan gedung sekolah negeri ini, berjalan menuju ke terminal di kota metropolitan ini untuk menumpang bus yang entah kemana membawa kami, menuju ke suatu tempat yang jauh dari kota metropolitan ini.

Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange | Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang | Tips Bercinta | Foto Hot Bugil

The post Cerita Sex Yunita Gadis SMA appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Kisah Penari Club Di Bali

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Kisah Penari Club Di Bali – sebuah kisah sex dewasa yang dituturkan oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) tentang petualangan atau pengalaman sexnya yang luar bisa dengan seorang penari di Bali. Menarik untuk kita baca sebagai sebuah pengalaman yang menggairahkan untuk dijadikan bahan rujukan maupun fantasi seksual. Berikut adalah selengkapnya cerita dewasa seks PNS. Liburan Wisata Romantis Bali.

cerita-sex-kisah-seorang-pns-237x300

Cerita Sex: Kisah Penari Club Di Bali

 
Perkenalkan Namaku Agus seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), untuk kerahasiaan aku tidak akan menuliskan tahun terjadinya peristiwa ini dan nama asli. Namun cerita ini adalah benar adanya. Bulan November aku mengikuti prajabatan PNS, yah tak ada yang kukenal di prajabatan ini, karena itu aku berusaha untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Pagi itu adalah jam pertama, aku duduk di bangku kelas bagian tengah, kulirik kiri dan kanan. tak ada yanmg kukenal, namun ada satu yang menarik perhatianku, seorang gadis cantik duduk tak jauh dariku, dia nampak ramah dan selalu tersenyum, kulitnya sawo matang, namun bagiku dia terlihat yang paling cantik di kelas. Dia lalu memperkenalkan diri.
“Nama saya Ni Ketut Dede Ariyani, aku guru tari Bali, nama kamu siapa? kok ngeliatin terus sih?”
Aku jadi salah tingkah, lalu aku menjawab,
“Maaf ya mbok tut, nama saya Agus, abis ga ada yang dikenal sih…”
“Sekarang kan udah kenal,emang usia kamu berapa? kok manggil mbok”
“25 mbok, emang kenapa?”
“oh, emang bener kamu manggil aku mbok, umur aku 28.”
“Oh…”
Meskipun dia bilang usianya 28 tapi dia tidak terlihat setua itu, perawakannya lebih pendek dari aku dan badannya sintal. Sejak perkenalan itu kami sering ngobrol berdua pada waktu prajabatan selama 2 minggu itu, smsan dan telpon-telponan, dia juga sering ditengok sama cowok yang sama temen-temen aku dipanggil raksasa, Dede bilang sih itu tunangannya, aku kesel juga tapi apa daya aku cuma bisa senyum, tapi memang pada waktu itu aku belum merasakan apa-apa.
Pada waktu sehari sebelum penutupan dia bilang begini,
“Gus, nanti abis penutupan kita jalan-jalan yuk!?”
“ayuk”, kataku dengan senang hati, “emang mau kemana mbok?”
“yah, ke bioskop atau kemana gitu.”
“oke..”
saat itu tiba, aku dah siap-siap untuk penutupan dan tak lupa aku membawa pakaian ganti, begitu selesai penutupan kami pergi ke bioskop, kami nonton dan sengaja memilih bangku paling pinggir, entah kenapa aku mulai berpikiran kotor, lalu aku memeluk dia, dia tidak menolak. Lalu aku beranikan diri untuk mencium dia, dia malah menyambut ciumanku dengan hangat. Kami berciuman lama sekali, aku melumat bibirnya dengan penuh nafsu, setelah beberapa menit dia berkata,
“ternyata perasaan gak bisa bohong ya.”
“iya…”
Aku tak ragu lagi untuk memeluk dan menciumnya bahkan aku berani memegang payudaranya dari dalam bajunya sementara dia juga memegang dadaku, akhirnya kami selesai nonton film lalu aku berkata,
“De..putusin cowok kamu ya, trus nikah ma aku.”
“Ga bisa gus, aku ma dia dah lebih dari pacaran kami dah biasa begituan, tinggal dibantenin aja kami dah jadi suami istri…”
Aku kecewa dan marah tapi ga bisa apa-apa, akhirnya aku bilang,
“Terserah.”
Aku tidak pernah ngehubungi dia selama beberapa hari, akhirnya aku berpikir normal aku tidak mungkin masuk ke dalam kehidupannya, yah… aku akhirnya menghubungi dia lagi dan kami ngobrol seperti biasa tanpa ada masalah lagi dan pada suatu saat dia mengajak aku makan di ayam wong Solo.
Aku sebagai orang yang lebih miskin dari dia jelas tidak menolak. Kami pergi kesana terus kami memesan meja di tempat bebas rokok yang sepi dan tertutup.
Setelah selesai makan, aku dan dia yang duduk bersebelahan menumpahkan rasa kangen. Kami saling mencium, saling melumat dan saling memegang. Aku berkata padanya,
“De, aku pingin buat cupang di leher kamu.”
“Coba aja!”
Aku mencoba menghisap lehernya untuk membuat cupang tetapi gagal, dia lalu tertawa sambil berkata,
“He… he… he… bukan gitu caranya, nih aku contohin”, dia mulai beraksi. Entah bagaimana caranya dia mengisap, yang
jelas rasanya aku melayang-layang, aku cuma mendesah,
“Ah… ah…”
“Tuh kan, dah merah”, kata dia sambil menunjuk leher aku.
“Dasar… De, kita pulang yuk.”
“ayuk.”
Dede lalu membayar makanan sementara aku langsung menuju mobilnya. Sesampai di rumah, pikiranku kacau karena cupang itu, aku langsung nge-sms dia,
“De… aku kepingin cupangnya bukan di leher, aku pingin di dada, aku juga pingin buat cupang di dada kamu.”
Aku kira dia marah, tapi dia malah ngebalas,
“Gus, aku sayang ma kamu, kalau kamu buat cupang di dadaku boleh kok, selain itu sebagai tanda sayang aku, aku pingin 3d.”
“Apaan tuh 3d?”, balasku.
“Diputer, Dijilat trus Dicelupin.”
“Hah!! Beneran? Atau becanda nih?”
“beneran, masak aku main-main.”
“Kapan kamu mau? Tapi aku belum pernah lho sayang, apa mesti pake pengaman?”
“Aku pinginnya ga pake, tapi kalau kamu ragu lebih baik pake aja, waktunya nanti aja kalau ada kesempatan, gimana?”
“Oke deh, met istirahat ya sayang…”
“Istirahat apaan aku kan harus nari di Hotel sayang, nanti kalau aku ga balas berarti aku masih sibuk atau ada si dia sama aku.”
“Ya deh, met kerja ya sayang.”
Yah, ini adalah jadwal harian dia, dia adalah seorang penari Bali dan kadang dia nari di hotel kadang malah sampai ke luar negeri.
Lama aku menunggu waktu itu, akhirnya aku mendapat kesempatan pelatihan 4 hari. Tetapi karena kecerdikan panitia pelatihan itu hanya 3 hari. Berarti aku hanya punya waktu 1 hari. Aku langsung nge-sms dia,
“De… besok ga ngajarkan? Kita laksanakan rencana kita yuk?”
“ayuk, nanti aku jemput dimana?”
“Jemput aku ditempat pelatihan di Jalan Hayam wuruk.”
“Oke!”
Besoknya aku sudah menunggu dia di tempat pelatihan. Beberapa menit kemudian dia tiba. Aku langsung naik ke mobilnya dan ganti baju di dalamnya. Aku yang udah nafsu lalu bilang,
cerisex.net–>cerita seks terbaru
“Kita mau kemana? ayuk”, Dede memakai baju yang agak ngepres di badannya, sementara di bagian bawah dia hanya mengenakan kain pantai, ketika aku lirik ternyata dia tidak mengunnakan apa-apa selain kain pantai dan tentu saja cd.
“Jangan gitu, kita makan dulu yuk…”
Kami lalu makan, selanjutnya kami menuju bungalow di Kuta, namun sebelumnya kami sudah membeli makan siang terlebih dahulu.
Sesampainya di kamar bungalow, dia lalu menutup pintu, aku yang udah nafsu langsung menyerbunya. Dia lalu berkata,
“Ga jadi ah…”
“Trus kita ngapain kesini?”
“ngobrol sambil tiduran.”
“Enak aja”, aku langsung menyerbu dia berusaha melepas bajunya dan kain pantainya, lalu dia bilang,
“Sabar dong sayang.” Dede lalu mematikan lampu, lalu menutup korden yang tadi belum tertutup, aku memang udah nafsu liat kemolekan dia jadi ga memperhatikan itu.
Akhirnya aku menyerbu dia, kali ini aku tidak menemuka perlawanan berarti, dia udah siap. Aku mencium dia dengan nafsu, lalu melepas bajunya dan kain pantainya, tubuhnya kini hanya ditutupi BH dan CD. Dia lalu bilang,
“Gus… Aku pernah dioperasi di payudara dulu ada tonjolannya.”
BHnya aku lepas lalu aku menciumi payudaranya dengan lembut,
“ehm… ehm…”
“Gus… ka… mu… be….bbener lembut… ah ah ahh..”
Desahannya membuat aku bernafsu, lalu aku melepas bajuku dan celana ku sehingga aku telanjang di depan dia, CD diapun kulepas, dia lalu berkata,
“Gus… pake kondom dulu ya sayang…”
Dia lalu memakaikan aku kondom, aku yang masih awam langsung saja memasukkan punyaku ke dalam vaginanya. Beberapa menit kemudian aku udah keluar, yah karena aku belum pengalaman, dia melepas kondomku dan berkata,
“Ga apa-apa kan baru pertama.”
Belum berapa menit nafsuku naik lagi. Aku langsung menyentuh payudaranya, kali ini dia lebih pintar dia lalu berkata,
“Gus… sekarang kamu di bawah ya, aku yang di atas.”
aku rebah di bawah, dia pelan-pelan memasukkan penisku ke vaginanya,
“uh… enak sekali…”, aku mendesah.
Diapun mendesah,
“Ah… ah… nikmat sekali….ah… ah…”
Goyangannya betul-betul luar biasa, aku sampai merem melek, bodynya yang sintal bergoyang di atasku, aku memegang payudaranya sambil sesekali menciumnya,
“ah… nikmat sekali rasanya”, ditengah-tengah kenikmatan itu tiba-tiba dia mengejang dan melepaskan vaginanya sambil terengah-engah.
“Aku belum keluar kok dah selesai De?”
“Cape… dan kayanya dah keluar Gus.”
Aku langsung menindihnya dan memasukkan penisku ke vaginanya dan mengocoknya dengan cepat karena tanggung pkirku, akhirnya,
“ah…”
Spermaku tumpah, aku langsung menarik penis ku keluar dan langsung mengeluarka spermaku di perutnya. Dede lalu berkata,
“Sekarang gantian, aku yang belum keluar nih.”
“Yah…”
Aku lalu memasukkan jariku ke vaginanya dan mengocoknya.
“ah..ah…ah…ah…”, Dede mendesah keras.
“gimana De, enak kan?”
“enak banget… ah…ah… ah…”
Tiba-tiba dia memeluk aku erat sekali sambil mencium dada aku hingga cupang.
Kamipun tertidur, dan sorenya pulang.
Kami masih kontak beberapa minggu, hingga ada satu kejadian jelek yang aku dan dia alami. Kami nonton di bioskop berdua dan disudut seperti biasa, selanjutnya kami berciuman, lalu tanganku bergerilya ke selangkangannya, tangan dia pun juga sama. Aku memasukkan tanganku ke vaginanya dan tangannya juga mulai mengocok penisku
“Ah… ah… ah…” Desahan kami berdua berirama.
Akhirnya tanganku terasa basah dan dia mengejang… Aku sama sekali belum keluar tapi film keburu selesai. Di perjalanan pulang akhirnya kami ribut, karena dia ingin pisah dariku dan kembali ke tunangannya. Aku berusaha membela diri tapi dia sudah berketetapan.
Akhirnya kami berpisah dan aku tidak pernah bertemu dengan dia sampai akhirnya dia menikah dengan tunangannya yang juga penari. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Kisah Penari Club Di Bali appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Pacarku yang Hot

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Pacarku yang Hot – Kami menjadi dekat setelah dikenalkan oleh seorang saudaraku. Awal smsan hanya membahas hal – hal biasa saja. Semakin lama kami semakin dekat. Semula Ita tidak pernah mau untuk membahas hal – hal yang berbau porno. Alasannya tidak baik; belum boleh; tidak ada gunanya dll.

cerita-sex-aku-dan-pacarku-300x225

Cerita Sex: Pacarku yang Hot

 
Akupun mengurangi frekuensi sms tersebut. Tapi akhirnya ia menyerah setelah aku mengemukakan pendapatku, tetapi Ita meminta masih dalam kategori ringan. Setelah hubungan kami berjalan beberapa bulan, Ita – pun sudah memberanikan diri membalas smsku yang dulu ia membencinya.
Aku maklum jika semula Ita tidak mau membahas hal – hal pornografi, karena ia tidak pernah membahas dan melakukan sewaktu dengan pacar – pacarnya dulu. Bahkan berciuman pun Ita tidak mengijinkan. Kami telah beberapa kali berciuman tetapi kulihat Ita masih bisa menahan diri. Sore itu aku menjemputnya. Kebetulan rumah sedang kosong. Tidak ada niat sebelumnya untuk ber intehoi. Saat itu kami sedang di salah satu mall dekat rumah. Ita ingat bahwa rumahku dekat dengan mall tersebut. Ia mengajakku untuk sekedar lewat depan rumahku.
Kamipun sampai di depan rumahku. Aku menawarinya untuk sekaligus melihat – lihat keadaan dalam rumahku dan Ita tidak berkeberatan. Aku membuatkan es teh kesukaannya sementara Ita memandangi foto – foto keluarga di dinding. Kami mengobrol ini itu. Sesekali aku berhasil mengajaknya tertawa.
Aku mendekati Ita yang duduk terpisah. Kupandangi matanya. Aku memegang dagunya, kucium lembut bibirnya. Ita membalas tetapi masih wajar. Iseng kumasukkan lidah dan kudesakkan ke langit – langit mulutnya. Ita membalas yang sama. Lambat laun nafasnya makin memburu. Kepalaku dipegang kuat, sesekali di dua pipiku. Ita ternyata murid yang dapat menyerap pelajaran dengan cepat.
Tak kuduga telapak kiriku ditarik ke dada kanannya. Ita membuka mata saat aku menahannya yang tinggal sedikit lagi menyentuh dadanya.
“Nggak pa2 Mas..aku kan yg minta..”, sambil tersenyum.
“Bener gak pa2..”, tanyaku.
Ita tidak menjawab tapi menarik telapak kiriku yang beberapa saat tergantung di udara. Ita menatap mataku dalam – dalam saat dadanya untuk pertama kalinya disentuh oleh lawan jenisnya. Aku hanya menyentuh dada kanannya tetapi Ita yang malah meremasnya seakan merestui aku untuk melakukannya sendiri. Ita melepas tangan kanannya dan meninggalkan telapak kiriku di dada kanannya.
Aku meremasnya lembut dan pelan – pelan. Kepalaku ditariknya dan bibirnya ganas menciumiku. Aku meningkatkan tekanan dan kecepatan remasanku. Telapak kananku ditariknya pula. Akhirnya dua telapak tanganku berada di dua susunya. Aku meremas kadang pelan kadang kuat.
Terbersit keinginan untuk menyentuh kelaminnya walau dari celana kainnya. Tetapi masih kutahan, karena mungkin ada beberapa tindakan yang akan dilakukannya jika ia menolaknya. Yang paling parah Ita marah besar dan memutus hubungan kami. Tapi setan dalam hal ini selalu mesti menang.
Kuberanikan diri. Telapak kananku kudekatkan pelan – pelan ke bagian tengah celananya. Kusentuh tepat di tengahnya. Ita tidak protes dan marah sedikitpun. Kutekan dan kugosok – gosok pelan – pelan dulu. Tangan kiriku masih di dada kanannya. Sesekali tangan kananku diremasnya. Nafas Ita semakin terengah –engah. Kepalang tanggung,
“Yank..pindah tempat yuk..”.
“Ke mana Mas…”. Aku menggandengnya menuju sofa di pojok ruangan.
Setengah badannya kubaringkan. Kembali kuserang dengan ciuman – ciumanku. Tangan kananku di dada kirinya, sedang yang kiri menggosok – gosok bagian tengah celananya. Lengan kananku kadang diremas kuat. Tangan kirinya kuletakkan di paha kiriku dan kubiarkan melihat reaksinya, dan Ita meremas – remasnya. Aku hentikan aktifitas meremas susunya,
“Yank..boleh…”. Sengaja kugantung kalimatku saat Ita membuka matanya dan melihat kaosnya akan kubuka.
“Jangan Mas..masukin aja tanganmu..”. Maka kumasukkan tangan kananku ke dalam kaosnya.
Terasa sudah mengeras dadanya.
“Ooofffssttt..”, lenguhannya keluar saat tangan kananku mengenai susu kirinya. Kuremas lembut. Paha kiriku makin kuat dicengkeram ketika bh – nya kuturunkan dan pentil kirinya kumainkan.
Aku mendekatkan paha kiriku ke tangan kirinya. Tangan kiriku meletakkan tangan kirinya di bagian celanaku yang sudah menonjol dari tadi. Beberapa detik tidak ada reaksi. Antara takut dan malu Ita mulai mengusap dan sesekali meremas kelaminku dari celana luarku. Aku buka kait bh – nya..tess. Ita tidak memprotesnya malah retsluiting celanaku diturunkannya. Kontan aku menarik dua tanganku dan menurunkan celana jeansku. Aku buka kaos dan bh – nya. Ita hanya memandangiku. Kukecup pentil kirinya dan kuputar – putar dengan lidahku. Ita mendesis dan mengusap – usap kepalaku. Kulanjutkan dengan menggigit dan menyedotnya, bergantian kiri dan kanan. Kadang yang kanan aku sedot, yang kiri aku remas – remas.
Tangan kirinya yang ada di cd – ku makin kuat meremas dan mengusap.
“Masukin aja tanganmu Yank..”, aku memintanya. Perlahan tangan kirinya memasuki cd – ku. Diusap dan sesekali diremasnya penisku.
Sejenak aku berdiri lalu kuturunkan cd – ku. Kini bagian bawah tubuhku telah bugil. Ita yang untuk pertama kalinya melihat alat kelamin pria dewasa, sejenak mengamatinya. Kami menghentikan aktifitas seksual beberapa menit karena Ita banyak bertanya ini dan itu tentang penis dan vagina. Aku disuruhnya duduk sementara Ita duduk di lantai sambil memegangi penisku. Dikocoknya pelan – pelan sesekali diremas kuat. Tiba – tiba bibirnya mendekati penis dan mengecupnya. Dua detik kemudian penisku telah memasuki mulutnya.
“Yank..oohh..nggak usah..kamu kan belum pernah..”. Ita tidak menjawab, asyik mengemut dan mengocok penis yang berada di mulutnya. Karena Ita sendiri yang berkemauan maka aku juga tidak menyuruhnya untuk berhenti. Aku usap – usap rambut dan pipinya.
“Udahan yuk..tapi pindah ke kamar..mau yank..??”, aku memberanikan diri.
“Terserah Mas aja..”. “Kalo nggak ya gak pa2..”.
“Nggak pa2 Mas..”. Kami mengenakan pakaian kembali walau hanya sekenanya.
Sesampai di kamar, aku menggelar karpet tebal dan menata bantal. Kuajak Ita duduk lalu kuciumi lagi. Belakang kepalaku langsung dipegangnya saat lidahnya memasuki mulutku. Dua tangannya membuka celana jeansku dan menurunkan cdnya sekalian. Aku tak mau kalah. Kaosnya kubuka dan meremas – remas dua susunya, karena bh – nya tidak dipakai. Penisku dikocoknya dengan semangat. Kaosku dibuka dan dua pentilku diperlakukan seperti aku memperlakukan pentil – pentilnya. aku direbahkan di karpet dengan bantal di kepalaku. Lidahnya menari – nari di dada sedang tangan kanannya mengocok penisku. Sekarang lidahnya turun ke pusar terus ke penis.
cerisex.net–>cerita seks terbaru
Bagaikan sedang menjilat dan mengemut es krim, Ita melakukannya pada penisku. Nafasnya bagai mendaki bukit. Matanya semakin sayu. Aku bangun dan kubaringkan di karpet dengan bantal menyangga kepalanya. Kuciumi bibir; mata; pipi; leher lalu turun ke bawah. Kugigit dan kusedot dua pentilnya. Jari jemari kananku mengusap – usap dan menekan vagina yang masih terbungkus celana kain. Tangan kirinya langsung meremas dan ikut menekankan di kelaminnya. Perlahan kumasukkan tangan kananku ke balik celananya. Terasa rambut keriting dan kuperkirakan hanya sedikit. Tersentuh juga garis tengah vaginanya yang telah basah. Sedikit terangkat tubuhnya,
“oouughhh..Masss..”. kulanjutkan dengan menekannya lembut dan mengusap – usapnya.
Aku masih belum berani membuka celananya. Tekanan itu tak bisa kutahan. Pelan aku turunkan celananya. Ita memandangku,
“Kenapa dibuka Mas..”. Aku tak menjawabnya. Ita mengangkat sedikit tubuh bawahnya.
“Yank..mo ngrasain gimana orgasme itu..?”.
“Gimana caranya..g dimasukin kan Mas..?”. Aku tersenyum dan menggelengkan kepala.
Kurebahkan tubuhku pelan di atas tubuhnya. Aku cium lembut bibirnya saat kugerakkan pelan tubuh bawahku. Dadaku menekan lembut dua gunung kembarnya. Aku posisikan tepat penisku di vagina yang masih terbungkus cd. Secara santai aku maju mundurkan dan kutekan – tekan penisku. Dua tangannya meremas pelan pantatku. Semakin lama intensitas kecepatan kutingkatkan. Nafas Ita sudah ngos – ngosan. Bibirku diciumnya kuat. Aku pegang dua pahanya dan kuminta dijepitkan di pinggangku. Aku gigit dan remas – remas dua susunya. Sempat aku lirik jam dinding, sudah 10 menit sejak kami duduk di karpet.
Tak berapa lama,
“Yannnkkk…oohhh..ohhhsssttt..”, tangan kirinya menekan pantatku sedang yang kanan mencengkeram punggungku dan dua pahanya menjepit erat pinggangku.
Punggung dan kepalaku diusap – usapnya.
“Kenapa Yank..kamu keluar..?”.
“Nggak tau Mas..rasanya enak dan enteng..”. Ita rupanya belum pernah merasakan dan tahu yang namanya orgasme.
Aku cium bibirnya dan kuusap – usap pipinya.
“Iya..itu namanya orgasme. Enak ya..aku ikut seneng”. Kami berpelukan mesra setelah aku berguling disampingnya.
Kami lalu berbincang dan tertawa, seakan tak ada rintangan di depan nanti. Tangan kirinya menuju penis dan menggenggamnya.
“Kok kecil Mas..”, sambil memainkannya.
“Udah gak ada rangsangan..makanya mengecil”.
“Ooo..jadi harus ada rangsangan baru membesar dan panjang kayak tadi..”.
Kemudian penisku diremas – remas lembut dan diusap – usapnya. Lalu dikecup dan diemut. Tak menunggu lama, senjata kebanggaanku sedikit demi sedikit mulai berdiri. Ita makin semangat melumatnya. Dua telurku tak luput digigit pelan.
“Yank..mo orgasme lagi..?”. Ita memandangku,
“mau Mas..”.
“Wah..jadi doyan ya sekarang..”, aku menggodanya sambil nyengir. Penisku diremasnya kuat,
“yang ngajarin siapa lho..”.
“Aduhh..sakit Yank..”, aku meringis sedikit. Ita merebahkan tubuh di atasku.
Ia langsung menggerak – gerakkan tubuh bawahnya. Bibirku dilumat habis. Aku mengimbangi dengan mengusap – usap punggungnya dan meremas – remas pantatnya. Kumaju mundurkan pantatnya kadang cepat kadang pelan, dan kusisipi dengan kutekan – tekankan ke penisku. Matanya kian lama kian meredup. Kepalang basah, aku bangun dan ganti kurebahkan ia. Kuturunkan cd – nya cepat.
“Kok dibuka cd – ku Mas..”.
“Kalo nggak mau gak pa2 kok Yank..”, aku membela diri.
“Nggak pa2 wis Mas..”. Aku ambil lulur tubuh dan kubalurkan di penis.
“Buat apa Mas..nggak panas tha..”.
“Katanya mo orgasme lagi..sekarang nikmati aja ya..”.
Kuletakkan penis tepat di tengah vagina, sedikit di atas.
“Jangan dimasukkin lho Mas..”.
“Nggak Yank..”. lalu aku menurunkan tubuh. Penisku dan vaginanya terasa licin karena lulur.
Membuat gerakan dan gesekan menjadi lebih leluasa.
“Enak Yank..?”
“Enak Mas..licin dan anget2 gimana..”, Ita tersenyum. Kami berciuman lagi.
Susu kanannya disodorkan ke bibirku yang langsung menyambutnya dengan menyedotnya. Dalam 10 menit ke depan nafas kami saling berlomba. Pinggangku dipeluk erat oleh dua pahanya. Aku menahan tubuh dengan meletakkan dua siku di sisi kiri dan kanannya. Terasa makin hangat vaginanya. Penisku meluncur di garis tengah vaginanya dengan lancar. Aku bangun dan untuk sesaat kutekan penis tepat di lubang vaginanya. Ita meringis,
“sakit Mass..”. Aku menciumnya, “cma ngetes Yank..”.
Kupegang erat dua pahanya ke atas. Aku gesek – gesekkan penis dengan cepat.
Ita semakin terengah – engah.
“Maasss..ooofffsssttt..”, dua tanganku yang sedang memegang paha kiri dan kanannya dicengkeramnya kuat.
Penisku dijepit erat oleh dua pahanya. Aku menundukkan tubuh, kami berciuman cepat. Tak berapa lama,”
“Yankkk..emmpphhh..”. Penisku memancarkan air kenikmatan ke perutnya.
Aku menciumnya dalam dan lama. Kuusap cepat dengan kaosku karena hampir menyusuri pinggangnya menuju karpet. Kami berpelukan lama dan saling mengusap rambut.
“Makasih ya Mas..”.
“Aku yang makasih..”. Lalu aku menyuruhnya untuk segera membersihkan diri di kamar mandi, karena hari sudah malam.
Selama dalam perjalanan pulang Ita diam saja, ternyata begitu sampai rumahnya ia terbangun. “Ngantuk Mas..capek..”, begitu alasannya.
maafkan aku Yank, sudah mengajari yang seharusnya tidak boleh padamu. kan kujaga hingga kelak kita menikah nanti. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Pacarku yang Hot appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Karena Suamiku Ejakulasi Dini

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Karena Suamiku Ejakulasi Dini – “Ahhhh ….” Aku hanya bisa mendesah pendek karena kesal saat suamiku sudah berejakulasi padahal penetrasinya baru berjalan kurang dari dua menit saja, sedangkan aku sendiri baru mulai menikmati persetubuhan ini.

cerita-sex-nikmatnya-selingkuh-di-belakang-suami-225x300

Cerita Sex: Karena Suamiku Ejakulasi Dini

 
Seharusnya aku bisa maklum karena ini adalah pengalaman pertama bagi suamiku yang baru melangsungkan pernikahan denganku. Sedangkan aku sudah lebih dari 4 tahun mengenal sex dan secara rutin berhubungan badan. Sehingga dengan tanpa sadar tadi pun aku membantu suamiku memasukkan penisnya ke dalam liang vaginaku.
Tentu saja suamiku bahkan keluargaku sendiri tidak pernah tahu mengenai pengalaman sexku selama ini karena dari penampilan dan aktivitasku sehari-hari terlihat biasa-biasa saja. Hal itu dimungkinkan karena aku hanya berhubungan badan dengan orang yang sama terus. Walaupun demikian aku sudah siapkan alasan kalau suamiku nanti mempermasalahkan tidak adanya pendarahan saat malam pertama.
Namaku Tini, aku bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan pelayaran kapal barang. Usiaku waktu menikah adalah 28 tahun, tapi aku kehilangan keperawananku pada umur 23 tahun saat aku berkerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan telekomunikasi. Di bawah ini adalah ceritaku mengenai pengalaman seksku yang pertama.
Hari ini adalah hari terakhir bossku ada di kantor cabang Bandung ini, karena mulai besok beliau akan digantikan oleh orang baru yang dipilih oleh kantor pusat. Bossku memang mendapat promosi dari kepala cabang di Bandung menjadi direktur di Jakarta. Padahal aku belum sampai dua bulan bekerja sebagai sekretaris di sini, sehingga selain harus beradaptasi dengan tempat kerja yang baru aku juga harus beradaptasi dengan boss baru. Di tempat kerjaku ini, aku adalah karyawan yang paling muda karena karyawan lainnya rata-rata 10 tahun lebih tua.
Calon boss yang baru juga sudah datang karena hari ini akan menjadi hari serah terima de facto kantor cabang Bandung dari boss lama ke boss yang baru. Ternyata boss baru ini masih muda, umurnya masih sekitar 26-27 tahun dengan badan yang tinggi besar dan cukup tampan dengan kumisnya yang tebal. Pak Yanto adalah nama boss baruku itu, beliau sudah berkeluarga dengan dua anak ; seorang putri dan seorang putra.
Pak Yanto ternyata membawa gaya kepemimpinan yang sama sekali berbeda dan membawa moderenisasi dalam bekerja. Karyawan-karyawan yang asalnya terbiasa dengan kerja individual sekarang dipaksa kerja secara kolektif dalam suatu team work. Semua karyawan tanpa kecuali harus melek teknologi dan untuk itu boss baru tidak segan-segan turun sendiri mengajari. Sebagai sekretaris akupun banyak belajar dari beliau tetang berbagai hal dan karena aku adalah karyawan yang paling sering berinteraksi dengan beliau tentunya aku punya paling banyak kesempatan untuk belajar .
Pelahan-lahan mulai muncul rasa kagumku pada pak Yanto dan mulai mengidamkan mendapatkan jodoh seperti beliau atau mendekati kemampuan beliau. Berbeda dengan karyawan pria lain yang suka memandang rendah bahkan melecehkan sesama karyawan wanita, pak Yanto sangat santun kepada wanita baik itu karyawannya maupun bukan. Hal ini membuat muncul rasa sayangku pada pak Yanto karena aku merasa bisa berlindung kepada beliau.
Kombinasi rasa hormat, kagum dan sayang membuat aku merasa selalu ingin dekat dengan beliau, sehingga saat kami sedang berdua aku kadang-kadang bersikap agak manja dan kelihatannya beliau tidak keberatan. Lambat laun aku mulai melihat bahwa pak Yanto pun mulai merasa nyaman kalau dekat dengan aku. Walaupun demikian kesempatan kami bisa berdua hanya saat berada di kantor saja sehingga semua urusan adalah berkaitan dengan pekerjaan dan pak Yanto tidak pernah mencoba mengajakku keluar berdua selain karena urusan kantor.
Hingga pada suatu waktu kantor Bandung harus bertindak sebagai tuan rumah pelatihan produk baru dari perusahaan dan pada akhir acara semua peserta ingin berwisata ke Ciater Subang. Walaupun aku bukan peserta training, tapi sebagai wakil panitia aku harus menemani mereka berwisata ke sana. Seperti yang aku khawatirkan sebelumnya, sebagai wanita satu-satunya dimana peserta lainnya adalah pria, aku menjadi bulan-bulanan yang cenderung melecehkan.
Untung saja pak Yanto segera melihatnya sehingga bisa menarikku dan mengajakku pulang lebih awal karena teman-teman kantor Bandung yang lain pun tidak bisa diandalkan untuk melindungi aku. Akhirnya aku pulang berduaan saja dengan pak Yanto dan pada kesempatan sepanjang perjalanan kembali ke Bandung kami manfaatkan untuk mengobrolkan hal-hal diluar perkerjaan bahkan ke hal-hal yang agak pribadi.
“Udah hampir sampai Bandung nih …” kata pak Yanto “Enaknya ke mana dulu ya ?”
“Lho … kenapa ga langsung pulang ? ” Kataku keheranan “Bukankah bapak biasa ada acara bersama keluarga kalau malam minggu seperti sekarang ?”
“Saya sudah tanggung nih ijin pulang malam ke istriku untuk nemenin orang-orang tadi” jelas pak Yanto
“Kalau begitu terserah bapa saja deh …” kataku dengan perasaan campur aduk antara senang bisa bersama beliau di malam minggu dengan rasa takut bepergian dengan suami orang.
“Okay … Jadi malam ini kita akan malam mingguan berdua ya ” Sahut beliau sambil tersenyum.
Malam itu kami seperti orang yang baru jadian pacaran, walaupun masih serba canggung tapi penuh dengan gairah yang menggebu. Apalagi beliau juga langsung bergerak cepat dengan tidak ragu-ragu lagi untuk memeluk dan menciumi pipiku setiap ada kesempatan.
Menjelang tengah malam pak Yanto mengantarkanku pulang dan untuk pertama kalinya aku merasakan ciuman bibir dari laki-laki di dalam mobil sesaat sebelum masuk ke rumah.
Semalaman aku hampir tidak bisa tidur karena semua kejadian beberapa jam bersama bossku itu seperti diputar berulang-ulang dikepalaku. Perasaanku sangat bahagia karena langsung dimabuk cinta walaupun itu cinta terlarang. Selama ini aku tidak pernah benar-benar pacaran dengan beberapa pria yang bergantian mencoba mendekatiku, mereka hanya aku jadikan teman dekat sampai mereka menjauh sendiri.
Sejak hari itu pak Yanto selalu mengajakku keluar setiap hari Sabtu, kebanyakan hanya dari pagi sampai sore, jarang sekali bermalam mingguan lagi. Kadang-kadang kami juga keluar malam sepulangnya dari kantor untuk nonton filem di bioskop atau makan malam bareng. Walaupun demikian aku menganggap kami sudah “jadian”, apalagi pak Yanto sudah mengajari aku berciuman bibir dengan permainan lidahnya.
Tidak sampai sebulan payudaraku sudah mulai di remas-remasnya ketika kami berciuman. Waktu pertama kali dilakukan hanya dari luar baju tapi untuk yang selanjutnya sudah merogoh langsung ke balik BHku setelah melepas kancing baju dan mengangkat cup BHku. Terus terang aku sama sekali tidak memberikan penolakan atas aksi bossku yang ini karena aku sendiri sangat menikmatinya, apalagi kalau remasannya diselingi permainan jari-jarinya pada putingku.
Tidak puas dengan meremas payudaraku, beliau juga mulai mengusap-usap vaginaku kalau aku kebetulan sedang memakai rok. Untuk aksi beliau ini aku sempat menolak karena aku masih perawan dan itu yang kusampaikan kepadanya, tapi bossku bilang bahwa dia hanya akan mengusapnya dari luar celana dalam saja tidak sampai menyentuh langsung vaginaku. Walaupun awalnya ragu-ragu tapi akhirnya aku “mengijinkannya” apalagi ternyata sentuhan beliau pada vagina membuat aku mulai mengenal apa yang namanya orgasme.
“Bapaaaa… Tini sudah ga tahaaannnn” itulah teriakan khasku pada saat mencapai orgasme yang terasa seperti sangat ingin pipis tetapi penuh kenikmatan. Kata bossku aku mempunyai libido yang tinggi karena cukup dengan ciuman panjang dengan remasan di payudara dan permainan jari diluar vagina, aku bisa mencapai orgasme berkali-kali sampai celana dalamku basah kuyup seperti ngompol tapi cairannya lebih kental dan sangat lengket.
Sebenarnya aku sangat risi karena kami selalu melakukannya di dalam mobil yang diparkir di tempat umum atau di ruangan beliau di kantor. Apalagi biasanya dalam sekejap pak Yanto bisa membuat bajuku berantakan. Tapi dengan hubungan cinta terlarang seperti kami hampir tidak mungkin melakukannya di rumah sampai akhirnya tiba hari itu …
Pada suatu hari aku beri tahu pak Yanto bahwa pada minggu ini aku hanya hanya sendirian di rumah sampai hari Minggu karena orang-orang rumah sedang mudik ke Bumi Ayu (Jawa Tengah) kampung halamanku. Jadi aku menawarkan ke beliau untuk kencan di rumahku saja sekalian menemani aku menjaga rumah. Saat itu hubungan kami sudah berjalan hampir tiga bulan dan aku sama sekali tidak memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi kalau hanya berduaan dengan bossku di rumah yang kosong.
Hari Sabtu pagi aku sudah tak sabar menunggu pak Yanto di rumahku, ada perasaan senang di hatiku karena akan bisa berkencan dengan beliau tanpa ada rasa khawatir seperti yang biasa kami lakukan. Rasa senang ini menimbulkan rasa kangen yang amat sangat kepada pak Yanto, padahal baru kemarin kami bercumbu di mobil saat diantarnya pulang.
Akhirnya beliau datang juga dengan menenteng satu kantung kecil warna gelap (yang belakangan kuketahui berisi kondom dan pelumas). Sesuai permintaanku sebelumnya beliau memarkir mobilnya agak jauh dari rumahku supaya tetap memberi kesan rumahku kosong sehingga kencan kami tidak terganggu oleh saudara atau teman yang tiba-tiba datang berkunjung.
Setelah mengunci pagar dari arah luar dan mengunci pintu masuk, aku langsung menubruk dan memeluk pak Yanto yang saat itu sedang meletakkan kunci mobil dan tas kecilnya di atas meja makan. Beliau langsung membalasnya dengan menciumku penuh kehangatan seolah-olah juga baru bertemu kembali denganku. Dengan tanpa melepaskan pangutan dibibir, kami kemudian bergerak untuk duduk di karpet depan pesawat TV. Pak Yanto sengaja mendudukkan aku di atas bantal-bantal yang ada supaya tinggi kami menjadi seimbang.
Setelah puas melepas kangen dengan berciuman, pak Yanto kemudian melepas bajuku kemudian BHku pun dilepasnya sehingga bagian atas tubuhku kini telanjang. Aku hanya bisa tertunduk malu karena selama ini belum pernah bercumbu sampai benar-benar melepaskan baju. Setelah aku tunggu beberapa saat aku mulai merasa heran karena pak Yanto tidak juga segera beraksi setelah menelanjangi bagian atas tubuhku. Aku coba memberanikan diri mengangkat mukaku untuk melihat ke arah beliau, ternyata pak Yanto sedang mengamati dengan seksama payudaraku dengan ekspresi kagum. Bossku ini rupanya juga sudah melepas baju atasnya sehingga kami sama-sama bertelanjang dada sekarang.
“Tini, aku baru sadar ternyata besar sekali payudara kamu !” akhirnya beliau berkomentar “Bukan sekedar besar tetapi benar-benar hampir bulat sempurna dengan letak putting di tengah-tengah”
“Ba .. bapa gak suka ?” kataku agak khawatir karena aku tahu ukuran payudara istrinya tergolong normal sedangkan semua perempuan di keluargaku payudaranya memang besar-besar, bahkan ukuran payudaraku masih tergolong kecil kalau dibandingkan mereka.
“Saya suka sekali, terutama karena bentuknya yang benar-benar membulat” Jawabnya “Hanya saja saya kaget karena tidak menyangka sebesar ini terutama kalau dilihat dari ukuran tubuh kamu yang kecil”
“Tapi yang jelas payudara kamu sangat kenyal” lanjutnya sambil tersenyum nakal “Sehingga terlihat selalu membusung walaupun sudah tidak menggunakan BH lagi”
Sambil bicara pak Yanto mulai memegang-megang kedua payudaraku dengan kedua tangannya kemudian langsung memangut bibirku. Ciuman beliau kali ini tidak hanya ke bibir saja, tapi juga pada kupingku leherku, dadaku dan juga putting payudaraku yang berwarna coklat kehitaman. Remasan pada satu payudara bersamaan dengan isapan-isapan yang disertai gigitan kecil pada putting payudara yang lainnya membuat aku dengan cepat merasa melayang.
“Ahhhh… ahhhh…bapaaaa…aaahhh” Celotehku dengan mulut yang menganga dan mata yang susah fokus karena mendapat kenikmatan yang datang tiba-tiba.
Posisi tubuhku kemudian dirubah menjadi setengah berbaring sehingga bossku bisa lebih leluasa mencumbuku. Nafsu berahiku meningkat dengan cepat, aku mulai merasakan celana dalamku menjadi lebih lembab oleh cairan yang keluar di sana.
“Bapaaaaa …. TIni sudah ga tahaaaan ….” Teriakku seperti biasa kalau sudah mencapai orgasmeku.
Saat itu aku ingin pak Yanto mengelus-elus vaginaku yang basah dari luar celana dalamku, tapi sekarang beliau tidak melakukannya mungkin kah karena aku masih pakai celana jeans ?
Tapi karena berahiku sudah sampai ke ubun-ubun maka aku tarik tangan kanan pak Yanto ke arah selangkanganku sebagai isyarat keinginanku. Beliau rupanya bisa menangkap maksudku, tapi karena terhalang oleh celana jeans maka beliau berinisiatif membuka kancing celanaku dan resletingnya dengan satu tangannya supaya bisa menjangkau celana dalamku.
Pinggang celana jeansku yang tinggi (sampai pusar) rupanya masih menyulitkan beliau sehingga membuatnya jadi tidak sabar. Beliau lalu berhenti mencumbuku dan dengan gerakan cepat beliau menarik celana jeans dan celana dalamku sekaligus sampai terlepas. Tidak berhenti di sana, pak Yanto pun kemudian melepaskan celana dan celana dalamnya sendiri dengan masih dalam posisi duduk di karpet sehingga kami berdua sekarang dalam kondisi telanjang bulat.
Tubuhku yang telanjang berada dalam posisi badan setengah terbaring di karpet bersandar pada bantal dengan kedua kaki yang mengangkang. Saat itu aku sudah tidak begitu peduli dengan keadaanku karena yang aku inginkan adalah pak Yanto segera mengelus-elus vaginaku seperti biasanya.
Tanpa menunggu lama-lama pak Yanto langsung menindih kemudian menciumi bibirku sedangkan tangan kanannya mengelus-elus vaginaku tanpa terhalang celana dalam lagi. Sentuhan langsung tangan bossku pada vagina ternyata terasa jauh lebih nikmat dari biasanya sehingga tensi berahiku mulai meninggi lagi setelah orgasme pertama tadi. Apalagi saat pak Yanto menggunakan jari-jarinya mempermainkan kelentitku sambil menggesek-gesek liang vaginaku yang sudah semakin basah.
“Hhhhmmmmpphhh …. Hmmmmmppphhhh…..” jeritanku masih tertahan oleh ciuman pak Yanto.
Beliau kemudian beralih menciumi dan menjilati kedua putting payudaraku secara bergantian membuat tubuhku bergelinjang dengan hebat karena diserang rasa geli yang menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Jari-jarinya yang ada di vagina juga terus beraksi dengar berputar-putar di sekitar liangnya sehingga vaginaku terasa mulai merekah dan semakin basah.
“Ahhhh….bapa …ahhhh …. Ahhhhh … enaakkk … ahhh “ Aku hanya bisa menjerit-jerit sebagai ekspresi kenikmatan.
Pak Yanto adalah laki-laki pertama yang aku anggap sebagai pacar dan juga yang pertama menyentuh tubuhku. Cara beliau memperlakukanku membuat aku tidak bisa menolak permintaannya, bahkan membuatku selalu ketagihan dan merindukan beliau melakukannya lagi, lagi dan lagi. Walaupun selama tiga bulan perpacaran keperawananku masih belum terusik, tapi kali ini jadi lain ceritanya …
“Ga tahan pa … Tini sudah ga tahan Bapa …. ooohhhhh” Teriakku saat merasakan orgasme lagi.
Setelah mengejang beberapa kali karena kenikmatan luar biasa yang kurasakan, tubuhku menjadi lemah lunglai. Aku mengangkat kedua tanganku ke arah beliau sebagai tanda ingin dipeluk, tapi pak Yanto malah bangun dan berlutut diantara kedua kakiku sambil menarik kakiku sedikit untuk membuat posisiku badanku berbaring secara sempurna. Kedua kakiku dipentangkannya lebar-lebar dan tanpa ragu-ragu beliau langsung memangut vaginaku dengan bibir dan lidahnya sehingga sekarang kepala bossku itu ada diselangkanganku.
“Bapa apa yang ….Uuuuhhhhhh …..akkkkhhhhhhhh…..shhhhhhhh” aku sempat kaget dan ingin bertanya apa yang dilakukannya itu tapi sebelum kalimatku lengkap aku sudah disergap lagi rasa nikmat dari permainan lidah dan bibir beliau di vaginaku.
Bibirnya mulai menciumi kelentitku sedangkan lidahnya menari-nari menjelajahi sisi dalam vaginaku yang sudah mulai merekah. Kadang-kadang ujung lidahnya terasa bergerak keluar masuk kedalam liang vaginaku yang walaupun tidak masuk terlalu dalam tapi mendatangkan sensasi yang luar biasa. Aku mulai menggerak-gerakkan pinggul dan pantatku mengikuti tarian lidahnya sedangkan kedua tanganku meremas-remas rambut bossku dengan gemas.
Pak Yanto seperti tidak memperdulikan cairan vaginaku yang semakin membanjir dan bibir vaginaku semakin membengkak . Beliau bahkan mulai menggigiti kelentitku dan diselingi sapuan lidahnya yang kasar mengelilingi kulit kelentik yang sensitif membuat tubuhku mulai bergetar dengan hebat menahan rasa nikmat yang dahsyat.
“Akkkkkhhhhhhhhhhh……ga tahan… bapa …Tini ga tahan lagi …….akkkkkkhhhhh” Aku mengerang dengan badan hampir melenting karena nikmatnya.
Pada saat nafasku masih memburu dan tersengal-sengal karena dihantam kenikmatan, aku lihat pak Yanto kembali pada posisi berlutut dan masih berada diantara kedua kakiku. Kemudian beliau maju lebih mendekat ke selangkanganku sambil tangan kanannya seperti menggenggam sesuatu yang kemudian diarahkannya pada vaginaku.
Aku belum pernah melihat kemaluan atau penis orang dewasa, aku hanya pernah melihat penis anak kecil keponakanku saat aku diminta memandikan mereka. Walaupun bentuk dan ukurannya jauh berbeda, tapi aku yakin “benda” yang dipegang beliau itu adalah penisnya sendiri. Pengetahuan seksku memang sangat minim kalau tidak bisa dibilang nol, tapi naluriku mengatakan bahwa pak Yanto sekarang sedang berniat menyetubuhi aku.
Seketika timbul rasa takutku dan juga rasa menyesal karena telah mengundang pak Yanto ke rumahku yang sedang kosong supaya kami bisa bercumbu lebih bebas. Tapi badanku sudah sangat lemas karena tiga kali orgasme dan rasa takut membuatku malah semakin lemas saja sehingga akhirnya hanya bisa merasa pasrah kepada keadaan ini. Aku hanya mencoba memejamkan mata supaya pikiranku tidak merekam memori visual dari peristiwa yang mungkin kuanggap akan kusesali seumur hidup.
Kurasakan pak Yanto sudah berada di atas tubuhku dengan bertopang pada tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya membawa kepala penisnya bergesekan dengan kelentitku. Rasa nikmat yang ditimbulkannya sedikit banyak mulai mengurangi rasa gelisah akibat ketakutanku tadi. Pak Yanto juga kadang-kadang membawa penisnya ke muka liang vaginaku dan melakukan gerakan berputar seolah-olah ingin membesarkan ukuran liangnya yang setahuku sangat sempit.
“Shhhhhhh…shhhhh…shhh…” Tanpa bisa kucegah mulutku mengeluarkan suara desisan nikmat yang seirama dengan gerakan tangan kanan beliau.
Tiba-tiba aku merasakan kepala penis pak Yanto tidak lagi berputar-putar dimulut liang vaginaku, tetapi aku merasakan penis pak Yanto tersebut mulai terasa dijejalkan masuk ke dalam liang vaginaku. Daging penis beliau yang padat terasa menyakitkan saat memasuki liang vaginaku yang sudah merekah basah dan licin.
“Aduuuuuhh….sakiiit …aduuuhhh…bapa…sakit sekali …aduuhhhh” Aku hanya bisa mengaduh pelan-pelan sambil mengangkat kedua tanganku untuk berpegangan pada pinggiran bantal yang menyangga kepalaku sehingga bisa meremas-remasnya saat merasa sakit.
BLESSSSS …. Seluruh batang penisnya akhirnya masuk dengan sempurna dengan tidak terlalu sulit karena sudah “siap” akibat cumbuan-cumbuan luar biasa yang dilakukan tadi.
“Sakit ya sayang ?” Tanya bossku sambil memperbaiki posisi badannya tanpa merubah posisi penisnya dalam liang vaginaku.
Aku hanya mengangguk perlahan dan tanpa terasa ada butir-butir air mata muncul di ujung mataku yang terpejam. Pak Yanto dengan lembut mencium air mata pada ujung mataku dan mengelus-elus rambutku yang panjang dan tebal.
“Uuuuhhhhhh ….” Aku kembali mengeluh pelan saat pak Yanto mulai melakukan gerakan maju mundur pada penisnya dengan perlahan.
Beliau lalu memelukku dengan erat sehingga kedua tanganku pun sekarang dalam posisi melingkari punggungnya. Rasa sakit itu lama-lama makin berkurang dan berganti menjadi rasa nikmat jauh melebihi yang pernah kurasakan sebelumnya.
“ Aarkkkhhh … arkkhhhhh ….arkkkhhh….” aku mengeluarkan erangan yang terdengar aneh saat pak Yanto mulai mempercepat gerakannya sambil tetap dalam posisi memelukku.
“Bapaaaa … aduuuhhh…. bapaaa …Tini udah gak tahaaaannn” Hanya dalam beberapa menit saja aku sudah meneriakan kata-kata orgasmeku yang khas.
Pak Yanto membalasnya dengan gerakan yang makin cepat dan diakhiri dengan hujaman yang dalam dan dilanjutkan dengan gerakan penis berputar-putar seolah-olah mau membuka lobang rahimku. Aku sampai mengejang-ngejang kenikmatan sambil mengangkat-angkat pantatku untuk mengimbangi gerakannya, sedangkan kedua tanganku sekarang beralih meremas-remas pantatnya beliau.
“Ooohhhhhhhhh…….” Akhirnya aku kembali tergolek lemas karena kenikmatan, pak Yanto pun menghentikan gerakannya setelah melihat reaksiku.
Aku buka mataku dan memberikan senyumanku yang paling manis kepada bossku yang telah memberikan kenikmatan yang luar biasa dan secara ajaib menghapus sama sekali rasa menyesal yang sebelumnya kurasakan. Lalu kami berciuman cukup lama sambil saling membelai muka dan rambut masing-masing.
Setelah puas berciuman pak Yanto kemudian melepas pelukannya dan duduk tegak tanpa melepaskan penisnya dari vaginaku.
“Tini, coba kamu lihat darah perawan kamu” Ajak pak Yanto
Aku coba mengangkat badanku sedikit dengan ditopang kedua tanganku sambil melihat ke arah selangkanganku. Penis pak Yanto hanya terlihat pangkalnya saja karena sisanya masih berada di dalam liang vaginaku. Selain penuh dengan urat-urat yang menonjol, pada penisnya juga terlihat sedikit cairan berwarna merah pada beberapa bagiannya. Noda merah yang sama aku lihat juga pada bulu kemaluanku, perutku, paha sebelah dalam dan perutnya pak Yanto.
Rupanya itulah yang disebut darah perawan atau darah malam pertama oleh orang-orang selama ini. Sebagai perempuan suku Jawa, warna kulitku lebih gelap dari wanita suku Sunda, demikian juga dengan kulit kemaluanku yang berwarna merah gelap sampai kebagian dalamnya sehingga bercak-dercak darah itu tidak terlalu terlihat kalau tidak diperhatikan dengan seksama.
Belum sempat aku membuka mulut untuk memberikan komentar, beliau sudah mulai mengerakkan lagi penisnya maju mundur yang membuatku terpaksa berbaring kembali. Kedua kakiku satu persatu beliau naikkan ke atas bahunya sehingga badanku menjadi hampir terlipat dalam tindihan pak Yanto. Dalam posisi seperti itu pak Yanto memompa penisnya makin lama makin cepat sehingga membuat tubuhku terguncang-guncang.
“Oooowww ….ahhhh…aawww” aku menjerit kenikmatan “Bapaaa..aa..aa..aa … nii… iii..kk…mmmaa…aaa..aatttt…sssee …eee…kkkaa…aaa…llliiiii…” suaraku jadi terputus putus karena kerasnya goncangan badanku.
CROK … CROK …CROK …CROK … aku mulai mendengar bunyi seperti air becek yang ditepuk-tepuk dengan keras. Belakangan aku ketahui itu adalah bunyi dari cairan yang telah membanjiri vaginaku dipompa dengan keras oleh penisnya pak Yanto sampai berbuih-buih.
Badan kami kurasakan mulai berkeringat sehingga terlihat mengkilat, setetes dua tetes keringat pak Yanto mulai jatuh ke tubuhku. Tak berapa lama kemudian keringat pak Yanto semakin membanjir dan mengalir deras ke perutku bercampur dengan keringatku sendiri .
CROK…CROK …CROK… CROK …CROK… bunyi itu semakin keras
Rasanya aku hampir tak sadarkan diri karena gelombang demi gelombang nikmat yang makin lama makin besar seolah-olah tidak aka nada batasnya. Tapi tiba-tiba aku merasakan tubuh pak Yanto mulai bergetar, pompaan penisnya makin tidak teratur iramanya.
“TINNNIIII …. Saya mau keluarrrrr …” teriak pak Yanto yang saat itu aku tidak tahu artinya.
Kurasakan pak Yanto menekan kuat-kuat penisnya di dalam vaginaku, tak berapa lama kemudian penisnya terasa berdenyut denyut dengan kuat lalu seperti memuntahkan sesuatu yang hangat berkali kali di dalam tubuhku. Denyutan pada penis beliau yang disertai semburan cairan hangat tersebut melipatgandakan kenikmatan yang tengah kurasakan.
“Bapppaaaaa … Oohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ……” akupun menyusul mengeluarkan lenguhan kenikmatan yang panjang sampai semburan dari penis pak Yanto berhenti.
Tubuh pak Yanto lalu ambruk kelelahan menimpa tubuhku setelah sebelumnya menurunkan kedua kakiku dari bahunya. Untuk beberapa saat pak Yanto tidak bereaksi sama sekali, sehingga aku coba peluk beliau erat-erat sambil mengelus-elus kepalanya dengan penuh kasih sayang. Beberapa saat kemudian beliau mulai bergerak bangun dan langsung mencium bibirku.
“Tini, kamu bisa merasakan kenikmatannya sayang ?” Tanya beliau dengan setengah berbisik ditelingaku.
AKu hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kepada beliau.
“Sekarang bapa sudah mencicipi milik Tini yang paling berharga dan hanya ada satu-satunya” Kataku secara spontan yang dijawab dengan senyuman dan ciuman dari pak Yanto.
“Tapi sebagai gantinya tadi Tini sudah merasakan kenikmatan yang luar biasa” lanjutku “Jadi Tini sebenarnya tidak tahu apakah harus meyesal atau berterima kasih”
Sekali lagi beliau menjawabnya dengan tersenyum sambil memandangku dengan mesra sehingga aku menjadi jengah sendiri hingga tertunduk malu. Kembali aku dihujani dengan kecupan-kecupan kecil dan ciuman-ciuman pendek yang sangat berarti bagiku.
“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh….” Jeritku tertahan ketika tiba-tiba pak Yanto menarik penisnya keluar.
Pak Yanto kemudian berdiri dan berjalan ke halaman belakang untuk mengambil selembar handuk yang sedang dijemur di sana, kemudian dengan halus beliau menyeka keringatku dan keringatnya sendiri dan terakhir menyeka vaginaku dan penisnya.
Hari itu kami bertelanjang bulat seharian selama di dalam rumah, baik itu waktu memasak di dapur, makan siang , nonton TV ataupun saat sekedar mengobrol berdua. Kondisi kami yang bertelanjang bulat membuat kami selalu mudah terangsang lagi untuk bersetubuh, sehingga antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya kami selingi dengan bersetubuh.
Dalam persetubuhan-persetubuhan lanjutannya itu, beliau selalu menggunakan kondom yang dibawanya. Waktu itu aku dengan polosnya memprotes penggunaan kondom karena mengurangi kenikmatan bersetubuh padahal waktu persetubuhan yang pertama beliau tidak menggunakan kondom tersebut. Sambil nyengir beliau menjelaskan bahwa yang pertamapun seharusnya beliau memakai kondom, tapi beliau khawatir aku keburu sadar dan menolak meneruskan saat beliau sedang memasang kondomnya.
Menjelang malam pak Yanto akhirnya pamit pulang setelah total empat kali menyetubuhiku sepanjang hari tadi.
Hubungan kami selanjutnya semakin “panas” karena untuk dua tahun pertama aku benar-benar ketagihan untuk bersetubuh dan untuk itu aku bersedia disetubuhi dimanapun dan dalam segala kondisi, tentu saja hanya dengan pak Yanto saja. Seringkali aku di kantor minta di setubuhi sambil berdiri atau dalam posisi menungging di meja dengan berpakaian lengkap. Kalau aku sedang menemani pak Yanto ke luar kantor atau saat diantar pulang sorenya, kadang aku suka merengek minta mampir ke hotel melati atau motel untuk memuaskan berahiku. Tidak terhitung pula persetubuhan yang kami lakukan di dalam mobil yang biasanya kami parkir areal parkir umum yang luas tapi gelap.
Pak Yanto tidak pernah menolak permintaanku, tapi beliau mewajibkan aku untuk selalu membawa kondom di dalam tasku karena beliau tidak bisa membawa persediaan kondom yang memadai tanpa ketahuan istrinya.
Tapi nafsu berahiku yang terlalu tinggi ini akhirnya membawa akibat fatal ketika aku memaksa untuk tetap disetubuhi pada saat persediaan kondom telah habis. Saat itu aku meminta bersetubuh dengan posisiku di atas dan pada saat pak Yanto akan ejakulasi aku tidak mengindahkan isyarat pak Yanto untuk mencabut vaginaku dari penisnya karena aku belum mencapai orgasmeku yang ketiga sehingga akhirnya sperma beliau tumpah di dalam tubuhku.
Akibatnya dua bulan kemudian aku dipastikan hamil !
Rasa bersalah membuatku tidak berani langsung membicarakannya kepada pak Yanto sehingga janinku semakin membesar. Pak Yanto akhirnya mengetahui juga setelah beliau merasa heran karena aku bersedia disetubuhi pada tanggal-tanggal biasanya aku mendapat haid dan juga merasakan payudaraku semakin membesar.
Karena kandunganku yang mulai besar, pak Yanto membawaku ke dokter kandungan untuk digugurkan dengan cara yang aman. Dokter tersebut mau melakukan tindakan aborsi karena aku diakui sebagai istri muda beliau yang tidak diijinkan punya anak oleh istri tuanya. Sangat ironis memang …
Kehamilan yang tidak dikehendaki dan aborsi yang aku lakukan membuat Pak Yanto memintaku untuk memasang IUD sehingga kami berdua tidak lagi perlu khawatir akan kebobolan. Sehingga kini aktivitas seks kami berdua terasa makin intensif dan tanpa disadari mulai terlalu demonstratif yang membuat orang-orang kantor mulai bertanya-tanya adanya hubungan istimewa diantara kami.
Akhirnya untuk mencegah kecurigaan orang-orang kantor yang sering melihatku keluar dengan nafas memburu dan lipstik memudar dari ruangan bossnya hampir dua kali sehari, pak Yanto merekomendasikan aku ke perusahaan lain yang dikelola pelanggan perusahaan kami. Kemudian aku dikontrakkan kamar kos yang memungkinkan beliau datang kapan saja. Hampir setiap sore sepulang dari kantor beliau datang menyetubuhiku sebelum pulang ke rumahnya dan kadang-kadang pagi-pagi juga datang mengantarku ke kantor setelah bersetubuh dulu tentunya.
Setelah hampir empat tahun berhubungan dengan pak Yanto tanpa status yang jelas, akhirnya aku menerima lamaran dari teman SMAku yang inginmengajakku menikah tanpa melewati pacaran. Mulanya pak Yanto keberatan dengan keputusanku, tapi akhirnya beliau mau menerimanya setelah aku berjanji mau tetap melayaninya kalau diminta. Hal itu memang bisa aku buktikan, bahkan saat aku sedang hamil anak pertamaku, aku tetap bersedia bersetubuh dengan beliau.
Aku memang tidak pernah bisa melupakan mantan bossku ini, bukan karena beliau orang yang telah merengut keperawananku, tapi karena aku memang mencintainya. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Karena Suamiku Ejakulasi Dini appeared first on Doyanbokep.


Cerita Sex: Inah Janda Desa Seksi

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Inah Janda Desa Seksi …. – Inah walaupun seorang wanita desa namun berwajah cukup manis berkulit kuning langsat dan memiliki tubuh yang sekal,bentuk payudara indah, montok,namun tidak terlalu gemuk dan merupakan seorang janda yang sudah satu tahun cerai.

cerita-sex-terus-entot-lobang-dubur-saya-om-enaaak-300x300
Cerita Sex: Inah Janda Desa Seksi

 
Inah dicerai suaminya karna sudah 7tahun perkawinan mereka belum dikaruniai anak ,sehingga suaminya menceraikannya,namun Inah dengan tabah menerima kenyataan itu dan akhirnya setelah hampir satu tahun hidup menjanda dikampung ia merasa jenuh dan kemudian ia putuskan untuk pergi keJakarta setelah ada ajakan dari Linda yang bersedia mempekerjakan inah dirumahnya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Linda seorang General-Manager muda cantik, yang berumur 36 tahun dari perusahaan Otomotif yang cukup bonafids. Linda sengaja mengambil pembantu yang menarik seperti Inah adalah disamping untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga juga untuk fariasi dalam petualangan sexnya dengan suaminya Rudi . yang berumur sekitar 38 tahun yang bekerja sebagai pejabat di departemen perpajakan,tak heran bila penghasilan Rudi begitu besar,tak sebanding dengan gaji yang semestinya ia terima,maklum seperti sudah menjadi rahasia umum bahwa bagian pajak adalah lahan yang basah, beruntung ia tidak tertangkap seperti Gayus tambunan …
Setelah sampai dirumah Linda menyuruh Inah untuk istirahat setelah makan siang
“Nah, ini kamarmu dan dilemari itu ada beberapa pakaian untuk kau kenakan, dan itu ada alat-alat kosmetik bisa kamu gunakan” sambil menunjuk keatas meja rias.
“Ini untuk saya nyah..ta..tapi” jawab inah gugup saat melihat seisi ruangan.
“Sudah jangan banyak tanya nanti aku ajarkan kau menggunakannya.”
Sepeninggalan Linda Inah terheran-heran menyaksikan alat-alat kosmetik yang diberikan oleh nyonyanya. “untuk apa nyonya memberikan kosmetik yang beraneka ragam seperti ini. dan tentu mahal harganya” sambil berfikir ia memperhatikan seisi ruangan . ruangan yang cukup nyaman pikirnya, tidak sesuai dengan kamar pembantu. Diatas meja tersedia TV lengkap dengan DVD Player, lalu ia membuka lemari dan terlihat pakaian-pakaian yang tidak pernah ia lihat sebelumnya serta pakaian-pakaian dalam yang sexy dengan corak dan warna yang mencolok serta menantang.
Lalu ia membuka laci dimeja tv, tampak dia lihat beberapa cassette dvd yang bergambar orang-orang bule sedang bersetubuh,yang ia ketahui sebagai dvd porno. Setelah ia mandi ia berfikir sebenarnya apakah pekerjaan dia dirumah ini, kalau hanya seorang pembantu rumah tangga mengapa disediakan fasilitas-fasilitas seperti ini namun dia berfikir lagi Ah, tak perdulilah mau jadi apa kek.., mau diapain kek.. yang penting aku telah senang disini dan akan aku nikmati segalanya. Pikirnya. Seraya ia putar dvd porno yang juga pernah ia tonton dirumah tetangganya dikampung waktu ia menjanda disana.
Senja telah tiba dan Rudi baru saja pulang dari kantornya seraya memarkir mobilnya digarassi. Selesai memasukan mobilnya digarassi,rudi berpapasan dengan inah yang sedang menyapu halaman. Yang langsung disapa oleh inah dengan agak menunduk. “Selamat sore tuan” sapa inah dengan ramah. “Oh..ya..ya..sore,sore kamu tentu inah ya, kapan datang” tanya rudi dengan agak gugup karna terpana dengan kemolekan tubuh inah. “Tadi siang tuan, dijemput oleh nyonya diterminal” jawab inah. “Oh, begitu, tapi tolong jangan panggil saya tuan, kau bisa panggil aku Om atau bapak”
“Ma-af tuan.. eh..Om, ma-af Om” jawab inah gugup. Rudi segera menemui Linda yang sudah menunggu didalam,dan seraya memuji.
“Ah, gila bahenolnya. hebat juga kamu dapetin tuh cewek, aku langsung horny nih Lin”
“Dasar kamu kontol nakal begitu ngeliat cewek montok langsung semaput” sambil tangan nya meremas kontol suaminya itu.
“Aduuh… kau main remes aja aku jadi tambah konak nih”. Sambil meremas kemaluan milik suaminya Linda berbisik lembut diteliga Rudi
“Sabar sayang kita akan pesta nanti malam menikmati ayam kampung dari Sukabumi itu” seraya dia berikan kecupan lembut kebibir suaminya.
Sekitar pukul 21.00 setelah mereka selesai makan malam Linda memasuki kamar Inah dengan mengenakan sepatu lars tinggi berwarna merah serta celana dalam sexy dan BH berwarna merah dengan rias wajah yang menantang serta rambut disasak seperti wanita dalam film-film Blue. Inah serta merta merasa kaget hampir tidak mengenali yonyanya tersebut
“Ya, ampun, ada apa nyah” pekiknya.
“Tenang nah kita akan melakukan permainan yang mengasyikan yang tentu kau pun akan menyukainya ” Dengan lembut Linda mejelaskan,sambil jari jemarinya yang lentik serta dihias pewarna kuku itu mengusap usap piggul Inah.
“Permainan apa nyah ? ” “Nanti kamu akan tahu sendiri, sekarang mari aku bantu mengenakan pakaian yang aku berikan padamu” Inah masih terheran-heran ketika Linda mulai membantu mengenakan stoking serta menghias wajahnya dengan mike up yang menantang .
Sambil memberi meke-up pada wajah Inah mata Linda tertuju pada beberapa CD yang tergeletak diatas meja tv.
“Rupanya kau telah menonton film-film itu nah, bagaiman asyik enggak..?” tanya Linda sehingga Inah tampak malu-malu. “Habis iseng sih nyah, makanya saya stel film itu, dikampung kadang-kadang juga suka nonton dirumah tetangga, yah, namanya juga janda, iseng nyari hiburan.” Jawab Inah polos.
“Kamu mau nah, melakukan seperti yang ada difilm itu.?” Tanya Linda,sehingga Inah tampak semakin kikuk mendengar pertanyaan Linda
“Ah, nyonya bisa aja, saya kan janda nyah sama siapa saya akan melakukannya”
“Kalau sama suamiku kamu mau nah?” hampir terbelalak inah mendengar ajakan nyonyanya itu, bagaimana mungkin dia berhubungan badan dengan tuannya sementara nyonyanya tahu.
“Lihatlah dirimu dicermin itu kau tampak sexy pasti suamiku tergila gila melihatmu “ Inah terheran-melihat penampilannya didepan cermin namun dalam hati timbul rasa bangga melihat betapa sexy dan menggairahkan dirinya dengan penempilan seperti itu mirip seperti wanita-wanita difilm porno yang tadi siang ia tonton.
Ketika Inah terpesona dengan dirinya, Linda menuntun inah keruang utama dan disana Rudi sudah menunggu dengan hanya mengenakan celana dalam.
Rudi tampak seperti tersihir melihat penampilan Inah sehingga benda yang berada didalam celana dalamnya tampak semakin menonjol
“Woow.. sangat luar biasa begitu sexy dan sangat menantang” pujinya Inah tampak tersipu malu namun juga merasa terangsang melihat rudi yang berwajah tampan serta berbadan atletis hanya mengenakan celana dalam sehingga tampak menggairahkan bagi seorang janda kesepian seperti dirinya.
Linda segera mengecup bibir suaminya dan saling berpilin lidah sambil tangan Linda meremas remas kontol rudi yang sudah menegang, lalu Linda melorotkan celana dalam rudi dan mendorong rudi kesofa sehingga rudi terduduk disofa dengan kontol mengacung Linda segera membelai belai kontol rudi dan menjilatiya , sementara Inah memandaginya sambil berdiri , Linda sambil berjongkok semakin gencar mengulum kontol rudi. Lalu menarik lengan inah.
“Inah kau berjongkok disini pegang kontol ini dan lakukan seperti yang aku lakukan, jangan sungkan-sungkan kau bebas melakukan apapun yang kau mau” Lalu dengan ragu inah memegang kemaluan rudi dan memasukannya kedalam mulutnya mula-mula ia agak canggung namun nafsu yang sudah begitu besar membuat ia tak peduli ia telan habis kontol itu seperti yang ia lihat difilm Blue. Sementara rudi terus merem melek menahan nikmat.
Linda menghampiri rudi dan melumat lidah rudi seraya berbisik.
“Bagaima sayang telah kau rasakan mulut wanita desa itu dengan kontolmu ”
“Zzzzzz…..aaaaaaaahhh…!! sedaaap sekali lin kontolku serasa diawang-awang ..aaaaaeehh teruuuss naah enaakk niiihh. ”
Inah semakin bersemangat mengulum kontol rudi lalu lidahnya turun kebawah dan menjilati biji pelirnya serta mengisap-hisap buah telur milik rudi. Dan rudi semakin meracau tak karuan. Linda segera berdiri disofa dan mengarahkan memeknya kewajah rudi. “Hisap memekku sayang “ perintah Linda , segeralah rudi melumat memek Linda sambil kontolnya dihisap inah. Linda memejamkan matanya saat rudi menjilati dan melumat memeknya sambil tangannya memegang tembok dibelakang sofa.
“Iya, terus rud, jilati memekku aiiih.. ah..ah iya terus rud, itilnya rud… itilnya kau jilat uuuuuhh..asyiiiik” Rudi semakin bersemangat mendengar racauan Linda ia semakin bernafsu melumat memek Linda yang sudah basah tersebut.
Sementara Inah dengan penuh nafsu dia lumat terus batang kontol rudi. satu tahun menjadi janda tanpa pernah sekalipun melakukan hubungan badan membuat dia sangat haus sekali dengan permainan sex apalagi ditambah dengan seringnya ia menonton vcd porno bertambah saja menumpuk nafsu birahinya yang iya pendam selama setahun, selama dikampung apabila ia habis menonton vcd porno ingin sekali ia melakukan adegan-adegan yang ada difilm tersebut namun tak pernah kesampaian.
Hingga pada akhirnya ia berada disini dan segala impianya itu bisa ia wujudkan disini dengan pria setampan rudi, maka seluruh nafsu birahi ia tumpahkan disini sambil terus melumat kontol rudi tangan kirinya mengobel-ngobel memeknya sendiri hingga memeknya tampak basah.
Hampir sepuluh menit inah meghisap kontol rudi dan rudi mennjilati memek Linda, dan Linda segera turun dari sofa dan segera menungging dilantai yang telah dipasang karpet permadani tersebut.
“Ayo rud! entot memekku dari belakang ” sambil tangannya menggosok-gosok memeknya.
Rudi segera mengarahkan kontolnya tepat dimulut memek Linda lalu dia tekan seluruhnya memek Linda yang sudah basah tersebut. Linda memejamkan mata saat batang rudal rudi menembus liang memeknya serasa nikmat menjalari tubuh Linda hingga mulutnya berkicau tiada henti.
“Zzzzz..aaaaahhhh, uuh..uuh terus rud. Goyang terus rud yang kenceng rud ooooohh..yea oooohh..yea memekku terasa nyaman sekali rud. eenaaaaak tenaan. ” Rudi terus menancapkan batang kontolnya dengan sekuat tenaga kelobang memek Linda, irama yang terdengar dari memek Linda sangat erotis karna memek Linda sudah basah cloooob….clooob ….clooob sleeb..sleeb…sleeb begitu seterusnya secara berirama sehingga Inah degan terpana menyaksikan bagaimana kontol rudi menusuk-nusuk memek Linda . Inah memelihat dari jarak hanya sekitar 10 cm sehingga dengan jelas dia dapat melihat betapa indahnya saat kontol rudi keluar masuk memek linda, sambil tangannya mengobel ngobel kemaluannya sendiri ia sudah tidak sabar ingin merasakan hantaman kontol rudi.
Linda sambil menikmati hantaman kontol rudi ia menyaksikan apa yang diperbuat Inah lalu tersenyum dan berkata “Inah kamu jangan ngeliatin aja dong, kamu jilatin kontol suamiku, jangan malu-malu kan sudah aku bilang kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau, kau praktekan apa yang pernah kamu lihat divcd porno ” Sebenarnya memang itu yang diinginkan oleh inah maka tanpa ragu-ragu ia hisap buah pelir rudi sambil terus batang kontol rudi keluar masuk memek Linda.
Maka serasa ganda kenikmatan yang dirasakan oleh rudi yaitu kenikmatan memek Linda dan kenikmatan hisapan mulut inah di buah pelirnya. Rudi memejamkan mata sambil menusuk-nusukan kontolnya kememek Linda “Aahh, asssiiik terus nah hisapi biji pelerku nikmaaaaat iya teruuuuss kalau perlu kau telan semua. Sssssss…. Aaaaahhh” Inah terus melumat pelir rudi sambil sesekali menjilati batang kontol rudi yang masih terselip diantara memek Linda.
Melihat keinginan inah untuk menjilati batang kontolnya maka rudi segera mencabut kontolnya dari memek Linda, kontol tersebut sudah basah oleh cairan memek linda, dan ia masukan kemulut inah
“Hisap kontolku nah aku tau kau sangat menginginkannya ” dengan rakus inah langsung melumat batang kontol rudi yang telah basah oleh cairan memek Linda tersebut. hanya beberapa saat rudi langsung menusukan kembali kedalam lubang memek Linda, ia kocok beberapa kali lalu ia keluarkan kembali dan ia masukan lagi kedalam mulut inah, inah menghisapnya beberapa saat untuk kemudian rudi menusukan lagi kedalam memek Linda ia kocok beberapa kali lalu ia keluarkan dan dimasukan kembali kemulut inah untuk dihisap, begitu serusnya secara berirama.
Hingga pada akhirnya Linda berteriak
“Aaaaaahhh terus rud kocok yang kuat aku mau keluar niiih ” rudi terus menghatam memek Linda dengan sekuat tenaga dan dengan irama yang sangat cepat, dan akhirnya Linda sampai pada puncaknya.
“Aaaaaaaaaaahhh….aaaasyyyyyyiiik ennnnnnnaaaaaaaaak ooooooooohh….” Begitu banyak cairan yang keluar dari memek Linda sehingga menimbulkan bunyi yang indah saat kontol rudi mengocoknya jrrrrrrrooot….jrrooooot….clloook…cloook…clooop
Linda tersenyum puas sambil terus menugging dan rudi masih menghantam memeknya
Lalu Linda berseru. “Stop rud, sekarang kau giliran mengentot memek inah ” Linda segera bangkit dan mendorong tubuh inah hingga terlentang dilantai.
“Nah sekarang kau akan merasakan nikmatnya batang kontol suamiku, aku tau kau sudah tidak sabar bukan..? sambil tangan Linda mengobel –ngobel memek inah.
“Iya nyah aku sudah kepingin sekali nyah ” lalu Linda meraih kontol rudi dan dihisapnya beberapa saat lalu berbisik kepada rudi.
“Sekarang kau entot memek wanita desa ini rud ” sambil tangan nya membelai kontol rudi yang sudah tegang ia berikan kecupan mesra pada suaminya.
“Selamat menikmati sayang ” lalu ia tuntun batang kontol rudi kearah lubang memek inah yang mengangkang ia tekan kontol rudi hingga masuk seluruhnya liang memek inah.
Inah terpejam saat batang kontol rudi menembus kelubang memeknya nikmat yang sudah lama tidak ia rasakan kini ia rasakan kembali dengan pria yang setampan rudi dan batang kontol yang begitu besar.
“Aaaaahhhh asyyyyyyik …terussss, legit Ooom. enaaak , sssssssssess….aaaaahhh. enaak Eeeuuuuuuuyy” terus inah meracau tanpa rasa canggung karna rasa canggung nya telah terbenam oleh rasa nafsu dan nikmat yang begitu menggelora.
Rudi menggigit bibir bawahnya karna merasakan legitnya memek inah yang belum pernah ia rasakan sebelumya.
“Bagaimana rud enak memeknya ?” bisik Linda.
“Luar biasa lin, gurih sekali barang wanita kampung ini aaaaaahhh…..aaaaahhh…. zzzzzz…aaahhh” Linda mengecup bibir rudi sambil tangan nya membantu mendorong pantat rudi agar lebih tandas masuk kememek inah.
Inah terus meracau tak karuan dengan logat sunda yang masih kental sambil pantatnya ia goyang mengimbangi hantaman kontol rudi.
“Enaaak eeuuyy aaaaaahhh, ayu atuh Oom. geol yang kuat ” rudi tak tahan melihat sexy nya tingkah laku inah lalu ia lumat dengan rakus bibir inah dan mereka saling berpilin lidah, inah dengan nafsu langsung menyambut ciuman rudi sambil ia cengkram kepala rudi dengan kedua tangan seolah-olah tidak ingin ia lepaskan.
Melihat adegan itu Linda segera berinisiatif untuk menjilati batang kontol rudi yang keluar masuk memek inah sambil sesekali ia jilati juga memek inah sehingga inah merasakan semakin nikmat saat lidah Linda menjilati bibir memeknya.
“Iya nyah assyik nyah jilatin terus nyah geli euy”
Mendengar perkataan inah, Linda semakin bersemangat menjilati bibir memek inah dan juga itilnya sehingga inah semakin blingsatan.
Hampir lima menit rudi menggojlog memek inah dan memek inah tampak semakin basah oleh cairan birahinya. Sementara Linda mulai menjilati biji pelir rudi dan juga lubang anus rudi tak luput dari jilatannya sehingga rudi merasa geli-geli nikmat saat ujung lidah Linda menggelitik lubang anusnya.
“Iya enaak lin terus kau jilati lubang pantatku aaahhh….aaaaahhh…geli, lin ”
Rasa nikmat yang dirasakan rudi dari dua sisi yaitu dari batang kontolnya yang menembus memek inah dan lubang pantatnya yang dijilati Linda, membuat ia tidak tahan dan akhirnya sampailah pada klimaksnya disertai jeritan panjang rudi
“Aaaaaaaaaaaaaah aku keluar liiiin…” Disusul pula secara bersamaan oleh jeritan inah yang mencapai orgasme.
“Aduuuuh ennaaaak euuuy.. ” sehingga susana sangat riuh pada saat detik-detik kenikmatan tersebut.
Dan rudi segera mengeluarkan batang kontolnya, Linda dengan cepat menyambut cairan air mani yang keluar dari kontol rudi dengan mulutnya, begitu banyak sperma yang keluar sehingga mulut Linda serasa penuh oleh cairan gurih-gurih asin itu.
sperma tersebut menghiasi juga pipi dan dagu Linda, inah pun segera bangkit dan menjilati sisa-sisa sperma dari batang kontol rudi.
Melihat inah menghisap-hisap kontol rudi untuk mendapatkan sisa-sisa sperma, Linda segera tanggap dan ia tarik rambut inah sehingga inah tertengadah lalu Linda menumpahkan sebagian sperma rudi yang berada dimulutnya kedalam mulut inah, inah dengan rakus langsung menelannya bahkan sperma yang melekat didagu dan pipi Linda ia jilati pula. Linda dan inah akhirnya saling berpilin lidah dan saling berciuman untuk menikmati sperma yang ada dimulut masing-masing.
Rudi terduduk disofa sambil menyaksikan atraksi yang erotis yang diperagakan oleh Linda dan inah.
Dan akhirnya inah bersandar dibawah sofa sambil melepas lelah dengan meminum segelas Orange juice. Linda bercelentang diatas karpet sambil menikmati rokok Sampoerna A mild kesukaannya. Sementara rudi duduk disofa sambil menenggak sekaleng bir Heineken.
Kira-kira setengah jam mereka melepas lelah sambil berbincang-bincang dan menyantap makanan kecil, tubuh mereka sudah mulai pulih kembali, Linda segera menangkap batang kontol rudi dan menghisapnya lalu memberikannya pada inah
“Nah ini, ayo kau hisap kita akan segera melakukan permaian kedua yang lebih mendebarkan dan yang belum pernah kau alami sebelumnya, dan pasti kau akan menyukainya pula” inah segera menghisap kontol rudi dengan bersemangat, dan Linda membisikan sesuatu pada rudi.
“Ayo rud, kita segera akan melakukan Anal sex, anusku sudah tidak tahan menerima hantaman batang rudalmu”
“Iya sayang aku pun sudah tidak tahan untuk menikmati lubang anusmu yang legit itu ” bisik rudi pula.sambil mengobel lubang anus Linda.
Lalu Linda terlentang diatas karpet sambil mengangkang dan menusuk-nusukan jari telunjuknya kedalam lubang anusnya sendiri sambil sesekali mengoleskan air liur pada lubang anusnya.
“Bagaimana inah apakah sudah siap batang kontol yang kau hisap itu untuk menghantam lubang anusku, cepat aku sudah tidak tahan nih.”
“Iya, sebentar nyah” Lalu inah segera mengeluarkan batang kontol rudi dari mulutnya dan segera menuntunnya kearah lubang anusnya.
Rudi segera menekan kontolnya kedalam lubang dubur Linda serasa peret dan enak, batang kontolnya serasa dijepit oleh anus Linda dan lindapun memejamkan matanya menahan nikmatnya batang kontol rudi menusuk nusuk anusnya
“Aaaaaaahhh…asssyyyik terus rud hantam lobang pantatku auh..auh..iya, iya”
Rudi terus menggenjot kontolnya secara berirama sambil memejamkan matanya dan tersenyum nikmat merasakan batang kontolnya yang dijepit oleh anus Linda, serasa nikmat membawa tubuhnya keawang-awang.
Inah terpana menyaksikan kontol rudi yang begitu besar menembus tanpa ampun kedalam lubang dubur Linda, namun Linda tampak merasa nikmat yang luar biasa. Sungguh permainan yang belum pernah dirasakan oleh inah sebelumnya namun inah sering menyaksikannya divcd porno, dan ia ingin sekali mencobanya dengan rudi.
cerisex.net –> cerita seks terbaru
Inah segera menjilati biji pelir rudi dari belakang sambil sesekali ia jilati pula batang kontol yang terselip diantara lubang pantat Linda, sampai pada akhirnya ia jilati pula lubang dubur rudi, mula-mula ia agak jijik namun setelah beberapa saat ia mulai merasakan kenikmatan tersendiri yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, maka dengan rakus ia jilati terus lubang dubur rudi sampai ia tancapkan ujung lidahnya kedalam dubur tersebut, Menerima aksi inah yang atraktif tersebut membuat rudi semakin merasakan kenikmatan yang luar biasa, lubang duburnya serasa digelitik benda lembut saat inah menancapkan ujung lidahnya kedalam dubur rudi.
Sementara rudi memejamkan mata saat menikmati dubur Linda dan juga lubang duburnya yang dijilati oleh inah.
“Aaaaah…. Asyyyiiiiik jilatin terus lubang pantatku nah, masukan seluruh lidahmu kedalam anusku, serasa sukmaku melayang…sseess..aah ”
Linda memeluk leher rudi dan melumat bibir rudi dan mereka saling beradu lidah dalam menikmati permainan tersebut.
“Aaahh teruuuus rud, goyang terus batang kontolmu kedalam lubang pantatku, tandaskan seluruhnya rud, biarkan sukmaku melayang karna nikmat yang kau berikan ini” rudi terus menghantam dubur Linda dengan kekuatan penuh, sementara lidah inah masih terus bergerilya didalam lubang anus rudi.
Pada menit kesepuluh permainan tersebut, mereka merubah posisi, kini rudi telentang dikarpet, sementara Linda diposisi atas dengan berjongkok membelakangi wajah rudi, setelah inah menghisap beberapa saat batang kontol rudi lalu Linda mulai memasukannya kembali kedalam lubang pantatnya dan langsung memompanya sambil berjongkok dengan irama yang mula-mula lambat hingga lama kelamaan sangat cepat
“Hihh …hihhh..hihh.. rasakan goyanganku ini rud semoga kau menikmatinya”
“Iya terus lin enak sekali kontolku serasa tersedot oleh lubang anusmu”
Kemudian rudi segera memerintahkan inah untuk memberikan memeknya kemulutnya, maka segera saja inah berjongkok diatas wajah rudi dan rudi dengan rakus segera menjilatinya sehingga inah menggigit bibir bawahnya sambil matanya terpejam karna merasakan nikmat
“Aaaaaah…asyiiiik om, geli-geli enaaaak terus Oom. emmmmmmm..aaahhh” Inah terus meracau sambil menjambak rambut rudi, dan rudipun tidak hanya menjilati memek inah tetapi ia mulai pula menjilati lubang dubur inah, sehingga inah semakin merasa nikmat dan juga agak geli saat ujung lidah rudi menggelitiki lubang dubur inah , sehingga ia sesekali tertawa manja saat merasakannya
“Aiiihh…auuw…geli Oom.hiii..hiii..hiii…aiihh.. auuw..auuw… hiii…hiii..hiii tapi asyiik om, geli-geli enak, terus om.. terruuuuss.. mmmmmmm..ahhhh.”
Lebih dari sepuluh menit Linda memompa batang kontol rudi dengan lubang anusnya sambil berjongkok membuat peluh ditubuhnya bertambah deras hingga ia merasa kehabisan tenaga dan menghentikan kegiatan tersebut. Lalu ia berbisik kepada inah “Nah, sekarang giliran lubang pantatmu yang menerima hantaman kontol rudi, apakah kamu sudah siap, nah…?” seraya mengecup bibir inah dengan mesra.
“ Iya, nyah saya sudah tidak sabar ingin merasakannya nyah ”
“Rud, apakah kau sudah siap untuk mengentot lubang pantat inah yang masih perawan itu” bisik Linda kepada rudi.
“Ow.. tentu sayang, aku sudah tidak sabar untuk memerawani lubang anus wanita desa yang seksi dan mulai nakal ini”
Lalu Linda segera telentang dan memerintahkan inah untuk menungging diatas tubuhnya.
“Kau akan merasakan sesuatu yang menakjubkan dalam hidupmu nah, saat melakukan permainan ini” dan inahpun segera menungging diatas tubuh Linda yang telentang dengan posisi memek inah tepat berada diatas wajah Linda dan posisi memek Linda berada didibawah wajah inah, seperti posisi 69.
Lalu linda segera menjilati lubang dubur inah dan mencolok-colok nya dengan jari telunjuk sambil mengoleskan air ludah kedalam dubur inah, Lalu rudi segera memasukan batang kontolnya kedalam mulut Linda untuk kemudian linda menghisapnya dengan rakus beberapa saat kemudian ia keluarkan batang kontol rudi dari mulutnya dan mulai ia arahkan kontol rudi kelubang dubur inah
“Selamat menikmati sayang” bisik Linda dan rudi pun langsung menekan batang kontol nya kearah anus inah yag telah basah oleh air ludah Linda, ia tekan dengan lembut dan penuh perasaan karna memang agak sulit memasukan batang kontolnya kedalam lubang pantat yang masih perawan seperti inah.
Beberapa kali sempat meleset dan akhirnya berhasil juga tembus berkat usaha Linda membantu menuntunnya serta melumasinya dengan air ludah. Pada saat tembus kedalam lubang duburnya, inah sedikit meringis karna merasa agak perih, namun kira-kira beberapa detik kemudian ia mulai merasakan kenikmatannya sehingga ia tampak memejamkan matanya merasakan nikmat.
“Mmmmmmmmm..aaaaahhh.. asyyiiiiiik..terus om, entot lobang dubur saya om, enaaak….” Inah menikmati tusukan batang kontol rudi yang menghantam lubang anusnya sambil menjilati memek Linda yang berada dibawah wajahnya.
Inah benar-benar merasakan petualangan yang mengasyikan dan ia benar-benar menikmati itu semua.
Rudi menikmati keperawanan anus inah sambil memejamkan matanya, sambil sesekali meringis karna anus inah serasa masih begitu sempit dan peret karna belum pernah dimasukan oleh batang kontol, berbeda dengan lubang anus Linda yang sudah sering dihantam oleh berbagai macam kontol. Sehingga rudi tidakbisa menggoyang batang kontolnya dengan terlalu keras, namun harus penuh kelembutan dan penuh perasaan.
Linda beraksi dengan menjilati pangkal kontol rudi yang masih tersisa diluar anus inah serta menjilati lubang memek inah secara bergantian, sambil merasakan kenikmatan lubang memeknya yang dijilati oleh inah. Hampir sepuluh menit rudi menikmati anus inah, dan rudi segera mengeluarkan batang kontolnya dan ia masukan kemulut Linda untuk dihisap, Linda menghisapnya dengan rakus, aroma anus inah masih terasa melekat pada kontol rudi sehingga menambah rasa kenikmatan tersendiri bagi Linda hingga dengan lahap ia melahap kontol rudi tersebut. Hanya beberapa detik kemudian rudi memasukan kontolnya kembali kedalam dubur inah, lalu ia pompa beberapa kali dan ia keluarkan lagi dan dimasukan kembali kedalam mulut Linda untuk dihisap oleh Linda, begitu seterusnya untuk bebeberapa kali.
karna rudi mengerti Linda sangat suka menikmati kontol yang baru saja dikeluarkan dari lubang anus. Aroma anus yang melekat pada batang kontol sangat membangkitkan gairah bagi Linda, itulah yang dikatakan oleh Linda kepada rudi beberapa waktu lalu.
Akhirnya, setelah inah menerima hantaman kontol rudi yang bertubi-tubi pada lubang duburnya, dan juga jilatan lidah
Linda pada lubang memeknya, sampailah inah pada puncak kenikmatannya disertai dengan jeritan yang keras.
“Aaaaaaaaaaaaaaaahhh….. enaaaakk… Euiiiiiiiiiiiiiiiyy.” Maka tumpahah cairan hangat yang bening keluar dari lubang memek lnah, dan Linda dengan rakus langsung menghirup cairan tersebut dan menelannya.
Beberapa saat kemudian disusul oleh jeritan rudi yang telah mencapai klimaks.
“Aaaaaaaah… aakku.. keluar lin…” dan rudi segera menarik keluar batang kontolnya dan dikeluarkan air maninya diatas lubang dubur inah.
Crrroooot……crrrrroottt…crooot…. Banyak sekali sperma rudi yang keluar memenuhi sekitar lubang anus inah, dan dengan rakusnya Linda segera menjilati sperma disekitar lubang dubur inah tersebut dan ditelannya sampai habis, sampai dijilatinya kedalam lubang dubur inah dengan harapan masih tersisa air mani rudi.
” Mmmmmm…nyeemmm…nyeemm..nyeemm. gurih sekali air manimu rud, apalagi bercampur dengan aroma dubur inah serasa nikmat tiada tara…” sambil terus menjilati sisa-sisa air mani rudi yang terselip didalam lubang anus inah.
Inah terkapar lemas diatas tubuh Linda yang masih menjilati lubang anusnya.
Inah terkapar lemas namun senyum bahagia tampak terlukis diwajahnya karna benar-benar ia merasakan kenikmatan yang luar biasa, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya dan tak akan pernah ia lupakan sampai kapanpun. Dan ia berharap ini jangan cepat-cepat berakhir, karna ia ingin terus merasakan kenikmatan seperti ini lagi. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Inah Janda Desa Seksi appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Cowok Culun Hoki

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Cowok Culun Hoki – Cerita Ini menggambarkan sisi lain dari kehidupan si Fandi, sisi lain kehidupan co culun, katro dengan segala keberuntungannya dalam mengenal seks.

cerita-sex-pacar-teman
Cerita Sex: Cowok Culun Hoki

 
“Ceki !” teriak Alex, semua mata memandang wajahnya,
“Anjrit… lo molo dah !” sambil aku gerutu melirik kartu remi didepanku yang masih tak beraturan, boro-boro ceki, satu aja belum ada yang nyusun.
kupandang wajahnya, kulihat senyum menyeringai diwajahnya. Heran aku padanya, kulihat beberapa kali dia selalu memenangkan pertarungan remi ini. Kulihat dijepitan kaki jempol dan telunjuknya sudah terhimpit beberapa lembar ribuan dan ada berapa cebanan dan gocengan. Kayaknya tuh anak malam ini lagi hoky.Alex, anak bungsu dari 9 bersaudara, sebaya denganku, nama aslinya adalah Soleh, tau kenapa tiba-tiba bisa berubah jadi Alex, alesannya dulu cadel, gak bisa nyebut diri sendiri. jadi kami kebawa-bawa memanggilnya dengan sebutan Alex. Dengan usia semuda ini, rambut bagian atasnya udah botak, katanya dulu pernah sakit panas, absolutist gak baek-baek, bikin rambutnya rontok, padahal menurut pengakuannya, mungkin dia sering ngintipin kakak-kakaknya yang udah pada kawin, bikin dia amative sendiri, tapi gak ada penyaluran, bikin otak panas, bikin rambut rontok.
Engkong Sule, Kakek Alex, adept perang kemerdekaan, gak mau dibilang tentara, katanya kalo tentara dulu beda sama sekarang, kalo dulu ngebunuh musuh, kalo sekarang ya gitu deh !. Nama aslinya adalah Sulaiman, dirumah Engkong Sule inilah biasanya kami nongkrong, setiap malam minggu, menghabiskan waktu dari jam 10 malam sampe subuh, rumah dengan halaman samping yang cukup luas, jauh dari lalu lalang orang lewat. Satu-satunya rumah bounce doeloe, di daerah kami. Daerah kami merupakan daerah dipinggiran jakarta, pemukiman padat, dengan banyak kapal sandar (rumah yang berhimpit2an, kami menyebutnya kapal sandar, seperti dipelabuhan sana) kadang jalan penghubung rumah-rumah tersebut hanya dibatasi oleh assemblage yang sangat kecil, boro-boro buat motor lewat, dilewatin oleh 2 orang aja, kalo gak beriringan, ya musti gantian.
Kutatap wajah disebelahnya, tepat berhadapan denganku, Bram, dengan wajah penuh keringat, yang sesekali disekanya, tampak agak kesal, sama sepertiku, kulihat beberapa lembar uang puluhan ribuannya sudah keluar dari kantong atasnya.
“Bures neh gw kayakna, ni malem, setan dah”, keluar kata-kata dari mulutnya ketika matanya menatapku, mungkin merasa aku memperhatikannya, disangkanya aku kasihan padanya, padahal, wuah, gue aje apes, gak narik-narik dari tadi, senasib.
Bram, nama aslinya sih ibrahim, cuma biar keren katanya, maunya dipanggil bram, tapi kalo dirumah, keluarga memanggilnya Iim (membanggakan diri dengan mengatakan bahwa namanya adalah nama terpanjang didunia, karena dituliskannya 11M, sebelas meter!).
Pernah suatu kali teman2 sekolahnya datang hendak bertandang ke kerumahnya, mencari kesana-sini seseorang dengan nama Bram, tentu saja gak ada yang kenal, hampir putus asa mereka mencari, ingin kembali dan membatalkan kunjungan kenegaraan tersebut, kalo saja tiba-tiba si Iim tidak nongol dari warung makan, berdiri didepan pintu warung, sambil tolak pinggang cengengesan, dimulutnya sambil cungkal-cungkil gigi dengan tusuk gigi, (padahal batten yang dimakan cuman nasi munjung ama tempe satu, pake kuah ati, taro dipinggir, buat suapan terakhir, biar baunya bikin orang nyangka kalo dia baru makan enak !).
Kulirik lagi orang disebelah kiriku, Dupri, dia adalah yang batten chief diantara kami, lebih tua 5-7 tahun dari kami semua, angkatannya sudah pada menikah, sepertinya cuma dia seorang aja yang belum menikah. Sementara yang lainnya mungkin saat ini sedang mengeloni istrinya masing-masing, dia merana sendirian. Mungkin karena bete karena gak ada temen tongkrongan, akhirnya dia memutuskan untuk alih generasi, maksudnya mengalihkan generasi tongkrongan dari yang sebayanya dengan generasi dibawahnya, ya kita-kita !.
cerisex.net –> cerita seks terbaru
Kulihat dia tersenyum simpul, sepertinya dia mempunyai kartu yang lumayan bagus, berusaha untuk tersenyum manis, padahal boro-boro, giginya yang sepertinya balapan untuk berebut keluar, sulit untuk dimasukkan semua ke mulutnya, walhasil apabila dia berusaha untuk menyembunyikan giginya, otomatis mulutnya akan menggembul, layaknya orang yang sedang disumpal kain dimulutnya.
Pernah suatu hari, saat dia dibelikan motor oleh emaknya, itupun dengan setengah mengancam, kalo gak dibeliin motor, dia akan bunuh diri, buat ngojek katanya, padahal sapa yang peduli dia mo bunuh diri, hidup aja udah sukur, kalo dia mati juga sapa yang sedih, palingan juga cuma emaknya, itu juga karena gak ada yang nimba air, buat mandi. Akhirnya dengan setengah kepaksa, uang hasil penjualan nasi uduk ditambah dengan pinjam sana-pinjam sini, emaknya membelikan motor honda Astuti (Astrea tujuh tiga). Saat belajar motor pada iparnya, dia bertanya kenapa motornya gak mau jalan-jalan padahal udah digas, iparnya menyuruhnya memasukkan giginya, namun yang terjadi adalah dia berusaha untuk mingkem !.
Kami biasanya setiap malam minggu bermain kartu ditempat ini, kadang bisa sampai 2 atau 3 lapak, tempat teraman didaerah ini, jarang ada yang dateng kesini kalo gak penting banget, udah jalannya sempit, becek, bau lagi. Hari ini kami hanya berempat, waktu memang baru jam 10 lewat dikit. Biasanya tak absolutist lagi akan nongol yang lainnya, kalo aku sih biasanya nongol ontem (on time maksudnyah), jam 9, lagian ngapain malam minggu dirumah, malu-maluin aja, ketauan gak punya pacar.
Biasanya yang lain akan nongol antara jam 10 sampai jam 12, biasalah, buat yang punya cewek, ngapel dulu, setelah itu setor muka deh kesini, kasih laporan BAP, Berita Acara Pacaran. Udah deh mereka biasanya cerita-cerita ngapain aja pacaran tadi ma ceweknya, kadang diberi bumbu penyedap, biar yang denger cerita pada ngaceng !.
Ada juga sih, yang nongol jam segitu, padahal kita-kita pada tau dia gak punya pacar, nongol jam 11 lewat dengan baju rapi, wangi, biar dibilang baru pulang abis PDKT ma cewek, padahal, boro-boro, palingan juga abis nonton tipi !.
“Nutup Gue” pelan berkata Dupri, sambil meletakkan kartunya dan membeberkannya di tikar di atas bale-bale itu.
Berkata lirih penuh arti, agar tak mengagetkan yang lainnya, aku sih sudah mengira dari mulutnya yang tersenyum tadi, pasti kartunya lagi bagus. “Kuyaaaa” teriak Alex, sambil membanting kartunya. “Gue ceki dari tadi gak nongol, nongol juga tuh kartu!” katanya. Ia melirik kearah kartuku yang kulempar juga ketengah, berseru alex melihat kartuku, “Kendi, setaaan, kartu gue ditahan-tahan” aku cengengesan menatapnya. Sukuur, lagian mo ngarep mulu, lagian emang gue tahu itu kartu yang diincernya, hehehe.
Permainan kami lanjutkan kembali, turun naik duitku, kadang ngarep, kadang ampir bures, bawa duit 20 rebu dari rumah, mudah2an bisa bertahan sampe kukuruyuk. Dikasih duit ma bokap 20 rebu pagi tadi, alesan buat beli buku, padahal batten begitu ditanyain, buku gak ada, duit lenyap. Biasalah, darimana kita dapet duit lebih kalau bukan boleh korupsi dari ortu. ya maklumlah namanya juga pelajar.
Jam 11 telah berlalu, waktu memang tak terasa bila kita asyik capital seperti ini, tak absolutist kemudian si Buluk datang, nama aslinya sih lukman, dipanggil si Buluk karena kerjaannya yang dari jaman dia SD ampe sekarang umur 24an, masih aja narik sampah warga, bukannya ngeremehin, tapi mbok ya kalo abis narik sampah bebersih diri kek, biar gak keliatan dekil and kumel. Sampe sekarang belom juga kawin, ampe tititnya bulukan, sukur-sukur gak numbuh lumut, orang gak pernah diasah. lagian sapa yang mau, cewek-cewek kalo deket dia suka geli, bau anyir katanya.
Datang petantang-petenteng, sok kaya bawa duit bejibun, tanpa permisi lagi maen nyelip aja duduk diantara, Alex dan Bram, kontan mereka minggir, bukannya karena mempersilahkan supaya dia duduk, tapi pada gak tahan ama baunya.
“Set dah loe luk, loe malem minggu bukannya mandi yang wangi biar ada cewek yang mao ma elu, ini malah mingkinan baunya, kek topo dapur yang gak dicuci-cuci dari abis lebaran” berkata si Alex sambil menutup idungnya, Bram ngakak, sambil minggir bergeser,
“Yarin dah loe luk, kali aje loe bikin si Alex apes ma bau loe, dari tadi die narik mulu noh, duit gw dah ampir bures“. Berkata lagi Dupri menyahutinya
“Luk, loe kalo kemari pake minyak wangi kek, loe mah gw rasa mandi di tujuh sumur juga belom hilang bauloe, huakakakak”. Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku mereka. Kupandang buluk dengan senyum, untung angin berhembus dari belakangku sehingga tak tercium bau buluk, walaupun kadang tercium bau menyengat sekilas, namun rasanya sama dengan bau sampah dari pojokan halaman sana.
Kami meneruskan permainan berlima, terpaksa kami mengganti jenis permainan yang tadinya kami menggunakan kartu remi kini diganti dengan kartu domino, kiu-kiu, sekalian mencoba peruntunganku, mungkin dengan permainan ini, peruntunganku berubah.
Beberapa menit berlalu, kocokan demi kocokan dilakukan, serius kami bermain, diselingi celoteh celoteh kocak yang keluar dari mulut kami bergantian, komentar atas kartu yang selalu jelek, gerutuan karena kartu yang dianggap tinggi tapi akhirnya kalah dengan lainnya. Teriakan kegirangan karena berhasil memenangkan taruhan, dan lain sebagainya. Tak absolutist kudengar langkah kaki mendekat, jarang sekali tempat ini dikunjungi oleh orang, kemudian langkah itu berhenti.
Semua mata menengok ke arah sumber langkah tersebut, bersikap waspada, menerawang ke arah assemblage yang cukup gelap, memastikan siapa gerangan yang datang. Tak absolutist kudengar teriakan dari arah sana, teriakan seorang perempuan “Luk, Buluk ada blast Somad gak ?” kudengar jelas suara itu, kencang ditengah malam yang cukup sepi ini,, “Siape ? Siape ? ntu mpok Yoyoh ye ?” berkata buluk menyahut yang kemudian dibalas lagi “Gak ade mpok, gak ade, belom kesinih, kenape emangnye mpok ?” berkata lagi buluk sambil berdiri.
Aku memandang ke arah buluk, kemudian menyuruh buluk menghampiri wanita itu,
“Sono luk, samperin sono, gak enak lu pada teriak disini, ntar kedengeran ma yang laen, berisik “ kataku kepadanya.
“Siake ah, nyuruh gue lagi loe, ya udah dah gw samperin, palingan si yoyoh noh nyariin lakinye, udah tau lakinya hansip, jaga malem, masih minta dikelonin juga, backbone kartu gue lagi cakep lagi nih, ntar ulang ah “ kata dia sambil menyodorkan kartunya kepadaku, kulihat 3 kartu yang disodorkannya, 2 kartu digabung kiu, dan satu lagi kartu daun 3. cepat kuambil dan kutukar dengan kartuku. Kulempar kartuku kearah lantai, seolah-olah itu adalah kartunya buluk.
Sementara Buluk menghampiri wanita itu, kami melanjutkan permainan, ya tentu saja dengan diakhiri oleh kemenanganku, lumayan narik 8 rebu.
Tak absolutist buluk datang kembali, meminta agar ia turut dibagikan kartunya, kembali duduk bersila di atas tikar.
“Kenapa ama mpok Yoyoh Luk, ngapain jie nyariin si Somad ?” Kata Dupri, lagaknya bagaikan seorang wartawan yang lagi mencari sumber berita.
“Biasalah, dia baru pulang dari rumah sodaranya yang lagi hajatan, katanya sih pintu rumahnya di konci, jie kagak bisa masuk, blast Somad udah jalan, jaga malem, batten sekarang lagi di pos RW, absen “ katanya menjawab sekenanya,
sambil matanya dipicingkan memirit kartu yang dibagikan.
Mpok Yoyoh adalah istri blast Somad, berumur kurang lebih 26 tahun, sebaya dengan Dupri, menikah dengan Somad beberapa tahun lalu, baru dikaruaniai anak satu berumur 3 tahun, aku kenal dengan mpok yoyoh hanya sebatas kenal, ya maklumlah tetangga. Beda usia kami yang 7 tahun, membuatku sungkan terhadapnya. Sebenarnya wanita itu cukup cantik, mungkin karena kurang terawat, maklumlah dengan penghasilan suami hanya sebagai penjaga keamanan lingkungan, jangankan buat ngerawat tubuh, bisa cukup buat makan sebulan aja udah sukur.
“Lah elo kenape gak nemenin jie Luk ?, kan mayan tuh, bahenol, mumpung blast Somad kagak ade“ berkata Dupri sambil memainkan tangannya didadanya, mencoba memperagakan bagaimana meremas-remas tete perempuan, kontan kami semua terbahak, terutama ketika melihat mimik Dupri, dengan giginya yang berebut nongol, mencoba memberikan kami bayangan sedang menciumi tete mpok yoyoh, suara yang keluar dari mulut monyongnya persis seperti bebek sedang nyosor mencari makanan. Cek.. ck… ck….ck… Kami semua jadi membayangkan mpok yoyoh, menurutku sih sebenernya mpok yoyoh itu seksi, dengan payudara lumayan big size, ya kalo saja badannya diurus bener, cukuplah modal sejuta, didandanin, beliin baju yang bagus, kesalon, pasti penampilannya jadi lain, lah sekarang duit sejuta darimana ? dikasih duit tiga ribu buat belanja sehari, bisa buat beli apaan ? yang penting asal ada lauk, nasi cukup, sukurlah. Bisa makan kenyang, walaupun badan akhirnya jadi melar gara-gara ngandelin nasi doang.
Tak absolutist kemudian terdengar langkah mendekat kembali, kami semua memalingkan wajah, mulanya kami berharap yang datang itu adalah mpok yoyoh, berharap datang mendekat, menghampiri kami, lumayankan ada yang diliat-liat, perempuan montok yang dandanannya sembrono, lumayan buat ngaceng-ngacengin titit dikit.
Namun ternyata lain yang diharapkan lain pula yang datang. Kami bersikap waspada, langkah yang mendekat seperti langkah sepatu dengan ayunan langkah berat. Dengan diiringi suara batuk tertahan, layaknya jenderal berdehem apabila melihat anak buahnya kurang ajar, bermaksud menakuti kami, yang sedang belajar berjudi kecil-kecilan, berkata dengan dibuat-buat,
“Hayoo, sedang apa kalian ? “
“Setaaann, si Somad nongol, sok kaya jendral, pake batuk-batuk segala, Mad, mad, loe mah kagak pantes, batukloe kayak orang susah, sekalinya diobatin musti ke RSCM, jangankan puskesmas, fatmawati aje dah gak sanggup Mad “ berkata si Dupri sambil membanting kartu. Kami semua terbahak.
Somad menghampiri kami, dan berkata, “Sape nih yang menang, bagi-bagi ngapeh “ katanya kepada kami, sambil memandang wajah kami satu persatu.
“Enak aje, dateng maen minta-minta aje, kagak ada yang menang, semuanya kalah” berkata Bram menimpali, Somad nyengir.
Tak absolutist Buluk mengatakan padanya bahwa tadi istrinya mencarinya,
“Lah, bini gue nyari kesini ?, ngapain ?” katanya pura-pura terkejut,
“Tau bang, minta dikelonin kali” berkata bram mencoba menjawab. Buluk menyahutinya,
“Lah katanya kagak bisa masuk rumah jie bang, koncinye dibawa abang”.
“ya ampun, iye ye, gw lupa, barusan kebawa ma gue, duh musti balik nih gw, capek gw nech, baru aje muter keliling” dengan lemas blast somad berusaha bangkit dari bangku panjang yang baru saja didudukinya, kemudian entah ide darimana, tiba-tiba ia menengok ke arah buluk dan berkata
“Luk, loa aja gidah, anterin konci ke bini gw sono, buruan !” sambil merogoh saku celananya dan mencari kunci yang mungkin tersimpan disana.
Buluk memandangnya sejenak, ada rasa segan memang kulihat buluk menolak permintaan somad, namun kemudian ia melengos dan berkata, “Jah, Bang, gw juga baru dateng, yang laen ngapah yang disuruh, perasaan gue mulu disuruh-suruh !” dengan mimik muka memelas ia memandang wajah blast somad. Tertawa kami semua melihatnya.
“Ya elo mah, kan emang hidup buat disuruh-suruh luk, nah elu aje tiap hari, kerjaanlu disuruh buang sampah warga “ katanya sambil nyengir dan menyodorkan kunci ketangan si buluk.
Tiba-tiba si bram bangkit dari duduknya, menghampiri blast somad dan berkata,
“Sini Bang, biarin aye aje, sekalian nech, pegel dari tadi kagak narik-narik, mo balik dulu, ngambil duit” sambil menengadahkan tangan meminta kunci dari tangannya.
Blast somad memandang bram sejenak kemudian menyerahkan kunci yang berada ditangannya. Bram mengambil kunci itu setelah itu memalingkan wajahnya dan memandangku “Pen, loe ikut gw nyok, bentaran temenin gw, ntar kesini lagi “ aku memandang bram, kemudian memandang kesemua wajah yang ada seolah meminta persetujuan. “Lah ntar yang maen kurang dong” kataku seakan keberatan diminta ikut dengannya, padahal sepertinya kartuku lagi bagus-bagus datangnya, sayang kalo dilewatkan.
“Udah gapapa, loa kasih blast Somad aja noh suruh megangin kartuloe” berkata Bram sambil menegok ke arah blast somad duduk. Blast somad nyengir memandang kami berdua “Lah, gw mo maen darimana, orang gw lagi gak punya duit”, katanya. “Nih blast gw pinjemin goceng, tapi ntar pulangin ye ?” sambil menarikku berdiri, namun ketika aku berdiri, diambilnya uang sepuluh ribuan dari tanganku, “Nih bang, dimodalin ma pendi ceban, dipinjemin” katanya sambil menyodorkan uang tersebut.
Duh sialan nih anak, udah maksa gue ikut, malah ngorbanin duit gw, gerutuku dalam hati. “Tenang Pen, loe ikut gw bentar, temenin gw ngambil duit, sekalian ke rumah gw bantuin ngambil makanan, banyak sisa makanan noh dirumah, bekas pengajian ibu-ibu tadi, yuk “ berkata ia padaku sambil mengedip-ngedipkan matanya, seolah berkata kepadaku untuk tidak banyak tanya dan menuruti ajakannya. Akhirnya kami berdua beranjak pergi, blast somad bermain menggantikan kami, dengan diiringin tatapan wajah penuh tanya dari mereka semua, seakan hendak mengetahui kemana kami pergi, menghilang ke arah kegelapan gang-gang sudut pemukiman.
Aku mengikuti langkah IIm, sesekali menundukkan kepala, memastikan agar langkah kakiku tidak terperosok, atau menginjak diatas tanah yang becek dan lembab. “Pen, loe ikutin gw aje ye, diem jangan banyak ngomong” katanya kepadaku ketika timbul keheranannku melihatnya berbelok berlawanan arah dengan arah rumahnya. Aku, Fandi, memang telah cukup absolutist tinggal di daerah sini, aku ingat ketika usiaku baru saja menginjak 5 tahun, bapakku mengajak pindah keluarga kami disini.
Berarti saat ini kami telah tinggal didaerah ini cukup lama, hampir 15 tahun, karena dilingkungan ini, yang notabene dihuni hampir oleh mayoritas penduduk asli betawi sini, hingga logat dan gaya bicarakupun seakan terbawa oleh mereka, malah kadang banyak yang menyangka aku adalah juga asli sini, apalagi panggilan namaku seakan diubah yang tadinya Fandi diplesetkan menjadi Pendi. Aku hampir mengenal seluruh sudut pemukiman ini, mengenal bentuk dan isi penghuni seluruh rumah ini, jadi apabila aku disuruh menutup mata, dan dilepas dimanapun, aku akan bisa kembali pulang, hehehe.
Hampir saja badanku menabrak badan Bram, ketika aku menunduk untuk mengamankan gerak langkah kakiku, bram yang posisinya berada didepanku, berhenti mendadak. Ditengah assemblage yang sempit dan gelap itu. Dia berbalik ke arahku, mengangkat jari telunjuk tangan kanannya, menempelkannya dibibir,
“Ssst..” menyuruhku diam. Aku memandang wajahnya, berusaha memahami apa yang terjadi, namun tak sempat aku bertanya ia menyuruhku untuk memasang telinga baik-baik.
Kudengar seperti ada suara desahan dan rintihan entah darimana datangnya, suara itu seperti orang yang sedang menangis, atau entahlah, ia menunjuk ke atas, ke arah lobang jendela rumah dikanan sambil memegang dinding rumah itu. Assemblage yang kami lalui ini mungkin hanya selebar setengah meter, sehingga bila kami meregangkan tangan, tidak sepenuhnya melebar sudah tersentuh dinding kiri kanannya. Kuperhatikan bram, nampaknya ia sudah hapal betul dengan situasi ini, ia menempelkan tangannya dikedua dinding kiri kanan rumah, kemudian ia mengangkat kakinya, juga menempelkannya dikiri kanan dinding, dan layaknya seperti spiderman ia memanjat dinding yang tak berplester itu dengan mudahnya.
Melongok kedalam jendela yang tidak begitu tinggi, mengintip dari celah tirai yang terbuka sedikit dan melongok kedalam kamar rumah itu. Dengan ragu aku melihatnya, memandang keatas, Bram menundukkan kepala menyuruhku untuk naik.
Aku mengikutinya, melakukan seperti yang dilakukannya, mengregangkan kaki memanjat naik kedua dinding itu. Kulongokkan kepalaku, mengintip dari celah tirai yang terbuka sedikit, kulihat disana dibalik kaca jendela ini tampak 2 sosok tubuh manusia sedang bersetubuh.
Bergetar aku menyaksikan tontonan ini, deg-degan aku menyaksikannya, aku tahu ini adalah rumah Mas Tono dan Mpok Ella, mereka penganten baru, mungkin baru 2 bulan yang lalu mereka menikah, aku ingat kok, kami beramai-ramai datang ke pesta undangan mereka, sepakat masing-masing memasukkan gocengan kedalam amplop putih tertutup, menulis nama sambil berharap makanan yang disajikan cukup enak, sukur-sukur bisa nambah, sehingga ngasih goceng gak rugi !.
Sungguh ini adalah tontonan siaran langsung yang baru aku lihat seumur hidupku, kupandang Bram, sepertinya dia sudah sering melihat ini, mungkin dia sudah punya karcis langganan, jadi kayaknya apal banget dengan situasi, kondisi beserta jam tayangnya.
Lututku bergetar serasa mau copot, pelan kutatap adegan itu tanpa berkedip, rugi rasanya bila aku harus mengedipkan mata dan kehilangan moment2 penting ini. Dedeku yang tadinya adem ayem, kini mulai berontak menyaksikan adegan ini, mulai menegang, mengeras.
Kulihat disana, diatas tempat tidur yang kelihatan baru, walaupun sepertinya telah didaur ulang, Ella sedang berada diatas Tono, seakan sedang memancing pen|s Tono untuk bangun, dan tak absolutist kemudian, Tono, sang suami, berbalik, menindih, menciumi Ella sambil menarik celana dalam hitamnya, memelorotkanya. Kemudian gantian kini Tono yang menciumi tubuh Ella, dari bibir, leher, dada hingga terus kebawah.
Tak absolutist kemudian, sepertinya Tono mengambil ancang-ancang untuk memasukkan Penisnya ke Rongga vag|na Ella, pelan namun pasti mengarah, seakan akan pemain bola yang sedang berancang-ancang mengambil tendangan penalti. Siap … yak… tembak….bles….goal….
Kulihat sangat asyik sekali Tono, menaik turunkan pantatnya, agar penisnya menggesek keluar masuk vag|na ella, serius merasakan kenikmatan ini, tanpa menyadari bahwa ada 2 pasang mata mengintipnya. Duh kakiku serasa pegal, hanya dengan sendal jepit, bertumpu pada dinding bata merah yang tidak diplester menyangga berat badanku, membuatku terpeleset, menimbulkan bunyi !.
Aku agak terperanjat, ketika kulihat Tono menghentikan goyangannya, rasa khawatir jika aktivitas kami diketahuinya, takut bila kami ketahuan sedang mengintipnya, bisa-bisa kami diuber-uber dengan golok melayang. Namun ternyata kekhawatiran kami tidak terbukti, sepertinya mereka tidak sadar dengan suara yang kami keluarkan, kulihat beliau menyuruh Ella membalikkan tubuhnya, menungging. Dan tak absolutist kemudian tono memasukkan penisnya dari belakang pantat Ella yang bahenol itu.
Entah berapa absolutist kami menyaksikan ini, menit demi menit telah berlalu ketika kulihat Tono, mulai mengerang, memuncratkan cairan kental dari penisnya kedalam rongga vag|na Ella. Sementara kulihat Ella menjerit tertahan, menggigit bibir bawahnya, berusaha tak mengeluarkan jeritan kencang, menengadahkan kepala, mencapai titik kepuasan yang bersamaan dengan sang suami.
Terasa pegal kakiku menahan beban tubuhku, aku meloncat turun, bersaman dengan bram yang juga meloncat, melangkahkan kaki dengan berjinjit berusaha untuk tak bersuara.
“Gile Lu Im, tau aje, sering loe ye ?” kataku kepadanya setelah kurasan kami sudah agak jauh dari tempat itu. “Hehehe… gue… “ katanya membanggakan diri, sambil menepuk dadanya, “Sialan lu ah, bikin gue ngaceng aja” kataku kepadanya.
Ia tersenyum kepadaku, kemudian merangkul pundakku sambil mengajakku terus melangkah mengikutinya, “Pen, loe mau ngilangin ngacenglu kagak ?” katanya kepadaku, aku melihat kearahnya, memandang mukanya, memastikan keseriusannya,
“Anjrit, loe mo ngajakin gw coli bareng ?, najis dah, ntar loe nyuruh gw nyepong elo lagi, gantian “ kataku sambil meludah, cuih. Ngebayanginnya aja gw udah mual.
“Jah, loe kira gue gila apa ?, Tenang, loe ikutin gw aja, tau beres,,,,” katanya seraya menarik tanganku, menuju belokan assemblage di depan.
Aku mengikuti arah yang ditunjuknya, sepi sekali malam ini, hujan tadi abscessed yang mengguyur serasa membuat orang malas untuk keluar. Kami terus berjalan kedepan, ke arah rumah petakan kecil-kecil, rumah kontrakan milik **** Sanip.
Rumah kontrakan itu berjejer, mungkin ada sepuluh rumah, kecil-kecil, memanjang, masing-masing rumah hanya terdapat satu ruang tamu, satu kamar tidur, dan dapur kecil, 5 rumah dikiri dan 5 rumah dikanan menghadap berlawanan arah, ditengahnya terdapat kamar mandi berjejer, dengan sumur, jadi bila kami berjalan digang itu, itu merupakan bagian belakang dari sepuluh rumah tersebut.
Bang Somad merupakan salah satu penghuni rumah ini, Bram menuju salah satu rumah tersebut, kurasa itu adalah rumah dari blast Somad. Heran aku, bukankah pintu rumah blast somad dipegangnya, berarti Mpok yoyoh berada diluar, kenapa harus lewat jalan belakang ?.
Aku mengikutinya menunggu apa yang akan dilakukannya.
Dalam kegelapan kuikuti bram menghampiri sebuah pintu, pintu kusam, tanpa cat, dengan kayu yang rapuh, mengetuknya perlahan, seakan memberi kode bagi penghuni didalamnya. Tak absolutist kemudian tampak seseorang membuka pintu tersebut, seorang wanita.
Aku mengenalnya, namanya Lina, usianya diatas kami sekitar 5 tahunan mungkin, seorang janda, hidup sendirian, kerja disebuah tempat billyard, sebagai waitress. Wajahnya sebetulnya manis, dengan kulit kecoklat-coklatan, gak beninglah. Keluar memakai celana jeans dan hanya dengan mengenakan BH saja, cuek.
“Eh, Im… Ade ape ?” katanya melihat Bram nampak berdiri didepan pintunya. Kemudian wajahnya memandang mukaku bergantian dengan wajah keheranan berusaha tersenyum.
“Udah Pulang Pok Lina ?, ini nyariin Pok Yoyoh, disuruh blast Somad nganterin Konci, Mpok Yoyoh ada disini kagak ?” katanya sambil memperlihatkan kunci pintu yang ditangannya.
“Oooh kirain apaan, tuh ada didalem, nungguin blast Somad kelamaan kali jadi numpang nunggu disini” katanya, “masuk gih” sahutnya lanjut sambil membuka pintu lebar-lebar.
“Tumben loe Pen, ngikut-ngikut kemari, abis pada ngapain loe ? “ tambahnya lagi, memandang wajahku seakan meminta jawabanku.
“Ini pok, tadi lagi maen ditempat kong Sule, diajak kemari ma si Iim, suruh nemenin” kataku sambil berusaha tersenyum.
Aku mengikuti Bram, masuk kedalam, tuh anak kayaknya udah biasa banget maen selonong-selonong aja dirumah orang, udah kaya rumah sendiri. Melewati dapur, diruang tengah kulihat Mpok Yoyoh sedang duduk disisi tempat tidur, dengan baju hitam, mungkin baju dalemannya, bercelana jeans, duduk seakan baru bangkit dari tiduran, menyambut kedatangan kami.
Kulihat Bram tanpa sungkan, duduk disisinya, tersenyum, sambil mengatakan bahwa ia disuruh blast somad mengantarkan kunci pintu rumahnya, dan kemudian menyerahkan kunci yang ditangannya. Aku berdiri didepan mereka menatapnya, berganti-ganti, heran, tuh orang akrab banget berdua, layaknya saudara, kakak beradik.
“Pen duduk Pen, pada mo ngopi kagak ?” tiba-tiba berkata Mpok Lina pada kami, aku memalingkan wajah hendak menjawabnya, namun tiba-tiba Bram menyahutunya
“Boleh dah mpok, tapi jangan manis-manis “ katanya sambil nyengir,
“Gue kagak nawarin elu, bosen, gw cuman nawarin si Pendi nih, loe mah kagak ditawarin juga biasanya bikin sendiri “
Mpok Lina melengos sambil memonyongkan mulutnya. Bram tertawa ngakak sambil berkata, “duilah mpok, jangan pake monyong gitu knapa ? ntar cakepnya ilang” katanya lagi.
“Auk ah, sok ngerayu lagi loe, sono kalo mo kopi, bikin sendiri, sekalian noh buat si pendi bikinin”, katanya lagi sambil menunjuk ke arah dapur.
“Gw mo ganti baju ah, gerah” katanya, seakan ingin memberitahukan kepada kami apa yang akan dilakukannya.
Kemudian ia mengambil baju didalam lemari pakaian disitu, membawanya keruang depan, ruang sebelah yang hanya dibatasi sekat dinding, mungkin disana adalah tempat yang tidak ada orang, dimana kami semua berkumpul disini.
“Ya udah, sini aja gw yang bikin kopi” tiba-tiba berkata mpok Yoyoh, bangkit berdiri melangkah menuju dapur, meninggalkan kami berdua.
Aku memandang Bram, seolah menanyakan kepadanya, ngapain lama-lama disini ? pake minta dibikinin kopi segala ?. Namun Bram menyuruhku untuk diam, menaruh telunjuknya dibibirnya. Kemudian ia bangkit dari duduknya, menuju ruang sebelah depan dimana mpok Lina ganti baju.
Seperti orang yang mengendap-ngendap, kuperhatikan bram melangkah, terheran aku, dengan apa yang akan dilakukannya. Ia membuka tirai pembatas antar ruang tidur dan ruang depan rumah ini, tirai yang dimaksudkan oleh yang empunya rumah untuk membatasi pandangan dari luar agar tak dapat langsung melihat kedalam. Aku melongok, mengintip dari pinggir tirai, untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh Bram.
Kulihat disana, tampak Mpok Lina sedang menurunkan celana jeansnya, BH hitam tadi yang dikenakannya telah dibuka, badannya yang agak gendut, montok, dengan payudara yang cukup besar, menggemaskan, dengan putting hitam, kini tampak jelas kulihat, bikin mataku melotot, menyaksikannya.
“Ngapain luh ? gw lagi ganti baju nih, jangan kemari-mari” kata mpok Lina begitu melihat Bram melangkah menuju ke arahnya, namun sepertinya tidak ada aught keberatan dari suaranya, ia hanya menutupi kedua payudaranya dengan kedua belah tangannya. Namun bram sepertinya pantang mundur, ia melangkah terus mendekati mpok Lina.
Kemudian tiba-tiba ia merangkul mpok Lina, sambil cengengesan, menyeringai,
“Mpok, montok amat sih, jadi gemes nih, pegang bell dikit, cobain” katanya sambil tangannya berusaha memegang payudara yang besar dan montok itu,
mpok Lina ngeles sambil memundurkan langkah, seraya berkata,
“Enak aje lu, maen coba-coba aje, lu kira ini makanan”, dan berusaha menutupi tubuhnya dengan baju yang akan dikenakannya,
kemudian berbalik membelakangi tubuh Bram,
“Hehehe.. Mpok cakep, sayang tuh, didiemin aje, tuh pantat makin bahenol aje, udah absolutist gak ada yang naekin” lanjut bram sambil berusaha memegang pantat mpok Lina,
dan kemudian memeluknya dari belakang.
“Rese Lu Im, ntar gw bilangin emakkloe nih, badung loe ye sekarang“ kata mpok Lina kepada bram,
namun Bram seakan tak peduli, sambil terus berusaha memeluk dan mencium leher mpok Lina.
“duh mpok dikiitt aje, megang doang, biasanya juga boleh, ntar besok gw beliin mie ayam lagi dah..” kata Bram seolah kehilangan akal dan berusaha melanjutkannya.
“ah lu, rese lu ah, gak enak nih ada mpok Yoyoh ama si Pendi, ntar pada ngeliatin lagih” kata Mpok Lina,
sepertinya beliau sudah terbiasa dengan perlakuan Bram, tidak ada reaksi perlawanan atau teriakan yang menyuruh bram menghentikan aksinya.
“Tenang Mpok, mereka lagi pada dibelakang noh, lagi bikin kopi, lagian bentaran doang” tak menyerah Bram, dan seakan memberi tahukan kepada mpok Lina, bahwa keadaan aman dan terkendali.
Mpok Lina sepertinya pasrah, menyerah, karan kulihat ia membiarkan bram yang memeluknya dari belakang, merabai payudaranya, meremas-remasnya sambil menciumi lehernya.
Dari cerita yang aku dengar, Mpok Lina pernah menikah dengan seorang pria tua yang telah beristri atas desakan orang tuanya, mulanya Mpok Lina enggan menerima lamaran pria tua tersebut, namun dengan pertimbangan ekonomi, akhirnya dia menerimanya. Namun beberapa bulan menikah, ia disambangi istri tua dari laki-laki tersebut, disemprot habis-habisan di depan warga, mungkin karena malu ia memutuskan untuk bercerai dari laki-laki tersebut.
Mungkin sejak beberapa tahun yang lalu, sejak cerai dari sang suami, beliau tak pernah merasakan kehangatan dekapan laki-laki. Biar bagaimanapun dia adalah seorang wanita yang butuh hasrat seksualnya terpenuhi. Kini dengan usianya yang sedang menggebu-gebunya untuk urusan tersebut, mpok Lina sepertinya siap menyambut lelaki yang datang kepadanya.
Kulihat bram sepertinya sudah biasa, nampaknya Mpok Lina sudah merupakan langganannya dalam melepaskan birahinya, karena seperinya ia sudah paham betul dengan keinginan Mpok Lina, mengetahui seluk beluk tubuhnya, memahami bagian-bagian sensitif dari tubuh Mpok Lina.
aku seperti orang bego saja melihat aksi mereka berdua, mengintip dari celah tirai, dengan lutut gemetaran, tanpa kusadari ternyata disebelahku telah berdiri Mpok yoyoh, istri Blast Somad, memegang gelas kopi ditangannya, ikut mengintip apa yang dilakukan oleh Bram dan Lina. “Busyet dah tuh anak, bedua, udah kaya orang kesurupan aje” berkata lirih Mpok Lina kepadaku, “Biasa dah si Iim mah, kalo dah ketemu lina, bawaanye pengen negrep si Lina mulu, lagian si Lina juga kegatelan sih, mentang-mentang ditinggal lakinye, ma siape aje mau” kata Mpok yoyoh lagi, seakan sudah biasa menyaksikan dan melihat aksi mereka berdua.
“Lu intipin aje terus Pen, jangan-jangan ntar malah loe kepengenan juga” katanya kepadaku, aku tersenyum nyengir mendengar komentarnya, ya jelas aja, sapa yang nahan ngeliat beginian, bikin konak, ya kalo gak konak mah gak normal.
Namun kupikir Mpok yoyoh akan meninggalkanku, setelah menaruh kopinya dilantai, namun ternyata ia malah berdiri merapat denganku, menundukkan badan, dan ikut mengintip lagi.
Berdebar aku menyaksikan adegan lanjutan di dalam, kulihat bram makin melancarkan aksinya
Kulihat ia menciumi dengan rakus tete mpok Lina, memainkan lidahnya, menghisapnya, memilin-milinnya sambil terus meremas-remasnya. Kulihat sepertinya mpok Lina sudah terbawa arus, matanya nampak sayu, terhanyut oleh api birahi.
Kini kulihat mpok Lina duduk di sofa, lebih tepatnya bangku panjang kayu yang lumayan empuk, maklumlah beda dengan daybed dirumah orang-orang kaya yang harganya juta-jutaan, ini dengan beberapa ratus ribu rupiah saja sudah bagus punya satu set bangku untuk ruang tamu.
Memandang ke arah bram, membuka celana dalamnya, dan kulihat bram bereaksi cepat, ikut membuka baju dan celana panjangnya, membuka juga celana dalamnya. Kini keduanya telah bugil. Bram melirik ke arah tirai, seakan mengetahui bahwa ada yang mengintipnya, namun ia membiarkannya, menghadap kembali ke arah mpok Lina duduk dan menindih tubuh mpok lina yang nampaknya sudah siap menerima terkamannya.
Deg-degan aku melihatnya, penisku makin menegang keras, menyaksikan moment-moment ini tanpa berkedip. Kulirik mpok yoyoh disebelahku, seperinya sama denganku, mengintip serius dengan apa yang dilakukan mereka berdua, saat kulirik mpok yoyoh, kulihat dari balik bajunya yang berbelahan rendah, telah turun memperlihatkan gundulan bukitnya yang besar itu. Mpok yoyoh nyengir sambil mengeplak kepalaku, “Liat aje yang disana, jangan yang inih, ntar loe kepengen megang lagi” katanya sambil berbisik padaku. Saat mengeplak itulah payudaranya tak sengaja menyentuh bahuku, aku meringis dan jadi membayangkan seandainya aku meremas-remas payudara mpok yoyoh.
“Ah mpok, jadi bikin gw ngiler aje, ngaceng nih gw ngeliatin si Iim, jadi kepengenan juga, lagian mpok kayaknye kepengen juga, tuh teteknya kayaknya udah kenceng” kataku menggodanya.
Mpok yoyoh menyeringai, sambil memegang payudaranya, seolah membetulkan letak Bra-nya. “Mau saya panggilin blast Somad Mpok ?, biar suruh ngelonin empok, kalo mao saya panggilin nih” kataku sambil mengedip-ngedipkan mata kepadanya, entah darimana datangnya, timbul keberanianku untuk menggodanya.
“Yee elu tuh ye, pake nyebut-nyebut nama laki gw segala, udah ah, diem “ katanya lagi, aku hanya nyengir memandangnya.
Kulirik lagi kearah payudaranya yang keliahatan semakin menonjol saja, ada perasaan ingin memegangnya namun tak ada keberanian dihatiku, ngeri bila membayangkan aku dihajar habis-habisan oleh blast Somad. Kembali aku serius melihat ke arah pertunjukan itu terjadi.
Tanpa kusadari tiba-tiba dedeku serasa ada yang mencengkeram, ada yang menggenggamnya dari luar celanaku, Kaget aku. Kulihat mpok yoyoh tertawa terkekeh-kekeh melihatku kaget,
“Gede juga punya loe Pen, ngaceng loe ye ?” aku hanya nyengir dan menunduk malu.
“Loe kepengenan ?, sini gw bantuin” kata Mpok yoyoh selanjutnya mengagetkanku.
dan yang membuat aku lebih kaget adalah tiba tiba ia menarik badanku, namun aku menahannya, menolaknya. Ia membiarkanku, meninggalkanku, berjalan menuju tempat tidur, duduk diatasnya, merebahkan badannya.
Kuperhatikan, Mpok yoyoh menarik tali baju yang berada dipundaknya, menurunkannya melalu lubang tangannya, hingga memperlihatkan BH warna putihnya, tampak buah dadanya yang putih, besar, terlihat menyembul keluar. Tak absolutist kemudian ia membuka ritsleting celananya, menarik keluar celananya, memerosotkannya, hingga ujung kakinya, aku memandangnya terkaget-kaget, apa yang hendak dilakukan oleh Mpok yoyoh ?, duh celaka aku kalo sampe ngapa-ngapain dengan dia, bisa abis aku disiksa blast Somad.
Aku berusaha memalingkan wajahku dari Mpok Yoyoh, kulihat kearah Bram dan Lina lagi didepan, kaget aku bukan kepalang, kulihat saat ini bram tengah memasukkan penisnya kedalam vag|na Lina, Lina tampaknya membiarkan hal itu terjadi, ia malah membuka selangkangannya lebar-lebar, mangangkat salah satu pahanya, mempersilahkan pen|s Bram menembusnya.
Sambil menahan napas aku melihat saat-saat penuh sensasi itu, tak terasa aku memegang penisku, seakan ingin ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Bram. Kemudian kulihat bram tampak mendorong pantatnya maju mundur, seolah menggerakkan penisnya keluar masuk dari vag|na Mpok Lina.
Aku melirik kearah Mpok yoyoh, terkesima aku, kulihat dia saat ini sedang memegang celana dalamnya, mengelus-elus daging didalamnya, menatapku, seolah-olah menyuruh aku untuk mengelusnya, menggantikan tangannya.
“Pen, sini buruan, loe pengen kagak nih ?” katanya kepadaku, gemetaran aku melihatnya, antara ingin dan takut, aku menghampirinya.
Ia bangkit berdiri, meraih tanganku,
“Tenang aja lu, asal loe kagak bilang-bilang ama sapa-sapa, gak bakal dah kenapa-kenapa” katanya seolah mengerti akan keraguanku dan berusaha menenangkanku, kemudian ia dengan cepat membuka pengait BH-nya, melepaskannya, melemparkannya kebawah, sehingga kini 2 payudara yang besar itu menggandul dengan indah dihadapanku. Aku terkesima dengan apa yang kini tersuguh di hadapanku, tak tahu aku apa yang harus kulakukan.
Mpok yoyoh sepertinya mengerti akan kebingunganku, diraihnya tanganku kemudian diarahkannya ke payudaranya,
“Pegang nih, elo usel-usel terus remes-remes” katanya sambil menuntun mengajariku, aku mengiyakannya dan menuruti apa katanya, merabanya, benda lunak kenyal itu, mengelus-elusnya, meremas-remasnya, perlahan kemudian aku menekannya meremas-remasnya dengan kencang, kulihat mpok yoyoh mengerenyitkan dahi, menyuruhku menciuminya. Aku menurutinya kucium payudara putih, besar itu. Untuk beberapa lama.
Nampaknya ia tidak sabar, bangun, menarik ritsletingku, memerosotkan celanaku sampai kelutut, dengan celana dalamnya, mengeluarkan penisku hingga mencelat keluar. Mulanya aku menolak namun ia menyuruhku diam, aku bagaikan anak kecil yang sedang didandani oleh ibunya, seperti anak kecil yang akan diganti bajunya, menghadap kearahnya, menurut saja ketika ia menurunkan celanaku, memegang penisku, dan mengocoknya perlahan.
Aku merasa keenakan, diam sambil mendesah pelan, baru kali ini penisku dipegang oleh seorang wanita, biasanya kulakukan dengan mengocoknya sendiri dengan tanganku. Kini dilakukan oleh orang lain, nikmat rasanya menikmati sensasi ini.
Sambil memegang payudaranya, aku menikmati kocokan-kocokan yang dilakukan Mpok Yoyoh terhadapku, aku menengadahkan kepalaku merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Kemudian aku seperti merasakan kehangatan dalam penisku, kuturunkan kepalaku sejenak, terkaget aku ketika kulihat kebawah, nampak Mpok Yoyoh sedang memasukkan penisku kedalam mulutnya, mengulumnya.
Duh nikmat sekali rasanya,
“mpok … enak banget mpok… terus mpok” kataku kepadanya dan menggoyang-goyangkan pantatnya membayangkan bahwa aku seperti bram yang sedang memaju-mundurkan penisnya kedalam vag|na Lina.
Entah berapa absolutist telah berlalu, mungkin karena ini adalah kali pertama kurasakan dan atau karena penisku sudah tegang sejak dari pertama tadi ketika melihat pertunjukkan Tono dan Ella, cepat sekali kurasakan ada desakan yang ingin keluar dari lubang penisku. kutarik cepat dan kusemburkan sperma kedalam muka dan dada Mpok yoyoh.
“Pen, cepet amat loe keluarnya, kaya Blast Somad aja lu “ katanya sambil cengengesan,
“gak pernah ma cewek loe ye ?” katanya lagi.
“Iye kali mpok, abis enak banget, mpok sih, lagian bikin saya gak tahan aja” kataku sambil tersipu malu.
Mpok yoyoh segera membereskan bajunya, mengenakannya celana jeansnya kembali, merapihkannya, sama seperti sebelumnya. Aku juga segera merapihkan bajuku.
Tiba-tiba kudengar dari dinding sebelah, seperti ada lenguhan dan desahan yang tertahan, aku dan mpok Yoyoh segera bangkit menuju arah suara itu, ruangan depan. Kuintip kedalam, kulihat didalam, tampak bram sedang memajumundurkan pantatnya dengan cepat, semakin cepat, membuat Mpok Lina tampak kenikmatan, mendesah-desah, mengeluarkan erangan dan desisan yang tak jelas.
Tak absolutist kemudian, beberapa menit selanjutnya kulihat Bram menarik penisnya dari lubang vag|na Mpok Lina kemudian memegang pen|s tersebut dan mengocok-ngocoknya dengan tanganya, dan mengeluarkan spermanya, menumpahkannya diatas vag|na dan perut Mpok Lina.
Aku melirik Mpok Yoyoh, ia tersenyum kepadaku, nyengir, ia kemudian menarikku, mengambil kopi yang tergeletak di lantai, kemudian menyuruh kami keluar, ke arah belakang, tempat dimana tadi kami masuk. Kami berdua duduk diberanda belakang, berbicara, mengobrol sambil menunggu mereka berdua keluar.
Tak absolutist kemudian, dari pintu kulihat Bram melangkah keluar, nyengir,
“Hei, ngapain lu pada beduaan aje disini, kaya orang pacaran aje, diem-dieman” katanya kepada kami berdua, aku hanya memandangnya, tersenyum,
“iseng aje ngobrol ma mpok yoyoh, nungguin Blast Somad, kali aja die balik” kataku menjawab sekenanya.
Bram mengajak aku untuk meninggalkan tempat tersebut, mengambil kopiku yang tergeletak disebelahku, menghirupnya dengan napsu, kemudian berbalik memandang lina yang kini telah berdiri dipintu, keringatan, masih ngos-ngosan nampaknya, “Mpok balik dulu ye, makasih kopinye, kesian yang laen pada nungguin, apa sekalian manggilin blast Somad ye Mpok ? nyuruh kemari, bilang mpok minta dikekepin” katanya lagi.
“Rese lu Im, awas lu ye” kata mpok Yoyoh menyahuti komentar si Iim, sambil terbahak kami melangkah meninggalkan tempat itu.
“Pen, lu kenape tadi diem aje, bukannye nyusulin gw, kan lumayan lu bisa megang-megang si Lina” keluar kata-kata itu dari mulut Bram, aku menjawabnya,
“Ogah ah, gak enak gw, masa Si Lina mo aeroplane beduain, ntar kalo jie ngomel-ngomel gimana ?, bisa rame warga” aku menjawabnya.
“Yah eloe mah payah, daripada loe ngobrol ma si Yoyoh nemenin die, kagak dapet apa-apaan ” katanya lagi sambil mencibirku.
Aku hanya tersenyum memandangnya, untunglah dia tidak tahu apa yang kulakukan tadi dengan Mpok yoyoh, seandainya dia tahu, trus kemudian disuatu hari nanti aku ribut-ribut atau ada selek dengannya, bukan mustahil berita ini akan tersebar keluar dan diketahui oleh Blast Somad, bisa-bisa leherku digorok oleh Blast Somad.
Kami tiba ditempat rumah kong Sule dengan cepat, disana kulihat formasi masih tetap, Alex, Dupri, Blast Somad dan Si Buluk, nampak serius menghadapi kartu didepannya. Buluk yang pertama kali melihat kedatangan kami, “Eh muke gile lu pegi absolutist amat, katanye sebentaran, nih blast somad udah mo ngider lagi, ntar dicariin Pak RW baru nyaho die” aku hanya nyengir saja melihat mereka, kemudian Alex mengomentari lagi,
“Iye lo, blast somad modal yang loe kasih tadi udah bures, malah die minjem duit gw nech, 3 rebu” katanya sambil nyengir.
“Sorri pren, sorri, gw tadi niatan mo ngambil makanan di rumah emak gw, cuman si pendi nih pake numpang berak, aigrette absolutist amat gue nungguinnye” katanya seolah-olah menyesali apa yang telah terjadi. –

The post Cerita Sex: Cowok Culun Hoki appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Astrid Tetangga Sebelah

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Astrid Tetangga Sebelah – Saya adalah seorang mahasiswa yang sedang pulang untuk liburan. Di suatu hari yang cerah, saya sedang berbaring untuk mencoba tidur siang. Ternyata ibu memanggilku dari luar. Segera saya beranjak dari tempat tidur untuk menemuinya, dan ternyata ibu memintaku untuk mengantarkan sebuah bungkusan untuk diserahkan ke teman arisannya. Tanpa banyak tanya saya segera bergerak ke alamat yang dituju yang tidak berbeda jauh dari rumahku. Sesampainya di sana aku melihat sebuah rumah yang besar dengan arsitektur yang menawan.

cerita-sex-tetangga-yang-masih-hijau

Cerita Sex: Astrid Tetangga Sebelah

 
Aku segera menekan bel di pintu pagar rumah tersebut. Selang beberapa menit keluarlah seorang gadis manis yang memakai kaos bergambar tweety kedodoran sehingga tidak terlihat bahwa gadis itu memakai celana, walaupun akhirnya saya melihat dia memakai celana pendek.
Singkat kata saya segera bertanya tentang keberadaan teman ibu saya.
“HmmM…, sorry nih, Ibu Raninya ada?, saya membawa kiriman untuk beliau”, tanyaku.
“Wah lagi pergi tuh, Kak…, Kakak siapa ya?”, tanyanya lagi.
“Oh saya anaknya Ibu Erlin”, jawabku.
Tiba-tiba cuaca mendung dan mulai gerimis. Sehingga gadis manis itu mempersilakan saya masuk dahulu.
“Kakak nganterin apaan sih?”, tanyanya.
“Wah…, nggak tahu tuh kayaknya sih berkas-berkas”, jawabku sambil mengikutinya ke dalam rumahnya.
“Memang sih tadi Mama titip pesen kalo nanti ada orang yang nganterin barang buat Mama…, tapi aku nggak nyangka kalo yang nganter cowo cakep!”, katanya sambil tersenyum simpul.
Mendengar pernyataan itu saya menjadi salah tingkah.
Saat saya memasuki ruang tengah rumah itu, saya menjumpai seorang gadis manis lagi yang sedang asyik nonton TV, tapi melihat kami masuk ia seperti gugup dan mematikan TV yang ditontonnya.
“Ehmm…, Trid siapa sih?”, tanya gadis itu.
“Oh iya aku Astrid dan itu temanku Dini, kakak ini yang nganterin pesanan mamaku..”, jawab gadis pemilik rumah yang ternyata bernama Astrid.
“Eh iya nama gue Ian”, jawabku.
cerisex.net–>cerita seks terbaru
Tidak lama kemudian aku dipersilakan duduk oleh Astrid. Aku segera mencari posisi terdekat untuk duduk, tiba-tiba saat aku mengangkat bantal yang ada di atas kursi yang akan aku duduki aku menemukan sebuah VCD porno yang segera kuletakkan di sebelahku sambil aku berkata,
“Eh…, kalo ini punya kamu nyimpannya yang bener nanti ketahuan lho”.
Dengan gugup Astrid segera menyembunyikan VCD tersebut di kolong kursinya, lalu segera menyalakan TV yang ternyata sedang menayangkan adegan 2 orang pasangan yang sedang bersetubuh. Karena panik Astrid tidak dapat mengganti gambar yang ada.Untuk menenangkannya tanpa berpikir aku tiba-tiba nyeletuk.
“Emang kalian lagi nonton begini nggak ada yang tahu?”.
Dengan muka memerah karena malu mereka menjawab secara bersamaan tapi tidak kompak sehingga terlihat betapa paniknya mereka.
“Ehh…, kita lagi buat tugas biologi tentang reproduksi manusia”, jawab Astrid sekenanya.
Dapat kulihat mimik mukanya yang ketakutan karena ia duduk tepat di sampingku.
“Tugas biologi?, emangnya kalian ini kelas berapa sih?”,tanyaku lagi.
“Kita udah kelas 3 SMP kok!”, jawab Dini. Aku hanya mengangguk tanda setuju saja dengan alasan mereka.
“Kenapa kalian nggak nyari model asli atau dari buku kedokteran?”, tanyaku.
“Emang nyari dimana Kak?”, tanya mereka bersamaan.
“Hi.., hi.., hi.., siapa aja…, kalo gue jadi modelnya mo dibayar berapa?”, tanyaku becanda.
“Emang kakak mau jadi model kita?”, tanyanya.
Mendengar pertanyaan itu giliran aku yang menjadi gugup.
“Siapa takut!”, jawabku nekat.
Ternyata, entah karena mereka sudah ‘horny’ gara-gara film BF yang mereka tonton itu, Astrid segera mendekatiku dengan malu-malu.
“Sorry kak boleh ya ‘itunya’ kakak Astrid pinjem”, bisiknya.
Dengan jantung yang berdegup kencang aku membiarkan Astrid mulai membuka retsleting celanaku dan terlihat penisku yang masih tergeletak lemas.
“Hmm…, emangnya orang rumah kamu pada pulang jam berapa?”, tanyaku mengurangi degup jantungku. Tanpa dijawab
Astrid hanya memegangi penisku yang mulai menegang.
“Kak, kalo cowok berdiri itu kayak gini ya?”, tanyanya.
“Wah segini sih belum apa-apa”, jawabku.
“Coba kamu raba dan elus-elus terus”, jawabku.
“Kalo di film kok kayaknya diremas-remas terus juga dimasukin mulut namanya apa sih?”, tanyanya lagi.
Ketegangan penisku hampir mencapai maksimal.
“Nah ukuran segini biasanya cowok mulai dapat memulai untuk bersetubuh, gimana kalo sekarang aku kasih tahu tentang alat kelamin wanita, Emm.., vagina namanya”, mintaku.
Tanpa banyak tanya ternyata Astrid segera melepaskan celananya sehingga terlihat vaginanya yang masih ditutupi bulu-bulu halus, Astrid duduk di sampingku sehingga dengan mudah aku mengelus-elus bibir vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya.
“Ahh…, geli…, Kak.., ahh…, mm..”, rintihnya dengan mata yang terpejam.
“Ini yang namanya clitoris pada cewek (tanpa melepaskan jariku dari clitorisnya) nikmat kan kalo aku beginiin”, tanyaku lagi. Dan dijawab dengan anggukan kecil.
Tiba-tiba Dini yang sudah telanjang bulat memasukkan penisku ke mulutnya.
“Kok kamu sudah tahu caranya”, tanyaku ke Dini.
“Kan nyontoh yang di film”, jawabnya.
Tiba-tiba terjadi gigitan kecil di penisku, tapi kubiarkan saja dan mengarahkan tangan kiriku ke vaginanya sambil kuciumi dan kujilati vagina Astrid. Vagina Astrid mulai dibasahi oleh lendir-lendir pelumas yang meleleh keluar.
Tiba-tiba Astrid membisiku, “Kak ajarin bersetubuh dong..?”.
“Wah boleh”, jawabku sambil mencabut penisku dari mulut Dini.
“Tapi bakal sedikit sakit pertamanya, Trid. Kamu tahan yah…”, bisikku.
Aku mengangkangkan pahanya dan memainkan jariku di lubang vaginanya agar membiasakan vagina yang masih perawan itu. Dan aku pelan-pelan mulai menusukkan penisku ke dalam liang vagina Astrid, walau susahnya setengah mati karena pasti masih perawan. Ketika akan masuk aku segera mengecup bibirnya, “Tahan ya sayang…”.
“Aduh…, sakit..”, teriaknya.
Kubiarkan penisku di dalam vaginanya, beberapa menit baru kumulai gerakan pantatku sehingga penisku bergerak masuk dan keluar, mulai terlihat betapa menikmatinya Astrid akan pengalaman pertamanya.
“Masih sakit nggak, Trid”, tanyaku.
“mm…, nggak…, ahh…, ahh…, uhh…, geli Kak”.
Hampir 30 menit kami bersetubuh dan Astrid mulai mencapai klimaksnya karena terasa vaginanya basah oleh lendir.
“Kak Astrid pingin pipis!”, tanyanya.
“Jangan ditahan keluarin aja”, jawabku.
“Ah…, ahh…, emm…., e..mm”, terasa otot vaginanya menegang dan meremas penisku.
“Nah Trid kamu kayaknya udah ngerasain ejakulasi tuh”.
Aku merebahkan tubuh Astid di sampingku dan segera menarik Dini yang sedang onani sambil melihat film porno di TV.
“Sini kamu mau nggak?”, tanyaku.
Tanpa banyak tanya Dini segera bergerak mendekatiku, kuhampiri dia dan segera mengangkat kaki kirinya dan kumasukkan penisku ke vaginanya dan tampaknya ia menahan sakit saat menerima hunjaman penisku di lubang vaginanya sambil memejamkan matanya rapat-rapat, tapi sekian lama aku mengocokkan penisku di vaginanya mulai ia merintih keenakan. Aku terus melakukannya sambil berdiri bersender ke tembok.
“aahh…, Kak.., Dini.., Dini”, jeritnya dan tiba-tiba melemas, ia sudah kelur juga pikirku.
Aku bopong gadis itu ke kursi dan rupanya Astrid sudah di belakangku dan menyuruhku duduk dan memasukkan penisku ke vaginanya dengan dibimbing tangannya. Aku telah berganti tempat dan gaya, yang semua Astrid yang memerintahkan sesuai adegan di film sampai akhirnya Astrid memberitahuku bahwa ia akan keluar.
“Trid tahan yah…, aku juga udah mau selesai nih…, ahh…, aahh…, croot…, creettt…,creet”, aku muntahkan beberapa cairan maniku di dalam vaginanya dan sisanya aku semprotkan di perutnya.
“Enak…, yah Kak…, hanget deh memekku…, hmm…, ini sperma kamu?”, bisiknya dan kujawab dengan ciuman di bibirnya sambil kubelai seluruh tubuh halusnya.
Setelah itu kami mandi membersihkan diri bersama-sama sambil kuraba permukaan payudara Astrid yang kira-kira berukuran cukup besar untuk gadis seusianya, karena terangsang mereka menyerangku dan memulai permainan baru yang di sponsori gadis-gadis manis ini, yang rupanya mereka telah cepat belajar. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Astrid Tetangga Sebelah appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Ketemu Tante Muda dan Cantik

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Ketemu Tante Muda dan Cantik – Waktu itu, aku berdiri sendirian di depan ekskalator, di lantai 2 Dieng Plaza Malang. Selama di situ, aku hanya bengong sambil melihat orang-orang lewat di depanku. Sampai tiba-tiba ada cewek menghampiriku sambil membawa barang belanjaannya.

cerita-sex-tante-muda-cantik-232x300
Cerita Sex: Ketemu Tante Muda dan Cantik

 
Aku lihat kayaknya sedikit lebih tua dariku. Yah.. kutaksir Usianya sekitar 30-an deh. Tapi dia cantik sekali, cocok jadi bintang film. Apalagi dengan dandanannya yang natural dan rambutnya yang tergerai indah sedada berwarna merah kecoklatan.., pokoknya cakep banget deh! Bodinya seksi banget. Pake tank top warna putih, yang kayaknya kekecilan buat dadanya sehingga terlihatlah putingnya di balik bajunya. Aku terpesona sekali melihatnya, tapi aku takut dia marah.
Tiba-tiba.. dia nepuk pundakku sambil bertanya,
“Maaf mas, kalau ‘pasar ikan’ adanya dimana ya..?”
Aku berusaha menutupi kekagetanku dan berusaha menjawab sesantai mungkin,”Ahh.., Mbak ini becanda ya.. disini mana ada yang jual ikan mbak. Adanya ya di pasar besar..”
“Oh, gitu ya Mas ya..” katanya sambil mikir.
Itulah awal pembicaraan kami rupanya dia tadi hanya memancingku aja, sampai akhirnya kenalan dan ngobrol North-South. Namanya Juliet, usia 31 tahun, rumah di Jl. xxxxxx, mantan gadis sampul yang bersuami seorang pengusaha. Kebetulan suaminya lagi tugas 1 bulan ke Liverpool Inggris, jadi dia jalan-jalan sendirian. Belum punya anak, karena suaminya menderita impoten.
Setelah ngobrol selama 1 jam sambil makan di cafe. Lalu, aku diajaknya ke rumahnya. Dia mengendarai mobil mewahnya BMW Sport 1 pintu.
Setelah sampai di rumahnya yang sangat besar. Padahal aku baru melihatnya dari depan saja.
Setelah di-klakson sama dia, seorang satpam membuka pintu pagar.
Sebelumnya, Mbak Juliet sudah bilang, “Kalau ada pembantu saya, kamu bilang aja saudara dari suamiku, ya..?”
Sambil berakting layaknya bintang sinetron, Mbak Juliet memperkenalkan aku sebagai saudara suaminya pada pembantunya. Dan lalu menyuruhnya untuk masak-masak buat makan malam.
“Ayo masuk Son..? Duduk-duduk saja dulu sebentar di dalem.. ya.. Aku mau ganti baju dulu..” katanya setelah pembantunya pergi ke dapur.
“Eee.. mbak.. kamar kecilnya dimana ya..?”tanyaku.
“Ayo deh, Mbak tunjukin..”katanya sambil menggandeng tanganku.
Sampai akhirnya tiba di kamar mandi.
“Tuh kamar mandinya di sana..” katanya sambil menunjuk ke pintu di ujung kamar.
Aku langsung ke sana, dan ketika mau menutup pintu, Mbak Juliet tiba-tiba menahan pintu dari luar kamar mandi sambil berkata dengan genit, “Jangan lama-lama ya Son..!” Terus ditutup deh pintunya sama dia.
Pas lagi pipis, mataku tiba-tiba tertuju pada sebuah benda panjang yang berada di balik botol-botol sabun. Ketika kuambil.., ternyata penis plastik yang berwarna hitam..! Lalu..
cerisex.net–>cerita seks terbaru
Karena pintunya tidak kukunci, secara diam-diam Mbak Juliet masuk ke kamar mandi. Karena saat itu aku sedang kaget, tiba-tiba aku dipeluk dari belakang secara lembut. Tangan kiri Mbak Juliet meraih tanganku yang lagi memegang penis tiruan itu, sedangkan tangan kanannya meremas kontol-ku.
“Ini mainan aku Son, kalau lagi kesepian..” bisiknya tepat di telingaku.
Aku terdiam seperti patung, keringat mengucur dengan deras sekali..
“Tapi jauh lebih enak kalau pake yang asli Son..” desahnya.
Aku benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa ketika dia mulai menjilat leher sekitar telinga. Rasanya geli-geli enak dan aku benar-benar tersihir. Sambil terus menjilat dia berusaha membuka celanaku dari belakang.
“Hhh.., jangan Mbak..!” aku berusaha mengingatinya.
Tapi.. kenapa Son..? Hhhmm slurp.. slurp.., nggak suka ya..?” desisnya sambil tetap mencium dan menjilat leherku.
“Hhh.., Sony masih perjaka mbak..!” kataku.
“Ahh.. masak sih.. ayo dong.. ntar Mbak ajarin deh.. nikmat kok Son.. mau ya Son..?”katanya
“Tapi mmbakk.. hh..”teriakku.
“Ayo ikut ke kamar Mbak aja ya.. biar lebih enak..” katanya sambil menarik lenganku.
Dia menuntunku keluar kamar mandi sampai di pinggir ranjang, langsung memagut mulutku dengan ganas. Lidahnya meliuk-liuk mencari-cari lidahku, sementara tangannya kembali berusaha membuka celanaku. Aku yang sudah pasrah dan bengong, mendekap tubuhnya yang sexy dan montok.
Setelah celanaku melorot, ciumannya beralih ke leher, ke dada, perut, dan akhirnya ke penisku. Dia mengurut penisku pelan-pelan, “Woowww.. enak banget rasanya.. ohh..?” desahku.
“Kamu tetap berdiri, ya Son.. jangan rebah..!” pintanya sambil tersenyum manis.
Aku mengangguk saja.
“Kontol kamu.. Sonn.. enak banget.. hhmm..!”
Tiba-tiba dia langsung menghisap penisku, bahkan mengocok-ngocok di mulutnya.
“Ohh..?” desahku keenakan.
“Hhmm.. slurp.. slurp..! Aahh.. slurp.. slurp..!”
Kadang-kadang dia sengaja mengguncang-guncang penisku ke kiri ke kanan dengan mulutnya, sementara kedua tangannya mengelus-elus pantat dan bijiku.
“Aahh.. jangan kenceng-kenceng dong, Mbak..!” kataku saat dia menghisap dengan bernafsu.
Dia hanya tersenyum, lalu meneruskan kegiatannya. Hisap.. lepas.. hisap.. lepas.., terus sampai akhirnya dia seperti kelelahan.
“Hmm.., kontol kamu enak banget Son..” katanya sambil menjilat bibirnya yang penuh lendir.
Kelihatan sekali dari sorot matanya yang liar kalau dia sudah sangat horny.
“Udah lama saya nggak ngisap kontol seenak ini, Son..”
“Mbak..”panggilku.
“Jangan panggil aku Mbak dong..” desisnya sambil mencium kepala kemaluanku,”Panggil Jull.. aahh.. aja ya.. sstt..” desahnya.
Kembali dia menjilat kemaluanku dengan lidah meliuk-liuk seperti lidah ular. Kali ini jilatannya naik ke atas, sambil tangannya membuka T-shirt-ku. Aku juga tidak mau kalah, ikutan membuka baju-nya. Dan ohh.. terlihatlah susunya yang besar itu.. kayaknya 36C. Ternyata dia tidak memakai BH. Jadi sekarang hanya sisa CD-nya aja.
“Ayo, hisap dong tetekku Son..” desahnya.
Aku tidak menunggu lama-lama lagi, langsung kulumat payudara yang bulat itu. Awalnya yang kiri, dan yang kanan kuremas-remas. Juliet mengerang dan menjatuhkan diri ke ranjang.
“Aahh.. sstt, ayyoohh.. sedot yang kuat.. Son.. hh.., hiissaapp.. putingnya oohh.. oohh..!” desahnya.
Aku dengan semangat menghisap sesuai perintahnya. Sesaat kugigit lembut putingnya.
“Aaahh.. ennakk..! Hhh.. sedot terus.. sstt.. yang.. kuathh.. aahh..!” jeritnya sambil menggelinjang.
Rupanya arus kenikmatan mulai menerpa Juliet. Tangan kananku mulai menjelajah memeknya yang masih tertutup CD. Wah, sudah basah rupanya..! Apalagi saat jari tengahku menyelinap di antara Labia majora, kerasa sekali beceknya.
Pinggulnya mulai naik turun, rupanya Juliet sadar ada benda asing yang menggesek kemaluannya. Apalagi saat jariku menyentuh klitorisnya, makin kencang goyangannya. Seakan berusaha agar jariku tetap di klitorisnya, tidak pindah kemana-mana. Terbukti saat tangannya memegang tanganku yang ada di kemaluannya,”Ya.. Say.. teruss.. oohh.. sstt.. gesek itilku.. oohh..!” erangnya.
Sekarang ciumanku sudah pindah ke lehernya yang jenjang dan harum mulus. Memeknya tetap dihibur dengan jariku, sementara tanganku yang lain membelai rambut indahnya.
“Udahh.. Son.. aku nggak tahan say.. sst..!” kata Juliet.
Lalu dia menelentangkan aku dan dia ada di atasku. Dia langsung menempatkan lubang kemaluannya tepat di depan wajahku dan secara perlahan dia buka CD-nya dengan membuka ikatan tali di sampingnya. Tercium semerbak wangi memeknya yang benar-benar membuatku terangsang. Tampak tetesan lendir di lubang memeknya.
“Hm.., wangi sekali Jul. Sony suka baunya..” kataku.
“Kamu suka bau memekku, Son..?” katanya manja.
“Ya Jul, dua-duanya say..”
“Kalo gitu, jilatin dong say memekku..!” katanya sambil menurunkan memeknya ke wajahku.
“Ayo jilat, Say..!” desahnya.
Kuhisap-hisap klitorisnya yang menyembul, kujilat memek dan anusnya. Dan semua yang ada di sekitar kemaluannya kujilat dan kuhisap.
“Jilaatt.. ohh.. terruusshh.. Son.. jillaatt.. itilnyaa.. itilnyaahh.. teerruusshh.. ohh..” desahnya.
Wajahku benar-benar dijadikan gosokan sama dia. Digosoknya terus memeknya di wajahku, kadang berputar-putar. Lalu, Juliet mengubah posisinya jadi di bawah, tapi tetap sambil kujilat memeknya. Dia menggeliat-geliat, kadang menyentak ke belakang saat klit-nya kuhisap atau kujilat. Kadang mengerang, menjerit, melolong, bahkan kadang kepalaku dijepit dengan kedua pahanya yang putih mulus itu.
“Ahh.. ohh.. oohh.. Jul mau keluaarr.. Sayyhh.. ohh.. ohh..”desahnya.
Saat dia menjerit-jerit cepat-cepat kuhentikan jilatanku dan cepat-cepat berdiri di samping ranjang.
“Jul.. kamu nggak pa-pa kan..”kataku bingung.
Tidak lama kemudian Juliet tersadar..
“Ahh..? Lho..? Koq.. Kenapa brenti sih Son..?” setengah menjerit, lalu celingukan mencariku.
Setelah melihatku ada di sampingnya sambil bengong, Juliet benar-benar geram.
“Kamu.. bener-bener jahat Son..!”
Juliet memasukkan 2 jari kirinya ke memeknya.
“Sony.., kamu bener-bener jahat..!” jeritnya.
“Tapi, Jul kan tadi menjerit.. Sony jadi ketakutan..” kataku.
“Aduh.. kamu kok culun amat sih Son.. dasar perjaka.. tapi nggak pa-pa deh..”katanya.
Untung diluar masih hujan besar. Jadi jeritannya tertutup dengan suara hujan.
“Sini dong Son..!” pintanya manja.
Karena aku bengong terus lalu dia dengan meraung seperti macan dia melompat dari ranjang, berusaha menerkamku. Tapi gagal, karena aku berkelit karena ketakutan. Aku berusaha menghindar dari sergapannya yang dipenuhi hawa nafsu.
“Jahat..! Jahat..! Jahat..!” jeritnya sambil berusaha mengejarku.
Kami berdua seperti penjahat dengan korbannya yang lagi main kejar-kejaran.
Karena kelelahan aku berhasil ditangkapnya. Aku langsung duduk di kursi sofanya. Lalu, tanpa basa-basi lagi, Juliet langsung duduk berhadapan di pahaku. Bulu kemaluannya terasa lembut menyentuh pahaku, sedangkan batang kemaluanku merapat di perutnya.
“Mau lari kemana, Son..? Jahat..!” katanya sambil menggesek-gesekkan puting susunya ke putingku, rasanya nikmat sekali.
“Orang Jul lagi mau ‘keluar’ koq dikerjain.. hh..? Itu nggak boleh, Say..!” omelnya sambil menatap tajam.
“Ya Jul.. Sony salah..” kataku.
Lalu kupagut bibirnya yang basah itu. Langsung dibalas dengan ganas. Juliet memelukku dengan erat sambil menggesek naik turun kemaluannya ke kontolku.
Kemudian dia menghentikan pagutannya, lalu tersenyum mengejekku.
“Kamu udah bikin Jul pusing, kamu harus Jul hukum..” katanya.
“Dihukum apa Jul..?” kataku penasaran.
“Hukumannya ini Son..” lalu Jul meraih kontolku dan langsung dimasukkan ke memeknya, “Ngentotin sampai aku puaass.. oohh..!”
Lalu, Juliet langsung menggenjot kontolku UP-DOWN.
Aduh, benar-benar nikmat nggak tahunya. Begitu ketat mencengkeram kontolku. Sementara itu, di depan wajahku terpampang payudara besar yang terguncang-guncang.
“Ahh.. oohh.., kontol kamu.. enak Son.. sstt.. ahh.. sst.. ahh..” desahnya sambil naik turun.
Aku tidak dapat menjawab, soalnya lagi asyik melumat teteknya. Tanganku mengelus-elus sekitar pantat semoknya sampai belakang memeknya, biar dia benar-benar puas.
“Ah.. ah.. terus Son..! Jangan berhenti Say..! Jul, suka ngentot sama kamu.. hh enak.. ohh.. ahh..!” jeritnya.
Kadang kusentak juga dari bawah, dan Juliet senang sekali kalau sudah begitu.
“Sentak lagi.. oohh.. Aaa..! Iya.. iya.. gitu.. lagi.. lagii.. oohh..!”
Lagi asyik-asyiknya dia menggenjot kontolku, tiba-tiba kuberdiri sambil membopongnya. Lalu aku jalan-jalan keliling kamar sambil tetap dia mengocok kontolku dengan memeknya yang luar biasa. Sebagai ganti sentakan yang dia suka, aku jalannya kadang seperti orang melompat. Kan jadi sama nyentaknya. Tapi itu tidak dapat lama-lama, karena badannya lumayan berat. Jadi aku balik ke ranjang.
“Kamu di bawah ya, Say..! Jul suka di atas.. ss..” desisnya manja.
“Ya.., buat Jul.. apa aja deh..!” kataku.
Tanpa banyak buang waktu, Juliet kembali melanjutkan goyangannya. Kadang goyangnya benar-benar maut, sampai menyentak kepalanya ke belakang. Atau kadang sambil meremas payudaranya, seperti di film-film Vivid. Atau dengan merebahkan kepalanya di dadaku. Sambil mengocok, seperti biasa dia suka sekali berkata kotor.
“Hhmm.., ohh.. yess.. ***** me.. ahh.. hhmm.. enak kan, Say..?”
“Enakk.. banget, Jul..” lenguhku.
“Seneng khaann.. Son..!”
“Ya, .. sseneng.. ohh..”
“Jul.. sukka.. kontol kamu.. Son.. oohh..” desahnya manja.
“Sony juga suka memek Jul.. ohh..” desahku.
10 menit kemudian, aku merasa seperti akan pipis, karena kontolku sudah berdenyut. Rupanya Juliet juga begitu. Dinding memeknya mulai bergetar dan sudah basah sekali. Genjotannya pun sudah mulai mengganas, seperti saat dia menjerit tadi.
“Oohh.. Son.. Sony mau.. pipis..”
“Jul.. juga Son.. mau keluar.. tahan yah.. Son, kita barengan ya.. Son..!” desahnya.
Lalu, Juliet sudah semakin tegang, makin erat memelukku.
“Auh.. I’m comin’ Say.. ohh.. ahh.. ahh..!” jeritnya, makin lama makin keras.
Dan, “Teruss.., Son.. teruss.. aku.. ohh.. ahh.. Jul keluarr..”
Dia menjerit dan menghentak-hentak dengan ganasnya. Saat itu, otot memeknya betul-betul tegang dan memerah batang kontolku. Dia menyemprotkan banyak sekali cairan..
Lalu,
“Jul.. Sony mau pipis juga.. ohh..!”
“Pipiskan aja di dalam Son.. jangan dilepass.. Say.. aa..!”
“Crot.. crot.. crot..!” cairankuku muncrat di dalam memeknya.
Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi, hanya bisa menerawang ke langit-langit. Menikmati orgasme. Masih ada beberapa hentakan lagi, sebelum akhirnya Juliet terkulai lemas di dadaku. Rambutnya yang indah itu menghampar bebas, langsung kubelai.
“Son.., makasih ya.., kamu telah memberi saluran yang selama ini belum pernah Jul rasakan” katanya sambil mencium bibirku dengan lembut.
“Terus gimana Jul.. tentang rencana selanjutnya..?”tanyaku.
“Entar aja deh, biar Jul pikir-pikir dulu, Son”katanya.
“Bila Jul benar-benar mau cerai ama Fadli. Sony mau jadi gantinya..”kataku.
“Ahh.. yang bener Son.. emang kamu masih mau ama aku.. cewek yang udah tua ini..?”katanya.
“Sony cinta ama Jul sejak pertama kita ketemu. Sony nggak memperdulikan usia Jul berapa yang penting Sony cinta ama Jul..”kataku sambil mengecup bibirnya.
“Ohh.. Son kau sungguh lelaki jantan dan bertanggung-jawab. Sebetulnya Jul juga suka ama kamu tapi khan aku sadar kalau usiaku udah diatas kamu. Tapi, kenyataannya kamu suka ama Jul. Jadi, Jul setuju aja.. tapi Sony sabar dulu ya.. Biar Jul selesaikan urusan dengan suami Jul.. ya manis..”katanya sambil mengecup bibirku lagi.
“Ya Jul, Sony akan tunggu..?”tanyaku.
“Nah gitu dong.. oh ya say.. Sony harus datang kesini dan harus memuaskan Jul setiap waktu.. ya sayang..”katanya.
“Ya say..”jawabku. Lalu, kita berciuman dan akhirnya tertidur pulas. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Ketemu Tante Muda dan Cantik appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Gara-Gara Kecelakaan

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Gara-Gara Kecelakaan – Sebagaì pasangan suamì ìstrì muda yang baru satu tahun berumah tangga, kehìdupan Famili kamì berjalan tenang, apa wujudnya dan tanpa masalah.

cerita-sex-selingkuh-gara-gara-tak-puas-300x225

c

 
Saya, sebut saja Ratna (23), aku seorang sarjana ìlmu pemerìntahan. Usaì tamat kulìah, saya bekerja pada kantor pemerìntah wilayah dì Solo. Kulìt tubuh saya putìh bersìh, tìnggì 163 cm dan berat 49 kg. tatkala ukuran bra 34b.
Suamì saya juga ganteng. Rìo namanya. Usianya 3 tahun dìatas saya atau 26 tahun. Bergelar ìnsìnyur, ìa berkerja pada perusahaan jasa konstruksì. Rìo orangnya pengertìan dan sabar.
Soal jalinan kamì, terlebih yang berkaìtan ‘malam-malam dì ranjang’ juga tìdak ada masalah yang berartì. Memang tìdak setìap malam. Palìng tìdak 2 kalì sepekan, Rìo menunaìkan tugasnya sebagaì suamì.
Cuma saja , jìka hasrat saya sedang menìnggì ,dan Rìo menangkis terkait badan alasan lelah , ìtu bikin saya kecewa. Memang saya akuì kalau soal yang satu ìnì , saya lebìh agresìve .
Bìla Rìo sudah berkata, “Kìta tìdur ya,” maka saya pun membuat ganguankkan kepala meskì waktu ìtu mata saya masìh belum mengantuk.
Akìbatnya, tergolek dìsampìng tubuh suamì , mata yang masìh nyalang ìtu, saya serìng , menghayal. Menghayalkan banyak hal. Tentang jabatan dì kantor, tentang anak, tentang harì esok , sampaì tentang ranjang.
Sepertì cerìta Anì atau ìndah dì kantor, yang setìap pagì senantiasa punya cerìta menarìk tentang apa yang mereka perbuat suamì mereka pada malamnya.
Kalau sudah begìnì , tanpa saya sadar , vagìna saya mulaì berlendìr . Untuk mengobatì kekecewaan suamì saya , saya melakukan mastubasì . Tak ada jalan laìn , entah apa kah saya seorang hypersex .
Suatu malam sepulang makan malam dì salah satu resto favorìt kamì, entah mengapa, mobìl yang dìsopìrì suamì saya menabrak sesuatu sepeda motor. Untung tìdak terlalu parah betul. Prìa yang membawa sepedamotor ìtu cuma mengalamì lecet dì sìku tangannya.
Namun, prìa ìtu marah-marah. “Anda tìdak lìhat jalan atau bagaìmana. Masak menabrak motor saya. Mana surat-surat mobìl Anda? Saya ìnì polìsì!” bentak prìa berkulìt hìtam , berperut buncìt ìtu pada suamì saya.
Kulìhat sorot matanya tajam memandang dìrìku . Ketìka mataku cocok atau sepadan matanya , aku menerìma sìnyal sìnyal , aneh . Matanya sepertì mengìrìm , sìnyal bìrahì ke otakku . Aku langsung menghìndar , memalìngkan mukaku.
sesudah bernegosìasì suamìku , Kemudìan dìcapaì kesepakatan, suamì saya akan memperbaìkì seluruh mengakibatkan kerusakan motornya. tatkala motor ìtu dìtìtìpkan pada sebuh bengkel. Orang berperut buncìt ìtu , yang kemudìan kìta ketahuì mempunyai nama Karyo , pun setuju .
Sebagai pasangan suami istri muda yang baru setahun berumah tangga, kehidupan keluarga kami berjalan dengan tenang, apa adanya dan tanpa masalah.
Saya, sebut saja Ratna (23), seorang sarjana ilmu pemerintahan. Usai tamat kuliah, saya bekerja pada kantor pemerintah daerah di Solo. Kulit tubuh saya putih bersih, tinggi 163 cm dan berat 49 kg. Sementara ukuran bra 34b.
Sementara, suami saya juga ganteng. Rio namanya. Umurnya tiga tahun diatas saya atau 26 tahun. Bergelar insinyur, ia berkerja pada perusahaan jasa konstruksi. Rio orangnya pengertian dan sabar.
Soal hubungan kami, terutama yang berkaitan dengan ‘malam-malam di ranjang’ juga tidak ada masalah yang berarti. Memang tidak setiap malam. Paling tidak dua kali sepekan, Rio menunaikan tugasnya sebagai suami.
Hanya saja , jika hasrat saya sedang meninggi ,dan Rio menolak berhubungan badan dengan alasan lelah , itu membuat saya kecewa. Memang saya akui kalau soal yang satu ini , saya lebih agresive .
Bila Rio sudah berkata, “Kita tidur ya,” maka saya pun menganggukkan kepala meski saat itu mata saya masih belum mengantuk.
Akibatnya, tergolek disamping tubuh suami , dengan mata yang masih nyalang itu, saya sering , menghayal. Menghayalkan banyak hal. Tentang jabatan di kantor, tentang anak, tentang hari esok , sampai tentang ranjang.
Seperti cerita Ani atau Indah di kantor, yang setiap pagi selalu punya cerita menarik tentang apa yang mereka perbuat dengan suami mereka pada malamnya.
Kalau sudah begini , tanpa saya sadar , vagina saya mulai berlendir . Untuk mengobati kekecewaan dengan suami saya , saya melakukan mastubasi . Tak ada jalan lain , entah apa kah saya seorang hypersex .
Suatu malam sepulang makan malam di salah satu resto favorit kami, entah mengapa, mobil yang disopiri suami saya menabrak sebuah sepeda motor. Untung tidak terlalu parah betul. Pria yang membawa sepedamotor itu hanya mengalami lecet di siku tangannya.
cerisex.net–>cerita seks terbaru
Namun, pria itu marah-marah. “Anda tidak lihat jalan atau bagaimana. Masak menabrak motor saya. Mana surat-surat mobil Anda? Saya ini polisi!” bentak pria berkulit hitam , berperut buncit itu pada suami saya.
Kulihat sorot matanya tajam memandang diriku . Ketika mataku sejajar dengan matanya , aku menerima sinyal sinyal , aneh . Matanya seperti mengirim , sinyal birahi ke otakku . Aku segera menghindar , memalingkan mukaku.
Setelah bernegosiasi dengan suamiku , Kemudian dicapai kesepakatan, suami saya akan memperbaiki semua kerusakan motornya. Sementara motor itu dititipkan pada sebuh bengkel. Orang berperut buncit itu , yang kemudian kita ketahui bernama Karyo , pun setuju .
Akhirnya kita melanjutkan , perjalanan dan tiba dirumah . Entah kenapa , sosok Karyo membayangiKu , dan membuatKu agak birahi . Aku masuk ke kamar mandi, untuk mencuci muka , dan menganti pakaian .
Untuk mengoda suamiKu , aku mengenakan pakaian tidur tipis , tanpa bra . Lalu aku kembali ke kamar tidur . Aku memerima kekecewaan , suamiku terlihat sudah tertidur pulas .
Aku dengan membawa rasa kecewa , berbaring di samping suamiku . mataku menerawang jauh . Tiba tiba ruangan tidurku menjadi gelap , tubuhku kehilangan gaya gravitasi , seakan tubuhku melayang .
Dan aku meresa sesak , tubuhku di himpit sosok bertubuh besar , aku berusaha sekuat tenaga mendorongnya . Sosok itu mundur beberapa langkah , saat itu juga ruang kamarku kembali terang .
Kudapati Karyo , dengan mimik muka , penuh nafsu menghapiriku . Tubuhku bagai kehilangan tenaga . Dia merambet baju tidurku , dan merobek begitu saja . Kemudian tangan tangannya yang kasar , meremas buah dadaku , aku merasa sakit sekali . “ lepaskan , tolong .. tolong… “ pekik panikKu .
Lidahnya yang terlihat kasar , menjulur keluar , dan mengenai putting susuku . Saat itu juga , getaran getaran birahi merasuk tubuhku . Aku mendesah kenikmatan . Lidahnya turus berputar , memberi sensasi nikmat di puting susuKu yang mulai membesar.
Tanpa kusadar , bagian bawah tubuhku mulai berlendir . Lidah Karyo terus turun dan turun , pusar ku pun di gelitik oleh lidah kasarnya . Lidah kasar itu tak bisa berhenti , dan terus memberiku rasa yang sangat nikmat .
Makin kebawah , terus dan lidah itu mulai menjilati bagian paling pribadi di tubuhKu.
Aku mengerang , merasakan nikmat yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya . Lidah itu terus menjilati selangkangan celana dalamku . Tapi rasanya lidah itu bersentuhan langsung ke klitorisku .
Aku mendesah desah , dengan penuh nafsu . Pinggulku bergoyang seirama dengan jilatan Karyo . Dan terus begitu , sampai tubuhku mengeram , kejang . Aku menjerit sekeras mungkin “ Aghhh aku aku keluarrr “ .
Tubuhku mengeliat , menikmati orgasme yang di berikan Karyo . Sesaat kemudian Karyo , hendak menarik turun celana dalamKu . Saat itu aku teringat suamiku tercinta . Segera Kakiku dengan kuat mendengan tubuhnya .
Karyo hanya tersenyum , dan dia mengambil pentungannya . Pentungan yang selalu dibawanya . Pentungan hitam sepanjang 60 cm , di hantam keras ke perutku . Aku menjerit , menerima rasa sakitnya . Berkali kali Karyo memukulku dengan pentungan itu . Sampai tubuhku terasa lemas .
Tak bisa kulawan lagi , saat dia menarik turun celana dalamku . Matanya jalang , menatap vaginaKu dengan bukit berbulu , yang sangat berlendir itu . Dia segera membuka celananya dan aku bergidik .
Pak Karyo tidak mempunyai penis . Yang tegak mengantung itu adalah pentungan hitam yang di gunakan memukul tubuhku tadi . Aku menjerit jerit , ini monster , bukan manusia . Karyo semakin mendekat , pentungan yang mengantung di selangkangannya itu terus mendekat ke liang vaginaku . “ tolong , hentikan tolong , tolong “ jaritKu .
Dan tiba , tiba aku merasakan sakit yang luar biasa di vaginaKu . Dan ruang kamarku menjadi terang benderang menyilaukan.
Aku terbangun dari mimpi yang aneh itu.
Peluh membasahi tubuhKu . Kulihat suamiku masih terlelap . Perlahan Aku beranjak dari ranjang , dan mengambil air minumku . Aku meminum segela air , untuk menghilangkan rasa kering di tenggorokanku .
Aku ke kamar mandi , membuka celana dalamku , dan duduk di kloset . Aku mendapati celana dalamku basah sekali , begitu juga vaginaku .
Jari jariku menyentuh klitorisku , dan kembali sinyal sinyal birahi , aktif di otakku . Jari jari ku terus bermain di klitorisku , tubuhku menerima rasa nikmat . Terus dan terus , sampai aku mengejang , mencapai puncak birahiKu di atas kloset itu.
Esoknya, setelah menjemput saya di kantor, Suami saya mengajak saya mampir ke rumah Karyo . “ untuk apa , mas ? “ tanyaku . “ yah , kita silaturami saja , kan tak enak rasanya , aku telah menabraknya “ kata suamiKu .
Aku mengalah , sebenar aku tak mau ketemu Karyo , apalagi sejak mimpiku yang aneh itu . Dan Aku tak pernah menceritakan mimpi itu pada siapa pun , tak terkecuali suamiKu sendiri .
kami pun pergi ke rumah Karyo . Setelah berbasa basi dan minta maaf, Suami saya mengatakan kalau sepedamotor Pak Karyo sudah diserahkan anak buahnya ke salah satu bengkel besar. Dan akan siap dalam dua atau tiga hari mendatang.
Sepanjang Rio bercerita, Pak Karyo tampak cuek saja. Ia menaikkan satu kaki ke atas kursi. Sesekali ia menyeruput secangkir kopi yang ada di atas meja.
Yang saya tahu matanya terus jelalatan menatap tubuhku . Dan tiap kali matanya , bertemu mataku , ada getaran aneh yang kurasakan . Tapi aku tak tahu apa itu . Yang jelas , aku sepertinya manjadi birahi.
Kalau Memandang tubuh Karyo, saya bergidik juga. Badannya besar meski ia juga tidak terlalu tinggi. Lengan tangannya tampak kokoh berisi. Sementara perutnya membusung. Dari balik kaosnya yang sudah kusam itu tampak dadanya yang berbulu. Jari tangannya seperti besi yang bengkok-bengkok, kasar.
Setelah suamiku ngobrol cukup lama , akhirnya kita pamitan . Suamiku segera menjalankan mobilnya dan pulang kerumah . Malam itu aku berencana mengajak suamiku bercinta , tapi begitu dia masuk kamar dia langsung berkata “ ayo kita bobo yuk , saya lelah sekali hari ini , banyak tugas ..”
Aku tersenyum dalam kekecewaan . Dan ikut berbaring bersama suamiku .
Di kantor ,esok harinya aku tak semangat bekerja . Jam makan siang aku gunakan untuk pergi ke Mall . Tapi apes , di perempatan lampu merah , aku kecopetan . Dompetku di gondol pencopet itu . Aku tak terlalu memikirkan uang di dompet itu.
Tapi KTP dan SIM , mau tak mau aku harus lapor polisi.
Setelah proses verbal selesai , aku pamit . Ketika berjalan di koridor kantor polisi itu aku berpapasan dengan Karyo. “ Bu Ranta, ngapain kesini “ kata Karyo . “ oh engak , cuma , lapor , saya habis kecopetan “ jawabku . Dan terus berjalan , mencoba menghindari dirinya.
“ Eh , Bu Ratna , kebenaran kemari , ayo kita makan di kantin sana “ ajak Karyo . Matanya yang tajam menatap wajahku . Aku diam sesaat , berpikir , namanya juga polisi , pasti minta di bayarin makan . “ baik ,lah pak , tapi saya gak bisa lama lama yah “ kataKu .
Setelah memilih tempat duduk , aku memesan air jeruk . Karyo memesan nasi goreng. Sambil makan ia bercerita. Tentang tentang istri yang minta cerai, tentang dirinya yang disebut orang-orang suka menanggu istri orang. Saya hanya diam mendengarkan ceritanya.
Kadang Karyo juga bercerita , tentang hal hal kehidupan sexnya . Saya mendengarkan, rasa birahi mulai timbul , dan rasanya tubuh saya mulai , menyukai Karyo . Setelah itu dia menyakan bagai mana kehidupan sex saya .
Saya hanya bisa menjawab “ ah , biasa aja Pak Karyo , namanya juga suami istri “ . Pak karyo tersenyum , “ iyah maksud saya , bagaimana suami kamu di ranjang apa hot kayak saya engak ? “ . Aku hanya diam , aku berpikir , Karyo mulai kurang ajar , di lain pihak aku sepertinya tertarik bicara sama dia .
Aku berusaha mengalihkan arah pembicaraan . “ suami saya dan saya sedang ikut program , kami ingin punya anak , jadi kita main pakai aturan . “ . Dan ini mendapat perhatian besar Pak Karyo. Ia antusias sekali. Matanya tampak berkilau.
“Oh ya. kalau yang itu mungkin saya bisa bantu,” katanya . “Bagaimana caranya?” tanya saya bingung.
“Mudah-mudahan saya bisa bantu. Kalau mau kita kerumah saya . Saya beri obat,” kata Pak Karyo pula. Aku berpikir , dan melirik jam tanganku , baru pukul 3.00 sore . “ Naik apa kita “ tanyaku .
Setelah motor yang aku tumpangi berhenti di rumah Karyo , dia segera mengajakku masuk kerumahnya . Tanpa bisa menolak , dia memegang tangan dan membawaku masuk kerumahnya.
“Sekarang saja kita mulai pengobatannya,” ujarnya seraya membawa saya masuk kamarnya. Kamarnya kecil dan pengab. Jendela kecil disamping ranjang tidak terbuka. Sementara ranjang kayu hanya berasalan kasur yang sudah menipis.
Aku masih berdiri , rasanya tubuhku kaku . “ loh koq bengong , ini minyak khusus untuk pengobatan , supaya cepat hamil “ katanya sambil memperlihat botol kecil berwarna hitam . “ Ayo , buka baju kamu ..” katanya lagi .
Entah apa yang terjadi pada diriku , aku seperti kehilangan akal sehat . Perlahan kancing bajuku aku buka satu persatu . Kemudian , aku membuka rok ku sendiri . Kini tubuhku hanya memaki Bra dan celana dalam hitamku saja . berdiri terpaku di depan orang yang pantas manjadi ayaku .
“ Oh , Ratna , BH nya juga harus di buka dong “ kata Karyo lagi . Tanganku seperti di gerakan oleh pikirannya . Dengan gemetar , tanganku melepas kait BH ku . Dan kini dia bisa melihat jelas buah dadaku yang mengantung bebas , besar dan montok
“ Oh , Ratna , suami kamu berutung bisa , memperoleh istri secantik kamu . “ guman pak Karyo , lalu memintaku berbaring terlentang di ranjangnya.
Setelah aku berbaring , dia mengolesi tanganya dengan minyak yang ada di botol kecil itu , sebagian minyak itu di tuang di atas tubuhku . Perlahan tangan kasarnya mulai menyentuh tubuhku . Tangannya bergerak mengurut perutku .
Tanganya sepertinya bukan mengurut , melainkan mengelus elus perutku . Makin lama gerakkan tanganya makin keatas , dan tangan itu kini memainkan buah dadaku Aku tak kuasa menolaknya . Aku memejamkan mata , merasakan nikmat sentuhan tangan kasarnya.
Saya merasakan bibir vagina saya pun sudah mulai basah. Saya mulai merasakan birahi saya meningkat. Jari jari itu terus mamainkan buah dada saya , tak ketinggalan putting susu saya di sentuh lembut oleh jarinya .
Sambil mengigit bibir saya , berusaha untuk tidak mengeluarkan desahan saya . Karyo terus memainkan buah dada saya. Perlahan tanganya turun kebawah , dan terus turun , jari jarinya menyentuh selangkangan celana dalam saya .
Saya tak kuasa , tubuh saya bagai terkena segatan listrik “ ohh Karyo , apa yang kamu lakukan ..” . Jari jarinya terus menekan nekan selangkangan celana dalam saya , yang otomasis , menyentuh klitoris saya , yang berada di balik celana dalam saya.
Lendir nikmat saya merember ke celana dalam saya , terus dan terus membasahi selangkangan celana dalam saya. Jari jari Karyo pun , terus bergetar di selangkangan celana dalam saya . “ oh , Karyo aku tak tahan .. aku tak kuat.. “.
“ oh , ayo sayang , lepaskan nafsu kamu , lepaskan jangan di tahan “ katanya lembut , membuat tubuhku tak bisa lagi bertahan . Saat jarinya bergerak semakin liar , tubuhku mengejang hebat , pantatku terangkat , “ Karyo , a aku keluarrr “ .
Pantatku kembali terhempas di kasur lusuhnya , tubuhku lunglai . Aku merasakan sensasi nikmat , hampir sama dengan mimpi anehku beberapa hari yang lalu.
“ Ratna sayang , itu baru jari saya bermain di celana dalam kamu , kamu bisa bayangkan kalau kamu , buka celana dalam kamu , dan rasakan lidah saya menjilati m-e-m-e-k kamu “ bisik karyo di telingaku .
Tangan karyo memegang celan dalam saya , berusaha membukanya , tapi tangan saya segera menghalanginya “ jangan Karyo , saya malu .. jangan “ .
Tapi karyo terus memaksa , dan lepaslah celana dalam saya , dia orang kedu yang melihat vagina saya . Saya sungguh merasa bersalah sama Rio , tapi tubuh saya , pikiran saya sudah di kuasi nafsu birahi yang tak bisa saya tolak .
Saat jari jarinya , membuka bibir vagina saya , dan lidahnya menjulur , menjilati kitoris saya tubuh saya , mangejang , merasakan nikmat sekali .
“ Karyo ahhh , i-t-i-l saya , ohh i-t-i-l saya gatel sekali .. “ desahku yang tak lagi menghiraukan rasa malu . Lidah lidahnya terus menjilati klitoris saya . Membuat tubuh saya mengejang tak karuan . “ Karyo ohh .. enak enak ..” .
Lidah karyo juga tak ke tinggalan menjulur julur seperti memasuki liang sagamaku. Berputar di dalam liang sagamaKu . Tubuhku terasa ringan , seluruh kulitku sensitif Saat , Karyo kembali menjilati Klitorisku yang membesar , karena birahi , Aku tak tahan lagi “ ahh , gatel gatel banget , Karyo ..ahh…” .
Klitoriku rasanya mau pecah . Tubuh terhentak , aku menjejang , mengejet beberapa kali . Aku mengalami orgasme yang , hebat .
Karyo membiarkan aku , dia menatap tubuh bugil ku , yang sesekali masih mengejet Matanya yang jalang , tak melepaskan satu inci pun bagian tubuhKu.
Puas menatap tubuh bugilku Karyo melepas pakaiannya . Aku bergidik , jika mengingat mimpiku . Apa iya , penis Karyo sebesar pentungan. Setelah penis hitamnya mencuat keluar aku baru tenang . Penis tak sebesar tongkat , tapi lebih besar dari milik suamiku .
Dia mendekat . Aku merapatkan kakiku .” tolong , jangan yang satu ini Karyo, tolong..” . Karyo tersenyum “ Ratna , aku sudah memberikan kamu nikmat , apa salahnya ganti kamu yang memberiku nikmat , sayang “ .
“ jangan , tolong Karyo , aku masih punya suami , tolong lah “ pintaku . “ Hemm , oke deh , aku mengerti , kalo gitu pakai mulut kamu saja “ katanya .
“ oh , aku tidak pernah , jangan ..” kataku , dan penis Karyo terus mendekati wajahKu . “ masa sih , kamu gak pernah ngisep k-o-n-t-o-l suami kamu “ tanya Karyo . Aku mengangguk “ Sumpah Karyo , aku tak pernah “ .
“ Apa suami kamu pernah jilatin m-e-m-e-k kamu ? “ tanya Karyo lagi . Aku kembali mengeleng . “ gila , mana enak sih , jadi kalian , langsung aja buka baju , terus n-g-e-n-t-o-t .” katanya . Aku diam saja .
Tapi seakan Karyo tak peduli , penis hitamnya terus di dekatkan ke wajah ku. Seakan tak mampu menolak , aku memejamkan mataku . Yang aku rasakan pipiku terasa hangat , dia menekan nekan penisnya di pipiku .
Penis itu bergerak terus ke bibirku , dan berusaha masuk ke mulutku . Perlahan aku membuka mulutku . dan penisnya mulai masuk ke mulutku . Penis itu bergerak , Karyo seperti menzinai mulutku. Keluar masuk mulutku . KepalaKu di pegangnya.
Karyo mendengus kenikmatan , dan terus bergerak . Lama kelaman aku pun merasa terbiasa. Dan rasanya aku mulai suka permainan ini . Karyo terus memainkan penisnya di mulutku , sampai dia mengeram , dan spermanya keluar di mulutku .
Aku segera memuntahkan spermanya . Baru kali ini Aku merasakan sperma . Rasanya aku ingin muntah . Karyo tampak terduduk lemas. Saat itu aku segera memakai pakaianku kembali . Aku segera meninggalkan ruamahnya , tanpa permisi
Hari sudah gelap saat aku keluar dari rumahnya . Dengan menyetop taksi Aku segera pulang kerumahKu . Aku melihat Opel Blazer suamiku sudah terpakir dengan rapi .
Sial Aku ke duluannya. Jantung berdegup , aku takut suamiku curiga , otakku segera berpikir , mencari alasan yang tepat jika suamiku menayakan hal ini .
Perlahan Aku membuka pintu , dan memasuki rumah ku . Tiba tiba suamiku memelukku dari belakang . Aku terkejut “ Ah .. mas bikin kaget aja ..” kataKu .
“ ha ha ha , Aku gembira sayang , jabatanku di naikan , yang berarti gajiku juga di naik kan .. “ kata suamiku . Dia ingin menciumku . Tapi aku menghindar , mulutku kotor , aku malu terhadap diriku sendiri. “ Mas , yang benar ah , jangan bercanda “ kataKu untuk menhidari ciumannya .
“ benar sayang , benar , kita harus rayakan “ kata suamiku . “ oh , rayakan di mana mas “ tanyaKu . “ karena sudah malam , kita rayakan di ranjang saja yah, sayang “ kata suamiku . Dan tangannya segera mengangkat rok ku , dan menyetuh selangkanganKu .
Aku berusaha mengindar lagi , ih mas masa di sini , nanti kelihatan orang dong di kamar saja “ kataKu . “ loh , di rumah ini kan cuma kita berdua ..” kata suamiku . Yang jarinya segera meraba selangkangan ku . Jarinya menyelinap di balik celana dalamKu .
Aku takut , suamiku curiga , karena Vaginaku basah , akibat di buat Karyo tadi .
“ Sayang , koq m-e-m-e-k kamu sudah basah benar sih , kamu horny yah “ kata suami ku . “ ih mas bisa aja , tadi aku habis pipis , di rumah bu Ani “ kataku berbohong . “ oh , kamu di rumah Ani , toh “ kata suamiku .
“ aku mandi dulu yah “ kataku langsung lari ke kamar mandi . Aku segar membasuh mulutku , mencuci bersih vaginaku . Aku merasa sangat menyesal telah melakukan hal ini terhadap suamiku. Walaupun selama setahun menikah dengannya tak pernah sekalipun aku merasa begitu nikmat dalam bercinta.
Aku membutuhkan kenikmatan itu , tapi aku juga membutuhkan suamiku . Aku tak habis pikir , pikiranku menolak Karyo , tapi tubuhku sangat menginginkan Karyo .
“ sayang , cepat dong ..” terdengar suara mesra suamiku .
Malam itu kami bercinta . ada rasa hambur disitu . Aku mencintai suamiku , tapi rasanya sexku tak terpuaskan . Sekarang aku makin bisa membedakan . Benar kata Karyo , Aku seperti tempolong , suamiku hanya mempergunakan vaginaku untuk mengeluarkan spermanya , tanpa bisa memuaskan diriku.
Tapi biar bagaimanapun , Rio adalah pilihanKu , aku harus konsekuen . Aku mencintainya apa adanya. Aku lebih baik mengekang nafsu birahi . Aku memutuskan untuk tak menemui Karyo lagi .
“ Ratna , mas besok harus ke Jakarta , menemui dereksi darti kantor pusat “ kata Rio tiga hari setelah kenaikan jabatannya .
“ ha , berapa hari mas , saya boleh ikut ? kataku.
“ Ah cuma sehari koq , “ kata Rio . “ tapi mas , saya takut di rumah sendiran “ kata ku , dengan harapan suamiku mau mengajakku ke Jakarta . Tapi jawabannya , berbeda dengan yang kuharapkan .
“ saya sudah minta Pak Karyo unutk mengawasi rumah kita , dia akan mengirim anak buahnya , untuk jaga di sini , kamu tenang aja deh “ kata suamiku. Jantung berdugup keras , Karyo lagi ..
Pagi itu suamiku di jemput mobil dari kantornya , dan mobil itu segera membawa suamiku ke airport . Dangan melambaikan tangan aku melepas suami ku ke Jakarta.
Belum sempat aku menutup pintu rumahku , sosok tubuh besar itu sudah berada di depan pintu rumahku . “ Karyo , mau apa pagi pagi begini ke rumah orang “ kataku ku buat ketus.
“ loh , suami mu minta , aku menjaga rumah mu , juga menjaga dirimu he he he “ kata Karyo , yang terus masuk ke rumahku tanpa di persilakan.
“ Karyo , tolong jangan ganggu aku , “ kataKu . Karyo menatapku , bola matanya bagaikan bersinar , yang menerobos ke mataku . “ Ratna , ayo katakan dengan nurani kamu , kamu tak membutuhkan diriku “ kata Karyo .
“ Aku , aku , aku “ lidahku seperti terkunci . Tangan karyo segera mengandeng tubuhku , membawaku masuk ke kamarku.
“ sayang , aku tak bermaksud jahat sama kamu , aku cuma mau memberi kamu kenikmatan sayang . kita sama sama butuh itu “ kata Karyo .
Perlahan Karyo melepas daster tidurku , yang di balik daster itu aku tak memakai bra . Dan buah dadaku langsung terpampang di hadapannya . Perlahan lidahnya menjilat puting susuku . “ ahh .. “ desahku.
Pikiranku kosong melopong , aku lupa suamiku . aku hanya ingat kenikmat yang kudapat dari Karyo . Lidahnya terus bermain di putingku . Jari jarinya hinggap di selangkangan celana dalam merahku . “ ohh Karyo .. sudah tolong jangan bikin aku nafsu ” .
Jari jari itu bergerak , dan vaginaku mulai mengeluarkan lendir birahi . Mulutnya pun terus menyedot nyedot buah dadaku . Jarinya terus menari nari di selangkangan celana dalamku yang makin membasah .
“ Ohh , Karyo kamu jahat ooh i-t-i-l saya jadi gatel .. “ desah saya . Karyo terus menaikkan birahi saya dengan permainannya. Saya sudah tak tahan , saya mendesah kenikmatan “ karyo , saya mau keluar “ . Saat itu , Karyo dengan sekuat tenaga , meremas buah dada saya .
Saya menjerit kesakitan , otomatis , birahi saya menurun , orgasme saya menghilang . Tapi Karyo perlahan menjilati lagi putting susu saya . mengelitik . Membuat birahi saya berangsur naik kembali . Kembali saya mendesah kenikmatan .
Saat saya hampir menuju puncak kenikmatan saya , Karyo mengigit putting susu saya , memberi saya rasa sakit . kembali saya gagal orgasme.
Tapi Karyo segera menaikan birahi saya lagi ,dengan memainkan selangkangan saya “ Karyo tolonglah , saya mau orgasme buat saya orgasme . ” saya memohon orgasme pada dirinya setelah dia mengagalkan orgasme saya yang ke tiga kali .
“ tenang sayang , saya pasti kasih kamu orgasme yang ternikmat yang pernah kamu rasakan “ . Sambil dia mendorong tubuh saya dan saya terduduk di pinggir ranjang.
Celana dalan saya , sudah terlepas dari tubuh saya . dangan dua jarinya bibir vagina saya di buka . Lidahnya menjulur menjilati klitoris saya . Saya mengerang “ ohh , iyah terus buat saya orgasme , saya mau keluar …Karyo ..” .
Lidahnya dengan cepat , terus merangsang klitoris saya yang semakin membesar ,
“ oh.. karyo , gatel , enak sekali teruss “ . Lidah itu terus menjilati klitoris saya .
Saya sudah dekat , dan seperti nya Karyo tahu , Dia sengaja , segera klitoris saya di sedotnya dengan kuat , saya merasakan sakit sekali , yang membuat orgasme saya pergi menjauh .
“ Karyo , kamu jahat , kamu jahat , tolong saya mau keluarr “ kata saya mengiba , rasanya saya ingin menangis . Mengiba minta orgasme , dari orang seperti Karyo , sangat merendah kan diri saya. Tapi apa boleh buat , saya tengah di amuk birahi .
“ Ratna sayang , tenang kamu pesti mendapatkan orgasme “ katanya . Lidahnya kembali menjilati klitoris saya dengan lembut. Tiga buah jarinya di gunakan menekan perut saya di bawah pusar . Ini membuat saya merasa ingin pipis . Saya mencoba mengeser tanganya . Tapi saya seperti tak bertenaga.
Lidahnya terus memberi kenikmatan di klitoris saya , sebentar saja , rasa ingin orgasme telah mendera tubuh saya . “ Ohh , Karyo , saya , oh i-t-i-l nya ..oh gatel sekali , saya tak kuatt .. oh kebelet.. mau pipis “ . Saya merasakan seperti nya sulit menahan rasa ingin pipis , tapi saya juga mau orgasme.
“ Yah , lepaskan Ratna , ayo keluarkan nafsu birahi kamu ..” kata Karyo . Tubuhku mengejang “ OOHHHH .. Karyo .. ahh gatell gatell aku tak tahan“ jeritku tak karuan .
Tubuhku mengerang nikmat , dan Aku menyemburkan pipiku dengan kuat . Aku merasa kan setiap tetes air seniku , mengalir memberi sensasi kenikmatan , berbarengan orgasmeKu .
Aku orgasme dangan begitu fantastik , tak aku perdulikan kamarku yang basah dengan air pipisku . Tubuhku sepertinya rontok , tulangku seperti lepas , aku terbaring dengan lemas.
Karyo hanya melihatku dengan tersenyum . Dan membiarkan diriku beristirahat.
Setelah itu tubuh Karyo yang bugil merangkang menaikki tubuhku , aku berusaha mendorong tubuhnya “ Karyo jangan , aku pakai mulutku saja “ kataKu , tak rela penisnya memasuki tubuhku .
“ aku sudah pernah merasakan mulut kamu sayang , sekarang aku mau coba m-e-m-e-k kamu “ kata Karyo . Tubuh terasa lemas , seperti tak bertulang , Karyo dengan mudah membuka lebar kaki ku , kepala penisnya mulai menyetuh liang vaginaku .
Air mataku meleleh di pipiku saat itu aku teringat suamiku Rio . Aku memejamkan mata . Saat kurasa , penisnya mulai memasuki tubuhku .
Getar getar nikmat mulai berkecamuk di diriku . Aku merasakan sentuhan penisnya yang menikmatkan. Tak pernah Sekalipun aku menemukan rasa ini pada penis Rio .
Tat kala batang penis hitamnya bergerak keluar masuk , aku mulai merakan nikmat yang luar biasa , Karyo yang terus mengocok vaginaku dengan penisnya mendengus “ m-e-m-e-k kamu luar biasa nikmatnya sayang “ katanya .
Dalam hati aku pun berkata yang sama . “ Ahh Karyo .. ahhh “ desahku Goyangannya yang lembut, tapi mantap segera membawaku ke puncak orgasme . Tapi seperti sebelumnya Karyo menahannya . Dia membenamkan penis besar di dalam , vaginaku , dan dia diam tak bergerak .
“ Karyo , ayo goyang dong ..” pintaKu . Karyo tersenyum “ loh , tadi gak mau , koq sekarang minta “ . Wajahku sepertinya panas , birahiku melorot .
Kembali Karyo mengoyang , dan membawaku kepuncak orgasmeku . Aku sudah tak tahan , aku harus mendapatkan orgasmeku . Dan lagi lagi Karyo dengan sengaja membatalkan orgasmeku . Penisnya di hentak keras ke dalam vaginaku , rasanya kepala penisnya memukul rahimku .
Aku mengerang sakit . “ Karyo , kamu jahat sekali ..” kataku . Karyo tersenyum . “ kalau mau ninta orgasme dari aku yah , kamu harus minta dengan mesra dan nafsu dong “ katanya.
Aku seperti seorang cewek murahan tak bisa berpikir jernih . langsung aku berkata “ Ayo , mas Karyo e-n-t-o-tin Ratna ,yah , Ratna minta orgasme , ayo mas tolong “.
Karyo tersenyum , dan dia mulai mengoyang batang penisnya. Penis itu membuat aku gila . Sebentar saja , rasa gatel di vaginaku , membuat tubuhku mengerang dan menjerit “ ahhh , enak….aku keluarrr “ .
Aku lemas , Karyo menahan gerakan penisnya sebentar , merasakan otot otot vaginaku meremas batang penisnya , dan kemudian bergerak lagi . Sebentar saja , aku mencapai orgasme lagi .
Entah hari itu berapa kali tubuhku , mengejang di buat orgasme oleh batang penis Karyo . Yang jelas aku sangat menikmati permainannya . Aku lupa siapa diriku , aku lupa siapa suamiku.
Sejak saat itu, saya pun ketagihan dengan permainan Pak Karyo. Kami masih sering melakukannya. Kalau tidak di rumahnya, kami juga nginap di Tawangmangu. Meski, kemudian Pak Karyo juga sering minta duit, saya tidak merasa membeli kepuasan sahwat kepadanya.
Semua itu saya lakukan, tanpa setahu Rio. Dan saya yakin Rio juga tidak tahu sama sekali. Saya merasa berdosa padanya. Tapi, entah mengapa, saya juga butuh belaian keras Karyo itu. Entah sampai kapan. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Gara-Gara Kecelakaan appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Matanya Mulai Menggoda

$
0
0

sex tante hot, cerita abg mesum, sex memek perawan, sex sedarah nyata, ngentot janda horny disertai foto bugil – Matanya Mulai Menggoda. Aku sudah beristri dan memounyai 1 orang anak umurku sekarang 30 tahun , kami bertiga hidup sederhana saling mencintai, tapi aku mempunyai rahasia yang aku ingin jabarkan lewat tulisan ini yaitu kisahku dengan istriku, kejadian ini terjadi beberapa tahun yang lalu, saat aku masih berpacara n dengan istriku.

Cerita Dewasa Matanya Mulai Menggoda

cerita sex perselingkuhan, cerita perselingkuhan terbaru, cerita perselingkuhan ibu rumah tangga, cerita cerita perselingkuhan, cerita perselingkuhan ibu, cerita perselingkuhan di kantor, cerita ngesek perselingkuhan, cerita perselingkuhan wanita, cerita perselingkuhan istriku, cerita perselingkuhan bergambar, cerita mesum perselingkuhan, cerita perselingkuhan dengan tetangga, perselingkuhan cerita, cerita perselingkuhan sampai hamil, cerita perselingkuhan tetangga, cerita hubungan perselingkuhan, cerita perselingkuhan terpanas, cerita birahi perselingkuhan, cerita bokep perselingkuhan
Cerita Mesum Matanya Mulai Menggoda

Aku diperkenalkan kepada seluruh keluarga kandung dan keluarga besarnya. Dan dari sekian banyak keluarganya, ada satu yang menggelitik perasaan kelaki-lakianku; yaitu kakak perempuannya yang bernama Ima (sebut saja begitu).

Ima dan aku seusia, dia lebih tua beberapa bulan saja, dia sudah menikah dengan suami yang super sibuk dan sudah dikaruniai 1 orang anak yang sudah duduk di sekolah dasar. Dengan tinggi badan 160 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, berkulit putih bersih, memiliki rambut indah tebal dan hitam sebahu, matanya bening, dan memiliki suara agak cempreng tapi menurutku seksi, sangat menggodaku.

Pada awalnya kami biasa-biasa saja, seperti misalnya pada saat aku menemani pacarku kerumahnya atau dia menemani pacarku kerumahku, kami hanya ngobrol seperlunya saja, tidak ada yang istimewa sampai setelah aku menikah 2 tahun kemudian dia menghadiahi kami (aku dan pacarku) dengan sebuah kamar di hotel berbintang dengan dia bersama anak tunggalnya ikut menginap di kamar sebelah kamarku.

Setelah menikah, frekuensi pertemuan aku dengan Ima jadi lebih sering, dan kami berdua lebih berani untuk ngobrol sambil diselingi canda-canda konyol. Pada suatu hari, aku dan istri beserta mertuaku berdatangan kerumahnya untuk weekend dirumahnya yang memang enak untuk ditinggali.

Dengan bangunan megah berlantai dua, pekarangannya yang cukup luas dan ditumbuhi oleh tanaman-tanaman hias, serta beberapa pohon rindang membuat mata segar bila memandang kehijauan di pagi hari. Letak rumahnya juga agak jauh dari tetangga membuat suasana bisa lebih private.

Sesampainya disana, setelah istirahat sebentar rupanya istriku dan mertuaku mengajak untuk berbelanja keperluan bulanan. Tetapi aku agak mengantuk, sehingga aku meminta ijin untuk tidak ikut dan untungnya Ima memiliki supir yang dapat dikaryakan untuk sementara.

Jadilah aku tidur di kamar tidur tamu di lantai bawah. Kira-kira setengah jam aku mencoba untuk tidur, anehnya mataku tidak juga terpejam, sehingga aku putus asa dan kuputuskan untuk melihat acara TV dahulu. Aku bangkit dan keluar kamar, tetapi aku agak kaget ternyata Ima tidak ikut berbelanja.

Ima menggunakan kaus gombrong berwarna putih, lengan model you can see dan dengan panjang kausnya sampai 15cm diatas lutut kakinya yang putih mulus.

“Lho..kok nggak ikut ?” tanyaku sambil semilir kuhirup wangi parfum yang dipakainya, harum dan menggairahkan,

“Tauk nih..lagi males aja aku..” sahutnya tersenyum dan melirikku sambil membuat sirup orange dingin dimeja makan,

“Anto kemana..?” tanyaku lagi tentang suaminya,

“Lagi keluar negeri, biasa..urusan kantornya..” sahutnya lagi. Lalu aku menuju kedepan sofa tempat menonton TV kemudian aku asik menonton film di TV. Sementara Ima berlalu menuju tingkat atas (mungkin ke kamarnya).

Sedang asik-asiknya aku nonton, tiba-tiba kudengar Ima memanggilku dari lantai atas;

“Di..Adi..”, “Yaa..” sahutku,

“Kesini sebentar deh Di..”, dengan tidak terburu-buru aku naik dan mendapatinya sedang duduk disofa besar untuk 3 orang sambil meminum sirup orangenya dan menghidupkan TV. Dilantai atas juga terdapat ruang keluarga mini yang lumayan tersusun apik dengan lantainya dilapisi karpet tebal dan empuk, dan hanya ada 1 buah sofa besar yang sedang diduduki oleh Ima.

“Ada apa neng..?” kataku bercanda setelah aku sampai diatas dan langsung duduk di sofa bersamanya, aku diujung kiri dekat tangga dan Ima diujung kanan.

“Rese luh..sini temenin aku ngobrol ama curhat” katanya, “Curhat apaan?”, “Apa! ajalah, yang penting aku ada temen ngobrol” katanya lagi. Maka, selama sejam lebih aku ngobrol tentang apa saja dan mendengarkan curhat tentang suaminya.

Baru aku tahu, bahwa Ima sebenarnya “bete” berat dengan suaminya, karena sejak menikah sering ditinggal pergi lama oleh suaminya, sering lebih dari sebulan ditinggal.

“Kebayangkan aku kayak gimana ? Kamu mau nggak temenin aku sekarang ini ?” tanyanya sambil menggeser duduknya mendekatiku setelah gelasnya diletakan dimeja sampingnya. Aku bisa menebak apa yang ada dipikiran dan yang diinginkannya saat ini.

“Kan aku sekarang lagi nemenin..” jawabku lagi sambil membenahi posisi dudukku agar lebih nyaman dan agak serong menghadap Ima. Ima makin mendekat ke posisi dudukku. Setelah tidak ada jarak duduk denganku lagi, Ima mulai membelai rambutku dengan tangan kirinya sambil bertanya “Mau..?”, aku diam saja sambil tersenyum dan memandang matanya yang mulai sayu menahan sesuatu yang bergolak.

“Bagaimana dengan orang-orang rumah lainnya (pembantu-pembantunya) dan gimana kalau mendadak istriku dan nyokap pulang ?” tanyaku, “Mereka tidak akan datang kalau aku nggak panggil dan maknyak bisa berjam-jam kalau belanja.” jawabnya semakin dekat ke wajahku.

Sedetik kemudian tangan kirinya telah dilingkarkan dileherku dan tangan kanannya telah membelai pipi kiriku dengan wajah yang begitu dekat di wajahku diiringi nafas harumnya yang sudah mendengus pelan tetapi tidak beraturan menerpa wajahku.

Tanpa pikir panjang lagi, tangan kananku kuselipkan diantara lehernya yang jenjang dan rambutnya yang hitam sebahu, kutarik kepalanya dan kucium bibir merah mudanya yang mungil. Tangan kiriku yang tadinya diam saja mulai bergerak secara halus membelai-belai dipinggang kanannya.

“Mmhh..mmhh..” nafas Ima mulai memburu dan mendengus-dengus, kami mulai saling melumat bibir dan mulai melakukan French kiss, bibir kami saling menghisap dan menyedot lidah kami yang agak basah, very hot French kiss ini berlangsung dengan dengusan nafas kami yang terus memburu, aku mulai menciumi dagunya, pipinya, kujilati telinganya sebentar, menuju belakang telinganya, kemudian bibir dan lidahku turun menuju lehernya, kuciumi dan kujilati lehernya,

“hhnngg.. Ahhdhii.. oohh.. honeey.. enngghh” desahnya sambil memejamkan matanya menikmati permainan bibir dan lidahku di leher jenjangnya yang putih dan kedua tangannya merengkuh kepalaku, sementara kepala Ima bergerak kekiri dan kekanan menikmati kecupan-kecupan serta jilatan di lehernya.

Tangan kiriku yang awalnya hanya membelai pinggangnya, kemudian turun membelai dan mengusap-usap beberapa saat dipaha kanannya yang putih, mulus dan halus untuk kemudian mulai menyelusup kedalam kaus gombrongnya menuju buah dadanya.

Aku agak terkejut merasakan buah dadanya yang agak besar, bulat dan masih kencang, padahal setahuku Ima memberikan ASI ke anak tunggalnya selama setahun lebih. Tanganku bergerak nakal membelai dan meremas-remas lembut dengan sedikit meremas pinggiran bawah buah dada kanannya.

“Buah dadamu masih kencang dan kenyal neng.” kataku sambil kulepas permainan dilehernya dan memandang wajahnya yang manis dan agak bersemu merah tanpa kusudahi remasan tanganku di buah dada kanannya.

“Kamu suka yaa..” sahutnya sambil tersenyum dan aku mengangguk. “Terusin dong..” pintanya manja sambil kembali kami berciuman dengan bergairah. “Mmhh.. mmhh.. ssrrp.. ssrrp..” ciuman maut kami beradu kembali. Tangan kiriku tetap menjalankan tugasnya, dengan lembut membelai, meremas, dan memuntir putingnya yang mengeras kenyal.

Tangan kanan Ima yang tadinya berada dikepalaku, sudah turun membelai tonjolan selangkanganku yang masih terbungkus celana katun. Ima menggosok-gosokkan tangan kanannya secara berirama sehingga membuat aku makin terangsang dan penisku makin mengeras dibuatnya.

Nafas kami terus memburu diselingi desahan-desahan kecil Ima yang menikmati foreplay ini. Masih dengan posisi miring, tangan kiriku menghentikan pekerjaan meremas buah dadanya untuk turun gunung menuju keselangkangannya.

Ima mulai menggeser kaki kanannya untuk meloloskan tangan nakalku menuju sasarannya. Aku mulai meraba-raba CD yang menutup vaginanya yang kurasakan sudah lembab dan basah. Perlahan kugesek-gesekkan jari jemariku sementara Ima pasrah merintih-rintih dan mendesah-desah menikmati permainan jemariku dan pagutan-pagutan kecil bibirku serta jilatan-jilatan lidahku dilehernya yang jenjang dan halus diiringi desehan dan rintihannya berulang-ulang.

Pinggulnya diangkat-angkat seperti memohon jemariku untuk masuk kedalam CD-nya meningkatkan finger play ku. Tanpa menunggu, jariku bergerak membuka ikatan kanan CD-nya dan mulai membelai rambut kemaluannya yang lembut dan agak jarang.

Jari tengahku sengaja kuangkat dahulu untuk sedikit menunda sentuhan di labia mayoranya, sementara ! jari telunjuk dan jari manisku yang bekerja menggesek-gesekkan dan agak kujepit-jepit pinggiran bibir vaginanya dengan lembut dan penuh perasaan.

Sementara Ima memejamkan matanya dan dari bibir mungilnya mengeluarkan rintihan-rintihan juga desahan-desahan berkali-kali. Kemudian jari tengahku mulai turun dan kugesek-gesekkan untuk membelah bibir kemaluannya yang kurasa sudah basah.

Berkali-kali kugesek-gesek dengan sisi dalam jari tengahku, kemudian mulai kutekuk dan kugaruk-garuk jari tengahku agak dalam di bibir vaginanya yang kenyal, lembut dan bersih. Sementara Ima makin merintih-rintih dan mendesah-desah sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan naik turun kekiri dan kekanan “Ouuhh.. hemmhh.. sshh.. aahh.. Dhii.. eehhnakh.. honey.. oohh… ..sshh..” rintih dan desahannya berkali-kali.

Finger play ini kusertai dengan ciuman-ciuman di leher dan bibirnya serta sambil kami saling menyedot lidah. Setelah puas dengan posisi miring, kemudian aku agak mendorong tubuhnya untuk duduk dengan posisi selonjor santai

Sementara aku berdiri dikarpet dengan dengkulku menghadapnya, Ima agak terdiam dengan nafasnya memburu, perlahan kubuka kaus gombrongnya, saat itulah aku dapat melihat tubuhnya separuh telanjang, lebih putih dan indah dibandingkan istriku yang berkulit agak kecoklatan, dua bukit kembarnya terlihat bulat membusung padat, sangat indah dengan ukuran 36B, putih, dengan puting merah muda dan sudah mengeras menahan nafsu birahi yang bergejolak.

Sambil tangan kiriku bertopang pada tepian sofa, mulutku mulai menciumi buah dada kanannya dan tangan kananku mulai membelai, menekan, dan meremas-remas buah dada kirinya dengan lembut.

“Aahh.. hhnghh.. honeey.. enaak.. bangeet.. terruss.. aahh.. mmnghh.. hihihi.. auhh..adhi..” Ima bergumam tak karuan menikmati permainanku, kedua tangannya meremas dan menarik-narik rambutku. Ima mendesah-desah dan merintih-rintih hebat ketika putingnya kuhisap-hisap dan agak kugigit-gigit kecil sambil tangan kananku meremas buah dada kirinya dan memelintir-pilintir putingnya.

Ima sangat menikmati permainanku didadanya bergantian yang kanan dan kiri, hingga dia tak sadar berucap “Adhii.. oohh.. bhuat ahkhuu puas kayak adhikku di hotel dulu.. hhnghh.. mmhh..”, ups..aku agak kaget, tanpa berhenti bermain aku berpikir rupanya Ima menguping “malam pertamaku” dulu bersama istriku, memang pada malam itu dan pada ML-ML sebelumnya aku selalu membuat istriku berteriak-teriak menikmati permainan sex-ku.

Rupanya..Oke deeh kakak, sekaranglah saat yang sebenarnya juga sudah aku tunggu-tunggu dari dulu. “Adhii.. sekarang dong.. aahh.. akhu sudah nggak tahann.. oohh..” ujarnya, tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kemulusan dan kehalusan kulit tubuh Ima.

Setelah aku bermain dikedua buah dadanya, menjilat, menghisap, menggigit, meremas dan memelintir, aku jilati seluruh badannya, jalur tengah buah dadanya, perutnya yang ramping, putih dan halus, kugelitik pusarnya yang bersih dengan ujung lidahku, kujilati pinggangnya,

“Aduuh.. geli dong sayang.. uuhh..”, kemudian aku menuju ke kedua pahanya yang putih mulus, kujilati dan kuciumi sepuasnya

“Aahh.. ayo dong sayang.. kamu kok nakal sihh.. aahh..”, sampailah aku di selangkangannya, Ima memakai CD transparan berwarna merah muda yang terbuat dari sutra lembut, dan kulihat sudah sangat basah oleh pelumas vaginanya.

“Sayang.. kamu mau ngapain?” tanyanya sambil melongokkan kepalanya kebawah kearahku. Aku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku kearahnya nakal. Dengan mudah CD-nya kubuka ikatan sebelah kirinya setelah ikatan kanan telah terbuka, sekarang tubuh Ima sudah polos tanpa sehelai benangpun menghalangi, kemudian aku buka kedua kakinya dan kulihat pemandangan surga dunia yang sangat indah.

Bibir vaginanya sangat bersih dan berwarna agak merah muda dengan belahan berwarna merah dan sangat bagus (mungkin jarang digunakan oleh suaminya) meskipun sudah melahirkan satu orang anak, dan diatasnya dihiasi bulu-bulu halus dan rapi yang tidak begitu lebat.

“Oohh.. Ima.. bersih dan merah banget..” ujarku memuji, “hihihi.. suka ya..?” tanyanya, tanpa kujawab lidahku langsung bermain dengan vaginanya, kujilati seluruh bibir vaginanya berkali-kali up and down, tubuh Ima mengejang-ngejang

“Aahh..aahh..dhhii..oohh..eenak adhii..aahh..Anto nggak pernah mau begini..mmhh..” lidahku mulai menjilati bibir vaginanya turun naik dan menjilati labia mayoranya dengan ujung! lidahku. Ima menggeliat-geliat, mendesah-desah, dan melenguh-lenguh, aku menjilati vaginanya sambil kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya

“Hhnghh.. nngghh.. aahh.. dhii.. honey..” gumamnya sangat menikmati permainan lidah dan bibirku yang menghisap-hisap dan menjilat-jilat klitorisnya berulang-ulang, menghisap-hisap seluruh sudut vaginanya serta lidahku mendesak-desak kedalam liang vaginanya berkali-kali tanpa ampun

“Oohhnghh.. dhii.. more.. honey.. more.. ahh..”, tangan kananku kemudian turun untuk bergabung dengan bibir dan lidahku di vaginanya, sedikit-sedikit dengan gerakan maju mundur jari tengahku kumasuk-masukkan kedalam lubang vaginanya yang sudah becek, makin lama makin dalam kumasukkan jari tengahku sambil tetap bergerak maju mundur.

Setelah masuk seluruhnya, jari tengahku mulai beraksi menggaruk-garuk seluruh bagian dinding dalam liang surga Ima sambil sesekali kugerakkan ujungnya berputar-putar dan kusentuh-sentuh daerah G-spotnya, Ima meradang dan menggelinjang hebat ketika kusentuh G-spot miliknya.

Lidahku tidak berhenti menjilati sambil kuhisap-hisap klitorisnya. Ima berusaha mengimbangi finger playku dengan menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, kekiri dan kekanan dan bibirnya tidak berhenti merintih dan mendesah

“Sshh..enghh..uuhh..Adhii..ouuhh..aahh..sshh..enghh..” tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya selain suara rintihan, erangan, lenguhan dan desahan kenikmatan. Sekitar 20 menit kemudian liang vaginanya berkedut-kedut dan menghisap

“Oohhnghh.. ahh.. dhii.. akhu.. sham.. oohh.. henghh.. sham.. phaii.. aahh.. honey.. hengnghh ..aa..aa..” Ima berteriak-teriak mencapai klimaksnya sambil menyemburkan cairan kental dari dalam vaginanya yang berdenyut-denyut berkali-kali

“serrtt.. serrtt.. serrtt..” kucabut jariku dan aku langsung menghisap cairan yang keluar dari lubang vaginanya sampai habis tak bersisa, tubuhnya mengejang dan menggelinjang hebat disertai rintihan kepuasan, kedua kakinya dirapatkan menjepit kepalaku, dan kedua tangannya menekan kepalaku lebih dalam kearah vaginanya. Kemudian tubuhnya mulai lemas setelah menikmati klimaksnya yang dahsyat

“Aahh.. adhii.. eenghh.. huuhh..” vaginanya seperti menghisap-hisap bibirku yang masih menempel dalam dan erat di vaginanya. “Oh.. adi.. kamu gila.. enak banget.. oohh.. lidah dan hisapanmu waow.. tob banget dah.. oohh..” katanya sambil tersenyum puas sekali melihat kearah wajahku yang masih berada diatas vaginanya sambil kujilati klitorisnya disamping itu tanganku tidak berhenti bekerja di buah dada kanannya, “Anto nggak pernah mau oral-in aku..oohh..” dengan selingan suara dan desahannya yang menurutku sangat seksi.

Sambil beranjak duduk, Ima mengangkat kepalaku, dan melumat bibirku “Sekarang gantian aku, kamu sekarang berdiri biar aku yang bekerja, oke ?!?” ujarnya,

“Oke honey, jangan kaget ya..” sahutku tersenyum dan mengedipkan mata kiriku lagi sambil berdiri, sekilas wajahnya agak keheranan tapi Ima langsung bekerja membuka gesperku, kancing dan retsleting celanaku. Ima agak terkejut melihat tonjolah ditengah CD-ku,

“Wow..berapa ukurannya Di ?” tanyanya, “Kira-kira aja sendiri..” jawabku sekenanya, tanpa ba bi bu Ima langsung meloloskan CD-ku dan dia agak terbelalak dengan kemegahan Patung Liberty-ku dengan helm yang membuntal,

“Aww.. gila.. muat nggak nih..?”, sebelum aku menjawab lidahnya yang mungil dan agak tajam telah memulai serangannya dengan menjilati seluruh bagian penisku, dari ujung sampai pangkal hingga kedua kantung bijiku dihisap-hisapnya rakus “Sshh.. aahh.. Ima.. sshh..” aku dibuatnya merem melek menikmati jilatannya. “Abis dicukur ya ?” tanyanya sambil terus menjilat, aku hanya tersenyum sambil membelai kepalanya.

Kemudian Ima mulai membuka bibir mungilnya dan mencoba mengulum penisku, “Mm..” gumamnya, penisku mulai masuk seperempat kemulutnya kemudian Ima berhenti dan lidahnya mulai beraksi dibagian bawah penisku sambil menghisap-hisap penisku “Serrp.. serrp.. serrp..”, tangan kirinya memegang pantat kananku dan tangan kanannya memilin-milin batang penisku, nikmat sekali rasanya “Aahh.. sshh…” aku menikmati permainannya, lalu mulut mungilnya mulai menelan batang penisku yang tersisa secara perlahan-lahan, kurasa kenikmatan yang amat sangat dan kehangatan rongga mulutnya yang tidak ada taranya saat penisku terbenam seluruhnya didalam mulutnya.

Agak nyeri sedikit diujung helmku, tapi itu dikalahkan nikmatnya kuluman bibir iparku ini. Ima mulai memaju mundurkan gerakan kepalanya sambil terus mengulum penisku, “Sshh.. aahh.. enak.. Ima..a hh.. terus .. sayang.. uuhh..” gumamku, lidahnya tidak berhenti bermain pula sehingga aku merasakan goyangan-goyangan kenikmatan dipenisku dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun, nikmat sekali

Aku mengikuti irama gerakan maju mundur kepalanya dengan memaju mundurkan pinggulku, kedua tanganku ku benamkan dirambut kepalanya yang kuacak-acak, Ahh nikmat sekali rasanya “Clop.. clop.. clop..”.

Setelah itu dengan agak membungkukkan posisi tubuhku, tangan kananku mulai mengelus-elus punggungnya sedangkan tangan kiriku mulai meremas-remas buah dada kanannya, kuremas, kuperas, kupijit dan kupuntir puting susunya, desahannya mulai terdengar mengiringi desahan dan rintihanku sambil tetap mengulum, mengocok dan menghisap penisku,

Ima.. mmhh..” rintihku. Mendengar rintihanku, Ima makin mempercepat tempo permainannya, gerakan maju mundur dan jilatan-jilatan lidahnya yang basah makin menggila sambil dihisap dan disedot penisku, dipuntir-puntirnya penisku dengan bibir mungilnya dengan gerakan kepala yang berputar-putar membuat seluruh persendian tubuhku berdesir-desir dan aku merintih tak karuan.

“Aahh.. Ima.. oohh.. mmnghh.. gila benerr.. oohh..” Kuluman dan hisapannya tidak berhenti hingga 20 menit, “Gila luh.. 20 menit aku oral kamu nggak klimaks.. sampai pegel mulut aku.” katanya sambil berdiri dan melingkarkan kedua tangannya dileherku untuk kemudian kami berciuman sangat panas, Ima sambil berdiri berjinjit karena tinggiku 172 cm, sedangkan dia 160 cm. 5 menit kami menikmati ciuman membara.

Kedua tanganku meremas-remas kedua bongkahan pinggulnya yang bulat dan padat, namun kenyal dan halus kulitnya, lalu aku membopongnya menuju kekamarnya sambil terus berciuman. Sambil merebahkan tubuh mungilnya, kami berdua terus berciuman panas dan tubuh kami rebah dikasur empuknya sambil terus berpelukan.

Nafas kami saling memburu deras menikmati tubuh yang sudah bersimbah keringat, berguling kekanan dan kekiri “Mmhh.. mmhh.. serrp.. serrp..”, tangan kananku kembali meluncur ke buah dada kirinya, meremas dan memuntir-puntir putingnya, Ima memejamkan mata dan mengernyitkan dahinya menikmati permainan ini sambil bibirnya dan bibirku saling mengulum deras, berpagutan, menghisap lidah, dan dengan nafas saling memburu.

Kuciumi kembali lehernya, kiri kanan, Ima mendesah-desah sambil kakinya dilingkarkan dipinggangku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Penisku terjepit diantara perutnya dan perutku, dan karena Ima menggoyang-goyangkan pinggulnya, kurasakan gesekan-gesekan nikmat pada penisku,

“Aahh..ahh..adi..cumbui aku honey..ahh..puasi aku sayang..ehmm..” Ima mengerang-erang. Aku kembali meluncur ke kedua buah dadanya yang indah dan mulai menjilati, menghisap, menggigit-gigit kecil, meremas, dan memilin puting susunya yang sudah mengeras

“Ahh.. terus honey.. oohh.. sshh..”, setelah puas bermain dengan kedua buah dada indahnya, aku menuruni tubuhnya untuk melumat vaginanya, kujilati semua sudutnya, up and down, kuhisap-hisap klitorisnya dan kujilat-jilat, kuhisap-hisap lubang vagina dan klitorisnya sepuas-puasnya

“Oohh.. oohh.. sshh.. aahh.. honey.. kham.. muu.. nakhal.. oohh.. nakhaal.. banget sihh.. henghh.. oohh.. emmhh..” desahan demi desahan diiringi tubuhnya yang menggelinjang dan berkelojotan, vaginanya terasa makin basah dan lembab, “Aaahh..dhhii..oohh..” vaginanya mulai mengempot-empot sebagai tanda hampir mencapai klimaks, sementara penisku sudah mengeras menunggu giliran untuk menyerang.

Aku melepas jilatan dan hisapanku di vaginanya untuk kemudian bergerak keatas kearah wajahnya yang manis, kulihat Ima mengigit bibir bawahnya dengan dahinya yang mengerenyit serta nafasnya yang memburu ketika ujung penisku bermain di bibir vaginanya up and down

“Mmhh.. adi.. ayo dong.. aku udah nggak tahan nihh.. oohh.. jangan nakal gitu dong.. aahh..” Ima menikmati sentuhan binal ujung penisku dibibir vaginanya “Okhe.. honey.. siap-siap yaa..” kataku juga menahan birahi yang sudah memuncak.

Perlahan kuturunkan penisku menghunjam ke vaginanya “Enghh.. aahh.. adi.. oohh.. do it honey.. oohh..” desahnya, Vaginanya agak sempit dan kurasakan agak kempot kedalam menahan hunjaman penisku.

“Slepp..” baru kepala penisku yang masuk, Ima berteriak “Enghh.. aahh.. enak sayang.. sshh.. oohh..” sambil mencengkeram bahuku seperti ingin membenamkan kuku-kuku jarinya kekulitku “Ayo adi.. aahh.. terusss honey.. aahh.. aahh..” vaginanya kembali mengempot-empot dan menghisap-hisap penisku tanda awal menuju klimaks

“Ahh.. Ima.. enak banget..itu mu.. ahh..” aku menikmati hisapan vaginanya yang menghisap-hisap kepala penisku. Tidak berapa lama kemudian Ima kembali berteriak “Aadii.. aahh.. khuu.. aahh.. aahh.. oohh..” Ima kembali berteriak dan merintih mencapai klimaksnya dimana baru kepala penisku saja yang masuk.

Aku geregetan, sudah dua kali Ima mencapai klimaks sedangkan aku belum sama sekali, begitu Ima sedang menikmati klimaksnya, aku langsung menghunjamkan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Sloop..sloop..sloopp..” dengan gerakan turun naik yang berirama

“Aahh.. aahh.. hemnghh.. oohh.. aahh.. dhii.. aahh.. aahh.. ehh.. nhak ..sha..yang.. enghh..oohh..” Ima mendesah-desah dan berteriak-teriak merasakan nikmatnya rojokan penisku di liang vaginanya yang sempit dan agak peret.

Aku terus menaik turunkan penisku dan menghunjam-hunjamkan keliang vaginanya, sementara Ima makin melenguh, mendesah dan merintih-rintih merasakan gesekan-gesekan batang penisku dan garukan-garukan kepala penisku didalam liang vaginanya yang basah dan kurasakan sangat nikmat, seperti menghisap dan memilin-milin penisku.

Suara rintihan dan desahan Ima semakin keras kudengar memenuhi ruang kamarnya sementara deru nafas kami semakin! memburu, dan akhirnya

“Aahh.. dhii..ahh.. khuu.. sam..phai.. lhaa..ghii.. aahh..aahh.. aahh..” jeritnya terputus-putus mencapai kenikmatan ketiganya, aku masih belum puas, kutarik kedua tangannya dan aku menjatuhkan diri kebelakang sehingga posisinya sekarang Ima berada diatasku.

Setelah kami beradu pandang dan berciuman mesra sesaat, Ima mulai memaju mundurkan dan memutar pinggulnya, memelintir penisku didalam liang vaginanya, gerakan-gerakannya berirama dan semakin cepat diiringi suara rintihan dan desahan kami berdua,

“Aahh.. Ima.. oohh.. enak banget..aahh..” aku menikmati gerakan binalnya, sementara kedua tanganku kembali meremas kedua buah dadanya dan jemariku memilin puting-putingnya “Aahh.. hemhh.. oohh.. nghh.. ” teriakannya kembali menggema keseluruh ruangan kamar,

“Tahan.. dhulu.. aahh.. tahan..” sahutku terbata menikmati gesekan vaginanya di penisku, “Enghh.. akhu.. nggak khuat.. oohh.. honey.. aahh..” balasnya sambil mengelinjang-gelinjang hebat dengan vaginanya yang sudah mengempot-empot “Seerrt.. seerrt.. seerrt..” Ima mengeluarkan banyak cairan dari dalam vaginanya dan aku merasakan hangatnya cairan tersebut diseluruh batang penisku, tubuhnya mengigil disertai vaginanya berdenyut-denyut hebat dan kemudian Ima ambruk dipelukanku kelelahan

“Oohh.. adhi.. hhhh.. mmhh.. hahh..enak banget sayang.. oohh.. mmhh..” bibirnya kembali melumat bibirku sambil menikmati klimaksnya yang keempat, sementara penisku masih bersarang berdenyut-denyut perkasa didalam vaginanya yang sangat basah oleh cairan kenikmatan dari vagina miliknya yang masih berdenyut-denyut dan menghisap-hisap penisku.

Kami terdiam sesaat, kemudian “Aku haus banget sayang, aku minum dulu yaa..boleh ?” pintanya memecah kesunyian masih berpelukan erat sambil kubelai-belai punggungnya dengan tangan kiriku dan agak kuremas-remas pantatnya dengan tangan kananku,

Boleh, tapi jangan lama-lama ya, aku belum apa-apa nih..” ujarku jahil sambil tersenyum. Sambil mencubit pinggangku Ima melepas pelukannya, melepas penisku yang bersarang di liang vaginanya “Plop..” sambil memejamkan matanya menikmati sensasi pergeseran penisku dan didinding-dinding vaginanya yang memisah untuk kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar mengambil sirup orange dimeja samping sofa.

Kemudian Ima berjalan kembali memasuki kamar sambil minum dan menawarkannya padaku. Aku meneguknya sedikit sambil mengawasi Ima berjalan menuju kamar mandi dalam kamarnya yang besar. Indah sekali pemandangan tubuhnya dari belakang, putih mulus dan tanpa cacat.

Ima masuk kekamar mandi, sejenak kuikuti dia, kulihat Ima sedang membasuh tubuh indahnya yang berkeringat dengan handuk “Kenapa ? Udah nggak sabar ya ?” tanyanya sambil melirikku dan tersenyum menggoda.

Tanpa basa-basi kuhampiri Ima, kupeluk dari belakang dan kuciumi tengkuknya, pundaknya dan lehernya. Sementara kedua tanganku bergerilya membelai kulit tubuhnya yang halus. “Aahh..beneran nggak sabar..hihihi..” ucapnya “Emang..abis upacaranya banyak amat.”.

Sambil tetap membelakanginya, tangan kananku mulai menuju kebuah dada kanan dan kirinya, dengan posisi tangan kananku yang melingkar di dadanya dua bukit bulat nan indah miliknya kugapai, sementara tangan kiriku mulai menuju ke vaginanya.

“Hemhh..sshh..aahh..enghh..” desahannya mulai terdengar lagi setelah jari tengah tangan kiriku bermain di klitorisnya, sesekali kumasukkan dan kukeluarkan jari tengahku kedalam liang vaginanya yang mulai basah! dan lembab serta tak ketinggalan tangan kananku meremas-remas buah dada kanan dan kirinya.

Kedua kakinya agak diregangkan sehingga memudahkan jemari tangan kiriku bergerak bebas meng-eksplorasi vaginanya dan bibir serta lidahku tidak berhenti mencium juga menjilat seluruh tengkuk, leher dan pundaknya kiri dan kanan, sementara tangan kanannya menggapai dan membelai-belai rambutku serta tangan kirinya membelai-belai tangan kiriku.

“Ahh.. adhhii.. sshh.. mmhh..enak sayang..enghh..enaakhh..”, kurasakan vagina mulai berdenyut-denyut, lalu agak kudorong punggungnya kedepan, kedua tangannya menjejak washtaffel didepannya, kemudian pinggulnya agak kutarik kebelakang serta pinggangnya agak kutekan sedikit kebawah.

Setelah itu kudorong penisku membelah kedua vaginanya dari belakang “Srreepp..” aku tidak mau tanggung-tanggung kali ini, kujebloskan seluruh batang penisku kedalam liang vaginanya “Oouhh.. aahh.. adhhii.. oohh..” teriaknya berkali-kali seiring dengan hunjaman-hunjaman penisku, tangan kiriku mencengkeram pinggang kirinya sedangkan tangan kananku meremas-remas buah dada kanannya yang sudah sangat keras dan kenyal

“Aahh.. adhii.. aahh.. harder.. aahh.. harder honey..aahh..” pintanya sehingga gerakan maju mundurku makin beringas “Pook.. pook.. pook..” bunyi benturan tubuhku dibokongnya. Beberapa lama! kemudian liang vaginanya mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap kembali dan aku tak kuasa menahan rintihan-rintihan bersamaan dengan rintihannya “Ima.. aahh.. enak shay.. hemnghh..”

“Aahh.. akhuu.. aahh.. sham.. phai.. aahh..”, “Tahan.. dulu.. sha.. yang..hhuuh..” ujarku sambil terus menghunjam-hunjamkam penisku beringas karena aku juga mulai merasakan hal yang sama,

“Aahh.. akhuu.. nggak.. kuat.. aahh.. AAHH..” “Seerrt..seerrt..seerrt..” kembali Ima mencapai klimaks dan menyemburkan cairan kental tubuhnya, berkali-kali, aku nggak peduli dan tetap ku genjot maju mundur penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat becek.

Kurasakan penisku seperti disedot-sedot dan dipuntir-puntir di dalam vaginanya yang sudah bereaksi terhadap orgasmenya. Akhirnya mengalirlah lava panas dari dalam tubuhku melewati batang penisku kemudian ke ujungnya lantas memuncratkan sperma hangatku ke dalam vaginanya yang hangat “Aahh…” kami mendesah lega setelah sedari tadi! berpacu mencapai kenikmatan yang amat sangat.

Tubuh Ima mengigil menikmati sensasi yang baru saja dilaluinya untuk kemudian kembali mengendur meskipun vaginanya masih mengempot dan menghisap-hisap, aku diam dan kubiarkan Ima menikmati sensasi kenikmatan klimaksnya.

“Ahh.. punyamu enak ya Ima.. bisa ngempot-ngempot gini..”ujarku memuji, “Enak mana sama punya adikku ?” tanyanya sambil menghadapkan kearah wajahku dibelakangnya dan tersenyum

“Punyamu..hisapannya lebih hebat..mmhh..” kucium mesra bibirnya dan Ima memejamkan matanya. Kemudian kucabut penisku “Ploop..” “Aahh..” Ima agak menjerit, dan cepat kugandeng tangannya keluar dari kamar mandi dan kembali ketempat tidur.

Setelah Ima merebahkan dirinya terlentang di tempat tidur, aku berada diatasnya sambil kuciumi dan kulumat bibir mungilnya “Mmhh..mmhh..” tangan kanannya meremas-remas penisku yang masih saja gagah setelah 2 jam bertempur “Kamu hebat Di, udah 2 jam masih keras aja.. dan kamu bener-bener bikin aku puas.” puji Ima, “Sekali lagi yaa, yang ini gong nya, aku bikin kamu puas dan nggak akan ngelupain aku selamanya, oke ?!” balasku, sambil berkata aku mulai menggeser tubuhku dan mengangkanginya, kemudian tanganku menuntun penisku memasuki liang vaginanya menuju pertempuran terakhir pada hari itu.

“Sleepp..” “Auuwhh..” Ima agak menjerit. Perlahan tapi mantap kudorong penisku, sambil terus kutatap wajah manis iparku ini, Ima merem melek, mengernyitkan dahinya, dan menggigit bibir bawahnya dengan nafas memburu menahan kenikmatan yang amat sangat didinding-dinding vaginanya yang becek “Hehhnghh.. engghh.. aahh..” gerangnya.

Aku mulai memaju mundurkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan makin lama makin cepat, makin cepat, dan makin cepat, sementara Ima yang berada dibawahku mulai melingkarkan kedua kaki indahnya kepinggangku dan kedua tangannya memegang kedua tanganku yang sedang menyangga tubuhku, Ima mengerang-erang, mendesah-desah dan melenguh-lenguh “Aahh…. O

ohh.. sshh.. teruss.. honey.. oohh..”, sementara akupun terbawa suasana dengusan nafas kami berdua yang memburu dengan menyertainya mendesah, mengerang, dan melenguh bersamanya “Enghh.. Imaa.. oohh.. ennakh.. sayang..?” tanyaku

“He-eh.. enghh.. aahh.. enghh.. enakhh.. banghethh.. dhii… aahh..” lenguhannya kadang meninggi disertai jeritan-jeritan kecil dari bibir mungilnya “Oohh.. adhii.. oohh.. enghh..” tubuhnya mulai bergelinjangan dan berkelojotan, matanya mulai dipejamkan, jepitan kaki-kakinya mulai mengetat dipinggangku, kami terus memacu irama persetubuhan kami, aku yang bergerak turun naik memompa dan merojok-rojok batang penisku kedalam liang vaginanya diimbangi gerakan memutar-mutar pinggul Ima yang menimbulkan sensasi memilin-milin di batang penisku, nikmat sekali.

Kulepas pelukanku untuk kemudian aku merubah posisiku yang tadinya menidurinya ke posisi duduk, kuangkat kedua kaki Ima yang indah dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar untuk kembali kupompa batang penisku kedalam liang vaginanya yang makin basah dan makin menghisap-hisap

“Enghh.. Adhii.. oohh.. shaa.. yang.. aahh..” kedua tangan Ima meremas erat bantal dibawah kepalanya yang menengadah keatas disertai rintihan, teriakan, desahan dan lenguhan dari bibir mungilnya yang tidak berhenti. Kepalanya terangguk-angguk dan badannya terguncang-guncang mengimbangi gerakan tubuhku yang makin beringas.

Kemudian aku mengubah posisi kedua kaki Ima untuk bersandar dipundakku, sementara agak kudorong tubuhku kedepan, kedua tanganku serta merta bergerak kekedua buah dadanya untuk meremas-remas yang bulat membusung dan memuntir-puntir puting susunya kenyal dan mengeras tanpa kuhentikan penetrasi penisku kedalam liang vaginanya yang hangat dan basah. Ima tidak berhenti merintih dan mendesah sambil dahinya mengernyit menahan klimaksnya agar kami lebih lama menikmati permainan yang makin lama semakin nikmat dan membawa kami melayang jauh.

“Oohh.. Ahh.. Dhii.. enghh.. ehn.. nnakhh..” desahan dan rintihan Ima menikmati gesekan-gesekan batang penis dan rojokan-rojokan kepala penisku berirama merangsangku untuk makin memacu pompaanku, nafas kami saling memburu.

Setelah mulai kurasakan ada desakan dari dalam tubuhku untuk menuju penisku, aku merubah posisi lagi untuk kedua tanganku bersangga pada siku-siku tanganku dan membelai-belai rambutnya yang sudah basah oleh kucuran keringat dari kulit kepalanya.

Sambil aku merapatkan tubuhku diatas tubuh Ima, kedua kaki Ima mulai menjepit pinggangku lagi untuk memudahkan kami melakukan very deep penetration, rintihan dan desahan nafasnya yang memburu masih terdengar meskipun kami sambil berciuman Mmnghh.. mmhh.. oohh.. ahh.. Dhii.. mmhh.. enghh.. aahh..”

“Oohh.. Imaa.. enghh.. khalau.. mau sampai.. oohh.. bhilang.. ya.. sha.. yang..enghh..aahh..” ujarku meracau “Iyaa.. honey..oohh..aahh..” tubuh kami berdua makin berkeringat, dan rambut kami juga tambah acak-acakan, sesekali kami saling melumat bibir dengan permainan lidah yang panas disertai gerakan maju mundur pinggulku yang diimbangi gerakan memutar, kekanan dan kekiri pinggul Ima.

“Oohh.. dhii.. oohh.. uu.. dhahh.. belomm.. engghh.. akhu.. udahh.. nggak khuat..niihh,,” erangan-erangan kenikmatan Ima disertai tubuhnya yang makin menggelinjang hebat dan liang vaginanya yang mulai mengempot-empot dan menghisap-hisap hampir mencapai klimaksnya

“Dhikit.. laghi.. sayang.. oohh..” sambutku karena penisku juga sudah mulai berdenyut-denyut “Aahh.. aa.. dhii.. noww..oohh.. enghh..aahh” jeritnya “Yeeaa.. aahh..” jeritanku mengiringi jeritan Ima, akhirnya kami mencapai klimaks bersamaan,

“Srreett.. crreett.. srreett.. crreett..” kami secara bersamaan dan bergantian memuntahkan cairan kenikmatan berkali-kali sambil mengerang-erang dan mendesah desah, kami berpelukan sangat erat, aku menekan pinggulku dan menancapkan penisku sedalam-dalamnya ke dalam liang vag! ina Ima, sementara Ima membelit pinggangku dengan kedua kaki indahnya dan memelukku erat sekali seakan tak ingin dilepaskan lagi sambil kuciumi lehernya dan bibir kami juga saling berciuman.

Nikmat yang kami reguk sangatlah dahsyat dan sangat sulit dilukiskan dengan kata-kata. Sementara kami masih saling berpelukan erat, vagina Ima masih mengempot-empot dan menghisap-hisap habis cairan spermaku seakan menelannya sampai habis, dan penisku masih berdenyut-denyut didalamnya,dan kemudian secara perlahan tubuh kami mengendur saling meregang, dan akupun jatuh tergulir disamping kanannya.

Sesaat rebah berdiam diri bersebelahan, Ima kemudian merebahkan kepalanya dipundak kiriku sambil terengah-engah kelelahan dan mencoba mengatur nafasnya setelah menikmati permainan surga dunia kami. Kulit tubuhnya yang putih dan halus berkeringat bersentuhan dengan kulitku yang berkeringat, Ima memelukku mesra, dan tangan kiriku membelai rambut dan pundaknya.

“Adi.. kamu hebat banget, aku sampai puas banget sore ini, klimaks yang aku rasakan beberapa kali belum pernah aku alamin sebelumnya, hemmhh..” Ima berkata sambil menghela nafas panjang “Ma kasih ya sayang.. thank you banget..” ujarnya lagi sambil kami berciuman mesra sekali seakan tak ingin diakhiri.

Tak terasa kami sudah mereguk kenikmatan berdua lebih dari 4 jam lamanya dan hari sudah menjelang sore. Setelah puas berciuman dan bermesraan, kami berdua menuju kamar mandi untuk membasuh keringat yang membasahi tubuh kami, kami saling membasuh dan membelai tak lupa diselingi ciuman-ciuman kecil yang mesra.

Setelah selesai kami berpakaian dan menuju lantai bawah ke ruang tengah untuk menonton TV dan menunggu istri dan mertuaku serta anaknya pulang dari kegiatan masing-masing. Sambil menunggu kami masih saling berciuman menikmati waktu yang tersisa, Ima berucap padaku

“Adi..kalo aku telpon, kamu mau dateng untuk temenin aku ya sayang..” “Pasti !” jawabku, lalu kami kembali berciuman. Sejak kejadian itu, tiap kali Anto (suaminya) tidak di Jakarta, paling tidak seminggu 2 kali aku pasti datang kerumah Ima iparku itu untuk mereguk kenikmatan berdua hingga larut malam dengan alasan pada istriku lembur atau ada rapat dikantor, dan sebulan sekali aku pasti menghabiskan weekendku merengkuh kenikmatan langit ketujuh berdua Ima.

Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange | Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang | Tips Bercinta | Foto Hot Bugil

The post Cerita Sex Matanya Mulai Menggoda appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Antara Enak dan Benci 2st

$
0
0

sex tante hot, cerita abg mesum, sex memek perawan, sex sedarah nyata, ngentot janda horny disertai foto bugil – Antara Enak dan Benci 2st. Meneruskan Bagian ke dua.
Suasana di luar pun sudah berubah. Hujan yang tadi hanya rintik-rintik saja kini sudah mulai membesar sehingga membuat kabut di seluruh kaca mobil dimana kedua insan ini berada. Suasana yang sangat mendukung ini membuat mereka bertambah panas. Mereka tidak hanya berciuman saja. Mereka sudah saling meraba, mengelus dan berbuat apa saja yang mengakibatkan gairah mereka semakin membara.

Cerita Dewasa Antara Enak dan Benci 2st

cerita sex perselingkuhan, cerita perselingkuhan terbaru, cerita perselingkuhan ibu rumah tangga, cerita cerita perselingkuhan, cerita perselingkuhan ibu, cerita perselingkuhan di kantor, cerita ngesek perselingkuhan, cerita perselingkuhan wanita, cerita perselingkuhan istriku, cerita perselingkuhan bergambar, cerita mesum perselingkuhan, cerita perselingkuhan dengan tetangga, perselingkuhan cerita, cerita perselingkuhan sampai hamil, cerita perselingkuhan tetangga, cerita hubungan perselingkuhan, cerita perselingkuhan terpanas, cerita birahi perselingkuhan, cerita bokep perselingkuhan
Cerita Mesum Antara Enak dan Benci 2st

Shinta yang kesehariannya selalu berwibawa, anggun dan lembut tutur sapanya, kini berubah seperti singa betina liar yang kehausan di tengah padang pasir kering.

“Ooohhh… ookkkhhhh, Don…,” desahnya semakin menggairahkan. Dipeluknya tubuh Deni dengan erat seolah khawatir lepas darinya.

Deni tak menyahut. Ia balas memeluk dan tangannya mulai mencari-cari ke sekujur tubuh wanita cantik ini. Tangannya lalu menelusup lewat bagian bawah tank-topnya, merayap ke atas perut lalu merambah ke payudaranya yang tak memakai bra. Jemarinya menjelajah ke seluruh permukaan halus kulit buah dadanya yang terasa semakin membusung saja sesaat setelah terkena sentuhannya.

Shinta mendesah, kepalanya melengak ke belakang sehingga dadanya membusung ke arah wajah Deni. Disodorkan seperti itu, Deni tak tinggal diam. Disingkapnya tank-top itu sehingga dadanya terbuka lebar.

Deni mendecak kagum menyaksikan kedua bukit kembar itu membusung penuh, kedua putingnya nampak sudah mengeras dan mencuat ke atas. Pemandangan ini sungguh sangat menggairahkan sekali dan amat mengundang.

Setelah puas memandangi keindahannya, Deni segera membungkuk agar bibirnya dapat menciumi buah dada itu. Desahan Shinta semakin menjadi-jadi, kepalanya semakin melengak ke belakang seakan memberikan keleluasan pada Deni untuk menikmati semua miliknya itu.

“Auuuhhhh…., teruuuussss, yaaa iseeeeppphhfff…” ucapan Shinta semakin tak karuan merasakan kenikmatan ini, apalagi saat Deni menghisap putingnya sementara tangan kanannya meremas-remas dengan lembut buah dada yang satunya lagi.

Dalam keadaan seperti ini mana mungkin Deni menghentikan perbuatannya meski dalam keadaan sadar sekalipun. Apalagi alkohol dari minuman di bar tadi masih mempengaruhi dirinya. Ia pun lepas kendali, tanpa memikirkan siapa dirinya, siapa wanita yang tengah dicumbunya dan siapa pula suami wanita itu, Deni terus menggerayang ke bagian-bagian paling sensitif milik wanita ini.

Akibatnya sungguh luar biasa, Shinta semakin liar saja. Tubuhnya meliuk-liuk seolah ingin agar tak pernah luput dari setiap sentuhan Deni. Suasana di dalam mobil yang serba terbatas itu semakin panas kala tangan kiri Deni mulai menelusup di balik roknya dan merayap perlahan di atas pahanya.

Nafas Shinta semakin memburu seiring dengan semakin mendekatnya elusan jemari Deni ke pangkal pahanya. Ia justru sudah merasakan bagian itu basah. Shinta membuka kedua kakinya agar tangan Deni dapat dengan leluasa menyelinap ke dalam CD-nya.

“Ouugghhhfff…” jerit Shinta melengking saking nikmatnya saat jari Deni menyentuh bagian yang sudah lembab itu. Ia dorong tangan Deni masuk lebih dalam.

Jemari Deni mulai menyentuh-nyentuh bibir vaginanya. Terasa sudah basah. Jarinya menyeruak bulu-bulu yang terasa begitu lebat di seputar liang itu. Kemudian menyusuri belahannya, dielusnya perlahan, bergerak naik turun sambil menusuk sedikit demi sedikit.

“Oohhh Don! Enakkkhhh sekaliiiiii..!” jerit kenikmatan meluncur deras dari bibir Shinta kala ujung jempol Deni mengusap kelentitnya.

Pinggul Shinta bergoyang mengikuti irama gerakan jempol Deni yang begitu lihai. Tubuhnya meliuk-liuk menahan rasa nikmat yang sudah lama tak ia alami. Membayangkan hal itu, ia jadi teringat apa yang terlewatkan. Tangannya lalu menjulur ke bawah.

Mula-mula diletakan di atas paha Deni, lalu merayap naik perlahan. Tangan Shinta berhenti di pangkal pahanya, meremas-remas sejenak untuk kemudian naik kembali.

Matanya agak mendelik begitu menyentuh bagian yang sudah mengeras di balik celana Deni. Matanya semakin berbinar membayangkan bagaimana bentuknya jika sudah telanjang nanti.

“Don!?” pekiknya setengah terperangah.

“Kenapa, Yang?” tanyanya heran.

“Nggak.. akh…, bukain ya?” tanyanya kemudian.

Sebenarnya ia tak perlu minta izin dahulu dalam keadaan begitu sudah pasti Deni sama sekali tak keberatan. Dan memang tanpa menunggu jawaban, jemarinya yang lentik itu menarik ritsluiting celana Deni kemudian merogoh ke dalam. “Ehhmmm…,” lenguhnya.

Nampaknya ia begitu senang mendapatkan apa yang selama ini ia cari-cari. Begitu keras! Jemarinya kemudian membelai-belai sepanjang batang yang masih terhalang celana dalamnya. Belaiannya berubah menjadi remasan.

Dari bibir Shinta keluar desis-desis penuh kenikmatan seiring dengan gerakan jari Deni yang mulai menusuk ke dalam liang memeknya. Kenikmatan yang ia rasakan semakin lengkap karena sejak dari tadi mulut Deni tak pernah berhenti mengemot puting susunya.

Shinta tak mau dibilang egois karena hanya mementingkan kenikmatan sendiri. Ia lalu mengais celana dalam Deni dan meraih batang kemaluannya yang besar itu ke dalam genggamannya. Meski ia tidak bisa melihat ke bawah, tapi ia bisa merasakan betapa besar dan panjang batang milik Deni itu. Dengan lembut ia mulai mengocok batang itu.

Giliran Deni yang kini menggelinjang merasakan remasan dan kocokan tangan lembut milik wanita cantik itu. Ia sangat lihai melakukannya, apalagi saat telunjuknya mengusap-usap moncongnya. Terasa ngilu saking enaknya.

Deni tak mau kalah, gerakan jemari di dalam liang memek Shinta semakin menggila, menerobos ke seluruh relung-relung kewanitaannya. Merambah ke bagian-bagian yang menggerinjal. Terdengar nafas Shinta mulai megap-megap menghadapi semua itu.

Rasanya tak akan bertahan lama lagi karena bagian yang tak pernah tersentuh pun, kali ini tak terlewatkan oleh serangan jemari Deni. Pinggul Shinta bergoyang liar, meliuk-liuk mengimbangi gerakan jemari Deni.

Sementara itu, tangan Shinta pun tak tinggal diam. Tangannya terus mengocok dengan gerakan yang semakin lama semakin cepat. Mereka rupanya tengah berlomba untuk memberikan yang terbaik. Tubuh mereka bergoyang-goyang liar sehingga membuat mobilnya pun ikut-ikutan goyang.

Untunglah hujan cukup deras mengguyur bumi sehingga menghalangi pemandangan apa yang tengah terjadi di dalam mobil. Bahkan pekikan kenikmatan yang meluncur dari mulut Shinta yang cukup kencang itu pun sama sekali tidak sampai terdengar keluar.

Tak berapa lama kemudian Shinta mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga jari Deni melesak jauh ke dalam, kedua kakinya dikempitkan sehingga menjepit tangan Deni diam tak bergerak jauh di dalamnya. Diiringi jeritan kecil panjang, tubuhnya bergetar keras ketika ia mencapai titik puncak kenikmatannya.

“Oouugghhff……….! Dooonnnn, enaaaaakkkkk!”

Sreeeeeetttttt….., sreeet…, ssrrreeeettttttt!!!!!

Shinta merasakan air maninya menyembur berkali-kali untuk yang pertama kalinya sejak suaminya tak memiliki gairah lagi. Luar biasa sekali ekspresi wanita cantik ini. Begitu menggairahkan, begitu dahsyat.

Rupanya luapan kenikmatan Shinta berpengaruh banyak pada diri Deni. Ia merasakan batangnya terasa kelu. Tubuhnya bergejolak hebat. Pantatnya bergerak naik turun mengimbangi kocokan tangan Shinta pada batangnya dan… akh….., akh, akh…..

Creeeeeettttt! Creeetttt!!! Creeeetttt!

Deni mengeluarkan suara geraman berat begitu dari kemaluannya menyemburkan cairan kental berkali-kali. Shinta terus mengocoknya tak henti-henti seakan ingin menguras seluruh isinya. Ia coba melirik ke bawah karena ingin melihat pemandangan saat lelaki mencapai orgasmenya, tapi sayang hanya kegelapan yang ia lihat selain merasakan cairan kental dan hangat membasahi seluruh telapak tangannya.

Mereka terkulai lemas dengan nafas tersengal-sengal. Meski hanya permainan tangan, tetapi rupanya cukup menguras tenaga dan pikiran mereka berdua.

Samar-samar dalam kegelapan itu, nampak tersungging senyum kepuasan dari bibir Shinta. Ia lalu mengelus kepala Deni yang terkulai lemas di atas dadanya. Ia berbisik bahagia, “Enak sekali, Don.”

Kira-kira lima menit mereka beristirahat tanpa bergerak dan mengeluarkan sepatah kata pun. Deni mengangkat kepala dan melirik ke arah Shinta sambil tersenyum hangat. Shinta balas tersenyum. Mesra sekali senyuman itu diikuti oleh sebuah kecupan lembut pada bibir Deni.

Mereka kembali ke posisi duduk semula. Shinta merapikan kembali pakaiannya yang tak karuan diikuti oleh pandangan mata Deni yang tekagum-kagum dan pada saat ia akan menaikkan celana dalamnya, tiba-tiba Deni menahan lengannya. Shinta melirik dengan pandangan penuh tanda tanya.

Belum sempat ia bertanya, kepala Deni langsung menunduk ke arah selangkangannya dan mencium kemaluannya.

Darahnya kembali berdesir merasakan hembusan nafas hangat di sekitar kemaluannya. Shinta tertawa geli saat lidah Deni menyentuh bibir kemaluannya. Geli tapi enak!

“Akh…Don! Kamu nakal sekali! Bikin gemes aja!” kata Shinta terputus-putus.

Deni kembali mengangkat kepalanya sambil ikut-ikutan tertawa.

“Idih kok malah ketawa?” seru Shinta semakin gemes. “Awas ya!”

Shinta mendorong tubuh Deni hingga kembali duduk dan menggelitik pinggangnya. Deni tertawa kegelian dan meminta supaya menghentikannya. Shinta berhenti menggelitik, matanya melirik ke arah celana Deni yang masih terbuka dan menemukan batangnya yang terkulai lemas sementara di sekitarnya nampak cairan-cairannya yang sudah agak mengering mengotori celananya.

“Aduuhhh, jadi belepotan begini sich,” kata Shinta seraya buru-buru mengambil tissue basah di atas dashboard mobil dan mengelapnya dengan hati-hati.

Terkena sentuhan tangan lembut itu, tanpa bisa dicegah, batang Deni mulai memperlihatkan kehidupannya kembali. Sedikit demi sedikit seiring dengan usapan lembut Shinta, batang itu semakin membesar dan mengeras bagaikan besi.

Mata Shinta tak pernah mengedip mengikuti perkembangan itu. Ia terkagum-kagum menyaksikan kemaluan Deni sudah ngaceng kembali dan siap action!

“Cepet banget,” ucapnya perlahan penuh kekaguman akan kejantanan teman sekantornya ini.

“Kepengen lagi ya?”

“He-eh,” jawabnya pendek.

“Gimana kalau kita cari tempat yang lebih nyaman,” saran Deni coba-coba karena mengingat jam sudah menunjukan hampir tengah malam.

“Kamu sendiri gimana? Nggak dicariin?” Shinta balik tanya.

“Aku nggak apa-apa. Lagi bujangan… he.. he.. he,” jawabnya sambil tertawa.

“Curang…,” sergahnya pura-pura cemberut padahal ia juga kepengen banget meneruskan acara yang tentunya akan jauh lebih hot. Tapi sebagai wanita ia jaga gengsi juga jangan sampai kelihatan kegatelan banget.

Shinta pura-pura berpikir sejenak,

“Gimana ya, ini kan udah malem,” katanya sambil menunggu agar Deni terus mendesaknya.

“Nggak apa-apa. Lagian kamu juga lagi bebas kan?” seolah mengerti apa yang ada dalam benak wanita ini, Deni berlagak memintanya terus.

“Oke dech,” jawabnya dengan suara yang amat perlahan.

“Nah gitu dong. Itu baru namanya cewek gua yang cantik,” kata Deni dengan gembira.

Mendengar itu Shinta kembali berpura-pura marah sambil memelototkan matanya. Melihat ekspresi wajah Shinta, gairah Deni seakan mendesak kembali. Lalu dengan cepat diciumnya bibir yang sensual itu dengan penuh gairah.

“Ehmm…. mmmpphhhff…, cepetan dong!”

“Oke sayang. Oke!” Deni buru-buru melepaskan ciumannya dan bergegas keluar dari mobil untuk segera naik ke mobilnya yang diparkir di sampingnya.

Singkat cerita mereka sudah memesan sebuah cottage tak jauh dari tempat itu. Keduanya buru-buru masuk ke dalam untuk segera memulai kembali acara yang tertunda. Baru saja Shinta menyalakan saklar lampu, Deni sudah memeluknya dari belakang dan menciumi tengkuknya dengan penuh gairah.

Shinta melenguh merasakan ciuman hangat yang langsung membangkitkan gairahnya. Kepalanya melengak kebelakang sehingga memperlihatkan kulit lehernya yang halus dan harum. Deni tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mencumbui daerah yang cukup sensitif bagi wanita.

Tangannya pun ikut-ikutan beraksi menyusup ke balik pakaian Shinta, mengelus-elus permukaan perutnya yang rata untuk kemudian merayap, menggerayangi buah dadanya yang begitu kenyal padat berisi.

Cumbuan Deni yang begitu lihai membuat lututnya bergetar sehingga tak tahan untuk berdiri lama. Ia lalu berbalik dan menarik kursi yang berada di sampingnya untuk duduk. Cumbuan Deni tak pernah terlepas dan terus mengikuti kemana gerakan Shinta.

Begitu sudah duduk, Deni langsung melucuti pakaian atas Shinta hingga telanjang. Matanya langsung berbinar penuh kagum menyaksikan kedua bukit kembar milik wanita itu nampak menggantung indah dan membusung penuh di dadanya.

Dengan rakus, Deni melahap satu per satu daging kenyal itu. Lidahnya menjilat-jilat di seputar putingnya, sesekali menghisap dan mengemot benda kecil kemerahan yang semakin mencuat itu. Serangan Deni memang begitu gencar, tangannya beraksi kembali menarik rok dan sekaligus celana dalamnya sehingga kali ini Shinta benar-benar telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh mulusnya.

Mulut Deni merayap ke bawah menyusuri permukaan perutnya untuk kemudian langsung terbenam di antara kedua pangkal paha Shinta. Lagi-lagi Shinta menjerit kecil kala ujung lidah Deni menyentuh labia vaginanya. Tubuh Shinta bergetar bagaikan terkena stroom tekanan tinggi.

Sambil berpegang pada pinggiran kursi, ia menaikan kedua kakinya ke atas sehingga bagian selangkangannya terbuka lebar-lebar. Deni segera menyerbu belahan daging berwarna kemerahan yang sembunyi di antara bulu-bulu lebat di seputarnya. Jemarinya kembali mengorek-ngorek bagian itu, sementara lidahnya terus menjilat-jilat.

“Ouh…., ooooouuuhhhhh…. Dooooonn…” Shinta mengerang-erang keenakan. Kedua tangannya segera mencekal kepala Deni dan membenamkannya dalam-dalam.

Lidah Deni bergerak lincah mempermainkan kelentit yang menyembul di antara belahannya. Benda kecil yang sangat sensitif itu sudah keras sekali. Akibatnya Shinta megap-megap seperti kehabisan nafas menahan nikmat yang tak terhingga.

Suasana yang jauh lebih nyaman dan aman serta gairah yang telah lama terpendam membuat ia tak bisa bertahan lama menikmatinya karena beberapa detik kemudian tubuhnya berguncang keras, menggelapar-gelepar bagaikan ikan kehabisan air. Diiringi lengkingan panjang, Shinta melepaskan tekanan yang mendesak dari dalam dirinya.

“Aaaaaakkkkkhhhhh!!!!” jeritnya penuh kenikmatan.

Shinta kemudian meraih kepala Deni dan menciumi wajahnya dengan penuh kemesraan seolah ingin menyatakan ucapan terima kasih atas kenikmatan yang baru ia berikan. Ciumannya semakin memanas dan liar.

Didorongnya tubuh Deni ke arah ranjang hingga jatuh terlentang di sana. Ia langsung menindihnya dari atas sambil menciumi sekujur tubuhnya sementara jemarinya dengan cekatan mempreteli seluruh kancing bajunya dan melepaskannya.

Lalu membuka ikat pinggangnya. Tanpa memperdulikan Deni yang mungkin agak terkejut dengan perangainya, Shinta langsung memelorotkan seluruh celana Deni.

“Oooww!!!” pekiknya tertahan menyaksikan batang milik Deni yang sudah mengacung keras seperti tiang pancang itu.

Ia tak pernah mengira bahwa batang milik teman sekantornya ini jauh lebih besar, panjang dan amat keras seperti perkiraannya sewaktu memegangnya dalam kegelapan di mobil tadi. Ingin rasanya ia berteriak kegirangan mendapatkan sesuatu yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Gede banget!” bisik Shinta seraya meraba-rabanya seperti anak kecil yang baru diberi mainan.

Ia kemudian merayap di atas tubuh Deni, turun ke arah selangkangannya. Kini wajahnya persis berada di depan batang yang mengacung itu. Dipandanginya sekujur batang itu dan setelah puas baru ia menjulurkan lidahnya ke atas moncong batang itu.

“Errrggghhhh….,” Deni mengerang keenakan saat merasakan lidahnya yang hangat. Ia melirik sejenak untuk melihat ke bawah.

Shinta pun melirik ke atas. Pandangannya bertemu. Deni menganggukkan kepalanya. Entah apa maksudnya. Seolah mengerti, Shinta membuka mulutnya dan perlahan-lahan memasukan batang itu. Kedua bibirnya dirapatkan dan mulai mengulumnya. Lidahnya bermain-main di sekujur batang itu sambil mengemot-emot.

“Auuuukkkhhhh….,” kembali Deni mengerang.

Kepala Shinta bergerak naik turun. Dari mulutnya terdengar suara keciprakan selomotannya. Sungguh mendebarkan sekali mendengar suara-suara itu. Shinta tak henti-hentinya mengulum, mengemot dan menghisap-hisap seolah ingin membalas kenikmatan yang dirasakannya tadi.

Akibatnya Deni berkelejotan menahan kenikmatan luar biasa ini. Ia merasa tak akan bertahan lama. Deni nampaknya tak ingin keluar sebelum keinginannya tercapai. Ia lalu menahan gerakan Shinta dan mengisyaratkan padanya untuk naik.

Shinta mengerti apa maksudnya, ia lalu berjongkok mengangkangi tubuh Deni sehingga selangkangannya persis berada di atas batang yang berdiri tegak itu. Tubuhnya kemudian turun perlahan-lahan. Batang Deni yang sudah ia selipkan di antara belahan memeknya mulai melesak masuk. Dengan mata terpejam Shinta meneruskan pinggulnya semakin turun sampai akhirnya batang Deni amblas seluruhnya.

Bleeeesssshhhhhhh!!!

“Aaaakkkhhhhhh!!!!” Shinta menghembus nafas lega saat berhasil memasukan seluruhnya padahal tadi sempat ngeri kalau terjadi apa-apa dengan miliknya karena begitu seret sekali masuknya.

Ia berhenti sejenak sambil menarik nafas, lalu mulai bergoyang sambil mengangkang di atas tubuh Deni. Kedua tangannya bertumpu di atas dada Deni, pantatnya menggeol-geol sambil bergerak naik turun dengan irama yang teratur. Tubuhnya nampak bergerak seolah sedang menunggang kuda dan memacunya dengan penuh gairah.

Di bawah sana, Deni tak tinggal diam. Pinggulnya turut bergerak naik turun, bergoyang kiri kanan mengimbangi irama gerakan wanita yang menungganginya. Keadaan semakin bertambah panas, mereka sama-sama berpacu saling berlomba menuju puncak pendakian.

Seiring dengan meningkatnya kecepatan, Shinta membungkukan tubuhnya hingga sejajar dengan tubuh Deni sementara pantatnya menungging ke belakang bak seorang joki yang tengah memacu secepat mungkin saat mendekati garis finish.

Demikian pula dengan Deni, kedua tangannya merangkul erat tubuh sintal wanita itu yang nampaknya hampir mencapai puncak pendakiannya. Tubuhnya semakin berguncang, berkelojotan seperti ayam disembelih. Pantatnya bergerak cepat naik…, turun…., naik…, turuuuunnnn…., dan akhirnya ditekannya kuat-kuat. Dari mulutnya meluncur desisan panjang dan lenguhan keras mirip sapi sedang birahi.

Seeeeeerrrrrrrrrr!!!!! Shinta merasakan air maninya menyembur kencang dan banyak sekali menyirami batang kemaluan Deni yang nampak masih bergerak keluar masuk.

“Auuuugghhh….. Dooon!!! Cepet keluaaarinhhhh…., udah nghhhiillluuuuuu……., ooookkkhhhhh!!” kepala Shinta menggeleng-geleng saking gelinya merasakan tusukan demi tusukan batang keras di dalam kemalauannya.

“Oughh…, ouuuggghhh…., AAAAKKKKHH!!!!!” Deni mengerang-erang merasakan nikmatnya orgasme berkali-kali.

Mereka bergulingan di ranjang sambil berpelukan erat menikmati puncak dari segala kenikmatan permainan cinta ini.

“Fhhhuuiiiihhh!!!” Deni merasakan kelegaan. Lepas sudah ketegangan di sekujur tubuhnya.

“Wow!” pekik Shinta puas. Permainan kedua yang cukup menyita tenaga ini sungguh sangat mengasyikan sekali.

Dari raut wajahnya nampak sekali ia begitu menikmatinya dan benar-benar memuaskan. Shinta memeluk Deni begitu mesra seakan tak ingin melepaskan untuk selamanya.

Mereka berdua seolah tak ingat akan waktu yang telah melewati tengah malam, atau keluarga mereka yang mungkin mengira mereka sudah ada di rumahnya masing-masing. Apa jadinya kalau perselingkuhan itu tercium oleh keluarga mereka.

Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange | Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang | Tips Bercinta | Foto Hot Bugil

The post Cerita Sex Antara Enak dan Benci 2st appeared first on Doyanbokep.


Cerita Sex Hasrat Selingkuh dengan Om

$
0
0

sex tante hot, cerita abg mesum, sex memek perawan, sex sedarah nyata, ngentot janda horny disertai foto bugil – Hasrat Selingkuh dengan Om. Acara pesta suami sudah selesai , dan hari ini sudah menjadi hari biasa dengan rutinitas bekerja dirumah, sedangkan suamiku berangkat ke kantor, dan aku juga gak tau hubungan dengan dini berlanjut atau tidak soalnya jika ditanya selalu mengelak, suamiku sering pulang larut malam katanya ada pekerjaan kantor yang tidak bisa ditinggal.

Cerita Sex Hasrat Selingkuh dengan Om

cerita sex perselingkuhan, cerita perselingkuhan terbaru, cerita perselingkuhan ibu rumah tangga, cerita cerita perselingkuhan, cerita perselingkuhan ibu, cerita perselingkuhan di kantor, cerita ngesek perselingkuhan, cerita perselingkuhan wanita, cerita perselingkuhan istriku, cerita perselingkuhan bergambar, cerita mesum perselingkuhan, cerita perselingkuhan dengan tetangga, perselingkuhan cerita, cerita perselingkuhan sampai hamil, cerita perselingkuhan tetangga, cerita hubungan perselingkuhan, cerita perselingkuhan terpanas, cerita birahi perselingkuhan, cerita bokep perselingkuhan
Cerita Mesum Hasrat Selingkuh dengan Om

Aku pun mulai sering telepon2an ama tony, walau dia memaksa untuk datang ke rumah aku, aku tetap aja nolak biarpun aku udah pernah janji, alasan aku takut ketauan, dia ngajak ML di luar aku juga tetap nolak, karena gak mau ninggalin rumah dan takut kalo mas eko pulang aku gak ada di rumah.
Paling banter kita phone sex sampe berjam2. aku berupaya nolak dengan berbagai cara tapi ditinggal terus menerus bikin gairah aku semakin tinggiapalagi setiap pulang kantor mas eko selalu menolak berhubungan dengan alasan keletihan ntar aja an,

Wekeend aja ya gila seminggu sekali buat pasangan baru nikahmmh bikin aku pusing kejadian yg gak disangka2 pun terjadi suatu pagi, selasa pagi, setelah mas eko ke kantor. entah setelah pesta itu, aku semakin berani aja berpakaian, aku sering banget gak make bra,

Kalo keluar kemana2 karena kompleks rumah kami dekat ama pasar, akumemutuskan untuk ke pasar, hanya make daster, dan itupun tanpa bra setelah pulang dari pasar, aku lucuti daster aku, tinggal make CD doank, sambil masak selesai masak, aku nyantai nonton dvd semiblue
Gak lama kemudian bel berbunyi, kontan aku kaget, aku kecilin volumenya, lantas ke belakang ngambil baju handuk trus ke pintu pas aku buka ternyata om aku ( adik nyokap aku ). om aku ini emang akrab banget ama aku, bisa dibilang aku ponakan paling disayang lahhehehe ( maklum imut ), dia emang sering mampir ke rumah.

Dia sendiri udah berkeluarga anaknya dua, masih kecil2 tapi, dulu sebelum married aku sering banget nginep di rumahnya buat ngurusin anaknya, maklum mereka berdua pada bekerja sebagai PNS, lagian dulu waktu aku masih kecil om aku sering ngurusin aku.

Om aku di dephankam sedang istrinya di depkominfo aku kaget aja liat om aku, maklum keadaan aku lagi sedang ‘in’, eh om darimana ini tadi dari kantor tapi gak ada kerjaan ya om mampir aja kesini sekalian nengokin kamu, gimana udah isi belom ? isi apaan? wong mas eko sibuk melulu.

Sambil melangkah ke ruang dalam ani lagi ngapain nih, baru abis mandi? baru abis masak, mau juga mandi oya om mau makan gak? ani tadi masak udang tuh? udah om tadi baru makan di kantor, minum aja deh aku lantas kebelakang,buatin kopi.

Aku balik k ruang tamu, nyediain kopi, otomatis aku nunduk didepan dia, baju handuk aku talinya rada kendor, so dia bisa ngeliat nenen aku aku mikir ah biasalah dia langsung ngomong dia emang blak2an orangnya dan sangat dekat ama aku weh udah gede aja itu.

Sambil matanya tertuju ke payudara aku, dulu waktu kamu masih kecil om yg ngurusin kencing beraknya, gak nyangka sekarang udah besar idih om bisa aja, yee lagian dulu om udah liat donkh, ani malah blom liat punyanya omhihihi eh, tambah pintar aja sekarang? gimana kabar papa mama?  tuh kan paling pintar alihkan perbincangan, baik2 aja kok om diminum kopinya iya, udah kamu mandi aja sana,

Om mo liat tv bentar gak mau mandiin nih om? tantang aku sambil nyalain tv eh kamu mulai berani ya? kan sekarang udah gede, jadi bisa mandi sendiri alah bilang aja takut ada yg bangun eh nakal kamu
ya, awas om bilangin papa loh udah sana mandi duh lagi malas mandi nih om,

Kan enak kalo bau keringat gini, lagian kalo ada yg bangun, ntar ani yg beresin deh beresin apanya ah om masa perlu penjelasan lagi ( om aku biar kulitnya kecoklat2an/hitam tapi badannya tegap banget kayak tentara ) beresin baju maksud kamu  bikin tenang yang bangun lah om gimana sih emang kamu bisa tenanginnya yaelah om.

Emang ani masih kecil apa siapa yg ngajarin kamu an? Gak ada suami kamu juga kok ngomong2 yg engak2 nah tuh kan pasti udah mulai tegang tuh, lagian ani jarang gituan om, mas eko sibuk melulu trus sedari kuliah,

Ani suka terkagum2 ama bodynya om ingat gak waktu kita berenang dulu, ani suka meluk om dari belakang kan ah kamu bisa aja, sana kamu mandi emang abis mandi mau diapain ani? eh nih anak, biar segar lah masa sih gak tertarik ama ani om?  hush tertarik sih tertarik, tapi ingat kamu kan ponakan saya.

Masa om tega sih ama ponakan kalo ani yang mau gimana? hush ngaco kamu, udah sana mandi aku lantas berdiri, tapi gak ke belakang, aku ke pintu dpan, nutupin pintu trus aku locked, ga balik lagi ke ruang tamu tengah.

Aku liat om aku lagi nonton tv, aku buka aja tali baju handukbluup bajuhanduknya sekarang gak terikat, trus aku jalan ke depan om aku sambil ngambil remote om motornya diparkir disamping kan om aku tampak kaget an kamu ngapain kunci pintu depan om biar aman sambil aku lepasin baju handuk aku di depan om aku trus ngapain kamu buka handuknya lha tadi katanya disuruh mandi gimana sih iya kamu kan bisa lepasin di dalam kamar mandi lha katanya waktu kecil udah ngeliat punya ani kan emang beda ya om sama waktu kecil sambil tangan aku nurunin CD aku aku benar2 polos, jembi yg sedkit bulunya.

Ditambah payudara aku yg masih mengkal, kulit putih aku, udah gitu aku naikin tangan aku buat rapihin rambut aku, otomatis bulu2 halus di ketiak aku pun kelihatan om aku tambah bengong, tak berkedip ngeliat aku aku langsung duduk di sampingnya an kkkkaaamu bennnneran nnihh aku yg udah ‘in’,

Langsung aja tangan aku merayap ke paha om aku om mau kan puasin ani? kita jaga deh rahasianya inget gak waktu kita sering berenang berempat ama diki dan layla ( kedua anaknya yg masih sd kls satu dan tk ),

Waktu tante gak bisa ikut tangan aku langsung remas2 kontolnya udah gitu kita perginya siang jam 2an, kolam renangnya masih sepi banget, trus aku peluk om dari belakang abis tubuhnya sexy abis sih trus waktu di kamar mandi,

Om nyuruh aku mandiin diki dan layla, padahal itu kan kamar mandi cowok, tapi karena sepi dan butuh org buat ngurusin mereka. trus om buka celana renang om sambil menghadap ke tembok, mandi, padahal om tau ada aku disitu, yg jelas saat itu aku kan udah gak kecil lagi, aku udah kuliah semester 7, tapi om seolah cuek aja, iya sih waktu itu aku gak ngeliat kontol om,

Karena om menghadap ke tembok tapi otomatis aku ngeliat pantat om, yang tembem itu, trus hitam mengkilat diterpa air maksud om apaan sambil tangan aku turunin resleting baju pnsnya abis itu, om cuma ngelilit handuk doankh di pinggang trus berbalik ani tau om,

Baju renang ani emang sexy, om bisa leluasa ngeliat buah dada ani kan karena ani tau om konak, waktu pura make-in baju buat dicky, ani ngeliat bagian depannya kok nonjol banget udah gitu om pura2 berdiri di belakang ani sambil ddempetin punya om kan ani ngerasa ada yang keras banget di belahan pantat ani, apalagi ani masih make baju renang, yg cuman celada dalam dan bra gitu trus om suruh dicky tunggu di luar,

Padahal om gesek2in punya om persis di belahan pantat ani, padahal kalo om mau bantuin make baju si layla, harusnya kan kta berhadapan tau gak om ani sampe ngumpet dalam hati, gila pasti besar banget nihudah gitu om julurin tangan alasan buat megang baju si layla padahal om nyenggol toket ani kan, udah gitu om suruh layla tunggu di luar,

Tangan om megang pinggul ani sambil om terus gesek2in kontol om di pantat anipasti om tau ani juga menikmatinya, makanya ani gak mau beranjakani tau kalo saat itu om juga udah habis akal, ani kan dengar suara om udah ngos2an tapi ani sama sekali gak protes kan malah ani bantu om kan, ani sengaja goyang2in pantat coba om pikir dalam kamar mandi cowok,

Cowok hanya make handuk megang pinggul cewek yg hanya make baju renang berduaan sendirian tapi ani tetap gak beranjakuntung kamar mandinya gak ada pintu, gak ada lampu dan kita sedikit terbantu dengan suasana sepi inget gak, waktu om udah gak nahan lagi, kontol om udah tegang banget.

Tapi om gak juga mau nyingkirin handuk, dan om semakin cepat nusuk pantat ani, tangan om sampai meluk perut anikenapa om gak mau nyentuh susu ani?sampai si dicky masuk trus teriak papa lagi ngapainlalu om kagetcepat2 masuk ke kamar kecilingat gak?,

Ani tau om tanggung, makanya pas pulang waktu di mobil, ani sengaja make rok mini tanpa $$CD, biar d mobil om bisa liatin punya ani kanterbukti pas di mobil ani duduk depan, ani narik naik rok ani om ngeliatin aja meqi ani tangan aku udah ngocok2in kontol om aku, yg emang gede, panjang, keras, berurat dan hitam kecoklat2an  sekarang om gak perlu canggung karena ani udah dewasa dan kita sama2 mau kan? iyaaaa nnni tapi kalo kamu hamil gimana? jgn takut om, gak bakal, kan sekarang bukan masa subur, lagian banyak dokter ahli kan.

Om aku mulai horny, bajunya dia lepas tangan aku masih ngocokin kontolnya, abis itu aku jongkok didepan dia, turunin celananya, langsung aku isap kontolnya, dari telur, aku mainin lidah aku di ujung kontolnya kontol om gede banget, tau gak dari dulu ani udah pengen ngerasainnya abis aku kulum kontolnya,

Aku merangkak naik jilatin dadanya, pentil susunya yg hitam aku sedotmmh bau keringat lelaki semakin bikin aku bergairahom aku keliatan kaku banget tapi dia menikmati, gak lama kemudian, tangan dia megang tubuh aku, ditidurin aku di sofa, tangan aku diangkat keatas, dia jilat ketiak aku, tangannya mainin susu akuani gak papa nih om rasain punya anigak papa om,

Ani mauu ommm, ani mau kontol om abis diremas2, dia jilatin susu aku, turun ke pusar, ke perut aku, abis itu dia mainin meqi aku, dari bibirnya sampe kedalam2 nya mmh punya ani wangi emang punya tante gak om ah punya tante banyak bulunya kontol om juga enak  kan kontol om hitam,

Lebih putih suami kamu kan ah mas eko gak ada apa2nya om, punya om 3 kali lipatom masukin donk iya ponakan sayang lantas dia ngangkat pinggul aku dan bluuupp, masukin kontolnya yg udah tegang pelan2 lama2 gerakan makin liarmmmhhhh ommmmsambil aku goyangin pantat aku annii punya kamu enak banget yg benar ahhh om kontol om gede banget ani suka kontol om?

Suka omm om juga suka meqi ani om terus omm om aku lalu menunduk, akhirnya kita berpagutan mulut, sambil terus memompa dan aku pun terus goyang2in pantat aku enak an?  enak ommm om sering2 kesini ya ntar kalo ketauan gimana udah om ygpenting kesini aja dulu ntar kita liat sikonkontol om enakk banggeeett, lagi ommmmmmmoooommmmmmmmm,

Ahirnya aku cengkeram leher om akummmmhh aku rasain orgasme yg dasyhat om aku masih terus memompaannnnniiiii keluar ommmmmm om aku lantas cabut kontolnya, ganti posisi, aku nungging dan dia masukin dari belakangmmmhhh gak lama kemudian om aku muncrat aaannnnniiii oomm tumppaahhh tumpahin om di memek ani,

Genjot trus ommm setelah kontolnya ditarik aku langsung balik badan, mengulum sisa2 spema di kontol om aku dan kita terkulai lemasmakasih om kamu nakal anyee gak lama kemudian om aku bangkit menuju kamar mandi,

Liat pantatnya yg montok hitam mengkilat, aku jadi horny lagi, aku ikutin ke belakang, sampai di kamar mandi aku jongkok di pantatnya, aku jilatin sampe ke dubur2nyaenak aniiikamu masih mau sayangiya omom aku lalu berbalik suruh aku balik badan,

Gentian dia yg jilatin pantat akuegghh ommm ennnaaaaakkkkk gak lama kemudian telpon berdering aku buru2 lari ke ruang tengah( mas eko emang suka nelpoan siang2 ) ngangkat telpon, lagi bicara di telepon eh tau2nya om aku udah nyusul,

Dia jongkok di belakang aku sambil jilatin pantat akummmhhan kamu ngapain? nggak gpp kok, lagi ngantuk nih, ntar sore aja telpon lagi ya mas ooo oke deh bye bye too.klekegghh ommm enak bangetttttttssss

Gak lama kemudian hp om aku bunyi, dia cepat2 ngangkat, ngeliat kontol om aku yg udah pada ngaceng llagi, aku cepat2 jongkok, isapinom aku gak bisa nahandia mendesah di telepon, apalagi aku naiki tubuhnya,

Mainin lidah aku di telinga sebelahnya om aku menahan nafas ( awal dari masalah ) kamu dimana ? nnneennnnggak kok telpon di kantor gak ada gak kok aakku di di rumah anii ngapainn mampir aja koko ya udah klek, aku langsung kulum mulut om akupantat aku pas diatas kntolnyadan blup begitu kontolnya masuk aku goyang2 in sambil berciuman gak lama kemudian. pintu ada yg gedor dan.crot

Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange | Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang | Tips Bercinta | Foto Hot Bugil

The post Cerita Sex Hasrat Selingkuh dengan Om appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Suka ABG Seperti Ini

$
0
0

sex tante hot, cerita abg mesum, sex memek perawan, sex sedarah nyata, ngentot janda horny disertai foto bugil – Suka ABG Kayak Gini. Aku Dina. Pertama kali aku mengenal cinta, hatiku sangat berbunga-bunga. Hanya sayangnya cinta pertamaku jatuh tidak pada orang yang tepat. Dia seorang pria yang sudah berkeluarga. Jadilah kami backstreet.

Cerita Dewasa Suka ABG Seperti Ini

cerita sex ABG, cerita ABG terbaru, cerita ABG ngentot, kumpulan cerita ABG ngentot, cerita hot ngentot, cerita nyata ABG ngentot, koleksi cerita ABG ngentot, kumpulan cerita ngentot terbaru

Aku kenal dia, yang kupanggil MAS, ketika aku datang ke ultah temenku. Dia saat itu enjadi event organizer acara ultah tersebut. Sejak awal melihat dia aku sudah tertarik. Dia ganteng dan badannya atletis, aku diperkenalkan ma dia oleh temanku yang ultah.

“Din, ini MAS, dia yang nyelenggaraan pesta ini, asik kan pestanya. Kamu nemenin MAS ngobrol ya”. Temanku itu tau kalo aku suka dengan pria yang umurnya jauh lebih tua dari aku. Kami jadi asik ngobrol ngalor ngidul. Dia sangat humoris sehingga aku selalu terpingkal-pingkal mendengar guyonannya.

Makin lama guyonannya makin mengarah yang vulgar, aku sih ok aja. Ketika aara makan, dia menemani aku menikmati hidangan yang tersedia. Ketika acar dansa, dia mengajak aku turun, ketika itu lagunya slow. Aku larut dalam dekapannya yang sangat mesra.

Dia berbisik: “Din, kamu cantik sekali, kamu yang paling cantik dari semua prempuan yang dateng ke pesta ini. Aku suka kamu Din”.

“Mas kan dah punya keluarga, masak sih suka ma abg kaya aku”.

“Justru karena kamu masih abg, kecantikan kamu masih sangat alami, bukan polesan make up yang tebal”.

Memang sih dandananku biasa saja, tanpa make up yang tebal. Perempuan mana sih yang gak suka dipuji lelaki yang kebetulan dikaguminya. Ketika pulang dia mengantarkan aku pulang, sebelum aku turun dari mobil, pipiku dikecupnya, “Kapan2 kita ketemuan lagi ya Din, ni nomer hpku”. Kami bertukaran no hp.

Sejak pertemuan pertama itu, kami sering jumpa di mal, di bioskop atau ditempat fitnes.

Karena dia tau aku suka fitnes, makanya diapun mendaftar menjadi member ditempat aku biasa fitnes. Karena sering ketemu, hubungan kami makin lama makin akrab. Dia adalah lelaki pertama yang mencium bibirku. Itu kejadiannya ketika kami sedang dibioskop.

Karena bukan weekend, jumlah penontonnya sedikit, sehingga dia milih tempat duduk yang jauh dari penonton lain.

Dia berbisik: “Din, aku sayang sekali ma kamu. Kamu?’ “Aku juga sayang ma Mas, sayangnya ma dah keluarga ya”.

“Kita jalani aja dulu Din, gak apa kan kalo backstreet kaya gini. Pokoknya aku akan berusaha untuk ketemu kamu sesering mungkin, sayang”. Dia meluncurkan rayuan mutnya, sehingga
aku makin berbung-bunga.

“Din..”, panggilnya lagi. aku menoleh karahnya. Karena duduk kami berdempetan, dia langusng merangkul pundaknya dan mendekatkan bibirnya ke bibirku. aku memejamkan mataku, terasa lembut sekali bibirnya menyentuh bibirku, kemudian terasa bibirnya mulai mengisap bibirku. aku pasrah ketika dia cukup lama mengecup bibirku.

“Mas”, desahku ketika dia melepas bibirnya, seakan aku gak rela dia melepaskan bibirku. Diapun mengecup bibirku lagi, kali ini lebih lama lagi. Demikianlah sepanjang film itu kami tidak menikmati filmnya tetapi aku menikmati bagaimana bibirnya mengulum-ngulu bibirku. “Mas, aku sayang sekali ma mas, aku mau jadi pacar mas”.

Sejak kejadian dibioskop itu, kami menjadi rutin berciuman kalo ketemu, paling tidak kami melakukannya sebentar di mobil sebelum mobil jalan atau sebelum aku turun didepan rumahku.

Temenku mengingatkan aku agar jangan terlalu larut dalam berhubungan dengan Mas, karena dia dah berkeluarga. “Nanti kamu yang nyesel lo kalo dia harus mutusin hubungan kamu dengan dia”. Tapi aku tidak mengindahkan himbauan temanku. Aku seakan buta tertutup cinta yang makin lama makin berkobar-kobar.

Sampai suatu weekend, dia mengajakku ke satu vila diluar kota, katanya dia
mau survei tempat itu karena akan diadakan perhelatan disana. “Temenin aku yuk, mumpung bisa keluar kota ma kamu.

Mau ya sayang”. Karena aku dah lama pengen berdua dia seharian, aku turuti saja ajakannya. Ke ortu, aku pamit mo jalan ma temen2 ke vila mereka. Aku seneng sekali ketika dah duduk disebelahnya dalam mobilnya. Mobilnya meluncur arah luar kota.

Saat itu aku mengenakan celana ketat dari kain yang cukup tipis berwarna putih sehingga bentuk bokongku yang bulat padat begitu kentara, dan bahkan saking ketatnya CDku sampai kelihatan sekali berbentuk segitiga.

Atasannya aku mengenakan baju kaos putih ketat dan polos sehingga bentuk toketku yang membulat terlihat jelas, kaosku yang cukup tipis membuat braku yang berwarna putih terpampang jelas sekali. “Din, kamu seksi sekali deh pake pakean kaya gitu”.

“Mas suka kan”. “Suka banget, palagi kalo amu gak pake baju Din”. “Ih mas, mulai deh genit, aku turun disini aja deh”, aku pura2 merajuk, padahal dalam hati seneng sekali mendengar pujiannya.

“Ya udah turun aja he he”, tertawanya berderai ketika dia mengatakan hal itu, tetpi mobil tetap melaju kencang. “Katanya disuruh turun, kok gak minggir”.

“Loncat aja kalo berani”. “mas, iih”, kataku sambil mencubit pinggangnya, mesra. Dia menggeliat kegelian, “Jangan dikitikin dong, nanti nabrak lo”. “abis mas sih mulai duluan”.

Sepanjang jalan kami bercanda rian, sesekali tangannya gantian menggelitiki pinggangku, sehingga aku menggelinjang. Kadang tangannya mendarat di pahaku dan mengelus2nya sampe kedeket pangkal pahaku. aku menjadi merinding karena rabaannya.

Maklum deh dia pria pertama yang melakukan hal ini. “Maas”, aku hanya melenguh ketika pahaku dielus2 begitu. Karena aku tidak menolak, maka dia meneruskan elusannya dipahaku. aku menjadi gelisah, dudukku gak bisa diam, ada rasa geli bercampur nikmat dan aku merasa pengen kencing. “Mas maih jauh ya”.

“Napa Din”. “aku pengen pipis”. “Bentar lagi juga sampe. Itu bukan pengen pipis biasa Din”. “abis apaan?” “Pasti kamu terangsang ya karena aku ngelus2 paha kamu”. “Ih”, kucubit lagi pinggangnya.

Mobilnya sudah masuk ke satu vila. Ada seorang bapak2 yang menyambut di gerbang vila. Dia orang yang ditugaskan pemilik vila untuk menunggui vila itu. Aku keluar dari mobil, ikut dengan dia melihat lokasi. Vilanya tidak terlalu besar tetapi halamannya luas.

Dia mulai mengeluarkan catatannya, mengukur sana mengukur sini, mencoret2 di buku catatannya. Kadang dia menanyakan pendapatku tentang satu hal. Aku menjawab setauku saja.

“Setelah selesai, dia berkata kepada si bapak, “Pak kami mo menginap di vila ini”.

“Iya, yang punya dah kasi tau bapak, ya silahkan saja pak. sudah saya sediakan makanan secukupnya di lemari es, kalo mo makan ya silahkan dihangatkan dulu. soalnya bapak mo pulang”. Si bapak meninggalkan kami berdua.

“Din, kita honimun ya”, katanya sambil tersenyum. aku jadi berdebar2membayangkan apa yang aka dilakukannya padaku.

Aku sering mendengar cerita teman2ku ang sudah pernah berhubungan sex dengan cowo2nya, mendengar betapa nikmatnya kalo memek kemasukan kontol. Aku jadi merinding sendiri, aku pengen juga mengalami kenikmatan itu.

Aku menghempaskan pantatku di sofa, dia menyusulku segera dan duduk rapat di sampingku, “Dina sayang” katanya sambil menggenggam erat dan mesra kedua belah tanganku. Selesai berkata begitu dia mendekatkan mukanya ke wajahku, dengan cepat dia mengecup bibirku dengan lembut. Hidung kami bersentuhan lembut.

Dia mengulum bibir bawahku, disedot sedikit. Lima detik kemudian, dia melepaskan kecupan bibirnya dari bibirku. Aku saat kukecup tadi memejamkan mata, “Aku pengen melakukan itu ma kamu, sayang. Kamu bersediakah?”, rayunya lebih lanjut.

Dia berusaha mengecup bibirku lagi, namun dengan cepat aku melepaskan tangan kananku dari remasannya, dadanya kutahan dengan lembut.

“Mass” bisikku lirih. “Dina sayang, mau ya”, rayunya lagi.

“Tapi mass, aku takut Mas”, jawabku.

“Takut apa sayang, katakanlah”, bisiknya kembali sambil meraih tanganku. “Aku takut Mas nanti meninggalkan aku”, bisikku.

Dia menggenggam kuat kedua tanganku lalu secepat kilat dia mengecup bibirku.

“Dina sayangku, aku terus terang tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu tapi percayalah aku akan membuktikannya kepadamu, aku akan selalu sayang sama kamu”, bujuknya untuk lebih meyakinkanku.

“Tapi Mas” bisikku masih ragu. “Din, percayalah, apa aku perlu bersumpah sayang, kita memang masih baru beberapa bulan kenal sayang, tapi percayalah, yakinlah sayang, kalau Tuhan menghendaki kita pasti selalu bersama sayang”, rayunya lagi.

“Lalu kalau aku sampai hamil gimana mass?” ujarku sembari menatapnya.”Aah, jangan khawatir sayang, aku akan bertanggung jawab semuanya kalau kamu sampai hamil, bagaimana sayang?” bisiknya.

Rasioku sudah tidak jalan dengan baik, tertutup oleh rayuan mautnya dan rasa ingin merasakan kenikmatan yang makin menggebu.

Tangannya bergerak semakin berani, yang tadinya hanya meremas jemari tangan kini mulai meraba ke atas menelusuri dari pergelangan tangan terus ke lengan sampai ke bahu lalu diremasnya dengan lembut.

Dia memandangi toketku dari balik baju kaosku yang ketat, “Mas harus janji dulu sebelum…” aku tak melanjutkan ucapanku.

“Sebelum apa sayang, katakanlah”, bisiknya tak sabar. Kini jemari tangan kanannya mulai semakin nekat menggerayangi pinggulku, ketika jemarinya merayap ke belakang diusapnya belahan pantatku lalu diremasnya dengan gemas. “aahh… Mas”, aku merintih pelan.

“Mas aah mmas.. aku rela menyerahkan semuanya asal Mas mau bertanggung jawab nantinya”, aku berbisik semakin lemah, saat itu jemari tangan kanannya bergerak semakin menggila, menelusup ke pangkal pahaku, dan mulai mengelus gundukan bukit memekku.

Diusapnya perlahan dari balik celanaku yang amat ketat, dua detik kemudian dia memaksa masuk jemari tangannya di selangkanganku dan bukit memekku itu telah berada dalam genggaman tangannya. Aku menggelinjang kecil, saat jemari tangannya mulai meremas perlahan.

Dia mendekatkan mulutnya kembali ke bibirku hendak mencium, namun aku menahan dadanya dengan tangan kananku, “eeehh Mas..berjanjilah dulu Mas”, bisikku di antara desahan nafasnya yang mulai sedikit memburu.

“Oooh Dina sayang, aku berjanji untuk bertanggung jawab, aahh aku menginginkan keperawananmu sayang”, ucapnya. Sementara jemari tangannya yang sedang berada di sela-sela selangkangan pahaku itu meremas gundukan memekku lagi.

“Ba.. baiklah Mas, aku percaya sama Mas”, bisikku. “Jadi?” tanyanya. “hh. lakukanlah mass, aku milik Mas seutuhnya.. hh..” jawabku.

“Benarkah? ooh..Dina sayanggg.” Secepat kilat bibirku kembali dikecup dan dikulumnya, digigit lembut, disedot. Hidung kami bersentuhan lembut. Dengus nafasku terdengar memburu saat dia mengecup dan mengulum bibirku cukup lama.

DIa mempermainkan lidahnya di dalam mulutku, aku mulai berani membalas cumbuannya dengan menggigit lembut dan mengulum lidahnya dengan bibirku. Lidah kami bersentuhan, lalu dia mengecup dan mengulum bibir atas dan bawahku secara bergantian.

Terdengar suara kecapan-kecapan kecil saat bibir kami saling mengecup. “aah Dina sayang, kamu pintar sekali, kamu pernah punya pacar yaach?” tanyanya curiga.

“Mm aku belum pernah punya pacar Mas, kan Mas yang selama ini ngajari aku ciuman”, sahutku.

“Wah kamu belajarnya cepat seklai ya, jangan-jangan kamu sering nonton film porno yaa?” godanya. Aku tersenyum malu, dan wajahku pun tiba-tiba bersemu merah, aku menundukkan mukaku, malu.

“I…iya Mas, beberapa kali”, sahutku terus terang sambil tetap menundukkan muka. “Dina sayang, kamu nggak kecewa khan karena aku benar-benar sangat menginginkan keperawananmu sayang?” tanyanya.

“Aku serahkan apa yang bisa aku persembahkan buat Mas, aku ikhlas, lakukanlah Mas kalau Mas benar-benar menginginkannya”, sahutku lirih.

Jemari tangan kanannya yang masih berada di selangkanganku mulai bergerak menekan ke gundukan memekku yang masih perawan, lalu diusap-usap ke atas dan ke bawah dengan gemas. Aku memekik kecil dan mengeluh lirih, kupejamkan mataku rapat-rapat, sementara wajahku nampak sedikit berkeringat.

Dia meraih kepalaku dalam pelukannya dengan tangan kiri dan dia mencium rambutku. “Oooh masss”, bisikku lirih. “Enaak sayang diusap-usap begini”, tanyanya. “hh… iiyyaa mass”, bisikku polos. Jemarinya kini bukan cuma mengusap tapi mulai meremas bukit memekku dengan sangat gemas.

“sakit Mas aawww” aku memekik kecil dan pinggulku menggelinjang keras. Kedua pahaku yang tadi menjepit pergelangan tangan kanannya kurenggangkan. Dia mengangkat wajah dan daguku kearahnya, sambil merengkuh tubuhku agar lebih merapat ke badannya lalu kembali dia mengecup dan mencumbu bibirku dengan bernafsu.

Puas mengusap-usap bukit memekku, kini jemari tangan kanannya bergerak merayap ke atas, mulai dari pangkal paha terus ke atas menelusuri pinggang sampai ujung jemarinya berada di bagian bawah toketku yang sebelah kiri.

Dia mengelus perlahan di situ lalu mulai mendaki perlahan, akhirnya jemari tangannya seketika meremas kuat toketku dengan gemasnya. Seketika itu pula aku melepaskan bibirku dari kuluman bibirnya, “aawww… Mas sakitt, jangan keras-keras dong meremasnya”, protesku.

Kini secara bergantian jemari tangannya meremas kedua toketku dengan lebih lembut. Aku
menatapnya dan membiarkan tangannya menjamah dan meremas-remas kedua toketku.

“Auuggghh..” tiba2 dia menjerit lumayan keras dan meloncat berdiri. Aku yang tadinya sedang menikmati remasan pada toketku jadi ikutan kaget. “Eeehh kenapa Mas?” “Aahh anu sayang… kontolku sakit nih”, sahutnya sambil buru-buru membuka celana panjangnya di hadapanku.

Aku tak menyangka dia berbuat demikian hanya memandangnya dengan terbelalak kaget. Dia membuka sekalian CDku dan “Tooiiing”, kontolnya yang sudah tegang itu langsung mencuat dan mengacung keluar mengangguk-anggukan kepalanya naik turun .

“aawww… Mas jorok”, aku menjerit kecil sambil memalingkan mukaku ke samping dan menutup mukaku dengan tangan. “He…he…” dia terkekeh geli, batang kontolnya sudah kelihatan tegang berat, urat-urat di permukaan kontolnya sampai menonjol keluar semua.

Batang kontolnya bentuknya montok, berurat, dan besar. Sementara aku masih menutup muka tanpa bersuara, dia mengocok kontolnya dengan tangan kanannya, “Uuuaahh…nikmatnya”. “Din sebentar yaa… aku mau cuci kontolku dulu yaa… bau nih soalnya”, katanya sambil ngibrit ke belakang, kontolnya yang sedang “ON” tegang itu jadi terpontang-panting sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ke sana ke mari ketika dia berlari.

Aku masih terduduk di atas sofa dan begitu melihatnya keluar berlari tanpa pakai celana jadi terkejut lagi melihat kontolnya yang sedang tegang bergerak manggut-manggut naik turun.

“aawww…” teriakku kembali sembari menutup mukaku dengan kedua jemari tanganku. “Iiihh… Din… takut apa sih, kok mukanya ditutup begitu”, tanyanya geli.

“Itu Mas, kontol Mas”, sahutku lirih. “Lhoo… katanya sudah sering nonton BF kok masih takut, kamu kan pasti sudah lihat di film itu kalau kontol cowok itu bentuknya gini”, sahutnya geli. “Iya…m..Mas, tapi kontol Mas mm besar sekalii”, sahutku masih sambil menutup muka.

“Yaach… ini sih kecil dibanding di film nggak ada apa-apanya, itu khan film barat, kontol mereka jauh lebih gueedhee… kalau kontolku kan ukuran orang Indonesia sayang, ayo sini dong kontolku kamu pegang sayang, ini kan milik kamu juga”, sahutnya nakal.

“Iiih… malu aah Mas, jorok.” “Alaa.. malu-malu sih sayang, aku yang telanjang saja nggak malu sama kamu, masa kamu yang masih pakaian lengkap malu, ayo dong sayang kontol Mas dipegang biar kamu bisa merasakan milik kamu sendiri”, sahutnya sembari meraih kedua tanganku yang masih menutupi mukaku.

pada mulanya aku menolak sambil memalingkan wajahku ke samping, namun setelah dirayu-rayu akhirnya aku mau juga.

kedua tanganku dibimbingnya ke arah selangkangannya, namun kedua mataku masih kupejamkan rapat. Jemari kedua tanganku mulai menyentuh kepala kontolnya yang sedang ngaceng. Mulanya jemari tanganku hendak kutarik lagi saat menyentuh kontolnya yang ngaceng namun karena dia memegang kedua tanganku dengan kuat, dan memaksanya untuk memegang kontolnya itu, akhirnya aku hanya menurut saja.

Pertama kali aku hanya mau memegang dengan kedua jemarinya.

“Aah… terus sayang pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayunya penuh nafsu.

“Iiih… keras sekali Mas”, bisikku sambil tetap memejamkan mata.

“Iya sayang, itu tandanya aku sedang ngaceng sayang, ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” dia mengerang nikmat saat tiba-tiba saja aku bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat.

Aku terpekik kaget, “Iiih sakit mass…” tanyaku. Aku menatapnya gugup. “Ooouhh jangan dilepas sayang, remas seperti tadi lekas sayang oohh…” erangnya lirih. Aku yang semula agak gugup, menjadi mengerti lalu jemari kedua tanganku yang tadi sedikit merenggang kini bergerak dan meremas kontolnya seperti tadi.

Dia melenguh nikmat. Aku kini sudah berani menatap kontolnya yang kini sedang kuremas, jemari kedua tanganku itu secara bergantian meremas batang dan kepala kontolnya. Jemari kiri berada di atas kepala kontolnya sedang jemari yang kanan meremas kontolnya. .dia nhanya bisa melenguh panjang pendek. “.sshh…Din… terusss sayang, yaahh… ohh…ssshh”, lenguhnya keenakan.

Aku memandangnya sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu kugenggam dan kuremas seperti semula tetapi kemudian aku mulai memompa dan mengocok kontolnya itu maju mundur.

“Aakkkhh… ssshh” dia menggelinjang menahan nikmat. Aku semakin bersemangat melihatnya merasakan kenikmatan, kedua tanganku bergerak makin cepat maju mundur mengocok kontolnya. Dia semakin tak terkendali, “Din… aahhgghh… sshh…awas pejuku mau keluarr” teriaknya keras.

aku meloncat berdiri begitu dia mengatakan kalimat itu, aku melepaskan remasan tanganku dan berdiri ke sebelahnya, sementara pandangan mataku tetap ke arah kontolnya yang baru kukocok. “Kamu kok lari sih…” bisiknya lirih disisiku.

“Tadi katanya pejunya mau keluar mass… kok nggak jadi?” tanyaku polos. Rupanya dia gak mau ngecret karena aku kocok makanya dia bilang pejunya mau keluar.
Dia meraih tubuhku yang berada di sampingnya dan dipeluknya dengan gemas, aku menggelinjang saat dia merapatkan badannya ke tubuhku sehingga toketku yang bundar montok menekan dadanya yang bidang.

Aku merangkulkan kedua lenganku ke lehernya, dan tiba-tiba ia pun mengecup bibirku dengan mesra, kemudian dilumatnya bibirku sampai aku megap-megap kehabisan napas. Terasa kontolnya yang masih full ngaceng itu menekan kuat bagian pusarku, karena memang tubuhnya lebih tinggi dariku.

Sementara bibir kami bertautan mesra, jemari tangannya mulai menggerayangi bagian bawah tubuhku, dua detik kemudian jemari kedua tangannya telah berada di atas bulatan kedua belah bokongku. Diremasnya dengan gemas, jemarinya bergerak memutar di bokongku. Aku merintih dan mengerang kecil dalam cumbuannya.

Lalu dia merapatkan bagian bawah tubuhnya ke depan sehingga mau tak mau kontolnya yang tetap tegang itu jadi terdesak perutku lalu menghadap ke atas. Aku tak memberontak dan diam saja.

Sementara itu dia mulai menggesek-gesekkan kontolnya yang tegang itu di perutku. Namun baru juga 10 detik aku melepaskan ciuman dan pelukannya dan tertawa-tawa kecil, “Kamu apaan sih kok ketawa”, tanyanya heran. “Abisnya… Mas sih, kan aku geli digesekin kaya gitu”, sahutku sambil terus tertawa kecil.

Dia segera merengkuh tubuhku kembali ke dalam pelukannya, dan aku tak menolak saat dia menyuruhku untuk meremas kontolnya seperti tadi. Segera jemari tangan kananku mengusap dan mengelus-elus kontolnya dan sesekali kuremas.

Dia menggelinjang nikmat. “aagghh… Din… terus sayang…” bisiknya mesra. Wajah kami saling berdekatan dan aku memandang wajahnya yang sedang meringis menahan rasa nikmat. “Enaak ya mass…” bisikku mesra.

Jemari tanganku semakin gemas saja mempermainkan kontolnya bahkan mulai kukocok seperti tadi. Dia melepaskan kecupan dan pelukanku. “Gerah nih sayang, aku buka baju dulu yaah sayang”, katanya sambil terus mencopot kancing kemejanya satu persatu lalu dilemparkan sekenanya ke samping.

Kini dia benar-benar polos dan telanjang bulat di hadapanku. Aku masih tetap
mengocok kontolnya maju mundur.

“Sayang… kau suka yaa sama kontolku”, katanya. Sambil tetap mengocok kontolnya aku menjawab dengan polos.

“suka sih Mas… habis kontol Mas lucu juga, keras banget Mas kayak kayu”, ujarku tanpa malu-malu lagi.

“Lucu apanya sih?” tanyanya. Aku memandangnya sambil tersenyum “pokoknya lucu saja”, bisikku lirih tanpa penjelasan. “Gitu yaa… kalau memek kamu seperti apa yaa… aku pengen liat dong”, katanya. Aku mendelik sambil melepaskan tanganku dari kontolnya.

“Mas jorok ahh…” sahutku malu-malu. “Ayo, aku sudah kepengen ngerasain nih… aku buka ya celana kamu”, katanya lagi. Dan dengan cepat dia berjongkok di depanku, kedua tangannya meraih pinggulku dan didekatkan ke arahnya.

Pada mulanya aku agak memberontak dan menolak tangannya namun begitu aku memandang wajahnya yang tersenyum padaku akhirnya aku hanya pasrah dan mandah saat jemari kedua tangannya mulai gerilya mencari ritsluiting celana ketatku yang berwarna putih itu.

Mukanya persis di depan selangkanganku sehingga dia dapat melihat gundukan bukit memekku dari balik celana ketatku.

Dia semakin tak sabar, dan begitu menemukan ritsluitingku segera ditariknya ke bawah sampai terbuka, kebetulan aku tak memakai sabuk sehingga dengan mudah dia meloloskan dan memplorotkan celanaku sampai ke bawah.

Sementara pandangannya tak pernah lepas dari selangkanganku, dan kini terpampanglah di depannya CDku yang berwarna putih bersih itu tampak sedikit menonjol di tengahnya. Terlihat dari CDku yang cukup tipis itu ada warna kehitaman,
jembutku.

Waahh… dia memandang ke atas dan aku menatapnya sambil tetap tersenyum. “Aku buka ya.. CDnya”, tanyanya. Aku hanya menganggukan kepala perlahan. Dengan gemetar jemari kedua tangannya kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisku terus ke atas sampai kedua belah paha, dia mengusap perlahan dan mulai meremas.

“Oooh…Masss” aku merintih kecil. kemudian jemari kedua tangannya merayap ke belakang kebelahan bokongku yang bulat. Dia meremas gemas disitu. Ketika jemari tangannya menyentuh tali karet CDku yang bagian atas, sreeet… secepat kilat ditariknya ke bawah CDku itu dengan gemas dan kini terpampanglah sudah daerah ‘forbidden’ ku.

Menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarku sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahaku, sementara di bagian tengah gundukan bukit memekku terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang memekku.

Dan di sekitar situ ada jembut yang cukup lebat. “Oohh.. Din, indahnya…” Hanya kalimat itu yang sanggup diucapkan saat itu. Dia mendongak ketika aku sedang membuka baju kaosku, setelah melemparkan kaos sekenanya kedua tanganku lalu menekuk ke belakang punggungnya hendak membuka braku dan tesss… bra itupun terlepas jatuh di mukanya. Selanjutnya aku melepas juga celana dan CDku yang masih tersangkut di mata kakiku, lalu sambil tetap berdiri di depannya, aku tersenyum manis kepadanya, walaupun wajahku sedikit memerah karena malu.

Toketku berbentuk bulat seperti buah apel, besarnya kira-kira sebesar dua kali bola tenis, warnanya putih bersih hanya pentil kecilnya saja yang tampak berwarna merah muda kecoklatan. “kamu cantik sekali sayang”, bisiknya lirih.

Aku mengulurkan kedua tanganku kepadanya mengajaknya berdiri lagi. “Mass… aku sudah siap, aku sayang sama Mas, aku akan serahkan semuanya seperti yang Mas inginkan”, bisikku mesra. Dia merangkul tubuhku yang telanjang.

Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit nya, kedua toketku yang bulat menekan lembut dadanya yang bidang. Jemari tangannya tergetar saat mengusap punggungku yang telanjang,

“Aahh.. Din kita ng***** di kamar yuk, aku sudah kepingin ngen tot sayang”, bisiknya tanpa malu-malu lagi. Aku hanya tersenyum dalam pelukannya. “Terserah Mas saja, mau ng*****nya dimana”, sahutku mesra.

Dengan penuh nafsu dia segera meraih tubuhku dan digendongnya ke dalam kamar. Direbahkannya tubuhku yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah, tempat tidur itu tak terlalu besar, untuk 2 orang pun harus berdempetan.

Suasana dalam kamar kelihatan gelap karena semua gorden tertutup, gorden yang berada dalam kamar ini sama sekali tidak menghadap ke jalan umum namun menghadap ke kebun di belakang. Dia segera membuka gorden agar sinar matahari sore dapat masuk, dan benar saja begitu disibakkan sinar matahari dari arah barat langsung menerangi seluruh isi kamar.

Dia memandangi tubuhku yang telanjang bulat di ranjang. Segera dia menaiki ranjang, aku memandangnya sambil tersenyum. Dia merayap ke atas tubuhku yang bugil dan menindihnya, sepertinya dia sudah tak sabar ingin segera memasuki memekku.

“Buka pahamu sayang, aku ingin mengen totimu sekarang”, bisiknya bernafsu. “Mass…” aku hanya melenguh pasrah saat dia setengah menindih tubuhku dan kontolku yang tegang itu mulai menusuk celah memekku, tangannya tergetar saat membimbing kontolnya mengelus memekku lalu menelusup di antara kedua bibir memekku.

“Sayang, aku masukkan yaah… kalau sakit bilang sayang.. kamu kan masih perawan.”

“Pelan-pelan Mas”, bisikku pasrah. Lalu dengan jemari tangan kanannya diarahkannya kepala kontolnya ke memekku. Aku memeluk pinggangnya mesra, sementara dia mencari liang memekku di antara belahan bukit memekku.

Dia mencoba untuk menelusup celah bibir memekku bagian atas namun setelah ditekan ternyata jalan buntu. “Agak ke bawah Mas, aahh kurang ke bawah lagi Mas… mm.. yah tekan di situ Mas… aawww pelan-pelan Mas sakiiit”, aku memekik kecil dan menggeliat kesakitan.

Akhirnya dia berhasil menemukan celah memekku itu setelah aku menuntunnya, diapun mulai menekan ke bawah, kepala kontolnya dipaksanya untuk menelusup ke dalam liang memekku yang sempit. Dia mengecup bibir ku sekilas lalu berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan kontolnya seluruhnya ke dalam liang memekku.

Aku mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kontolnya yang besar mulai berhasil menerobos liang memekku yang sangat-sangat sempit sekali. “Tahan sayang…aku masukkan lagi, sempit sekali sayang aahh”, erangnya mulai merasakan kenikmatan dan kurasakan kepala kontolnya berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang memekku.

“aawwww…. masss sakiit…” teriakku memelas, tubuhku menggeliat kesakitan. Dia berusaha menentramkan aku sambil mengecup mesra bibirku dan dilumat dengan perlahan. Lalu, “tahan sayang, baru kepalanya yang masuk sayang, aku tekan lagi yaah”, bisiknya.

Tiba2 dia mencabut kembali kontolnya yang baru masuk kepalanya saja itu dengan perlahan. “Ah… sayang, aku masukin nanti saja deh, liang memekmu masih sangat sempit dan kering sayang.” “memekku sakit Mas”, erangku lirih. “Yahh… aku tahu sayang kamu kan masih perawan, kita bercumbu dulu sayang, aku kepingin melihat kamu nyampe”, bisiknya bernafsu.

Segera dia merebahkan badannya di atas tubuhku dan dipeluknya dengan kasih sayang, “Din… hh.. bagaimana perasaanmu sayang”, bisiknya mesra.

Aku memandangnya dan tertawa renyah. “mm… aku bahagia sekali bersama Mas seperti ini, rasanya nikmat ya Mas berpelukan sambil telanjang kaya gini”, ujarku polos.

“Iyaa sayang, anggaplah aku suamimu saat ini sayang”, bisiknya nakal. “Iih.. Mas, Mas cumbui isterimu dong, beri istrimu kenik…mmbhh”, belum sempat aku selesai ngomong, dia sudah melumat bibirku. Aku membalas ciumannya dan melumat bibirnya dengan mesra.

Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan aku langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Jemari tangan kirinya merayap ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhku mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggul dan diremasnya dengan gemas.

Ketika tangannya bergerak kebelakang ke bulatan bokongku, dia mulai menggoyangkan seluruh badannya menggesek tubuhku yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana kontolnya yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit memekku.

Dia menggerakkan pinggulnya secara memutar sambil menggesek-gesekkan batang kontolnya di permukaan bibir memekku sambil sesekali ditekan-tekan.

Aku ikut-ikutan menggelinjang kegelian, beberapa kali kepala kontolnya yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir memekku seolah akan menembus liang memekku lagi. Aku hanya merintih kesakitan dan memekik kecil, “Aawwww… Mas saakiit”, erangku. “Aahh.. Din… memekmu empuk sekali sayang, ssshh”, dia melenguh keenakan.

Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu bibir, dia menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toketku, kini ganti perutnya yang menekan memekku. Jemari kedua tangannya secara bersamaan mulai menggerayangi gunung “Fujiyama” milikku, dia mulai menggesekkan ujung-ujung jemarinya mulai dari bawah toketku di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketku yang kenyal dan montok.

Aku merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Mass, geli”, erangku lirih. Beberapa saat dia mempermainkan kedua pentilku yang kemerahan dengan ujung jemarinya.

Aku menggelinjang lagi, dipuntirnya sedikit pentilku dengan lembut. ” Mas…” aku semakin mendesah tak karuan. Secara bersamaan akhirnya dia meremas-remas gemas kedua toketku dengan sepenuh nafsu.

“Aawww…Mas”, aku mengerang dan kedua tanganku memegangi kain sprei dengan kuat. Dia semakin menggila tak puas meremas lalu mulutnya mulai menjilati kedua toketku secara bergantian. Lidahnya menjilati seluruh permukaan toketku itu sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentilku secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas sampai aku berteriak-teriak kesakitan.

Lima menit kemudian lidahnya bukan saja menjilati kini mulutnya mulai beraksi menghisap kedua pentilku sekuat-kuatnya. Dia tak peduli aku menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali kedua jemari tanganku memegang dan meremasi rambutnya, sementara kedua tangannya tetap mencengkeram dan meremasi kedua toketku bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya.

Bibir dan lidahnya dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua toketku. Di dalam mulutnya pentilku dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap.

Aku hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika giginya menggigiti pentilku dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toketku itu nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitannya.

Cukup lama dia mengemut toketku, setelah itu bibir dan lidahnya kini merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusarku, aku mulai mengerang-erang kecil keenakan, dia mengecup dan membasahi seluruh perutku.

Ketika dia bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirnya telah berada di atas gundukan bukit memekku.

“Buka pahamu Din..” teriaknya tak sabar, posisi pahaku yang kurang membuka itu membuatnya kurang leluasa untuk mencumbu memekku itu. “Oooh… masss”, aku hanya merintih lirih. Dia membetulkan posisinya di atas selangkangan ku.

Aku membuka ke dua belah pahaku lebar-lebar, aku sudah sangat terangsang sekali. Kedua tanganku masih tetap memegangi kain sprei, aku kelihatan tegang sekali. “Sayang… jangan tegang begitu dong sayang”, katanya mesra.

“Lampiaskan saja perasaanmu, jangan takut kalau IDin merasa nikmat, teriak saja sayang biar puass….” katanya selanjutnya. Sambil memejamkan mata aku berkata lirih. “Iya mass eenaak sih mass”, kataku polos.

Dia memandangi memekku yang sudah ditumbuhi jembut namun kulit dimemekku dan sekitarnya itu tidak tampak keriput sedikitpun, masih kelihatan halus dan kencang. Bibir memekku kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di
antara kedua bibir memekku itu tertutup rapat.

“MAs… ngapain sih kok ngelamun, bau yaa Mas?” tanyaku sambil tersenyum. Wajahku sedikit kusut dan berkeringat.”abisnya memekmu lucu sih, bau lagi”, balasnya nakal. “Iiihh… jahat”, Belum habis berkata begitu aku memegang kepalanya dan mengucek-ucek rambutnya. Dia tertawa geli.

Selanjutnya aku menekan kepalanya ke bawah, sontak mukanya terutama hidung dan bibirnya langsung nyosor menekan memekku, hidungnya menyelip di antara kedua bibir memekku. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir memekku dengan bernafsu, sementara jemari kedua tangannya merayap ke balik pahaku dan meremas bokongku yang bundar dengan gemas.

Dia mulai mencumbui bibir memekku yang tebal itu secara bergantian seperti kalau dia mencium bibirku. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir memekku bagian bawah.

Karena ulahnya aku sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhku menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahaku sampai menjepit kepalanya yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir memekku.

Dia memegangi kedua belah bokongku yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, sepertinya dia tak rela melepaskan pagutan bibirnya pada bibir memekku. aku mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya.

Kedua tanganku meremasi rambutnya sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulku. Kadang pantat kunaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang kugoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahnya pada seluruh permukaan memekku. aku berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang diciptakannya pada memekku.

Tubuhku menggeliat hebat, kepalaku bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan. Dia semakin bersemangat melihat tingkahku, mulutnya semakin buas, dengan nafas setengah memburu disibakkannya bibir memekku dengan jemari tangan kanannya, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendirku, agak sebelah bawah terlihat celah liang memekku yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula.

Dia mencoba untuk membuka bibir memekku agak lebar, namun aku memekik kecil karena sakit.

“aawww mass.. sakiit”, pekikku kesakitan. “maaf sayang, sakit yaa…” bisiknya khawatir. Dia mengusap dengan lembut bibir memekku agar sakitnya hilang, sebentar kemudian lalu disibakkan kembali pelan-pelan bibir memekku, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang memekku yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah itil, bagian paling sensitif dari memek wanita.

Lalu secepat kilat dengan rakus lidahnya dijulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging itilku. Aku memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakiku ke bawah. Aku mengejang hebat, pinggulku bergerak liar dan kaku, sehingga jilatannya pada itilku jadi luput.

Dengan gemas dia memegang kuat-kuat kedua belah pahaku lalu kembali menempelkan bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir memekku, dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkannya lidahnya menembus jepitan bibir memekku dan kembali menyentil nikmat itilku dan, aku memekik tertahan dan tubuhku kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakiku, pantat ku angkat ke atas sehingga lidahnya memasuki celah bibir memekku lebih dalam dan menyentil-nyentil itilku.

Begitu singkat karena tak sampai 1 menit aku terisak menangis dan ada semburan lemah dari dalam liang memekku berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. Dia masih menyentil itilku beberapa saat sampai tubuhku terkulai lemah dan akhirnya pantatku pun jatuh kembali ke kasur.

Aku melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru kurasakan, sementara dia masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika aku nyampe. Seluruh selangkanganku tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental.

Dia menjilati seluruh permukaan memekku sampai agak kering, “Sayaang… puas kan…” bisiknya lembut namun aku sama sekali tak menjawab, mataku terpejam rapat namun mulutku tersenyum bahagia.

“Giliranku sayang, aku mau masuk nih… tahan sakitnya sayang”, bisiknya lagi tanpa menunggu jawabannya.

Dia segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhku yang telanjang berkeringat. Toketku penuh lukisan hasil karyanya. Dengan agak kasar dia menarik kakiku ke atas dan ditumpangkannya kedua pahaku pada pangkal pahanya sehingga kini selangkanganku menjadi terbuka lebar.

Dia menarik bokongku ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas memekku yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir memekku dan lalu beberapa saat kemudian dengan nakal kontolnya ditepuk-tepukkan dengan gemas ke memekku. Aku menggeliat manja dan tertawa kecil,

“Mas… iiih.. gelii.. aah”, jeritku manja. “Sayaang, kontolku mau masuk nih… tahan yaa sakitnya”, bisiknya nakal penuh nafsu.

“Iiihh… jangan kasar ya mass… pelan-pelan saja masukinnya, aku takut sakiit”, sahutku polos penuh kepasrahan. Sedikit disibakkannya bibir memekku dengan jemari kirinya, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang memekku yang sempit.

Dia mulai menekan dan aku pun meringis, dia tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang memekku itu membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Aku menggigit bibir. Dia melepaskan jemari tangannya dari bibir memekku dan plekk… bibir memekku langsung menjepit nikmat kepala kontolnya.

“Tahan sayang…” bisiknya bernafsu. Aku hanya mengangguk pelan, mata lalu kupejamkan rapat-rapat dan kedua tanganku kembali memegangi kain sprei. Dia agak membungkukkan badannya ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah.

Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam liang memekku. Dia kembali menekan, dan aku mulai menjerit kesakitan. Dia tak peduli, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam liang memekku dan tiba-tiba setelah masuk sekitar 4 centi seperti ada selaput lunak yang menghalangi kepala kontolnya untuk terus masuk, dia terus menekan dan aku melengking keras sekali lalu menangis terisak-isak. selaput daraku robek.

Dia terus menekan kontolnya, ngotot terus memaksa memasuki liang memekku yang luar biasa sempit itu. Dia memegang pinggulku, dan ditariknya kearahnya kontolnya masuk makin ke dalam, Aku terus menangis terisak-isak kesakitan, sementara dia sendiri malah merem melek keenakan.

Dan dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk liang memekku. dia mengerang nikmat. Dihentakkan lagi pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir memekku. dia berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat memekku yang luar biasa.

Sementara aku hanya memekik kecil lalu memandangnya sayu. “Mass… aku sudah nggak perawan lagi sekarang”, bisikku lirih. Kami sama-sama tersenyum.

Direbahkannya badannya di atas tubuhku yang telanjang, aku memeluknya penuh kasih sayang, toketku kembali menekan dadanya. Memekku menjepit meremas kuat kontolnya yang sudah amblas semuanya. Kami saling berpandangan mesra,dia mengusap mesra wajahku yang masih menahan sakit
menerima tusukan kontolnya.

“Mas… bagaimana rasanya”, bisikku mulai mesra kembali, walaupun sesekali kadang aku menggigit bibir menahan sakit.

“Enaak sayang.. dan nikmaat… oouhh aku nggak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata sayang… selangit pokoknya”, bisiknya.

“MAs, bagaimana kalau aku sampai hamil?” bisikku sambil tetap tersenyum.”Oke…nanti setelah ng***** kita cari obat di apotik, obat anti hamil”, bisiknya gemas. “Iihh… nakal…” sahutku sambil kembali mencubit pipinya.

“Biariin…” “Maasss…” aku agak berteriak. “Apaan sih…” tanyanya kaget. Lalu sambil agak bersemu merah dipipi aku berkata lirih. “dienjot dong…” bisikku hampir tak terdengar.

“Iiih kamu kebanyakan nonton film porno, kan memeknya masih sakiit”, jawabnya. “Pokoknya, dienjot dong Mas…” sahutku manja. Dia mencium bibirku dengan bernafsu, dan akupun membalas dengan tak kalah bernafsu.

Kami saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu dia mulai menggoyang pinggul naik turun. kontolnya mulai menggesek liang memekku dengan kasar, pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Aku memeluk punggungnya dengan kuat, ujung jemari tanganku menekan punggungnya dengan keras.

Kukuku terasa menembus kulitnya. Tapi dia tak peduli, dia sedang meng*****i dan menikmati tubuhku. Aku merintih dan memekik kesakitan dalam cumbuannya. Beberapa kali aku sempat menggigit bibirnya, namun itupun dia tak peduli.

Dia hanya merasakan betapa liang memekku yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging memekku seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar.

Aku melepaskan ciumannya dan mencubit pinggangnya. “Awww… aduuh Mass… sakit … . ngilu Mas” aku berteriak kesakitan.

“Maaf sayang… aku mainnya kasar yaah? aku nggak tahan lagi sayang aahhgghghh”, bisiknya. “pejuku mau keluar, desahnya sambil menyemprotkan peju yang banyak di liang memekku.

Kami pun berpelukan puas atas kejadian tersebut. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecapaian dalam permainan tadi.

Kami tidur dua jam lamanya lalu kami berdua mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Dia minta aku jongkok. Dia mengajariku untuk menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri.

Kontolnya kukulum sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun. “Enak banget yang, kamu cepet ya belajarnya. Terus diemut yang”, erangnya. Kemudian giliran dia, aku disuruhnya berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub agar siap mendapat serangan oralnya.

Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada itilku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke memekku. Dia tahu apa yang kumau, lalu dijulurkannya lidahnya lebih dalam ke memekku sambil mengorek-korek itilku dengan jari manisnya.

Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan sampai aku nyampe, dengan derasnya lendirku keluar tanpa bisa dibendung. Dia menjilati dan menelan semua lendirku itu tanpa merasa jijik. “Mas, nikmat banget deh, aku sampe lemes”, kataku.

“Ya udah kamu istirahat aja, aku mau ngangetin makanan dulu ya”, katanya. .Aku berbaring di ranjang, ngantuk sampe ketiduran lagi.

DIa membangunkanku dan mengajakku makan nasi padang yang sudah disiapkannya. “Din, malem ini kita tidur disini aja ya, aku masih pengen ngerasain peretnya memekmu lagi. Kamu mau kan kita ngen tot lagi”, katanya sambil membelai pipiku.

“Aku nurut aja apa yang mas mau, aku kan udah punyanya mas”, jawabku pasrah. Sehabis makan langsung Aku dibawanya lagi keranjang, dan direbahkan. Kami langsung berpagutan lagi, aku sangat bernapsu meladeni ciumannya.

Dia mencium bibirku, kemudian lidahnya menjalar menuju ke toketku dan dikulumnya pentilku. Terus menuju keperut dan dia menjilati pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat.

“Mas enak sekali..” nafasku terengah2. Lumatannya terus dilanjutkannya pada itilku. Itilku dijilatinya, dikulum2, sehingga aku semakin terangsang hebat. Pantatku kuangkat supaya lebih dekat lagi kemulutnya. Diapun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam memekku yang sudah dibukanya sedikit dengan jari.

Ketika responsku sudah hampir mencapai puncak, dia menghentikannya. Dia ganti dengan posisi 6. Dia telentang dan minta aku telungkup diatas tubuhnya tapi kepalaku ke arah kontolnya. Dia minta aku untuk kembali menjilati kepala kontolnya lalu mengulum kontolnya keluar masuk mulutku dari atas.

Setelah aku lancar melakukannya, dia menjilati memek dan itilku lagi dari bawah. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di memekku.

Aku ditelentangkannya, pahaku dikangkangkannya, pantatku diganjal dengan bantal. “buat apa mas, kok diganjel bantal segala”, tanyaku. “biar masuknya dalem banget yang, nanti kamu juga ngerasa enaknya”, jawabnya sambil menelungkup diatasku.

Kontolnya digesek2kan di memekku yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilku dijilati barusan. “Ayo Mas cepat, aku sudah tidak tahan lagi” pintaku dengan bernafsu.

“Wah kamu sudah napsu ya Din, aku suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget sehingga gak sakit ketika kontolku masuk ke memek kamu”, jawabnya. Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontolnya ke memekku.

“Pelan2 ya mas, biar gak sakit”, lenguhku sambil merasakan kontolnya yang besar menerobos memekku yang masih sempit. Dia terus menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali.

“Mas enjot yang cepat, Mas, aku udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak Mas, lebih enak katimbang dijilat mas tadi”, lenguhku. “Aku juga mau keluar, yang”, jawabnya. Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa memekku berkedutan meremes2 kontolnya. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.

Sudah satu jam kami beristirahat, lalu dia minta aku mengemut kontolnya lagi. “Aku belum puas yang, mau lagi, boleh kan?” yanyanya. “Boleh mas, aku juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi”, jawabku sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya. Kemudian kepalaku mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontolnya dimulutku.

Dia mengerang kenikmatan, “Enak banget Din emutanmu. Tadi memekmu juga ngempot kontolku ketika kamu nyampe.

Nikmat banget deh malam ini, boleh diulang ya sayang kapan2?. Aku diam tidak menjawab
karena ada kontolnya dalam mulutku.

“Din, aku udah mau ngecret nih, aku masukkin lagi ya ke memek kamu”, katanya sambil minta aku nungging. “MAu ngapain mas, kok aku disuru nungging segala”, jawabku tidak mengerti. “udah kamu nungging aja, mas mau ngen totin kamu dari belakang”, jawabnya. Sambil nungging aku bertanya lagi, “Mau dimasukkin di pantat ya mas, aku gak mau ah”.

“Ya gak lah yang, ngapain di pantat, di memek kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya. dengan pelan diumasukkannya kontolnya ke memekku, ditekan2nya sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantatku diganjel bantal.

Kontolnya mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar aku mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatku. Tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat.

Aku mulai merasakan nikmatnya dien tot, sakit sudah tidak terasa lagi. “Mas, aku udah ngerasa enaknya dien tot, terus yang cepet ngenjotnya mas, rasanya aku udah mau nyampe lagi”, erangku. Dia tidak menjawab, enjotan kontolnya makin lama makin cepet dan keras, nikmat banget deh rasanya.

Akhirnya dengan satu enjotan yang keras dia melenguh, “Din aku ngecret, aah”, erangnya. “Mas, aku nyampe juga mas, ssh”, bersamaan dengan ngecretnya pejunya aku juga nyampe.Kembali aku terkapar kelelahan.

Ketika aku terbangun, hari udah terang. Aku nggeletak telanjang bulat di ranjang dengan Satu kaki terbujur lurus dan yang sebelah lagi menekuk setengah terbuka mengangkang. Dia yang sudah bangun lebih dulu, menaiki ranjang dan menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha ku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku.

” Mass, geli!” aku menggeliat manja. Dia tersenyum sambil terus saja menciumi pusarku berulang2 hingga aku menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lututnya ia merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toketku.

Lidahnya sedikut menjulur ketika dia mengecup pentilku sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan. Diulangnya beberapa kali, kemudian dia berhenti melakukan jilatannya. Tangan kirinya bergerak keatas sambil meremes dengan lembut toketku.

Remasannya membuat pentilku makin mengeras, dengan cepat dikecupnya pentilku dan dikulum2nyasambil mengusap punggungku dengan tangan kanannya. “Kamu cantik sekali,” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Aku hanya tersenyum, aku senang mendengar pujiannya. Kurangkul lehernya, kemudian kucium bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulutku kuhisap2. Aku segera meraba kontolnya lagi, kugenggam
dan kugesek2kan ke memekku yang mulai berlendir.

Lendir memekku melumuri kepala kontolnya, kontolnya menjadi makin keras. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir memekku.

Terasa bibir memekku menjepit kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leherku, dadanya direndahkan sehingga menekan toketku.

“Oh…mas”, lenguhku ketika ia menciumi telingaku. “Kakimu dibelitkan di pinggangku Din”, pintanya sambil terus mencium bibirku. Tangan kirinya terus meremas toketku sedang tangan
satunya mengelus pahaku yang sudah kulingkarkan di pinggangnya.

Lalu dia mendorong kontolnya lebih dalam. Sesak rasanya memekku. Pelan2 dia menarik
sedikit kontolnya, kemudian didorongnya. Hal ini dia lakukan beberapa kali sehingga lendir memekku makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya.

Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat aku meringis. “Sakit yang”, tanyanya. “Tahan sedikit ya”. Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar memekku, lalu didorongnya kembali pelan2.

Dia terus mengamati wajahku, aku setengah memejamkan mata tapi sudah tidak merasa sakit. “Din, nanti dorong pinggul kamu keatas ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya. Dia mencium bibirku dengan lahap dan mendorong kontolnya masuk kontolnya.

Pentilku diremesnya dengan jempol dan telunjuknya. Aku tersentak karena enjotan kontolnya dan secara reflex aku mendorong pinggulku ke atas sehingga kontolnya nancap lebih dalam. Aku menghisap lidahnya yang dijulurkan masuk ke mulutku.

Sementara itu dia terus menekan kontolnya masuk lebih dalam lagi. Dia menahan gerakan pinggulnya, rambutku dibelai2nya dan terus mengecup bibirku. Kontolnya kembali ditariknya keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukannya beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di memekku.

Aku merangkul lehernya dan kakiku makin erat membelit pinggangnya.”Akh mas”, lenguhku ketika terasa kontolnya sudah masuk semua, terasa memekku berdenyut meremes2 kontolnya. “Masih sakit Din”, tanyanya. “Enak mas”, jawabku sambil mencakari punggungnya, terasa biji pelernya memukul2 pantatku.

Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk memekku. Entah bagaimana dia mengenjotkan kontolnya, itilku tergesek kontolnya ketika dia mengenjotkan kontolnya masuk. Aku menjadi terengah2 karena nikmatnya. Dia juga mendesah setiap kali mendorong
kontolnya masuk semua,

“Din, memekmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget sayang ng***** dengan kamu”.Tangannya menyusup ke punggungku sambil terus mengenjotkan kontolnya. Terasa bibir memekku ikut terbenam setiap kali kontolnya dienjot masuk.

“Mas”, erangku. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan kontolnya. Bunyi itu berasal dari beradunya pangkal pahanya dengan pangkal pahaku karena aku mengangkat pinggulku setiap dia mengenjot kontolnya masuk.

“Din, aku udah mau ngecrot”, erangnya lagi. Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di memekku dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam memekku. Bersamaan dengan itu, “Mas, aku nyampe juga mas”, aku mengejang karena ikutan nyampe.

Nikmat banget bersama dia, walaupun perawanku hilang aku tidak nyesel karena ternyata dien tot itu mendatangkan kenikmatan luar biasa.

Cerita Sex 2016 | Cerita Dewasa | Cerita Mesum | Cerita Ngentot | Cerita Tante Sange | Cerita ABG Bispak | Cerita Memek Perawan | Cerita Sedarah | Cerita Telanjang | Tips Bercinta | Foto Hot Bugil

The post Cerita Sex Suka ABG Seperti Ini appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Saat Liburan Keluar Kota

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Saat Liburan Keluar Kota – Aku baru saja merekrut sekretaris baru karena sekretarisku yang lama sudah malas-malasan dan kurang profesional, apalagi setelah dia menikah. Oh ya, hampir lupa, aku bekerja di sebuah perusahaan swasta yang sedang naik daun, tepatnya di sebuah bank swasta. Tak kuduga, sekretaris baruku itu memang bukan saja masih perawan, tapi rajin, pintar dan yang paling penting lagi adalah bodinya yang montok dan parasnya yang cantik, dengan kulit putih bersih tanpa cela. Dari pandangan mata pertama kali ketika kuwawancarai aku langsung terpikat dan dari sorot matanya serta sikapnya terhadapku, aku juga faham jika dia suka padaku.

cerita-sex-jilat-lagi-memekku-mas1-234x300
Cerita Sex: Saat Liburan Keluar Kota

 
Wah, cocok deh, rasanya pada minggu pertama hari-hari di kantor begitu indah dan rasanya sangat cepat berjalan. Namanya Indah Ningsih Purwati, oh… rasanya kerjaku tambah bersemangat. Setiap kali dia datang ke kamar kerjaku membawa surat atau minumanku, aku mulai menancapkan busur-busur asmaraku dari mulai menggenggam tangannya, mencium hidung dan keningnya tetapi masih cukup sopan, jangan sampai dia kaget atau marah. Tapi aku yakin, dia pun ingin diperlakukan demikian karena ternyata dia tak menolak bahkan kerjanya semakin rajin dan cekatan bahkan tak pernah bolos (termasuk ketika datang matahari, eh datang bulan).
Kupikir tak apa, malah aku senang, toh aku belum mau pakai, yang penting bisa mencium bibirnya, hidungnya, keningnya dan dari hari ke hari kami semakin tenggelam dalam asmara. Ketika itu, tahun 1982, dia sudah punya pacar bahkan pacarnya terus memintanya untuk segera menikah. Herannya, menurut pengakuannya, dia semakin benci dan tidak berniat nikah dengan pacarnya itu. Weleh-weleh- weleh, rupanya jerat cintaku telah merasuki jiwanya.
Sampai suatu hari (3 bulan kemudian), aku memberanikan diri untuk mengajaknya pergi ke luar kota di hari minggu, karena tidak mungkin kami mencurahkan cinta kasih kami di kantor. Dia setuju dan berjanji untuk menungguku di sebuah pasar swalayan tak jauh dari rumahnya. Maka ketika mobil kami meluncur di toll Jagorawi menuju Bogor dan kemudian ke Pelabuhan Ratu Sukabumi, hati kami semakin berbunga-bunga sebab kami akan dapat mencurahkan segalanya tanpa takut diketahui orang atau pegawai lain di kantor maklum kedudukanku sebagai kepala cabang bank swasta terkemuka di samping sudah beristeri dan beranak dua.
“Ning….” kataku pelan ketika mobilku keluar pintu toll.
“Ada apa Pak?” Ningsih menjawab manis, sambil melirikku.
“Sekarang jangan panggil bapak, panggil saja Papah, biar nanti orang mengira kita ini suami-isteri. ” Dia mencubit pahaku sambil tersenyum manja, dan tangannya kutahan untuk tetap memegang pahaku, dia mendelik manja tapi juga setuju.
“Pah… kamu nakal deh”, sambil mencubit sekali lagi pahaku. Wah, rasanya aku seperti terbang ke langit mendengar Ningsih mengatakan “Papah” seperti yang kuminta.
Sebaliknya, aku pun mulai saat itu memanggil Ningsih dengan sebutan “Mamah” dan kami saling memagut cinta sepanjang perjalanan ke Pelabuhan Ratu itu, laksana sepasang sejoli yang sedang mabuk cinta atau pengantin baru yang akan ber-“honey-moon” , sehingga tak terasa mobilku sudah memasuki halaman Hotel Samudera Beach. Pelabuan Ratu yang berada di tepi Samudra Hindia dengan ombaknya yang terkenal garang. Laksana suami isteri, aku dan Ningsih masuk dan menuju “reception desk” untuk check-in minta satu kamar yang menghadap ke laut lepas. Petugas resepsi dengan ramah dan tanpa rewel (mungkin karena aku ber-Mamah-Papah dan terlihat sebagai suami isteri yang sangat serasi, sama ganteng dan cantiknya) segera memberikan kunci kamar, sambil minta seorang room-boy mengantar kami ke ruangan hotel di lantai tiga kalau aku tak salah.
Segera kututup pintu kamar, di-lock sekaligus dan pesan supaya kami tidak diganggu karena mau beristirahat. Aku dan Ningsih duduk berhadapan di pinggir tempat tidur sambil tersenyum mesra penuh kemenangan. Akhirnya, angan-angan yang selalu kuimpikan untuk berdua-duaan dengan Ningsih ternyata terlaksana juga. Kukecup hidungnya, keningnya, telinganya, Ningsih menggelinjang geli. Kusodorkan mulutku untuk meraih mulutnya, dia terpejam manja dan ketika bibir kami bersentuhan dan kuulurkan lidahku ke bibirnya, ternyata dia langsung menyedot dan melumat lidahku dalam-dalam.
“Ooohhgghh, Paahh”, Ningsih mulai terangsang dan merebahkan badannya, aku segera saja menggumulinya dan menaiki badannya, Ningsih melenguh dan terpejam, kemaluanku bergesekan dengan selangkangannya dan bau harum parfumnya semakin merangsang nafsuku.
“Paahh, kita buka pakaiannya dulu, nanti lecek.” Oh, harum sekali mulutnya, kulumat habis wajahnya, kupingnya, jidatnya dan mulutnya.
“Paahh, bandel nih, kita buka dulu bajunya!” Aku masih terengah-engah menahan nafsuku yang membara, kemaluanku semakin menegang menggesek selangkangannya.
“OK Mahh… yuuk dibuka dulu.”
Karena sudah sama-sama ngebet, kami saling membukakan pakaian dan setelah T-Shirt-nya kulepas, terlihat sepasang gunung menyembul putih, dan mulus sekali. Kami berpandangan setelah tak selembar benang pun menempel. Kudekap Ningsih yang mulus, putih, harum itu, kujilati semuanya sambil berdiri, sementara kemaluanku sudah tegang memerah, apalagi ketika Ningsih mulai meraba dan meremas batang kemaluanku. Kutelentangkan dia di tempat tidur. Oh… betapa mulusnya badan Ningsih, sempurna sekali seperti bidadari. Pinggulnya yang montok, buah dadanya yang putih kencang dengan puting merona merah dan kemaluannya yang dijalari rambut kemaluan yang tidak terlalu lebat jelas menampakkan bentuknya yang sempurna tanpa cacat, dan kelentit yang merah terlihat rapi dan belum menonjol keluar karena memang Ningsih masih perawan.
Kujilati dari ujung kaki sampai ujung jidatnya yang mulus, naik ke atas, berhenti lama di bawah kemaluannya. Kumainkan lidahku di antara selangkangannya, Ningsih melenguh, terus kukulum-kulum kemaluannya, klitorisnya yang merah dan beraroma harum, tambah lama tambah merambah ke dalam lubang kemaluannya yang merah.
“Ogghh, Paahh, geliii.., terusss Pahh, ogghh, tapi jangan terlalu dalam Pahh…, saakiiit.”
“Yaa, sayanggg”, sambil terus lidah dan mulutku mengulum kemaluan dan kelentitnya yang mulai terasa agak asin karena cairan kemaluan Ningsih mulai keluar.
“Ogghh, Paah…, adduuhh, Paahh, gelii, Pahh, Mamah kayaak maauu… ogghh.” Aku terus menjilati seluruh kemaluannya dengan membabi buta, kuhirup seluruh cairannya yang wangi itu, sekali-kali lubang pantatnya kujilati dan Ningsih menggelinjang dan merintih setiap kali kujilat pantatnya.
Penisku semakin tegang dan keras, urat-uratnya terlihat jelas menegang, aku tahan terus supaya tidak ejakulasi duluan. Aku ingin memuaskan Ningsihku yang tentunya baru merasakan kenikmatan surga dunia ini bersama lelaki yang dicintainya.
“Paahh, eemmggghh.., teruss… Paahh, geellii…, oooggghh…, Pappaahh jaahhaatt!” aku masih saja terus melumat, memamah, menggigit-gigit kecil lubang kemaluan dan klitorisnya yang merah dan beraroma wangi, dan pantat Ningsih semakin cepat naik turun sepertinya mau agar lidahku semakin masuk ke lubang kemaluannya.
“Paahh, naik Paahh, udaahh donnkk, Mamahh nggak tahaan”, sambil menarik tanganku.
Matanya terpejam ayam, buah dadanya yang putih, mulus dan mengkel terlihat naik turun. Aku menaiki badannya dan penisku yang sudah seperti besi terasa menggesek bulu kemaluannya dan menempel hangat disela-sela kemaluannya yang semakin basah oleh ludahku dan cairan vaginanya. Kuremas dan kuhisap buah dadanya, kukulum puting susunya yang merah muda, terasa sedap dan manis. Ningsih menggelinjang dan semakin melenguh.
“Maahh, masukin yaa, penis Papah”, dia mengangguk sambil tetap terpejam. Kubidikan penisku yang sudah keras itu kelubang kemaluannya, dan kujajaki sedikit-sedikit lubangnya, maklum Ningsih masih perawan, aku tak ingin menyakitinya.
“PPPaahh, masukkaan cepatt… Mamah nggak tahan Paah aahh…” Kutancapkan penisku lebih dalam, Ningsih merintih nikmat, pantatku naik turun untuk mencari lubang kemaluannya yang masih belum tertembus penis itu, Ningsih terus menggoyangkan pantatnya naik turun sambil terus merintih.
“Maahh, penis Papahh udahh masuukk, oogghh mahh, vaginanya lezat, menyedot-nyedottt. .. penis…” aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa, karena disamping Ningsih masih perawan, vaginanya juga punya keistimewaan yang sering disebut “empot-empot ayam” itu.
Tambah lama, penisku tambah melesak jauh ke dalam vagina Ningsih dan ada beberapa tetes darah sebagai tanda keperawanannya diberikan kepadaku, boss-nya, kekasih barunya. Oh, betapa bahagianya hati ini.
“Paahh, saakkiitt, Paahh, tapi enaak, oooggghh.. Paahh, terus, goyang paahh…, oooghh, cepeetiinn paahh…” Aku semakin mempercepat goyangan pantatku naik turun dan penisku sudah bisa masuk semuanya ke lubang kemaluan Ningsih.
Aku bangun dan duduk sambil kupeluk Ningsih untuk duduk berhadap-hadapan dengan tidak melepaskan penisku. Ningsih duduk di pangkuanku dengan kaki melonjor ke belakang pantatku. Penisku terus menancap di vaginanya dan Ningsih mulai menaik-turunkan pantatnya.
“Paahh, oggghh… pahh”, sambil melumat bibirku dan menggigitnya.
“mmaahh,oogghh, aememmhh… maahh, goyang terusss…, Papah mau keluarrrr.” Ningsih semakin beraksi menaik turunkan pinggulnya yang bahenol dan putih bersih dan aku pun meladeninya dengan menaik-turunkan pantat dan penisku semakin kencang juga.
“Pppaahh… Papahh harus tanggung jawab yaa, kalau Ningsih hamil”, ucapnya di sela-sela nafasnya yang semakin ngos-ngosan.
“Ningsiha… emmhhggg, sayang Pappaahh… biarin mengandung anak Papaah”, manjanya. Aku mengangguk saja sebab aku sangat mencintainya.
“Paahh… oogghh… emmgghh… Ningsiha mauuu… keluaarrr… oomhh.” “Papahh.. jugaa… sayanggg…. “jawabku sambil telentang agi sedangkan Ningsih tetap nongkrong berada di atas badanku dan vagina serta pantatnya naik turun semakin cepat melumat habis batang penisku.
“Paahh… Mamahh… oooghh… sssakittt, oooggghh… tapiii.. ennaakk”, ketika kubalikkan badannya dan kutancapkan penisku dari belakang.
Kugenjot terus penisku keluar masuk lubang kemaluannya sambil kuremas-remas pinggulnya yang mulus dan montok seperti gitar itu, Ningsih semakin merintih, aku juga semakin tersengal-sengal menahan nafasku dan penisku yang semakin liar. Waktu sudah berjalan sekitar 50 menit sejak kami masuk kamar. Kuat juga pikirku, mungkin berkat latihan yogaku yang cukup teratur, sehingga bisa menahan emosi dan cukup nafas. Aku memang rada jago juga dalam bermain asmara di ranjang.
“Terruusss.. . Paahh… eemmhh… ogghh… Paahh… Paahh, ggghh… Mamahh maaooo keluaarr… oogghh… bareng Paahh.” Kucabut dulu penisku dan Ningsih kuminta untuk telentang kembali dan lantas kutindih lagi sebab aku ingin menatap dan menciumi wajah kekasihku ketika kami sama-sama ejakulasi.
Kutancapkan kembali penisku ke vaginanya yang terlihat semakin memerah, kujilati dulu lendir-lendir di kemaluannya sampai lumat dan kutelan dengan nikmat. Dia menggeliat,
“Cepat dong masukan lagi penisnya Pah!” dan,
“Bbbleess”, oh nikmat sekali rasanya vagina perawanku tercinta ini.
Aku seperti di awang-awang, saling mencintai dan dicintai. Kugoyang terus pantatku semakin lama semakin kencang dan penisku keluar masuk vaginanya dengan gagah, Ningsih terus melenguh kenikmatan sambil tangannya memilin-milin puting susuku semakin membawa nikmat. Ningsih semakin menggila goyangannya mengimbangi keluar masuk penisku ke vaginanya, penisku terasa disedot-sedot dan dijepit dengan daging lunak yang ngepres sekali. Keringat kami semakin bercucuran dan semakin membangkitkan gairah cinta, kemudian tiba pada puncak gairah cinta dan surga dunia kami yang paling indah, paling berkesan sekali disaksikan laut kidul, dan kami berdua serempak berteriak dan mengejang,
“Paahh… Maahh… oogghh… mauuu keluuuarrr.. . ogghh… baarrrreeengg. .. yuuu…, oooghh… sayaang.” Kami sama-sama mengejang, mengerang, merengkuh apa pun yang bisa direngkuh, sebuah klimaks dua manusia yang saling mencintai dan baru dipertemukan, meskipun sudah agak telat karena aku sudah berkeluarga.
Sejak itu, aku terus memadu kasih kapan dan di mana saja (kebanyakan di luar kota) sampai Ningsih kawin dan keluar dari perusahaanku. Anak-anaknya adalah anak-anakku juga bahkan wajahnya mirip wajahku dan kadang-kadang kami masih bertemu memadu kasih karena kami tidak bisa melupakan saat-saat indah itu. Kapan akan berakhir perselingkuhan ini, kami tidak tahu sebab cinta kami sangat mendalam.
Ningsih telah keluar dari kantor cabang bank yang kupimpin di bilangan Slipi, karena dia dipaksa kawin dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya. Namun sebagai anak yang patuh sama orang tua, terpaksa harus mengikuti keinginan orangtuanya dan ikut bersama suaminya setelah itu ke Bandung, karena suaminya bertugas di kantor pajak Jawa Barat. Sebulan sebelum menikah dia kuajak ke Singapore untuk operasi selaput dara, karena aku tidak ingin Ningsihku bermasalah dengan suaminya pada malam pengantinnya.
Kami menginap di sebuah hotel di kawasan Orchard Road yang ramai dan penuh pertokoan selama tiga malam dan satu malam lainnya aku menungguinya di Rumah Sakit Elizabeth yang terkenal dan langsung ditangani oleh dr. Lie Tek Shih, spesialis operasi plastik, kenalan lama saya. Malam sebelum operasi selaput dara, kami menumpahkan seluruh kasih sayang semalam suntuk di hotel bintang empat itu, dan malam itu merupakan malam yang ke 24 (karena Ningsih rajin mencatat setiap pertemuan kami) kami memadu kasih dan terlarut dalam kebersamaan yang tiada tara sejak yang pertama di “Samudera Beach” Pelabuhan Ratu.
“Papah”, Ningsih bersender manja di dadaku di kamar hotel itu.
“Apa sayang?” jawabku sambil mencium rambutnya yang harum.
“Mamah… Mamah nggak mau kawin dan meninggalkan Papah”, rengeknya manja.
“Memangnya kenapa sayang?” jawabku sambil mengusap sayang payudaranya yang putih ranum.
“Mamah nggak cinta sama calon suami pilihan Bapak, lagi pula Mamah nggak mau meninggalkan Papah sendirian di
Jakarta.” Matanya terlihat mulai berkaca-kaca,
“Mamah sangat sayaang sekali sama Papah, Mamah cintaa sekali sama Papah, Mamah tak rela tubuh dan segala milik Mamah dijamah dan dimiliki orang lain selain Papah, achh… kenapa Tuhan mempertemukan kita baru sekarang? setelah Papah punya isteri dan anak?” Ningsih terus bergumam sambil membelai dadaku dan sesekali mempermainkan puting susuku yang semakin keras.
“Mahh, sudahlah, itu sudah diatur dari sananya begitu, kalau dipikir, Papah pun nggak rela kamu dijamah laki-laki lain, Papah tak kuasa membayangkan bagaimana malam pengantinmu nanti, tapi semuanya sudah akan menjadi kenyataan yang tidak mungkin kita robah.” Aku menciumi seluruh mukanya dengan segenap kasing sayang, seakan kami tidak ingin terpisahkan, air mata kami berlinangan campur menjadi satu dalam kesenduan dan kemesraan yang tak pernah berakhir setiap kali kami memadu kasih.
“Papaahh, nikmatilah Ningsihmu sepuasmu Pahh, sebelum orang lain menjamah tubuhku.” Ningsih menarik tanganku ke buah dadanya dan merebahkan badannya ke kasur empuk sebuah double-bed. Aku beringsut mendekatinya, sambil kurebahkan badanku di samping tubuhnya yang putih mulus dan seksi itu. Kuusap-usap penuh mesra dan kasih sayang buah dadanya yang putih ranum dengan putingnya yang merona merah. Kujulurkan mulut dan lidahku ke puting buah dada kirinya yang menurutnya cepat membuat rangsangan berahinya timbul.
“Paahh…, gelliii… sayaang… oooggghh, Paahh…, naikin Mamaahh… Paahh…” Matanya merem ayam dan dadanya semakin turun naik.
“Iyyaa, yaanng…” aku segera menindihi badannya, dan penisku mulai kembali tegang.
Tiba-tiba Ningsih membalikkan badannya dan mendadak merenggangkan kedua kakiku. Tak sampai satu menit, Ningsih sudah mengulum penisku yang semakin mengeras dan mengkilat kepalanya sampai batangnya amblas semua ke dalam mulutnya.
“Oogghh, Paahh, sudah assiiinnn, Papah sudah ngiler nih, tapi nikmat kok, Mamah suka?” Aku semakin merem melek,
“Ogghh, Mmaahh, geellii, sayaang, nikmaatt, ogghh.” Ningsih mengenyot biji pelirku dan menggigit-gigit sayang, hingga aku menggelinjang geli dan nikmat.
Ningsih memang pintar, hebat, telaten dan cantik. Aku terkadang tak suka dan tak rela dia nanti ditiduri dan dijamah lelaki lain, walaupun itu suaminya. Aku terpikir untuk menggodanya.
“Mah, apa nanti suamimu juga dijilati begini?” Ningsih berhenti melumat dan menjilat penis dan buah pelirku sejenak. Matanya mendelik dan mencubit pantatku keras sekali.
“Jangan menyakiti hati Mamah ya Pah, Mamah sumpah nggak akan seperti ini, seperti main sama Papah, meskipun nanti lelaki itu resmi jadi suamiku”, Ningsih iseng mengusap-usap penisku penuh sayang sambil nyerocos lagi.
“Percaya dech pah, Ningsih cuma cinta sama Papah, paling-paling kalau main nanti sama dia sekedar karena kewajiban, biar saja kayak gedebong pisang.”
“Benar ya Mah, Papah nggak rela kalau kamu main sama dia dirasain, terus ikut goyang dan melenguh, Papah pasti merasakannya” , kataku menimpali.
“Nggak bakal sayang, Mamah hanya manja dan menikmati semua kalau ngewe sama Papah, percaya dech sayang.” Ningsih kembali naik di atas badanku dan penisku terus diusap-usapnya dan sesekali dikocoknya persis di bagian kepalanya, sehingga langsung tegang dan berdiri perkasa menampakkan otot-ototnya.
Ningsih mengangkat sedikit pantatnya ke atas dan menyelipkan penisku yang semakin perkasa ke lubang kemaluannya yang mulai basah dan licin. Penisku nggak begitu panjang memang, paling sekitar 15 sentimeter, tapi kerasnya seperti besi, dan Ningsih selalu menikmati klimaks dengan sangat bahagia bahkan bisa berkali-kali klimaks dalam setiap kali berhubungan denganku. Pantatnya mulai bekerja naik turun dan pantatku juga mengimbanginya dengan menekan-nekan ke atas, sehingga Ningsih semakin merem melek keasyikan.
“Ppaahh, aagggghh… terus teken sayaang… Mamaahh eennnaakk adduuhh Paahh.., oogghh.., Mamaahh, cintaa.. yaangg…” Selalu saja Ningsih nyerocos mulutnya kalau lagi keasyikan vaginanya melumat penisku.
Vaginanya mulai lagi menyedot-nyedot penisku dengan “empot ayamnya” yang tak bisa kulupakan.
“mmaahh…. ooogghh… aduuhh, Maahh, nikmaat, sayaang.. teruuuss Maahh, goyaanng.” Aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Kuremas-remas buah dada dan putingnya, hingga dia kegelian dan semakin kencang menaik-turunkan pantatnya, sampai bunyi gesekan penis dan vaginanya semakin terdengar. Ningsih membalikkan badannya dan membelakangiku tapi dengan posisi tetap di atas tubuhku tanpa mengeluarkan penisku dari kemaluannya. Aku paling bernafsu kalau melihat pantat Ningsih yang putih mulus dan bahenol turun naik di depan mataku sambil vaginanya terus menghisap-hisap batang penisku sampai amblas semuanya ke dasar kemaluannya. Tiba-tiba,
“Pppaahh, oggghh, Papaahh, Mamahh maooo keluaarr…. ooghh… Papaahh… aa.. aa… aagghh aaggghh, Mamaahh duluaannn Pahh….” Ningsih terkulai lemas sambil menyubit keras pantatku dan berbalik kembali menindih tubuhku, sambil memegang penisku yang masih berdiri tegak dan belepotan lendirnya.
“Bandel nich… ayo cepeten masukin lagi, Mamah yang di bawah!” perintahnya manja sambil menciumi wajahku. Kedua tubuh kami mandi keringat, rasanya puas sekali setiap bersetubuh dengan Ningsihku sayang.
Aku tersenyum puas, aku memang nggak egois, biar Ningsihku dulu yang terkulai lemas menikmati klimaksnya, aku bisa menyusul kemudian dan Ningsih selalu melayaniku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Kubalikkan tubuhnya, kujilati dengan kulumat lendir-lendir di vaginanya, kujilat, kugigit sayang klitoris dan vaginanya, dia menggelinjang kegelian. Kutelan semua lendir Ningsihku, sementara itu penisku masih berdiri tegak.
“Cepat masukin penisnya sayang, Mamah mau bobo nich.., lemas, ngantuk”, kicaunya. Setelah kubersihkan vaginanya dengan handuk kecil, kumasukkan lagi penisku, aduh ternyata lubang vaginanya menyempit kering lagi, menambah nikmat terasa di penisku.
“Mmaahh, eennaak… Maahh, oogghh, sempit lagi Maahh…” sambil terus kutekan ke atas dan ke bawah penisku.
Aku sedikit mengangkat badanku tanpa mencabut penisku yang terbenam penuh di vagina Ningsih, kemudian kaki kanan Ningsih kuangkat ke atas dan aku duduk setengah badan dengan tumpuan kedua dengkulku. Ningsih memiringkan sedikit badannya dengan posisi kaki kanannya kuangkat ke atas. Dengan posisi demikian, kusodok terus penisku ke luar dan ke dalam lubang vaginanya yang merah basah. Ningsih mulai melenguh kembali dan aku semakin bernafsu menusukkan penisku sampai dasar vaginanya.
“Ooggghh, Maahh, ooogghh.. nikmat sekali sayang”, lenguhku sambil memejamkan mataku merasakan kenikmatan vagina Ningsih yang menyut-menyut dan menyedot-nyedot.
“Paahh.. Mamah enaak lagi, ooogghh… Paahh”, dia mulai melenguh lagi keenakan.
Aku semakin bersemangat menusukkan penisku yang semakin tegang dan rasanya air maniku sudah naik ke ujung penisku untuk kusemburkan di dalam kemaluan Ningsih yang hangat membara. Kubalikkan tubuhnya supaya tengkurap dan dengan bertumpu pada kedua dengkulnya aku mau bersenggama dengan doggy style, supaya penisku bisa kutusukkan ke vaginanya dari belakang sambil melihat pinggul dan pantatnya yang putih dan indah. Dalam posisi senggama menungging begitu, aku dan Ningsih merasakan kenikmatan yang sangat sempurna dan dahsyat. Apalagi aku merasakan lubang vaginanya semakin sempit menjepit batang penisku dan sedotannya semakin menjadi-jadi.
“Paahh… teruuuss genjoott.. Paahh…” Ningsih mulai mengerang lagi keenakan dan pantatnya semakin mundur maju sehingga lubang vaginanya terlihat jelas melahap semua batang penisku.
“Blleesss, shhoottt… bleesss… srooottt, sreett crreeckkk… ” gesekan penisku dan vaginanya semakin asyik terdengar bercampur lenguhan yang semakin nyaring dari dua anak manusia yang saling dilanda cinta.
“Maahh, ooggghh… adduuuhh, Yaangg… emghh, Papah enaakk, ooghh!” aku tergoncang-goncang dan dengkulku semakin lemas menahan kenikmatan dan nafsuku yang semakin menggelegak.
Sementara itu keringatku semakin bercucuran membasahi kasur meskipun AC cukup dingin di kamar hotel itu.
“Paahh, ooogghh, teruuusss tusuuk Paahh…” Ningsih merintih-rintih ke asyikan, kelihatannya akan klimaks lagi.
Rupanya Ningsih nggak mau tahu kalau posisi persetubuhan saat itu akan berakhir 2-1 untuk kemenanganku, dan entah akan menghasilkan skor berapa sampai pagi hari nanti, soalnya mumpung ketemu sebelum dia dikawinkan. Ningsih memintaku untuk telentang lagi dan sementara dia berada jongkok di depanku, sehingga vaginanya yang merah basah sampai ke bulu-bulunya terlihat jelas di depan mataku. Aku memberi kode agar Ningsih mendekatkan vaginanya ke mukaku. Sesaat kemudian vaginanya sudah ditindihkan di mulutku dan kulumat habis cairan asin bercampur manis yang ada di selangkangan dan mulut vagina dan bulunya. Kujilati habis dan kutelan dalam-dalam. Ningsih melenguh keasyikan sambil menggoyangkan pinggulnya ke atas ke bawah dan membenamkan vaginanya ke mukaku.
“Paahh…, ooghh, Paahh…, nikmaatt, yaangg… teruusss, aduuuhh…, ooggghh, eemmhh, gilaa…, emmhh”, mulai ramai lagi dia dengan lenguhannya yang semakin menambah semangatku untuk terus melumat, menjilat, menggigit-gigit kecil kemaluan dan klitorisnya, lidahku terus menggapai-gapai ke dalam kemaluannya dan sesekali menjilat lubang pantatnya, sehingga dia menggeliat dan melenguh keenakan. Lenguhan Ningsih kalau sedang senggama itu tak bisa kulupakan sampai saat ini.
Ningsihku adalah isteriku yang sesungguhnya, meskipun secara resmi tidak dapat dilakukan karena keadaan kami masing-masing. Terkadang kami bingung apakah cinta kasih kami akan terus tanpa akhir sampai takdir memisahkan kami berdua? Ningsih kembali kuminta celentang, karena sudah kebiasaanku kalau aku klimaks harus melihat wajahnya dan mendengar lenguhannya di depan mataku, dan rasanya semua perasaan cintaku dan spermaku tumpah ruah di dalam vaginanya kalau aku ejakulasi sambil berada di atas tubuhnya yang mulus montok, terkadang sambil meremah buah dadanya yang putih padat.
Kumasukkan lagi segera penisku yang sekeras besi dan berwarna coklat mengkilap itu kelubang vaginanya,
“Blleeeessss. ” Aku sudah tak tahan lagi menahan gumpalan spermaku di ujung penisku.
Kugenjot penisku keluar masuk vaginanya sampai ke ujung batang penisku, sehingga rambut kemaluan kami terasa bergesekan membuat semakin geli dan nikmat rasanya. Kuangkat kaki kanan Ningsih ke atas, sehingga aku semakin mudah dan bernafsu memaju mundurkan pinggulku dan penisku, Ningsih meringis dan melenguh keenakan.
“Paahh… teruuss Paahh… oogghh, penis Papah eaakk… ooggghh, eeemmhh… emmhh… aduuuhh.” Keringat kami semakin bercucuran membasahi sprei, masa bodoh sudah bayar mahal ini.
Aku semakin bernafsu menyodok dan menarik batang penisku dari vagina Ningsih yang semakin licin tapi tetap sempit seperti perawan.
“Oooggghh… Maahh… ooggghh… Maahh… ikut goyang dong Sayaang…, oooghh… Papaahh maauu keluuuaarr.. .” aku semakin gila saja dibuatnya, keringat semakin bercucuran, nikmat dan nikmat sekali setiap bersetubuh dengan Ningsihku sayang.
Air maniku rasanya tinggal menunggu komando saja untuk disemprotkan habis-habisan kelubang vagina Ningsih.
“Paahh, aduuuhh, bareng yuuu.. Paahh… Mamah mmoo keluaarr lagi”, Ningsih minta aku menindihnya dan menciumnya.
Segera kutimpa dia dari atas sambil melumat mulut, bibir dan lidahnya.
“Ooogghh… yuu… baraeeng.. Paahh… aiiaaogghh.. . aduhh.. yuu Maahh.. Paahh…” badan kami saling meregang, berpelukan erat seakan tak mau lepas lagi.
Air maniku kusemprotkan dalam-dalam ke lubang vagina Ningsih, rasanya nggak ada lagi tersisa. Kami terkulai lemas dalam pelukan hangat dan puas sekali. Sesekali penisku kutusukan ke dalam vaginanya, Ningsih menggelinjang geli dan melenguh “Paahh… udaahh… Mamahh geli…” matanya terpejam puas. Kuciumi dia, kubersihkan lagi vaginanya dengan jilatan lidah dan mulutku, ketimbang pakai handuk. Vaginanya tetap harum, manis dan wangi laksana melati.
Sepulang dari Singapore, aku dan Ningsih masih selalu bertemu di beberapa motel di Jakarta dan sekitar Botabek. Aku seakan tidak rela melepas kekasihku untuk dikawinkan dengan lelaki lain. Tapi memang tidak ada jalan lain, sebab meskipun Ningsih telah menyatakan keikhlasannya untuk menjadi isteri keduaku, namun aku juga sangat cinta keluarga terutama anak-anakku yang masih butuh perhatian. Ningsih sangat maklum hal itu, namun dia juga tidak bisa menolak keinginan orangtuanya untuk segera menikah mengingat hal itu bagi seorang wanita adalah sesuatu yang harus mempunyai kepastian karena usianya yang semakin meningkat. Waktu itu Ningsih sudah berusia hampir 26 tahun dan untuk wanita seusia itu pantas untuk segera berumah tangga.
Tanpa terasa hari pernikahan Ningsih sudah tinggal tersisa satu bulan lagi, bahkan undangan pesta pernikahan sudah mulai dicetak, dan dia membeNingsihhukan aku bahwa resepsi pernikahannya akan diselenggarakan di Balai Kartini. Hatiku semakin merasa kesepian, dari hari ke hari aku semakin sentimentil dan sering marah-marah termasuk kepada Ningsih.
Aku begitu tak rela dan rasanya merasa cemburu dan dikalahkan oleh seorang laki-laki lain calon suami Ningsih yang sebenarnya tidak dia cintai. Tapi itulah sebuah kenyataan pahit yang harus kutelan. Itulah adat ketimuran kita, adat leluhur dan moyang kita. Barangkali kalau aku dan Ningsih hidup di sebuah negara berkebudayaan barat, hal ini tidak bakalan terjadi, sebab Ningsih bisa menentukan pilihannya sendiri untuk hidup bahagia bersamaku di sebuah flat tanpa bisik-bisik tetangga dan handai-taulan di sekitar kita.
Tanpa terasa pula aku sudah menjalin cinta dan berhubungan intim dengan Ningsih hampir empat tahun lamanya, seperti layaknya suami isteri tanpa seorang pun yang mengetahui dan hebatnya Ningsih tidak sampai mengandung karena kami menggunakan cara kalender yang ketat sehingga kami bersenggama jika Ningsih dalam keadaan tidak subur.
Pada suatu sore, Ningsih meneleponku minta diantarkan untuk mengukur gaun pengantinnya di sebuah rumah mode langganannya di kawasan Slipi. Kebetulan aku sedang agak rindu pada dia. Kujemput dia di sebuah toko di Blok M selanjutnya kami meluncur ke arah Semanggi untuk menuju ke Slipi. Di mobil dia agak diam, tidak seperti biasanya.
“Ning, kok tumben nggak bersuara”, kataku memecah hening.
Dia menatap mukaku perlahan, tetap tanpa senyum. Air matanya terlihat samar di pelupuk matanya.
“Mah, kenapa sayang? kok kelihatannya bersedih”, kataku sekali lagi.
Dia tetap menunduk dan air matanya mulai meluncur menetes di tanganku yang sedang mengelus mukanya.
“Bertambah dekat hari pernikahanku, aku bertambah sedih Pah”, ujarnya.
“Mamah membayangkan malam pengantin yang sama sekali tidak Mamah harapkan terjadi dengan lelaki lain. Sayang sekali kamu sudah milik orang lain. Kenapa kita baru dipertemukan sekarang?” Ningsih berceloteh setengah bergumam. Aku merasa iba, sekaligus juga mengasihani diriku yang tidak mampu berbuat banyak untuk membahagiakannya.
Kugenggam tangannya erat-erat seolah tak ingin terlepaskan. Tanpa terasa, mobilku sudah memasuki pekarangan rumah mode yang ditunjukan Ningsih. Hampir setengah jam aku menunggu di mobil sambil tiduran, mesin dan pendingin mobilku sengaja tak kumatikan. Laser disk dengan lagu “Love will lead you back” mengalun sayup menambah suasana sendu yang menyelimuti perasaanku. Aku dikejutkan Ningsih yang masuk mobil dan membanting pintunya. Setelah berada di jalan raya kutanya dia mau ke mana lagi dan dia menjawab terserahku. Kuarahkan mobilku kembali ke jembatan Semanggi dan belok kiri ke jalan Jenderal Sudirman dan masuk ke Hotel Sahid. Sementara aku mengurus check-in di Reception Desk, Ningsih menungguku di lobby hotel. Kemudian kami naik lift menuju kamar hotel di lantai dua.
“Pah, Mamah serahkan segalanya untukmu, Mamah khawatir sebentar lagi Mamah dipingit, nggak boleh keluar sendirian lagi, maklum tradisi kuno kejawen masih ketat.” Tanpa malu-malu lagi karena kami memang sudah seperti suami isteri, dia membuka satu persatu pakaian yang melekat di badannya sehingga kemontokan tubuhnya yang tak bisa kulupakan terlihat jelas di hadapanku. Tanpa malu-malu pula dia mulai memelorotkan celana panjang sampai celana dalamku, sehingga batang penisku yang masih tiduran terbangun. Tanpa menungguku membuka baju dan kaus singlet, Ningsih sudah membenamkan batang penisku ke mulutnya dan melumatnya dalam-dalam. Aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa dan batang penisku mulai mengembang besar dan keras seperti besi.
“Ogghh… Maahh…, isep terus yaang oooghh, aduuuuhh… gelli”, aku mulai melenguh nikmat dan Ningsih semakin cepat mengulum penisku dengan memaju-mundurkan mulutnya, penisku semakin terasa menegang dan aliran darah terasa panas di batang penisku dan Ningsih semakin semangat melumat habis batang penisku. “Oggghh, Paahh, enaakkk asiiin.. Paahh.” Wah, batang penisku makin terasa senut-senut dan tegang sekali rasanya cairan spermaku sudah berkumpul di ujung kepala penisku yang semakin merah mengkilat dikulum habis Ningsih. Aku minta Ningsih menghentikan hisapannya dulu, kalau tidak rasanya spermaku sudah mau muncrat di mulutnya.
cerisex.net–>cerita seks terbaru
“Ooogghh, Maahh, sudah dulu doong, Papaahh moo… keluaar!” Ningsih menuruti eranganku dan beranjak rebah dan telentang di tempat tidur. Aku mengambil nafas dalam-dalam untuk menahan muncratnya spermaku. Aku ikut naik ke tempat tidur dan kutenggelamkan mukaku ke tengah selangkangannya yang mulus putih tiada cela tepat di depan kemaluannya yang merekah merah. Kujulurkan lidahku untuk kemudian dengan meliuk-liuk memainkan kelentitnya, turun ke bawah menjilat sekilas lubang pantatnya. Ningsih melenguh kegelian dan mulai menaik-turunkan pantatnya yang putih dan gempal.
Kutarik ke atas lidahku dan kujilat langit-langit vaginanya yang mulai basah dan terasa manis dan asin. Kutegangkan lidahku agar terasa seperti penis, terus kutekan lebih dalam menyapu langit-langit vagina Ningsih. Ningsih semakin memundur-majukan pinggulnya sehingga lidahku menembus lubang vaginanya semakin dalam. Aku sebenarnya ingat bahwa hasil operasi selaput daranya tempo hari di Singapore bisa jebol lagi, tapi aku tak peduli kalau kenikmatan bersenggama dengan Ningsih telah memuncak ke ubun-ubunku.
“Paahh… ooghh… wooowww… ooghh.. paahh, terus paahh… enaakkk… paahh lidahnya kayaak kontoooll… ” Goyangan pinggul Ningsih semakin menggila, aku pun tambah semangat membabi buta memainkan lidah dan mulutku melumat habis vagina dan klitorisnya sampai cairan Ningsih semakin banyak mengalir.
Kuhisap dan kutelan habis cairan vagina Ningsih yang asin manis itu sehingga lubang vaginanya selalu bersih kemerahan. Ningsih terus menyodok-nyodokkan vaginanya ke mukaku sehingga lidahku terbenam semakin dalam di lubang vaginanya, sampai mulai terasa pegal rasanya lidahku terus kutegangkan seperti penis.
“Paahh… sudah naik sayaang, Mamah sudah nggak tahan, masukkan penisnya sayang.” Ningsih menarik tanganku ke atas supaya aku segera menaikkan badanku di atas badannya.
Penisku memang sudah terasa panas dan tegang sekali. Ningsih tak sabar memegang penisku dan menuntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah karena lendir kemaluan bercampur ludahku. Maka
“bleeess”,
“Ogghh… Paahh… tekan terus sayaang, Mamah udaahh rinduu… oogghh emmgghh… Paah… terus goyaag sayaang…. ooghh..” Pantat Ningsih mulai bergerak naik turun dengan liar dan penisku sebentar masuk sebentar keluar dari lubang vaginanya yang menyedot-nyedot lagi.
Kunaikkan kaki kanannya dan dengan posisi setengah miring dan posisiku setengan duduk aku sodok vagina Ningsih dari belakang. Aku semakin bernafsu kalau melihat pantat dan pinggul Ningsih yang putih. Penisku semakin ganas dan tegang menyodok mantap vaginanya dari belakang.
Ningsih membalikkan tubuhnya sehingga menungging membelakangiku dan penisku tak kucabut dari vaginanya.
“Paahh.. teruuss dooong, Mamaah nikmaa… ogghh… teruuusss… sodoook sayaang… ogghh… Paahh…. aaoggghh… uuuggghh…” Pantatnya semakin menggila mundur maju dan aku pun semakin menggila menyodokkan penisku sampai rasanya mau patah.
Memang setiap senggama sama Ningsih rasanya habis-habisan. Kutumpahkan semua kemampuan dan keperkasaanku untuk membahagiakan Ningsihku. Dia pun demikian, tidak ada yang tersisakan kalau kami bersenggama. Harus habis-habisan supaya puas. Keringat kami membanjiri sprei hotel seperti habis mandi.
“Mmaahh… oooghh, teruuusss goyaang… oooggghh.. Maahh… Papaahh mooo keluaarr… gila Maahh… vaginanyaa.. . oooghh… nikmaat… sekalii…” Aku mulai ribut dan Ningsih melenguh semakin panjang. Mungkin tamu kamar sebelah mendengar lengkingan dan lenguhan kami.
Masa bodoh!
“Pahh… emmghh… oogghh… Paapaahh… adduuuhh.. Paahh… adduuhh… Mamaahh… mmooo kelluuaarr.. . emmggg… addduhh… Paahh aduuhh… Paahh… adduuhh”, Kugenjot terus penisku keluar masuk, vagina Ningsih yang semakin banjir dengan cairan vaginanya, terus kugenjot penisku sampai pegel aku tak peduli. Keringat kami terus membanjiri sprei.
Kuminta Ningsih telentang kembali karena dengkulku mulai lemas. Dia tersenyum sambil tetap memejamkan matanya. Oh, cantiknya bidadariku, rasanya ingin kukeluarkan seluruh isi penisku untuknya. Ningsih baru sadar bahwa hasil operasi selaput daranya mungkin jebol lagi. Ningsih bilang masa bodoh, yang penting semuanya telah diberikan buat Papah. Biar saja suaminya curiga atau marah atau bahkan kalau mau cerai sekalipun kalau tahu dia nggak perawan lagi. Kali ini kami nggak menunggu waktu ketika Ningsih sedang tidak subur, karena Ningsih ingin mengandung anakku dan orang tidak akan curiga karena Ningsih akan punya suami. Memang kasihan nasib suami Ningsih nanti, tapi bukan salah kami karena dia merebut cinta kami, ya kan ?
“Cepat pah masukan lagi ach… jangan mikirin orang lain!” Tuh kan betapa dia nggak ambil peduli tentang hari pernikahannya dan calon suaminya, sebab bagi dia akulah suami sesungguhnya dalam hati sanubarinya. Bleess…, “Ooogghh… Paahh, enaak… Paahh… aaoogghh.. uuhhgg.. uuughh… genjot terus Paah”, Aku tekan penisku sekuat-kuatnya sampai tembus semuanya ke lubang paling dalam vaginanya sampai terasa mentok.
“Ooogghh… mmaahh… nikmaattt… istrikuu… sayaangg… oooggghh… aagghh… eemmgghh…” aku setengah berdiri lagi dengan tumpuan ke dua dengkulku dan kurenggangkan kedua kaki Ningsih, kusodokkan terus penisku keluar masuk vaginanya, bleeesss… sreeett… blleeess… sreeet…, vaginanya menimbulkan suara yang semakin memancing gairah kami berdua.
Ningsih memejamkan dan mengigit-gigit bibirnya dan mencakar-cakar punggung dan tanganku ketika mulai meregang.
“Ooooggghh.. . Paappaahh… emmggg… ooggghh… aduuuhh… Mamaah moo keeluuuuarr. . oooghh.. Paahh… teruuuss… saayyaang, keluuaarriiinn barreenng oogghh”,
“Hayyyoo… Maahh… oogghh… hayoo… baarr… ooghh… reenng… Maahh… ooooghh”, teriakanku tak kalah serunya.
Kami menggelepar, meregang, mengejang bersama-sama, serasa nafasku mau copot dan Ningsih melenguh panjang sambil merasakan cairan air maniku tertumpah ruah di lubang kemaluannya, terasa nikmat dan hangat katanya. Biasanya sehabis merasakan klimaks yang sangat dahsyat Ningsih selalu memukul dan mencubit sayang badanku, terus kelelahan mau tidur sehingga terbaring lunglai dengan keringat bercucuran. Aku selalu memeluk dan menciumi keningnya, hidungnya, mulutnya, rambutnya sampai ke pantatnya, biasanya dia menggelinjang dan marah-marah karena geli. Jika Ningsih sudah terpuaskan dan tertidur, aku rasanya lelaki yang sangat berbahagia di dunia ini. Sekian dulu (Akan kusambung setelah Ningsih kawin seminggu, tambah seru deh!).
Telah seminggu Ningsih menikah dengan laki-laki pilihan orangtuanya. Resepsi pernikahannya di Balai Kartini cukup meriah, dan aku datang dengan isteriku untuk menyampaikan selamat. Ketika aku menyalaminya, dia tertegun dan terasa agak kikuk dan serba salah, aku pun merasakan hal yang sama. “Terima kasih ya Pak”, katanya hampir tak terdengar. Di hatiku berkecamuk seribu macam pikiran, tapi kuusahakan untuk tetap wajar. Ningsihku begitu cantik dan anggun dengan pakaian pengantinnya. Aku membayangkan bahwa sebentar lagi Ningsih kekasihku, isteriku, yang beberapa tahun telah memadu cinta denganku akan menjadi isteri orang.
Meskipun kutahu bahwa dia tetap mencintaiku, tapi secara resmi dia akan menjadi isteri orang lain, tentu tidak akan sebebas dulu ketika dia masih single. Sebentar lagi Ningsih akan tidur berdua-duaan dengan lelaki lain, mungkin untuk selamanya, karena aku pun tak ingin dia menjadi janda dan kalau Ningsih menjadi janda tentu akan menjadi gunjingan orang. Tidak, aku tak rela Ningsihku menjadi gunjingan orang. Sekilas aku berpikir untuk mengakhiri saja hubunganku dengan Ningsih, karena dia telah menjadi isteri orang, tapi apakah bisa semudah itu aku melupakannya? Dunia rasanya sepi dan kejam, dan aku melangkah gontai meninggalkan pesta perkawinannya yang masih penuh tawa dan canda teman-teman dan keluarganya.
Beberapa hari setelah pernikahannya aku membenamkan diri dengan pekerjaanku, siang dan malam kusibukkan diriku dengan pekerjaan dan mengurus anak-anaku. Aku tak mau membayangkan, dan memang tak sanggup membayangkan sedang apa Ningsih beberapa hari setelah pernikahannya. Aku cemburu, marah, masgul, gundah jika membayangkan dirinya sedang bersenang-senang dengan suaminya yang tentunya sudah tak sabar ingin menikmati kemontokan dan kemulusan tubuh Ningsih, yang sudah resmi jadi isterinya. Aku membayangkan Ningsih telanjang bulat bersama suaminya, manja, bersenggama bebas tanpa takut oleh siapapun dan melenguh mesra seperti ketika bersenggama denganku.
Tiba-tiba aku sangat benci padanya, aku menganggap Ningsih nggak setia padaku, Ningsih telah mengkhianati cintaku, buktinya dia mau saja digilir oleh lelaki lain. Apakah itu yang namanya cinta dan kesetiaan? Aku bertekad untuk menjauhinya mulai sekarang, dan aku tak akan menerima teleponnya. Ningsih memang berjanji akan meneleponku paling lambat satu minggu setelah dia menikah dan sebelum ikut suaminya pindah ke Bandung.
Tidak! aku tak akan menerimanya jika dia meneleponku, biar dia tahu rasa, aku tak mau bekas orang lain. Benar saja, pada hari kelima setelah kawin dia meneleponku.
“Pak, ada telepon”, kata sekretarisku yang baru, pengganti Ningsih.
Anehnya, meskipun dia berparas lumayan, aku tak tertarik sama sekali dengan sekretaris baruku itu. Aku memang bukan type “hidung belang” yang sekedar mau iseng bercumbu dengan perempuan. Aku hanya jatuh hati dua kali seumur hidupku, kepada isteriku dan kepada Ningsih.
“Pak, kok melamun, ada telepon dari Ibu Ningsih, katanya bekas sekretaris bapak”, sekretaris baruku kembali mengagetkan lamunanku.
“Ooh.. ya… ya.. sebentar Reni…, emh.. dari siapa? Ningsih? bilang saja Bapak sedang ke luar kantor ya!” aku mengajari dia bohong.
“Lho, Pak, kenapa? kan kasihan Pak, katanya penting sekali, dan besok Ibu Ningsih mau pindah ke Bandung”
Reni, sekretaris baruku itu mulai mendesakku untuk menerima saja telepon Ningsih itu. Aku sejenak merasa bingung, aku rasanya masih benci tapi juga sangat rindu sama Ningsih, apalagi kata Reni besok akan jadi pindah mengikuti suaminya yang bekerja di Bandung.
Setelah berfikir sejenak…
“OK, Reni, sambungkan ke sini!” dan aku agak gugup untuk kembali berbicara dengan Ningsih, untuk kembali mendengar suaranya, Ningsih yang sekarang sudah menjadi isteri orang lain.
“Hallooo…, siapa nich?”, kataku agak malas.
“Papah, ini Ningsih Pah, Papah kok gitu sih?” jawab Ningsih di ujung sana.
“Oh, Nyonya Prayogo, saya kira Ningsih Prameswara kawanku”, kataku menggoda.
“Nggak lucu ah…, Mamah sekarang tanya serius, apa Papah mau nemui Mamah nggak sebelum besok Mamah pindah ke
Bandung?”, jawabnya lagi setengah mengancam.
Aku bingung juga ditanya begitu, sebab jauh di dalam hatiku sebenarnya aku rindu berat sama Ningsih, tapi kebencian dan kekesalan masih menempel erat di benakku.
Beberapa jenak, aku nggak bisa menjawab sampai Ningsih nyerocos lagi.
“Mamah ngerti, Papah masih kesal dan benci sama Mamah, tapi kamu kan sudah setuju kalau Mamah terpaksa harus kawin, demi kebaikan hubungan kita dan demi menjaga nama baikmu juga. Papah, dengar! Mamah sudah seminggu nggak menstruasi lagi sampai sekarang. Ingat hubungan kita di Hotel Sahid terakhir kali? Sudahlah, nanti Mamah ceNingsihkan lebih lengkap, sekarang mau nggak jemput Mamah di toko biasa di Blok M? Soalnya mumpung si Yudi pulang agak larut malam” Nama suaminya memang Yudi Prayogo dan hanya selisih dua tahun dengan Ningsih, katanya sih ketemu di kursus Inggris LIA.
Hatiku mulai melunak mendengar pengakuannya dan serta merta aku menyetujui untuk menjemputnya di Blok M. Aku memarkir mobilku di tempat parkir yang agak memojok dan sepi, maklum kami harus semakin berhati-hati, karena Ningsih sudah menjadi isteri orang. Ningsih segera hafal melihat mobilku dan setelah Ningsih duduk di sampingku, segera kukebut lagi keluar Blok M menuju ke utara melewati Sisingamangaraja, Sudirman, naik jembatan Semanggi terus memutar ke jalan Jenderal Subroto dan dengan cepat masuk ke halaman parkir Hotel Kartika Chandra. Ningsih terlihat lebih cantik, sedikit gemuk dan tambah bersih dan putih mukanya. Rambut dan bulu-bulu halus di sekitar jidatnya terlihat hilang, mungkin karena dikerok oleh perias pengantinnya.
Dia mengenakan celana panjang merah dan T-Shirt putih kembang-kembang ditutupi blazer warna hitam. Terlihat serasi dengan kulitnya yang putih bersih. Banyak yang nyangka dia keturunan Tionghoa, padahal Jatul. Tahu jatul? Jatul itu “Jowo Tenan” atau “Jawa Tulen”. Ibunya dari Purwokerto dan bapaknya dari Surakarta , katanya sih masih kerabat Kesultanan Surakarta, masih trah langsung Raja Paku Bowono. Setelah check-in sebentar, aku sudah berdua-dua dengan Ningsih di kamar hotel, dan untuk pertama kalinya aku berduaan dengan isteri orang. Ada perasaan berdosa menyelinap di hatiku. Tapi semuanya menjadi hilang karena betapa besarnya cintaku pada Ningsih. Juga sebaliknya, jika Ningsih tak mencintaiku, mana mungkin dia beReni bertemu dengan lelaki lain padahal dia baru kawin lima hari lalu?
“Papah, Ningsih sedang mengandung janin anakmu, biasanya tanggal lima minggu lalu Mamah menstruasi ternyata nggak keluar sampai sekarang”, Ningsih menambahkan keterangannya tadi di telepon, dan aku semakin cinta dan sayang rasanya. Tapi tetap saja ingin menggodanya dan mengetes cintanya padaku.
“Oh, ya, hampir lupa, gimana dong bulan madunya kemarin, ceNingsihin dong Ning! pasti seru dan rame dengan lenguhan.
Dan apa suamimu nggak ribut tanya perawanmu kaya Farid Hardja?” Ningsih mendelikkan matanya dan mencubit pahaku keras sekali.
“Percaya atau tidak terserah Papah, yang pasti nggak ada lenguhan, nggak ada goyangan, persis kaya gedebong pisang. Si Yudi memang sempat marah-marah karena mungkin Mamah ternyata begitu dingin dan nggak gairah. Tapi memang nggak bisa dipaksakan. Mamah hanya bergairah kalau bersenggama dengan Papah. Dia nggak nanya tuh, kenapa nggak ada darah perawan Mamah di sprei, ah.. sudah.. sudah! nggak usah tanya gitu-gituan lagi. Nanti malah berantem terus. Pokoknya Mamah sayaang benar sama Papah, nggak ada duanya deh”.
Seperti bisa dia mulai mencopoti pakaianku satu persatu, sampai CD-ku dia pelorotin juga. Begitu di buka CD-ku, penisku langsung bergerak liar dan setengah tegang begitu tersentuh tangan halus Ningsih. Tak buang waktu lama, Ningsih melemparkan semua pakaiannya ke lantai karpet sampai terlihat bodinya yang seksi, putih mulus dengan puting susu yang semakin ranum. Mungkin pengaruh dari kehamilannya meskipun baru beberapa hari mengandung anakku. Penisku yang masih setengah tertidur langsung dikulumnya ke dalam mulutnya dan dihisapnya dalam-dalam, padahal aku masih berdiri seperti patung dengan bersandar ke tembok. Dengan ganas dia menghisap, menggigit dan menyedot penisku dalam-dalam sampai penisku mentok ke langit-langit mulutnya. Tak lama penisku langsung tegang dan memerah dan mengkilap bercampur ludahnya.
“Ooooggghh.. . Maahh…. terus Maahh… jilaat…. ooogghh…” Aku mulai terangsang dan kenikmatan setiap penisku dihisapnya. Ningsih memang suka sekali menjilat dan menghisap penisku, tapi ketika kutanya apakah dia juga menghisap penis suaminya, dia bilang amit-amit, nggak nafsu katanya.
Mulut Ningsih pindah menghisap dan menjilat penisku, dia juga senang menggigit-gigit dua bakso penisku, sampai aku kesakitan campur geli dan nikmat bukan kepalang.
“Ooooghh… Maahh… jangan digigit, Papah sakiiittt”. Aku minta Ningsih berhenti dulu mengulum batang penisku, aku juga sudah rindu untuk menjilat vagina dan klitorisnya.
Kuminta Ningsih tiduran di pinggir tempat tidur empuk itu dengan kaki terjuntai ke bawah, dengan begitu aku bisa duduk di tengah-tengah selangkangannya. Vagina dan klitorisnya terlihat jelas kalau begitu. Oh, begitu indah dengan warna merah jambu klitoris dan lubang vaginanya terlihat jelas di hadapan mukaku. Kujilat dengkul dan pahanya, terus merayap kujilati selangkangannya yang mulus, sesekali kujilatkan lidahku ke lubang pantat, klitoris dan lubang vaginanya, Ningsih melenguh-lenguh tertahan.
“Oooghh, Papaahh… eeemghh, aduuuhh…, teruuuss… Paahh… oooghh… enaakkk.” Kalau Ningsih sudah mulai melenguh begitu aku semakin bernafsu untuk terus menjilat, mengigit dan menyedot-nyedot klitoris dan lubang vaginanya sambil menyedot air maninya yang mulai meleleh keluar dan lubang vaginanya.
Oh, nikmat… manis dan sedikit asin, kaya kuah asinan Bogor . Kukeraskan lidahku supaya semakin tegang dan kutusukkan ke dalam lubang vaginanya, Ningsih semakin melenguh keenakan, karena mungkin lidahku terasa seperti penis menyodok-nyodok semakin ke dalam lubang vaginanya. Cairan vaginanya semakin banyak keluar dan kuhisap dan kutelan dengan nikmat. Kadang-kadang rambut kemaluan Ningsih ada yang putus dan ikut termakan.
“Paahh…. ooooghh…. Paahh…, enaakkk, teruuuusss.. .. Paahh… ooooggghh… aduuuhh”, Ningsih semakin ramai, barangkali suaranya terdengar tamu di sebelah atau room-boy yang sedang lewat.
Kujilatkan lidahku ke lubang pantatnya berkali-kali Ningsih bergelinjang kegelian.
“Papaahh… geliiii…” penisku menggesek pahanya yang mulus sehingga semakin tegang. “Paahh… penisnya geli tuch di paha Mamah, udahan dulu ngisepnya sayang…., kesini deh, cium Mamah dan masukin penisnya.”
Kuhentikan jilatan lidahku, memang sudah mulai pegal juga menegangkan lidahku hampir seperempat jam. Kugeserkan badanku ke atas, sejajar dengan tubuh Ningsih dan sambil kulumat mulutnya dalam-dalam kugesekan penisku ke vaginanya yang basah, oh… betapa nikmatnya. Kukulum dan kugigit lidahnya. Ningsih menjeNing tertahan, kemudian kujulurkan juga lidahku dan dia balas menggigit lidahku dengan bernafsu. Aku gantian teriak, sampai keluar sedikit air mata. Untung kenang-kenangan kalau Ningsih di Bandung katanya. Kujilati kupingnya, jidatnya, hidungnya, matanya sampai Ningsih menggelinjang- gelinjang ketika kujilati dan kugigit kupingnya. “Tuuuuhh.. Paah lihat, sampai merinding, “katanya manja. “Paahh, masukin penisnya Paahh, Mamah sudah rinduuu.”
Ningsih melenguh manja. Ningsih merenggangkan selangkangannya untuk membuka lubang vaginanya lebih lebar lagi. Penisku yang tambah keras nyasar-nyasar di lubang vaginanya setelah menembus bulu-bulu vaginanya yang mulai basah dan
“Bleesssss.. .” Ningsih berteriak keenakan sambil menggigit bibirku.
“Paahh…, ooogghh…, pelaan pelaannn… doongg.” Matanya terpejam, nafasnya yang harum dan bau mulutnya yang wangi masuk semua terhirup oleh hidungku.
Kutarik dan kutekan penisku semakin kuat dan sering, keringatku semakin bercucuran, mungkin berkat bir hitam cap kucing yang kuminum sebelum bermain dengan Ningsih tadi. Ningsih juga semakin mengencangkan goyangan pinggul dan pantatnya turun naik sampai aku merasakan kepala penisku mentok di ujung lubang vaginanya.
“Paappaahh.. .. ooogghh… teruuusss, cumbu Mamaah Paahh…, Mamaahh cintaa, Mamaahh.. sayyy… oooghh.. aduuhh… aanggg.” Ningsih semakin ramai mengerang dan melenguh tak peduli suaranya akan didengar orang.
Kuminta Ningsih menungging setelah kucabut penisku. Ningsih menurut dan wow! aku selalu semakin bernafsu kalau melihat pantat dan pinggul Ningsih yang mulus dan seksi. Sambil setelah jongkok, aku menyodokan penisku dari belakang setelah membuka lubang vaginanya sedikit dengan tanganku dan,
“Bleeeeezzzz” , Ningsih berteriak keenakan. “aaggghh, oooghh… Paahh… terus genjot Paahh… wooowww… enaakkk Paahh…” aku semakin mengencangkan sodokan penisku.
Ningsih melenguh, merintih dan teriak-teriak kecil sementara itu keringat kami semakin bercucuran membasahi seprei. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa setiap mempraktekkan berhubungan badan dengan gaya “doggy style” sehingga spermaku mulai meleleh keluar, semakin meramaikan bunyi gesekan penisku dengan vagina Ningsih. Ningsih semakin menunggingkan pantatnya sehingga penisku semakin amblas di dalam vaginanya. Rasanya air maniku sudah mengumpul di kepala penisku menunggu dimuntahkan habis.
“Maahh… oooghh…. aduuuhh… Maahh, vaginanya enaakk…, punya Papah yaa sayaang….” Ningsih menjawab sambil merintih
“Iyaa… sayaangg, semuanya punya Papaahh.” Kusodokkan penisku semakin dalam.
“Maahh…. adddduuhh… . Papaahh… moooo keluaarr! cabut dulu ya Maahh…” Ningsih setuju dan segera telentang kembali.
Aku segera menggumulinya dari atas badannya, kulumat pentil buah dadanya. Ningsih kenikmatan dan minta penisku segera dimasukan kembali ke vaginanya. Dia minta aku merasakan kenikmatan bersenggama dengannya, sampai nanti bertemu lagi di Bandung dengan segala cara. Kumasukan kembali penisku ke vaginanya yang semakin basah dengan cairan sperma kami yang sudah bercampur satu.
“Bleeessszzz, crroockkk… chhooozkk… breesszz… crrrockkk… . bunyinya semakin gaduh.
Ningsih semakin membabi buta menggoyang dan menaik-turunkan pinggulnya dan aku juga demikian. Kutekan dan kucabut penisku yang panas dan keras ke lubang vaginanya. Ingin rasanya kutumpahkan semua sperma dan spermaku ke lubang vagina dan rahim Ningsih supaya anakku semakin sehat dengan tambahan vitamin dan mineral dari sperma bapaknya. Supaya kegantengan dan kepintarannya juga turun ke anakku yang ada di dalam rahim Ningsih. Tiba-tiba kami merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa, kami meregang dan melenguh bersama-sama merasakan sorga dunia yang tiada taranya, meregang, meremas dan memeluk erat-erat dua badan anak manusia yang saling mencinta dan seakan tak mampu terpisahkan. Ningsih mengejang badannya dan menggigit bibir dan lidahku, pinggulnya terangkat sambil berteriak.
“Papaahh…. oooghh… Mamaah… ooghh, keluaar… sayaangg”, sambil mencubit dan mencakar punggungku.
Mendengar lenguhan dan teriakan ejakulasi Ningsih, aku pun mulai tak tahan menahan desakan air maniku di kepala penisku dan sambil menekan dalam-dalam penisku di vaginanya aku berteriak sambil mengejang, kugigit lidahnya,
“Maahh… oooggghh… Papaahh… jugaa….. keeelluuuaarrr. … oooghh…. sayaanggg… . nikmaattt.” Kami tertidur sejenak sambil berpelukan dengan mesra dan tersenyum puas, waktu sudah menunjukkan jam delapan lewat lima menit, berarti kami bermain selama hampir dua jam lamanya.
Oh, betapa nikmat dan puasnya. Aku memeluk dan menciumi Ningsih erat-erat seolah tak ingin berpisah dengan kekasihku dan isteriku tercinta, karena besok dia sudah akan pindah ke Bandung. Ningsih berjanji untuk membeNingsihhukan nomor telepon rumahnya di Bandung dan aku diminta untuk datang paling tidak seminggu sekali.
Sudah satu bulan berlalu, sejak pertemuanku terakhir dengan Ningsih di Jakarta. Aku terkadang sangat rindu dengannya, tapi kutahan perasaanku dengan menyibukkan diriku pada pekerjaan yang semakin menumpuk sejak aku mempimpin cabang Slipi. Maklum, para pengusaha nasabah bank dimana aku bekerja semakin banyak saja, hal ini karena keberhasilan marketing-ku. Aku sengaja bekerja all-out siang malam, dengan menjamu langgananku sambil makan malam dan karaoke.
Aku ingin melupakan Ningsihku yang sekarang sudah jadi isteri orang, tapi bayang-bayang kemesraan selama beberapa tahun dengannya seperti suami isteri tak mudah rupanya untuk dilupakan begitu saja. Sekretarisku yang baru memang cantik, lebih muda dan menarik, tapi anehnya aku sama sekali tak tertarik dengannya, barangkali memang aku bukan tipe lelaki “play-boy” yang gampang gonta-ganti pasangan. Cintaku sudah direbut oleh Ningsih tanpa peduli bahwa dia sudah menjadi isteri orang. Tapi aku tak menyesali pertemuan dengan Ningsih, aku tetap mencintainya dengan sepenuh hati.
Oh, rupanya aku melamun terlalu lama, sehingga aku merasa malu ketika sekretarisku Reni masuk membawa setumpuk dokumen.
“Pak, kok melamun?” sapanya ramah, sambil tersenyum manja.
“Ah, oohh… eng.. nggak.. kok”, kataku tergagap.
“Pak, dokumen-dokumen ini perlu segera ditanda-tangani Bapak, sebab nanti siang Pak Yusuf Pramono akan mengambilnya” , kata Reni lagi.
“Okay, tinggalkan saja dulu, nanti saya panggil lagi kamu setelah kutandatangani” , kataku datar.
Reni menaruh beberapa map “feasability study” untuk beberapa proyek pabrik konveksi yang mengambil kredit dari bank dimana aku bekerja. Dia keluar ruanganku dengan lirikan matanya yang semakin manja. Ah, boleh juga tuh cewek pikirku, bodinya cukup montok, hitam manis dengan buah dada yang terlihat menonjol besar keluar dari blousenya. Tapi setiap aku kepingin iseng-iseng menggoda Reni bayangan wajah Ningsih selalu berkelebat di depan mataku, seakan mengingatkan janji dan kesetiaanku. Ah, kamu mau menang sendiri Ning! gumamku dalam hati, sedangkan kamu nikmat-enakan dengan suamimu.
Aku selalu membayangkan Ningsih telanjang bulat setiap malam dengan suaminya dan bermain cinta di ranjang berdua, tanpa takut ketahuan orang, tanpa takut diganggu orang karena memang suami-isteri sah dan lupa pada diriku. Kemudian pada akhir klimaks-nya Ningsih melenguh dan meregang sambil memuji sayang suaminya, sama seperti dilakukannya padaku. “Uuh! kamu memang nggak setia Ningsih! kamu tega meninggalkan aku sendirian di Jakarta , sedangkan kamu nikmat-enakan tiap malam ngentot dengan suamimu. Kamu bilang nggak cinta, tapi lama lama kamu suka juga dimasukin penisnya! Brengsek kamu Ningsih!!! dan bodohnya aku tetap saja setia menunggu barang bekasan lelaki lain.”
Sekretarisku masuk lagi ke ruang kerjaku, ada apa pikirku, belum dipanggil kok masuk lagi. Jangan-jangan dia memang sudah kegatelan mau kucumbu. Aku sudah mempunyai pikiran buruk untuk menggodanya untuk mengobati kekesalanku pada Ningsih dan aku hampir yakin bahwa dia pun pasti menginginkan aku berbuat sesuatu yang mengasyikan padanya.
“Ada apa lagi?” kataku pura-pura tetap berwibawa seperti biasanya.
“Anu, Pak.. ada telepon dari Ibu Ningsih, Bandung!” katanya mengandung curiga.
“Hah, Ningsih! Ada apa lagi dia, mau ceNingsih asyik-masyuk pengantin barunya dengan si Yudi itu?” pikirku dalam hati.
“Cepat, sambungin ke sini!” jawabku cepat dan spontan.
Heran, setiap kudengar nama dia, apalagi akan mendengar suaranya setelah hampir sebulan tidak ketemu, kebencian dan cemburuku pada suaminya seperti mendadak hilang tak berbekas. Sekretarisku bergegas keluar kembali untuk menyambungkan saluran telepon dari Ningsih, terlihat raut mukanya agak ditekuk. Aku yakin dia nggak begitu suka jika Ningsih telepon, mungkin juga cemburu, karena dia tahu aku punya hubungan khusus dengan bekas sekretarisku itu.
“Hallo, Papah, ini Mamah, apa khabar sayang?” suara Ningsih di seberang sana terdengan merdu di kupingku.
“Baik saja kok, kamu gimana?” kataku datar.
“Pah, Mamah sangat rindu deh, kapan Papah mau ke Bandung?” jawabnya lagi.
Tiba-tiba timbul pikiranku untuk menggodanya, sekaligus menumpahkan kekesalan dan kecemburuanku.
“Ah, masa sih kamu kangen saya, kan tiap malam ada teman sekasur, nikmat lagi, nggak takut ketahuan orang, tiap jam, tiap saat mau mainkan tinggal buka celananya, penisnya gede lagi, pasti kamu melenguh keenakan!” jawabku nyerocos seenaknya dan rasanya plong hatiku setelah mengatakannya.
“Papah, kok gitu sih? Papah jahat deh, Mamah nggak nyangka Papah bicara begitu, padahal setiap detik, setiap hari Mamah rindu padamu!” ungkapnya dengan nada agak tinggi. Aku terdiam, nggak tahu mau ngomong apa lagi.
“Pah, kamu masih mau denger Mamah nggak?” Ningsih berkata lagi.
“Pah, Mamah interlokal nih, jadi mesti menghemat, Mamah kan isteri pegawai kecil, mesti ngiNing, masih mau dengar nggak?”
“Iya, iya, aku masih dengar kok, terus saja ngomong, aku dengerin”, kataku sekenanya.
“Papah kok gitu sih, Papah kelihatannya nggak rindu sama Mamah? ya sudah, Mamah tutup teleponnya ya!” serunya mulai emosi. Aku masih saja mau menggodanya, rasanya kesal dan cemburuku belum hilang betul.
“silakan, memangnya siapa yang telepon duluan?” lanjutku lagi.
“Oh, gitu ya, kamu memang egois, kamu nggak mau ngerti, mau menang sendiri, kamu selalu mengungkit perkawinanku, padahal semuanya terjadi bukan karena mauku.
Kenapa dulu Papah nggak beRani mengawini Mamah? Jawabnya karena Papah sudah punya anak, isteri dan kedudukan tinggi. Apakah itu bukan egois namanya? Tapi Mamah tetap menyintaimu dengan sepenuh hati, apa Papah pikir Mamah juga nggak cemburu, bertahun-tahun mencintai laki-laki yang sudah jadi suami orang? Apa Mamah harus jadi perawan tua dan hanya selingan kamu?”
Terdengar suaranya mulai keras dan terbata-bata, mungkin menahan tangis.
“Ya sudah, Mamah nggak bakalan telepon Papah lagi, biarlah Mamah menanggung rindu dan mencintai Papah sampai mati, Mamah nggak akan ganggu Papah lagi kalau memang sudah tidak dibutuhkan! Tapi kamu mesti ingat Pah, bahwa bayi di kandungan Mamah adalah anakmu, bayi ini adalah darah dagingmu, kamulah yang membentuk dan menjadikan janin anakmu ini, si Yudi bukan bapaknya yang sesungguhnya, dia nggak tahu bahwa aku sudah mengandung benih anakmu ketika kawin.”
Ningsih terdengar menutupi kesedihannya dengan omelan panjang yang memerahkan kupingku. Ah, dasar perempuan, kalau sudah merajuk dan mengamuk, hatiku selalu luluh dengan perasaan cintaku kepadanya, cintaku yang memang sangat mendalam dan tidak bisa terlupakan, apapun yang terjadi dan bagaimanapun status Ningsih sekarang yang sudah menjadi Nyonya Yudi Prayogo. Aku takut Ningsih segera menutup teleponnya, makanya segera kularang dia.
“Mah, tunggu! jangan tutup dulu teleponnya, oke…oke… , maafkan Papah, Papah juga rindu, Papah sayang, Papah selalu mencintaimu, kamu dengar itu sayang?” aku menyerocos tak terkendali, menumpahkan perasaanku yang sesungguhnya.
“Ya sudah, tak apa, Mamah selalu memaafkan kamu, sekarang catat nomor telepon Mamah dan Mamah tunggu kamu di Bandung segera kalau Papah masih sayang Mamah, mumpung si Yudi lagi tugas seminggu ke Malang!” perintah Ningsih.
Kucatat nomor teleponnya dan aku berjanji untuk segera datang ke Bandung menemuinya, kasihan Ningsihku kesepian dan sangat merindukanku. Aku janji untuk datang hari Jumat sore dengan kereta Parahyangan dan menginap di Hotel Kumala Panghegar. Aku sengaja tidak bawa mobil dan sopirku sebab bisa berabe nanti kalau sopirku tahu aku masih berhubungan dengan Ningsih.
Pada Jum’at sore aku sudah tiba di stasiun kereta api Bandung dan temanku kepala cabang di Bandung telah siap menjemputku di stasiun.
“Gila lu Zen, kau rupanya masih juga berhubungan sama Ningsihmu itu!” katanya sambil menepuk bahuku, setelah kami bertemu di stasiun.
Aku hanya tersenyum saja. Togar Sihombing temanku itu memang satu-satunya sejawatku yang mengetahui hubungan intimku dengan Ningsih, sejak Ningsih masih menjadi sekretarisku.
“Hati-hati kamu Zen, di sini kamu lagi bertamu, nanti ditangkep satpam suaminya tau rasa kau!” katanya meledek.
Karena rahasiaku dan Ningsih memang sudah di tangannya, aku tak sungkan-sungkan meminta supaya Togar bisa jemput Ningsihku dari rumahnya di daerah Pasir Kaliki dan dibawa ke kamar hotelku. Aku suruh dia mengatur segalanya, termasuk keamanan hotel Kumala Penghegar, agar aku bisa tenang dan santai dengan Ningsihku semalam suntuk, bahkan kalau bisa sampai minggu pagi.
Kira-kira satu setengah jam aku menunggu di kamar hotel, pintu diketuk dari luar dan waktu kubuka pintu kamarku, ternyata Ningsihku sudah berdiri sendirian. Dia tersenyum manis dengan lipstik merah tua tipis, kontras dengan mukanya yang putih mulus. Badannya semakin bersih dan montok, mungkin pengaruh kandungannya yang jalan dua bulan, sehingga buah dadanya terlihat semakin membesar dan pinggulnya semakin bulat berisi. Terlihat perutnya sedikit membesar dan itu semakin membangkitkan gairahku.
Kata orang, wanita yang sedang hamil dua atau tiga bulan itu sedang cantik-cantiknya dan akan sangat menggemaskan laki-laki yang melihatnya, apalagi dalam keadaan polos. Kuraih tangannya dan kutarik dia ke kamarku. Setelah mengunci kamar dengan double-locked, kupeluk dan kucium dia dengan penuh kerinduan, Ningsih membalas hangat. Kuminta air liurnya seperti biasa ketika kami berciuman dan kutelan dalam-dalam ludahnya yang tetap wangi itu. Baru aku sadar untuk menanyakan kawanku Togar, setelah Ningsih melepaskan ciumanku yang menggebu-gebu sehingga terengah-engah kehabisan napas.
“Kemana si batak itu?” tanyaku.
“Dia pulang dulu katanya, setelah mengantar Mamah sampai ke pintu kamarmu”, jawab Ningsih. Tahu betul tuh batak satu.
“Kok, Papah kelihatan kurusan? katanya lagi sambil memandangiku dari ujung kaki ke ujung rambut.
“Masa? barangkali kurus mikirin kamu. Apa khabar sayang? senang ya hidup di Bandung?” dia merebahkan badannya di pelukanku, sehingga aku terdorong rebah ke ranjang karena Ningsih semakin berat badannya.
“Apa kabarnya suamimu? Kok punya isteri cantik ditinggal-tinggal terus”, godaku muncul lagi.
“Ah, sudahlah, nggak usah nanya dia, namanya juga pegawai rendahan, harus mau ditugaskan ke mana saja.” Jawab Ningsih.
“Pah, Mamah kangen dan rindu banget deh”, katanya lagi sambil berbalik menindih tubuhku. Oh, Ningsihku semakin bahenol saja badannya, dan buah dadanya yang semakin montok menekan dadaku.
“Hati-hati dengan perutmu sayang, nanti anak kita kejepit.” Ningsih tak peduli, dia terus merangsek dan menciumi seluruh mukaku dan kupingku sehingga seluruh tubuhku merinding dibuatnya.
“Oooohh… Papah, Mamah gemes dan rindu deh!” ujarnya sambil menjulurkan lidahnya yang harum ke bibirku, tentu saja kusambut hangat dan segera menghisap lidahnya dalam-dalam sambil kugigit sayang.
Ningsih melotot manja,
“aachh… sakiiitt dong Paahh!” Kukulum lagi lidahnya dan kusedot sambil memejamkan mataku, Ningsih mulai melenguh bahagia sambil sekali lagi menumpahkan liurnya untuk kuhisap dan kutelan dalam.
Kubalikkan badannya pelan-pelan karena Ningsih sedang berisi, dan segera saja kubuka pakaiannya. Ningsih diam saja dengan mata terpejam. Kulempar satu persatu roknya, blousnya, blazernya, dan terakhir celana dalamnya. Oh, Ningsihku semakin montok dan menggairahkan. Pahanya, betisnya yang putih bersih, ditumbuhi bulu-bulu halus, pinggulnya semakin montok berisi dan vaginanya dengan bulu-bulu hitam tipis kemerahan semakin menggairahkan. Kujilati badannya mulai dari ujung kaki, naik ke betis, paha dan bermuara di selangkangan dan vaginanya. Ningsih mulai menggeliat-geliat kegelian.
“Paahh, ooogghh Mamah rindu jilatanmu seperti ini, oooogghh.” lenguhan Ningsihku baru lagi kudengar setelah dua bulan tidak ketemu. “Papah buka pakaiannya dong!” kata Ningsih mulai nggak sabar. Aku segera menanggalkan seluruh pakaian yang melekat dan ketika CD-ku kulepas, penisku langsung mencuat keluar dengan tegang.
Ningsih tersenyum manja dan langsung menyergap penisku dengan kuluman mautnya.
“Paahh… Mamah rindu penis iniiii, eeeemmggghh enaakkk Paahh, kok sudah assiinn?” Mulutnya menyedot-nyedot penisku sambil mundur maju, aku merasakan kenikmatan luar biasa. Ningsih mengigit-gigit batang penisku yang mulai menegang seperti kayu.
“Maahh, ooogghh teruusss oooggghh, tapi jangaann oooghh, keras-keras gigitnya!” aku mulai merem-melek keasyikan.
Ningsih semakin kencang menghisap-hisap penisku sambil memejamkan matanya, sementara buah-dadanya berayun-ayun ketika dia menaik-turunkan mulutnya sampai batang penisku masuk semua di mulutnya.
“Paah, sudah keluar lendirnya, asiiiin!” sambil menelan cairan penisku, dan hisapannya semakin menjadi-jadi di kepala penisku sambil menghisap-hisap lendir penisku. “Eeeemmhh… enaak Paahh.” Aku semakin merem melek sambil menggapai buah dadanya, dan ketika tanganku berhasil meraihnya, kuremas-remas buah dadanya yang semakin kenyal dan kupilin putingnya yang kemarahan seperti buah delima matang.
“Maahh.. ooogghh… udaahh duluuu yaang, Papah nggak tahaannn… oooghh.” Aku menggelinjang kuat ketika hisapannya semakin asyik di kepala penisku.
“Sekarang giliran Mamah yang tidur.” Ningsih telentang pasrah, kedua kakinya kurenggangkan, kuusap-usap perutnya yang mulai kelihatan sedikit buncit mengandung anakku.
cerisex.net–>cerita seks terbaru
Kubenamkan mukaku di selangkangannya sambil kujilat kedua selangkangannya dan dengan cepat kujilat pula lubang duburnya. Ningsih selalu nggak tahan kalau kujilat lubang pantatnya. Dia menggelinjang kegelian sambil merintih.
“Aduuuhh, Papah jahaat!” Kumainkan klitorisnya dan lubang vaginanya dengan lidahku dan kukeluarkan ludahku membasahinya sehingga terasa semakin nikmat ketika kuhisap cairan vaginanya yang sudah mulai keluar bercampur ludahku. Asin, manis dan gurih. Kutelan dalam-dalam. Ningsih mulai menaik-turunkan pinggulnya kegelian.
“Paahh, eeemmggghh.. .. ooogghh, teruuusss… Paahh, lidahnya kayak kontoool.” Dia terus melenguh seperti biasanya, dan lenguhannya ini yang tak bisa kulupakan.
Lidahku yang tegang semakin kujulurkan ke dalam lubang vaginanya, kumainkan klitorisnya dengan lidah digetarkan, Ningsih menggelinjang hebat. Rongga-rongka vaginanya kulumat dan kujelajahi dengan lidahku, sementara bibirku melumat kelentitnya yang memerah.
“Oooooghh… Papaahh… nikmaat… teruuusss Paahh! Ningsih menaik-turunkan pantatnya semakin tinggi, sehingga lidahku seperti penis menancap dalam di vaginanya.
“Aduuhh… Paahh… oooogghh… Paahh, Mamaahh… oogghh… enaakkk!” mulai deh Ningsih melenguh panjang.
“Paah, hayo naik deh, Mamah sudah nggak tahan, masukin cepet penisnya sayaang!” Ningsih semakin melebarkan selangkangannya dan menggapai badanku.
Aku bangun dan menidurinya dengan hati-hati karena sekarang Ningsih sedang berbadan dua. penisku sudah keras seperti batu dan mengangguk-ngangguk gagah mencari mangsa. penis pun tahu bahwa kesukaannya ada di depannya, vagina Ningsih memang sudah tak asing lagi buat penisku sehingga begitu bersentuhan saja langsung mengeras bukan main. Seperti batu! Dan Ningsih memang nggak bakal lupa dengan keperkasaan penisku yang mulai dikenalnya sejak dia perawan, untuk pertama kali menikmati penis lelaki.
Kugesekan penisku di pahanya, Ningsih kegelian, dan memberikan kode supaya langsung ditancapkan ke vaginanya yang sudah menganga, basah, hangat dan mulai menyedot-nyedot mencari mangsa. Kubenamkan kepala penisku sedikit demi sedikit, oh hangatnya vagina Ningsih dan vaginanya mulai bereaksi menyedot-nyedot, empot-ayamnya mulai main. Kutarik lagi penisku, sehingga pinggul Ningsih ikut naik karena sudah tidak sabar ingin melumat penisku. Kubenamkan lagi batang penisku perlahan, Ningsih menaikkan pinggulnya ke atas, sehingga batang penisku setengah ditelan vaginanya. Pinggulnya diputar-putarkan sambil mengeluarkan jurus “empot-ayamnya” .
“Oooogggghh, Mamaahh… uughhgghh… nikmaattt aduhh.” Desahanku membuat Ningsih semakin semangat menaik-turunkan pinggulnya, hingga batang penisku semakin amblas ditelan vaginanya yang tetap saja sempit.
“Paahh tekaannnn Paahh… Mamaahh… oogghh… nikmaattt sekalii.” Pinggul Ningsih dan badannya semakin bahenol dan seksi, perutnya yang sedikit membesar membuat nafsuku semakin menjadi-jadi.
Kuganjal pantatnya dengan bantal dan aku setengah duduk dengan bertumpu pada dengkul menggenjot penisku keluar masuk vagina Ningsih yang semakin naik ditopang bantal sehingga seluruh rongga vaginanya terlihat jelas.
“Bleeesss… creekkkk…. bleeees… creeekkk, gesekan dahsyat penis dan vaginanya yang empot ayam semakin ramai saja. Daging vaginanya terlihat seperti terbawa ketika kucabut batang penisku saking sempitnya. Dan “empot-ayam” -nya dikeluarkan kalau senggama dengan aku saja katanya, sedangkan dengan suaminya tetap seperti layaknya “gedebong pisang”.
“Paah…, aduuhh, Paahh.., kontoolnya ooghh, Mamaahh… nggaak tahaan… Paahh!” Ningsih seperti nggak ingat sedang hamil, badannya bergetar, pinggulnya naik turun dengan cepatnya, miring ke kiri dan ke kanan merasakan kenikmatan penisku yang perkasa.
“Paahh… ooghh…. eemmghh… oozzzhh… aauugghh… eeemmhh… teruuzshh… tusuuukk…. Paahhghh”, lenguhan itu yang sangat kudambakan. Aku seperti lelaki yang sangat dibutuhkan Ningsihku, tidak ada lelaki lain yang bisa memuaskannya lahir batin.
Aku semakin gila menyodokkan penisku keluar masuk vagina Ningsih, kuangkat kaki kirinya ke atas dan kutenggelamkan seluruh batang penisku sampai terasa mentok di ujung lubang vaginanya.
“Oooogghh… apaahh… uughhzz… Papaahh… nikmaatt… ooghh…. teruss… aduuuuhh… teruuss, Mamaahh… maooo… keluaarr!” Ningsih berteriak-teriak keras sekali sambil seluruh badannya bergetar dan bergoyang, keringat kami bercucuran seperti habis mandi membasahi sprei.
“Paahh, kenapa dicabut?” Ningsih mendelik waktu penisku mendadak dicabut dari lubang vaginanya. Ningsih tersenyum lagi ketika kuminta dia menungging, supaya kami bisa bermain dengan “doggy style”. Wow, pinggulnya yang putih mulus semakin berisi dan bahenol saja menambah nafsuku semakin menjadi, ketika Ningsih menungging.
Kuhisap dan kujilat lendir vaginanya dari belakang, sekalian lubang pantatnya, Ningsih melenguh panjang. Dia memang paling geli kalau dijilat lubang pantatnya.
“Papaahh…. aduhh…. Mamaahh, nggak tahaan doongg… Cepat masukin penisnyaa!” teriak Ningsih sambil menunggingkan pantatnya, sehingga terlihat vaginanya yang merah jambu dan sedikit basah itu.
Penisku yang lagi tegang-tegangnya kuarahkan ke lubang vaginanya seperti mengarahkan meriam “Si Jagur” siap menembak tank-tank belanda. Dan…
“Bleeeesszzhh. ..” penisku menyeruak ke dalam “gua kenikmatan dunia” Ningsihku. Ningsih kembali melenguh panjang. “Paahh… oooggghh…, teruuss kocookk sayaang!” Aku mulai menarik dan membenamkan batang penisku keluar masuk lubang vaginanya yang terasa semakin sempit dan menyedot-nyedot kalau bersenggama dengan “doggy style” kesukaan kami berdua.
“Oooggghh… Maahh, Papah enaakkk… ooooggghh… hhzzz… aahzzoogghh. .. duuh…. Maahh… aa… duuhh gilaa… yaangg, teruuss goyaang.. cakeeep!” Ningsih memundur-majukan pantat dan pinggulnya semakin cepat sehingga bed kamar hotelku berdeNing-deNing bunyinya.
Keringat kami jatuh bercucuran. Nikmat sekali rasanya bersenggama dengan kekasihku tersayang ini. Jiwa raga kami rasanya bersatu-padu.
“Aduuuhh… Papaahh… ooggghh… enaakkk… Paahh, teruusss Paahh genjot… teruuuss… aahh… lebih kenceng, oooggghh… aahhzzzzhh.. . duhh”, badan Ningsih berguncang-guncang keras, goyangan pinggul dan pantatnya tambah menggila dan lubang vaginanya seakan mau melumat habis dan mematahkan batang penisku.
Air maniku rasanya sudah mengumpul di kepala penisku, siap disemprotkan kapan saja kalau mau, tapi aku mau agar Ningsihku dulu yang klimaks supaya dia puas. Belum tentu kami bisa ketemu seminggu sekali, padahal dia pernah bilang bahwa kalau kami bisa kawin mungkin bisa berhubungan badan setiap malam, karena penisku terasa nikmat sekali rasanya katanya suatu hari sambil melumat lendirku yang keluar di mulutnya, dan Ningsih nggak geli menelan semua air maniku.
“Paahh… Mamaahh… ooggghh… Paahh… aaduuhh… oggzz… giillaa…. aahh.. ooogghh… Mamaahh…. ooghh… Maauu keluaarrr!”
“Tungguu sayaangg.. Mamaah berbalik dulu telentang lagi”, perintahku, kami sudah hampir mencapai orgasme.
Kucabut penisku, Ningsih kemudian telentang dengan kedua kaki dibuka lebar. Vagina dan lubang pantatnya kubersihkan dulu dengan jilatan lidahku penuh nafsu. Kutelan habis cairan vaginanya yang asin, wangi dan gurih itu. Dia menggelinjang sambil bergumam
“Aduuuhh, ooogghh, Papah jahaat!” sambil tersenyum manja dan matanya merem-melek.
“Cepetan masukin lagi penisnya Paahh, Mamah sudah nggak tahan nih!” Aku segera menaiki tubuhnya dengan hati-hati takut kandungannya tertekan dan anakku kesakitan.
Kuarahkan lagi batang penisku yang sudah merah legam seperti batu dibakar untuk siap bertempur sampai titik darah putihku terakhir, demi untuk Ningsihku tersayang. Dan…
“Bleeezzzhh” dan Ningsih melenguh panjang sekali
“Oooogghh Paahh.. kocookkkhh yangghhzz..” Kutarik cepat penisku sampai kepalanya nongol ke permukaan vaginanya dan seketika itu juga kubenamkan habis batang penisku ke lubang vaginanya sampai terasa mentok.
Ningsih melenguh panjang.
“Oooggghh Paahh aduuuhh gilaa nikmaat.” Kucabut lagi batang penisku tiba-tiba dan kubenamkan lagi kuat-kuat ke dalam vaginanya, dengan style agak miring, terkadang dari lubang sebelah kanan, terkadang masuk dari lubang sebelah kirinya, membuat Ningsih terbuai kenikmatan luar biasa.
“Ooooowww ooogghh aahh Papahh enaakkhh duhh ampuunnn duuhh ooghhz…. Paahhzz!” teriakannya melengking-lengking , seperti nggak peduli kalau ada yang dengar. Aku semakin bernafsu, keringatku bercucuran, penisku terasa semakin tegang dan mau meledak dan terasa panas sekali seperti gunung mau memuntahkan laharnya.
“Maahh.. ooghhzz Maahh Nonooknya gilaa empot ayaamm!”
“Goyaanggg teruusss oogghh yuuu bareeeng keluariiin Maahhggzz!
Kami semakin menggila saja, aku menusukkan batang penisku dan mencabutnya setiap “setengah detik” sekali, dan goyangan pantat dan pinggul Ningsih semakin menjadi-jadi. Tempat tidur semakin ramai berdeNing-deNing, keringat kami bercucuran seperti mandi sambil bersenggama, atau bersenggama sambil mandi, bercampur menjadi satu menambah kenikmatan dan rasa menyatu yang bukan main indahnya. Ningsih semakin menggila, mengelepar-gelepar keasyikan, matanya merem-melek. Kucium dan kulumat seluruh wajahnya, bibirnya, jidatnya, ludahnya kusedot dalam-dalam. Ningsih menggigit lidahku keras sekali sampai aku menjeNing kesakitan.
Itu tandanya Ningsihku mau ejakulasi dan klimaks. Kukuatkan agar cairan air sorgaku nggak muncrat dulu sampai Ningsihku mencapai klimaksnya. Tiba-tiba…
“Paahh oooggghh aduuuhh Maamah keluuaarr ooghh aduuhh gilaa ooowwwhzz aahh Papaahh.. uuughh uughh uuugghh”, dia sekali lagi menggigit lidahku sampai berdarah barangkali, sambil mencubit keras pahaku, itu memang kebiasaannya kalau meregang menahan klimaks luar biasa.
Aku tak peduli apapun yang dilakukan Ningsihku demi kepuasan kekasihku ini. Aku terus menggenjotkan penisku semakin gila dan rasanya sudah nggak tahan lagi menahan spermaku muncrat di vaginanya yang kusayangi. Ningsih sudah kepayahan rupanya, katanya vaginanya terasa ngilu kalau dia keluar duluan dan aku masih semangat menggenjotkan penisku keluar masuk vaginanya.
“Cepeeet dooong yaang aach Mamaah capeee”, katanya dan akhirnya… “Ooogghh.. Maahh.. Papah jugaa keluaarrr… ooooghh.. oooghh… oooghh.. Mamaahh… aduuuuhh eemmhhzz! Kami sama-sama meregang, mengejang, mendelik, menggelepar, seakan jiwa raga kami terbang ke angkasa luas nan indah, ke alam surgawi dunia fana entah sampai kapan kami akan memagut cinta, tapi rasanya memang sulit berpisah.
Kupeluk dan kucium Ningsihku yang terkulai puas dengan senyuman tersungging di bibirnya yang merah muda tanpa gincu. Kulumat lagi bibirnya habis-habisan, dia melenguh manja dengan mata tertutup letih tanda puas yang luar biasa.
“Paahh, Mamah cinta… jangan tinggalin Mamah ya sayaang!” Aku mengangguk saja karena aku pun sangat mencintainya.
Kemudian Ningsih dan aku rupanya tertidur pulas dalam keadaan berpelukan mesra dan bugil dan penisku masih sedikit menancap di vaginanya. Kulihat jam tanganku sudah menunjukan jam dua pagi. Hawa dingin kota Bandung dan ketika aku tersadar bahwa kekasihku masih tergolek mesra di pelukanku dengan telanjang bulat, nafsuku mulai bangkit kembali dan penisku sedikit demi sedikit mulai menegang dan keras kembali.
Kubangunkan Ningsihku, dia terbangun kami sama-sama berciuman kembali walaupun belum gosok gigi. Tapi cinta mengalahkan segalanya, semuanya terasa indah dan harum wangi. Ningsih juga kemudian terangsang kembali dan kami bersenggama lagi habis-habisan sampai jam empat pagi sampai seluruh badan terasa lemas dan lunglai. Nggak apa, kami makan apa saja yang membuat tubuh segar kembali dengan memesan ke Room Service.
Hari Sabtu pagi sampai siang hari kami terus tidur berpelukan mesra, pintu kamar terus berstatus “DO NOT DISTURB” sebab ada dua sejoli yang sedang memagut kasih, dan sampai Minggu pagi kami terus bercinta dan bersetubuh tak bosan-bosannya sampai tujuh kali. Minggu siang sekitar jam 12.00 Togar datang sesuai janji untuk mengantarkan Ningsih pulang, sambil mendropku di stasiun kereta api. Oh, setianya Batak satu ini, benar-benar kawan sejati dia. Dia cuma cengar-cengir penuh arti ketika bersalaman di stasiun dan berpisah denganku.
Dari mobil, Ningsih melambaikan tangan dan menempelkannya di bibirnya. “Hati-hati kau bawa dia kawan, dia sedang mengandung anakku, cari jalan yang mulus!” perintahku pada Togar. “Siap boss, akan kulaksanakan perintahmu!” katanya tegas. Batak ini memang tegas dan kasar, tapi hatinya sangat lembut dan baik. Sekali lagi aku berpelukan dengan Togar, sebelum Kijangnya yang membawa Ningsih hilang dari pandanganku.
Aku berjanji pada Ningsih untuk sesering mungkin datang ke Bandung, tak peduli apakah si Yudi keluar kota atau tidak sebab cinta kami begitu indah. –

The post Cerita Sex: Saat Liburan Keluar Kota appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Ketika Mengintip Bu Ismi Mandi

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Ketika Mengintip Bu Ismi Mandi – Ini adalah kisahku yang lain dengan tetanggaku di kampung. Awalnya waktu SMA aku sedang memanjat pohon sawo di belakang rumahku untuk mengambil buahnya. Secara tak sengaja mataku tertuju ke sebuah sumur tetangga yang tinggi dinding penutup kelilingnya hanya sebatas dada orang dewasa. Kulihat seorang wanita sedang membuka baju untuk mandi di sana. Tubuhnya kelihatan putih dan montok. Setelah kuperhatikan dengan cermat ternyata wanita itu adalah Bu Ismi, tetangga selang tiga rumah sebelah barat dari rumahku. Bu Ismi adalah istri muda dari seorang pengusaha angkutan. Ia membuka toko kelontong di rumahnya.

cerita-sex-ketika-ibu-ismi-mandi-300x225

Cerita Sex: Ketika Mengintip Bu Ismi Mandi

 
Aku mencari posisi yang lebih enak untuk mengintipnya. Kerimbunan daun sawo cukup membantuku agar tidak kelihatan dari arahnya mandi. Sambil mengintip akupun berkhayal bersetubuh dengannya. Dari tempatku mengintip dadanya yang putih dan montok kelihatan jelas sekali. Begitulah kalau aku tidak ada kegiatan di sore hari maka aku akan memanjat pohon sawo di belakang rumah dan menunggu Bu Ismi mandi. Bu Ismi ini orangnya ramah dan supel. Kadang kalau aku duduk-duduk di depan tokonya ia menyapaku duluan. Asalnya sebenarnya dari pelosok, namun tidak kelihatan kampungan. Kukira nama sebenarnya Ismih.
Setelah nikah dengan Pak Yos dipanggil Bu Ismi. Usianya waktu itu kurang lebih 30 tahun. Badannya sedikit gemuk tapi kulitnya kelihatan kencang. Ia paling sering pakai kain dan kebaya. Kalau sudah pakai kain dan kebaya, pantatnya yang besar kelihatan menantang dan bergoyang-goyang kalau sedang berjalan. Belahan buah dadanya terlihat sangat menggiurkan dan mengundang lirikan mata laki-laki. Sampai ketika aku kuliah dan sedang liburan semester di kampung. Malamnya sekitar jam sembilan malam aku singgah ke toko Bu Ismiuntuk membeli sesuatu.
“Eh Mas Tommy. Kapan datangnya dan libur berapa hari? Oleh-olehnya mana?” ia memberondongku dengan sejumlah pertanyaan.
Tangannyadiulurkan dan tentu saja kusambut dengan hangat.
“Tadi siang, dua minggu, pakaian kotor. Ibu mau?” jawabku taktis dan efisien menjawab semua pertanyaannya.
“Ihh.. Masa sih pacarnya kok cuma dibawain pakaian kotor,” katanya menggodaku. Dadaku berdesir. Pacarnya?
“Beli apa Mas?” “Enngghh, beli sabun dan shampoo”.
“Lho belum mandi toh?” “Sudah, untuk besok pagi”.
“Lho baru datang tadi, besok pagi kok sudah mandi basah,” godanya makin berani.
“Ya, siapa tahu nanti malam mimpi basah, jadi paginya mandi basah,” kataku.
Kepalang basah kubalas godaannya tadi. Pokoknya basah.. Sah.. Sah. Bu Ismi masuk ke dalam tokonya. Pantatnya masih saja kelihatan besar dan padat di balik dasternya. Aku mengikutinya, sambil melihat-lihat barangkali ada barang lain yang tiba-tiba teringat untuk kubeli.
“Ini sabun dan ini shampoonya. Eh nanti malam mimpi basah sama saya saja ya!” katanya berbisik sambil tersenyum.
Kalau begini caranya nanti malam aku bisa benar-benar mimpi basah. Aku hanya diam saja dan menerima sabun dan shampoo tadi. Ketika memberikan belanjaanku ia seolah-olah memalingkan mukanya ke arah TV dan seperti tanpa sengaja telapak tangannya mengusap lenganku.
“Eh maaf Mas. Habisnya acara di TV bikin penasaran saja”.
“Berapa Bu semuanya?” tanyaku sambil mengangsurkan selembar uang dua puluh ribuan.
“Ah, nggak usah Mas. Lagian uangnya besar begini nggak ada kembaliannya”. Ia menolak uangku.
Aku jadi tidak enak.
“Ya sudah Bu, saya utang dulu. Besok saja sekalian saya bayar” kataku.
“Bayar pakai yang lain saja gimana Mas?” Aku garuk-garuk kepala kebingungan sambil meninggalkan tokonya.
Karena masih lelah aku segera tertidur dan bangun agak kesiangan. Adik kecilku berdiri tegak, pertanda metabolisme dan kondisi tubuh masih fit. Setelah menyelesaikan ritual pagi hari, 3M, mandi, modol dan makan, aku berniat untuk jalan-jalan ke tempat Tina teman masa SD-ku (Aku Oase Para Wanita Bersuami 5: Tina). Kali-kali aja aku dapat jatah untuk sekedar kissing, necking dan petting. Tapi tiba-tiba aku ingat dari informasi yang kudapat tadi malam Tina sedang ke luar kota.
Akhirnya kuputuskan untuk jalan-jalan ke pasar saja. Sampai di pasar aku berputar-putar di los pakaian. Aku terkejut ketika tiba-tiba pundakku ditepuk dari belakang.
“Cari apa Mas Tommy?” Aku menoleh ke belakang dan ternyata Bu Ismi yang ada di belakangku.
Ia mengenakan blouse putih tipis dengan celana panjang warna biru. BH-nya yang juga berwarna biru membayang di balik baju tipisnya. “Ibu bikin kaget saja. Tadinya pengen beli tas tapi nggak ada yang cocok. Maksudnya nggak ada yang cocok harganya, kalau modelnya sih banyak yang cocok,” kataku.
“Oh gitu. Gimana kalau kita jalan-jalan ke Malioboro atau Shoping Centre kali-kali aja ada yang cocok. Kebetulan aku juga lagi cari kain batik untuk Bapaknya. Ayolah mumpung masih pagi,” katanya sambil menarik tanganku.
Aku tak bisa menolaknya. Dua jam kemudian kami tiba di Jalan Malioboro. Kami masuk ke sebuah toko dan melihat-lihat tas pakaian. Harganya memang murah dan modelnya bagus. Cuma aku memang tadinya juga cuma mau lihat-lihat saja, belum mau beli. Ketika masuk ke dalam toko kain, Bu Ismi menggandeng lenganku dengan mesra. Aku jadi agak jengah juga. Akhirnya Bu Ismi membeli dua potong kain batik. Satu untuk suaminya dan satu lagi untukku. Setelah itu kami makan. Selesai makan aku sudah bersiap untuk pulang, tapi Bu Ismi masih saja duduk di kursinya. Ia menatapku sambil tersenyum.
“Eh, ngomong-ngomong tadi pagi jadi keramas nih?” ia mulai menggodaku lagi.
“Iya,” jawabku singkat.
“Kalau.. Mmhh siang-siang gini keramas lagi mau nggak?” tanyanya sambil memegang telapak tanganku.
“Kalau tadi malam kamu mimpi basah, sekarang ngerasain yang sebenarnya mau nggak?” sambungnya.
Aku hampir terjatuh dari kursiku. Sebenarnya tentu saja inilah yang kuharapkan, tapi untuk membuatnya penasaran aku hanya berdiam saja.
“Ayolah!” rayunya. Akhirnya aku berdiri dan berjalan keluar dari restoran.
Bu Ismi memegang tanganku dan menarikku berjalan ke arah sebuah becak yang sedang mangkal.
“Pasar Kembang, Pak!” katanya pada tukang becak.
“Kenapa nggak ke Kaliurang saja,” protesku.
“Kejauhan, waktu kita sedikit,” jawabnya pasti.
Sampai di depan sebuah hotel yang cukup bagus di dekat pintu belakang Stasiun Tugu ia memberi kode kepada tukang becak untuk menepi. Kami segera masuk ke dalam hotel. Setelah menyelesaikan urusan di resepsionis kami masuk ke dalam kamar. Sebuah kamar yang lumayan bagus dengan sebuah ranjang besar yang empuk. Lantainya dilapis dengan permadani yang agak tebal. Begitu pintu kamar tertutup, Bu Ismi langsung memelukku. Bu Ismi menyapukan bibirnya ke bibirku dengan lembut.
Aku belum membalasnya. Ia kemudian mengulangi dan melumat bibirku. Terasa lembut dan nikmat sekali bibirnya. Lama kelamaan ciumanku berubah menjadi lumatan ganas. Lidahnya mendorong lidahku dan menyelusuri langit-langit mulutku. Aku membalasnya, kudorong lidahnya, dia menyedot lidahku. Rupanya Bu Ismi sangat lihai dalam berciuman. Kadang kepalanya dimiringkan sehingga mulut kami bisa saling menyedot. Suara kecipak perpaduan bibir kami mulai terdengar.
“Lepas bajunya dulu, To!” ia menyuruhku.
Kulepas baju, celana panjang dan sekaligus celana dalamku dalam sekali gerakan. Dadaku yang bidang dan berbulu lebat membuatnya berdecak kagum. Kejantananku langsung mencuat keluar dan perlahan-lahan terancung dalam kondisi lurus, bahkan sedikit mengacung ke atas. Kepala penisku kelihatan kemerahan dan mengkilat karena dari lubangnya sudah mulai keluar cairan bening agak kental dan lengket.Diusapnya lubang kejantananku dengan ibu jarinya dan diratakannya cairan bening yang keluar tadi di atas kepalanya sehingga kini semakin mengkilat. Diusap-usapnya kepala penisku sampai membesar maksimal.
Bu Ismi melepaskan pelukannya. Dengan gerakan pelan dan gemulai ia melepas blus, celana panjang dan akhirnya celana dalamnya. Tangannya membuka kancing bra-nya dan sebentar ia sudah dalam keadaan bugil. Tubuhnya yang montok dengan sedikit lemak di bagian perutnya. Gunung kembarnya dengan puncaknya yang kemerahan yang menggantung bebas. Kini kami berdua sama-sama dalam keadaan polostanpa selembar benang pun. Selang beberapa menit kemudian Bu Ismi berkata di telingaku dengan lirih..
“Kita ke ranjang.. Sa.. Yang..”. Aku langsung menyergapnya dan mengulum bibirnya, dan dia membalasnya dengan sangat liar, kemudian aku merasa penisku semakin tegak dan terasa lebih keras dari biasanya.
Aku berbaring di ranjang dan Bu Ismi merangkak di atasku. Dadanya disodorkan ke mulutkudan dengan rakus kusedot dan kujilati buah dadanya. Tangan dan mulutnya menarik-narik bulu dadaku dengan lembut. Sekali waktu dia menarik dengan keras. Aku terpekik..
“Ouuw.. Sakit Bu..”.
“Aku gemas melihat dadamu”. Dia terus memintaku meremas-remas payudaranya dan menghisap putingnya secara bergantian.
Lalu dia mulai menjilati tubuhku dari mulai leher perlahan-lahan turun kebawah dan berhenti disekitar paha. Dia juga menjilati biji zakarku.
“Agh.. Ugh.. Ouhh.. Enak Bu.. Ugh..!!” desahku.
Bu Ismi menggigit pahaku di bagian dalam dekat pangkal paha seolah-olah mengingatkan ini bukanlah sekedar mimpi basah tetapi kenyataan yang benar-benar sedang terjadi. Bu Ismi terus melanjutkan aksinya, kini dia jongkok di atas pahaku. Tangannya meremas kejantananku dan menggoyangkannya sebentar. Digesekkannya kepala kejantananku pada bibir vaginanya, kemudian ia menurunkan pantatnya. Kepalaku sudah tertelan dalam vaginanya. Terasa vaginanya berair. Dengan pelan pantatnya bergerak turun sambil memutar-mutar.
Kejantananku terasa ngilu dibuatnya.
“Ibu masukin ya. Ayo To..!! Angkat ke atas..,.. Tunggu sebentar!” ia memberi komando.
Diganjalnya pantatku dengan bantal, kuangkat pantatku sedikit untuk memudahkannya mengganjal pantatku dan kemudian pantatnya semakin turun. Dan dengan perlahan penisku masuk ke dalam sebuah lorong hangat. Aku merasakan penisku dihimpit oleh benda hangat, basah dan berdenyut, sebuah sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa.
“Agh.. Auw.. Ooh.. Nikmat sekali, To!!” rintihnya terbata bata. Kugerakkan pinggulku memutar berlawanan arah dengan gerakan pingulnya.
Dibenamkam penisku dalam dalam sampai terasa tidak bisa masuk lebih dalam lagi, dan Bu Ismi menjerit. Tangannya memainkan putingku dan sesekali menjilat dan mengisapnya. Aku menggigit bibir menahan rangsangan. Dia terus menggoyangkan pinggulnya dengan teratur dan makin lama makin cepat.
“Ouchh.. Agh.. Ugh.. Oo.. Yes..!!” desisnya terdengar berulang-ulang.
Aku mempercepat gerakanku mengimbanginya dan makin cepat lagi sampai akhirnya..
“Bu.. Aku.. Mau keluar nih.. Ouw..!!” Memang kurasakan jepitan vaginanya semakin keras dan kuat sampai sampai penisku terasa ngilu, Bu Ismi terus mempercepat gerakannya dan aku mulai merasakan sesuatu akan terjadi pada tubuhku..
“Aku.. Bu.. Aku,” aku memberontak.
“Ouhh To.. Aku juga..”. Kami tahu kalau sebentar lagi akan mencapai puncak.
Beberapa detik kemudian cairan kental menyemprot beberapa kali keluar dari kemaluanku. Bu Ismi pun menekankan pantat sekerasnya ke arahku sehingga tulang pubisnya menekan biji penisku sampai sakit. Kurasakan semprotannya sangat kuat dan banyak sampai sebagian keluar dari vaginanya.
Setelah membersihkan diri, kami saling berpelukan dan aku masih menikmati sisa sisa kenikmatan tadi dalam keadaan telanjang bulat, hanya ditutup dengan selimut. Napasku mulai normal dan keringatku sudah mengering. Kepala Bu Ismi masih berada di dadaku, matanya masih terpejam. Aku merenung sejenak, membayangkan apa yang baru saja terjadi. Kupeluk dia dan kucium belakang telinganya dengan lembut. Ia menggerinjal. Kuremas dadanya dengan lembut.
“Sudahlah To, aku mau istirahat dulu sebentar. Kecuali kalau kau..” Tanpa menunggu lagi segera kulumat bibir indahnya.
“Hmm.. Kudaku rupanya mengajak berpacu lagi..”. Kami berciuman lagi, semakin lama kembali semakin liar seiring dengan nafsu kami yang mulai bangkit lagi.
Tanpa terasa selimut yang tadinya menutup tubuh kami sudah tersingkap jatuh ke lantai dan tubuh kami berdua kembali tidak tertutup apa-apa lagi. Bibir kami saling berpagut, hangat. Kulumat bibir Bu Ismi itu dengan penuh nafsu. Sekali-sekali kugigit bibirnya dan kumainkan lidahku di atas langit-langit mulutnya. Nafsu sudah menguasai kami berdua. Kami semakin tenggelam dalam birahi. Kini leher jenjang Bu Ismi menjadi sasaran berikutnya. Kuciumi dan kujilati sepuasnya. Hampir saja kugigit lehernya itu, kalau tidak diingatkan oleh Bu Ismi.
“Jangan To.. Nanti kelihatan orang”, bisiknya.
Kupandangi tubuh indah itu sesaat. Lidahku tahu-tahu sudah memainkan puting payudara yang berwarna coklat muda dan keras itu. Pelan-pelan kaki kanannya ku angkat dan kuletakkan di atas perutku. Dalam posisi telentang berdampingan jari kiriku memainkan bulu-bulu halus di sekitar vaginanya, kemudian merambat menggesek-gesek lipatan pahanya. Pinggangnya terangkat dan bergerak-gerak tidak beraturan. Kudengar Bu Ismi melenguh-lenguh tanda terangsang.
“Ahh.. Ouuhgh.. Sedaap.. Sshh.. Nikkmaatt.. Terusskan..”. Kakinya kuturunkan dan dengan penuh nafsu serangan kuteruskan. Lidahku sudah berada di lipatan pahanya, menggantikan jariku tadi. Kudekatkan hidungku ke sela pahanya.
Sekilas tercium bau segar yang khas. Akhirnya kuserang bibir vaginanya yang sudah mulai basah. Kujilat-jilat sambil sesekali menjepit bagian dalam bibir vaginanya itu dengan kedua bibirku. Dengan sentuhan ringan tanganku sesekali memainkan daging kecil sebesar biji kacang tanah. Rupanya seranganku membuahkan hasil. Bu Ismi bergetar keras dan mulai meracau.
“Hmm.. Sshh.. Ngghh.. Akhh. Aku juga mau To, berputar.. Berputar”. Tangannya kemudian memegang kepalaku, meraih pinggang dan menangkap kakiku dan memutarnya ke arah mukanya.
Kuikuti saja kemauannya. Kami berbaring berlawanan arah. Aku tengkurap diatas tubuhnya. Selangkanganku berada di atas mulutnya dan sebaliknya sambil kamiterus melakukan stimulasi di sekitar paha. Ia langsung melahap penisku sampai habis. Diisap-isap, dikocok-kocok dan dijilati sampai puas. Gantian aku yang menggelinjang hebat.
“Mmhh.. Srup.. Srup..”. Penisku dihisap-hisap dan dijilati sampai badanku merinding semua.
Ia memberi isyarat agar berubah posisi. Kami berguling ke samping dan kini masih tetap dalam posisi kepalaku pada selangkangannya dan sebaliknya, aku sekarang yang berada di bawah. Rupanya dengan posisi demikian ia lebih mudah menikmati penisku. Akupun demikian, lebih leluasa untuk menjelajahi selangkangannya. Kami saling merintih dan melenguh memberikan respon terhadap rangsangan yang diterima. Bu Ismi menggelinjang penuh kenikmatanketika kujilat dan kugigit klitorisnya. Tetapi sebaliknya Bu Ismipun semakin gencar menyerang penisku dengan tak kalah hebatnya. Kami tetap dalam posisi ini sampai beberapa menit.
Tiba-tiba ia menghentikan serangannya dan duduk di tepi ranjang. Ditariknya tanganku. Kupeluk dari samping dan kemudian ditariknya badanku sehingga kami jatuh ke karpet di lantai dekat ranjangku. Dipeluknya tubuhku dengan eratnya dan dengan gencar menciumiku, sampai aku kesulitan mengambil napas. Suara dari ciuman mulut kami semakin keras. Sejenak kemudian ia menghentikan gerakannya. Aku mencoba bangkit dan berusaha mengangkatnya kembali ke ranjang. Tapi dia menggigit daun telingaku dan berkata lirih..
“Jangan To.. Tidak usah. Kita coba variasi lain.. Di bawah.. Di karpet saja”. Aku tidak jadi mengangkatnya dan kembali kurebahkan di atas karpet yang lembut dan empuk.
Kutindih tubuhnya dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Kucoba untuk menerobos lubang guanya, meleset, kucoba lagi dan meleset. Kepala penisku sudah masuk dan menyentuh bibir vaginanya. Bu Ismi merintih rintih minta agar aku segera memasukkan penisku.
“Masukkan.. To.. Masukin sekarang!”. Rupanya dia tidak sabar lagi.
Ia segera menggenggam batang penisku dan mengarahkan ke vaginanya yang merekah. Begitu seluruh kepala penisku yang besar sudah menerobos masuk ke bibir vaginanya, ia tersentak dan menekan pantatku dengan kedua tangannya.
“Dorong To.. Tommy dorong kuat-kuat,” desahnya. Kudorong pantatku dengan kuat sampai semua batang penisku amblas di dalam liang guanya.
Ia berteriak agak kuat, kututup dengan tanganku. Ia menggoyangkan kepalanya ke kanan ke kiri dan melakukan gerakan-gerakan tak beraturan. “Naikkan sedikit lebih ke atas dan turunkan lagi,” desisnya. Kuangkat pantatku sedikit naik dan tangannya kemudian memegang pinggangku untuk membantuku melakukan gerakan memompa. Gesekan kulit penisku dengan dinding vaginanya membuat aku mendesis nikmat. Kucium dadanya dan kugigit sampai merah. Ia sudah tidak pedulilagi dengan aksiku, hanya aku saja yang menjaga agar cupangku tidak sampai pada bagian tubuh di luar baju, kelihatan orang nantinya.
Kini aku sudah bisa menikmati dan melakukan gerakan memompa dengan terkendali. Payudaranya kukulum sampai setengahnya dan putingnya kugigit kecil. Kepalanya tersentak menengadah sehingga lehernya yang jenjang terlihat semakin menggairahkan. Kalau mulutku di payudaranya, maka tanganku mengusap pipi dan lehernya, jika mulutku ada di lehernya maka tanganku meremas payudaranya. Ia mengimbangi dengan menggerakkan pinggulnya memutar sehingga penisku terasa seperti tersedot suatu pusaran arus yang kuat. Kutambah kecepatan permainanku karena akupun merasa sudah mendekati saat-saat terakhir menggapai puncak.
Kurasakan darah mengalir deras ke penisku. Kugoyang, kugenjot dan kugoyang terus. Putaran pinggulnya juga dipercepat. Tubuh kami saling merapat. Akhirnya kusemburkan spermaku ke dalam vagina Bu Ismi dengan menekan pantatku kuat-kuat sampai menyentuh dinding rahimnya.
“Ouhh Bu Ismi.. Oouhh!!”
“To.. Tommy.. Tahan sebentar..” Kurasakan dinding rahimnya berdenyut-denyut.
“Sekarang To.. Sekarang ayo tusukkhh!!” Aku mencapai puncak kenikmatan terlebih dulu dan dalam hitungan sepersekian detik Bu Ismipun kemudian mendapatkan orgasmenya.
Kulihat ia akan berteriak dan kusumbat dengan mulutku karena akupun rasanya juga akan berteriak sambil memperketat pelukanku. Penisku terus berdenyut-denyut dan kurasakan dinding vaginanyapun juga berdenyut. Kedua kakinya terangkat ke atas dan bergerak-gerakseperti mengayuh sepeda. Semenit berikutnya kami berpagut mesra. Hingga akhirnya ia mendorong tubuhku ke samping.
“Kamu pintar sekali,” katanya sambil mencubit lenganku.
Akhirnya menjelang sore kami check out dan pulang, sampai di rumah kurang lebih jam lima sore. Kami berjanji tiga hari kemudian untuk berkencan lagi di Kaliurang.
Tiga hari seperti yang dijanjikan pagi-pagi kami sudah ada dalam sebuah kamar di Kaliurang. Kupeluk Bu Ismi dari belakang dan kuusap pinggangnya. Kurapatkan tubuhku ke tubuhnya sehingga kejantananku menekan belahan pantatnya. Ia mengenakan baju model kebaya warna hijau dengan kancing di depan dada sampai perut. Celana panjangnya berwarna hitam. Sambil kupeluk kubawa ia ke jendela sambil melihat puncak Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di kejauhan. Kucium tengkuknya dan iamenarik napas panjang..
“Hhmmh.. Tommy”. Ia membalikkan badannya.
Mukanya sedikit mendongak, bibirnya yang merah merekah setengah terbuka dan semakin mendekat ke bibirku. Kami berciuman dengan lembut namun penuh gairah. Ia merogoh kantung celananya dan mengambil sebutir pil, dan menyuruhku untuk meminumnya.
“To ini diminum dulu agar kita bisa bermain sampai sore”. Kuambil pil itu dan segera kutelan.
Aku sebenarnya tidak terlalu percaya dengan khasiat obat kuat. Kupikir staIsmiku masih mampuuntuk mencapai tiga atau empat puncak, bahkan sampai esok pagi rasanya masih mampu. Namun untuk menyenangkannya dan kupikir tidak ada salahnya untuk mencoba khasiat obat ini. Kubuka kancing baju model kebayanya di depan dadanya dengan gigiku dan kemudian tanganku melanjutkan untuk membukanya. Dadanya yang terbuka berwarna putih mulus terlihat kontras dengan bra berwarna merah yang masih menutup payudaranya.
Kucium bahunya, kumainkan tali bra-nya. Ia memelukku dan mengusapkan pipinya di kepalaku. Mulutnya menjilati lubang telingaku dan membisikkan kata-kata penuh gairah..
“Ouhh Tommy.. Hari ini akan menjadi hari panjang yang melelahkan. Kita akan menikmatinya sepenuhnya.. Ouhh!” Kucium dan kugigit bagian dada di antara dua gundukan daging payudaranya.
Kulitnya memerah karena bekas gigitanku tadi. Ia tidakmencegahku untuk mencupangnya, bahkan ia memintaku untuk melakukannya lagi.
“Tommy.. Berikan lagi gigitanmu. Cupang aku.. Aoouhh!” Kubuka bajunya kemudian bajuku sendiri dengan posisi tetap berciuman dan berpelukan.
Kudorong tubuhnya ke ranjang dan kutindih tubuhnya. Bibirku menyusuri bahunya melepas tali bra-nya lewat tangannya bergantian kanan kiri, kubiarkan bra-nya masih menutup dadanya karena pengait dipunggungnya belum kubuka. Kembali bahunya yang sudah terbuka kucium dan kugigit sampai memerah. Aku bergerak memutar sehingga berada di belakangnya. Kulepas pengait bra-nya, dan kutarik dengan gigitanku. Kini dadanya terbukapolos. Dari belakangnya, tanganku meremas pantatnya dan menciumi punggungnya yang putih.
Tanganku meremas buah dadanya yang kencang. Kuciumi leher dan belakang telinganya, kemudian kugesekkan pipi kananku ke pipi kirinya. Sambil kucium punggungnya kini tanganku melepas celananya dan celana dalamnya sekaligus. Tak lama celana dan celana dalamkupun sudah melayang. Aku tetap menciuminya sambil berbaring miring di belakangnya. Kugigit punggungnya dan terus menyusuri sekujur punggungnya ke bawah.
Tanganku mengusap pantatnya dan buah pantatnya kugigit pelan. Bu Ismi menggelinjang. Ia berbalik dengan posisi dadanya di depan mukaku. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan digesekkannya di ujung hidungku dan segera kutangkap dengan bibirku. Mulutku bergerak ke bawah perutnya, ia membuka pahanya agar memudahkan aksiku. Aku hanya menggesekkan hidungku ke bibir vaginanya. Aku tidak ingin merangsangnya dengan mulutku. Kepalaku bergerak ke atas dan menciumi ketiaknya yang terbuka, karena tangannya berada di atas kepala sambil meremas bantal.
Kami berguling sedikit dan sebentar kemudian ia sudah berada di atasku. Bibirnya lincah menyusuri wajah, bibir dan leherku. Bu Ismi mendorong lidahnya jauh ke dalam mulutku, kemudian menggelitik dan memilin lidahku. Kubiarkan Bu Ismi yang mengambil inisiatif menyerang. Sesekali lidahku yang membalas mendorong lidahnya. Tanganku meremas-remas payudaranya.
“Auhh, Ayolah Tommy.. Terus,” ia merintih pelan.
Kemaluanku mulai menegang dan mengeras. Kukulum payudaranya semuanya masuk ke dalam mulutku, kuhisap dengan kuat, putingnya kumainkan dengan lidahku. Napasnya memburu dengan cepat. Detak jantung kami semakin cepat meningkat.
“Ayo puaskan aku sampai saat-saat terakhir sayang.. Ahh.. Auuh!” Bu Ismi mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya.
Tangan kiriku mulai menjalar di pangkal pahanya, kumasukkan jari tengahku ke belahan di tengah selangkangannya dan kugesek-gesekkan ke dinding depan vaginanya.
“Ah sayang. Kamu liar dan nakal”. Sementara itu tangan kananku meremas halus buah dadanya.
Tangannya tak mau kalah memegang, meremas dan mnegocok kejantananku. Dengan ganas aku menciumi seluruh bagian tubuh yang dapat kujangkau. Beberapa saat kemudian ereksiku sudah mendekati maksimal. Kepalanya berdenyut menantang lawan di depannya. Jari tengah kiriku kugerakkan lebih cepat dan tubuhnya kemudian meliuk-liuk menahan kenikmatan. Pinggulnya naik dan berputar-putar.
cerisex.net–>cerita seks terbaru
Tangan kananku memelintir puting payudara kirinya dan dan mulutku kini menggigit puting kanannya. Sementara jari kiriku tetap mengocok lubang vaginanya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat pula gerakan pantat dan pinggulnya. Permainan tangan kiriku kuhentikan dan kuarahkan kejantananku untuk memasuki liang vaginanya. Sebentar kemudian dengan mudah akusudah menembus guanya yang panas. Pinggulku kugerakkan naik turun dan ia mengimbangi dengan memutar pinggulnya dan menaik turunkan pantatnya.
Harumnya parfum yang dipakainya sangat membantuku untuk rileks namun juga sangat menimbulkan gairah. Kakinya menjepit pahaku dan kadang dikangkangkan lebar-lebar. Kuciumi leher dan dadanya. Beberapa kali kugigit sampai meninggalkan bekas kemerahan. Kucabut penisku dan kubalikkan tubuhnya, ia mengerti maksudku. Ia mengambil posisi nungging dan menaikkan pantatnya yang memang masih kencang. Kuposisikan diriku di belakang pantatnya. Diraihnya penisku dan segera diarahkan untuk menerjang guanya kembali. Kuterjang vaginanya dengan kocokan lembut. Tanganku memegang pantatnya dan membantu menggerakkan pantatnya maju mundur.
Ia mulai menggelinjang dan mengejang lembut, kedua tangannya mencengkeram dan meremas sprei.
“Ouhh.. Sudah To.. Kita..” ia merintih ketika pantatku kugerakkan ke belakang sampai penisku hampir terlepas dan kumajukan dengan cepat.
Kuulangi beberapa kali lagi dan iapun menekankan kepalanya miring di atas bed.
“To.. Kita kembali posisi.. Kita.. Aku..” ia menjerit dengan kata-kata yang tidak jelas.
Ia memintaku untuk kembali dalam posisi semula. Kembali kucabut penisku dan segera kurebahkan kembali dalam posisi konvensional.Aku tahu ia, dan aku juga, hampir mengakhiri babak pertama ini. Kami bergerak berputar-putar. Setiap kutatap mukanya yang mengairahkan, maka akupun terpacu untuk membagi kenikmatan yang lebih kepadanya. Bunyi desah napas dan erangan kami semakin sering dan kuat, memenuhi seluruh sudut kamar. Vaginanya kugenjot semakin cepat dan kuangkat kaki kirinya dan kulipat sehingga lututnya menempel di perutnya. Dengan satu kaki terangkat dan satu lagi dikangkangkannya lebar-lebar ia semakin meracau..
“Ouahh.. Uuhh!”. Dinding vaginanya mulai berdenyut dan akupun sudah mencapai sebuah titik dimana aku tidak bisa kembali lagi dan harus kuraih puncak itu.
Kakinya yang tadi kulipat kukembalikan lagi dan segera kedua pahanya menjepit pinggangku.
“Sekarang Bu Min.. Naahh.. Aku mau kell.. Lluu.. Arr.. Ghh,” aku menggeram keras.
Pinggulnya naik menjemput kejantananku. Kutekankan kejantananku dalam-dalam di vaginanya.
“Ouhh Tommy.. Aku juga samm.. Paaiihh!” ia pun memekik kecil.
Giginya dibenamkan di bahuku sampai membekas. Jepitan kakinya semakin ketat dan denyutan di vaginanya terasa meremas penisku. Ditekan-tekannya pantatku ke bawah dengan betisnya. Setelah beberapa saat kami sama-sama terkulai lemas Udara sejuk Kaliurang yang bertiup dari luar kamar sangat membantuku untuk mengembalikan tenaga. Bu Ismi masih mengusap dan mempermainkan bulu dadaku. Ia berbaring miring di sebelahku dengan kaki kananya membelit kakiku.
Kupeluk bahunya dan kuusap-usap dengan lembut. “Aku tidak ingin hari ini berlalu dengan cepat. Aku masih ingin bersamamu berbagi kenikmatan,” katanya sambil mengecup lenganku. Setelah beberapa saat kemudian, maka napas dan detak jantung kami pun kembali normal. Setelah mengobrol dan bercanda, sejam kemudian Bu Ismi sudah merengek minta untuk masuk babak berikutnya. Aku masih menatap dan menikmati pemandangan tubuh aduhai yang sedang dalam keadaan telanjang telentang di sampingku. Ia naik ke atas tubuhku dan mencium bibir, leher dan telingaku. Mulutku menghisap kedua payudaranya, kugigit putingnya bergantian. Ia hanya melenguh dan gairah kami berdua pun mulai timbul.
Tangannya menyusup di sela pahaku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok penisku. Pantatku sesekali kunaikkan dan menahan napas. Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya. Napasnya dihembuskan dengan kuat ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku kemudian menjalar sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai kenikmatan. Kupeluk dan kuusap pungungnya dengan kuat. Tangan kiriku dibawanya ke celah antara dua pahanya. Jari tengahku masuk, mengusap dan menekan bagian depan dinding vaginanya dan bersama ibu jari menjepit dan memilin sebuah tonjolan daging sebesar kacang. Setiapkali aku mengusap dan memilinnya Bu Ismi mendesis keras..
“Sshh.. Ouhh.. Sshhss” Ia melepaskan tanganku dari selangkangannya.
Mulutnya bergerak ke bawah, menjilati perutku. Tangannya masih mempermainkan penisku, bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku, semakin ke bawah dan kemudian mengecup kepala penisku. Lidahnya membelah masukke lubang kencingku. Aku merasa seperti disengat ribuan lebah dan secara refleks mengencangkan ototku. Dua buah telur yang menggantung di bawahnya kemudian diisapnya. Aku hanya menahan napasku setiap ia mengisap telurku. Bu Ismi kembali bergerak ke atas, tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman.
Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara merintih..
“Sshh hhiihh.. Sshh.. Ngghh..” Perlahan-lahan diturunkankan pantatnya sambil memutar-mutarkannya.
Kepala penisku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa sudah mulai lembab karena cairan dinding vaginanya. Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam vaginanya. Ketika sudah menyentuh bibir guanya, maka ditekannya pantatnya perlahan. Akupun menaikkan pantatku menyambutnya. Bu Ismi merenggangkan kedua pahanya dan segera kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya.
“Ayolah Bu Ismi.. Dorong.. Akan kusambut dari bawah..!!” Bu Ismi semakin menekan pantatnya dan peniskupun semakin dalam masuk ke lorong nikmatnya.
“Ouhh.. Bu Ismi,” desahku setengah berteriak. Bu Ismi bergerak naik turun dan memutar.
Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya maka penisku seperti tersedot sebuah tabung vakum. Bu Ismi mulai mempercepat gerakannya, namun kupegang dan kutahan pantatnya, kemudian akuyang mengatur kecepatan gerakan pantatku dari bawah dengan perlahan. Bu Ismi membuat denyutan-denyutan di dalam lubang vaginanya.
“Bu Ismi.. Pelan saja. Kita nikmati saat-saat ini” desisku sambil mencium dadanya.
Aku ingin mengiringinya berlayar mengarungi samudra percintaan. Kami saling menjepit sebelah kaki dengan dua kaki kami. Kaki kirinya kujepit dengan kakiku dan demikian juga kaki kiriku dijepit dengan dua kakinya. Dalam posisi ini ditambah dengan denyutan pada kemaluan kami masing-masing terasa nikmat sekali. Kepalanya direbahkan di dadaku dan mengecup putingku. Tanganku menarik rambutnya ke belakang sampai kepalanya terangkat. Kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung.
Setelah kujilat dan kukecup lehernya kulepaskan tarikan pada rambutnya dan kepalanya turun kembali kemudian bibirnya mencari-cari bibirku. Kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama. Bu Ismi kemudian mengatur gerakannya dengan irama lamban namun disertai dengan denyutan pada dinding vaginanya. Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku sehingga penisku terbenam dalam-dalam menyentuh dinding rahimnya. Ia menegakkan tubuhnya sehingga ia dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkanganku. Ia kemudian menggerakkan pantatnya maju mundur sambil menekan ke bawah sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku.
Rasanya seperti diurut dan dijepitsebuah benda yang kuat namun lunak. Semakin lama-semakin cepat ia mengerakkan pantatnya, namun tidak ada kasar atau menghentak-hentak. Aliran darah yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat dan mulai ada aliran yang merambat di sekujur tubuhku.
“Ouhh.. Sshh.. Akhh!” Desisnya pun semakin sering.
Aku tahu sekarang bahwa ia pun akan segera mengakhiri pertarungan ini dan menggapai puncak kenikmatan. Aku menggeserkan tubuhku ke atas sehingga kepalaku menggantung di bibir ranjang. Ia segera mengecup dan menciumi leherku.
“Tommy.. Sebentar lagi kita akan sampaiihh.. Ouhh!” Desiran dan aliran di saluran kencingku makin kencang.
Aku bangkit dan duduk memangku Bu Ismi. Penisku kukeraskan dengan menahannapas dan mengencangkan otot antara buah zakar dan anusku. Ia semakin cepat menggerakkan pantatnya maju mundur sementara bibirnya ganas melumat bibirku dan tangannya memeluk leherku. Tanganku memeluk pinggangnya dan membantu mempercepat gerkan maju mundurnya. Ia sedikit mengangkat lututnya dan berteriak keras.
“Tommyo oohh.. Ayo.. Berikan aku..”
“Bu Ismi.. Sekarang.. Kuberi..!” Kutarik tubuhnya dan kembali kurebahkan tubuhnya ke atas tubuhku, matanya melotot dan bola matanya memutih.
Giginya menggigit bahuku dan mendesah..
“Tommy.. Sekarang sayangku.. Sekarang.. Hhuuaahh!” Ia kini memekik kecil.
Pantatnya menekan kuat ke bawah. Dinding vaginanya berdenyut kuat menghisap penisku. Aku menahan tekanan pantatnya dengan menaikkan pinggulku. Bibirnya menciumiku dengan ciuman ganas dan sebuah gigitan pada bahuku. Satu aliran yang sangat kuat membersit lewat lubang meriamku. Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kutekankan kepalanya di dadaku. Napas yang putus-putus terdengar dan setelah sebuah tarikan napas panjang ia terkulai lemas di atas tubuhku.
Keadaan menjadi sunyi. ***** Hari itu masih kami isi dengan dua kali percumbuan yang panjang. Percumbuan terakhir berlangsung dengan foreplay yang lama dan sejam kemudian kami mengejang dan mengerang bersama. Kami berendam air panas di bath tub dengan berpelukan dan saling meremas jari. Bu Ismi memintaku untuk pulang esok pagi, namun kutolak dengan alasan besok pagi ada urusan ke kecamatan. Hmmhh, Bu Ismi yang supel!! – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Ketika Mengintip Bu Ismi Mandi appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Mila Karyawan Hotel

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015 – Cerita Sex: Mila Karyawan Hotel – Aku adalah seorang dosen pasca sarjana yang mengajar dan memberi seminar di mana-mana. Aku tinggal di Bogor dan hidup cukup bahagia dengan keluargaku. Suatu ketika, sedang iseng-iseng bermain dengan internet, aku temukan dia, perempuan ini bernama Mila, (aku harap ini nama sebenarnya). Mempunyai keinginan birahi yang nyaris serupa denganku yaitu bermain dengan tali.

cerita-sex-mila-nungging1-300x225

Cerita Sex: Mila Karyawan Hotel

 
Dalam chat dan e-mail aku berhasil mengetahui bahwa dia bekerja di suatu hotel di Yogya sebagai Sales Manager. Hemm, kebetulan 2 minggu lagi aku mesti memberikan seminar 2 hari di universitas Undip Semarang. Tak sabar menunggu hari itu, masih asyik aku mengorek informasi melalui e-mail. Kami bahkan bertukar photo (tentu saja aku tidak mengirim photo yang sebenarnya), Mila bahkan sempat mengirim photonya ketika dia diikat oleh GMnya.
Oh ya, menurut pengakuannya umurnya 34 tahun, Mila sudah 3 tahun menikah dengan seorang penerbang yang bekerja di maskapai multinasional yang bermarkas di Hong Kong. Pertemuan dengan suaminya nyaris hanya 2 minggu sekali.
Mila mempunyai hubungan khusus dengan laki-laki yang sudah lama ia kenal dan mengaku selama itulah dia mengagumi Mila, kira-kira sejak pertemuan mereka yang mana Mila menjadi anak buahnya 7 tahun yang lalu di Bali. Laki-laki itu sekarang merekrut Mila sebagai Sales Managernya. Laki-laki itu (GMnya), menikah dengan manager personalia sebuah bank di Semarang, tidak tinggal bersama karena karir. Sehingga saat dia tidak pulang ke Semarang, Milalah yang mengisi kekosongannya itu.
“Yogya, Yogya, ayo mas, yang ini sudah mau berangkat mas,!”
Suara kenek itu membuyarkan lamunanku, baru tuntas seminar dan agak lelah aku bersiap-siap ke Yogya; biasanya langsung naik bis Nusantara atau Ramayana ke Yogya dan berhenti di Ringroad ke rumah keluarga, ortu dan adikku tinggal. Tapi saat ini aku sudah punya niat lain, aku akan menculik si Mila yang ngegemesin dan selalu mengganggu pikiranku, sudah sebulan lebih ini aku selalu main internet khusus untuk bisa baca tulisannya atau lihat foto hornynya.
Jadi bis berhenti di Ringroad juga tetapi aku langsung ke jalan Solo, ke hotel berbintang lima itu, memang diam-diam aku membawa foto ke paranormal dan beliau katakan nama hotelnya.
Hotel tempatnya bekerja berdiri tepat bersebelahan dengan hotelku. Setelah aku check in di hotelku, aku datang ke hotelnya. Hari sudah sore aku tahu persis bahwa Mila itu pasti sudah pulang, jadi rencana akan dijalankan besok. Dari hotel aku naik taksi ke Alfa dan membeli beberapa gulungan tali pramuka yang berwarna putih. Juga sebungkus lilin murahan. Tentunya juga gunting yang cukup tajam, mau beli jepitan baju dari kayu nggak ada, jadi beli yang dari plastik aja tapi ada lubangnya sehingga bisa dimasukin tali.
Esok harinya after breakfast aku mendatangi hotelnya, yang hanya 25 meter dari hotelku. Aku tanya sama Mbak yang di resepsionis dan katanya Mila kantornya itu tuh yang dekat GM nya katanya dengan sinis (mungkin dia nggak pernah diperhatikan sang GM).
Dengan berpakaian necis lengkap dengan dasi dengan confident aku datangi kamar kerjanya Mila. “Wah orangnya tepat seperti yang di photo yang dikirimnya rambutnya panjang terurai di bahunya, kulitnya putih wajah paduan cina jawa, tinggi badannya 170cm beratnya mungkin 58 kg, padat bodynya..hmm!”
Mila berdiri dan kami bersalaman; hatiku sangat bersyukur. Segera aku menguasai diri dan memperkenalkan diri bahwa aku adalah Steering Comitte dari suatu seminar internasional mengenai Lingkungan Hidup dan berminat menyewa 50 kamar dan ruang sidang untuk seminggu penuh. Mila menjelaskan harganya dan menanyakan kapan acaranya akan dimulai. Singkatnya urusan detil seminarku sudah beres (padahal seminar itu rekayasaku belaka). Mila menjelaskan panjang lebar tentang paket seminar dengan segala fasilitasnya sambil sesekali melemparkan senyum manisnya,. aku semakin kagum, lalu..
“Bagaimana kalau proposalnya bisa Dik Mila antarkan ke hotel Ane?” umpanku sambil menyebut hotel tempatku tinggal.
“Mengapa Bapak tidak tinggal di sini?” tanya Mila.
“Lho maunya memang begitu, tapi kata resepsionis tadi kamar sudah penuh” balasku.
“Betul Pak, mungkin besok Bapak bisa menginap disini dan bersedia mencoba pelayanan kami di sini?”
“Boleh saja,.!” jawabku sambil mengharapkan ‘pelayanan’ yang lain.
“Ane bookingkan ya Pak,!” aku mengangguk sambil menyembunyikan kekagumanku akan ketertarikanku padanya.
Mila tidak cantik, dia menarik dan menawan. Lalu Mila berjanji akan mengantarkan proposalnya besok jam 10.30 pagi.
Keesokannya telpon di kamar suiteku berbunyi, oh rupanya Mila sudah datang.
“Mila mau langsung ke atas? Ini kamar suitenya bagus lho, ada istri Ane juga, biar Ane kenalkan sekalian!”
“Oh ya, kebetulan Ane belum pernah lihat kamar suite di hotel ini, sebentar aja ya Pak” sahut dari seberang telpon.
Sampai di suite roomku, aku silakan Mila duduk. Mila terlihat sangat manis dengan senyumnya yang mempesona. Hari ini Mila mengenakan blus berwarna biru terang mengkilap berlengan panjang dengan model kerah shanghai dengan kancing putih yang berbaris rapih dari leher hingga nyaris ujung bajunya, memakai rok hitam serta menggenggam HP Nokia 3650 warna Biru Kuning, di pergelangan tangan kirinya ada arloji berbentuk gelang. Di tangan kanannya ada karet pengikat rambut berwarna hitam, dan kutawarkan minuman, dia memilih apple juice kesukaannya. Kutuangkan dalam gelas yang sudah kucampur obat tidur yang kubeli kemarin dari toko obat Eng Tay Ho di Malioboro.
“Ibu di mana Pak,” tanya Mila seraya meminum juicenya
“Oh, ada di kamar mandi..”
“Buu,.. buu..!” teriakku seolah-olah ada dia di sana.
Mila meneguk kembali minumannya sampai hampir habis dan betul juga kata si engkoh, Mila langsung tertidur di sofa ruang tamu.
Setelah pintu kukunci, aku langsung beraksi, pertama kubuka bajunya yang selalu nampak ketat, mulai kancing bawah hingga ke atas lalu BH Triump nya yang no 36, rok hitam yang 10 cm di atas lutut, dan terakhir CD merk Sloggy yang nampak bersih. Selanjutnya aku mulai menerapkan cara ikatan yang kuintip dari internet. Katanya yang paling canggih itu yang dari Jepang namanya Karada. Teorinya dari badan dulu, tapi aku takut dia terbangun, jadi biaraman tangannya dulu.
Tangan kiri kuikat erat pergelangannya, juga tangan kanan. Lalu kedua tangannya dibawa ke punggung dan satu sama lain diikat dengan jenis yang mengunci (seperti laso, makin bergerak makin erat) dan dihubungkan dengan tali lagi ke leher ah jangan kasihan nanti bisa tercekik. Walaupun nggak ada di teori tali yang mustinya ke leher kuteruskan dari leher ke depan melewati susu dan di bawah buah dada di lingkarkan dan diikat erat sampai dadanya membusung seperti gunung merapi mau meletus.
Agar kakinya nggak menendang walaupun masih pakai sepatu Edward Forrer dari Bandung dengan hak 7 cm dan ada talinya melingkar manis di pergelangan kaki itu juga diikat erat pakai tali lain. Sepatu ini yang dinamakan dia sepatu sexy.. dalam beberapa e-mailnya. Trus ikut teori aja, tali yang di buah dada diteruskan kebawah lewat vagina dan keatas lagi di belakang dan diikatkan ke tangannya yang dipunggung. Memastikan Mila sudah terikat erat, aku langsung menggendongnya,
“Oops, lumayan juga beratnya..!” lalu meletakkannya di tempat tidur dalam posisi miring, karena tangannya terikat ke belakang. Aku tutup dan mengunci pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan kamar tidurku. Aku cape juga mengerjakannya dan menggendongnya, sampai tertidur di sebelah Mila. Cerita Dewasa | Cerita Panas | Cerita 17 Tahun
Aku terbangun oleh suara makian wanita.
“Shit, ugh! Apaan ini!?”
Mila dengan wajah ketakutan melihat tubuhnya yang berbusana tali. Yes my dream comes true! Pikirku. aku berhasil mengikat Mila, dan ia terbangun sambil memaki-maki,
“Pak, sadar Pak.. Ibu ada di kamar mandi.. berani-beraninya berbuat begini pada Ane” teriak Mila sambil meronta-ronta berusaha membuka ikatannya.
“Lepaskan aku, let me go! To..”
Takut terdengar kamar sebelah sebelum Mila berhasil berteriak minta tolong, dengan gerak cepat kuambil lakban perak di meja tempat tidurku,
“..srett” dan kusumbatkan ke mulutnya, “mmhh!! mmhh!!”.
Mila mulai mengeliat mencoba membebaskan dirinya, akan tetapi semakin tangannya bergerak maka semakin kencang juga ikatan yang ada di buah dadanya yang gede itu. Matanya melotot marah, ia terlihat kesakitan tapi mungkin ia menikmati juga.
“Oh Mila Aneng, istriku memang ada di kamar mandi, tapi di rumahnya di Bogor,” jerit tawaku yang kubuat seram.
“Permainan baru akan dimulai Mila” kataku dengan tegas.
“Uugh, mmh, awwh!!” Mila hanya bisa mengeluh tanpa suara.
Matanya mulai berkaca-kaca dan kelihatan putus asa. Aku mulai bekerja jepitan baju kupasang di kedua putingnya dan dihubungkan dengan tali kecil yang nyambung ke tangan yang dipunggung. Mila meronta-ronta menggerakkan tangannya mencoba untuk melepaskan ikatannya, tapi hasilnya adalah ikatan di buah dadanya semakin menyakitkan, juga putingnya menjadi tertarik oleh jepitan baju dan menambah rasa sakit.
Baca cerita sex lainya di –> cerisex.net
Masih belum puas aku meneteskan lilin panas pada jarak 40 cm dari buah dadanya, ternyata ia tidak terlalu kesakitan maka kudekatkan jadi jarak 20 cm ia menggeliat, meronta mmh,.! ugh,.! semakin terikat dan makin sakit dan ia telah melewati entah orgasme yang keberapa kalinya melalui tali yang melilit melalui vagina dan anusnya.
Akhirnya Mila nampak memelas sekali seperti minta diampuni, mungkin karena sudah terlalu lelah meronta-ronta dan orgasme.
“Kamu akan Ane lepaskan kalau mau ngemut punyaku dan minum sampai bersih, ok?”
Matanya mengedip lemah. Tapi aku belum puas, aku berubah pikiran, apalagi buah zakarku yang sangat bersemangat sudah menunjuk-nunjuk ke Mila! Aku membuka ritsluiting celana kemudian melepaskan ikatan di kakinya yang rapat itu lalu pergelangan kakinya yang masih terikat dengan sepatu yang sexy itu kusambungkan ke kaki tempat tidur sehingga Mila terlentang dalam posisi tangan terikat ke belakang sementara kakinya terikat terlentang.
Penisku 16cm itu masuk dengan paksa ke vaginanya yang ternyata sudah bercairan. Masuk, keluar, masuk, keluar, berkali-kali hingga spermaku muncrat. Aku terbaring lunglai, di atas tubuh Mila yang berbusana tali itu, setelah mencapai puncaknya,
“Good Girl” kataku sambil memegang kepalanya seperti aku menyayang-nyayang anjing keAnenganku si Bonci.
Mila pingsan tak sadarkan diri.
Segera aku membersihkan tubuhnya sekedarnya dengan handuk yang kubasahi, memakaikan pakaiannya lengkap dengan blus biru kerah shanghainya, mengancingi blusnya berurutan rapi. Memakaikan CD setelah spermaku kubersihkan. Aku ganti ikatannya dengan lakban perak, meliliti tubuhnya yang berbusana, membelenggu kembali tangannya kebelakang, kakinya aku satukan lagi dengan lakban yang sama, kaki yang bersepatu yang sexy (itu sebutannya di e-mail) itu aku kulum dengan gemas. Memastikan tangan kakinya sudah terikat, serta mulutnya sudah tersumbat, aku utak atik HPnya mencari tahu nomor HPnya lalu serta merta mematikannya, kulihat banyak miss call dan SMS, beberapa dari GMnya
“Mami, sudah jam 5 sore kok belum kembali. Sales Call, posisi?” ada 4 SMS yang bernada serupa. Kumatikan HPnya supaya dia jangan sampai bisa SMS untuk minta tolong, juga aku cabut kabel telpon di kamarku.
Mila mulai siuman, kemudian kuperlihatkan handycam yang tadi telah di pasang pada tempat tersembunyi. Aku mengancam jika bilang siapa-siapa, rekaman ini akan aku upload ke bondage.com, bondagegirl.com, 17tahun.com atau situs-situs lainnya, bahkan bisa kuperbanyak dan kujual kuedarkan. Matanya kutatap, berkaca-kaca, Mila meronta-ronta kali ini apa daya lakban perak sudah mengikat erat dan merekat di tubuhnya, Mila menangis tersedu-sedu, putus asa dan pasrah. Semalaman penuh Mila kugarap sedemikian rupa, karena aku akan check out besok pagi, jadi malamnya aku perkosa hingga dia pingsan lagi.
Keesokan harinya, waktu menunjukkan pukul 6.00 pagi. Aku tinggalkan dia di kamarku dengan tubuhnya yang berbusana namun tetap terikat lilitan lakban perak, kubiarkan tanda Do Not Disturb menggantung di pintu kamarku. Aku langsung kembali ke Bandung dengan KA Argowilis. Di KA sambil menikmati hasil rekaman video pada laptopku, aku menyiapkan cerita ini dan kukirimkan kepadanya lewat e-mail sehingga dia tahu siapa sebenarnya yang ‘telah memperkosanya’. Entah bagaimana dia bisa melepaskan ikatannya, menjadi misteri sendiri. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum, Cerisex Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Mila Karyawan Hotel appeared first on Doyanbokep.

Viewing all 1024 articles
Browse latest View live