Quantcast
Channel: Doyanbokep – Cerita Sex – Cerita Dewasa – Cerita Mesum
Viewing all 1024 articles
Browse latest View live

Cerita Sex – Tangisan Para Cewek

$
0
0

Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngetart, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+. Malam sudha memperlihatkan gelapnya, dimana 2 cewek yang bernama Hana dan Anisa keluar untuk jalan jalan di mall yang mana terletak dengan kampusnya di Bandung, mereka berdua berstatus sebagai mahaiswi di bandung, karena sekarang sudah liburan semester teman teman hana dan anisa kebanyakan pulang kampung, tapi mereka memilih untuk tidak pulang soalnya juga bingung mau apa kalau sudah di rumah.

Cerita Sex Tangisan Para Cewek

kumpulan cerita sex perkosaan, cerita perkosaan sadis, cerita perkosaan nikmat, cerita perkosaan bergambar, cerita perkosaan paksa, cerita perkosaan enak, cerita perkosaan mahasiswi, cerita nyata perkosaan, cerita cerita perkosaan, cerita perkosaan pelajar, cerita perkosaan nyata, cerita perkosaan di hotel, cerita perkosaan wanita, cerita orang perkosaan, cerita perkosaan baru, cerita cinta perkosaan, cerita perkosaan pacar

Sampai di tempat kost mereka kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah di sekitarnya sudah sepi begitupula di dalam kost-kostan karena semua penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka masing-masing untuk memanfatkan waktu liburan kuliah mereka, dan kini tinggallah mereka berdua saja yang masih bertahan di dalam areal kost yang luas dan besar itu. Walau usia mereka terpaut jauh, mereka berdua sangatlah akrab karena selain mereka tinggal sekamar dan berasal dari Jakarta, di kampus mereka juga satu fakultas.

Hana saat ini berusia 26 tahun, sementara Anisya baru berusia 18 tahun. Keduanya memiliki wajah yang cantik, Hana dengan bentuk badan yang berukuran sedang nampak anggun dengan penampilan kesehariannya, sedangkan Anisya memiliki tubuh yang mungil dan wajah yang imut-imut.

Banyak pria yang tertarik kepada mereka berdua, karena bukan saja mereka cantik dan pintar, namun mereka juga pandai dalam bergaul dan ringan tangan. Akan tetapi dengan halus pula mereka menolak berbagai ajakan yang ingin menjadikan mereka sebagai kekasih atau pacar dari para pria yang mendekati mereka.

Hana saat ini lebih memilih berkonsentrasi untuk menghadapi sidang skripsinya, sedang Anisya yang baru menamatkan tahun pertamanya di kampus tersebut lebih memilih untuk aktif di organisasi kampus dari pada pacaran atau berhura-hura.

Sesampainya di kost, Hana langsung menuju ke kamar kost dan membuka pintu, sedangkan Anisya mampir dulu ke kamar mandi yang terletak agak jauh dari kamar kost mereka. Setelah membuka kamar,

Hana begitu terkejut ketika dilihatnya kamar mereka sudah berantakan seperti habis ada pencuri. Belum lagi sempat memeriksa segalanya, tiba-tiba kepala Hana sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.

Hana tidak tahu apa-apa sampai tubuhnya digoncang-goncang seseorang hingga tersadar dan menemukan dirinya sudah dalam keadaan terikat di kursi tempat biSetiawanya dia duduk untuk belajar dan mulutnya disumpal kain, sehingga tidak dapat bersuara.

Belum lagi lama dia siuman, matanya terbelalak ketika melihat pemandangan di sekitarnya, ia melihat dua pria di depannya. Yang menyuruhnya bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya berambut gondrong dia hanya mengenakan celana jeans kumal, badannya telanjang penuh dengan tatto. Dan satu orang lagi juga berbadan agak gemuk, berambut acak-acakan juga hanya mengenakan celana jeans.

Wajah mereka khas, usia mereka sekitar 40 tahunan. Sementara kamar kost mereka dalam keadaan tertutup rapat, jendela pun yang tadinya agak sedikit terbuka kini telah tertutup rapat. Tidak beberapa lama kemudian mata Hana kembali terbelalak dan ingin menjerit, karena kedua orang itu ternyata dikenalnya.

Yang membangunkan dia bernama Setiawan dan satu lagi bernama Thomas atau sering dipangil Ganang. Mereka berdua adalah teman dari Henry pemilik kost yang sering nongkrong di tempat itu, pekerjaan mereka tidak jelas.

Memang beberapa waktu yang lalu Hana dan Anisya dikenalkan oleh Henry kepada Setiawan dan Ganang. Karena dengan setengah memaksa Henry, Setiawan dan Ganang ingin dikenalkan dengan Hana dan Anisya yang waktu itu baru pulang dari kampus. Rupanya mereka berdua tertarik dengan kecantikan Hana dan Anisya.

Akan tetapi rupanya cinta mereka bertepuk sebelah tangan, Hana dan Anisya lebih sering menghindar untuk bertemu dengan Setiawan dan Ganang. Dan yang membuat hati Hana menjerit dan panas adalah begitu sadar sepenuhnya dan mengetahui Setiawan sedang duduk di pinggir ranjang mereka sambil memangku Anisya yang saat itu sudah tinggal memakai BH dan celana dalamnya saja yang berwarna putih.

Anisya sambil menangis memohon-mohon minta dilepaskan, air matanya telah membasahi wajahnya yang cantik itu. Tapi si Setiawan yang badannya jauh lebih besar itu tidak menghiraukannya, dia mulai meremas-remas payudara Anisya yang baru sekepalan tangan orang dewasa itu yang masih terbungkus BH itu, kemudian menjilati leher Anisya.

Pria itu lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat..!”

Setelah itu dilumatnya dengan rakus bibir indah Anisya dengan bibirnya, “Hmp.., cup.., cup..,” begitulah bunyinya saat kedua bibir mereka beradu.

Air liur pun sampai menetes-netes keluar, rupanya lidah Setiawan bermain di dalam rongga mulut Anisya.

Sementara itu Ganang yang berada di samping Hana berkata kepada Hana, “Hei, elo sudah bangun ya, teman elo ini boleh juga, gue pake dia dulu ya, baru setelah itu giliran elo, nah sekarang elo perhatikan gue baik-baik kalo sampe elo nanti engga bisa muasin nafsu gue, mampus deh elo..!” sambil mengelus-elus kepala Hana.

Hana mau berontak tapi tidak dapat berbuat apa-apa, Hana pun mulai pucat.

Lalu Setiawan yang masih memangku Anisya menyudahi serbuan bibirnya dan berkata, “Ok Sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!”

Dia menyuruh Anisya berlutut di depannya dan menyuruhnya membukakan celana jeans kumalnya, lalu mengulum batang kemaluannya.

Sambil menangis Hana memohon belas kasih, “J.. ja.. angan.. tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!”

Belum selesai berkata, tiba-tiba, “Pllaakk..!” si Setiawan menampar pipinya dan menjambak rambutnya.

Dengan paksa Anisya dibuat berlutut di depannya, “Masukkan ke dalam mulut elo, hisap atau gue bunuh elo..!”

Terpaksa dengan putus asa dan wajah yang pucat dan gemetar, Anisya membuka celana Setiawan dan begitu dia menurunkan celana dalam Setiawan tampaklah kemaluan Setiawan yang telah membesar dan menegang.

Tanpa membuang waktu Setiawan segera memasukkan kemaluannya itu ke mulut Anisya yang mungil itu. Batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Anisya.

“Hhmpp.., emphh.. mpphh..!” begitulah suara Anisya saat mulutnya dijejali dengan kemaluan Setiawan.

Ganang juga tidak tinggal diam, rupanya nafsu telah memenuhi otaknya, setelah dia melepas celana jeansnya dia berdiri di samping Anisya, menyuruh Anisya mengocokkan batang kemaluannya yang juga telah membesar dengan tangan.

Batang kemaluan Ganang tidak sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Anisya dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali kemaluan Setiawan dan tangan kanannya mengocok batang kemaluan Ganang.

“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis cantik ini, lain dari yang lain..!” kata Setiawan.

“Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih..!” timpal Ganang.

Beberapa lama kemudian nampak tubuh Setiawan menegang, seluruh badannya mengejang, dan, “A.. akh..!” Setiawan akhirnya berejakulasi di mulut Anisya.

Cairan putih kental memenuhi mulut Anisya menetes di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap darah, dan Anisya terpaksa meminum semuanya karena takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan Setiawan di kepalanya.

Setelah itu mereka melepas BH dan CD Anisya, sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara dan bulu-bulu kemaluannya yang masih halus dan jarang.

“Waw cantik sekali anjing ini.” ujar Ganang sambil memandangi tubuh bagian dada dan bawah Anisya yang sedang terisak-isak ketakutan.

Kali ini Ganang duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Anisya berjongkok di depannya sambil terus memijati dan mengocok batang kemaluan dengan tangannya. Anisya terpaksa menuruti kemauan Ganang itu sambil sesekali dipaksa untuk menjilati ujung batang kemaluannya, sehingga Ganang mendengus keenakan. Sementara itu si Setiawan mengambil posisi berbaring di bawah kemaluan Anisya dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang kemaluan itu.

Seketika itu Anisya kaget dan, “Ehhgh.., iihh.. iih.. eggmhh..!” Anisya pun merintih-rintih jadinya, badannya menggeliat-geliat akibat tusukan jari-jari serta jilatan lidah Setiawan di kemaluan Anisya.

“Ayo anjing.., kocok terus barang gue..!” bentak Ganang sambil menampar kepala Anisya.

Kembali Anisya mengocok kemaluan Ganang sambil badannya terus meliak-liuk karena kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidah Setiawan. Dari bibirnya pun terus terdengar suaranya merintih-tintih.

Sekitar 10 menit dikocok, Ganang memuncratkan maninya dan membasahi wajah serta rongga mulut Anisya. Kali ini Anisya sudah tidak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu Ganang jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Anisya dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang.

“Pelacur anjing..! Kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku. Kalo sekali lagi begitu, kurontokkan gigi elo, dengar itu..!” bentaknya.

Setiawan pun terpaksa menyudahi aktifitasnya dan ikut-ikutan menampar Anisya.

“Goblok..! Gue lagi asyik nikmatin memek elo. Elo jangan macem-macem ya..!” bentak Setiawan.

Anisya hanya dapat menangis memegangi pipinya yang merah akibat dua kali tamparan itu. Nampak kemarahan Hana bangkit karena teman dekatnya diperlakukan begitu. Hana meronta-ronta di kursinya, tapi ikatannya terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang.

Melihat reaksi Hana si Setiawan berkata, “Kenapa? Elo tidak terima ya pacar elo gue pinjam, tapi sayang sekarang elo nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..! Abis ini giliran elo yang gue entot..! Hahaha..!”

Mereka kembali menggerayangi tubuh Anisya, kali ini Setiawan merentangkan tubuh Anisya di tempat tidur dan membuka lebar kedua pahanya, dan segera mulai memasukkan batang kejantanannya ke liang kemaluan Anisya.

“J.. jangan. Aduh.., tto.. long.., Mbak Hana. Ampun Bang..!” pinta Anisya sambil mencoba berontak tapi dengan sigapnya Ganang membantu Setiawan dengan memegangi kedua tangan Anisya.

Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang kemaluan Anisya yang masih sempit, sehingga dari wajah Anisya terlihat dia menahan sakit yang amat sangat, tangisannya pun semakin keras.

Setelah hampir seluruh batang kemaluannya terbenam di dalam liang kemaluan Anisya, Setiawan mulai memaju-mundurkan pantatnya, mulai dengan irama pelan hingga dengan cepat. Keringat pun dengan deras membasahi kedua tubuh itu.

Beberapa saat kemudian dari sela-sela kemaluan Anisya mengucur darah segar bercampur dengan cairan bening hingga warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha Anisya.

“Aakkh.. aahh.. aa. ouhh.. ss.. aakit. ooh. aampuun.. ohh..,” begitulah erangan dan teriakan Anisya merasakan sakitnya.

Rupanya teriakan dan erangan Anisya menambah nafsu dan semangat Setiawan untuk terus memompakan kemaluannya dengan keras dan cepat hingga badan Anisya pun terbanting-banting dan terguncang-guncang keras. Anisya hanya pasrah mengikuti irama Setiawan dan kedua tangan Anisya pun kini sudah dilepas oleh Ganang.

Selama beberapa menit disetubuhi oleh Setiawan, tiba-tiba badan Anisya menegang sampai secara refleks dia memeluk kepala Setiawan yang sedang asyik menggenjotnya. Dia rupanya mengalami orgasme sampai akhirnya melemas kembali. Setiawan pun menyudahi gerakan memompanya namun kemaluannya masih tetap tertanam di dalam liang vagina Anisya.

“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria cokin, gimana rSetiawanya enak engga, jawaabb..!” bentak si Setiawan sambil menarik rambut Anisya.

Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata Anisya menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali..!”

“Jawab lebih keras supaya teman loe dengar pengakuan loe..!” kata Ganang.

“I.. iya, s.. saya suka sekali bercinta.” jawabnya dengan suara terbata-bata.

“Tuh, kamu dengar kan, apa kata teman elo, dia suka dientot, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka pada Hana yang hanya dapat meronta-ronta sambil menangis di kursinya.

Hatinya benar-benar serasa mau meledak tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.

Kemudian si Setiawan mencabut kemaluannya dan membuat posisi badan Anisya gaya posisi anjing, dia kemudian memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya Anisya hingga terbenam seluruhnya.

Karena rasa perih dan sakit yang tidak terhingga, maka Anisya berteriak memilukan, “Aaakkhh..!”
Lalu dia menariknya lagi, dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu di pantat Anisya hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak.

“Ooughh..!” Anisya mendengus keras menahan rasa perih dari lubang duburnya, seluruh badannya kembali mengeras lolongannya pun kembali terdengan memilukan, “Aahh.. ouh.. aah..! Aa.. mpun.., ssakit. Aakhh..!”

Kini Setiawan meyodomi Anisya dengan irama yang keras dan cepat hingga Anisya menggelepar-gelepar, dan badannya kini mulai melemah dan habis akibat digenjot oleh Setiawan.

Tidak beberapa lama Setiawan akhirnya mencabut kemaluannya dari lubang dubur Anisya dengan kasar. Kembali darah segar mengucur deras dari liang dubur Anisya, sementara Anisya tertelungkup jatuh ke kasur disertai rintihan panjang melemah, “Aahh..!”

Namun Setiawan belum juga puas, kemalunnya masih garang. Kini ditelentangkannya Anisya dan kembali Setiawan meniduri Anisya dan memasukkan kembali batang kemaluannya ke lubang vagina Anisya yang telah lemas itu, dan kembali Setiawan menggenjot tubuh lunglai itu.

Tidak lama Setiawan pun berejakulasi di rahim Anisya. Lolongan kepuSetiawan keluar dari mulut Setiawan disaat menyemprotkan spermanya yang jumlahnya banyak itu hingga meluber keluar dari sela-sela kemaluan Anisya. Anisya pun merintih lirih, dan akhirnya bersamaan dengan itu Anisya pun pingsan karena kehabisan tenaga dan rasa sakit yang tidak terhingga.

Dengan perasaan puas Setiawan pun merebahkan badannya di samping Anisya yang tergeletak tidak bergerak.

“Akhirnya gue perawanin juga elo. Dasar cewek sombong..!” ujarnya sambil mengehela napas dan melirik Anisya.

Sesudah itu kini Ganang yang tadi menjadi penonton mulai mendekati Hana yang masih terikat lemas di kursinya.

“Hei, teman elo boleh juga tuh. Nah, sekarang giliran elo yang servise gue. Asal elo tau gue itu naksir berat ama elo, tapi elo menghindar melulu. Gue tau gue jelek dan gue beda ama yang elo bayangkan jadi pacar elo. Buat gue itu engga soal, sekarang gue cuma mau perkosa elo. Udah gitu elo bebas, tapi kalo elo berontak, Mati elo..!”

“PLAAK..!” sebuah tamparan keras menghantam kepala Hana hingga Hana yang masih diikat di kursi itu terjatuh bersama kursinya.

“Hmmph..!” dengan mulut tersumbat Hana berteriak.

Kemudian dia menarik dan meletakkan tubuh Hana mengembalikan ke posisi semula. Dengan pisau dapur milik kedua mahasiswi itu dia merobek-robek baju kaos lengan panjang yang dikenakan oleh Hana. Nafas Hana tersentak ketika dengan cepat Ganang dengan pisaunya melucuti BH dan celana panjang bahan yang dikenakannya.

Sekarang Hana hanya memakai celana dalamnya yang berwarna putih serta sepSetiawang kaos kaki putih setinggi lutut yang selalu dikenakannya. Payudaranya yang penuh bulat terbuka, tubuhnya putih mulus masih dalam posisi terikat di tempat duduknya.

“Hmph.., hmph..!” Hana meronta sambil memandang Ganang dengan putus asa, matanya memerah dan air matanya mengalir deras membasahi pipinya, wajahnya pucat pasi.

Karena dia menyadari yang akan terjadi pada dirinya, yaitu sebagai pemuas nafsu bejat.

“Diem brengsek..!” kata Ganang, “PLAK..!” sekali lagi tamparan kuat mendarat di pipi Hana, membuat kepala Hana tersentak.

Kemudian ia membuka ikatan Hana dan membantingnya ke tempat tidur dalam posisi telungkup, dan setelah itu dia merentangkan kedua tangan Hana serta melebarkan kedua kaki Hana hingga posisi Hana kini seperti orang merangkak.

Hana hanya dapat pasrah mengikuti kemauan Ganang. Tepat di hadapannya terdapat kaca rias, setinggi tubuh manusia. Kaca itu biSetiawanya digunakan Hana dan Anisya untuk berdandan sebelum pergi kuliah.

Leim lalu merobek celana dalam Hana dengan kasar dan menjatuhkannya ke lantai. Sekarang Hana dapat melihat dirinya melalui cermin di depannya telanjang bulat, dan di belakang dilihatnya Ganang sedang mengagumi dirinya.

“Gila bener! Gue suka pantat lo. Lo bener-bener oke!”

Ganang menampar pantat sekal Hana yang sebelah kiri yang membuat Hana menjerit kaget.

Lalu tanpa menunggu lagi, Ganang yang mulai dirasuki nafsu sex memperlihatkan penisnya yang sudah keras. Ganang hanya membiarkan topi yang masih tetap membungkus kepala Hana dan sepSetiawang kaos kaki putih yang masih dikenakan Hana, mungkin ini dapat membuat nafsu Ganang semakin menjadi.

Karena memang dengan mengenakan topi, wajah Hana jadi nampak cantik dan lucu seperti komentar kebanyakan teman-temannya.

Kemudian Ganang menyelipkan penisnya di antara kedua kaki Hana lewat belakang.

“Ooh.., ampun Pak Ganang. Ampunn.., jangann.. jangan! Ampun, jangan..!” Hana mulai menangis dan rasa tegang menyeliputi hatinya.

Sambil menoleh ke belakang dan memandang Ganang, Hana mencoba untuk meminta belas kasihan. Terlihat air mata meleleh dari matanya. Namun Ganang terus mengancam dengan pisau dapur yang masih digenggamnya.

Ganang tidak perduli Hana memohon-mohon. Kepala penisnya kemudian menyusuri belahan pantat Hana, terus menuju ke bawah, kemudian maju mendekati bibir vaginanya. Setelah tangan si Ganang memegang pinggul Hana, dengan satu gerakan keras penisnya bergerak maju.

“Arrgghh.., ahh.., Ampun..!” Hana menjerit-jerit ketika penis Ganang mulai membuka bibir vaginanya dan mulai memasuki lubang kemaluannya.

Kaki Hana mengejang menahan sakit ketika penis Ganang terus menembus masuk tanpa ampun menusuk-nusuk selaput daranya.

Bibir tebalnya menganga membentuk huruf O dan mengeluarkan rintihan-rintihan, “Oohh.., oouugghh.., aa.. ampuun Bangg..! Aakkhh..!”

Badannya pun tersodok-sodok. Ganang terus bergerak memompa maju mundur memperkosa Hana. Ketika kepala Hana terjatuh lunglai kesakitan, dia menarik kepala Hana sehingga kepalanya kembali terangkat dan Hana kembali dapat melihat dirinya disetubuhi oleh Ganang melalui cermin di depannya.

Kadang-kadang Ganang menampar pantat Hana berulang kali, juga dilihatnya payudara Hana yang tersentak-sentak setiap kali Ganang menyodok penisnya ke dalam vagina Hana dan dia hanya dapat pasrah mengerang-ngerang dan merintih.

Tiba-tiba Ganang mengeluarkan penisnya dari vaginanya. Hana langsung meronta dan berlari menuju pintu, berharap seseorang akan melihatnya minta tolong, biarpun dirinya telanjang bulat.

Tapi tiba-tiba Setiawan yang ternyata sudah pulih terlebih dahulu menyambar pinggangnya sebelum Hana sampai ke pintu depan.

“Ahh, tolong! Tolompphh..,” teriakan Hana dibungkam oleh tangan Setiawan, sementara itu Ganang mendekat dan memukul Hana dengan keras.

Hana pun jatuh terjelembab ke lantai.

“Dasar Bandel ya..!” ujar Ganang.

Kemudian Ganang mengikat tangan Hana menjadi satu ke depan. Setelah itu, Hana didorong hingga terjatuh di atas lutut dan sikunya. Sekarang Ganang memasukkan penisnya ke mulut Hana.

“Mmpphh..!” Hana mencoba berteriak dengan penis yang sudah masuk di dalam mulutnya.

Sementara itu Ganang dengan tenang terus menggerakkan penisnya di mulut Hana. Kedua tangan Ganang memegang kepala Hana dengan kencangnya menggerak-gerakkan maju dan mundur. Mata Hana tertutup dan wajahnya memerah, air matanya masih meleleh turun di pipinya, baru pertama kali dalam seumur hidupnya dia diperlakukan seperti ini.

Setelah beberapa lama mengocok kemaluannya di rongga mulut Hana, terlihat tanda-tanda Ganang akan mencapai klimaksnya, gerakan memaju-mundurkan kepala Hana semakin cepat.

Dan, “Akkh.. Croot.., croot..!” Ganang berejakulasi di mulut Hana, sperma yang keluar jumlahnya cukup banyak sehingga meluber keluar dari mulut Hana.

Hana hanya dapat mendengus-dengus dan dengan terpaksa menelan semua sperma yang dimuntahkan Ganang tadi, sementara pegangan tangan Ganang di kepala Hana semakin kencang, sehingga sulit bagi Hana untuk menarik kepalanya.

Setelah semprotan sperma yang terakhir, barulah Ganang mencabut kemaluan dari mulut Hana yang kini mulutnya terlihat penuh dengan lendir memenuhi rongga mulutnya hingga ke bibirnya. Dengan napas puas Ganang mencapakkan kepala Hana hingga telentang di kasur.

“Siap, siap Sayang. Gue musti ngerasain pantat lo yang putih mulus dan sekal ini..!” tiba-tiba terdengar suara Setiawan yang sudah berada di samping Hana.

Hana memandang Setiawan dengan wajah ketakutan. Dia tahu bagaimana Setiawan memperlakukan Anisya hingga pingsan.

Kemudian Setiawan menoleh ke Ganang yang duduk di belakangnya untuk istirahat setelah klimaks tadi.
“Ja.. jangan, jangann.. Bang Setiawan.. saya nggak mau diperkosa di situ Bang..! Ampun Bang. RSetiawanya ssakit.., kasihani saya Bang..!” ujar Hana memelas kepada Setiawan.

“He Anjing. Gue tetep nggak perduli lo mau apa nggak..!”

Setiawan menarik tubuh Hana hingga dia terjatuh di atas sikunya lagi ke lantai, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian dia menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anusnya.

Setelah itu dia membuka belahan pantat Hana lebar-lebar.

“Ampun, jangan..! Sakit..! Ampun Bang Setiawan. Ampun..! Aakkhh..!”

Setiawan mulai mendorong masuk, sementara Hana mejerit-jerit minta ampun. Hana meronta-ronta tidak berdaya, matanya terbelalak, hanya semakin menambah gairah Setiawan untuk terus mendorong masuk penisnya.

Hana terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis Setiawan masuk ke anusnya.
“Ampun..! Sakit sekali! Ampun! Ooughh.. iihh..!” jerit Hana, ketika Setiawan mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anusnya.

“Buset! Pantat lo emang sempit banget! Lo emang cocok buat beginian!” kata Setiawan sambil mengusap-usap buah pantat Hana.

Sementara itu darah segar terlihat mulai mengalir menetes-netes membasahi paha dan kasur.
“Bener-bener pantat kualitas nomer satu!” omel Setiawan sambil terus memompa kemaluannya.

Tangisan Hana makin keras, “Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit Pak, ampun..!”

Sementara itu badannya mengejang-ngejang menggelepar-gelepar menahan rasa sakit yang teramat sangat, tubuhnya semakin basah oleh keringatnya.

“Gila, gue bener-bener seneng sama pantat lo!” ujar Setiawan sambil terus menyodomi Hana.

Hingga akhirnya tubuh Setiawan mengejan keras, kepalanya menengadah ke atas, cengkraman tangan di pinggang Hana pun semakin keras dan urat-uratnya pun kini terlihat pertanda sebentar lagi dia akan mencapi klimaksnya.

Setiawan berejakulasi di lubang pantat Hana yang semakin kepayahan dan tubuhnya melemah. Setiawan pun dengan menghela napas lega kembali menjatuhkan tubuhnya ke samping tubuh Hana yang juga terjatuh telungkup badannya lemas dan menahan rasa sakit yang tidak terhingga di lubang duburnya yang kini mengalami pendarahan.

Suara yang terdengar dalam kamar kost itu hanya tangisan Hana, tangisan yang benar-benar menyayat hati, yang membuat Ganang kembali bangkit nafsunya.

Ganang berjongkok membalikkan tubuh Hana yang tadinya telungkup menjadi telentang. Kemudian menarik kaki Hana, lalu membukanya dan menekuk hingga kedua pahanya menyentuh buah dadanya.

Kini posisi Hana telah siap untuk disetubuhi, Ganang meraih penisnya yang telah kembali tegang dan memeganginya, memandang ke arah Hana yang memalingkan wajahnya dari Ganang, matanya terpejam erat-erat wajahnya yang masih mengenakan topi nampak cantik walau penuh dengan keringat dan air mata.

Ganang mengarahkan penisnya ke vagina Hana, cairan yang keluar dari penisnya membasahi vaginanya, membantu membuka bibir vagina Hana. Hana mengerang dan merintih, tubuhnya kembali meronta-ronta, giginya menggeretak, Ganang nampak menikmati jeritan Hana ketika dia menghunjamkan penisnya ke vaginanya yang telah basah oleh darah dan cairan vaginanya.

“Aahhgghh..!” Ganang mulai memperkosa Hana.

Kaki Hana terangkat karena kesakitan dan rintihan terdengar dari tenggorokannya. Tubuhnya mengejang berusaha melawan ketika Ganang mulai bergerak dengan keras di vagina Hana. Ganang menarik penisnya sampai tinggal kepalanya di vagina Hana sebelum didorong lagi masuk ke dalam rahimnya. Ganang semakin bersemangat mompakan batang kemaluannya di dalam rahim Hana.

Nafsu telah membakar dirinya sehingga gerakannya pun semakin keras, sehingga semakin cepat tubuh Hana pun lemas tergoncang-goncang dan tersodok-sodok. Dan suatu ketika dengan kasarnya dicampakkannya topi yang menutupi kepala Hana oleh Ganang, sehingga tergerailah rambut indah seukuran bahu milik Hana.

Kini pada setiap hentakan membuat rambut indah Hana tergerai-gerai menambah erotisnya gerakan persetubuhan itu. Sambil terus menggenjot Hana, bibir Ganang kini dengan leluasa melumat dan menjilati leher jenjang Hana yang tidak tertutup topi dan menyedot salah satu sisi leher Hana.

Gerakan dan hentakan-hentakan masih berlangsung, iramanya pun semakin cepat dan keras. Hana pun hanya dapat mengimbanginya dengan rintihan-rintihan lemah dan teratur, “Ahh.. ohh.., ooh.. ohh.. oohh..!” sementara tubuhnya telah lemah dan semakin kepayahan.

Akhirya badan Ganang pun menegang dan tidak beberapa lama kemudian Ganang berejakulasi di rahim Hana. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak. Ganang nampak menikmati semburan demi semburan sperma yang dia keluarkan, sambil menikmati wajah Hana yang telah kepayahan dan lunglai itu.

Ganang mengerang kenikmatan di atas badan Hana yang sudah lemah yang sementara rahimnya menerima semburan sperma yang cukup banyak.

“Aauughh.. oh..!” Hana pun akhirnya tersentak tidak sadarkan diri dan jatuh pingsan menyusul Anisya temannya yang terlebih dulu pingsan.

Badan Ganang menggelinjang dan mengejan disaat melepaskan semburan spermanya yang terakhirnya dan merasakan kenikmatan itu. Batinnya kini puas karena telah berhasil menyetubuhi dan memperkosa serta merengut keperawanan Hana gadis mahasisiwi cantik yang ditaksirnya itu.

Senyum puas pun terlihat di wajahnya sambil menatap tubuh lunglai Hana yang tergelatak di bawahnya. Ganang pun ibarat telah memenangkan suatu peperangan, akhirnya terjatuh lemas lunglai tertidur dan memeluk tubuh Hana yang tergolek lemah.

Begitulah malam itu Setiawan dan Ganang telah berhasil merenggut kegadisan dua orang gadis cantik yang ditaksirnya. Waktu pun berlalu, fajar pun hampir menyingsing, kedua tubuh gadis itu masih tidak bergerak. Bekas keringat, cairan sperma kering dan darah mulai kering nampak menghiasi tubuh telanjang tidak berdaya kedua gadis cantik itu.

Pagi itu saat Setiawan dan Ganang sudah rapih mengenakan pakaian mereka, tiba-tiba Henry sang pemilik kost mendatangi kamar kedua gadis itu. Saat itu dia bersama Acong teman Henry yang juga teman Setiawan dan Ganang.

“Hei.., kalian disini rupanya.” ujar Henry.

Dan seketika matanya terbelalak ketika melihat ke dalam kamar kost dan melihat tubuh kedua gadis telanjang itu tergeletak tidak bergerak.

“Wah elo-elo abis pesta disini ya..?” tanya Henry.

Tanpa menjawab, Ganang dan Setiawan dengan tersenyum hanya berlalu meninggalkan Henry dan Acong yang terbengong-bengong.

Saat Ganang dan Setiawan berjalan meninggalkan kamar kost, mereka sempat melirik ke belakang. Rupanya Henry dan Acong sudah tidak terlihat lagi dan kamar kedua gadis itu kembali rapat terkunci. Kini rupanya giliran Henry dan Acong yang berpesta menikmati tubuh kedua gadis malang itu.

Memang rupa-rupanya Henry juga memendam cinta kepada gadis-gadis itu dan kali ini dia dibantu oleh Acong dapat leluasa menikmati tubuh gadis-gadis itu. Kembali tubuh Anisya dan Hana yang sudah tidak sadarkan diri menjadi bulan-bulanan. Henry dan Acong pun leluasa berejakulasi di mulut dan rahim gadis-gadis itu sepuas-puasnya.

Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngetart, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pSetiawangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex PSetiawangan Gay

The post Cerita Sex – Tangisan Para Cewek appeared first on Doyanbokep.


Cerita Sex – Pesta dalam Kamar

$
0
0

Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngentot, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+.  Anggi merupakan gadis yang berparas cantik dengan kulit putih dan tubuh mulusnya, dia mahasiswi yang cerdas juga dikelasnya, tapi bentuk payudara dan pantatnya biasa saja bisa dibilang kurus kalau seukuran dia, di kota Semarang Anggi berkuliah dan disana dia ngekos bersama salah stu temannya sebut saja Hana dia lebih tua dari Anggi umurnya 30an diusinya yang segitu dia cantik dan pandai merawat tubuhnya.
Rupanya, ci Hana yang sudah lama tidak merasakan belaian pria  menyimpan; lebih tepatnya menimbun libido yang secara perlahan-lahan telah menggerogoti moralnya (walaupun belum sampai mengenai akal sehatnya).

Cerita Sex Pesta dalam Kamar

Cerita Sex Pesta, ngentot Pesta, tempek Pasangan Gay, Pesta ngesex, Pesta dientot, kentu Pesta, Pesta hot, cerita Pesta Sex

Selama ditinggalkan kekasihnya sejak 7 tahun yang lalu, ia sering merasa kesepian  tak jarang ia berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan berbagai peralatan dan VCD yang disewanya/dibeli melalui pembantunya, karena ia sendiri sebenarnya malu kalau harus terang-terangan membeli atau menyewa benda-benda seperti itu.

Demikian pula untuk bermain dengan pria yang tidak dikenal, ci Hana menganggap mereka tidak bersih sehingga ia takut untuk berhubungan badan dengan mereka. Namun demikian, ini tidak mengurangi fantasi ci Hana dalam membayangkan bentuk seks yang diinginkannya.

Bahkan sejak 2 tahun yang lalu, ia juga mulai tertarik untuk melakukan hubungan seks dengan sesamanya. Ini dapat dilihat dari reaksinya terhadap Anggi sehari-hari, tak jarang ia menelan air ludah dan menjilati kedua bibirnya apabila melihat Anggi mengenakan kaos ketat apabila ia ke kampus. Padahal, bentuk tubuh Anggi begitu biasa  apalagi apabila dibandingkan dengan dirinya sendiri yg jauh lebih seksi.

Apa yang dilihat pada diri Anggi adalah dirinya sendiri 10 tahun silam; ketika ia masih berada di awal-awal usia 20 tahun: alim dan rajin  namun begitu naif. Ci Hana sendiri bertekad untuk memberinya ‘pelajaran’ suatu saat.

Namun  sesudah agak lama tinggal bersama Anggi, barulah Ci Hana mengetahui bahwa ia sudah tidak perawan lagi: ketika ia masih SMP dulu  pacarnya sendiri memperkosanya dan sejak saat itu, Anggi begitu minder dan seringkali menhindar dari pergaulan sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci Hana mengetahui hal ini dari Anggi sendiri yang memandang Ci Hana sebagai wanita yang sabar, bijaksana dan dewasa.

Pucuk dicinta ulam tiba, seminggu yang lalu  adik ci Hana yang laki-laki tiba dan hendak menginap untuk satu bulan karena suatu urusan. ‘Sekali tepuk 2 lalat’  inilah yang ada dalam pikiran ci Hana melihat adiknya sendiri dan Anggi.

Suatu sore sejak 3 hari kedatangan adiknya  Ci Hana sudah mempersiapkan rencana yang baik: pertama adiknya, kemudian Anggi. Biasanya, Anggi tiba di kos pukul 19:00 dan ia hendak memulai rencananya itu pukul 18:30 dengan melakukan ‘pemanasan’ terhadap adiknya.

Pukul 18:30, Hana memanggil adiknya untuk masuk ke kamarnya. Tanpa berprasangka apa-apa, adiknya masuk ke kamarnya. Dilihatnya Ci Hana yang mengenakan celana pendek jins ketat dan kaos tanpa lengan yang ketat pula  ia sedang menghadap ke cermin dan mengikat rambutnya yang bergelombang halus itu.

Melihat bayangan adiknya di cermin, Ci Hana tersenyum dan berkata: “Masuk saja, cici cuman sebentar koq.” Diam-2, adiknya memperhatikan cicinya dan berpikir: “Cantik juga, walaupun sudah kepala tiga. Badannya juga begitu padat dan seksi..”

Ci Hana yang mengerti bahwa dirinya sedang diperhatikan adiknya sendiri hanya tersenyum simpul  tiba-tiba ia berdiri, mendekati adiknya dan menggandeng tangannya. Adiknya kaget sekali namun ia tidak berkata apa2. Ci Hana membimbing adiknya menuju sebuah pintu sambil sesekali melirik ke belakang dan tersenyum simpul ke arah adiknya.

Ci Hana membuka pintu kamar tersebut dan menyalakan lampunya. Ternyata, apa yang dilihat adiknya adalah sesuatu yang menakjubkan namun juga membuatnya sedikit shock: sebuah kamar yang cukup luas  dengan seluruh dinding ditutupi bahan kedap suara berwarna pink.

Ranjang yang terletak di tengah ruangan, sebuah TV lengkap dengan stereo-setnya yang mewah: juga 3 teve hitam-putih kecil yang menampakkan situasi di ruang tamu, kamar Anggi dan kamarnya sendiri.

Namun yang membuatnya begitu kaget dan sedikit takut adalah koleksi VCD, video dan DVD porno yang berserakan di lantai. Berbagai alat bantu seksual, dan sebuah manekin lengkap dengan penis palsunya segala.

Tahulah ia apa yang diinginkan dari cicinya  tanpa disadarinya, Ci Hana sudah mengunci pintu kamar dan mulai melepaskan pakaiannya satu persatu. Namun ia berhenti sampai pakaian dalam saja. Jadilah Ci Hana hanya mengenakan bra dan celana-dalam warna hitam, ia berdiri begitu seksi dan menggoda dengan rambutnya terikat (untuk memudahkannya saat permainan nanti, begitulah yang ada di pikiran Ci Hana). “Sudahlah, kamu menurut saja  toh kamu disini hanya sebulan. Masa kamu tidak kasihan sama cici yg sudah lama tidak merasakan hangatnya tubuh pria?”

Adiknya masih ragu. Ci Hana tahu ini  dan tanpa membuang banyak waktu, ia segera maju ke depan membuka celana pendek adiknya dengan mudah (entah bagaimana, adiknya tidak mampu melawan cicinya sendiri).

Mulailah ia mengoral batang kemaluan adiknya itu. Ci Hana mempercepat gerakan mengocoknya dengan tangan kanan, dia menengadah dan menatap wajah adiknya dengan tatapan tajam penuh birahi  ia mendesis sambil berkata: “Sss.. awas kalau kamu berani keluar sebelum aku. Lebih baik kamu cari kos lain saja, meskipun kamu adikku!”

Sesudah berkata demikian, ci Hana memasukkan seluruh batang kemaluan adiknya ke dalam mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur  membuat batang kemaluan adiknya keluar-masuk dengan sangat cepat.

Adik ci Hana hanya dapat mengerang nikmat mendapat perlakuan seperti itu dari cicinya yang ternyata sangat berpengalaman dalam hal memuaskan pasangan mainnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengecewakan cicinya.

Di tengah-tengah permainan, Ci Hana melepaskan branya dengan tangan kirinya yang masih bebas. Diliriknya teve hitam putih yg secara rahasia memonitor kamar Anggi. Ternyata ia baru saja datang, dan waktu menunjukan pukul 18:55. Tepatlah perhitungannya: adiknya yang nafsunya sedang menanjak pasti akan mau diajaknya berkompromi.

Ci Hana menghentikan oralnya, dan tahulah ia bahwa adiknya agak kecewa. “Tunggu sebentar  aku ada tugas buat kamu: bawalah Anggi ke kamar ini.” Adiknya mengerti apa yang diinginkan ci Hana. Sementara adiknya pergi memanggil Anggi  ia segera mematikan monitor2-nya, melepas celana dalamnya yang sedikit basah dan bersembunyi di sebelah pintu.

Begitu adiknya masuk bersama Anggi  ia segera mengunci kamarnya lagi dan mendorong Anggi hingga jatuh ke ranjang. Anggi yang bertubuh kurus dan lelah sehabis kuliah tidak dapat memberikan perlawanan yang berarti terhadap perlakuan Ci Hana yang begitu tiba-tiba tersebut. Ci Hana melucuti kaos ketat yang dikenakan Anggi dengan buas.

“Kyaa..!!” Anggi menjerit, namun percuma karena ruangan tersebut kedap suara. Adik Ci Hana hanya diam saja karena shock melihat keganasan cicinya  apalagi dengan sesama jenis! Ci Hana telah sampai pada branya.

Dengan kasar, ia merenggut bra Anggi dan melemparkannya ke lantai. Ci Hana melihat sepasang toket Anggi yang kecil. “Seharusnya kamu tidak usah pakai bra sama sekali. Toh tidak memberi perbedaan yang berarti..” Ci Hana melanjutkan dengan melepas kancing celana jins Anggi dan membuka ritsluitngnya dan melepaskannya.

“Pahamu putih dan mulus juga yah..” Terakhir, Ci Hana menurunkan celana dalam Anggi. Anggi tak dapat berbuat apa-apa terhadap Ci Hana yang terus menggerayangi tubuhnya dan sesekali menciuminya.

Tiba-tiba Ci Hana berdiri dan berjalan menuju lemari. Diambilnya sebuah penis palsu (dildo) dan semacam lotion. Ia mengolesi dildonya dengan lotion tersebut dan memberikannya kepada adiknya, “Kamu pakai juga. Aku tidak mau dia berteriak-teriak kesakitan.” Adik Ci Hana menurut  ia melepas seluruh pakaiannya dan mulai mengolesi batang kemaluannya dengan lotion yang diberikan cicinya.

“Jangan ci.. saya takut.” Anggi yang sudah lemas berkata dengan penuh kekuatiran, melihat ci Hana mengenakan penis palsu (dildo) bergerigi dengan ukuran yang cukup mengerikan seperti mengenakan celana dalam.

Ci Hana dengan cepat bergerak ke arah Anggi. “Diam. Mana lotionnya.” Sesudah mendapatkan lotion, ia mulai mengolesi dinding vagina Anggi sambil berkata: “Kamu jangan takut, percaya sama cici saja. Sesudah itu, ia membalikkan tubuh Anggi dan melumasi lubang pantatnya pula.

“Ayo  kamu lubang yang satunya!!” ci Hana memerintahkan adiknya untuk mengentot Anggi yang malang di lubang anusnya. Adiknya menurut, ia berpindah  duduk di atas ranjang. Ci Hana memapah tubuh Anggi dengan lembut dan menempatkannya di atas adiknya.

Anggi yang tidak berdaya hanya dapat memandang sorot mata penuh nafsu ci Hana yang sedari tadi sibuk mengatur posisi dan membantu adiknya memasukkan batang kemaluannya ke dalam lubang anus Anggi. Bles! Batang kemaluan adik ci Hana akhirnya berhasil masuk ke dalam anus Anggi yang sudah tidak keruan bentuknya karena sedari tadi diobok-obok oleh ci Hana.

Rasa sakit bercampur nikmat membuat Anggi membelalakkan matanya, ia membuka mulutnya dan merintih “Aaa..” Ci Hana membaringkan Anggi dari posisi terduduk menjadi terlentang dengan adiknya di bawahnya (dan batang kemaluannya yang sudah menancap ke dalam lubang anus Anggi). “Anggi, aku yakin kamu akan menyukai ini dan pasti ketagihan sesudah ini.” Ci Hana memasukkan dildo-nya ke dalam lubang kemaluan Anggi.

Anggi yang berada di tengah dengan keadaan tak berdaya, berusaha menahan nikmat bercampur nyeri di lubang kemaluan yang sudah dihujami dildo dari ci Hana  serta batang kemaluan adik ci Hana yang menancap di lubang anusnya.

Mulailah ranjang bergoyang.. mulanya perlahan, namun semakin lama semakin cepat.. demikian pula dengan rintihan-rintihan Anggi.. “Aaa.. aa..” Anggi masih mengenakan kaca mata minusnya ketika permainan ini dimulai.

Ci Hana tertawa melihat Anggi berusaha bertahan: “Jangan ditahan dan jangan dilawan Anggi  nikmati saja, sayang!!” Perlahan-lahan rintihan Anggi mulai berubah menjadi jeritan nikmat penuh birahi..

“Ah.. ah.. yess.. mmhh.. MM.. AAHH..” Kenikmatan disetubuhi di kedua lubangnya secara bersamaan membuat Anggi kehilangan kendali. Anggi yang sopan dan alim perlahan larut.. perlahan berubah menjadi Anggi yang liar, sifat liar yang seakan ditularkan dari ci Hana  meracuni pikiran Anggi yang semula begitu bersih dan polos. “Yah.. teruskan!! LEBIH CEPAT LAGI CI HANA..!! AA.. AA.. MMHH.. MM..”

Anggi menggenggam seprei ranjang dengan sangat kuat, keringat meluncur deras dari sekujur tubuhnya  membuat kulitnya tampak mengkilat di bawah cahaya lampu. Hal ini membuat Ci Hana semakin bernafsu mempercepat gerakan pinggulnya. Anggi semakin menikmatinya  ia memejamkan matanya sambil memegang rambut ci Hana. “AGH.. Enak sekali.. Ci.. aa.. aku.. belum pernah.. uuh.. senikmat ini..”

Adik Ci Hana menganal lubang pantat Anggi sambil meremas-remas kedua toket Anggi dari belakang, walaupun ukuran toket Anggi relatif kecil  namun ini tidak mengurangi rangsangan demi rangsangan yg diterimanya.

“Auuh.. ah..” mulut Anggi menganga dan mengeluarkan teriakan-teriakan yg semakin tidak jelas. Tubuhnya pun mulai menegang; tahulah Ci Hana bahwa “anak didiknya” saat ini hampir mencapai puncak kenikmatan.

Ci Hana mengurangi kecepatan bermainnya dan mengubah gerakan maju-mundurnya menjadi gerakan mengaduk dengan menggoyangkan pinggulnya. Anggi secara alami mengikuti gerakan Ci Hana dengan menyesuaikan gerakan pinggulnya. Hal ini justru menambah kenikmatan bagi Anggi.

Sampai akhirnya  tubuh Anggi benar-benar menegang dan Anggi melepaskan teriakan yang cukup panjang dan memenuhi seluruh ruangan kedap suara tersebut. Sesudah itu, teriakan berhenti dan seluruh ruangan menjadi sepi. Ci Hana mencabut dildo dari lubang vagina Anggi, ternyata dildo tersebut sudah ditutupi cairan kental dan bahkan saat Ci Hana menariknya keluar  ada sebagian dari cairan tersebut menetes dan adapula yang masih merekat antara dinding vagina Anggi dengan dildo Ci Hana.

Adik Ci Hana juga mencabut dildonya dari lubang anus Anggi dan merebahkan Anggi yang sudah lemas di ranjang. Anggi masih memejamkan kedua matanya  Ci Hana melepas kacamata Anggi yang masih dikenakannya dan meletakkannya di meja yg terletak di tepi ranjang. “Lain kali, kalau mau main  jangan lupa lepas dulu kacamatanya..”

Ci Hana tersenyum dan mencium Anggi, kemudian ia melepaskan dildonya dan menggelatakannya begitu saja di lantai. Ia memandang adiknya dan berkata: “Kamu jangan bengong saja, kamu masih punya tugas satu lagi.” Sesudah berkata demikian, ia duduk di lantai  melebarkan kedua pahanya: mengarahkan lubang vaginanya yang sudah basah ke arah adiknya.

Kemudian ia menunjuk ke arah vaginanya: “Ayo: gunakan lidahmu.” Adiknya mengerti apa yg harus dilakukan. Ia menjilat-jilat lubang kemaluan ci Hana dengan hati-hati. Keenakan, c ci Hana memejamkan matanya  nafasnya tak beraturan: desahan- desahan nikmat meluncur keluar tak terkontrol dari mulutnya.

Ia menjambak rambut adiknya dan menekan-nekan wajah adiknya itu ke lubang vaginanya: “Errghh.. aaghh.. niikkmmaatt sekkaallii.. ss..!!” Ci Hana benar-benar menikmati setiap hisapan dan jilatan yang diberikan adiknya ke liang kewanitaannya, namun di tengah ambang sadar dan tidak  Hana ingat bahwa ia tidak ingin mencapai orgasme dengan cara seperti ini. “Aah.. tunggu say  bee.. berhentii duluu.. mmh.. sekarang giliran.. cici ngerjain punya kamuu..”

Adik Ci Hana menurut dan berhenti. Ci Hana bergerak kemudian berjongkok membelakangi adiknya, sekarang ia dalam keadaan berjongkok menghadap pantat adiknya. Adiknya agak kebingungan dengan tingkah laku cicinya.

Namun Hana cuek saja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan dengan tangannya itu ia mencengkeram buah pelir adiknya dengan halus dan mulai memijat- mijatnya. “Tenang saja, sayang  kujamin kamu akan suka sekali..” Ci Hana tersenyum penuh nafsu, dan dengan tangan kiri masih memegang buah pelir adiknya  ia mengangkat telapak tangannya, menghadapkannya ke arah wajahnya  dan meludahi tangannya sendiri kemudian mengerut-ngerutkan tangannya.

Kemudian ia melingkarkan tangan kanannya dari pinggang sebelah kanan adiknya  langsung menuju ke arah kontol adiknya. Dan mulailah ia mengocok-ngocoknya batang kemaluan adiknya itu dengan tangan kanannya yang sudah dilumasi air ludahnya sendiri.

“Aaaghh.. duh, enak sekali ci..” Ci Hana meneruskan gerakan tangannya sampai ia merasa batang kemaluan adiknya sudah cukup keras. Sesudah itu, ia membalikan badannya dan mengambil posisi nungging di lantai. Tahulah adik ci Hana apa yang diinginkan cicinya ini. Ia juga mengatur posisi di belakang cicinya: “Awas ya  pokoknya aku nggak mau anal. Maenin lubangku yang biasa aja.” Adiknya menurut, dan permainan dimulai.

Adik ci Hana memulai gerakannya dengan perlahan, “Mmm.. masih kurang, lagi dong!” Gerakan dipercepat, Ci Hana memejamkan matanya keenakan. Ia menambah kenikmatan dengan menggesek-gesek klit-nya sendiri, dengan sebelumnya membasahi jari-jarinya dengan cara mengulumnya sendiri.

“Uuuaah.. enaakk sayaang.. Mmmh..” Permainan ini berlangsung agak lama sampai ci Hana minta ganti posisi lagi. Kali ini ia ingin disetubuhi dengan posisi tubuh menyamping. Ci Hana menyampingkan tubuhnya yang seksi dan sudah mandi keringat tadi ke arah kanan, sementara adik Ci Hana mengangkat paha mulus cicinya sebelah kanan dan menyandarkannya ke bahu sebelah kirinya.

Dengan demikian, ia dengan leluasa dapat memasukkan batang kemaluannya ke lubang ci Hana. Ia mulai bergerak maju mundur, “Aaahh.. mm..” Untuk sekedar menambah kenikmatan, ia mengarahkan tangan kanannya ke arah pantatnya sendiri dan menggerakan jari tengahnya keluar- masuk lubang pantatnya. “Kyyaahh.. uuhh..”

Tubuh ci Hana terus bergoyang-goyang  toketnya pun bergerak naik turun tak beraturan mengkuti irama tubuhnya. Adik ci Hana yg sedari tadi bergitu terangsang dengan gerakan toket cicinya sendiri itu sudah tak tahan lagi, ia memajukan tangan kanannya guna meremas toket kanan cicinya itu. “Oh  susumu begitu empuk ci..”

Ci Hana hanya tersenyum, ia mencabut tangannya dari lubang pantatnya  dan ikut meremas toketnya bersama-sama dengan tangan adiknya itu. Permainan terus berlangsung, Ci Hana merasakan tubuhnya sendiri mulai menegang  ia sendiri sudah tidak mampu berpikir jernih lagi.

Hanya kenikmatan yang dirasakan sekujur tubuhnya sekarang. “AAHH.. AAKKUU.. MMH..” Keluarlah Ci Hana, mencapai orgasme yang diidam-idamkannya dalam posisi menyamping. Tercapailah segala keinginannya selama ini.

Demikian pula adik ci Hana, ia segera berdiri karena sudah tidak tahan lagi, dan ci Hana mengetahui hal ini  karena ia sudah berhasil meraih orgasme, maka ia berniat membantu adiknya untuk mengeluarkan seluruh peju yang sangat ia inginkan itu.

Ci Hana berjongkok, tersenyum menggoda ke arah adiknya dan mulai mengocok batak kemaluan adiknya “Nah, sekarang cici ingin merasakan nikmatnya cairan kejantananmu. Ayo sayang.. keluarkan  jangan ragu.. ayo!” Ci Hana memainkan batang kemaluan adiknya naik turun dengan gerakan memutar sambil sesekali menjilat pangkal kemaluan adiknya.

“Aih.. masih belum keluar juga.. sebentar..” Sambil mengocok batang kemaluan adiknya dengan menggunakan tangan kanannya, ci Hana memijat buah pelir adiknya. “Ah.. ci.. aku mau keluar nih..!!” Ci Hana langsung mengarahkan ujung batang kemaluan adiknya ke arah mulutnya, menyambut cairan peju yang segera muncrat masuk ke dalam mulutnya.

Anggi yang sedari tadi tergeletak lemas berusaha bangkit dan merangkak menuju ci Hana dan adiknya. “Ci Hana.. saya juga mau..”, kata Anggi sambil menunjuk ke arah mulutnya sendiri. Tetes peju terakhir sudah habis meluncur turun ke dalam mulut ci Hana yang seksi. Ci Hana menelan sedikit peju adiknya dan menahan sisanya di dalam mulutnya.

Ia tersenyum dengan mulut belepotan peju adiknya, membelai Anggi, kemudian membaringkannya, dan meletakkan kepala Anggi di pangkuannya. Anggi yang sudah lemas hanya menurut seperti anak kecil. Dengan gerakan yang lembut, ci Hana menyentuh bibir Anggi dan menggerakannya ke bawah dengan jari telunjuknya.

Anggi mengerti apa yang dimaksud ci Hana, ia membuka mulutnya. Bibirnya bergetar. Ci Hana kembali tersenyum  ia mengarahkan mulutnya tepat di atas bibir Anggi yang sudah merekah, kemudian membuka dan memuntahkan peju lengket yang sudah bercampur dengan air liur ci Hana, turun memasuki mulut Anggi.

Peju dalam mulut ci Hana sudah habis dipindahkan ke dalam mulut Anggi. Ci Hana tersenyum lebar dengan sedikit sisa peju bercampur liur pekat yang menetes dari ujung bibirnya.

Kembali, dengan gerakan lembut  ci Hana memberi isyarat kepada Anggi untuk menutup mulutnya. Anggi menuruti dan tersenyum bersamaan dengan ci Hana. “Nah, aku tidak pernah pelit kepada gadis manis seperti kamu.

Ambillah bagianmu dan nikmatilah.” Anggi menelan peju yang sudah diberikan ci Hana kepadanya. “Terima kasih ci..” Kemudian ia bangkit dan duduk  Anggi menyentuh wajah ci Hana dengan lembut. Anggi kembali membuka mulutnya, bergerak maju ke arah bibir ci Hana sambil menjulurkan lidahnya. Ci Hana yang mengerti maksud Anggi segera menyambut ciuman Anggi dengan menjulurkan lidahnya pula. Mereka berciuman sampai lama  dan saling menjilati sisa-sisa peju hingga bersih.

Sejak saat itu, kehidupan ci Hana dan Anggi selalui dipenuhi dengan petualangan: hampir setiap bulan Anggi ‘menjebak’ teman kuliahnya  entah itu pria atau wanita. Mungkin dalam kesempatan lain, Anggi dapat membagi kisah petualangannya disini.
Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngentot, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pasangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex Pasangan Gay

The post Cerita Sex – Pesta dalam Kamar appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Nikmatnya Tubuh Mbak Wulan

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Nikmatnya Tubuh Mbak Wulan – Semula aku tidak percaya telah berbuat mesum dengan seseorang yang sangat aku hormati, dia adalah Mbak Wulan (35 tahun) seorang guru agama di sebuah SMP negeri di Kota Magelang. Aku mengenalnya karena suaminya yang bernama Susilo (45 tahun) sering mengisi pulsa di counter HP milikku. Seminggu sekali dia ketempatku, kadang sendiri kadang juga berdua dengan istrinya. Karena sudah kenal baik aku sering mampir kerumahnya saat pulang dari toko, kebetulan rumahnya searah dengan tempat kosku.

 

 

cerita-sex-nikmatnya-tubuh-mbak-wulan-300x225

Cerita Sex: Nikmatnya Tubuh Mbak Wulan

 

Oh ya perkenalkan namaku Anton usiaku 26 tahun aku berasal dari Surabaya. Singkat cerita kami sudah akrab, mereka berdua sebenarnya keluarga yang sempurna menurutku, Mas Susilo bekerja sebagai teknisi listrik PLN dan mereka sudah memiliki 2 orang anak yang berusia 12 dan 8 tahun.

Cerita Sex | Terus terang saat pertama bertemu dengan Mbak Wulan aku sudah sangat kagum, dia pintar, cantik dan sholehah karena selalu berjilbab rapi. Selain itu dia juga taat pada suami dan pandai mendidik anaknya. Namun semua kekagumanku itu tiba-tiba berubah saat aku tahu kalau dia punya Pria Idaman Lain. Hal ini ku ketahui tanpa sengaja ketika aku melihat Mbak Wulan berboncengan dengan seorang lelaki di sebuah objek wisata di Kabupaten Magelang, padahal waktu itu masih jam sekolah dan seharusnya dia masih mengajar.

Akupun terus mengikutinya dan mereka berdua berhenti di tempat yang sepi di sebuah warung yang sudah tak di pakai lagi. Dengan mengendap-endap aku merekam aksi mereka berdua yang memadu kasih. Walaupun mereka hanya sekedar berpelukan dan berciuman namun ini bisa jadi bukti yang kuat atas perselingkuhan mereka.

Pada keesokan harinya aku berniat memberitahukan perselingkuhan ini pada Mas Susilo, namun saat aku datang kerumahnya aku cuma bertemu dengan Mbak Wulan. Entah setan mana yang menghasutku, tiba-tiba aku ingin memanfaatkan ini untuk berbuat sesuatu pada Mbak Wulan ketika aku diberitahu bahwa Mas Susilo sedang pergi mengunjungi Ibunya di Purwokerto beserta 2 anaknya.

Akhirnya akupun menjelaskan tentang rekaman video itu sambil mengancam Mbak Wulan akan mengirimkan rekaman ini pada suaminya. Dia sangat terkejut dengan pernyataanku yang mengetahui dengan detail perselingkuhannya dan akhirnya dengan menangis diapun memohon padaku untuk menghapus video itu dan sebagai gantinya dia berjanji akan memberi imbalan apapun yang aku inginkan.

Akhirnya Mbak Wulan masuk perangkapku, dengan terus terang akupun meminta imbalan pertamaku yaitu mengajaknya mandi bersama. Dia langsung menolaknya dan menawarkan uang sebagai gantinya, namun aku tetap pada pendirianku sambil menyatakan bahwa aku tak butuh uang. Setelah sedikit bujukan akhirnya diapun mau menerima permintaanku dan aku segera menuju kamar mandi, sedangkan Mbak Wulan terlebih dulu mengambil handuk di kamarnya. Hal ini sengaja kulakukan agar aku bisa meletakkan HPku di tempat yang aman untuk bisa merekam aksi kami tanpa diketahui oleh Mbak Wulan.

Sesaat kemudian diapun datang hanya dengan berlilitkan handuk, karena semua pakaian dan jilbabnya sudah di lepas di dalam kamar. akupun segera melepas pakaianku hingga bugil. Dia terkejut melihat torpedoku yang berdiri tegak karena terangsang dan segera kuraih tangannya lalu kuajak masuk kekamar mandi. Dia hanya diam saja sambil merunduk malu dan kesal pada perbuatanku, tapi aku tak peduli segera saja kutarik handuknya dan kamipun sama-sama bugil.

Aku sempat tertegun melihat tubuh Mbak Wulan yang sangat seksi, kulitnya yang putih mulus sangat kontras dengan warna rambutnya yang hitam panjang tergerai sampai punggung. Setelah itu kamipun mandi berdua dengan menggunakan shower sambil menikmati guyuran air aku mulai mencumbui Mbak wulan, awalnya dia menolak namun dengan sedikit ancaman diapun menurut juga.

Dengan leluasa aku memainkan organ intimnya, payudaranya yang montok dan berukuran 34B itu menjadi santapan empuk bagi bibir dan lidahku. Selain itu kedua telapak tanganku juga secara bergantian bergerilya di sekitar vagina dan pantatnya yang bahenol. Awalnya Mbak Wulan selalu berusaha menghindar saat aku memasukkan dan memainkan jariku ke lubang vegy miliknya namun akhirnya dia pasrah juga, mungkin karena sudah terangsang.

Setelah beberapa lama perkiaanku ternyata benar, Mbak wulan mulai mendesah karena birahi dan akhirnya dia orgasme. Tubuhnya meliuk-liuk dan sesekali mengejang sambil mulutnya terus merintih. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu, saat dia lengah segera kuposisikan tubuhnya sedikit menungging dan kupeluk dari belakang, dia menurut saja dan tak tahu kalau sebentar lagi akan kuentoti.

Aku terus memainkan jariku di lubang vegy miliknya dan pada saat yang tepat langsung kuganti dengan kontolku yang telah berdiri tegak Blezz…. Slepp kontolku menancap sempurna. Mbak Wulan langsung berontak dan berusaha mencabut kontolku dari vaginanya, namun hal itu sia-sia saja karena aku sudah merengkuhnya dengan sepenuh tenaga sehingga perlawanannya tak berguna. Dengan leluasa aku mulai mnggoyangkan pantatku maju mundur dengan irama pelan agar tidak lepas lalu diapun mulai rileks dan tak berontak lagi, mungkin dia mulai menikmati goyangan kontolku di dalam vegynya.

Akupun mulai menambah kecepatan goyanganku Slepp…slepp…slepppp…oh…ahhh..ahhh oh…. aku dan Mbak Wualn mulai saling mendesah dan tak berapa lama dia kembali orgasme, namun reaksinya jauh berbeda dengan yang pertama. Dia mengerang dan mendesah tak karuan Ahhh….Uhghhh….ahhhchh …ohhh….. akupun menjadi bersemangat dan semakin mempercepat goyanganku lalu diapun terkulai tak berdaya di sambil bersandar pada bak mandi. Oh… Ton kamu jahat banget sih….. aku kan sudah keluar banyak, ko masih di goyang terus….aku jadi lemas nihh.

Akupun kembali memeluknya Maaf Mbak…. aku benar-benar terangsang dengan tubuhmu yang bahenol, jadi pinginnya goyang terusss…..Tapi enak kan Mbak..? Mbak Wulan tersenyum malu sambil mencubit perutku, Ton… kalo dari tadi aku tahu kamu pinter ngentot, nggak usah dipaksapun aku mau kamu entotin. Aku sangat kaget dengan pernyataanya ini, namun hal ini dibuktikan oleh dia. setelah tenaganya pulih dia tidak menolak kuajak ngentot lagi, namun dia minta pindah kedalam kamar tidur.

Masih dalam kondisi bugil aku keluar dari kamar mandi untuk mengambil HPku yang kuselipkan di atas lubang ventilasi lalu segera masuk ke dalamkamar Mbak Wulan. Sambil menunggu dia datang kulihat kembali rekaman tadi dan hasilnya cukup memuaskan, karena semua adegan itu terekam dengan baik. Setelah itu aku segera mencari tempat yang pas untuk merekam aksiku yang kedua, tak jauh dari kasur ada tumpukan kulihat pakaian, segera kuletakkan disana sehingga tersamar dengan baik.

Setelah Mbak Wulan masuk kamar akupun segera mencumbuinya, sengaja kuarahkan vaginanya menghadap kamera HP yang berada diantara tumpukan pakaian, sehingga aksi jari-jariku yang nakal di vagina Mbak Wulan terekam dengan baik. Setelah puas bercumbu kupun segera mengentotnya yang kuawali dengan posisi terlentang.

Bless….Sleppp tanpa kesulitan aku menancapkan torpedoku dan rasanya memang mantap….

clepp..cleppp..ahhh…ahhhh….ohh..ohhh.

Hanya desahan dan suara tumbukan kelamin kami yang terdengar dan berbagai gaya dalam ngentot seperti dalam film bokep yang ku tonton aku coba, termasuk gaya Dogy favoritku. Sampai akhirnya aku puas dan mencapai orgasme 2 kali. Sedangkan Mbak Wulan terkapar sampai tertidur karena kelelahan. Bahkan saat kurekam tubuh bugilnya dari jarak dekat dia hanya diam saja.

Sejak saat itulah fantasi Sex yang aku inginkan selalu dapat ku praktekkan, aku menjadi sering mendownload film bokep dari barat dan kemudian aku coba lakukan dengan Mbak Wulan. Dia tak pernah menolak, kapanpun aku minta ngentot asalkan nggak sedang menstruasi dia akan datang. Karena kebetulan tempat kosku sangat aman maka aku tak pernah repot mencari tempat untuk ngentot.

Namun bila rumah Mbak Wulan sepi aku lebih suka ngentot dirumahnya karena aku bisa lebih bebas berekspresi di berbagai tempat, tidak cuma di atas kasur, bisa di dapur, di ruang tengah, di meja makan di kamar mandi, di tempat jemur pakaian DLL . Di rumahnya aku memiliki tempat favorit yaitu diatas kursi sofa di ruang tamu karena lebih santai dan penuh sensasi. Sampai saat ini aku terus melakukan perselingkuhan ini. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Nikmatnya Tubuh Mbak Wulan appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Dosen Hot

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Dosen Hot – Aku Sintia, aku baru ja nikah. Cuma gambaran tentang nikah dan kenyataannya beda banget kaya semar dan arjuna. Terbayang nikmatnya kalo diranjang dengan suami hampir gak pernah aku rasakan, memang si belon setaon aku nikah. Aku nikah dengan lelaki mapan, punya segalanya: rumah, kendaraan buat aku juga, peralatan rumah modern dan lengkap. Yang kurang adalah aktivitas ranjangnya, maklum suamiku sangat workaholik, sehingga aku jadi istrinya yang kesekian. Istri pertama, kedua, kedtiga dst ya kerjaan lah. Kadang weekend pun dia kerja, seringnya keluar kota.

 

 

cerita-sex-dosen-hot-300x225

Cerita Sex: Dosen Hot

 

Kalau ada dirumah, kerja sampe tengah malem, aku dah ngantuk dan ketika naek ranjang dia dah letoy, sehingga jaranglah aku dicolek-colek. Ya mo bilang apa, dari segi materi terpenuhi tapi segi yang satunya lagi enggak. Memang nasib ya kalo milih suami lelaki yang dah mapan dan workaholik pula. Aku slesai sekolah langsung nikah, kenal suamiku juga gak lama, sehingga pacaran bentar langsung dilamar dan dijadiin istri deh.

Aku punya temen Nina, temen akrab waktu kuliah, sampe sekarang. Aku sering curhat ma Nina, tapi ya Nina gak bisa kasi jalan keluar apa-apa, cuma menjadi pendengar yang baek aja. Ya mendinglah bisa curhat biar gak da solusinya, katimbang dipendem diati, bisa depresi lama2. Nina blon nikah api pengalaman ranjangnya banyak banget, dari mantan-mantan cowoknya.

Satu weekend, seperti biasa aku jadi bujangan lagi karena suami dah ngilang kluar kota, aku call Nina. Heran juga lama baru diangkat hapenya.

“Halo”, kedengaran suara Nina serak.
“Kamu sakit Nin”.
“Enggak kok”.
“Kok serak gitu”.
“iya nih, kebanyakan triak-triak kali”.
“Ngapain triak-triak, ikut demo ya”.
“Iya demo kenikmatan”. Aku gak ngerti juntrungan omongannya yang terakhir tapi aku gak nanya lebi lanjut, mungkin ada hubungannya dengan aktivitas ranjang.
“Kamu kesepian ya, ketempatku aja, ntar ikutan demo”.
“Aku ganggu gak, kan kamu lagi bernikmat ria”.

Dia cuma tertawa,

“Gak kok, kan bisa di share”.
“Oke deh aku ke rumahmu ya”.
“Aku tunggu ya”. Segera aku meninggalkan rumah, meluncur dengan mobi yang kusetri ndiri.

enaknya punya suami mapan diluar ranjang, ya semua dah tersedia, termasuk mobil, biar gak mewah juga. Sesampe dirumah Nina, kulihat Nina masi acak-acakan, rambut gak disisir, dia uma pake t shirt gombrong panjang, sehingga kaya rok super mini.

“Blon mandi? Tumben, biasanya pagi-pagi dah rapi”.
“Masi asik, jadi males mandi, masuk deh”. Aku duduk dimeja makan, dia lagi sarapan,
“Mo ngikut sarapan?”
“Aku dah sarapan dirumah”. Kita ngobrol santai ja, tiba-tiba keluar seorang lelaki dari kamar Nina, cuma pake celana pendek aja, bertelanjang dada. . Aku kaget ngeliatnya, ternyata bapak mantan dosen. memang si pak dosen itu terkenal pemburu mahasiswi di kampus, banyak mahasiswi yang jadi temen kencannya.

orangnya si ganteng, atletis dengan dada yang bidang, dan mata kuliahnya sulit lulusnya, sehingga banyak mahasiswi yang menggadekan badannya dengan tukeran nilai di katrol tanpa susah2 lagi. Kayanya Nina langganannya juga neh, ampe dah lulus masi ja pengen dipatil ma kont0l si bapak. Si bapak biasa ja melihat ada aku.

“Kamu Sintia kan”.
“Ya pak, pa kabar, kok bisanya ada dimari”.
“Ya bisalah, saling berbagi ma Nina kan”. Aku tertawa, aku ngerti sekarang, rupanya Nina triak-triak saking nikmatnya dientot si bapak, sampe serak gitu.
“Sintia ngeganggu bapak gak nih”.
“Sama sekali enggak, mau join? Katanya jablay”. Wah Nina ember juga ke si bapak.
“Kalo jablay, aku gak tersinggung kok kalo disuru membelai kamu”.
“Membelai Nikmat Sin”, Nina nimbrung. Si bapak, ikutan duduk dan sarapan bareng Nina.

Aku agak risih karena mereka suap2an didepanku.

“Kamu mo aku suapin juga Sin”, tanya si bapak sambil tertawa.

Aku cuman ngegeleng ja. Abis makan, Nina ngajakin aku duduk di sofa, dia tetep ja gak mandi.

“Ada bokep asik Sin, mo liat gak”. Nina langsung memutar dvdnya, ternyata bokep lesbian, jepang.

Ah uh nya seru juga. Aku gak pernah liat bokep lesbian, tapi ini seru juga, mereka pake dildo yang kedua ujungnya berbentuk palkon, panjang dan gede, ujung satunya masuk mem3k cewek pertama yang satunya terbenam di memek cewek kedua, mreka saling tindihan, yang diatas ngegenjotkan dildonya kluar masuk mem3k cewek yang dibawahnya, yang langsung ber ah uh ria, kaya lelaki prempuan ja. Si bapak ikutan nonton, duduk diseberang kami berdua.

Nina mulai iseng, dia mngelus tokedku. Aku risih dan menerpis tangannya, dia malah mengelus pahaku yang hanya tertutup rok mini, aku jadi menggelinjang dielus gitu, berahiku mulai timbul juga, pertama akibat bokep yang seru banget dan ditambah elusan tangan nanakl Nina di toked dan pahaku. Nia makin agresif mengelus badanku.

Aku malah diciumnya di bibir dengan penuh nafsu. Kembali sensasi menakjubkan itu kurasakan, nafasku mulai menjadi semakin tidak karuan, aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kuremas kedua tokednya. Nina gak pake apa-apa dibalik tshirt gombrongnya. Dua segera melepaskan t shirtnya sehingga langsung bertelanjang bulat. Dia menaruh tanganku di tokednya, yang langsung kuremas dengan gemas, besar dan kenceng, lebih besar dari tokedku malah, sambil sesekali kuhisap, berkali-kali ia menjerit lirih.

“Ohh.. mm.. uuouugh.. Sin.. uuhh..”jeritnya tertahan.

Desahannya itu semakin membuatku kehilangan akal, tanpa pikir panjang kumasukkan jariku ke dalam liang memeknya, dan..

“Bles..” terasa liang memeknya masih rapat.

Sesaat dia ingin mengatakan sesuatu tapi dengan cepat aku langsung membungkam mulutnya dengan bibirku. Aku heran juga kok bisanya aku ngeladenin permaenan Nina, padahal gak pernah terpikir sebelumnya aku bakan gelut ma sesama prempuan. Hebat banget pengaruh bokep itu ya. Si bapak hanya senyum2 ja melihat ulah kami berdua. Dia asik nonton kami berdua, bokepnya dia matikan.

“Sin diranjang aja yuk”, Nina bangkit dan menyeretku ke kamarnya.

Dia segera melepaskan t-shirt yang kukenakan, terpampanglah dua gundukan indahku terbalut BH putih berenda. Kami berpandangan, kemudian dia mengecup bibirku, dan aku diseretnya keranjangnya, si bapak juga ikut ke kamar Nina. Sprei sangat acak-acaan, abis bertempur dahsyat rupanya Nina dan si bapak. Nina kayanya bisex, makanya mau gelut ma aku juga.

“Sin, bodi kamu asik banget, proporsional ukurannya, tu jembut kamu lebat gitu, napsunya gede ya. Tersiksa banget kalo jablay padahal napsunya gede”, kata si bapak memuji tubuhku.

Aku hanya diam saja. Nina berbaring di sampingku, dibelainya rambutku dengan lembut, dikecupnya keningku, bibirku, kemudian lidahnya mulai menelusuri tubuhku, diciumnya dadaku, pagutan demi pagutan membuat aku kegelian. Pentilku tegak berdiri karena aku sudah sangat terangsang. Dijilati pentilku satu persatu.

“Oooh..!” aku mendesah kegelian, dia pun mulai menghisap pentilku yang sebelah kanan sedang yang kiri dipilin-pilinnya dengan kedua jarinya.

Aku makin mendesah, memejamkan mata sambil menggigit bibir, berusaha menahan gairah yang begitu menggelora. Bibir kami pun bertemu, saling melumat, lidah kami saling berpilin, dada kami saling bergesekan. Nina sudah tidak sabar lagi, ia mulai melepas rok mini beserta cd yang aku pake.

Kini kami berdua sama-sama telanjang bulat, kami mulai bergumul di atas ranjang, berguling-guling ke sana kemari. Bibirnya terus melumat bibirku, nafasku makin tidak teratur, Dia menindih tubuhku sembari jarinya mengobok-obok memekku. Kedua jarinya berusaha mencari titik G-spotku, sampai akhirnya dia menemukannya, kemudian ditekannya dengan jarinya. Beberapa saat kemudian aku mulai menggeliat-geliat, kedua kaki kulingkarkan ke pinggangnya, tubuhku mulai mengejang, bahkan pantatku sampai terangkat. Tubuhku makin mengejang dengan hebat sampai-sampai aku memejamkan mata.

tangannya yang satu lagi meremas pantatku dengan kuat, tubuhku semakin mengejang-ngejang.

“Ooohh.. oughh.. aahh.. Nin.. aku mau keluar nihh.. oohh..” aku mendesah dengan keras.

aku merasakan cairan hangat keluar dari memekku. Tak lama kemudian aku pun mencapai orgasme, tubuhku mengejang dengan hebat, seolah-olah ada yang meledak dalam tubuhku. Aku terkulai lemas dalam pelukannya, dia tersenyum kepadaku,

“Nikmat Sin?” aku hanya mengangguk lemes.
“Terusin ma si bapak ya, katanya pengen nikmat”, katanya lagi sambil bangkit dari ranjang, sementara aku masi terkapar di ranjang.

Nina menghilang gak tau kemana, aku si gak perduli ma Nina lagi, ngebayang kenikmatan yang bakal menerkamku waktu si bapak ngentotin aku.

Si bapak segera memposisikan badannya diseebelahku tanpa menunggu persetujuanku lagi. Dia mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan menghadapku. Dia mulai aktif menciumi seluruh wajah, tengkuk, belakang telinga, leher, terus turun ke bawah, toked kiriku diisap-isapnya, sementara yang kanan dipilin-pilinnya lembut. Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku.

Mulutnya bergerak kagi ke bawah, ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut, kembali aku mendesah-mendesis nikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok lembut lubang memekku, mengenai itilku, menimbulkan kenikmatan yang hebaaaat, kukejangkan seluruh tubuhku, sampai pingganggku tertekuk ke atas, serrrrrr…. kubasahi tangannya yang lembut dengan semburan cairan hangat yang cukup deras dari memekku.

Cuman dielus aja aku bisa klimax lagi, tangannya sakti amir nih.

“Pak, masukkan sekarang, Sintia udah nggak tahaaaannnn……”, pintaku manja tanpa rasa malu lagi.

Tetap dengan posisi miring-berhadapan, kubuka selangkanganku tinggi-tinggi, kugenggam kontolnya dan kusorongkan lembut ke lubang memekku.

“aaaaahhhhhh…….” lenguhanku kembali terdengar lebih seru.

Terasa sekali ada benda bulat panjang yang keras banget menerobos masuk memekku. Sensasinya luar biasa, rasanya memekku penuh keisi kontolnya yang lumayan gede itu, palagi dia mulai menekan pelan sehingga ambles makin dalam. Kontolnya baru masuk setengahnya dalam memekku, dimajukannya lagi kontolnya, dan kumajukan pula memekku menyambut sodokannya yang mantap-perkasa.

“Paaak… maju-mundurnya barengan, ya…..”, ajakku.

Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi aba-aba, rasanya lebih enak dibandingkan pria di atas wanita di bawah. Kulihat si bapak merem-melek, demikian juga dengan diriku, kontolnya dengan irama teratur terus menghujam-mantap berirama di dalam liang memekku yang terasa sempit kemasukan kontolnya yang lumayan besar. Terasa sekali gesekan kontolnya ke dinding memekku, luar biasa nikmatnya. Baru kali ini aku merasakan nikmatnya dientot. Memekku mulai tersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan hangatnya.

“Aduuuuhhhh, paaaak, enaaaaakkkkkkk……..”, aku agak berteriak sambil mendesis.

Dia belum muncrat, luar biasa kuatnya.

“Ganti gaya, ya Sin, aku cabut dulu sebentar”, ajaknya sambil memutar tubuhku, tetap pada posisi miring membelakanginya.

Dia memelukku kuat dari belakang, sambil meremas lembut kedua tokedku, kuangkat kakiku sebelah, dan kuhantar lagi kontolnya memasuki memekku……

“aaaaaaaaahhhhhhhhhhh …. enak, paaak……., gesekannya lebih terasa dari yang tadiiiiii…..” aku mendesah nikmat…..

Kali ini aku hanya diam, sedang dia yang lebih aktif memaju-mundurkan kontolnya yang belum muncrat-muncrat juga pejunya.

Sudah hampir satu jam dengan dua gaya ini,

“Sin, aku mo ngecret, didalem ya”.
“Ya pak, muncratin didalem aja, biar lebih nikmat lagi”. Dia semakin mempercepat irama maju-mundurnya, dan
“Aaah, aaah, aaahh….” dia mendesah sambil mengeluarkan pejunya dengan tembakan yang kuat-tajam-kental bagai melabrak seluruh dinding rahimku, setrumnya kembali menyengat seluruh kujur tubuhku.
“Aaaaaaaa………” aku berteriak panjaaaanng sambil kusemburkan juga air memekku.

Tenagaku benar-benar seperti terkuras, tanpa melepaskan pelukan dan juga kontolnya, masih dengan posisi miring, kami terdiam lagi beberapa menit… sampai semua getaran mereda.

“Sin, dah lama banget aku pengen ngentotin kamu, sejak kamu masi kuliah, tapi gak pernah kesampean. Nina aja sampe ketagihan ngent0t ma aku, sampe sekarang masi sering minta aku ent0t. NIkmat gak Sin”.
“Nikmat banget pak, bapak kuat banget si ngentotnya, Sintia bisa berkali-kali klimax bapak baru ngecret. Mo lagi ya pak”.
“Tu kan, apa aku bilang, prempuan yang jembutnya lebat mana puas cuma sekali maen”.
“Mandi bareng, yok” ajaknya.

Dicabutnya kontolnya dari lobang memekku yang sudah kering, aduuuhhhh enaknya. Aku pun segera bangun. Dia menarik tanganku, aku bangkit dan dipeluknya. Aku di ciumnya sambil menggelitiki toked dan memekku, kembali birahiku naik. Sampai di bawah kran pancuran air hangat, kami berdua berpelukan, berciuman, merangkul kuat. Dengan posisi berdiri kembali kontolnya mengeras bagai batu, segera kurenggut dan kugenggam dan kumasukkan lagi ke memekku. Staminanya kuat banget ya, gak tau deh semalem brapa ronde dia ngentotin Nina, skarang baru ja ngecret di memekku dah ngaceng lagi, keras banget.

Dengan tubuh basah disiram air hangat dari pancuran, dan tetap dengan berdiri, kami ngent0t lagi. Dia kembali menggerakkan kontolnya maju-mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat tubuhnya yang perkasa.

“Pak, sabunan dulu, ya”, tanpa melepaskan kontolnya dari memekku, kami saling menyabuni tubuh kami, khususnya di bagian-bagian yang peka-rangsangan.
“Lepas dulu, ya Sin, aku ambilkan handuk dulu”, dia melepaskan tusukannya, menuju lemari pakaian Nina, dan diambilnya dua handuk baru, satu untukku satu untuknya.

Selesai handukan, aku bermaksud mengambil pakeanku karena kupikir aktivitas hari ini sudah selesai.

“Eiittt, tunggu dulu, kontolku masih keras nih, kudu dibenamkan lagi di memek kamu sampe aku ngecret lagi.” Gila, mau berapa kali aku orgasme hari ini.

kuhitung-hitung sudah 12 kali aku menyemburkan air memek sedari tadi dikilik ma Nina.

Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang biar dia bisa menindihku dari atas. Kami ngent0t lagi sebagai hidangan penutup dengan

“Gaya Sederhana” mot. Dia terus menggoyang kontolnya maju-mundur.

Kembali aku akan mencapai puncak lagi, sedang dia masih terus dengan mantapnya maju-mundur begitu kuat.

“Pak, Sintia sudah mau keluar lagiiiiii……”, kukejangkan kedua kakiku dan sekujur tubuhku.
“Sin, aku juga mau keluar sekarang……”, dalam waktu bersamaan kami saling menyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami masing-masing.
“Enaaak, paak…….”
“Puaas, Sin……….” Dia langsung ambruk di atas tubuhku.
“Hari ini adalah hari yang paling luar-biasa dalam hidup Sintia pak, kayaknya Sintia gak bakalan lupa deh, makasi ya pak”.
“Kalo kamu mau lagi, call aja, kita bikin janjian berdua aja, mau dimana terserah”, katanya sambil mencium lembut bibirku.

Kupakai pakeanku, kukecup lagi kedua pipi dan bibirnya, segera aku lari menuju kamar mandi, membersihkan pejunya yang masih menetes dari lubang memekku yang agak bonyok. Kukenakan cd, beha, rok mini, dan t shirtku lagi. rambut kusisir rapi lalu aku keluar kamar. Nina gak kliatan, aku gak tau dia dimana, ya udah aku balik aja kerumahku dengan penuh rasa nikmat. Kebayar rasanya kenikmatan yang gak kudapet dari suamiku. Kapan2 pasti aku akan mengulangi dengan si bapak, seperti tawarannya tadi. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Dosen Hot appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex – At The Gym

$
0
0

Cerita Mesum, Cerita Mesum Terbaru, Cerita Mesum Terhangat, Cerita Mesum Terbaik, Cerita Mesum Nyata, Cerita Mesum Hot, Suatu hari cutiku di Bandung, aqu menyempatkan diri untuk fitness, menjaga kondisi badanku. Aqu
kerja di Jakarta, di sebuah event organizer ternama. Hampir setiap dua hari sekali sehabis pulang
kerja aqu fitness di sebuah hotel, dgn peralatan fitness yg lengkap. Maklum, pekerjaanku
membutuhkan vitalitas tinggi. Maka walaupun libur di Bandung, atau tepatnya pulang ke kampung
halaman, aqu tak pernah melewatkan olahragaqu yg satu ***** O ya, aqu Ariyo, biasa dipanggil
Riyo. Usiaqu 30 tahun, dan belom menikah. Tentunya hal ini merupakan keuntunganku untuk bisa
menikmati masa bujang lebih lama, having fun dan get a life.

 

Sebenarnya tujuan fitnessku semula iseng, ingin melihat perempuan-perempuan sexy berpakaian
ketat (baju senam), tapi akhirnya terasa manfaatnya, otot perutku rata, bisep dan trisepku
terbentuk, sampai membuatku percaya diri. Tapi tentunya kegiatanku ngeceng perempuan
berpakaian sexy tak pernah kulewatkan. Sambil menyelam minum air.. he he hee.

Ok, akhirnya kupilih sebuah hotel di bilangan Asia Afrika. Aqu membiasakan tak langsung pulang ke
rumahku. Satu hari cutiku, kumanfaatkan untuk menikmati Bandung sendirian, daripada dgn orang-
orang rumah. Orang tuaqu termasuk old fashion, yg penuh dgn aturan ketat, walaupun ku sadar hal
itulah yg dapat membuatku hidup mandiri.

Hari itu masih sore sekitar pukul 16. 30. Setelah aqu cek in dan beristirahat sebentar, kumanfaatkan
fasilitas fitness gratisku. Aqu mulai mengganti bajuku dgn celana pendek dan t-shirt tanpa lengan.

Ketika aqu memasuki ruang fitness, aqu melihat sekeliling, masih agak kosong. Cuma ada beberapa
pria di beberapa alat. Hmm, this is not my lucky day, pikirku sambil berjalan menuju sepeda statis.
Ku kayuh sepeda itu sekitar lima menit dan beralih ke beberapa alat lainnya.

Cerita Mesum, Cerita Mesum Terbaru, Cerita Mesum Terhangat, Cerita Mesum Terbaik, Cerita Mesum Nyata, Cerita Mesum HotCerita Sex – At The Gym

Sepuluh menit menjelang pukul lima sore, satu, dua perempuan masuk. Ok, this isn’t my unlucky day
after all. Aqu makin semangat menarik beban. Diikuti beberapa perempuan lainnya, yg tentunya
berpakain senam, warna-warni, ada yg memakai celana panjang cutbray dan kaos ketat, short pants
dan atasan model sport bra, menambah indahnya pemandangan tempat fitness tersebut. Beberapa
di antara mereka ada yg duduk, ada yg ngobrol, cekikikan, dan mencoba beberapa alat. Oh, mungkin
mereka mau ber-aerobic, pikirku.
Betul saja ketika seorang perempuan berpakaian seperti mereka masuk dan menotak-ngatik tape
compo, dan terdengarlah suara musik house dgn tempo cepat. Masing-masing mereka menyusun
barisan dan mulai bergerak mengikuti instruktur. Gerakan demi gerakan mereka ikuti. Masih
pemanasan.

Tiba-tiba seorang perempuan masuk, sangat cantik dibanding mereka, tinggi 165 kira-kira, rambut
panjang diikat buntut kuda, memakai pakaian senam bahan lycra mengkilat warna krem dgn model
tank top dan g-string di bokongnya. Bongkahan bokongnya tertutup lycra ketat warna krem lebih
muda, sesampai menyerupai warna kulit tangannya yg kuning langsat sampai kaki yg tertutup kaos
kaki dan sepatu. Woow, sangat seksi. Tak sengaja kulihat bagian dadanya karena handuk yg
menggantung di pundak ditaruhnya dikursi dekat dgn alat yg kupakai. Tonjolan putingnya terlihat
jelas sekali, menghiasi tonjolan indah yg kira-kira 36 b ukurannya. Sedikit melirik ke arahku lalu
akhirnya mencari barisan yg masih kosong dan mengikuti gerakan instruktur. Dadaqu berdegup
kencang pada saat dia melirik walaupun cuma sedetik.

Gerakan demi gerakan instruktur diikutinya, mulai dari gerakan pemanasan sampai gerakan cepat
melompat-lompat sesampai bongkahan buah dadanya bergerak turun naik. Gagangku mulai
membengkak seiring dgn lincahnya gerakan si dia. Mataqu terus tertuju pada si dia. Posisiku
kebetulan sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang. Hmm betapa
beruntungnya diriku. Sampai akhirnya dia melaqukan gerakan pendinginan. Keringat membasahi
bajunya, tercetak jelas di punggung dan dadanya, sesampai tonjolan puting itu terlihat jelas sekali,
ketika dia memutar badan ke kiri dan ke kanan.

Sampai akhirnya aqu dibuat malu. Ketika aqu memperhatikan dia, dia pun memperhatikanku lewat
pantulan kaca cermin yg berada di depannya ketika aqu mengalihkan pandangang ke kaca. Dia
tersenyum kepadaqu lewat pantulan cermin. Entah berapa lama dia memandangku sebelom aqu
sadar dipandangi. Aqu langsung memalingkan muka dan beranjak dari alat yg kupakai.

Aqu segera berganti pakaian untuk berenang. Segera kuceburkan diri untuk mendinginkan otak. Dua
atau tiga balikan kucoba berganti gaya sampai akhirnya balikan ke empat gaya punggung, kepalaqu
menabrak seseorang dan terjatuh menyelam ke air. Sama-sama kita berbalik dan setelah berbalik
ku sadar yg ku tabrak adalah bokongnya si dia yg telah berganti pakaian renang, potongan high cut di
pinggul dgn warna floral biru yg seksi. Kini tonjolan putingnya tersembunyi dibalik cup baju
renangnya, membuatku sedikit kecewa.

“Eh, maaf Mbak, nggak kelihatan, habis gaya punggung sih” kataqu meminta maaf.
“Nggak kok Mas, aqu yg salah, nggak lihat jalur orang berenang”, jawabnya sambil mengusap muka
dan rambutnya ke belakang.
Si dia tersenyum kembali ke arahku, sambil lirikan matanya menyapu dari muka sampai bagian
pusarku.

“Kenalan dong, aqu Ariyo, biasa dipanggil Riyo”, kataqu sambil menyodorkan tangan.
Dijabatnya tanganku sambil berkata”Elsya, lengkapnya Aurelsya”, jawabnya.
Kita menepi ke bibir kolam, sambil mencelupkan diri se batas leher masing-masing. Kita duduk
bersampingan.

“Baru disini Mas?”, Elsya mulai lagi membuka pembicaraan.
“Iya, tapi jangan panggil Mas, Riyo aja cukup kok. Aqu asli Bandung, tapi memang baru kes*****
Aqu kerja di Jakarta. Kamu Lin?”, ku balik bertanya.

“Aqu asli Bandung juga, kerja di bank B**, jadi CS. Deket sini kok, seberangan. Aqu biasa aerobic dan
renang disini, duahari sekali, yg ada jadwal aerobicnya saja”.

Pembicaraan kita berkembang dari hal kerjaan mengarah ke hal-hal yg lebih pribadi. Elsya baru
putus dgn pacarnya, kira-kira dua minggu yg lalu. Keluarga pacarnya tak setuju dgn Elsya dan
pacarnya dijodohkan dgn orang lain pilihan keluarganya. Agak sedih Elsya bercerita sampai..

“Sya, balapan yuk ke seberang, gaya bebas”, ajakku.
“Hayo, .. siapa taqut?”, jawabnya.
Kita berdua berlomba sampai sebrang. Aqu sedikit curang dgn mendorong bahunya ke belakang
sesampai Elsya sedikit tertinggal. Pada saat aqu duluan di seberang..

“Ari, kamu curang, kamu curang”, rengeknya sambil memukul-mukul tanganku.

Aqu tertawa-tawa dan bergerak mundur menjauhi Elsya. Dia mengejarku, sampai akhirnya”Byurr, .”.,
aqu terjatuh kebelakang. Kakiku menyenggol kakiknya sampai diapun terjatuh dan kita berdua tak
sengaja berpelukan. Dadanya yg empuk menyentuh dadaqu, membuat gagangku kembali
membengkak. Ketika sama-sama berdiri, kita masih berpelukan walau agak renggang.

Kita saling pandang, kemudian Elsya memelukku kembali. Kesempatan ini tak ku sia-siakan dgn balas
memeluknya. Udara Bandung yg dingin pada sore yg beranjak malam tersebut, menambah kuatnya
pelukan kita. Gagangku yg sedari tadi mengeras menyentuh perut bagian bawahnya Elsya, atau
tepatnya diatas kemaluan Elsya sedikit. Bokong Elsya bergerak mendorong, sampai gagangku geli
terjepit antara perut Elsya dan perutku. Berulang-ulang Elsya melaqukan itu, sesampai darahku
berdesir.
“Emhh.”., Elsya bergumam.

Sadar aqu berada di tempat umum, walaupun kolam renang agak sepi, cuma ada tiga orang selain
kita, membuatku agak sedikit melepaskan pelukan walau sayg untuk dilaqukan.

“Lin, mending kita sauna yuk!”, ajakku menetralkan suasana.
Elsya terlihat agak kecewa dgn sikapku yg sengaja kulaqukan.
“Oke!”, jawabnya singkat.

Kita berdua mengambil handuk di kursi pinggir kolam, dan berjalan bersamaan, menuju ruang sauna
yg tak jauh dari kolam renang. Terbayg apa yg dilaqukan Elsya saat di kolam, membuatku
menerawang jauh menyusun rencana dgn Elsya selanjutnya.

“Kosong.”., kataqu dalam hati melihat ruang sauna.

Kita berdua masuk, dan aqu sengaja mengambil tempat duduk dekat pintu, sesampai orang lain tak
dapat melihat kita beruda lewat jendela kecil pintu sauna.

“Sya.”., belom sempat aqu bicara, Elsya menciumku di bibir.

Bibir kita saling berpagut melaqukan french kiss. Penetrasi lidah Elsya di mulutku, menunjukkan dia
sangat berpengalaman. Tangan Elsya memegang dadaqu, kemudian mengusap menyusuri perut
sampai sampai pada gagangku yg sudah berdiri dari tadi. Elsya meremas gagangku yg masih
terbungkus celana renang, sementara kuremas dua gunung montok. Betapa kenyal dan kencang
sekali buah dadanya.

Temperatur ruang sauna menambah panasnya hawa disana. Kubalik Elsya membelakangiku. Kuciumi
tengkuknya, dan ku remas buah dadanya”.Emhh.. Riyo.. ahh”, Elsya melenguh. Ku susupkan
tanganku ke buah dadanya, dari celah baju renangnya. Ku pilih putingnya, dan membuat Elsya
sedikit menjerit, dan menggelinjang. Untungnya ruangan sauna kedap suara.

“Riyo, aqu butuh kamu Ry, .. malam ini saja.. ahh.”., Elsya berbisik di telingaqu, sambil masih
kumainkan putingnya.
“Lanjutkan di kamarku yuk, ..!” ajakku.
Punggung Elsya menjauhi badanku dan berbalik.
“Kamu cek in di s*****.?”, tanyanya dgn muka sedikit gembira.
“Bukannya kamu.”.
“Ya sayg.”., sambil akhirnya kutempatkan jari telunjukku di mulutnya.
Akhirnya kujelaskan alasanku.

Satu-satu kita keluar dari ruang sauna. Elsya bergegas ke ruang ganti. Begitupun diriku. Setelah siap,
Elsya menenteng tasnya dan kita pun berjalan bersamaan. Kita berjalan sambil memeluk pinggang
masing-masing, layaknya sepasang kekasih yg sudah lama pacaran. Stelah mengambil key card dari
recepsionist, kita naik ke kamarku di 304.

Setelah masuk, pintu ditutup, dan langsung kita merebahkan diri di ranjang. Untung ku pilih tempat
tidur sharing. Elsya masih memakai baju seragam banknya, lengkap dgn blazer, sepatu hak tinggi dan
stocking hitam menggoda. Seksi sekali!

Elsya di bawah sementara aqu diatasnya menciumi bibimnya. Sesekali kujilat leher dan telinganya.
Elsya meracau memanggil-manggil namaqu. Kubuka blazernya. Dari blouse putih tipis yg masih
menempel, terlihat jelas puting berwarna coklat menerawang. Hmm, sengaja tak memakai bra
pikirku. Kubuka kancingnya satu persatu. Kujilati dadanya. Lidahku menyapu dua bukit kembarnya yg
mengencang. Rambutku diusapnya sambil dia melenguh dan memanggil namaqu berkali-kali.
Sesekali kugigit putingnya.

Roknya kusingkapkan, ternyata dibalik stocking hitamnya itu, Elsya tak memakai CD lagi. Ku jilat
kemaluan Elsya yg masih terhalang stocking. Noda basah di bibir kemaluan tercetak jelas di
pantyhosenya. Elsya semakin mecarau dan menggelinjang. Ku gigit sobek bagian yg menutupi
kemaluannya yg basah. Kujilati labia mayoranya. Perlahan kusapu bibir kemaluan merah merekah itu.
Kucari klitorisnya dan kumainkan lidahku di sana.

Elsya mengejang hebat, tanda klimaks pertamanya.
“Emhh Arryy.. ahh”, Elsya sedikit berteriak tertahan.
“Makasih sayg.. oh.. benar-benar nikmat..!”.
“Pokoknya ganti stocking ku mahal nih”, Elsya merengek sambil cemberut.
“Oke, tapi puaskan dulu aqu Lin, .”., jawabku sambil rebahan di ranjang.

Elsya kemudian berbalik dan berada di atasku. Blouse terbuka yg masih menempel itu
disingkirkannya. Sampai terpampanglah dua bukit menggantung di atasku. Kemaluan basah Elsya
terasa di perutku. Rok yg tersingkap dilepasnya lewat atas. Tinggal stocking yg masih menempel,
sepatunya pun telah lepas.

Elsya kembali menciumiku. Lidahnya menyapu dadaqu dan putingku. Sesekali digigitnya, membuatku
juga menggelinjang kegelian. Kemudian lidahnya menyapu perutku sampai sampai ke gagang
kemaluanku yg tegak. Elsya mengocoknya perlahan. Ujung lidahnya menari di lubang kencingku.
Rasa hangat itu terasa manakala lidahnya menyapu seluruh permukaan kemaluanku. Seluruh gagang
kemaluanku terbenam di mulut Elsya. Sambil dikocok, keluar masuk mulutnya Elsya.

“Ohh..!” aqu pun tak luput meracau.

Hampir terasa puncakku tercapai, ku dorong Elsya menjauhi kemaluanku, aqu bangun dan berlutut
di belakang Elsya.

“Masukkin Ry, fuck me please, Ohh.. arrghh.. Arryy!”, Elsya berteriak seiring dgn masuknya gagang
kemaluanku sedikit-demi sedikit lewat celah stocking yg kugigit tadi.
“Bless.”..Bokong Elsya bergerak maju mundur, demikian juga bokongku, saling berlawanan.
“Oh.. ooh.. ahh.. ahh.. God, .. fuck me harder.. Aaahh.. Riyo.. yes”, begitulah kalinat tak beraturan
meluncur dari mulut Elsya, bersamaan dgn semakin capatnya gerakanku.
Ku remas-remas bongkahan bokong seksinya. Elsya menjilati jari-jarinya sendiri.
“Mmhh.. Aaahh.. mmh.”., desah Elsya yg membuatku semakin bernafsu untuk menggenjot
bokongku.

Kemudian kita berganti posisi. Aqu berbaring dan Elsya berada di atasku. Elsya mengambil ancang-
ancang untuk memasukkan kemaluanku ke dalam kemaluan basahnya. Elsya terlebih dahulu
mengusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Aqu makin kelojotan dgn perlaquan Elsya.
Centi demi centi kemaluanku dilahap kemaluan Elsya.

“Blessh.”., lengkap sudah kemaluanku dilahap kemaluannya.

Elsya bergerak turun naik beraturan. Buah dadanya bergoyg turun naik pula. Pemandangan indah
terebut tak kulewatkan saat badanku bangun, dan wajahku menghampiri buah dadanya. Kuremas
dua gunung kembar yg begoyg mengikuti irama siempunya. Kujilati dan kusedot bergantian.

“Errgh.. erghh.. ahh.”., Elsya mendesah tanda menikmati genjotannya sendiri.

Kini kutarik badan Elsya sesampai ikut berbaring di atas badanku. Ku mulai menggenjot bokongku
dari bawah. Elsya teridam dan menengadahkan kepalanya, dan sesaat kemudian Elsya berteriak
meracau.

“Arrgghh.. oohh.. aah.. enakkhh.. aahh.. nikmathh.. ooh.”., serunya.
Kuyakin posisi seperti ini membuatnya merasakan sensasi yg tiada duanya.

5 menit dgn posisi seperti itu, Elsya mengejang, dan berteriak panjang”, AARRGHH.. Shit.. Uuuhh..
Riyo.. aaihh.”., tanda dia mencapai klimaks.

Terlepas kemaluanku dari kemaluannya tatkala Elsya ambruk di sisiku. Elsya ngos-ngosan kecapean.
Kini giliranku untuk mendapatkan kepuasan dari Elsya. Kubalik badan penuh keringat yg mengkilat
terkena cahaya lampu. Sungguh seksi sekali dia saat itu. Kubuka kedua kakiknya, dan ku lucuti
stocking hitam yg masih menempel di kakinya yg mulus. Terlihat indah kaki nan putih mulus dari
bokong sampai betis. Kujilati lubang dubur Elsya, dan membuat dia sedikit mengangkat bokongnya
keatas.

“Please.. Riyo.. not now.. Give me a break.. Ohh.”., ratapnya ketika mendapat perlaquanku.

Aqu tak mempedulikan ratapannya. Justru aqu semakin gila dgn perlaquanku, menjilati lubang
duburnya dan membuat penetrasi di lubangnya dgn lidahku. Area perineumnya pun tak luput ku jilati.
Sampai akhirnya kuputuskan untuk mensodomi Elsya, karena kulihat lubang dubur Elsya agak sedikit
besar dibanding orang yg belom pernah disodomi.

“Sya, siap ya.”., kataqu sambil mengusapkan ludahku di kemaluan yg masih berdiri tegak.
“Apa.., mau apa Ry.. kamu ma.. AAHH, .. Riyoy.. Janng.. aahh”, belom selesai Elsya bicara, aqu telah
menancapkan kemaluanku di duburnya.. begitu hangat, sempit dan lembut.

Kutarik kembali perlahan dan kumasukkan lagi. Iramanya ku percapat. Elsya pasrah, dan meracau tak
karuan.
“Eh.. Ehh.. gimana, .. eh.. enak.. lin..?, tanyaqu sambil menggenjot bokong Elsya seksi nan aduhai.
“Ohh.. Arriieh.. aagh.. nikmat rii.. ah.. Shitt.. C’mon.. harder baby.”., jawabnya.

10 menit aqu memompa gagang kemaluanku di duburnya, terasa cairan air mani sudah ada di ujung
kepala kemaluanku. Buru-buru kutarik keluar kemaluanku, dan kubalik Elsya menghadapku. Sambil
kukocok, air maniqu muncrat di muka Elsya. Elsya yg tak siap menerima air maniqu di mukanya,
mengelengkan kepala kiri dan kanan, sampai air maniqu membasahi rambut dan pipinya. Sampai
akhrinya mulutnya terbuka, dan sisa semprotan air maniqu masuk di mulutnya. Setelah air maniqu
habis, dia mengulum kemaluanku. Aqu yg masih merasa geli namun nikmat, semakin menikmati sisa-
sisa klimaks panjangku.
“God.. Thank you dear.. Elsya.”., kataqu sesaat setelah roboh ke samping Elsya.
“Curang lagi kamu Ry, .. Tau gitu ku minum semuanya.. kasi tau kek mau mucrat di muka, gitu”, Elsya
cemberut menjawabnya.
Aqu cuma tersenyum. Tak terasa kita bercinta cukup lama, sampai jam 10 malam.

Akhirnya Elsya memutuskan untuk bermalam di kamarku. Kita masih melaqukannya beberapa kali
sampai subuh. Toh, hari itu akhir pekan dan Elsya memang libur di hari Sabtu. Pertemuan pertama
itulah pula yg membuat kita berpacaran selama 6 bulan sampai akhirnya kita putus.

The post Cerita Sex – At The Gym appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex 2016, Cewek Melayu

$
0
0

ceritasex20162ccewekmelayu

Cerita Sex 2016, Cewek Melayu

Cerita Sex 2016, Cerita Sex Terbaru, Nama aku Zahra. Aku
seorang gadis berumur 20 tahun. Aku bekerja di sebuah “cyber cafe” di sekitar
Ipoh. Aku mempunyai kesukaan yang jarang disukai oleh gadis-gadis di Malaysia. Aku
suka tubuh badan aku diperhatikan orang. Terutamanya bagian dada aku. Tapi
bukan dalam keadaan bugil. Aku berkulit putih dan berambut lurus paras bahu.
Tinggi aku 5 kaki lebih dan berat 45 kg. Potongan badan aku pula ialah
36/25/32. Tapi ini adalah sekarang, dulu tubuh aku tidak begini. Semasa aku
masuk ke sekolah menengah, badan aku sungguh kurus. Macam dahan pohon. Aku
senantiasa merasa cemburu melihat kawan-kawan aku yang mempunyai potongan badan
yang menarik. Aku memiliki keinginan utk memiliki tubuh yang indah tetap ada.
Namun lama-kelamaan pertumbuhan badan aku mulai berkembang. , Cerita Sex

Cerita Dewasa 2016, Cerita Dewasa Terbaru, Aku merasa
sungguh gembira dengan perubahan diri aku. Tapi tak ada dari kawan-kawan aku
yang menyadarinya karena setiap kali ke sekolah aku memakai baju kurung yang
menutup bagian dada aku yang berukuran 36B. Pada suatu hari, aku telah tidur di
rumah kawan aku yaitu Melia. Dan keesokkan harinya kawan aku mengajak aku
keluar berjalan-jalan di kota. Aku setuju saja. Aku hanya t-shirt serta jeans
manakala kawan aku memakai baju “Mengikuti tubuh” warna hitam serta jeans biru
(Melia tidak memakai tudung). Baju tersebut menampakkan bentuk tubuh kawan aku
walaupun bajunya tidak ketat. Dan bila kami berjalan di kota, aku lihat banyak
mata lelaki yang tertumpu pada kawan aku. Aku lihat kawan aku tersenyum bangga.
Kebetulan aku mempunyai uang di dalam dompet aku. Lantas aku mengajak kawan aku
utk membeli baju Mengikuti tubuh utk aku. Aku beli dua. Warna hitam dan biru.,
Cerita Dewasa,

Cerita Bokep 2016, Cerita Bokep Terbaru, Sekembalinya aku ke
rumah aku, aku terus mencoba kedua-dua baju tersebut. Gembira hati aku.
Walaupun baju tersebut tidak terlalu ketat, namun hal itu tetap terlihat
tonjolan di bagian dada aku. Dan pada hari Sabtu yang berikutnya, aku berencana
hendak ke kota dengan memakai baju Mengikuti tubuh tersebut. Aku pun memakai
baju tersebut. Sewaktu tiba di rumah Melia, dia berkata bahwa aku tampak kolot.,beritaseks.com
Bila aku menatap diri aku di cermin, aku tahu kini bagian dada aku tersembul.
Dan kami pun ke kota. Kini ramai lelaki yang bertumpu kepada aku pula.
Kebanyakan dari mereka memperhatikan dada aku. Aku mula merasa bangga. Setelah
akhir tingkat 5, aku dan Melia bekerja di sebuah cyber cafe kepunyaan kakaknya Melia.
Tapi kakak Melia yang mengendalikan cyber cafe tersebut. , Cerita Bokep,

Kisah Sex 2016, Kisah Sex Terbaru, Aku lihat setiap kali
apabila kakak Melia tiba di cyber cafe tersebut, pakaiannya sungguh seksi. Dia
sentiasa memakai skirt pendek dan bajunya terbelah di dada. Walaupun ukuran
buah dadanya kecil dibanding adiknya, namun disebabkan besar kolar bajunya,
alur dadanya tetap tampak. Satu hari ketika aku, Melia dan kakaknya sdg
berbincang, kakak Melia menyarankan Melia datang kerja besok berpakaian seksi
seperti aku. Alasannya supaya dapat menarik lebih ramai pelanggan. Bagi Melia
itu bukan satu masalah. , Kisah Sex,

Cuma bagi aku dianya satu masalah. Aku menyatakan yang aku
tidak dapat berbuat demikian karena image aku. Melia menyatakan bahwa aku
mempunyai ukuran dan bentuk buah dada yang sungguh cantik, tetapi akungnya aku
hanya diperlihatkan di balik baju aku. Akhirnya aku setuju dengan permintaan
mereka. Lantas kakak Melia menyerahkan kepada aku 2 helai baju Mengikuti tubuh
yang baru. Keesokkan paginya aku bersiap utk ke cyber cafe dengan baju yang
diberi oleh kakak Melia. Tersenyum aku sendirian di depan cermin apabila
melihatkan baju tersebut begitu ketat menyebabkan dada aku begitu menonjol. Dan
disebabkan potongan lehernya yang begitu terbuka, maka terlihat alur buah dada aku
yang terbentuk indah akibat keketatan baju tersebut.

Tapi aku tahu ibu akan mengamuk jika melihat aku berpakaian
begini. Jadi aku biarkan saja ujungnya menutup dada aku. Sebaik saja aku sampai
di cyber cafe, aku pun melilitkan rambut aku ke belakang. Dan aku bekerja
seperti biasa. Kini satu keseronokkan baru yang aku alami. Cyber cafe tersebut
bertambah pelanggannya. Kebanyakkannya ialah lelaki. Aku dapati mereka lebih
seronok memperhatikan aku daripada surfing internet. Ada juga yang sengaja
datang ke counter tempat aku ddk dan berpura-pura mencari-cari CD-ROM. Tapi aku
tahu mata mereka lebih cenderung memperhatikan dada aku.

Pada suatu ketika aku dengan sengaja menjatuhkan pen aku ke
lantai. Tujuannya ialah, apabila aku tunduk utk mengambil pen tersebut, lelaki
yang memperhatikan aku akan dapat menikmati keindahan alur buah dada aku yang
lebih terbelah daripada saat ketika aku ddk atau berdiri. Melia menyatakan aku
kini adalah aset berharga pada cyber cafe kakaknya. Dan jika ada lelaki yang
mempunyai masalah dengan komputernya, aku akan pergi kepada lelaki tersebut
yang semestinya sdg ddk di depan komputer. Aku akan berdiri menghadapnya,
kemudian apabila lelaki tersebut menyatakan masalah komputernya, aku akan
tunduk utk mendengar. Sdh pasti lelaki tersebut dapat menatap alur buah dada aku
secara dekat.

Dan sepanjang waktu aku membetulkan masalah komputer lelaki
itu, aku akan melakukannya dalam keadaan tunduk dan aku arahkan dada aku ke
arah lelaki tersebut manakala punggung aku, aku arahkan kepada orang di
sebelah. Ketika ini juga aku sdh mulai gemar memakai baju luaran yang ketat.
Bila dapat uang gaji, aku belikan beberapa helai lagi baju “Mengikuti tubuh”
yang baru. Kali ini lebih ketat dan bagian dadanya lebih luas. Aku juga mula
menyukai push-up bra. Walaupun buah dada aku memang besar, tapi aku suka memakai
push-up bra ini karena mampu membuat buah dada aku tampak lebih menonjol. Dan
seperti biasa aku dan Melia keluar ke kota. Aku memakai luaran “slack” yang
sendat serta baju “Mengikuti tubuh” warna putih yang sungguh ketat dan jarang
sehingga menampakkan push-up bra yang aku pakai di dalam. Bila sampai di rumah Melia
baru aku melilitnya ke belakang.

Di kota aku menjadi tumpuan ramai lelaki. Kesemuanya
terbelalak biji matanya melihat aku, terutamanya bagian dada aku. Mana potongan
kerah baju aku begitu terbuka, sehingga memperlihatkan setengah dari buah dada aku.
Ditambah pula dengan kepadatannya akibat kesan dari pemakaian push-up bra.
Ketika ini aku dengan sengaja jalan dengan seksinya. Dimana ada lelaki, di
situlah aku akan berbuat begitu. Kalau aku berjalan di dalam mall, aku akan
berpura-pura merasa kedinginan dengan memeluk tubuh aku sendiri. Ini membuat
buah dada aku seperti hendak keluar dari bra yang aku pakai. Dan membuat mata
kebanyakkan lelaki tak berkedip. Tapi ada juga yang komentar aku pakai tutup
rambut seperti gadis yang sopan tapi pakai luar ketat dan baju yang
memperlihatkan dada. Ini model barukah Aku tak tahu. Malas dipikirkan, yang
penting aku puas.

Cerita Ngentot 2016, Cerita Ngentot Terbaru, Aku suka sekali
setiap pergerakan aku diperhatikan. Tambah-tambah lagi apa yang diperhatikan
itu adalah dada aku. Aku pernah tinggal dengan Melia di rumah sendirian. Aku
boleh pakai baju yang seksi tanpa perlu takut dengan ibu aku. Baju kebaya utk
hari raya aku pun memperlihatkan dada aku. Itu sdh jadi tabiat aku dan juga
“trademark” aku. Sekarang aku masih dengan image aku dan masih bekerja di cyber
cafe kakaknya Melia. Melia kini sdh pakai tudung. Sebab dia sdh menikah dan
suaminya tak suka dia pakai seksi. Begitu juga dengan kakak Melia yang kini
asyik berbaju kurung. Katanya sesuai dengan usianya. Aku juga kini bukan hanya
memperlihatkan dada bahkan paha pun aku perlihatkan. Sekarang ini aku suka
pakai kain “labuh” yang terbelah di sisi. Aku dengan sengaja membuka bagian
yang terbelah hingga hampir menampakan seluar dalam aku ketika aku ddk. Tapi aku
silangkan kaki supaya orang tidak bisa melihat celah selangkangan aku. Kalau aku
pakai baju kurung pun aku tetap mau kelihatan seksi. Aku akan pakai push-up bra
aku. Dan di cyber cafe pula aku akan menyingkapkan kain baju kurung aku hingga
menampakkan paha aku ketika aku ddk. Walaupun aku tak dapat menampakkan dada aku,
tapi aku puas hati dapat menampakkan paha aku., Cerita Ngentot,

Aku juga selalu ke Kompleks Sukan di Ipoh utk berenang. Aku
pakai swimsuit warna merah seperti di film “Baywatch”. Bagian dada sdh mestilah
terlihat setengah dari buah dada aku. Selesai aku berenang, aku akan
berjalan-jalan dulu di sekitar kawasan kolam renang tersebut. Aku senang
melihat reaksi lelaki yang tergiur melihat aku berpakaian renang dan dalam
keadaan basah. Sebab ketika basah beginilah puting buah dada aku kelihatan
menonjol. Dan ketembaman di celah selangkangan aku juga turut menjadi
perhatian. Dan setiap kali aku membasuh badan aku dengan handuk, aku sengaja
melakukannya dengan gerak perlahan terutamanya pada buah dada aku dan celah
selangkangan aku. Sampai hari ini, aku tak pernah kena sentuh. Tak ada siapa
pun yang pernah mengajak aku melakukan seks atau apa-apa saja yang senonoh.
Kebanyakan dari mereka hanya memuji kecantikkan buah dada aku. Buah dada aku
yang padat, montok, menggoda, itulah, inilah. Tapi tidak ada satu pun yang
menyentuh. Tapi yang menjadikan aku diajak orang utk bercinta tidak ada. Tapi
entahlah. Hati aku belum terbuka utk bercinta. Dan kini tinggallah aku seorang
di rumah sendirian dan bekerja di cyber cafe kakaknya Melia.

cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita dewasa,
cerita mesum 2016, cerita mesum terbaru, cerita mesum,

The post Cerita Sex 2016, Cewek Melayu appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex – Kakaknya Juga Oke

$
0
0

kakaknyajugaoke

Cerita Sex – Kakaknya Juga Oke

Permainan cintaku dengan Devi sore itu, membuat kami sering
memanfaatkan kesempatan yang ada. Kadang kami bercinta di Kamar Devi dan kadang
di kamarku. Devi yang masih berumur 22 tahun itu bercerita tentang hilangnya
kegadisannya semasa masih SMA. Menurut ceritanya dia dijebak pacarnya untuk
minum-minum ketika perayaan ultahnya yang ke 17. Ketika dia mulai mabuk dia
dibawa pacarnya dan di perkosa di hotel. Tragisnya dia diperkosa secara
bergantian oleh 2 orang teman pacarnya saat itu.

Paginya setelah sadar dia tidak di antar pulang kaBena pacar
maupun kedua temannya menghilang entah kemana. Setelah lulus SMA akhirnya dia
memutuskan untuk kuliah di Bali jurusan pariwisata. Sejak kuliah di Bali pun
dia sudah beberapa kali melakukan sex dengan beberapa teman kuliah-nya.
Hubungan kami pun cuma sebagai teman, tidak lebih, hubungan kami berdasarkan
suka sama suka. Mungkin kaBena umurku yang lebih muda. Hanya saja aku dapat prDevilege
untuk tubuhnya kapan saja aku mau. Hubunganku dengan Devi pun tidak diketahui
oleh Cindy kakaknya yang sudah bekerja di salah satu hotel di kawasan Jimbaran.

Cindy, tidak kalah cantiknya dengan Devi. Keduanya memiliki
kulit yang putih bersih. Cindy lebih dewasa dalam pembawaan dan enak juga
diajak ngobrol. KaBena Cindy juga cantik aku sering bercanda dengan Devi
mengatakan ingin tahu rasanya bila berhubungan dengan Cindy. Devi kadang
tertawa dan kadang marah kalo aku berkata begitu. Walau marah, Devi akan hilang
kemarahannya kalau kucumbu lagi.

Seperti halnya sore itu, Ketika aku baru pulang kuliah,
kulihat kamar Devi terbuka tetapi tidak ada orang didalamnya. KaBena situasi
kost yang sepi akupun masuk ke kamarnya dan mendengar ada yang sedang mandi dan
akupun menutup pintu kamar Devi. Sudah seminggu lebih aku menginap di Denpasar
kaBena ujian telah berakhir.

Setelah pintu kututup, kupanggil Devi yang ada dikamar
mandi.
“Vi, lagi mandi yah? tanyaku basa-basi. Namun tidak ada
jawaban dari dalam kamar mandi. Akupun melanjutkan.

“Kamu marah yah Vi?, Maaf yah aku gak kasih tahu kamu kalo
aku mau nginep di Denpasar. Hari ini aku mau buat kamu puas Vi. Aku akan cium
kamu, bikin kamu puas hari ini. Aku aka.

“Mandi kucing kan kamu Vi mulai dari ujung rambut hingga
ujung kaki.” Rayuku. Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi.

“Vi, ingat film yang dulu kita tonton kan. Aku akan bikin
kamu puas beberapa kali hari ini sebelum kau rasakan penisku ini Vi. Aku akan
cium vaginamu sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan
penisku”. Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi.

“Vi, kututup pintu dan gordennya yah Vi”. Akupun berbalik
dan menutup gorden jendela yang memang masih terbuka.

Ketika gorden kututup, kudengar pintu kamar mandi terbuka.
Akupun tersenyum dan bersorak dalam hati. Setelah aku menutup gorden akupun
berbalik. Dan ternyata, yang ada dalam kamar mandi itu adalah Cindy, kakak Devi,
yang baru saja selesai mandi keluar dengan menggunakan bathrope berwarna pink
dan duduk diatas tempat tidur dengan kaki bersilang dan terlihat dari belahan
bathropenya.

Kaki yang putih terawat, betisnya yang indah terlihat terus
hingga ke pahanya yang putih, kencang dan seksi sangat menantang sekali untuk
dielus. Belum lagi silangan bathrope di dadanya agak kebawah sehingga terlihat
dada putih dan belahan payudaranya. Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar
dari Devi, kaBena aku belum pernah menyentuhnya.

“Devi sedang ke Jogja, dia sedang Praktek kerja selama 2
bulan” Kata Cindy sambil memainkan tali bathrope-nya.

“Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Devi, padahal
aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku”

“Maaf Mbak, aku gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Cindy”
Kataku sambil mataku memandang wajah Cindy.

Rambutnya yang hitam sepundak tergerai basah. Dada yang
putih dengan belahan yang terlihat cukup dalam. Paha yang putih mulus dan
kencang hingga betis yang terawat rapih. Kalau menurutku Cindy boleh mendapat
angka 8 hingga 8,5.
“Lalu kalo bukan Mbak kenapa?, Kamu enggak mau mencium Mbak,
buat Mbak puas, memandi kucingkan Mbak seperti yang kamu bilang tadi?” Tanya Cindy
memancingku.

“Aku sih mau aja Mbak kalo Mbak kasih” Jawabku langsung tanpa
pikir lagi sambil melangkah ke tempat tidur. Sebab sebagai laki-laki normal aku
sudah tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir
pasti telanjang kaBena baru selesai mandi. Belum lagi pemandangan dada dan
putih mulus yang sangat menggoda.

“Kamu sudah lama make love dengan Devi, Ben?” Tanya Cindy
ketika aku duduk di sebelah kirinya. Aku tidak langsung menjawab, setelah duduk
di sebelahnya aku mencium wangi harum tubuhnya.

“Mbak wangi sekali”, kataku sambil mencium lehernya yang
putih dan jenjang.
Cindy menggeliat dan mendesah ketika lehernya kucium,
mulutku pun naik dan mencium bibirnya yang mungil dan merah merekah. Cindy pun
membalas ciumanku dengan hangatnya. Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga
mulutnya dan lidah kami pun saling bersentuhan, hal itu membuat Cindy semakin
hangat.

Perlajan tangan kiriku menyelusup ke dalam bath robenya dan
meraba payudaranya yang kenyal. Sambil terus berciuman kuusap dan kupijat
lembut kedua payudaranya bergantian. Payudaranya pun makin mengeras dan
putingnyapun mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya dengan tanganku sambil
terus melumat bibirnya.

Aku pun mengubah posisiku, kurebahkan tubuh Cindy di tempat
tidur sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya. Setelah tubuh Cindy
rebah, perlahan mulutku pun turun ke lehernya dan tanganku pun menarik tali
pengikat bathrope-nya. Setelah talinya terlepas kubuka bathropenya. Aku
berhenti mencium lehernya sebentar untuk melihat tubuh wanita yang akan
kutiduri sebentar lagi, kaBena aku belum pernah melihat tubuh Cindy tanpa
seutas benang sedikitpun. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa cela sedikit
pun.

Payudaranya yang putih dan tegak menantang berukuran 34 B
dengan puting yang sudah naik sangat menggairahkan. Pinggang yang langsing kaBena
perutnya yang kecil. Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak
rapi, mungkin Cindy baru saja mencukur rambut kemaluannya. Sungguh pemandangan
yang sangat indah.

“Hh” Desah Cindy membuyarkan lamunanku, Aku pun langsung
melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti kaBena mengagumi keindahan tubuhnya.

Kembali kulumat bibir Cindy sambil tanganku mengelus
payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya. Ciumanku pun turun ke
lehernya. Desahan Cindy pun makin terdengar. Perlahan mulutku pun turun ke
payudaranya dan menciumi payudaranya dengan leluasanya. Payudaranya yang kenyal
pun mengeras ketika aku mencium sekeliling payudaranya.

Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya.
Sengaja aku membelai sekeliling vaginanya dahulu untuk memancing reaksi Cindy.
Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya, kaki Cindy pun merapat. Terus
kuelus paha Cindy hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik oleh Cindy dan
diarahkan ke vaginanya.

“Elus dong Ben, Biar Mbak ngerasa enak Ben” Ucapnya sambil
mendesah.

Bibir vagina Cindy sudah basah ketika kesentuh. Kugesekan
jariku sepanjang bibir kemaluan Cindy, dan Cindy pun mendesah. Tangannya
meremas kepalaku yang masih berada di payudaranya.

“Ahh, terus Ben”, Pinggulnya makin bergyang hebat sejalan
dengan rabaan tanganku yang makin cepat. Jari-jariku kumasukkan kedalam lubang
vaginanya yang semakn basah.

“Ohh Ben enak sekali Ben”, desah Cindy makin hebat dan
goyangan pinggulnya makin cepat.

Jariku pun semakin leluasa bermain dalam lorong sempit
vagina Cindy. Kucoba masukan kedua jariku dan desahan serta goyangan Cindy
makin hebat membuatku semakin terangsang.

“Ahh Ben”, Cindy pun merapatkan kedua kakinya sehingga
tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya dan jariku masih terus mengobok-obok
vaginanya Cindy yang sempit dan basah.

Remasan tangan Cindy di kepalaku semakin kencang, Cindy
seperti sedang menikmati puncak kenikmatannya. Setelah berlangsung cukup lama Cindy
pun melenguh panjang jepitan tangan dan kakinya pun mengendur.

Kesempatan ini langsung kupergunakan secepat mungkin untuk
melepas kaos dan celana jeansku. Penisku sudah tegang sekali dan terasa tidak
nyaman kaBena masih tertekan oleh celana jeansku. Setelah aku tinggal mengunakan
CD saja kuubah posisi tidur Cindy. Semula seluruh badan Cindy ada di atas
tempat tidur, Sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di atas
tempat tidur, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah.

Dengan posisi ini aku bisa melihat vagina Cindy yang merah
dan indah. Kuusap sesekali vaginannya, masih terasa basah. Akupun mulai
menciumi vaginanya. Terasa lengket tapi harum sekali. Kukira Cindy selalu
menjaga bagian kewanitaannya ini dengan teratur sekali.

“Ahh Ben, enak Ben”, racau Cindy.

Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di sepanjang
vaginanya. Vagina merahnya semakin basah oleh lendir vaginanya yang harum dan
jilatanku. Desahan Cindy pun makin hebat ketika kumasukkan lidahku kedalam
bibit lubang vaginanya. Devi pun menggelinjang hebat.

“Terus Ben”, desahnya.

Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat ditariknya
ke payudara. Tnagnku pun bergerak meremas-remas payudaranya yang kenyal.
Sementara lidahku terus menerus menjilati vaginanya. Kakinya menjepit kepalaku
dan pinggulnya oun bergerak tidak beraturan. Sepuluh menit hal ini berlangsung
dan Cindy pun menalami orgasme yang kedua.

“Ahh Ben, aku keluar Ben”, aku pun merasakan cairan hangat
yang keluar dari vaginanya.

Cairan itu pun kujilat dan kuhabiskan dan kusimpan dalam
mulutku dan secepatnya kucium bibir Cindy yang sedang terbuka agar dia
merasakan cairannya sendiri.

Lama kami berciuman, dan perlahan posisi penisku sudah
berada tepat didepan vaginanya. Sambil terus menciumnya kugesekkan ujung
penisku yang mencuat keluar CD ku ke bibir vaginanya. Tangan Cindy yang semula
berada disamping bergerak ke arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok
penisku perlahan-lahan.

“Besar juga punya kamu Ben, panjang lagi” Ucap Cindy di
sela-sela ciuman kami.

Sambil masih berciuman aku melepaskan CDku sehingga tangan Cindy
bisa leluasa mengocok penisku. Setelah lima menit akupun menepis tangan Cindy
dan menggesekkan penisku dengan bibir vaginanya. Posisi ini lebih enak
dibandingkan dikocok.

Perlahan aku mulai mengarahkan penisku kedalam vaginanya.
Ketika penisku mulai masuk, badan Cindy pun sedikit terangkat. Terasa basah
sekali tetapi nikmat. Lobang vaginanya lebih sempit dibandingkan Devi, atau
mungkin kaBena lubang vaginanya belum terbiasa dengan penisku.

“Ahh.. Begitu sayang, enak sekali sayang” Racaunya ketika
penisku bergerak maju mundur.

Pinggul Cindy pun semakin liar bergoyang mengimbangi
gerakanku. Akupun terus menciumi bagian belakang lehernya.

“Ahh..” desahnya semakin menjadi.

Akupun semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin
cepat gerakanku semakin cepat pula goyangan pinggul Cindy. Kaki Cindy yang
menjuntai ke bawah pun bergerak melingkari pinggangku. Akupun mengubah posisiku
sehingga seluruh badan kami ada di atas tempat tidur.

Setelah seluruh badan ada diatas tempat tidur, akupun
menjatuhkan dadaku diatas payudara tanggung dan kenyalnya. Tanganku pun
bergerak ke belakang pinggulnya dan meremas pantatnya yang padat.

Goyangan Cindy pun semakin menjadi-jadi oleh remasan tanganku
di pantatnya. Sedangkan pinggulku pun terus menerus bergerak maju mundur dengan
cepat dan goyangan pinggul Cindy yang semakin liar.

“Ben.. Kamu hebat Ben.. Terus Ben.. Penis kamu besar keras
dan panjang Ben.. Terus Ben.. Goyang lebih cepat lagi Ben..” begitu racau Cindy
di sela kenikmatannya.

Aku pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Vagina Slvi
memang lebih enak dari Devi adiknya. Lebih sempit sehingga penisku sangat
menikmati berada di dalam vaginanya. Goyangan Cindy yang makin liar, desahan
yang tidak beraturan membuatku semakin bernafsu dan mempercepat gerakanku.

“Mbak aku mau keluar Mbak” Kataku.

“Di dalam aja Ben biar enak” desah Cindy sambil tangannya
memegang pantatku seolah dia tidak mau penisku keluar dari vaginanya
sedikitpun.

“Ahh” Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku kedalam
lubang rahimnya.

Tangan Cindy menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong
keatas, seolah dia masih ingin melanjutkan lagi, matanya pun terpejam. Aku pun
mencium bibir Cindy. Dengan posisi badanku masih diatasnya dan penisku masih
dalam vaginanya. Mata Cindy terbuka, dia membalas ciuman bibirku hingga cukup
lama. Badannya basah oleh keringatnya dan juga keringatku.

“Kamu hebat Ben, aku belum pernah sepuas ini sebelumnya”
Kata Cindy.

“Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit, legit dan harum lagi.”
Ucapku.

“Memang vagina Devi enggak” senyumnya sambil menggoyangkan
pinggulnya.

“Sedikit lebih sempit Mbak punya dibanding Devi” jawabku
sambil menggerakkan penisku yang masih menancap di dalamnya.

Tampaknya Cindy masih ingin melanjutkan lagi pikirku.

“Penis kamu masih keras Ben?” tanya Cindy sambil memutar
pinggulnya.

“Masih, Mbak masih mau lagi?” tanyaku

“Mau tapi Mbak diatas ya” Kata Cindy.

“Cabut dulu Ben”

Setelah dicabut, mulut Cindy pun bergerak dan mencium
penisku, Cindy mengulum penisku terlebih dahulu sambil memberikan vaginanya
padaku. Kembali terjadi pemanasan dengan posisi 69. Desahan-desahan Cindy,
vagina Cindy yang harum membuatku melupakan Devi sementara waktu.

Hari itu sejak pukul lima sore hingga esok paginya aku
bercinta dengan Cindy, entah berapa kali kami orgasme. Dan itu pun berlangsung
hampir setiap malam selama Devi belum kembali dari Praktek Kerjanya di yogya
selama 2 bulan lebih. Kupikir mumpung Devi tidak ada kucumbu saja kakaknya dulu.

cerita bokep 2016,cerita bokep terupdate,cerita bokep
terbaru,cerita bokep,cerita ngentot 2016,cerita ngentot terupdate,cerita ngentot
terbaru,cerita ngentot,

The post Cerita Sex – Kakaknya Juga Oke appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex – Mbak Mira Yang Hot

$
0
0

sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan
sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan
anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali
beberapa orang pengurus inti yang bakalan “naik pangkat” jadi penasihat. Usai
rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin
bulanan: pulang ke rumah orang tua di kampung. Belum sempat aku keluar dari
pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku.

mbakmirayghot

Cerita Sex – Mbak Mira Yang Hot

“Didik .. “ aku menoleh, ternyata Farah yang langsung
melambai supaya aku mendekat.

“Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku
omongin sama kamu,” kata Farah setelah aku mendekat.

“Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis
kalau kesorean,” jawabku.

“Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku beresin
ini dulu,” Farah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat.
Akhirnya aku duduk kembali.

“Dik, kamu pacaran sama Mela ya?” tanya Farah setelah
ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Farah sengaja
melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua
denganku.

“Emangnya, kenapa sih?” aku balik bertanya.

“Enggak ada apa-apa sih .. “ Farah berhenti sejenak.

“Emmm, pingin nanya aja.”

“Enggak kok, aku nggak pacaran sama Mela,” jawabku datar.

“Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka
jalan bareng sama Mela, sering ke rumah Mela,” kata Farah lagi.

“Jalan bareng kan nggak berarti pacaran tho,” bantahku.

“Paling juga pakai alasan kuno ‘Cuma temenan’,” Farah
berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku
ketawa.

“Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya.”

“Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang
jelas, aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Mela.”

Aku sama sekali tidak
bohong pada Farah, karena aku sama Mela memang sudah punya komitmen untuk
‘tidak ada hubungan lebih. Maksudnya, hubunganku dengan Mela hanya sekedar
untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal
itu yang kujelaskan seperlunya pada Farah, tentunya tanpa menyinggung soal
‘seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Mela.

“Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?” tanya Mela sambil
melangkah keluar ruangan bersamaku.

“Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu
nanti,” jawabku.

“Ke rumah ortu apa ke rumah Mela?” tanya Farah dengan nada
menyelidik dan menggoda.

“Kamu mau percaya atau ga sih, terserah. Emangnya kenapa
sih, kok nyinggung-nyinggung Mela terus?” aku gantian bertanya.

“Enggak kok, nggak kenapa-kenapa,” elak Farah. Akhirnya kami
jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain.

Aku dan Farahpun berpisah di gerbang sekolah. Farah sudah
ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku
sempat berjanji untuk main ke rumah Farah lain waktu.

Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu
jalan-jalan sama Farah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi.
Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku
agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga
untuk membatalkan begitu saja.

Rupanya aturan orang tua Farah yang ketat itu, bakalan
membuat hubunganku dengan Farah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara
pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di ‘food court’. Di tengah
rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Mira,
baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Mira, adalah kakak sulung Farah yang
kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota ‘Y’. Dia pulang setiap 2
minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Mira
kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di
kotamadya mudiknya ke kota kecamatan. Wajah Mbak Mira sendiri hanya masuk
kategori lumayan.

Agak jauh dibandingkan Farah. Kuperhatikan wajah Mbak Mira
mirip ayahnya sedang Farah mirip ibunya. Hanya Mbak Mira ini lumayan tinggi,
tidak seperti Farah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk. Kuperhatikan daya
tarik seksual Mbak Mira ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang
kalau dilihat dari samping,beritaseks.com sehingga rasa-rasanya ingin tanganku
menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Mela. Ah,
seandainya aku tidak ke rumah Farah, pasti aku sudah melayang bareng Mela. Saat
Farah ke toilet, Mbak Mira mendekatiku.

“Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Farah!” katanya
tiba-tiba sambil memandang tajam padaku.

“Maksud Mbak, apa?” aku bertanya tidak mengerti.

“Farah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin
keluguan dia!” katanya lagi.

“Ini ada apa sih Mbak?” aku makin bingung.

“Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari
tadi bete,” aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Mira
itu betul.

“Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain
sama Farah, ya kan?” aku hanya tersenyum, Mbak Mira yang tadinya tutur katanya
halus dan ramah berubah seperti itu.

“Eh, malah senyam-senyum,” hardiknya sambil melotot.

“Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Mira ini lucu,”
kataku.

“Lucu kepalamu,” Mbak Mira sewot.

“Ya luculah. Kukira Mbak Mira ini lembut kayak Farah,
ternyata galak juga!” Aku tersenyum menggodanya.

“Ih, senyam-senyum melulu Senyummu itu senyum mesum tahu,
kayak matamu itu juga mata mesum!” Mbak Mira makin naik, wajahnya sedikit
memerah.

“Mbak cakep deh kalau marah-marah,” makin Mbak Mira marah,
makin menjadi pula aku menggodanya.

“Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani
macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!” kali ini Mbak Mira nampak
benar-benar marah.

Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Mira seperti
itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami.
Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Farah selama ini, sampai pada
acara ‘apel’ pada saat itu.

“Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya
memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Farah sepertinya bukan cewek yang tepat
untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,” kataku
mengakhiri penjelasanku.

“Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?” Nada Mbak Mira
sudah mulai normal kembali.

“Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu,”
kataku lagi.

“Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik
aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?” Aku berpikir sejenak mencerna
maksud pertanyaan Mbak Mira itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Mira tahu
kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia.

“Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat
juga,” kataku sambil garuk-garuk kepala.

Setelah itu Farah muncul dan
dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak
beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Mira jika kulihat Farah sibuk
memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Mira. Hampir jam 10 malam
kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek
jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Mira sempat memberiku
sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Farah.

“Baca di rumah,” bisiknya.
***

Aku lega melihat Mbak Mira datang ke counter bus PATAS AC
seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan
jam setengah 9, berarti Mbak Mira terlambat setengah jam.

“Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum
dikasih balik pagi-pagi,” Mbak Mira langsung ngerocos sambil meletakkan
hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong.

Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Mira nampak
sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga
berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Mira memencet hidungku sambil
ngomel-ngomel kecil,beritaseks.com dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh
menit kami menunggu, sebelum bus berangkat. Dalam perjalanan di bus, aku tak
tahan melihat Mbak Mira yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai
mengelu-elus tangannya. Mbak Mira membuka mata, kemudian bangun dari
sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku.
“Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?” ledeknya sambil
berbisik.

“Kan lain jurusan,” aku membela diri.

“Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … “ Aku
tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Mira sudah lebih dulu memencet
hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan.

***
Yang disebut kamar kos oleh Mbak Mira ternyata sebuah
paviliun. Paviliun yang ditinggali Mbak Mira kecil tapi nampak lux, didukung
lingkungannya yang juga perumahan mewah.

“Kok bengong, ayo masuk,” Mbak Mira mencubit lenganku.

“Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga.
Jadi, cuek adalah cara paling baik.” Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet
ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Mira
langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on.

“Nih, minum dulu, habis itu mandi,” kata Mbak Mira sambil
menuangkan air dingin ke dalam gelas.

“Kan tadi udah mandi Mbak,” kataku.

“Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok,” Mbak Mira
tampak cemberut.

“Kalau gitu, aku duluan mandi,” katanya sambil menyambar
hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Mira tidak masuk kamar, tapi hanya
membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang
ke arah kamar mandi.

“Mbak,” Mbak Mira berhenti dan menoleh mendengar
panggilanku.

“Aku mau mandi, tapi bareng ya?”

“Ih, maunya .. “ Mbak Mira menjawab sambil tersenyum.

Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Mira. Langsung
kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi.Beritaseks

Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil
tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar
desahan Mbak Mira, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya
dilingkarkan ke leherku.
“Katanya mau mandi?” setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku
jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu
diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian
tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan
Mbak Mira melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang
melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Mira.

“Ih, nakal,” kata Mbak Mira sambil menyentil rudalku yang
terayun-ayun akibat baru tegang separo.

“Sakit Mbak,” aku meringis.

“Biarin,” kata Mbak Mira yang diteruskan dengan melepas
blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atas tinggal BH warna hitam
yang masih dipakainya.

Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Mira yang
masih tertutup BH, dan Mbak Mira tidak melanjutkan melepas pakainnya semua
sambil tersenyum menggoda padaku. Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan.
Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu
terlepas.

“Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau
ganti,” lagi-lagi hidungku jadi sasaran.

Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil
memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan. Mbak Mira
tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin
bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri
bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat
seranganku yang makin intens itu Mbak Mira mulai menjerit-jerit kecil di
sela-sela desahannya. Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Mira
itu,beritaseks.com sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari
toketnya. Mbak Mira kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna
hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan
matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat. Belum sempat mataku
menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam
rudalku. Kemudian Mbak Mira berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku
ditariknya.
Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa
melihat kelakuan Mbak Mira itu. Mbak Mira langsung menutup pintu kamar mandi
setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower.
Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari
shower. Dan …

“mmmmhhhh ….” bibirnya sudah menyerbu bibirku dan
melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower
mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan
menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian
belakang tubuh pasangan,

“Aaaaaahhh,” nikmat luar biasa.

Tak ingat berapa lama kami
melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat
persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku
luruskan, sementar Mbak Mira duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai
kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Mira melepaskan bibirnya dari bibirku,
pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati
leherku, berpMira-pMira. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di
dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian
turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam
rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus
mempermainkan pusarku.

Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi
sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap
kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang
menikmati aksi Mbak Mira yang seperti itu. Pelahan-lahan bibirnya merayap naik
menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya
ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpMira
dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat
kemudian, kutekan kepala Mbak Mira ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk
2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan,
berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati
lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi.

Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat
itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Mira seperti melawan. Hal itu
terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan
melepas rudalku dari mulutnya. Kuangkat kepala Mbak Mira, sementara matanya
terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Mira
yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih
sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya
bergantian.

Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya
bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi
mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan
tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya
menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar
dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir vaginanya,
kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di
antar belahan vagina Mbak Mira.

Pantat Mbak Mira mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara
tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya
lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang vaginanya, ku
keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Mira makin panjang, dan sempat ku
lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang vaginanya,
tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya.
Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku.

Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Mira meraih tanganku
lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di
dalam vaginanya. Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Mira mengangkat
kepalaku menjauhkan dari vaginanya. Mbak Mira membuka mata dan memberi isyarat
padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke
atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan
dimasukkan ke dalam lubang vaginanya.

“Oooooooooooohh ,” Mbak Mira melenguh panjang dan matanya
kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Mbak Mira
mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan
memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Mira yang menurutku terlalu
pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak
Mira menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala
menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi
beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Mira
membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan
mata.

Aku menurut dan memejamkan mataku. Setelah beberapa saat aku
memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari
tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak
kurasakan.

Desahan dan erangan Mbak Mira ternyata sangat teratur dan
serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat
kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni
yang begitu Mira. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan
sekelilingku terasa begitu Mira, seperti nama waMela yang sedang menyatu
denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar
biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti
mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku.

Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Mira berhenti pas saat
rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi
seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan
kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak
tangannya dan kutahan agar Mbak Mira tidak jatuh ke belakang. Setelah itu
pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan
pantatku.

“Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,” desahan dan
jeritan kecil Mbak Mira itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke
depan. Mbak Mira menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk
tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan
kubelai-belai Mbak Mira yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara
orgasme yang eksotik dan artistik. Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru
diraihnya, Mbak Mira mengangkat kepala dan membuka matanya. Beritaseks

Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut.
Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Mira sudah bangkit dan bergeser ke
samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi.
Mbak Mira mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak
pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti
empot-empotkan ke lubang vaginanya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas
semuanya Mbak Mira memelekku sambil berbisik pelan.

“Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat,” aku
mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku
pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang
sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku
gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa,
seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Mela. Bergerak maju mundur
dari pelan dan makin lama makin cepat.

“Aaaah… Hoooohh,” aku hampir pada puncak, dan Mbak Mira
cukup cekatan.

Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari vaginanya.
Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya.
Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya
dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga
rudalku tepat berada di atas perut Mbak Mira.

“Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..,” beberapa kali
spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Mira. Aku merebahku tubuhku yang
terasa lemas di samping Mbak Mira, sambil memandanginya yang asyik mengusap
meratakan spermaku di tubuhnya.

“Hampir lupa ya?” lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu
Mbak Mira mengucapkan kata-kata itu.
***

Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata
sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Mira. Saat
di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang waMela
dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan.

“Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi
aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di
jiwaku.” Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Mira
dan hanya dari Mbak Mira, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja
belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Mira.
Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama
meskipun persetubuhan berakhir.

“Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Farah.
Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!” Aku
terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Mira memperingatkanku
tentang Farah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal.

cerita dewasa
2016,cerita dewasa terupdate,cerita dewasa terbaru,cerita dewasa, cerita mesum
2016,cerita mesum terupdate,cerita mesum terbaru,cerita mesum

The post Cerita Sex – Mbak Mira Yang Hot appeared first on Doyanbokep.


Cerita Sex: Di Puaskan Dua Wanita

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Di Puaskan Dua Wanita – Huf,,,! gilanya temenku tidak sopan lagi,Ih pinjem-Pinjem Hp abis baterai malah di suruh cas. Gak sopan ,tapi demi sahabat tak apa penting dia seneng tidak merasa sedih aku akan akan senyum juga.Kita kan sahabat,seberartinya sahabt mungkin akan selalu mendasar pada diriku,mengingat letak sahabat sangat berarti dalam berbagai sisi yang kita jalani di dunia maya pada ini.Katakan sangat indah”bahwa dunia tanpa sahabat ibarat bumi tanpa pergantian hari’Dengan teman semua kita bisa ,luapkan isi hati,berbagi,muntahkahkan keluh kesah dan masih banyak lagi.ha kok nrocos sebagian itu adalah kesan ku terhadap sahabat.

 

 

cerita-sex-di-puaskan-dua-wanita-300x225

Cerita Sex: Di Puaskan Dua Wanita

 

Setelah Hp dah ada ditangan hari ini tiba-tiba MIss call” private number aku pikir No,temennya sahabatku kan dia biasanya tukang miss call nylonong kemana-kemana aku maklumi,jadi sesampai di aku kembali banyak yang jail ,itu yang sering aku terima,iya kalau diangkat dijawab,baru di angkat sudah di putus.Bete rasanya,mana itu pas jam-jam sibuk benar-benar menjengkelkan.

Pengalaman tak terkira dari miss call sudah aku anggap hal biasa,tapi kalau keseringan ya aku kira diriku artis.Wah aku pikir orang-orang yang suka begituan itu sudah kriminal dan termasuk teroris.Ini sudah bisa dijerat pasal undang-undang.Kasus”.Tapi kebanyakan setelah aku telusuri teman-teman yang ngaco dan pingin godain aku.Ya,kalau sudah begitu aku pingin jitak-jitak kepala mereka.

Cerita Sex: Di Puaskan Dua Wanita

Tapi apa gunanya marah ya teman jail biasa iseng,kala sudah bosan paling juga berhenti.Tapi dari penganlaman miss call yang menyabalkan salah satu ternyata ada miss call yang membawa kenikmatan tiada tara.Sungguh hal yang tidak dikehendaki datang kayak kejatuhan duren.

Berikut cerita sex dan cerita panas ku simak bagi yang membaca asyik kok!semoga terhibur dan sory masih acak-acakan nulisnya. Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang wanita karir, yang entah bagaimana ceritanya wanita karir tersebut mengetahui nomor kantorku.

Siang itu disaat aku hendak makan siang tiba-tiba telepon lineku berdering dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari seorag wanita yang engak mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.

“Hallo, selamat siang joko,” suara wanita yang sangat manja terdengar.
“Hallo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius.
“Namaku Karina,” kata wanita tersebut mengenalkan diri.
“Maaf, Mbak Karina tahu nomor telepon kantor saya dari mana?” tanyaku menyelidiki.
“Oya, aku temannya Yanti dan dari dia aku dapat nomor kamu,” jelasnya.
“Ooo… Yanti,” kataku datar.

Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Yanti adalah seorang wanita karir yang juga ‘mewarnai’ kehidupan sex aku.

“Gimana kabarnya Yanti dan dimana sekarang dia tinggal?” tanyaku. “Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen sama kamu,” jelas Karina.

Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal lama. Suara Karina yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Karina membuyarkan lamunanku.

“Hallo… Joko, kamu masih disitu?” tanya Karina.
“Iya… Iya Mbak… ” kataku gugup.
“Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Yanti yaa?” tanyanya menggodaku.
“Nggak kok, malahan mikirin Mbak Karina tuh,” celetukku.
“Masa sih… Aku jadi GR deh” dengan nada yang sangat menggoda.
“Joko, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?” tanya Karina.
“Boleh aja Mbak… Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu,” jawabanku semangat
“Oke deh, kita ketemuan dimana nih?” tanyanya semangat.
“Terserah Mbak deh, Joko sih ngikut aja?” jawabku pasrah.
“Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa senayan,” katanya.
“Oke, sampai nanti joko… Aku tunggu kamu jam 18.30,” sambil berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.

Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke kantor untuk melakukan aktivitas selanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya prepare dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin karena aku nggak mau ketemu wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak pede dengan hal seperti itu.

Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald seperti yang dikatakan Karina. Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar jalan, sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea pertokaan tersebut.

Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku, wanita ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan juga cantik, membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi pemadangan yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang indah itu.

Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.

“Maaf apakah kamu Joko?” tanyanya sambil menatapku.
“Iy… Iyaa… Kamu pasti Karina,” tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.

Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas tangaku dengan penuh perasaan.

“Silahkan duduk Karina,” kataku sambil menarik satu kursi di depanku.
“Terima kasih,” kata Karina sambil tersenyum.
“Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja sih?” tanyaku.
“Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Joko,” jelasnya.
“Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah kamu?” kataku sambil tersenyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali bicara yang ‘menyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah cantik saja wajahnya yang semakin matang.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Karina adalah seorang wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Karina adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.

“Karin, kamu kenal Yanti dimana?” tanyaku.

Yanti adalah teman chattingku di YM, aku dan Yanti sering online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan dengan penuh semangat.

“Emangnya Yanti menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih,” tanyaku penuh penasaran.
“Dia menikah 2 minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya,” Jawabnya penuh pengertian.
“Ooo, begitu… ” kataku sambil manggut-manggut.
“Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4 hari, sampai urusan kantorku selesai,” jelasnya tanpa aku tanya.
“Sebenarnya tadi Yanti juga mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya dia bisa dateng,” jelasnya kembali.
“Memangnya Mbak Karina menginap dimana nih?” tanyaku penasaran.
“Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H… “jelasnya.
“Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?” tanyaku menyelidik.
“Ya sendirilah, Joko… Makanya saat itu aku tanya Yanti,” katanya “Tanya apa?” tanyaku mengejar.
“Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di Jakarta,” katanya.
“Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu,” lanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam. Dan toko pun sudah mulai tutup.

“Jok… Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?” tanyanya.
“Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian,” kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera meluncur ke hotel H… Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa Senayan. Aku dan Karina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan sesampainya di depan kamarnya, Karina menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika berjalan dibelakangnya.

Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya. Dalam batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Karina pun memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan tinggi dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Miranda(36b) sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga berpayudara yang sama besarnya bernama Dahlia(36b). Dan mereka pun mempersilahkan aku duduk.

Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera bangun dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang bulat terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang besar, Karina pun langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan aku mencoba menghentikannya.

Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan yang pernah aku berikan sama Yanti dan kawan-kawan. Setelah itu Karina pun langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal diam aku pun langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun beraduan, aku mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya. Sedangkan Miranda mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan tanpa sadar aku pun mendesah.

“Aaahh enak Mir, terus Mir hisap terus, aahh… ”

Sedangkan Dahlia menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun mulai menjilati vagina Karina dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia bisa merasakan permaianan yang aku buat. Karina pun menjerit keras sambil berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.

Mirandapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Karina sedangkan Dahlia mencium bibir Karina agar tidak berteriak ataupun mendesis. Setelah beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai menegang dan dia pun mendesah.

“Jok… Akuu mauu keeluuarr.”

Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Karina, perlahan-lahan aku masukkan penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam vaginanya yang sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan sangat perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku lakukan dan Karina pun mulai mendesah nggak karuan.

“Aaahh enak Jok, terus Jok, enak Jok, lebih dalam Jok aahh, sstt… ”

Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia mulai berkicau lagi.

“Aaahh enak Jok, penis kamu enak banget Jok, aahh… ”

Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih tegang itu. Miranda segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir cairan Karina yang menempel pada penisku, sedangkan Dahlia menghisap vaginanya Karina yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh nafsunya.

Miranda pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah. Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Miranda dan serentak langsung masuk. Bless… Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya Miranda. Dia pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai mempercepat goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan sensasi yang diberikan oleh Miranda.

Dahlia pun mulai menghisap payudara Miranda penuh gairah, sedangkan Karina mencium bibir Miranda dengan garangnya, Miranda mempercepat goyangannya yang membuat aku mendesah.

“Aaahh enak Mir… Terus Mir… Goyang terus Mir… Lebih dalam lagi Mir… Aaahh sstt”

Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,

“Mir… Aku… ingiin keeluuaarr”

Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun masih mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang dan terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta.

Mereka pun berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku, Dahlia pun langsung menjilati vaginanya Miranda yang masih mengalir cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti kelaparan yang sedang berebutan makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai memeluk Dahlia dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari diatasnya.

“Ooohh… Joko… Geelli… ” desah Dahlia.

Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.

Miranda dan Karina mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi dan dia medesah.

“Aaahh enak sekali Jok… Terus Jok hisap terus Jok enak Jok aahh sstt… ”

Dahlia pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok, menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali menyerangnya langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.

Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.

“Ssstt… Jok… Nikmat sekali… Ughh,” rintihnya.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku diujung clitorisnya. Gerak tubuh Dahlia yang terkadang berputar-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.

“Joko… Gila banget lidah kamu… ” rintihnya “Terus… Sayang… Jangan lepaskan… ” pintanya.

Paha Dahlia dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk menjilatnya. Dahlia menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang bergejola dihatinya.

“Oohh… Joko, aku nggak tahan… Ugh… ” rintihnya.
“Joko cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih,” pintanya.

Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan sekali hentak.

“Bleest… ” kepala penisku menggoyang vaginanya Dahlia.
“Aowww… Gila besar sekali Jok… Punya kamu,” Dahlia merintih.

Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Dahlia mengelinjang hebat danm sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa dibatang kemaluanku.

“Joko… Jangan berhenti sayang… Oogghh,” pinta Dahlia.

Dahlia terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Dahlia membantu pinggulnya untuk berputar-putar.

“Joko… Kamu… Memang… Jagoo… Ooohh,” kepalannya bergerak ke kiri dan ke kanan seperti orang triping.

Beberapa saat kemudian Dahlia seperti orang kesurupan dan ingin memacu birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat Dahlia semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyang dinding vagina Dahlia.

“Joko… Terus… Sayang… Jangan berhenti… ” Dahlia meminta.

Permainanku benar-benar memancing birahi Dahlia untuk mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Dahlia benar-benar tidak bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.

“Joko… Aakuu… Kelluuaarr… Aaakkhh… Goyang sayang,” rintih Dahlia. Cerita Panas

Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Dahlia semakin tak terkendali.

“Jok… Ooo… Aaammpuunn,” rintihnya panjang.

Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Dahlia. Aku merasakan semburan cairan membasahi seluruh penisku.

Dahlia yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Dahlia, sekarang menungging. Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang vaginanya Dahlia.

“Ooohh… Joko… Kamu… Memang… Ahli… ” katanya sambil merintih.

Kedua tanganku mencengkeram pinggul Dahlia dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.

“Dahlia… Vagina kamu memang enak banget,” pujiku.
“Kamu suka minum jamu yaa kok seret?” tanyaku.

Dahlia hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina Dahlia dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku diterima Dahlia karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku.

Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.

“Dahlia… Aku mau… Keluar… “kataku mendesah.
“Aku juga sayang… Ooohh… Nikmat terus… Terus… ” Dahlia merintih.
“Joko… Keluarin didalam… Aku ingin rasakan semprotan… Kamu… ” pintanya.
“Iya sudah… Ooogh… Aaakhh… ” rintihku.

Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Dahlia semakin kencang, semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.

“Joko… Aku… Aku… Ngaak kkuuaatt… Aaakhh” rintih Dahlia.
“Aku juga sudah… Ooogh… Dahh,” aku merintih.
“Crut… Crut… Crut… ” spermaku muncrat membanjiri vaginanya Dahlia.

Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah vagina Dahlia. Setelah beberapa saat kemudian Dahlia membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.

“Joko, ternyata Yanti benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Dahlia merintih.
“Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja,” kataku merendah.
“Kamu luar biasa… ” Dahlia tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.

Segera aku palingkan wajahku ke arah Karina dan Miranda, ternyata mereka sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum batang kemaluanku dan ternyata Miranda sudah bangun dan aku pun menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.

Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali didetik-detik ronde terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya mereka. Aku mengosok keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang nakal memilih punting mereka.

“Ughh… Joko… ” mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan puntignya yang memerah.

Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat memburu birahinya yang tidak kenyang.

Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun mempercepat jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku meninggalkan Hotel H… Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan oleh permainan tadi. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Di Puaskan Dua Wanita appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Aku, Kristin dan Eric

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Aku, Kristin dan Eric – Hai.. Namaku Dewi, usia 26 tahun. Aku termasuk cewek yang punya tingkat libido yang tinggi. Aku nggak pernah lama pacaran, karena aku orangnya nggak pernah puas ngesek sama pacar-pacarku dan cepat bosan. Bahkan sampai sekarangpun aku sering mencari kepuasan sendiri. Dan itupun nggak terbatas, cowok bahkan cewek sekalipun aku doyan..

 

 

cerita-sex-aku-kristin-dan-eric-300x206

Cerita Sex: Aku, Kristin dan Eric

 

Yang paling ngedukung adalah wajahku yang lumayan dan bodiku yang nggak ngecewain. Hanya dengan modal senyum dan baju sexy, banyak cowok yang kepingin berbagi kenikmatan denganku. Kebayakan mereka nggak tahan kalau melihat dadaku yang padat membusung atau pahaku yang sekal. Aku juga nggak perlu capek cari partner cewek, karena aku mengenal betul siapa cewek-cewek yang bisa diajak main.

Aku bekerja sebagai asisten akuntan di sebuah Jasa Akuntan Publik yang cukup terkenal di kota Surabaya. Pekerjaan yang melelahkan dari jam 8 pagi sampai 8 malam itu terkadang memerlukan refresing juga. Bahkan hari ini aku lembur sampai jam setengah sebelas. Makanya ketika Kristin, teman kerjaku ngajakin dugem, aku langsung mengiyakan. Aku tahu Kristin nggak mungkin hanya mengajak dugem aja. Karena aku tahu Kristin itu penganut paham lesbisme.

Tapi tak apalah, aku juga ketagihan digerayangin jemari lentik cewek. Apalagi Kristin sangat menggairahkan. payudaranya montok sedikit tak serasi dengan tubuhnya yang agak kurus, tapi kencang banget. Sudah lama aku pengin meremas-remas payudaranya bahkan mengulum puting payudaranya itu.

Cerita Sex | Dengan naik mobilnya, kami segera meluncur ke sebuah diskotik yang tak terlalu besar tapi cukup ramai. Sesampainya di diskotik kami segera mencari meja kosong di sudut diskotik. Walaupun di pojok tapi cukup mudah memandang ke arah floor dance. Lalu kami memesan minuman beralkohol ringan untuk menghangatkan badan. Ketika si pelayan beranjak pergi setelah mengantarkan pesanan kami, Kristin mulai merapatkan tubuhnya kepadaku.

Aku pura-pura tak peduli sambil terus mengobrol dengannya. Tapi makin lama jemari Kristin mulai berani meraba-raba pahaku yang masih terbalut span ketat. Rangsangan itu mengena padaku hingga aku balas dengan makin memperdekat jarak duduk kami. Tapi belaian Kristin makin panas menyusup ke balik rokku. Karena tak tahan dan malu jika harus dilihat orang, aku segera mengajak Kristin melantai.

“Kita turun yuk?” kataku.
“Enak disini aja ah,” jawabnya menolak.
“Ayo dong Kris.”

Aku menarik tangannya untuk turun ke floor dance. Kami ngedance mengikuti hingar bingar musik diskotik. Dalam keremangan dan kilatan lampu, aku lihat keayuan wajah Kristin yang nampak lugu. Melihatku tersenyum-senyum kearahnya, Kristin meliuk-liukkan tubuhnya erotis. Daya rangsang yang dinampakkannya dari gerakan tubuhnya dan senyuman nakalnya semakin membuatku mabuk. Sambil bergoyang aku peluk tubuhnya hingga kedua payudara kami saling berbenturan.

Sesekali tanganku dengan nakal meremas bokongnya yang masih tertutup celana panjang. Tangannya mendekap erat tubuhku bagai tak ingin terlepas. Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik kemejanya dan meremas kedua payudaranya yang masih terbalut BH. Ooohh.. begitu halusnya payudara Kriswin, halus dan kenyal banget. Lalu tanganku bergerak melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku dapat membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku telah membekap kemaluannya yang masih terlindung celana panjangnya.

Sementara Kristin memejamkan matanya meresapi setiap sentuhanku sambil terus bergoyang mengikuti musik yang menghentak-hentak. Tubuhnya bergerak merapat ke tubuhku.

“Kamu ganas juga, ya?” bisiknya.
“Tapi kamu suka kan?”

Kristin merapatkan tubuhnya sambil menciumi belakang telinga kananku. Hembusan hangat nafas Kristin membuat gairahku bagai dipacu. Jemariku segera mencari-cari puting susunya lalu memelintirnya sampai membuat Kristin mengikik kegelian.

Satu jam kemudian Kristin mengajakku pergi dari diskotik itu. Kami telah sama-sama sepakat akan meneruskan gairah kami hingga terpuaskan. Kami menuju ke sebuah hotel terdekat lalu segera menuju kamar yang telah kami pesan. Setibanya di kamar Kristin melucuti pakaiannya sambil menirukan gaya penari stripis. Secara halus, perlahan demi perlahan dilucutinya pakaiannya satu persatu dengan gerakan yang membuat air liurku hendak nenetes. Tinggal CD-nya saja yang masih melekat.

Dengan kedua payudara yang menggantung indah Kristin mendekatiku perlahan sambil mempermainkan CDnya yang sudah basah. Akupun ikut melucuti pakaianku dengan gerakan-gerakan yang juga aku buat seerotis mungkin. Mata Kristin berbinar-binar ketika BH-ku menghilang dari kedua payudaraku.

“Wowww.. besar dan kencang sekali.. buat aku ya..” kata Kristin sambil membelai pinggiran buah dadaku, kemudian Kristin mengulum putingnya yang sudah mengeras sejak tadi.
“Ooogghh.. sshh.. enak banget,” rintihku.

Diisapnya dalam-dalam putingku itu dengan keahliannya. Sambil mengisap jemarinya terus menari-nari di payudara kiriku. Tanganku meremas-remas rambutnya yang mulai kucal sambil meremas-remas payudara kirinya yang sempat aku gapai.

Lidah Kristin yang sudah terlatih menyapu seluruh permukaan payudaraku dan melumat putingku secara bergantian. Desahan kami berpacu diantara nafas-nafas kami yang sudah tak teratur lagi. Kemudian Kristin mencumbui perutku dan terus kebawah ke arah pusat kenikmatanku yang sebelumnya telah ditelanjanginya.

“Bukit venusmu indah banget Wi..” pujinya membuatku tersanjung.

Otot-otot vaginaku terasa menegang ketika jari-jari Kristin merenggangkan labia mayoraku. Lalu jari tengahnya mengorek-ngorek klitorisku dengan penuh perasaan.

“Aaahh.. sshh.. mmhh..” desahku untuk kesekian kalinya.
“Jilatin say.. aku paling suka..”

Kristin menjilat klitorisku yang terasa tegang. Lalu menghisapnya kuat-kuat. Uaahh.. rasanya nikmat banget.. bahkan ketika lidahnya mulai turun menyusuri daerah sekitar lubang kawinku. Rasanya ingin mengeluarkan semua lava kenikmatanku yang menggedor-gedor ingin keluar.

Akhirnya Kristin menjatuhkan diri ke tempat tidur dan menarik tanganku. Sementara buah dadanya kian kencang. Putingnya kian memerah. Nafasnya tersengal-sengal. Keringat sudah membasahi sekujur tubuhnya. Seperti keringatku. Juga nafasku. Aku lorot CD-nya yang sudah basah benar. Lalu aku menindihnya hingga tubuh dan payudara kami saling berimpitan, bibirku dilumatnya dengan liar. Vagina kami saling bergesekan hingga menimbulkan rasa panas di masing-masing vagina kami. Suara srek.. srek.. akibat gesekan rumput vagina kami menambah nikmat sensasi yang tercipta.

“Ooohh.. Wi.. sudah lama banget aku naksir kamu.. aahhgghh..”
“Malam ini aku milikmu Kriiss..”

Setelah sepuluh menit kami saling berpagutan lidahku bergerak menuruni leher jenjang Kristin sampai bibirku hinggap di payudaranya yang kencang dan ramun. Aku hisap puting susunya yang keras dan coklat. Akhirnya tercapai juga keinginanku untuk mengganyang pentilnya yang besar itu.

“Wii.. terus aachh.. ehmm..” desahnya keenakan.

Kemudian aku semakin turun dan menghisap pusarnya, Kristin tidak tahan diperlakukan demikian. Erangannya semakin panjang.

“Aaach.. geli aach.. Wii..”

Aku terus menghisap-hisap pusarnya lalu aku turun dan saat sampai di Vaginanya. Aku sibak rumput-rumput liar di bukit belahnya itu kemudian mulai menjilatinya dan sesekali menghisap klitorisnya yang menyembul sebesar kacang.

“Aaacchh.. Wii terus achh.. enak..”

Kristin semakin menggelinjang tangannya menarik-narik sprei kamar hotel itu dan beberapa saat kemudian dia menjerit kuat. Aaacchh..!! Dan dari vaginanya menyembur lendir kenikmatan yang cukup banyak. Sruupp.. langsung aku hisap habis.

“Aaach Wii.. acchh..” jeritnya untuk kesekian kalinya.

Setelah mengalami orgasme yang pertama itu, Kristin tergeletak di atas ranjang. Aku segera meraih HPku di dalam tas. Lalu segera mengirim SMS buat Eric, temanku ngewe. Kristin yang tahu kalau aku menghubungi seseorang berlagak cemburu. Dia segera duduk tepat di depanku.

“Sms siapa sih say?” tanya Kristin cemberut.
“Ada deh..” jawabku sambil tersenyum padanya.
“Ah, nggak asyik. Katanya kamu malam ini milikku?” rajuk Kristin yang kemudian mengutak-utik vaginaku.

Birahiku kembali bergelora. Aku biarkan saja Kristin mempermainkan daerah tersensitifku itu dengan jari-jari lentiknya. Nafasku memburu ketika ujung jari telunjuk Kristin masuk ke dalam lipatan vaginaku yang berair kemudian mengelus-elus lipatan dalamnya.

“Hoohh.. baby swety.. enak banget..” rintihku.

Payudaraku yang telah bengkak dijilatnya dengan lidahnya kemudian dilumatnya putingku yang sudah sangat keras itu. Sedangkan telunjuknya terus memilin-milin clitorisku.

“Aaaghh.. terus.. yeaahh.. jilatin say..”

Kristin berganti menjilati vaginaku sedangkan tangannya beralih meremas-remas payudaraku yang sudah sangat bengkak dan berwarna merah oleh hisap-hisapannya. Rasanya kakiku tak kuat menyangga tubuhku yang terasa berat oleh birahi yang telah sampai di ubun-ubun. Maka aku menghempaskan tubuhku diatas kasur dan Kristin meneruskan permainannya yang membawaku ke awang-awang.

Kini kami melakukan 69 style. Saling hisap, saling jilat dan terkadang aku menekan lubang kenikmatannya dengan jempolku. Lubang asyiknya yang merah merona aku tusuk dengan jari telunjukku berkali-kali, begitu pula yang dilakukannya terhadapku. Berkali-kali klitorisku dihisap oleh Kristin kuat-kuat. Berkali-kali Kristin mengalami orgasme, tapi aku masih bisa bertahan. Hingga kemudian pintu kamar dibuka dari luar dan Eric muncul dari balik pintu.

“Hallo gadis-gadis! Sedang asyik nih?” sapanya.
“Ric, cepat sodokin aku dengan penismu!” teriakku pada Eric.

Kristin segera minggir ketika Eric melucuti seluruh pakaiannya. Sepintas kulihat roman muka Kristin yang sedikit cemberut. Tapi aku nggak peduli yang penting Eric segera memuaskan birahiku dan membawaku ke pucuk-pucuk kenikmatan. Eric tersenyum lebar memandangi bibir kemaluanku yang semakin basah. Aku enggak tahan lagi, segera aku arahkan penis Eric yang sudah mengacung-acung keras itu ke lubang kemaluanku.

“Aaaggh!” pekikku saat Eric menekan penisnya agar masuk semua ke dalam lubang kemaluanku.

Blees!! Akhirnya seluruh batang penis Eric mampu menjebol lubang kenikmatanku. Rasa perih bercampur nikmat jadi satu ketika Eric mulai mengocok liang kawinku keluar masuk.

“Aaawww.. enak banget vagina kamu Dewi.. seret.. tapi siip..” bisik Eric menyanjungku.

Eric terus memompa vaginaku sampai kami tak sadar mengeluarkan desahan dan rintihan birahi yang membuat Kristin terangsang banget. Rasa cemburunya hilang bahkan Kristin mendekatiku lalu mengenyot payudara kiriku, sedangkan Eric juga mengenyot payudara kananku. Segala kenikmatan syahwat aku rasakan dengan mata tertutup dan bibir yang menganga mendesah-desah. Hingga kemudian aku merasakan lava kenikmatanku yang menggedor-gedor.

“Aaahh aku mau keluar.. aahh.. sshh.. aahh..” pekikku.

Eric memompa penisnya semakin cepat hingga aku kesulitan untuk mengimbanginya. Sedangkan lidahnya maupun lidah Kristin semakin liar menjelajahi payudaraku. Lalu.. aahh.. Lendir kenikmatanku menghangat basah dan licin menyembur
hingga membecek di sekitar selakanganku. Eric terus memompa dengan liar hingga kemudian dia berteriak tertahan,

“Aaagghh!!” Croot..croot.. spermanya muncrat tertelan lubang kenikmatanku hingga menghangat di dalamnya.
“Riic.. keluarin penismu itu biar Kristin ngerasain nikmatnya pejuhmu. Kriiss.. hisap vagina aku say..” kataku kemudian.

Kristin menjilat dan menghisap tandas semua cairan di vaginaku setelah Eric mencabut penisnya dari Vaginaku. Tapi tiba-tiba saja Kristin terpekik keras,

“Aaacchh!!”

Ternyata Eric menusukkan penisnya ke vagina Kristin yang cantik kalau menungging. Kristin misuh-misuh tapi kemudian ikutan ngerasain nikmatnya sodokan Eric yang sudah sangat berpengalaman ngentotin cewek-cewek dari berbagai usia. Sambil mengocok maju mundur, Eric berpegangan sambil meremas-remas payudara Kristin yang sudah keras banget. Aku sendiri menjilati vagina dan klitoris Kristin dan sekali-sekali menjilat buah pelir Eric hingga membuat mereka sampai di pucuk-pucuk asmara.

“Aduuh sayang.. terus.. ah.. enak say.., nikmat sekali.. rasanya ingin keluar say, aduuh.. nikmatnya, terus.. yang cepat.. say.. aduh aku nggak tahan ingin keluar..” Kristin menceracau tak karuan beberapa saat kemudian tubuh Kristin menegang dan sur.. suurr croot.. croot..

Kemudian kami bertiga terkulai lemas bersimbah keringat yang membanjir.

“Makasih ya say.. kalian berdua memang hebat,” gumamku penuh kepuasan.
“Aku juga. Aku kira paling enak itu jadi lesbian, ternyata aku butuh variasi juga,” sambung Kristin.
“You’re welcome. Kapan-kapan aku bersedia di episode berikutnya..,” ujar Eric. Lalu kami tertidur kelelahan tapi penuh kepuasan. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Aku, Kristin dan Eric appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Kerasnya Desahan Anita Saat Orgasme

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Kerasnya Desahan Anita Saat Orgasme – Untuk cerita kali ini tentunya tidak kalah menarik dari cerita yang lain.. pasti di antara pembaca disini juga sudah pernah mengalami hal serupa dengan kisah cerita di bawah ini! Cekidot Cerita Pengalaman Bercinta Dengan Teman Kerja.

 

 

 

cerita-sex-kerasnya-desahan-anita-saat-orgasme-225x300

Cerita Sex: Kerasnya Desahan Anita Saat Orgasme

 

Cerita Sex | Kebetulan sekali saya dipilih menjadi salah satu dari karyawan sebuah perusahaan diluar negeri dan ditempatkan dinegara mereka. Kami menjadi pegawai tetap dan berdomisili dinegara tersebut. Bersama kami juga terdapat beberapa wanita.

Ini adalah pengalaman sex ku dengan salah satu rekan kerja wanita. Sekarang kita sudah menikah dengan orang yang lain dan belum pernah bertemu lagi.

Waktu Anita dan teman teman wanita lainnya tiba dikota kami, saya dan rekan rekan lainnya menjemput di airport dan membawa mereka kehotel tempat mereka tinggal. Kita pada saat itu sudah selesai pendidikan dan mulai bekerja. Saya sharing flat bersama enam anak lainnya. Diflat kami ada tiga kamar besar dan saya menempati kamar terbesar bersama tiga rekan kerja, semua dari Indonesia.

Waktu menjemput Anita, ini adalah pertama kalinya saya bertemu dengan Anita. Rambutnya hitam lurus panjang sebahu, dengan wajah yang lumayan manis dan sexy, bibirnya yang menantang, dadanya yang cukup besar boleh juga nih cewek, saya rasa demikian juga dengan Anita waktu kita salaman dia megang cukup lama dan kasih senyum yang aduhai.

Bayangkan saja saya sudah 2 bulan lebih dikota ini dan belum punya pacar. Dimobil dia duduk disatu mobil dengan saya dan kita duduk dibelakang. Kayanya sih kita benar benar saling tertarik. Selang beberapa hari kita bertemu lagi dan mulai merasa dekat. Anita sebelumnya pernah kekota ini dan lebih mengetahui seluk beluk kota ini dibandingkan dengan saya. Kami janjian untuk pergi jalan jalan berdua saja.

Hari Sabtu, hampir seluruh rekan baik yang laki atau wanita datang kerumah saya untuk makan makan. Selama makan siang Anita selalu duduk dekat saya dan ngobrol dengan saya saja. Teman teman yang lain sudah senyum senyum saja. Sore hari waktu yang lain pulang Anita masih tinggal dan ngobrol dengan saya, dia terus bilang mau mandi dulu, saya kasih anduk saya dan bilang saya engga punya anduk baru mau tidak pakai anduk saya saja, dia haya tersenyum sambil minta anduk saya, untuk baju saya kasih t shirt saya dan dia setuju saja untuk memakainya. Kita ngobrol ngalor ngidul mengenai diri kita, sekali kali tangan saya dipegang oleh Anita sambil tersenyum.

Hati sudah tidak karuan saja tapi saya tahan tahan karena teman teman serumah masih pada ada. Selesai makan malam, saya dan teman teman masuk kamar karena AC dikamar lebih dingin dibandingkan dengan ruang tamu, Anita ngikutin dan duduk ditempat tidur saya. Kita terlibat diskusi yang cukup menarik, saya tidak ingat persis apa yang dibicarakan tapi semua bersemangat.

Dari posisi duduk Anita akhirnya berbaring ditempat tidur saya dan saya menyender ke dinding. Capai menyender saya tiduran disebelah Anita dan memeluknya dari belakang, dia diam saja malahan tangan saya dipegangnya. Teman sekamar juga acuh saja. Karena mereka tidak berpikir sejauh itu. Saya sudah merasakan kontol saya agak mengeras karena nempel dipantat Anita, sebaliknya Anita malahan mendorong pantatnya kesaya jadi tambah saja kontol saya jadi lebih keras.

Satu persatu mulai ketiduran dan saya dan Anita juga merasa ngantuk, saya masih memeluk dia dari belakang, dan akhirnya lampu dimatiin oleh salah satu rekan, Anita masih tidur ditempat tidur saya. Punggung Anita mulai saya pijat pijat dan punduk dan lehernya saya cium pelan pelan, dia mengelinjang bulu tangan terasa berdiri waktu saya elus tangannya.

Anita mendesah desah dan menekan pantatnya kekontol saya. Sayangnya dia pakai celana pendek. Kalau dia pakai rok sudah saya singkapkan dan masukkan kontol saya. Anita menarik tangan saya dan jari tengah saya dimasukkan kedalam mulutnya dan diisap, isapannya sangat kuat dan terasa enak. Bisa dibayangkan kalau itu adalah kontol saya. Teman teman masih tertidur semua atau mungkin pura pura tertidur dan mendengarkan kita berdua.

Tangan saya menjalar kedalam tshirt nya dan menemukan teteknya Anita, pentuilnya sangat besar dan keras, saya gosok dengan telapak tangan saya, Anita bertambah mendesah dan menekan pantatnya lebih keras lagi. Tetek Anita sangat keras dan kenyal sekali, dibilang kecil tidak kecil dan dibilang besar juga tidak besar, telapak tangan saya tidak bisa memegang seluruhnya. Untuk meremasnya juga sulit sangking kenyalnya tetek Anita.

Celana saya sudah terasa basah oleh lendir, kontol saya terasa sakit terjepit didalam celana. Anita mengarahkan tangannya kekontol saya dan meremas remas kontol saya dari luar, rasanya pengen pecah saja tapi apa boleh buat harus saya tahan dulu. Tangan saya kemudian turun kememeknya dan meremas remas dari luar, hanya sejauh itu yang bisa kita lakukan dan akhirnya kita tertidur. Besoknya kita bangun pagi pagi dan langsung mandi, Anita minta saya anterin dia pulang kehotel karena mau ganti baju, wah kebetulan nih saya pasti bisa nerusin apa yang belum selesai.

Di hotel saya sudah engga tahan lagi begitu pintu kamar tertutup saya peluk Anita dan mencium bibirnya, dia membalas dengan hangat dan menjulurkan lidahnya untuk saya hisap, ludah kita sudah bercampur satu dan mengalir dari sudut bibir kita.

Saya mengisap bibir bawahnya yang cukup tebal dan seksi, sekali kali saya gigit pelan dan menjulurkan lidah saya kedalam mulutnya, Anita mengisap lidah saya dengan keras sampai terasa agak sakit karena teralu keras diisap oleh dia. Anita saya peluk dengan keras dan tangan saya memegang pantatnya yang montok, saya tarik dan tekan kekontol saya yang sudah keras sejak tadi malam.

Anita merenggangkan pahanya agar kontol saya bisa menyentuh memeknya. Anita tingginya sama dengan saya, jadi cewe ini terhitung tinggi juga, saya saja sudah kira kira 1.74 dan dengan posisi berdiri semua sepertinya pas sekali, saya tidak harus nunduk untuk menciumnya dan dia tidak usah berjinjit untuk mencium saya. Saya dorong Anita ketembok dan sambil mencium saya pegang memeknya dari luar, Anita masih memakai celana pendeknya dan saya masih dengan jeans saya, pentil teteknya terlihat keras dan mendorong t-shirt yang dipakainya, Anita ini anti BH, dia tidak perlu BH karena teteknya tidak turun walaupun cukup besar.

Tangan saya yang satu lagi saya pergunakan untuk meremas remas teteknya. Anita mengelinjang waktu teteknya saya remas, rupanya ini adalah weak spot dari Anita. Saya tarik t-shirtnya keatas dan langsung teteknya saya hisap dan jilat jilat. Kepalanya mulai bergoyang kekiri dan kanan, desahan Anita menjadi semakin keras, tangannya memegang belakang kepala saya sambil meremas remas rambut saya.

Ditekannya kepala saya keteteknya sampai saya sulit untuk bernafas.

Kakinya lebih terbuka memberi jalan untuk tangan saya lebih meremas memeknya. Tangannya turun kekontol saya dan meremas remas dari luar. Karena tidak tahan lagi, akhirnya swaya lepaskan t-shirt dan tetek Anita terlihat sangat seksi, besar tapi tidak turun, aerolanya lebar dengan warna coklat tua, pentilnya coklat kehitam hitaman dan sangat besar. Kedua duanya sudah berdiri. Kedua teteknya saya remas remas, aka menyender kedinding sambil mengerang ketika teteknya saya remas, gemas sekali saya melihat tetek Anita, pentilnya sangat menantang, saya hisap salah satu sambil tetap meremas.

Anita akhirnya mendorong saya sedikit dan ia merebahkan dirinya ketempat tidur, zipper celana jeans saya dibuka dan tangannya masuk kedalam celana dalam saya, Anita meremas kontol saya yang masih didalam celana dalam sambil menutup matanya, bibirnya merekah dan tersenyum. Seperti kena listrik kontol saya benar benar jadi sangat keras, dan basahnya tidak ketulungan. Saya belum keluar tapi celana dalam saya sudah basah sekali. Buru buru saya lepaskan celana jeans saya dan Anita tidak sedikitpun mlelepaskan pegangannya dari kontol saya. Remasannya sangat enak dan membuat saya mengerang.

Celana dalam saya diturunkan oleh Anita dan kontol saya langsung saja meloncat keluar dan terasa sangat lega, bayangkan saja dari tadi tegang dan tertekan oleh celana jeans dan cd saya. Kalau berdiri kontol saya kira kira 15 cm dengan diameter kira kira 5 cm kalau lagi keras. Kepala kontol saya terlihat menonjol karena disunat dan terlihat besar sekali dibandingkan batangnya.

Anita membuka bibirnya dan mulai memasukkan kontol saya sedikit dikit kemulutnya, mula mula dijilat lobang kontol saya dan kepala kontolnya dijilat berulang ulang. Jilatannya ini membiat saya merasa geli karena lidahnya yang kasar kena kulit kontol saya. Lendir terlihat menetes dari kontol saya dan oleh Anita dibersihkan dengan ujung lidahnya. Celana dalam saya dilepaskan oleh Anita dan saya masih dalam posisi berdiri sedangkan dia duduk ditempat tidur. Isapan Anita hampir membuat saya keluar dan rasanya sih sudah keluar sedikit tapi masih bisa saya tahan.

Anita kemudian melepaskan celana pendeknya dan celana dalam hitamnya dari bahan seperti jala terlihat sangat menantang, saya bisa melihat kalau Anita mempunyai jembut yang tebal sekali, diatas memeknya terlihat mengembung dan dari celana dalamnya keluar jembutnya sedikit.

Dibagian memeknya terlihat bercak basah. Anita membaringkan badanya dan saya tiduran disampingnya. dia mencium saya sambil meremas kontol saya. Tangan saya diarahkan kememeknya dengan menyingkapkan celana dalamnya. Lendir terasa membasahi memek Anita, jari saya mulai menjelajahi bibir memeknya mencari itilnya, bibir memek Anita sangat tebal dan itilnya terbungkus dengan rapih oleh bibirnya yang tebal itu. Saya tarik bibir memek yang menutupi itilnya dan merasakan bejolan besar dibawah sarung itilnya itu. Jempol dan telunjuk saya mulai memijat mijat itilnya dan sekali kali saya pencet agak keras.

Anita mengerang keras setiap kali saya pencet itilnya. Bibir memek Anita benar benar lebar, saya bisa menarik dengan panjang. Anita menurunkan dan melepaskan celana dalamnya dan menarik saya keatas, saya sebetulnya ingin menjilat memeknya tapi oleh Anita ditarik keatas. Dengan posisi diatas kontol saya pas didepan memek Anita, tangannya menggenggam kontol saya dan Anita mulai mengosok gosok kepala kontol saya kebibir memeknya. Saya membantu sambil melebarkan bibir memek dengan tangan satu, tangan saya yang satu lagi menopang badan saya yang berada diatas Anita. Suara basah dan ciplek terdengar waktu Anita memainkan kontol saya dimemeknya.

Saya mencium Anita dan mempermainkan lidah dan bibirnya. Anita masih saja memeramkan matanya dan senyum keenakan terlihat dimukanya. Saya berusaha untuk memasukkan kontol saya kememeknya tapi ditahan oleh Anita. Tangan saya dua duanya saya topangkan diatas agar saya bisa dengan sepenuh tenaga menekan kontol saya kememeknya. Waktu tangan saya naik keatas tercium bau amis yang sangat menyengat dari tangan saya. Rupanya memek Anita sangat bau dan itu sebabnya dia tidak ingin saya menjilat memeknya.

Ini adalah pertama kali saya mencium bau memek yang sangat menyengat, rasanya mau muntah tapi bagaimana, orang saya lagi menikmati tubuh Anita dan demikian juga Anita. Untung Anita masih memeramkan matanya kalau tidak dia bisa melihat mimik muka saya.

kontol saya terasa sangat geli karena digesek gesekan kebibir memeknya yang penuh dengan jembut. Saya tetap berusaha untuk memasukkan kontol saya kelobang memeknya tapi Anita dengan genggamnya yang kuat menahan kontol saya. Akhirnya Anita mengarahkan kontol saya kelobang memeknya. Tangan Anita yang satu ditempatkan dipantat saya dan dia menekan pantat saya agar saya mulai mendorong kontol saya ke dalam.

Saya kira saya dapat memasukkan kontol saya seluruhnya, tapi ternyata saya salah, Anita hanya memperbolehkan setengah dari kepala kontol saya masuk kelobang memeknya, inipun terasa agak sulit karena memeknya sangat sempit. Kadang kadang saya mencoba menganalisa besar kecilnya memek seorang dengan membandingkan dengan bibirnya, untuk satu ini analisa saya benar, Anita mempunyai bibir yang lebar dan ternyata lobang memeknya sangat sempit dan kecil, ini mungkin hanya kebetulan saja.

Setiap kali saya mencoba memasukkan kontol saya kedalam, Anita menahan dan menggelengkan kepalanya. Ini dilakukan untuk waktu yang cukup lama, Anita memasukkan sebatas setengah dari kepala kontol saya dan kemudian mengeluarkan sambil mengosok gosoknya keitil dan bibir memeknya. Dia benar benar mengetahui bagaimana mempergunakan dan menikmati kontol untuk kepuasaannya.

Lumayan lama dia menggosokkan keitilnya dan saya bisa melihat Anita menutup matanya dan tangan satunya mengusap ngusap punggung saya.

Saya sudah engga tahan untuk mendorong masuk seluruhnya. Tapi Anita selalu menahan dan tidak mengijinkan saya untuk memasukkan seluruhnya. Tetek Anita saya hisap dengan keras dan pentilnya saya gigit pelan pelan. Rupanya Anita menyenangi hal ini.

Melihat saya tidak tahan lagi, Anita memasukkan kontol saya lebih dalam lagi tapi masih belum seluruhnya, hanya setengah saja. Memek Anita terasa sangat sempit dan kecil. Kepala kontol saya agak sulit untuk masuk dan terasa dijepit dengan kuat kuat oleh bibir memek Anita. Memeknya sangat basah, mungkin cairan dari kontol saya.

Anita masih memegang kontol saya dengan sebelah tangan, kayanya dia mencoba untuk menahan agar kontol saya tidak masuk seluruhnya. Karena sudah tidak tahan lagi saya menekan kuat kuat kontol saya kedalam memek Anita, tapi ternyata tidak semudah apa yang saya bayangkan. Anita menahan sambil menurunkan pantatnya jadi agak sulit buat saya untuk menusuk lebih dalam lagi.

Saya kemudian memutar badan dan sekarang Anita berada diatas dan kontol saya masih didalam memeknya sambil dipegang oleh tangannya. Dengan posisi ini maka saya lebih leluasa untuk memegang dan mengisap pentilnya. Tetek Anita terlihat sangat seksi dan menggantung dengan baik didadanya. Tidak terlihat turun, tetek Anita sangat kenyal dan keras.

Dengan posisi diatas, Anita lebih leluasa mengkontrol gerakannya dan sedalam apa dia ingin kontol saya masuk. Irama nafasnya terlihat bertambah cepat dan gerakan naik turunnya juga bertambah cepat. Waktu Anita hampir orgasme, dia melepaskan pegangannya dan sekali sorong memeknya ditekankan kekontol saya, tekanan kekontol saya terasa sangat kuat karena sempitnya lobang memek Anita. Gerakan selakigus ini terasa sangat nikmat dan geli, memek Anita terasa sangat ketat dan sempit.

Walaupun kontol saya tidak besar sekali tapi didalam memeknya menjadi terasa sangat besar. Beberapa kali naik turun akhirnya Anita mencapai orgasmenya dan ributnya dia, sambil mengerang dia menyebut nama saya dan meremas dada saya dengan kuat, kepalanya digoyangkan kekiri dan kanan, pahanya menjepit paha saya dan memeknya ditekan keras keras sambil digoyang kekiri kekanan sepertinya mau mencoba memasukkan kontol saya lebih dalam lagi. kontol saya terasa menyentuh didinding dalamnya dan bisa kerasa diperutnya.

Orgasme Anita cukup lama dan memeknya terasa lebih sempit dan keras, tegang sekali bibir memeknya. kontol saya terasa sakit karena dijepit oleh memeknya. Jepitan Anita membuat kontol saya mengeluarkan peju tanpa bisa saya kontrol lebih jauh lagi. Seluruh peju saya keluar didalam dan ini membuat Anita mengelinjang dan berteriak lebih keras. Saya takut kalau kalau orang diluar bisa mendengar.

Tapi Anita biasa biasa saja. Waktu orgasmenya sudah selesai, Anita menciumi bibir dan muka saya sambil ngucapin terima kasih. Padahal saya juga menikmati memeknya. Anita menjatuhkan badannya kebadan saya sambil tetap memeluk dan membiarkan kontol saya didalam memeknya. Kita berdua akhirnya tertidur beberapa menit sangking capainya. Selang beberapa waktu saya merasakan Anita mengecil dan melonggarkan memeknya seakan akan memjiat mijat kontol saya dan ulah dia membuat kontol saya kembali bangun, kontol dan memek kita terasa sangat basah karena peju dan cairan memeknya.

Bau peju dan memeknya bercampur menjadi satu. Tapi ternyata itu membuat Anita terangsang lagi, lebih lebih mendengar suara becek waktu dia mengeluarkan dan memasukkan kontol saya kememeknya.

Ronde ini lebih panjang karena kita sudah keluar tapi tetap hot seperti ronde pertama. Bau memek Anita sudah tidak menyengat seperti tadi lagi, bagian kontol, memek dan paha kita sangat basah oleh keringat dan peju. Saya bisa merasakan belahan pantat saya basah sekali dan peliket, Anita acuh saja dan kita berdua tidak berniat untuk membersihkan dulu.

Anita merebahkan badannya disamping saya dan minta saya untuk berada diatas dia. Tanpa melepaskan kontol dari lobang memeknya saya memutar dan berada diatas Anita. Kasur terlihat basah dan becek tapi Anita diam saja. Dengan posisi diatas saya dapat melihat memek Anita dengan jelas, Kalau tadi saya tidak sempat memperhatikan memeknya, sekarang saya dengan leluasa memandang memek Anita. Jembutnya sangat tebal tapi sangat rapi, dia rupanya benar benar memelihara jembut dan dicukur dengan rapi. Masih terlihat tebal dan banyak tapi tidak menjalar ke selangkangannya. Kaki Anita saya angkat dan letakkan diatas pundak saya, posisi ini membuat memek Anita terlihat merekah dengan kontol saya didalamnya.

Cairan peju terlihat setiap kali saya tarik kontol saya keluar dan semua berkumpul dibibir memeknya. Saya sangat suka melihat memek yang ada pejunya ini buat saya sangat seksi, sekarang ini kalau istri saya ngentot dengan cowo lain, saya selalu minta dia untuk tidak mencuci memeknya karena saya mau lihat peju cowo itu mengalir keluar dari memeknya. Dan ini selalu dilakukan oleh istri saya setiap kali dia ngentot dengan cowo lain.

Anita menarik kakinya dan memeluk kakinya kedadanya, saya menjadi lebih leluasa dengan pandangan saya kememek Anita. Dengan bertumpu pada satu lutut saya mulai menusuk memek Anita, walaupun sudah basah tapi memek Anita sangat sempit. Hal yang sangat menarik bagi saya, bibir memek Anita sangat tebal sampai sampai saya dapat menarik kesamping, juga yang menutupi itilnya terlihat sangat tebal dan dalam.

Tapi lobang memeknya sangat sempit. Itil Anita masih bersembunyi dibalik tudungnya dan dengan mudah saya menarik tudungnya sampai itilnya terlihat meyembul keluar, lagi lagi itil Anita sangat besar, berbentuk seperti kepala kontol tapi dalam ukuran yang lebih kecil dan berwarna putih kecoklat coklatan. Rasanya ingin saya menjilat dan mengulumnya tapi ingat akan baunya niat ini saya urungkan. Setiap saya memasukkan kontol saya kememeknya terlihat bibirnya tertarik kedalam ikut masuk kelobang memeknya, ini yang mungkin membikin memeknya menjadi sangat sempit. Waktu saya cabut keluar, bibirnya ikut tertarik keluar dan merekah. Berulang ulang saya lakukan sambil menikmati pandangan yang mengasyikkan ini.

Anita terlihat mulai mengoyangkan pantatnya walaupun tidak mudah karena ia masih merangkul kedua kakinya. Setiap kali saya tekan Anita terlihat mengerang dan saya dengan bebas dapat measukkan seluruh kontol saya kedalam lobangnya. Saya hanya bisa lihat jembut saya nempel dengan jembutnya dan batang kontol saya benar benar ditelan oleh memek Anita. Rasa geli mulai terasa dikontol saya dan nafas Anita terlihat mulai cepat. Tanganya dilepaskan dan kakinya dilingkarkan kepinggang saya, tangannya merangkul pundak saya dan dia mencium saya sambil meyodorkan lidahnya.

Kita benar benar menikmati goyang ini dan akhirnya kaki Anita dilepas dan dia melebarkan pahanya lebar lebar sambil mendorong keatas mengikuti tekanan dari saya. Nafas kita mulai bertambah cepat dan cepat dan akhirnya kita berdua melepaskan ciuman untuk ambil nafas. Anita terus bilang kalau dia hampir keluar dan minta saya utuk keluar bareng lagi, dia bilang kontol saya terasa sangat besar dan enak, sambil ngomong dia kemudian berteriak keras sekali menyebut nama saya dan badannya bergetar seakan akan dia kena penyakit ayan.

Matanya merem melek dan dia bilang kalau dia keluar, memeknya seperti pertama kali menjadi sangat sempit dan kecil dan benar benar meremas kontol saya, pantatnya bergoyang dengan keras seakan akan meremas kontol saya luar dalam. Saya tidak dapat bertahan lama dan peju saya keluar dengan cepat dan mudah. Orgasme ini lebih enak dibandingkan dengan yang pertama karena kontol saya terasa bebas hanya ada remasan memeknya saja. Saya merasakan muncratan yang banyak sekali dan lama sekali, remasan memeknya benar benar sangat enak dan Anita mengerang keras lagi sambil bilang saya keluar lagi dan ini benar benar panjang dan lama.

Setelah kita mencapai orgasme kedua, Anita melepaskan kontol saya dan langsung saya kekamar mandi untuk membersihkan kontol saya. Anita masih tiduran dikamar dan begitu masuk kamar mandi saya tutup pintu dan ampun baunya masih sangat kuat rasanya mau muntah saja waktu itu. Saya mencuci berulang ulang agar bau memeknya bisa hilang. dan memang bisa hilang. saya terusin saja mandi sekalian. Ini pertama kali saya merasakan memek yang sangat ketat tapi juga sangat bau.

Waktu saya selesai Anita gantian mandi dan setelah itu kita pergi makan siang. Lumayan lama kita bercinta dikamar Anita.

Pengalaman saya dengan Anita tidak berhenti disitu walaupun memeknya sangat bau itu tidak menghentikan saya dan Anita untuk terus bercinta, kadang kadang kita main dikamar saya dan kadang kadang dikamar Anita. Ini berjalan terus sampai Anita selesai pendidikan selama dua bulan. Waktu Anita selesai pendidikan dia harus pindah dari hotel dan mencari flat sendiri. Saya dan salah satu rekan akhirnya bergabung dengan Anita menyewa flat dua kamar.
Saya sekamar dengan teman laki dan Anita dikamar sendiri, tapi secara praktis saya selalu tidur dikamar Anita.

Dan teman saya juga tidak berkeberatan karena dia juga dekat dengan Anita dia ini agak kebanci bancian. Karena tau rekan satu ini rada bences, Anita selalu hanya memakai celana dalam dan T shirt dirumah, celana dalam yang sering dipakai oleh Anita adalah celana dalam katun warna putih dan tipis, ini membuat jembutnya terlihat dengan samar samar dari luar.. Ini membuat saya selalu horny dan ingin ngentot dengannya. Libido Anita ternyata sangat besar dan satu orang saya rasa tidak cukup buat Anita.

Dia juga punya teman bule dan sering dia tidur dirumah mereka dan baru pulang pagi atau malam sekali. Biasanya saya sudah tidur dikamar Anita dan dia selalu masuk pelan pelan dan masuk keselimut disamping saya tanpa celana dalam dan baju. Ini selalu dia lakukan kalau dia pulang dari rumah temannya. Saya selalau dirangsang dan Anita selalu mengisap kontol saya untuk bikin kontol saya menjadi keras. Setiap kali kita bercinta Anita selalu keluar duluan dan selalu dia nanya apa saya sudah keluar atau belum, padahal tanpa nanyapun Anita pasti tau kalau saya belum keluar. Sering Anita turun dan mengisap kontol saya yang penuh dengan cairan memeknya.

Yang menarik memek Anita tidak sebau seperti dulu, sekarang saya bisa tahan dengan baunya dan sering juga tidak bau sama sekali dan kalau memeknya tidak bau sudah pasti saya menjilat dan menghisap memek dan itilnya. Anita paling senang kalau itilnya diisap oleh saya. Anita mempunyai itil yang lumayan besar dan bibir memek yang tebal dan lebar sangat berbeda dengan kecilnya lobang memeknya., tebalnya bibir memek Anita membuat saya lebih sering menjilat dan menghisap memeknya.

Posisi yang paling dia sukai adalah dibawah dan saya diatas, teriakan Anita masih terus berlangsung kalau dia orgasme dan biasanya saya selalu menutup mulutnya dengan ciuman atau dia mengigit bahu saya, bekas gigitan Anita banyak sekali dibahu saya, ini selalu kita lakukan kalau rekan yang satu lagi sedang dirumah. Kalau dia tidak ada maka dengan bebas Anita berteriak dan menjerit waktu dia mencapai orgasme.

Saya sharing flat dengan Anita untuk beberapa tahun sampai dia akhirnya nikah dan kebiasaan kita ngentot tetap berlangsung walaupun kita berdua telah nikah dengan orang lain. Hubungan antara Anita dan saya benar benar hanya untuk seks dan kita benar benar menikmati hubungan ini. Setiap ada kesempatan selalu kita pergunakan untuk bercinta.

Hubungan ini akhirnya harus berhenti karena saya pulang ke Indonesia dan Anita pindah mengikuti suaminya dan sampai saat ini kita tidak pernah berhubungan sama sekali. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Kerasnya Desahan Anita Saat Orgasme appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Mbak Mirna Yang Menggairahkan

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Mbak Mirna Yang Menggairahkan – Namaku Bagus, 28 tahun, kisah ini terjadi 3 tahun lalu ketika aku memulai karir baru sebagai auditor di PTPN IV di kawasan perkebunan Teh di Jawa Barat.

 

 

cerita-sex-mbak-mirna-yang-menggairahkan

Cerita Sex: Mbak Mirna Yang Menggairahkan

 

Aku tinggal seorang diri di rumah dinas kecil dan asri semi permanen di sekitar kebun. Untuk keperluan bersih-bersih rumah dan mencuci pakaian aku mempekerjakan seorang pembantu harian, mbak Mirna.

Wanita ini berusiar 44 tahun, hitam manis, tinggi skitar 160 dan tubuhnya sedikit gempal. Mbak Mirna berasal dari Solo, dia menikah dan ikut suami yang bekerja di perkebunan ini. 5 tahun yg lalu suaminya wafat dan meninggalkan seorang balita perempuan berumur 5 tahun. Mbak Mirna mengontrak rumah kecil di desa sekitar perkebunan bersama ibu mertuanya yg sdh tua.

5 bulan mbak Mirna melayani keperluanku dengan baik, meski agak pendiam dan memang kami jarang bertemu kecuali di akhir pekan. Gaji yang aku berikan sebenarnya diatas pasaran, tetapi mungkin karena besarnya kebutuhan beliau sesekali meminjam uang dariku. Belakangan mbak Mirna meminjam uang lebih besar dari biasanya, setelah aku tanya dengan detail akhirnya dia mengakui telah terjebak rentenir akibat kebiasanya membeli togel dan arisan.

Cerita Sex | Tidak mengherankan, hanya beberapa bulan berlalu mbak Mirna telah meminjam uangku lebih dari 2 jt, dan pada usahanya meminjam terakhir aku menolaknya dengan halus.

Pagi itu dia sangat bingung dan panik, dengan meneteskan air mata beliau mencoba terus memohon utk memberinya pinjaman sekitar 1,5 jt utk menutupi tuntutan hutang dari bandar judi togel di desa.
Aku kembali menolak dengan tegas, dan mbak Mirna terus terisak.

Aku memperhatikan wanita paruh baya ini dgn seksama, wajahnya seperti kbanyakan wanita jawa pada umumnya,tdk cantik tp aku akui masih terlihat lebih muda dari umurnya. Dan sebenarnya selama ini juga aku sesekali melirik tubuh bawahnya yg msh kencang dan bahenol walau pikiran kotorku tdk melangkah lebih jauh.

Semalam, aku dan beberapa temanku sempat iseng nonton film blue sambil makan sate kambing dari warung makan Pak Kirun di ujung desa dan minum beberapa botol anker bir.
Pagi itu terasa akumulasinya. Kesadaranku belum begitu pulih.

Aku mencoba menepis pikiran itu, bagaimanapun itu bukan diriku yang sebenarnya. Mbak Mirna juga jauh dari tipe wanita yg aku inginkan. Terlebih aku takut dengan akibat yg bisa saja terjadi. Bagaimana kalau dikemudian hari kenekatanku akan berbalik menjadi bencana utk diriku dan karir.

Pikiranku masih silih berganti antara pertimbangan kotor dan waras. Mbak Mirna masih duduk bersimpuh di depanku sambil melelehkan air mata. Ruangan menjadi sunyi. Well, aku tidak mungkin tega menolak permohonanya, tapi setidaknya dia harus belajar utk berfikir panjang.
“Jangan duduk di lantai mbak, dikursi aja, saya jadi gak enak” aku memulai bicara.
“Nggih Den..”

Dia bangkit untuk berdiri,bagian bawah pada daster lusuh itu sedikit tersingkap ketika dia berdiri, ada bagian yg tidak sengaja menyangkut pada tonjolan kepala peniti pada kancing terbawahnya,sebagian pahanya yang besar dan lututnya terkuak dihadapanku beberapa detik. Buru2 dia menariknya kebawah begitu tersadar. Pikiranku kembali kacau.

“Hmm…bingung saya mbak..”Jawabku, kepalaku masih terasa pusing hasil minum2 semalam, aku menekan sisi kiri kepalaku.
“Kenapa den, pusing?” Tanya mbak Mirna.
“Iyah, semalem begadang sm temen2..” Jawabku.
“Mbak ambilin aer putih sebentar..”Serunya sambil segera berlalu ke dapur.

Sekelebat aku masih sempat melihatnya melangkah pelan, setan makin kuat mempermainkan pikiranku. Bongkahan pantat itu bergoyang2 dibalik daster, mungkin pakaian dalamnya sdh sempit, dan bayangan tentang pahanya yg td sempat terlihat itu makin menggangguku.

“Makasih mbak” ujarku ketika menerima segelas air putih dan meminumnya perlahan.

Mbak Mirna masih berdiri di depanku, menungguku selesai minum. Aku menyumpahinya dalam hati, melihat tubuhnya lebih dekat seperti itu pikiranku makin terpuruk.

“Duduk aja mbak, santai aja, kita bicarain dengan tenang ” ujarku.
“Iya den..” Jawabnya pelan.
“Gak kebanyakan mbak mo minjem segitu?, terus terang saya keberatan, kayaknya yg kemaren2 sudah cukup..” Ujarku memulai kembali pembicaraan.
“Sebenernya utangnya sejuta tuju ratus den, tapi mbak nambain pake simpenan dirumah, tolong banget den, mbak sebenernya malu banget tp kepaksa..”Jawabnya dengan suara lirih.

“Waduh..”Jawabku terputus.

Aku kembali terdiam, kepalaku masih terasa pusing. Aku menatap pemandangan luar dari jendela. Sebenarnya tidak jadi soal utk soal jumlah uangnya, cuma sisi gelapku masih mencoba meyakinkanku utk mengambil kesempatan.

Mbak Mirna menatap ke lantai, pikiranya masih kalut. Dia menanti jawabanku dengan putus asa. Aku akhirnya menyerah, biarlah, ini utk terakhir aku membantunya, dan berharap dia segera pulang agar sesuatu yg terburuk tidak terjadi pagi ini.

“Okay mbak, sebenarnya ini berat buat saya..” Ujarku.
“Mbak rela ngelakuin apa aja den supaya den percaya mbak mau balikin uangnya..”Sergahnya.
“Apa aja..” Waduh, kata2 itu sangat menggelitik benakku. Perempuan bodoh, seruku dalam hati.
“Ngelakuin apa aja maksudnya apa nih mbak..”Tanyaku sambil tersenyum.
“Apa aja yg den Bagus minta mbak kerjain ..”Jawabnya lugu.
“Selain urusan rumah memang apa lagi yg bisa mbak kasih ke saya?” Kalimatku mulai menjebak.
“Hehe..apa aja den..” Jawabnya sambil tersipu.
“Mbak..mbak..hati2 klo ngomong..”Aku menghela nafas menahan gejolak batin.
“Maksudnya apa den..”Tanyanya heran.
“Saya ini laki2 mbak, nanti kalo saya minta macem2 gimana..”Lanjutku mulai berani.
“Mbak gak paham den..” Wajahnya masih bingung.
“Yaa gak usah bingung, katanya mau ngelakuin apa aja..”Godaku.
“Yaa sebut aja den, nanti mbak usahain kalo memang agak berat dikerjain..”Jawabnya.
“Walah..mbak..mbak..yaa sudah saya ambil uangnya sebentar, tapi janji yah dikembaliin secepatnya”aku berusaha menyudahi percakapan ini.
“Makasih den..makasih banget..”Jawabnya lega.
“Tapi emangnya den Bagus tadi mau ngomong apa,mungkin mbak bisa bantu?”Lanjutnya.

Aku yg tengah berjalan menuju kamar terhenti, kali ini pikiranku sudah tidak terkontrol lagi, kalimat itu seperti akan meledak keluar dari mulutku.

Aku membalikan badan, menatapnya dengan seringai aneh.

“Mbak yakin mau nurutin apa aja kemauan saya?”Sergahku.
“Iya den, ngomong aja..”Jawabnya.

Dasar perempuan bodoh ujarku dalam hati.

” Saya kepengen mbak masuk ke kamar saya..”Kalimat selanjutnya seperti tercekat ditenggorokan.
“Terus Den?” Tanyanya penasaran.
” Mbak temenin saya tidur..”Ucapanku serasa melayang diudara, jantungku berdegup kencang.

Wajahnya sontak kaget dan bingung. Aku tau dia pasti akan bereaksi seperti itu, tapi salahnya sendiri. Aku sudah berusaha keras utk menahan diriku utk tidak berniat aneh pada dirinya tapi kesadaranku belum penuh utk melawan kegilaan ini.

“Maksudnya..maksudnya apa den..mbak kok jadi takut..”Wajahnya mulai memucat.
“Iya temenin saya di ranjang, saya lagi kepengen gituan dengan perempuan sekarang..”Jawabku, aku tau mukaku memerah.
“Mmm…tapi..tapi itu kan gak mungkin den..”Ujarnya dengan suara pelan.
“Mungkin aja kalo itu syaratnya mbak mau pinjem uang..”Jawabku .

Ruangan kembali sunyi, mbak Mirna tertunduk, menggenggam kedua tanganya dengan gelisah. Ada rasa sesal telah mengucapkan kalimat tadi, tapi sudah terlanjur. Aku sudah tidak mungkin menariknya, sekarang biar sisi gelapku yg bertindak.

“Gimana mbak?” Tanyaku sambil kembali duduk dikursiku.
“Tapi itu gak mungkin Den..gak mungkin..mbak bukan perempuan kaya gitu..” Jawabnya, suaranya kembali lirih.
“Hhhh…” Aku menghela nafas berat.

Mbak Mirna wajahnya kembali muram, matanya menatap ke luar pintu, kosong, sperti berpikir keras.

“Mbak gak nyangka kok aden bisa2nya minta yang kaya gitu..mbak ini sdh tua..gak pantes ..”

Aku diam beberapa saat. Ada rasa amarah tanpa alasan bermain dipikiranku.

“Itulah laki2 mbak..” Hanya itu kalimat yg bisa meluncur dari mulutku.

Dia mungkin menyesal telah mengucap kata2 yg tadi memancing kenekatanku. Tapi situasinya sudah terjepit, wanita lain mungkin akan menghardiku dan segera pergi menjauh, sementara mbak Mirna tidak punya pilihan lain.

“Sekarang terserah mbak, saya tetep kasih uang yg mbak minta, kalo mbak mau menuhin kemauan saya okay, gak juga silahkan..”Jawabku pelan sambil melangkah ke kamar.

Aku kembali ke ruang tamu dengan sejumlah uang ditangan. Aku meletakanya pelan di atas meja kecil di depannya. Wajahnya masih terlihat tegang, dia hanya melirik sebentar ke arah meja kemudian kembali tenggelam dalam pikiranya.

Kami kembali sama-sama membisu. Sesekali aku menatapnya, dia menyadari tengah diperhatikan olehku.

“Den…apa aden yakin …?” Tiba2 dia berucap.
“Sebetulnya saya gak tega mbak, tapi entahlah..itu yg ada dalam otak saya sekarang..terserah mbak de..”Jawabku dengan tenang.

Matanya berkaca2 menatap langit2 ruangan, perasaanya pasti tertekan. Dia kembali terdiam.

“Hmmmm…baiklah Den..mbak gak tau lagi mo ngomong apa, atau harus kaya mana sekarang..kalo itu maunya aden..terserahlah..jujur aja mbak teh takut banget..mbak bukan prempuan gitu den..mbak memang janda..tapi bukan..”
“Sudahlah mbak, klo memang bersedia, skarang saya tunggu di kamar, kalo keberatan, silahkan ambil uangnya dan segera pulang..”Ujarku tegas, kemudian aku bangkit berdiri dan melangkah ke kamar.

Aku membaringkan tubuhku di kasur, trus terang aku pun dilanda ketakutan.Aku tengah dilanda gairah, tapi was2 dengan kemungkinan buruk yg bisa saja terjadi.

Butuh beberapa menit menunggu, pintu kamarku yg memang tidak terkunci perlahan2 bergerak terbuka. Mbak Mirna melangkah masuk sambil tertunduk, terlihat sangat kikuk.

Dia berdiri menatapku di samping ranjang, tatapanya penuh arti. Well, kalo saja aku tidak terlanjur berpikiran mesum mungkin aku segera berlari keluar kamar, aku merasakan takut yg sama seperti yg dirasa mbak Mirna.

Tapi aku berusaha tenang, aku bangkit dan duduk di pinggir kasur.

“Mbak yakin mau ngelakuin ini”?tanyaku.
“Hhh..sekarang smuanya terserah aden aja..”Jawabnya pasrah.

Aku menatapnya lekat2, pandanganku menelusuri seluruh tubuhnya, seperti ingin menelannya hidup2.
Tangan kananku meraih jemari kiri tanganya. Aku memegangnya pelan, jemari itu terasa dingin dan gemetar.

Memang sudah harus kejadianya seperti ini, apa lagi yg aku tunggu ujarku dalam hati. Makin cepat makin baik, setan itu membisiki bertubi2.

Aku menarik tangan itu agar tubuhnya mendekat. Niatku sebelumnya ingin memeluknya terlebih dahulu, tapi nafsuku sudah tidak tertahankan. Aku segera meneruskan dorongan tubuhnya yg limbung terhempas ke atas kasur.

Begitu dia terhenyak di sampingku, aku langsung menerkamnya, menghimpitnya dibawah tubuhku dan ciumanku langsung mendarat dibibirnya.

Aku tidak memberikanya waktu utk berpikir, aku melumat2 bibirnya, menciumi dengan kasar lehernya dan trus bergerak menjelajahi bagian dadanya.

Nafasnya tersengal, wajah itu masih terkaget2 dengan apa yg sedang aku lakukan. Jemariku segera beraksi, aku menjamah bongkahan pahanya dibawahku, daster itu telah tersingkap ke atas.

Aku seperti kesetanan menciumi pahanya yg besar, mengecup berkali2 selangkanganya dan jemari tanganku yg lain langsung meremas buah dadanya. Gerakanku cepat terburu nafsu.

Sebentar saja seluruh tubuhnya telah ku jamah. Aku masih menciuminya membabi buta. Tak lama kemudian aku bergerak cepat membuka lepas pakaianya.

“Den..jangan den..sudaah..” Serunya ketika aku kembali menciuminya,hanya hanya bra dan celana dalamnya yg tersisa menutupi tubuhnya. Seraya kedua tanganya berusaha mendorong tubuhku.

Aku tidak memperdulikan perlawananya. Aku menduduki perutnya sambil kedua tanganku bergerak melepas bajuku.

Nafasku memburu, yg keluar dari mulutku hanyalah desahan penuh nafsu angkara murka. Wanita ini makin ketakutan melihatku.

Kemudian aku bangkit berdiri di atasnya. Kedua tanganku bergerak cepat melepas celana pendek dan celana dalamku. Mbak Mirna menangis.

Aku tidak perduli lagi, kejantananku telah berdiri mengacung di atasnya, mbak Mirna makin panik melihatku. Jemariku bergerak2 mengocok2 cepat batang penisku sehingga semakin keras berdiri, matanya terpejam basah.

“Den..sudahlah den…jangan..sudahlah..mbak gak jadi pinjem uang..sudaaah..”Jeritnya ketika aku kembali menduduki perutnya. Dia berusaha meronta tapi kedua tanganku dengan kuat menahan tanganya pada kedua sisi bantal.
“Sudah telat mbak” Suaraku bergetar menghardiknya.

Aku memaksa kedua paha sekel itu terbuka, dia masih berusaha menutupnya rapat. Kami bergumul beberapa saat, begitu ada celah aku segera menekan kuat selangkanganku di dalam jepitan pinggul mbak Mirna.

Dengan gerakan kasar aku menarik ke samping paha kirinya. Tanganku langsung bergerak menuntun penisku ke arah vaginanya.

Aku sempat salah memposisikanya, dorongan penisku menggesek keluar di atas permukaan kemaluanya. Pada percobaan kedua kepala penis itu langsung menusuk masuk.

Mbak Mirna menjerit terperikan oleh rasa sakit..Wajahnya meringis,matanya menyipit menahan perih diselangkanganya. Dia sangat terkejut ketika benda itu menerobos masuk.

“Ahhh…shhh…oohhh..” Desahku,terasa nikmat menjalar melalui kejantananku hingga naik ke otak, aku seperti terbakar.

Melihat kemaluan mbak Mirna yg berbulu lebat membuatku makin bernafsu. Tubuh kami masih terdiam kaku beberapa saat.

Aku sedikit menarik penisku dan menusuknya kembali di dalam, mbak Mirna kembali tersedak,urat lehernya menegang, matanya menatap ke arah selangkangan, lelehan air mata itu masih mengalir dipipinya.

Aku kembali mengulanginya, kali ini aku mendorongnya lebih keras. Mbak Mirna makin menjadi tangisnya.

“Ouhh..huuhuu..huhuu..deen..sudah denn…sudaaah..” Rintihnya sambil memegang bahuku keras.

….Selanjutnya aku lupa diri, aku meliuk2 menyodok selangkanganya. Penuh tenaga, makin lama makin cepat gerakanku. Bunyi derit ranjang kayu itu menambah seru suasana.

Wanita ini memiliki tubuh yg cukup menawan. Meski sudah berumur tapi kulitnya masih kencang, bokongnya tebal dan bahenol. Pahanya yg besar itu mulus meski tidak putih, melingkari pinggulku.

Aku beringas menghempas2 tubuhnya di bawahku. Mbak Mirna telah berhenti menangis, matanya terpejam, hanya terdengar suara nafasnya yg terputus2, buah dadanya bergoyang2 mengikuti gerakanku. Wanita ini sudah pasrah dengan apa yg tengah terjadi.

Bahkan ketika aku merubah posisi, mengangkat kedua pahanya ke atas, menahanya tergantung di udara dengan kedua lenganku,kembali penisku terbenam,mbak Mirna hanya diam. Hujamanku makin bebas dan dalam menjajah vaginanya yg terkuak lebar.

“.. Plok..plok..plok..” Suara gesekan selangkangan itu terdengar jelas ditelingaku.

Kemaluan mbak Mirna yg basah makin menghangatkan batang penisku di dalam. Sesaat lagi aku sudah tidak kuat menahan desakan, aku seperti kesetanan menggenjotnya. Mbak Mirna seperti mengerti apa yg akan segera terjadi.

“Den..tolong.. jgn keluarin di dalem den..tolongg…” Serunya memohon dengan suara gemetar.

Aku tidak menjawab, aku tengah fokus ingin menuntaskan aksiku. Sedikit lagi akan sampai.

Mbak Mirna memekik menyebut namaku saat tusukanku tiba2 berhenti, tubuhku tengah meregang.

“Deenn..cabut deen…” Serunya panik sambil menekan perutku ke belakang.

Aliran sperma itu bergerak naik mendekati pangkal penisku, jemariku telah kuat mencengkram sprei. Beruntung aku masih sempat menarik batang penisku keluar dan tepat sedetik kemudian semprotan pertamanya melompat keluar.

“Ahhhhh…sshhhhhh…mbaaak…aduuhhhh…..” Jeritku panik.

Belasan kali cairan hangat itu menghantam sebagian perut mbak Mirna. Aku terpapar kenikmatan luar biasa, mataku terpejam beberapa saat hingga akhirnya semuanya usai.

Mbak Mirna melihat proses akhir tadi dengan seksama, dia memperhatikan wajahku yg meregang, matanya was2 melihat penisku memuntahkan cairan kental itu membaluri perutnya.

“Sudah den..sudah puas ?” Ujarnya beberapa saat ketika aku masih tersengal diam di atasnya, air mata itu kembali mengalir dari pinggir pipinya.Kalimat itu serasa menamparku.

Rasa penyesalan perlahan2 merayap . My gosh, aku baru saja menodai perempuan ini. Bagaimana mungkin hingga aku bisa sebejat itu.

“Maafin saya mbak..saya bener2 khilaf..” Jawabku bingung.

Aku beringsut mundur, memungut seluruh pakaianku, melangkah ke kamar dan meninggalkanya terbaring di ranjang.

Aku melepas kekalutan pikiranku dengan menghisap sebatang rokok di ruang tamu. Mudah2an mbak Mirna tidak memperkarakanku, menganggapnya selesai hanya di sini. Aku menepuk2 keningku menyesali kebodohanku.

Mbak Mirna keluar kamar beberapa menit kemudian. Matanya sembab, dia duduk di kursi di sampingku, tanpa bicara. Suasana hening, aku tidak berani menatapnya atau memulai pembicaraan.

“Ini uangnya saya ambil den, nanti diusahain dikembaliin kok..” Ujarnya pelan, suaranya berat,hidungnya seperti tersumbat cairan.
“Iya mbak, gak usah dipikirin soal kembalianya..dan..maaf soal yg tadi..”Jawabku tanpa menoleh kepadanya.
“Gak papa den..gak papa..”Jawabnya, tangisnya kembali pecah sedetik kemudian, bahunya terguncang2, aku hanya bisa terdiam.
“Sekali lagi maaf mbak..”

Dia mengangguk pelan sambil menunduk,tetes2 air mata itu masih berjatuhan dipangkuanya. Aku meraih uang itu, melipatnya,kemudian memasukanya ke dalam kantung dasternya.

Jemariku menyentuh pangkal tangannya, menepuknya pelan kemudian tanpa bicara aku melangkah masuk ke kamar sambil menutup pintu. Aku tidak sanggup lagi melihat wanita itu menangis. Aku terbaring,penat terasa, pinggangku nyeri.

Aku melihat Jam di dinding, pukul 2 siang, aku mungkin telah tertidur lebih dari 2 jam. Perutku sangat lapar, aku melangkah keluar kamar. Mbak Mirna mungkin telah lama pulang. Aku kembali didera pikiran buruk. Dendamkah dia padaku, bisa saja tiba2 orang sekampung muncul mendatangiku dengan tuduhan cabul atas laporan darinya. Hhhh..sudah terjadi, yg nanti urusan nanti.

Aku pergi kerja agak telat keesokan harinya, aku sengaja menunggu mbak Mirna datang, memastikan bahwa kekawatiranku tidak terjadi. Jam 8 mbak Mirna tiba, perasaanku tidak karuan ketika dia membuka pintu depan.

“Loh belum kerja den?” Tanyanya, wajah itu terlihat datar, malah ada senyuman kecil menghias bibirnya.
“Ini dah mau jalan mbak, sengaja nunggu mbak dateng..”Jawabku berusaha tenang.
“Hehe..kenapa, takut saya gak bakal dateng lagi ya?” Tertawanya membuatku lega.
“Iya mbak..takut aja, …mm..”
“Mm.. Apa den..?” Lanjutnya sambil masih berdiri di depanku.
“Maaf yg kmaren mbak…”Jawabku.
“…..ya ndak papa den…mmm..yo wis..lupain aja..” Serunya, dia melangkah ke dapur tanpa menunggu reaksiku selanjutnya.

Yah sudahlah, yg jelas tidak akan ada masalah, dia sudah menerima perlakuanku kemarin. Aku segera berlalu menuju kantor.

Hari2 selanjutnya berlangsung normal, kami hanya bertemu di akhir pekan, tidak ada bahasan lagi soal peristiwa itu. Mbak Mirna tetap melakukan pekerjaanya dengan baik. Kami hanya sesekali mengobrol basa basi.

Satu bulan berlalu, aku mulai melupakan peristiwa itu. Kerjaanku makin banyak mendekati akhir tahun. Aku juga makin sering menghabiskan waktu di luar bersama teman2 di akhir pekan.

Hingga pada suatu pagi di hari sabtu aku terbangun dan terjebak dalam lamunan tentang mbak Mirna. Malam itu aku mimpi erotis, dengan mbak Mirna, cairan sperma itu sebagian telah mengering memenuhi celana dalamku.
Dalam mimpi itu aku menggauli mbak Mirna dari belakang, bongkahan pantat itu terpapar jelas dalam penglihatanku. Damn it, kenapa hal ini kembali menggangguku.

Jam 9 pagi, wanita itu telah datang seperti biasanya. Aku baru saja selesai mandi dan tengah bersiap utk sarapan.

” Dah sarapan mbak? Ayo ini saya tadi beli dua bungkus nasi uduknya, satu utk mbak..” ujarku sambil tersenyum ramah.
“Makasih den..nanti aja, mbak mau beres2 cucian pakaian dulu..” Jawabnya.
“Santai aja dulu..temenin saya sarapan dulu..” Ntah kenapa pagi itu aku agresif.
“Nggih den, sebentar ambil piring dan sendok dulu..” Jawabnya seraya melangkah ke dapur.

Aku melihat tubuhnya dari belakang, rok merah sepanjang bawah betis itu cukup jelas mencetak lekukan pinggul, pantat dan pahanya. My gosh, darahku berdesir, mimpi semalam membuat hayalanku makin parah.

Otaku segera bereaksi, mencari jalan pintas, berandai2 seandainya hari ini aku kembali bisa memperdayainya. Aku segera menepis pikiran buruk itu.

Mbak Mirna telah kembali, duduk bersebrangan di depanku dan telah bersiap utk makan.

“Gimana kabar orang rumah mbak, sehat semua?” Tanyaku basa basi.
“Sehat den…” Jawabnya santai.
“Anaknya kapan mulai sekolah mbak, taun depan?”
“Iya den, rencana taun depan..mdh2an rejekinya lancar..”
“Yaa selagi saya di sini tetep aja kerja di sini mbak..klo mbak mau tambahan, mungkin coba mulai masak katering utk anak2 sini, kemaren ada obrolan kita di sini soal itu. Pada bosen katanya makan masakan luar, lebih boros juga…” Lanjutku.
“Wahh bBagus tu den..tapi perlu modal, ibu mertua saya pinter masak..”Jawabnya semangat.
“Gampang soal modal, nanti saya pinjemin..klo mau mulai depan mbak..nanti saya tawarin temen2 saya..”
“Gak enak klo dipinjemin melulu, kasian den Bagus..” Jawabnya.
“Yaa klo utk bisnis kenapa gak mbak, sama2 bantu..saya jg nanti minta harga diskon dong..hehe..” Jawabku.
“Hehe..untuk den Bagus gratis aja..lha uangnya kan dari aden jg..”
“Yaa gak boleh gitu mbak, bisnis tetep bisnis..”Jawabku.
“Duh saya makin banyak utang budi dong den..”Lanjutnya.
“Jgn berpikir gitu..saling bantu wajar aja mbak..”
“Yo wis, nanti tak bilangin sama ibu mertua, dia pasti seneng..”
“Iya mdh2an jalan mbak..semangat yg penting..”Jawabku.

Obrolan pagi itu terasa menyenangkan, spertinya dia benar2 melupakan kejahatanku waktu itu. Aku merasa lega, walau dalam hati aku menginginkan kehangatanya lagi. Pasti nanti ada jalannya, sabar aja, setan itu kembali membisiki.

Minggu pagi, keesokan harinya, mbak Mirna datang membawa anak perempuanya ke rumah.

“Maaf yaa den, si Rini saya bawa, mbahnya td pagi dijemput ipar saya ke Solo, mau ada acara kawinan sodaranya.”
“Yaa gak papa mbak, biar dia bisa maen di sini, hei pa kabar cantik..” Seruku sambil tersenyum ramah kepada anaknya.

Bocah itu tersipu dan bersembunyi dibalik kaki ibunya.

“Saya mau jalan dulu ya mbak, ada acara kawinan anak kantor..siang baru pulang..”
“Nggih den….monggo..” Jawabnya.

Aku segera berlalu, mbak Mirna terlihat manis pagi ini, rambutnya terurai ikal menjuntai ke bahu. Paduan kaos biru dan celana jeans ketatnya itu membuatnya terlihat lebih muda. Well..well..well..kapan kita bisa bisa berdua di kamar lagi mbak, ucapku dalam hati.

Hujan turun dengan lebatnya sesampainya aku kembali di rumah. Sebagian kemeja dan celanaku telah basah kuyup.
“Waah keujanan den..ini dipake handuknya dulu, nanti mbak bikinin aer panas..”Serunya ketika membuka pintu.

“Makasih mbak..” Aku langsung berlalu ke kamar, mengelap kepala dan tubuhku dengan handuk dan mengganti pakaian.
“Rini kemana mbak, kok sepi..” Ujarku ketika duduk diruang tamu.
” Barusan tidur di kamar belakang den..sudah kenyang tidur dia..wah..kenceng ya anginya..”Jawabnnya.
“Iya mbak, sudah lama jg gak ujan..”
“Ini mbak bikinin teh anget pake jahe den..diminum..” Lanjutnya.
” mantep nih..makasih mbak..”Jawabku sambil menerima cangkir dari tanganya.

Teh itu tidak terlalu lama mengepul, udara dingin perkebunan ini membuatnya segera tidak begitu panas lagi. Udara diluar gelap seperi senja. Angin menerpa atap seng,menimbulkan suara berisik.

“Masih sibuk mbak, santai aja dulu duduk2 di sini..”Ujarku melihatnya mondar mandir.
“Iya den, sebentar mau mindahin air panas ke termos..”Jawabnya.

Tak lama dia menghampiriku dengan membawa sepiring biskuit dan teh utk dirinya. Kami belum memulai obrolan. Aku masih sibuk membalas sms teman2ku.

“Mbak gimana kabarnya, urusan yg dulu itu sudah selesai..” Ujarku memulai pembicaraan.

Dia sedikit terusik dengan pertanyaanku.

“Sudah den..mbak sudah kapok gak mau lagi maen gituan..gak ada gunanya..”Jawabnya.
“Hehe..iya mbak, ngapain jg..dikerjain bandar aja kalo togel sih..”Jawabku tersenyum.
“Uangnya nanti pelan2 mbak angsur yaa den..maaf..”Lanjutnya.
“Gak papa mbak, santai aja, nanti klo kateringnya lancar mbak bisa dapet tambahan..tenang aja..” Jawabku.
“Makasih den..”

Kami kembali terdiam. Tiba2 aku tergelitik utk bertanya tentang peristiwa dulu itu. Sedikit ragu jika itu membuatnya tidak nyaman tapi kalimat itu mengalir tanpa bisa kutahan.

“Mbak..maaf boleh saya nanya..”
“Boleh den..mo nanya apa..”Jawabnya.
“Yg kemaren itu..mbak gak marah dengan saya ?” Lanjutku.

Dia terdiam beberapa saat,aura wajahnya berubah.

“Mmm..mbak ikhlas kok den..salah mbak juga..sudahlah gak papa..”jawabnya pelan sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela.
“Boleh nanya lagi mbak..” Lanjutku.
“Monggo den..”
“Apa yg mbak rasa waktu itu,..mm..waktu di kamar..” kalimatku makin menjebak.
“….mmmm…gimana ya..gak tau den..”Jawabnya, wajahnya terlihat canggung.
” Sakit..atau jijik mbak..”
“Jijik kenapa..sakit sih iya..” Jawabnya pelan.
“..aden kok bisa begitu waktu itu..mbak ini jauh lebih tua..kok bisa..” Lanjutnya.
” ..nafsu laki2 mbak..liar..kadang gak bisa kontrol..”Jawabku.
“Soal tua sih gak jadi soal..jujur aja, mbak masih menarik kok..”Lanjutku makin berani.
“Menarik apanya..aden masih muda..cari pacar yang muda, cantik..gak susah..”Jawabnya.
“…well..saya masih belum tertarik utk pacaran lagi mbak..”
” Apa yg aden pikir semenjak kejadian itu soal mbak..”Tanyanya kembali.
” Maksudnya..?”
“Yaa apa aden pikir mbak ini jadi perempuan gimanaa gitu di pandangan den Bagus..”
“Saya nyesel sesudahnya mbak, gak tega bikin mbak gitu..yaa selanjutnya saya masih respek kok sama mbak..”Jawabku.
“..mbak juga nyesel..”
” tapi kalo boleh jujur..maaf yaaa mbak..”
“Apa den..ngomong aja..”Jawabnya penasaran.
“.. Saya pengen ngulangin lagi..saya tau itu gak mungkin..maaf yaa mbak..”Suaraku sedikit bergetar, jantungku berdetak cepat.
“….mmm…apa yg aden cari..mbak seperti ini, perempuan kampung, gak cantik..dah tua lagi..” Wajahnya lekat2 menatapku.
” ..masih tetep menarik kok mbak..saya masih suka inget2 kejadian itu..”Jawabku.

Mbak Mirna tersenyum tipis, aku penasaran apa yg ada dalam pikiranya.

“Apa yg aden inget waktu kejadian itu..” Ujarnya.
“Yaa indah mbak..malem sabtu kemaren saya sempet mimpiin mbak gituan sama saya..sorry..”Jawabku.
“hehe..aden masih muda, wajar kalo pikiran ke arah itunya masih kuat, jadi..”
“Sekarang jg lagi mikirin itu mbak..”Aku memotong kalimatnya.
“..hmm…yaaa mbak berat hati utk begitu lg ..takut den..”Jawabnya.
“Kalo saya minta tolong supaya mbak gak takut lagi gimana..”Responku mencecar pikiranya.
“Yaaaa..gimana den..gak usah de..yg sudah yaa sudah..”Jawabnya.

Aku paham dia tengah dilanda kebingungan, di satu sisi dia segan menepis godaanku, di sisi lain dia tidak ingin terjerembab dalam perzinahan bersamaku lagi.

Aku menggeserkan dudukku mendekat. Tanganku memegang jemari tanganya. Wanita ini terkesiap dgn kenekatanku.

“Mbak..gak perlu takut..mbak bisa minta apa aja dari saya..” Ujarku sambil menatap kedua matanya lekat2.
” Jangan den..dosa….”Jawabnya ketakutan.

Tapi dia sudah terlambat, ciuman bibirku telah mendarat di bibirnya. Aku memagut2 bibir itu pelan.

Wajahnya pucat pasi..antara kaget dan bingung dengan apa yg dia tengah rasa. Aku kembali menciumi wajahnya, bibir kami kembali bertemu, tanganku telah melingkar dengan manis di lehernya.

Dia hanya terdiam..tanpa reaksi. Tidak ada penolakan, aku makin berani merapatkan tubuhku. Kali ini tidak hanya bibir dan sekitar wajahnya, ciumanku mendarat di leher dan belakang telinganya. Mbak Mirna bergidik, tubuhnya merinding.

Mendung semakin gelap diluar, petir sesekali menggelegar diiringi deru angin kencang. Aku berdiri, kedua tanganku menggapai tanganya, menariknya keatas kemudian membawanya melangkah mengikutiku, ke arah kamar…

Mbak Mirna sama sekali tidak bereaksi, dia kikuk mengikuti langkahku. Wajahnya takut2 melihatku ketika pintu kamar itu tertutup rapat.

Ruangan kamar cukup gelap, hanya sebagian tubuh atas kami yg terlihat jelas. Tidak perlu lagi berkata2, segera tuntaskan apa yg ada dalam hati.

Aku membimbingnya utk berbaring diranjang. Wajahnya menatapiku tanpa henti,menanti kejutan2 selanjutnya. Aku kembali menciumi bibir itu, tidak ada balasan berarti darinya. Seluruh leher dan bagian dadanya yg tertutup kaos itu habis ku kecup. Nafas mbak Mirna terdengar menderu.

Tidak perlu lagi basa basi, aku segera melepas habis pakaian yg dikenakanya. Hanya tertinggal bra dan celana dalam lusuh itu menutupi. Tubuhku pun telah hampir telanjang, pakaianku berserakan di lantai. Aku langsung menindih tubuhnya.

Mbak Mirna mendesah, jantungnya terdengar cepat berdetak di telingaku, mulutku tengah puas mencium dan menggigit2 payudaranya yg lumayan besar.

Kulit kami saling menempel, bulu2 diperutku mungkin membuatnya makin merinding. Tanganku telah kesana kemari meraba tubuhnya, jemariku lincah menggosok2 sekitar selangkanganya.

Penisku telah sedari tadi diruang tamu mengacung keras, diranjang ini dia semakin garang menempel dan kadang2 menggesek tepat ditengah2 selangkangan mbak Mirna. Dia makin terbuai oleh rangsangan dariku. Wanita ini siap sedia untuku hari ini, aku sangat beruntung.

Akhirnya kami sudah sama2 siap tempur. Vaginya sudah terkuak lebar dan basah. Permainan lidahku tadi di situ telah membuatnya tanpa sungkan2 merintih dan mencengkram erat kepalaku.

Pahanya terkulai lebar ke samping, aku sudah bersiap menusuk. Sedikit demi sedikit batang itu terbenam diiringi dengan rintihan mbak Mirna dan desis yg keluar dari mulutku. Kami berpelukan erat ketika penis itu telah berhasil menyentuh dasar vaginanya. Oh my gosh, nikmat sekali.

Kami kembali berpagutan, pelan2 aku menarik ulur selangkanganku. Mbak Mirna hingga memeluk pantatku merasakan sensasi itu.

“Nikmatilah mbak,nikmati yg sudah lama tidak kau rasakan. Usiaku memang terlalu muda untukmu, tapi aku sanggup memberimu kepuasan,” ujarku dalam hati.

Aku ingin menikmati moment ini lebih lama, aku mengaduk2 kewanitaanya perlahan dan lembut. Suasana begitu romantis.

“Uhh..uhh..shhh..hhhh…” Mbak Mirna mendesah setiap kali aku menusuk selangkanganya. Tanganya lembut memeluk punggungku.

Kami terus berpagutan, pantatku meliuk2 menghantam. Makin lama gerakanku makin cepat. Tenagaku seperti tidak habis membawanya pada kenikmatan. Mungkin lebih dari 15 menit berlangsung, mbak Mirna mulai kewalahan. Jepitan pahanya makin kuat sementara pantatnya tidak henti bergerak ke atas menyambut penisku, nafasnya sudah tersengal. Mungkin tidak lama lagi mbak Mirna mencapai klimaks.

“Buuuk..ibuuuk..di manaaa…rini pengen pipis..” Tiba2 suara anaknya terdengar nyaring di depan pintu kamar.

Kami yg tengah melambung terkesiap kaget dan melepas pelukan. Sekejap saja kami telah berdiri, saling bertatapan dalam kebingungan.

“Buuk…ibuuuk..”Lanjut bocah itu.

Damn it..aku menyumpah dalam hati.

“Iya sebentar naaaak..pipis aja di dapur..ada kamar mandi di situ..ibu lagi beresin kamar..sebentar lagi keluar..”
Jawab mbak Mirna panik berusaha memungut pakaianya yg berserakan di kasur.

“Iya buk..” Jawab bocah itu.
“Nanti baring aja lagi di kamar, ibu nanti nyusul..”Jawabnya sambil berusaha meraih celana dalamnya.

Aku menahan tanganya, “biar aja mbak..tanggung sebentar lagi..” Ujarku.

“Jangan..nanti dia curiga..” Jawabnya menepis tanganku.
“Nggak..sebentar lagi..tenang aja..”Seruku.
“Jangan Den..” Jawabnya, tapi kalimat itu terpotong.

Aku menarik tubuhnya, nafsuku sudah memuncak. Aku mendorong tubuh telanjangnya menghadap meja kecil di hadapan kami. Dengan sekali kibasan seluruh benda2 kecil di atasnya berlompatan jatuh ke lantai dengan suara yg berisik.

“Den..nanti den…sabar..” Jawabnya kebingungan.

Aku tidak memperdulikan ucapanya. Tubuhnya ku dorong merapat ke pinggir meja, kedua kakinya aku paksa untuk melebar, pantatnya aku tarik ke belakang. Posisi mbak Mirna sudah menungging di depanku, belahan pantat itu mempertontonkan lubang anusnya.

Aku menjadi kian brutal, pantat besar dan bahenol itu ku angkat, bagian vagina dan rambut2 halus itu terpampang didepan selangkanganku. Penisku langsung mendekat, langsung menghujam masuk. Pemandangan dibawaku membuatku makin bernafsu.Batang penis itu perlahan menghilang diantara bongkahan pantatnya.

O gosh..nikmat sekali, aku mendesis2 menahan geli. Segera saja tubuhku menyodok2 dengan kuat. Tubuh mbak Mirna maju mundur terpapar seranganku. Sebentar saja dia kembali merintih.

Permainan kami berlangsung cepat, kekagetan tadi itu menambah selera, bunyi gesekan kemaluan kami mengiringi. Mbak Mirna memutar2 pinggulnya berusaha segera meraih akhir perjuangan. Peniskupun sudah seperti ingin meledak.

Tubuhku semakin kuat menekannya kedepan, mbak Mirna gemulai memutar pantatnya kesana kemari, makin liar dan binal dan akhirnya dia meraih klimaks.

“Uhhhh…uhhh…dennn….aduuuhh..uuhh..huhhu..huh uuu..uuhh..” Jeritnya sambil terisak.

Kedua pahanya mengejang kaku,kepalanya hingga terbaring dipermukaan meja sambil terus merintih tiada henti. Cairan hangat kewanitaanya membasahi penisku di dalam.

Aku ingin segera merasakan hal yg sama, sodokanku makin cepat melabraknya.Beberapa kali ayunan akhirnya pantatku berhenti bergerak bersiap meregang, tanganku kuat mencengkram pinggulnya.

“Cabut den..cabut…jangan didalem..”Serunya panik.

Aku masih sempat menarik penisku keluar tepat ketika spermaku datang menerjang.

“Ahhhhh….mbakkk..oooh…shhh..ahhh…”Jeritk u ketika sperma itu menyemprot panas tepat diatas bongkahan pantat bahenol mbak Mirna.

Sebagian mendarat di dalam belahan pantatnya, mengalir turun menelusuri permukaan anusnya. Jari tangan mbak Mirna menyelusup dibagian situ, menahan aliran sperma itu mendekati vaginanya dan menyekanya dengan cepat.

Kami terkesima dengan nafas tersengal. Nikmat masih menjalari benak kami dalam bisu. Akhirnya permainan ini usai.

Aku terduduk lemas di pinggir ranjang menatap mbak Mirna yg masih berdiri dari belakang, badanya limbung memegang pinggiran meja. Cairan sperma itu berkilauan pada bagian pantatnya. Juga terlihat cairan putih kental dari dalam vaginanya yg tertahan bulu lebat kemaluan mbak Mirna.

Hujan telah reda ketika kami duduk di ruang tamu. Bocah kecil itu tengah serius menonton tivi di belakang kami. Dia tidak menyadari bahwa ibunya baru saja telah bertarung hebat di kamar bersamaku.

Mata kami yg hanya berbicara saat itu, apa yg sudah terjadi tadi membungkam kami tenggelam dalam pikiran masing2.

Semenjak hari itu hubungan kami berada dalam suasana yg baru. Usaha katering yg kujanjikan berjalan sukes, tarah hidup mbak Mirna meningkat lebih baik.

Hingga hari ini mbak Mirna masih menemani gairah mudaku yg tak kenal batas. Ada terbersit dalam hati untuk menikahinya suatu hari nanti, biarlah waktu yg menentukan akhirnya. Udara dingin perkebunan teh ini membuat kami terus larut. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Mbak Mirna Yang Menggairahkan appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Lia Gadis 17 Tahun

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Lia Gadis 17 Tahun – Cerita Sex kali ini tentang cerita 17 tahun yang bendebarkan. seperti biasanya Cerita dewasa memang selalu membuat sensasi tersendiri. cerita sex ini bermula seperti biasa aku perhatikan istriku sedang bersiap untuk berangkat kerja, sementara aku masih berbaring. Istriku memang harus selalu berangkat pagi, tidak seperti pekerjaanku yang tidak mengharuskan berangkat pagi. Tidak lama kemudian aku perhatikan dia berkata sesuatu, pamitan, dan perlahan meninggalkan rumah. Sementara aku bersiap kembali untuk tidur, kembali kudengar suara orang mendekat ke arah pintu kamar.

 

 

 

cerita-sex-lia-gadis-17-tahun-225x300

Cerita Sex: Lia Gadis 17 Tahun

 

Tetapi langsung aku teringat pasti pembantu rumah tangga kami, Lia, yang memang mendapat perintah dari istriku untuk bersih-bersih rumah sepagi mungkin, sebelum mengerjakan yang lain. Lia ini baru berusia 17 tahun, dengan tinggi badan yang termasuk pendek namun bentuk tubuhnya sintal. Aku hanya perhatikan hal tersebut selama ini, dan tidak pernah berfikir macam-macam sebelumnya.

Tidak berapa lama dari suara langkah yang kudengar tadi, Lia pun mulai tampak di pintu masuk, setelah mengetuk dan meminta izin sebentar, ia pun masuk sambil membawa sapu tanpa menunggu izin dariku. Baru pagi ini aku perhatikan pembantuku ini, not bad at all. Karena aku selalu tidur hanya dengan bercelana dalam, maka aku pikir akan ganggu dia.

Dengan masih pura-pura tidur, aku menggeliat ke samping hingga selimutku pun tersingkap. Sehingga bagian bawahku sudah tidak tertutup apapun, sementara karena bangun tidur dan belum sempat ke WC, kemaluanku sudah mengeras sejak tadi. Dengan sedikit mengintip, Lia berkali-kali melirik kearah celana dalamku, yang didalamnya terdapat ‘Mr. Penny’ku yang sudah membesar dan mengeras.

Namun aku perhatikan dia masih terus mengerjakan pekerjaannya sambil tidak menunjukkan perasaannya. Setelah itu dia selesai dengan pekerjaannya dan keluar dari kamar tidur. Akupun bangun ke kamar mandi untuk buang air kecil. Seperti biasa aku lepas celana dalamku dan kupakai handuk lalu keluar mencari sesuatu untuk minum. Kulihat Lia masih meneruskan pekerjaannya di ruang lain, aku rebahkan diriku di sofa depan TV ruang keluarga kami.

Sejenak terlintas untuk membuat Lia lebih dalam menguasai ‘pelajarannya’. Lalu aku berfikir, kira-kira topik apa yang akan aku pakai, karena selama ini aku jarang sekali bicara dengan dia. Sambil aku perhatikan Lia yang sedang sibuk, aku mengingat-ingat yang pernah istriku katakan soal dia. Akhirnya aku ingat bahwa dia memiliki masalah bau badan. Dengan tersenyum gembira aku panggil dia dan kuminta untuk berhenti melakukan aktivitasnya sebentar.

Lia pun mendekat dan mengambil posisi duduk di bawah. Duduknya sangat sopan, jadi tidak satupun celah untuk melihat ‘perangkatnya’. Aku mulai saja pembicaraanku dengannya, dengan menanyakan apakah benar dia mempunyai masalah BB. Dengan alasan tamu dan relasiku akan banyak yang datang aku memintannya untuk lebih perhatian dengan masalahnya. Dia hanya mengiyakan permintaanku, dan mulai berani mengatakan satu dua hal. Semakin baik pikirku. Masih dengan topik yang sama, akupun mengajaknya ngobrol sejenak, dan mendapat respon yang baik. Sementara dudukku dengan sengaja aku buat seolah tanpa sengaja, sehingga ‘Mr. Penny’ku yang hanya tertutup handuk akan terlihat sepenuhnya oleh Lia.

Aku perhatikan matanya berkali-kali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku, yang secara tidak sengaja mulai bangun. Lalu aku tanyakan apa boleh mencium BB-nya, sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkannya, selain karena pertanyaan itu cukup berani, juga karena matanya yang sedang melirik ke ‘anu’ ku. Untuk menutupi rasa malunya, diapun hanya mengangguk membolehkan. Aku minta dia untuk mendekat, dan dari jarak sekian centimeter, aku mencoba mencium BBnya. Akalku mulai berjalan, aku katakan tidak begitu jelas, maka dengan alasan pasti sumbernya dari ketiaknya, maka aku minta dia untuk menunjukkan ketiaknya.

Sejenak dia terdiam, mungkin dipikirnya, apakah ini harus atau tidak. Aku kembali menyadarkannya dengan memintanya kembali memperlihatkan ketiaknya. Melihat tatapannya aku mengerti bahwa dia tidak tahu apa yang harus dikerjakannya untuk memenuhi permintaanku. Maka aku dengan cepat menuntunnya agar dia tidak bingung akan apa yang harus dilakukan. Dan aku katakan, naikkan saja baju kaosnya sehingga aku dapat memeriksa ketiaknya, dan aku katakan jangan malu, toh tidak ada siapapun di rumah.

Perlahan diangkatnya baju kaosnya dan akupun bersorak gembira. Perlahan kulit putih mulusnya mulai terlihat, dan lalu dadanya yang cukup besar tertutup BH sempit pun mulai terlihat. ‘Mr. Penny’ku langsung membesar dan mengeras penuh. Setelah ketiaknya terlihat, akupun memberi perhatian, kudekatkan hidungku terlihat bulu ketiaknya cukup lebat. Setelah dekat aku hirup udara sekitar ketiak, baunya sangat merangsang, dan akupun semakin mendekatkan hidungku sehingga menyentuh bulu ketiaknya.

Sedikit kaget, dia menjauh dan menurunkan bajunya. Lalu aku katakan bahwa dia harus memotong bulu ketiaknya jika ingin BBnya hilang. Dia mengangguk dan berjanji akan mencukurnya. Sejenak aku perhatikan wajahnya yang tampak beda, merah padam. Aku heran kenapa, setelah aku perhatikan seksama, matanya sesekali melirik ke arah ‘Mr. Penny’ku. Ya ampun, handukku tersingkap dan ‘Mr. Penny’ku yang membesar dan memanjang, terpampang jelas di depan matanya. Pasti tersingkap sewaktu dia kaget tadi.

Lalu kuminta Lia kembali mendekat, dan aku katakan bahwa ini wajar terjadi, karena aku sedang berdekatan dengan perempuan, apalagi sedang melihat yang berada di dalam bajunya. Dengan malu dia tertunduk. Lalu aku lanjutkan, entah pikiran dari mana, tiba-tiba aku memuji badannya, aku katakan bahwa badannya bagus dan putih. Aku juga mengatakan bahwa bibirnya bagus. Entah keberanian dari mana, aku bangun sambil memegang tangannya, dan memintanya berdiri berhadapan.

Sejenak kami berpandangan, dan aku mulai mendekatkan bibirku pada bibirnya. Kami berciuman cukup lama dan sangat merangsang. Aku perhatikan dia begitu bernafsu, mungkin sudah sejak tadi pagi dia terangsang. Tanganku yang sudah sejak tadi berada di dadanya, kuarahkan menuju tangannya, dan menariknya menuju sofa. Kutidurkan Lia dan menindihnya dari pinggul ke bawah, sementara tanganku berusaha membuka bajunya.

Beberapa saat nampaknya kesadaran Lia bangkit dan melakukan perlawanan, sehingga kuhentikan sambil membuka bajunya, dan aku kembali mencium bibirnya hingga lama sekali. Begitu Lia sudah kembali mendesah, perlahan tangan yang sejak tadi kugunakan untuk meremas dadanya, kuarahkan ke belakang untuk membuka kaitan BHnya. Hingga terpampanglah buah dadanya yang berukuran cukup besar dengan puting besar coklat muda.

Lumatan mulutku pada buah dadanya membuatnya sudah benar-benar terangsang, sehingga dengan mudah tanganku menuju ke arah ‘Veggy’nya yang masih bercelana dalam, sedang tanganku yang satunya membawa tangannya untuk memegang ‘Mr. Penny’ku. Secara otomatis tangannya meremas dan mulai naik turun pada ‘Mr. Penny’ku. Sementara aku sibuk menaikkan roknya hingga celana dalamnya terlihat seluruhnya. Dan dengan menyibakkan celana dalamnya, ‘Veggy’nya yang basah dan sempit itupun sudah menjadi mainan bagi jari- jariku.

Namun tidak berapa lama, kurasakan pahanya menjepit tanganku, dan tangannya memegang tanganku agar tidak bergerak dan tidak meninggalkan ‘Veggy’nya. Kusadari Lia mengalami orgasme yang pertama Setelah mereda, kupeluk erat badannya dan berusaha tetap merangsangnya, dan benar saja, bebrapa saat kemudian, nampak dirinya sudah kembali bergairah, hanya saja kali ini lebih berani. Lia membuka celana dalamnya sendiri, lalu berusaha mencari dan memegang ‘Mr. Penny’ku. Sementara secara bergantian bibir dan buah dadanya aku kulum.

Dan dengan tanganku, ‘Veggy’nya kuelus-elus lagi mulai dari bulu-bulu halusnya, bibir ‘Veggy’nya, hingga ke dalam, dan daerah sekitar lubang pantatnya. Sensasinya pasti sungguh besar, sehingga tanpa sadar Lia menggelinjang-gelinjang keras. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, bibirku pindah menuju bibirnya, sementara ‘Mr. Penny’ku ku dekatkan ke bibir ‘Veggy’nya, ku elus-elus sebentar, lalu aku mulai selipkan pada bibir ‘Veggy’ pembantuku ini.

Sudah seperti layaknya suami dan istri, kami seakan lupa dengan segalanya, Lia bahkan mengerang minta ‘Mr. Penny’ku segera masuk. Karena basahnya ‘Veggy’ Lia, dengan mudah ‘Mr. Penny’ku masuk sedikit demi sedikit. Sebagai wanita yang baru pertama kali berhubungan badan, terasa sekali otot ‘Veggy’ Lia menegang dan mempersulit ‘Mr. Penny’ku untuk masuk. Dengan membuka pahanya lebih lebar dan mendiamkan sejenak ‘Mr. Penny’ku, terasa Lia agak rileks.

Ketika itu, aku mulai memaju mundurkan ‘Mr. Penny’ku walau hanya bagian kepalanya saja. Namun sedikit demi sedikit ‘Mr. Penny’ku masuk dan akhirnya seluruh batangku masuk ke dalam ‘Veggy’nya. Setelah aku diamkan sejenak, aku mulai bergerak keluar dan masuk, dan sempat kulihat cairan berwarna merah muda, tanda keperawanannya telah kudapatkan. Erangan nikmat kami berdua, terdengar sangat romantis saat itu. Lia belajar sangat cepat, dan ‘Veggy’nya terasa meremas-remas ‘Mr. Penny’ku dengan sangat lembut.

Hingga belasan menit kami bersetubuh dengan gaya yang sama, karena ku pikir nanti saja mengajarkannya gaya lain. ‘Mr. Penny’ku sudan berdenyut-denyut tanda tak lama lagi aku akan ejakulasi. Aku tanyakan pada Lia, apakah dia juga sudah hampir orgasme. Lia mengangguk pelan sambil terrsenyum. Dengan aba-aba dari ku, aku mengajaknya untuk orgasme bersama. Lia semakin keras mengelinjang, hingga akhinya aku katakan kita keluar sama-sama.

Beberapa saat kemudian aku rasakan air maniku muncrat dengan derasnya didalam ‘Veggy’nya yang juga menegang karena orgasme. Lia memeluk badanku dengan erat, lupa bahwa aku adalah majikannya, dan akupun melupakan bahwa Lia adalah pembantuku, aku memeluk dan menciumnya dengan erat. Dengan muka sedikit malu, Lia tetap tertidur disampingku di sofa tersebut. Kuperhatikan dengan lega tidak ada penyesalan di wajahnya, tetapi kulihat kepuasan.

Aku katakan padanya bahwa permainannya sungguh hebat, dan mengajaknya untuk mengulang jika dia mau, dan dijawab dengan anggukkan kecil dan senyum. Sejak saat itu, kami sering melakukan jika istriku sedang tidak ada. Di kamar tidurku, kamar tidurnya, kamar mandi, ruang tamu, ruang makan, dapur, garasi, bahkan dalam mobil. Lia ikut bersama kami hingga tahunan, sampai suatu saat dia dipanggil oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Ia dan aku saling melepas dengan berat hati. Namun sekali waktu Lia datang kerumahku untuk khusus bertemu denganku, setelah sebelumnya menelponku untuk janjian. Anak satu-satunyapun menurutnya adalah anakku, karena suaminya mandul. Tapi tidak ada yang pernah tahu.. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Lia Gadis 17 Tahun appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Keluarga Pak Trisno

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Keluarga Pak Trisno – Ah, sial… Biang kerok dari semua ini adalah gubernur usil itu.. komisi sekian M yang seharusnya sudah didepan mata terpaksa harus melayang. Sudah bagus kalau hanya sekedar melayang tanpa adanya imbas lain yang bakalan menyulitkan diriku.

 

 

cerita-sex-keluarga-pak-trisno-300x225

Cerita Sex: Keluarga Pak Trisno

 

Sebagai pejabat tinggi dari sebuah instansi kementerian yang menangani masalah pendidikan, sudah barang tentu diriku juga memiliki kaitan dengan proyek pengadaan perangkat kebutuhan pendidikan itu. UPS, entah binatang apa lagi itu..melihat wujudnyapun aku belum pernah.

Bagaimana seandainya aku digiring ke Kuningan..itu artinya mimpi buruk. TRISNO BUDIYANTO, USIA 45 TAHUN.. SEORANG PEJABAT XXXXXX DIPERIKSA KPK, KARENA BLA..BLA..BLA.. pasti akan seperti itu yang diberitakan disurat kabar atau televisi. Ah, akan ditaruh dimana mukaku seandainya itu benar-benar terjadi..dan bukan hanya itu, bisa jadi komisi-komisi lainnya yang telah aku terima beberapa tahun belakangan juga akan diungkit, yang semuanya entah sudah berapa M kalau dijumlahkan.

Tapi aku masih bisa sedikit bernafas lega, setidaknya lembaga itu kini tengah dilumpuhkan. Itu artinya kasus ini akan ditangani kepolisian… Ah, untuk lembaga yang satu ini, dengan sedikit mengorbankan uang yang aku miliki, semuanya beres…bisa diatur. Jadi tak ada alasan bagiku untuk memusingkan otakku dengan hal yang satu itu.

Cerita Dewasa |Sore ini aku hanya menggelosor diatas sofa sambil pandanganku menatap malas pada hamparan gambar bergerak yang sedari tadi menayangkan berita, sebelum akhirnya terdengar deru kendaraan dari arah depan rumahku.

Dari sebuah mobil Toyota Alpard berwarna putih yang deikemudikan oleh sopir pribadiku, keluar sesosok mahluk manis dengan langkahnya yang ringan dan lincah..dia adalah putriku, Nanda, umur 16 tahun, seorang siswi kelas 1 SMU.

” Met sore papa… Emuaachh…emuaachh…” seperti biasa, gadis yang selalu manja denganku ini mencium kedua pipiku disaat pulang atau berangkat kesekolah.

” Sore Nanda sayaaaaang…koq sesore ini baru pulang..kemana aja sih..?”

” Biasa pa..tadi kan ada latihan vocal dulu sama temen-temen Girl-Band disekolah Nanda…” dengan tanpa sungkan dirinya duduk dipangkuanku, menghempaskan bokongnya yang masih dibalut rok abu-abu diatas pahaku. Ah, dasar anak manja..apakah dia tidak menyadari, bahwa dirinya bukanlah lagi anak balita yang masih pantas untuk berlaku seperti ini.

” Girl-Band? kamu main band? Emangnya kamu bisa main alat musik…” godaku

” Ah, papa itu kuper banget sih..gaptek ah… Girl band itu kelompok cewek-cewek nyanyi yang sambil ngedance itu lho… kan di tivi juga sering ada… itu lho.. yang cibi…cibi…” terangnya, sambil mencubit kedua pipiku dan mengguncang-guncangnya dengan gemas.

Sebenarnya diriku tidaklah kuper-kuper amat. Aku juga tau dengan apa yang dikatakan Girl-band oleh anak gadisku itu. sekumpulan gadis-gadis berpenampilan imut bak boneka Barbie yang menyanyikan lagu secara bersamaan sambil melenggak-lenggokan tubuh mereka. dan penampilan mereka itu persis dengan gadis yang ada didepanku sekarang ini. Rambut lurus panjang sepundak, disemir agak pirang, dengan poni menghias keningya. Dan diatas matanya yang bulat bercahaya itu berbaris dengan rapinya bulu mata yang begitu lentik, persis seperti boneka… terlebih dengan kulitnya yang putih mulus bak patung lilin, hidung bangir, dan bibirnya…Ah, bibir tipis yang saat ini sedang dimonyong-monyongkan kearahku itu memang sungguh menggemaskan.

Diriku yang hanya mengenakan celana pendek membuat paha kami saling menempel, karna rok abu-abunya yang hanya setinggi diatas lutut itu tersingkap dengan posisinya yang seperti ini. Dingin kurasakan kulit paha yang putih mulus itu, sepertinya efek perpindahan kalor oleh AC dari dalam mobil masih terasa pada tubuhnya.
Dan, mengapa benda dibalik celana pendekku ini seperti mengalami perubahan bentuk. Sadar Tris.. itukan anak kandungmu sendiri, masih kurang puas kamu dengan istrimu yang cantik itu, belum lagi beberapa wanita muda yang pernah kamu tiduri dengan sedikit mengorbankan “uang recehan”mu. Ya, aku tau..tapi? Ah, Mengapa juga bocah ini justru menggoyang-goyangkan bokongnya, apakah dia menyadari dengan batang penisku yang mulai berdiri tegak ini. Ah, aku rasa itu hanya perasaanku saja.

“ Mama sama Doni kemana pa? koq kayaknya sepi-sepi aja….” Tanyanya, seraya tubuh itu turun dari pangkuanku. Oh iya, Doni yang dimaksud putriku ini adalah anak keduaku, adiknya Nanda, yang usianya terpaut dua tahun dibawahnya, dia masih duduk dikelas 2 SMP.

“ Mama sama Doni ke Bandung.. menghadiri pernikahan anaknya Tante Wiwik..”

“ Koq, papa enggak ikut? “

“ Papa kan kerja, lagian kerjaan papa kali ini gak bisa begitu saja untuk ditinggalkan…”

“ Kapan mereka pulang?”

“ Gak tau juga sih.. acaranya resepsinya saja baru besok.. kemungkinan lusa mereka sudah kembali..”

“ Jiaaahhh… bolos dua hari tuh si Doni..enak banget tuh anak..”

Seraya dirinya ngeloyor dari hadapanku,menapakan kaki indahnya diantara anak-anak tangga menuju lantai atas. Ah, tubuh itu…betapa sempurnanya.. Ngidam apa dulu istriku hingga melahirkan anak sesempurna dia, postur tubuh yang ideal, tidak terlalu kurus, apalagi kegemukan, bokongnya padat serta naik keatas, tidak turun atau tepos. Buah dadanya yang masih dalam fase pertumbuhan tidak bisa dibilang terlalu besar, tapi seragam putihnya yang agak ngepres membuat kedua gunung kembar itu membusung menantang.

Tentu saja kekagumanku itu hanyalah sebatas kekaguman seorang ayah yang mempunyai putri sesempurna dia, bukanlah jenis rasa kagum seorang pria terhadap lawan jenisnya.. Ah, yang benar kau tris? Tapi mengapa batang jakarmu tadi ikut berdiri saat putrimu itu menindihinya..?Tentu saja batang jakarku berdiri, karna bokongnya bergoyang-goyang diatas jakarku, bukankah itu normal..itukan merupakan reaksi alami dari suatu organ tubuh saat menerima rangsangan. Alaaahh…alasan, lalu mengapa saat istrimu meremas-remas jakarmu dia tidak berdiri? justru malahan kau tertidur memunggunginya… Itukan karna aku sedang enggak mood..sedang capek..biasanya juga gak begitu koq.. kehidupan seks kami tak ada masalah, kami tetap rutin melakukannya walau hanya seminggu sekali. Owwhh..waktu itu sedang enggak mood ya…terus saat putrimu nangkring diatasnya justru moodmu itu timbul..begitu? Ah, terserah apa katamu lah.

Cerita Sex: Keluarga Pak Trisno

Sepeninggalan istriku ke Bandung, praktis aku hanya seorang diri dikamar tidurku ini. Sebenarnya tak enak juga harus tak hadir pada pernikahan keponakanku itu. Tapi bagaimana lagi, pekerjaan yang mengharuskan keberadaan diriku tidak bisa dihindari.

Fuhhh…seandainya malam ini ada istriku, pasti libido yang tengah memuncak ini bisa tersalurkan. Ah, mengapa justru pada saat istriku tak ada ini terjadi..? Apakah..? ah tidak.. ini bukan karena Nanda, bukan anak gadisku itu yang memancing libidoku ini. Tapi? Tapi mengapa pikiran ini selalu membayangkan dirinya sejak sore tadi, masih kurasakan paha mulusnya menempel pada pahaku, begitu pula dengan bokongnya yang menekan-nekan penisku. Dan bahkan barusan tadi mengapa justru aku membayangkan berhubungan badan dengan dia, membayangkan bagaimana bibir yang tipis itu, yang sore tadi dimonyong-monyongkan dengan gemas sambil mencubit pipiku, dan itu hanya beberapa senti saja didepan wajahku, sehingga hangat hembusan nafasnyapun dapat kurasakan. Ah, seandainya bibir mungil itu kupagut.. Dan buah dadanya itu akan kuremas, dan putingnya, yang pastinya masih begitu kecil dan berwarna pink akan kujilat,kukulum… Lalu, yang dibalik rok abu-abunya itu…Ah, tentu saja itu hanyalah hayalan konyol belaka…yang seharusnya itu tak patut singgah didalam pikiranku. Sebaiknya kubuang jauh-jauh hayalan gila itu..huss..husss…

********

Dok..dok..dok… Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku, siapa lagi itu?dirumah ini hanya ada Tini pembantuku, dan Nanda. Ah, paling-paling Tini, janda 25 tahun itu kerap minta ijin keluar pada jam-jam seperti ini, entah itu hanya sekedar ingin ngerumpi dengan teman seprofesinya, atau ingin pacaran dengan satpam komplek.

” Buka aja pintunya…gak dikunci…” teriakku, setelah terlebih dulu mengecilkan volume tv melalui remot kontrol.

Pintu terbuka, diikuti dengan sesosok tubuh yang langsung masuk kedalam dengan wajah murung.

” Baru jam sembilan koq udah mau tidur pa….?” Ternyata dugaanku salah, sosok yang baru saja nyelonong masuk kedalam kamarku ternyata adalah Nanda.yang saat itu mengenakan atasan tank-top dan celana pendek hot-pan. Tapi yang membuatku sedikit heran adalah sikapnya itu..Kemana anak gadisku yang biasanya lincah, periang, dan terkadang sedikit ngocol. Sepertinya anak ini sedang memiliki masalah.

” Tumben…enggak biasanya kamu dateng kekamar papa.. Ada apa nih? Koq keliatannya galau begitu ”

” Emang lagi galau pa…” jawabnya, kali telah duduk dibibir ranjang dengan membelakangiku.

” Iya, galau kenapa? Cerita dong…barang kali papa bisa bantu…”

” Si Riko tuh pa….cowok aku.. Katanya akan selalu setia, sehidup sematilah… Nyatanya.. Barusan si sherli nelpon, bahwa si Riko jalan dengan cewek lain… pantesan akhir-akhir ini dia dingin banget sama Nanda…” paparnya dengan penuh emosi, kali ini telah menghadap kearahku, dan kedua kakinya kini telah dinaikan diatas tempat tidur.

” Makanya..kan sebelumnya papa sudah pernah bilang…kamu tuh masih terlalu muda..gak usah pacaran dulu.. Tapi malah kamu bilang apa… Ah, inikan cuma untuk penyemangat belajar aja pa… Nah, sekarang kamu liat sendirikan..disaat terjadi konflik, kamu uring-uringan begini.. Lalu selanjutnya gimana…?”

“Selanjudnya? Ya aku putusin… Barusan aku telpon dia…aku maki-maki..gak bisa ngomong dia..mau rasanya aku cakar mukanya tuh anak…” Ekspresi wajahnya semakin emosional, Ah, anak gadisku ini, dalam marahnyapun dia masih terlihat cantik, pipinya yang putih dan licin tampak memerah karena emosi, sedang bibir bawahnya digigit-gigit menahan geram.

” Eiittt..sudah..sudah… Anak papa yang manis kenapa jadi marah-marah begitu sih…”

” Abis gimana enggak marah sih..aku kan…aku kan…aku kan…aaaeeeeeeeeeng…” Ah, dasar anak ini memang manja dan kekanak-kanakan, akhirnya cuma menangis seperti anak kecil inilah yang dia bisa.

” Eeehh..koq malah nangis kayak gitu sih…gak malu apa kamu.. sudah sini..sini..anak manis..sini sayang..cuup..cuup..” tangan kiriku meraih tangannya, sedang tangan kanan kugunakan untuk membelai rambutnya. Tapi..Ah, mengapa anak ini justru ikut berbaring dan memeluk tubuhku..bahkan pipi kanannya disandarkan pada dadaku.. Bukan ini sebenarnya yang aku inginkan, niatku tadi hanya ingin meremas tangannya dan membelai rambutnya agar dia sedikit tenang, itupun dalam keadaan dia sedang terduduk tadi, bukannya dengan kami sama-sama berbaring seperti ini.

Dan, Ah..kaki kirinya justru diselempangkan diatas pahaku. Waktu dia masih SD dulu memang ini bukanlah suatu masalah bagiku, tapi yang sekarang ini adalah seorang gadis remaja. Tapi itukan anakmu Tris, darah dagingmu… iya, aku tau, dan bukannya aku tidak berusaha untuk melawan perasaan celaka ini, sekarangpun aku tengah mencoba mengusirnya dari kepalaku.

Beberapa menit telah berlalu. Baju piyamaku sepertinya telah basah oleh tetesan air matanya. Tangisnya yang sebelumnya meraung-raung, kini hanya menyisakan sesengukan dan beberapa kali suara sedotan hidungnya.
Aku hanya membelai-belai rambut lurusnya sambil tatapanku tertuju pada layar televisi.

Selang beberapa menit, akhirnya bocah ini menghentikan tangisnya, seraya menyeka sisa air mata diwajahnya dengan baju piyamaku. Lalu diam melamun, entah apa yang sedang dipikirkannya.

“ Papa benar.. memang seharusnya Nanda gak usah pacaran…” celetuknya tiba-tiba.

“ Bukan gak boleh pacaran…tapi belum waktunya, nanti kalau kamu sudah cukup dewasa dan bisa mengambil keputusan yang dapat kamu pertanggung jawabkan…..” belum lagi habis yang kukatakan, langsung dipotongnya ucapanku.

“ Enggak.. pokoknya, mulai sekarang Nanda gak mau pacaran….” Ah, dasar anak-anak, saat sedang putus cinta dia berkata begitu, tapi nanti begitu ada pria lain yang menarik hatinya, tentu sudah berbeda lagi ceritanya..dasar cinta monyet.

“ Ya udah…terserah kamu lah…..” jawabku untuk sekedar menenangkannya.

Tangisnya sudah reda, dan semua keluhannya telah diungkapkan… tapi mengapa belum juga dirinya beranjak dari sini, jangankan beranjak dari ruangan ini, bahkan posisinyapun masih seperti tadi, posisi memeluk diriku yang berbaring telentang, dengan kaki kirinya yang dikaitkan diatas pahaku. Dan sambil melamun jemari lentiknya memain-mainkan kancing piyamaku.

Dan mengapa lututnya menyentuh-nyentuh batang jakarku.. Ah,mungkin itu bukan suatu kesengajaan, tapi mengapa terus menerus dan secara intens… Paling-paling dia hanya iseng, namanya juga anak-anak. Kebiasaanku saat tidur yang selalu tanpa mengenakan lagi celana dalam, sehingga dibalik celana setelan piyama yang berbahan katun ini sudah tak ada lagi yang melindunginya.

Ah, celaka…sepertinya anak ini memang sengaja, terlebih saat dia menyadari benda dibalik celanaku ini berangsur menegang.. Itu kusadari dari senyum yang mulai menghiasi wajah yang baru beberapa menit lalu masih murung itu.

” He..he..he…dede’nya bangun…” Astaga, apa maksud perkataannya itu.

” Dede’ apaan?” kagetku, memastikan maksud perkataannya itu..

” ini…” jawabnya dengan cengengesan, sambil meremas lembut batang jakarku yang masih terbungkus setelan piyama.

” Nanda…apa-apaan sih kamu…gak pantes dong sayaaang…kamu kan udah gede…” ujarku mengingatkan.

” Apa sih papa.. orang cuma begini aja koq…” rajuknya, dengan wajah cemberut
Untuk beberapa saat dia hanya terdiam, sedang aku masih berpura-pura menonton tivi, namun tidak dengan pikiranku.

Namun itu hanya beberapa menit, karna setelah itu

” Dooott…Dooott… Roti..Roti…” godanya, sambil meremas penisku seolah itu adalah klakson karet tukang roti.

” Nandaaaaa…” ujarku, yang hanya dijawab dengan tawanya yang renyah

” Teeeett…Teeeettt….Es…Es…” ulangnya lagi, sambil diikuti dengan tawanya yang semakin cekikikan.

” Sudah dong Nanda… Iiiihhh..nih anak ” gemasku, sambil memencet hidungnya yang bangir. Ekspresiku yang seolah sedang menahan tawa, diartikan sebagai sebuah pembolehan olehnya. Pembolehan untuk melakukan hal yang diinginkannya itu, sehingga kini malah diremas-remasnya dengan lembut batang penis yang masih terbungkus dalam celanaku. Kali ini aku tak kuasa lagi untuk melarangnya, Ah..aku justru menikmatinya.

” Emang kalo digini-giniin masih bisa tambah gede lagi ya pa…? ” tanyanya, seolah tanpa dosa.

” Tau, ah…” jawabku dengan ketus, sambil berpura-pura seolah perhatianku masih tertuju pada layar tivi. Sial,dia pikir ini barang mainan apa, entah dengan cara apa lagi aku melarangnya.

” Eh, iya pa…tambah gede nih pa..hi..hi..hi…” dengan mengetahui benda yang diremasnya mengalami perubahan ukuran, sepertinya bocah ini semakin tertarik dan bersemangat meremasi batang penisku.. tak terlihat sama sekali tanda-tanda bahwa beberapa menit lalu dirinya baru saja menangis tersedu-sedu.

Kini dia bangkit dari posisi tidurnya, lalu jongkok menindihi pahaku dengan posisi mengangkang didepanku…Dan..Ah, apa lagi itu yang dia lakukan.

” Nanda..jangan..aaahhh…” tangan anak gadisku kini telah menelusup masuk kedalam celanaku yang memang hanya menggunakan karet kolor yang elastis. Dan, tangan mungil itu kini telah menggenggam batang jakarku tanpa aku mampu berbuat apa-apa.

” Nann..da..kamu..nakal baa..nget..ssiihhhh…” aku benar-benar tak bisa berbuat apa-apa, seolah diriku tengah berada dalam cengkramannya, sehingga aku hanya bisa menikmatinya.

” Enak ya pa? ” Aku tak menjawab apa yang ditanyakan itu, kecuali hanya menatapnya dengan tatapan mataku yang sayu dan nafas yang tersengal.

” Dikocok-kocok ya pa? ” kembali aku tak menjawab, membiarkan dirinya yang mulai mengocok-ngocok penisku secara berirama.

” Dibuka sekalian aja lah, celananya…” tanpa menunggu persetujuanku, langsung saja dipelorotkannya celanaku hingga sebatas paha.

” Woooowwwww….gede banget pa… Mana tegang banget lagi..hi…hi..hi…” mata yang bulat bercahaya itu semakin berbinar melihat penisku yang berdiri tegak, dan kembali aku hanya bisa diam tanpa tau untuk bersikap seperti apa, nafsu birahi semakin menguasaiku, ingin rasanya kuterkam darah dagingku yang menggemaskan ini, tapi kegilaan dan keberanianku belum sampai sejauh itu.

Batang penisku yang berdiri tegak diamat-amatinya, bagaikan anak kecil yang baru saja menerima mainan barunya. Kedua telurku kadang dipencetnya hingga aku terpekik, atau urat-uratku yang menonjol dirabanya dengan heran, bahkan lubang kencingku disibaknya seolah mencari sesuatu.

Tiba-tiba kedua telapak tangannya diludahinya sendiri, lalu sekaligus dengan dua tangan dikocoknya penisku, ukurannya yang panjang dan besar memungkinkannya untuk melakukan seperti itu.

Sloopp…slloop..sloopp… Cairan ludah yang melumuri menghasilkan bunyi yang berirama saat kedua tangan itu bergerak naik turun. Sambil melakukan aksinya itu dia menatapku, seolah ingin mengetahui reaksi yang aku berikan. Wajah itu tampak tersenyum saat mengetahui reaksiku yang memang begitu menikmatinya.

” Iihh…papa keenakan tuuuuhhh…hi..hi..hi…” godanya, kini aku jawab dengan mengusap lembut paha mulusnya. kali ini bukan usapan kasih sayang seorang ayah, melainkan usapan seorang laki-laki yang tengah birahi atas lawan jenisnya.

” Zzzzzzzz…aaaauugghhhhh….Nandaaaa..keter..lalua n bang..nget sih..ka..mu. aahhh..” Erangku, Paha putih mulus yang sebelumnya hanya kuusap kini telah kuremas, hingga akhirnya aku tak tahan dengan kocokan lembut tangannya pada penisku.. Dan..

” Aaaaaaaaaaaaahhhhhhhh….Nandaaaaaaaaa……” semprotan sperma muncrat dengan hebatnya, yang membuat anak gadisku terpekik kaget oleh sebagian cairan kental yang memuntahi wajah imutnya. Rasa kagetnya itu hanya sesaat, disusul dengan tawa cekikikannya seolah itu adalah sesuatu yang lucu baginya.

” Waaa…ha..ha…ha…. Nyemprot mek….gile beneeerr.. Ini yang namanya sperma ya pa..?” ujarnya sambil mengamati cairan kental yang melumuri tangannya. sesekali diciumnya untuk mengetahui aromanya, lalu diamati lagi sambil diraba-raba dengan ibu jari dan telunjuknya.

” Duuhhh…muka Nanda jadi belepotan begini tuh pa….”

” Biarin…biar tau rasa.. Dasar anak nakal….” godaku, yang kini hanya berbaring puas karna puncak kenikmatan yang telah kuraih.

” Ah, gak apa-apa koq pa… Baunya koq begini sih…agak amis-amis gitu… Rasanya kayak apa ya?” Ah, dasar…jari telunjuknya yang masih belepotan pejuku itu malah diemutnya. dikenyam-kenyam sebentar, lalu ditelannya tanpa rasa jijik.

” Mmmmm…Agak asin-asin gimanaaa gitu…” komentarnya, bagai tengah mencicipi suatu masakan.

” Jorok kamu…”

” Biarin aja….”

Beberapa saat kemudian disekanya wajah yang belepotan peju itu pada piyamaku, lalu dinaikan kembali celanaku yang sebelumnya dipelorotkan hingga sebatas lutut.
” Udah ya….dede’nya bobo’ dulu ya…Nanda juga mau bobo’…” ujarnya seolah berbicara pada batang penisku yang sudah setengah tertidur.
” Pa…udah ya…Nanda mau bobo’ dulu…muaahhhh..” Bocah itu akhirnya kembali kekamarnya setelah memberiku sebuah ciuman padaku, Bukan ciuman pada pipi kiri dan kanan seperti biasanya.. malainkan pada bibirku.

Seperti biasanya, pukul enam pagi aku telah terbangun. Setelah mandi, sedikit roti untuk pengganjal perut, kubawa segelas kopi yang telah dihidangkan Tini pembantuku kedepan TV diruang keluarga.

Perhatianku kini tertuju pada tayangan berita di Metrotv, walau tidak sepenuhnya…sebagian pikiranku masih teringat pada peristiwa malam tadi, peristiwa dimana penisku dimasturbasi oleh anak gadisku sendiri. Ah, entah lakon apa lagi yang akan terjadi antara aku dan Nanda berikutnya. Jujur belum pernah aku merasakan orgasme senikmat dan sedahsyat malam tadi, hingga spermaku menyembur begitu kuat dan banyak. Entah karena memang sebelumnya aku begitu terobsesi dengannya, dan saat obsesiku itu menjadi kenyataan, birahikupun menjadi begitu meletup-letup, sehingga ketika orgasmepun menjadi begitu nikmat.

Masih terbayang bagaimana menggemaskannya Nanda saat duduk mengangkang dihadapanku sambil mengocok penisku, betapa menggodanya dia saat itu. Ah..seandainya aku bisa memperoleh lebih dari sekedar gosokan tangannya. Tapi? Baiklah,aku kira tidak perlu sejauh itu. Semoga ini adalah yang terakhir, setelah itu semua ini akan tinggal menjadi rahasia kami berdua, selesai.. Bahkan aku berharap peristiwa semalam itu hanyalah sebuah mimpi.

Dari sebelah kananku kulirik sosok gadis remaja menuruni tangga, siapa lagi kalau bukan Nanda anak gadisku itu. Rambutnya masih dalam balutan handuk, sepertinya dia baru saja selesai mandi, dan hanya mengenakan gaun tidur tipis berbahan satin tanpa lengan,. Bahannya yang tipis tak dapat menyembunyikan lekuk tubuh didalamnya yang masih dibungkus lingrie dengan setelan bra berwarna hitam. Sepanjang melangkah, perhatiannya tak pernah lepas dari ponselnya, bahkan sampai dirinya duduk disampingkupun seolah diriku dianggapnya tak ada. Sesekali bibir itu tersenyum sambil menarikan jari-jari lentiknya pada monitor ponsel, dan dengan masih tak memperdulikan diriku, diraihnya cangkir kopi diatas meja, cangkir kopi milikku yang isinya masih tersisa separuh langsung diseruputnya tanpa sisa.

Ah, dasar anak kurang ajar.. dan lebih kurang ajar lagi saat dengan seenaknya meraih remot tv dan menggantinya dengan chanel yang lain. Terpaksa kini perhatianku harus rela tertuju pada tayangan infotement yang masih didominasi oleh berita seputar kematian presenter pria feminim itu.

Smartphone miliknya kini diletakan diatas meja. Sepertinya urusannya dengan ponsel telah selesai. Gaunnya yang tinggi membuat paha mulusnya tersingkap saat dalam posisi duduk seperti itu, terlebih dengan seeanaknya salah satu kakinya dinaikan diatas sofa.

Ditatap sejenak diriku dengan senyum-senyum, entah apa arti senyumnya itu.

” Gimana pa…semalem enak ya?” Ah, pertanyaan apa itu. Sebuah pertanyaan yang meyakinkanku bahwa peristiwa semalam itu memang bukanlah sekedar mimpi. Kujawab hanya dengan menolehnya sesaat, tersenyum, lalu kembali perhatianku mengarah pada layar tv, atau tepatnya berpura-pura nonton tv.

” Eh, ditanyain juga’… Pa, semalam puas kan? hayo ngaku…” desaknya lagi

” Sok tau…” jawabku, masih dengan sikap sok ja’im.

” Pa…Mau ini enggak? ” Mau ini? Astaga…betapa terkejudnya saat aku menoleh kearahnya. Bagaimana tidak, gaun tipisnya diangkat, mempertunjukan padaku selangkangannya yang masih terbungkus oleh lingrie warna hitam.

” Hi..hi..hi…papa kaget tuuuhhh…abis cuek banget sih..” godanya, seraya menutup kembali gaunnya, mengakiri pemandangan indah dihadapanku, glek…aku meneguk ludah, birahiku mulai kembali bangkit.

” Ayo pa…sini..” Ajaknya, seraya berdiri sambil menarik tanganku.

” Apa sih…” protesku

” Ayo…kita kekamar Nanda… Papa kan tadi malam sudah Nanda puasin…sekarang gantian dong.. giliran papa yang puasin Nanda..” Glek…entah apa yang harus aku lakukan..Ah, masa bodo lah, setelah peristiwa semalam itu, sepertinya tak ada gunaya lagi aku bersikap pura-pura ja’im padanya..lebih baik aku ikuti saja irama permainan ini, ibarat syair lagu dangdut, terlanjur basah ya sudah..mandi sekali.

Cerita Sex: Keluarga Pak Trisno

Gadis itu melepas belitan handuk pada kepalanya, seraya mengibas-ngibaskan rambut basahnya yang sepertinya baru saja dikeramas.
Kini aku telah berada didalam kamar tidurnya, dan masih berdiri mematung saat dia merebahkan tubuhnya diatas ranjang.

” Ayo pa…Nanda dipuasin juga dong…”? Pintanya sambil berbaring telentang

” Mmm..pu..puasin bagaimana? ” Tanyaku gugup

” Si puss Nanda disayang-sayang dong…kayak yang difilm-film begituan itu lho pa…”

” Si puss yang mana? Disayang-sayang bagaimana?” walau secara garis besar aku mengerti apa yang diinginkannya, tapi secara spesifik, terus terang aku belum memahaminya, terutama istilah-istilah yang dipakainya itu.

” Ini lho si pussnya…” jawabnya sambil menyingkap keatas gaunnya hingga memperlihatkan lingrie berwarna hitam.. Glek.. mungkin benda dibalik lingrie hitam itulah yang dimaksudkannya sebagai si puss. bukankah dalam bahasa inggrisnya adalah pussy…tapi kenapa juga disebutnya si puss, aku pikir kucing..ah, dasar anak-anak.

” Ehmmm..iya..tapi disayang-sayangnya seperti apa? ” Tanyaku, yang kini telah duduk dibibir ranjang. Walau nafsu birahiku telah mulai menaik, tapi terus terang diri ini masih gugup.

” Kayak difilm-film bokep itu lho pa.. ih, papa ini koq gaptek banget sih…” sialan..untuk hal seperti ini aku lebih tau dari kamu tau…pikirku dalam hati.

Sepertinya aku mulai mengerti sepenuhnya apa yang dimaksud oleh gadis imutku ini. Kegugupanku berangsur mulai berkurang, diriku kini telah naik keatas tempat tidurnya,memposisikan diriku tepat dihadapan selangkangan yang masih terbungkus lingrie itu.
Ahh…betapa indahnya apa yang berada dihadapanku ini, lekuk tubuh yang begitu sempurna putih bersih. Kuraba sesaat pangkal pahanya, sambil memperhatikan benda yang berada dibalik lingrienya itu. kulirik sebentar wajahnya, tampak dirinya tengah memperhatikan apa yang tengah aku perbuat.

” Celananya papa buka ya sayang….” yang dijawabnya dengan senyum dibarengi dengan mengangguk pelan.

Aahh…organ kewanitaan putriku kini telah berada dihadapanku, sepenuhnya… Ya, sepenuhnya terbebas dari benda yang menutupinya, dan terbebas pula dari rambu-rambu kenormaan yang merintanginya, sehingga aku bebas untuk melakukan apa saja.

Kusentuh bibir vaginanya, yang secara reflek kedua pahanya membuka, mempertunjukan belahannya yang berwarna merah jambu. Bulu-bulu yang menumbuhinya masih belum begitu lebat dan hanya tipis saja seperti bulu-bulu halus.

Kuhirup sejenak aroma liang vaginanya yang sedikit menganga, aroma sabun mandi masih terasa. Lidahku kini mulai terjulur, menjilat pelan pada keratan daging basah yang berwarna merah jambu pada bagian tengahnya. Kulihat sesaat ekspresinya, yang mendesah pelan saat menerima sentuhan lidahku yang pertama. Kulanjutkan lagi aksiku, kali ini lidahku lebih lincah lagi bergerilya, tanganku mulai kugunakan untuk menyibak bibir vaginanya, praktis belahan vertikalnya itu kini menganga lebar mempertontonkan isi jeroannya.

” Zzzzz…aaaauuugghhhhh….geli paaaaaa……uuuuhhhhh…” Desahan dari mulai terdengar, sambil kedua tangannya menjambak pelan rambutku, sesekali matanya melihat kearahku, kearah ayah kandungnya yang kini tengah menggelitikan lidahnya didalam liang vaginanya.
Srrruuuufffff…kusedot agak kuat daging lembut yang mulai mengeluarkan cairan bening yang sedikit asin itu. Sepertinya dia agak sedikit terkejut, yang ditandai dengan gerakan bokongnya yang menyentak sesaat. Kelentit yang letaknya sedikit agak diataspun tak luput dari sedotan mulutku, yang membuat erangannya semakin keras.

“ Papaaaaaaa….aaaauugghhh…enak paaa….teruuuss..paa…Nanda sayang papa..aaaahh…” jambakan pada rambutku semakin keras, terkadang ditarik-tariknya yang membuatku sedikit nyeri.

Hingga akhirnya terdengar erangannya yang keras, yang kuyakini itu adalah puncak kenikmatannya yang telah dia capai.

“ Aaaaaaaauuuhhhhh….papaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……..” sebuah pekikan yang panjang, dibarengi dengan bokongnya yang terangkat keatas sehingga mulutku terbenam didalam liang kewanitaannya yang basah oleh cairan nikmat.

Setelahnya, gadis itu terdiam. menyisakan nafasnya yang kembang kempis, kutatap wajahnya..wajah yang kini tersenyum kearahku.

“ Makasih pa…udah puasin Nanda…” ucapnya, sepertinya sebuah ucapan yang tulus. Yang kubalas dengan senyum.

” Papa..sun dulu dong…mmmm..” pintanya manja, sambil memonyongkan bibir, dan sedikit memejamkan matanya. Kukecup bibirnya dengan lembut, namun tak kusangka justru dibalasnya dengan lidahnya yang menelusup kedalam rongga mulutku, leherku ditarik hingga kami bergumul untuk beberapa saat.

Hingga akhirnya kami berhenti, dengan masih bebaring berdua, merebahkan diri kami dalam satu bantal.

” Enak ya pa…. kita akan sering-sering begini lagi kan pa? ”

” Sering-sering? Iya..iya…kita lihat saja nanti…” jawabku gugup, tanpa sempat berpikir. disamping diriku tentunya juga tengah dilanda birahi yang memuncak.. dan belum tertuntaskan..alias masih nanggung, sehingga aku hanya menatap wajahnya dengan penuh nafsu.

” Koq pake’ kita lihat saja nanti? Berarti belum pasti dong…” protesnya dengan wajah cemberut

” Oke deh…papa janji. Tapi kamu juga harus janji untuk merahasiakan semua ini…jangan sampai orang lain tau..terutama mama..”

” Oke deh pa deal…tos dulu dong..” setujunya, diikuti dengan mengangkat telapak tangannya keatas yang kubalas dengan membenturkannya dengan telapak tanganku.

********

” Eh, papa belum puas ya..? Papa mau Nanda puasin lagi? ” tawarnya, sambil memegang benda keras yang masih terbungkus celana pendeku.

” Iya nih..tolong dipuasin papa ya sayang…” pintaku, sambil mengusap-ngusap bibir kewanitaannya yang telah basah.

” Oke deh…sekarang Nanda mau sayangin dedenya ya pa…?”

Dirinya kini bangkit, seraya menarik lepas celana pendekku, lalu mencampakkannya kelantai. Batang penisku kini didalam genggamannya.

” Sayang…kamu buka bajumu dong…sekalian sama BHnya juga…” pintaku, sebelum dia meneruskan aksinya.

” Owwhhh…papa mau liat Nanda telanjang ya? ”

” iya dong sayang…kalau kamu telanjang kayaknya lebih seksi deh…” pujiku, yang langsung diturutinya. Kini dirinya benar-benar bugil dihadapanku, seperti yang kuduga, buah dadanya yang ranum dan baru mulai tumbuh itu memiliki puting berwarna merah jambu dengan bentuk yang masih kuncup belum terlalu bulat.

” Nih pa…Nanda udah telanjang…sekarang papa telanjang juga dong…baju papa juga dibuka…” aku segera menuruti keinginannya, kulepas t-shirt yg masih membalut tubuhku, hingga kami berdua benar-benar bugil.

Kini dia duduk diatas pahaku dengan posisi menghadap kearahku, tubuhnya yang telanjang membuatku merasakan hangatnya vagina menempel dipahaku, vagina yang baru saja kucicipi dengan mulutku.

” Dijilat dulu ya pa…?” yang kujawab hanya dengan mengedipkan mataku. Lidah yang lembut itu kini menyisiri sekujur batang penis dan topi bajaku, yang membuatku mendesah nikmat.

“Sekarang Nanda emut ya pa….?” pintanya, beberapa saat kemudian.

” Iya sayang…kamu memang pinter…si dede’nya jadi keenakan nih….” kini batang penisku benar-benar dikulumnya walau tampak kesulitan. Sepertinya batang jakarku terlalu besar untuk mulut mungilnya itu, sehingga hanya sepertiga bagiannya saja yang mampu masuk kedalam rongga mulutnya.

” Aaaahhh…Susah pa….dede’nya gede banget sih…mulut Nanda gak muat….” keluhnya, saat sejenak melepaskan kulumannya.

” Gak apa-apa sayang….makanya pelan-pelan…nanti juga kamu terbiasa..papa percaya kamu anak yang cerdas, pasti kamu bisa…ayo sayang diemut lagi dede’nya…” paparku, sekedar memberinya motivasi.

Dalam beberapa menit kemudian memang kurasakan kemajuan yang cukup signifikan , gerakannya lebih rileks dan batang penisku yang berhasil ditelan kedalam rongga mulutnya lebih dari separuhnya.
Ah, mengapa menurutku begitu seksi dan menariknya dia dalam keadaan seperti itu. sungguh betapa konyolnya aku sebagai ayah… Ah, peduli setan..yang penting aku tak memerkosa anakku..ini kulakukan atas dasar suka sama suka, sama sekali tanpa adanya pemaksaan.. .dan, sekarang…yang penting happy…

Aaahhhh…betapa nikmatnya ini..kalau begini terus, tak perlu susah-susah aku “jajan” diluar dengan abg-abg yang hanya menginginkan uangku itu. bukan masalah uangnya…tapi sensasi yang kuterima tidak seberapa bila dibandingkan dengan anak gadisku ini..darah dagingku.

” Pa…Nanda jadi kepingin lagi nih…” pintanya,sambil meraba-raba liang vaginanya, setelah melepaskan kuluman penisku.

” Kepingin apa sih sayang..? Kan papa belum puas..belum keluar itunya, seperti tadi malam.. ayo sayang diemutin lagi dede’nya…” rayuku.

” Tapi Nanda kepingin dipuasin lagi pa… Gimana kalau dede’nya dimasukin kedalam sipuss…boleh ya pa?” glek..dia ingin aku menyetubuhinya.

Aku berpikir sejenak.

” Kamu sebelumnya sudah pernah melakukannya? ” tanyaku

” Belum pa…makanya Nanda pingin coba…Ayo pa..” rengeknya, kali ini sambil telentang dan membuka kedua pahanya. Ah, dasar..belum lagi aku memberi persetujuan, dia sudah memposisikan diri siap tempur seperti itu, glek..

” Baik..baik..itu artinya kamu masih perawan sayang… nanti saat dede’nya masuk kedalam sipuss, kamu akan merasa sakit..” jelasku.

” Iya pa…Nanda juga tau, kalau melepas keperawanan itu sakit..itu kata temen-temen Nanda yang sudah melakukan sama cowoknya.. tapi katanya lagi, itu cuma sekali saja..besok-besok kalau melakukannya lagi udah enggak sakit, malah enak dan bikin ketagian…gitu katanya.. Makanya pa ayo cepetan..” Sok tau nih anak, bapakmu ini lebih pinter soal beginian tau, pikirku.

” Oke deh sayang…kamu siap-siap ya…” kini posisi batang penisku telah mengarah pada liang vaginanya yang mungil namun menganga, sebenarnya aku tak tega membayangkan batang penisku yang besar ini menembus liang perawannya tapi..

” Pa..papa..” panggilnya lagi

” Apa lagi…?”

” Pa..inikan namanya ngentot pa…hi..hi..hi..” sial, aku sudah tau..tapi mengapa perkataan vulgarnya itu terdengar begitu seksi bagiku.

” Ayo pa..cepet entotin Nanda pa..hi..hi..hi..” Ah, tak kuasa aku mendengar kata-kata yang menggoda itu, dan akhirnya blessss…

” Aduh…paaaaaa….sakiiiiittt….” pekiknya, seolah menghapus tawa yang beberapa detik lalu masih menghias wajahnya.

” Enggak apa-apa ya sayang…tahan ya…dulu mamamu juga begini…” ujarku, sekedar menenangkannya.

” Aaaaaahhh…ya deh pa…enggak apa-apa..besok-besok udah enggak sakit lagi kan pa…uuuhhhh…”

” Iya sayang…besok kamu pasti ketagian…”

” Iya pa kalau begitu entotin Nanda terus aja pa…sampai papa puas..sampai keluar spermanya ya pa…nanti spermanya dikeluarin didalam sipuss aja…”

” Iya sayang.. Papa akan keluarin peju papa didalam sipuss, biar sipussnya kenyang…besok juga pasti papa akan entotin kamu lagi…” hiburku, seraya kulumat hibir mungilnya dengan rakus, yang dibalas dengan tak kalah rakusnya, kuhirup air liur dari mulutnya sebanyak-banyaknya namun seolah tak jua meredakan rasa dahaga ini.

Hingga akhirnya kurasakan getaran nikmat melanda sendi-sendi tubuhku dan…

” Aaaaaaaaaaaahhhhhhh….peju papa keluar sayang….aaaaaaaaaaaggghhhhh….”
Crottt..croott…croottt… Beberapa kali semburan spermaku menyirami rahimnya…rahim darah dagingku sendiri.

Hingga akhirnya aku ambruk diatas tubuh anakku, masih sempat kulihat cairan merah mengalir dari sela-sela bibir vaginanya..cairan darah..darah perawan.. yang telah direngut olehku, ayah kandungnya sendiri.

“Pa…peju itu apa sih? “ tanyanya disela-sela diriku yang menghimpit tubuhnya.

“ Peju itu sperma sayang…sperma yang baru saja menyirami rahim kamu ini…”

Tiga hari sudah semenjak aku memerawani putri kandungku, dan semenjak itu pula kami belum pernah lagi mengulanginya. Mungkin dia masih merasakan nyeri pada kemaluannya akibat efek dari luka selaput daranya yang aku bobol. Disamping juga karena istriku yang kini telah berada dirumah, sehingga aku dan Nanda tak mungkin bisa melakukan affair dengan bebas.

Pagi ini kami tengah sarapan, seperti biasa kami makan bersama dimeja makan belakang rumah. Tempat makan outdoor bernuansa taman, dengan rumput gajah terhampar rapi dibawahnya, dan ditanami dengan berbagai jenis tumbuhan tropis yang membuatnya tampak rimbun dan asri. Tak jauh dari situ terdapat kolam hias dengan sehuah air terjun buatan, walau itu hanyalah air terjun buatan, namun memiliki kesan alami, bagai berada dialam pegunungan. Beragam ikan koi dengan warna punggungnya yang indah menambah lengkap keindahan kolam.
Untuk bangunan rumahnya, aku padukan antara gaya tradisional dan modern, dengan nuansa rumah joglo khas jawa-tengah, sebagaimana leluhurku. namun pada bagian dalamnya aku beri sentuhan modern agar lebih nyaman dan praktis.
Itulah sedikit gambaran tentang hunian tempat kami tinggal, hunian yang artistik dan indah.

Berbicara tentang keindahan, aku memang pecinta keindahan sejati, dan kondisiku memang kebetulan cukup memungkinkan untuk mendapatkan keindahan-keindahan itu semua, yang aku maksud memungkinkan disini adalah kondisi keuanganku. karirku yang cukup menjajikan dengan posisiku yang strategis di departement membuatku begitu mudahnya memperoleh uang hanya dengan membubuhkan tanda tanganku. Disamping juga penampilanku, yang cukup membuat teman-temanku cemburu saat istri-istri mereka menatapku dengan tatapan kagum saat menghadiri acara pertemuan . ehmm.. maaf.. tiada maksudku untuk narsis atau menyombongkan diri.

Salah satu keindahan paling berharga yg aku miliki adalah termasuk wanita disampingku ini, Rike veronica, 37 tahun, istriku.. Kurang apa dia bila yang diberi penilaian adalah keindahan dan kecantikannya. Sosok yang menjadi pusat perhatian teman-teman sejawatku saat kubawa bila sedang ada acara undangan, atau beberapa acara pertemuan. Sosok dengan tinggi 170cm, dengan lekuk tubuh tak kalah dengan artis-artis seksi tanah air. hidungnya yang bangir, mata lebar bercahaya, dengan kulitnya yang putih. darah jerman yang mengalir dari ibunya membuatnya sekilas mirip artis sophia latjuba yang kini berganti nama menjadi sophia moler..maksudku muller. Ah, tapi tidak..aku rasa artis itu masih belum sepadan bila dibandingkan dengan istriku. buah dada sophi terlalu kendor dan jatuh, serta kulitnyapun sudah mulai mengendur, berbeda dengan istriku yang berbuah dada padat berisi serta kencang, asli tanpa suntikan silikon, serta kulit masih kencang dan bercahaya.

Sedangkan bocah lelaki diseberang meja tepat dihadapanku itu adalah Doni, putra keduaku. pemuda tampan berusia 14 tahun yang tekstur wajah dan sinar matanya mirip ibunya. walau baru duduk dikelas 2 SMP namun tinggi badannya hampir menyamai diriku, bocah yang kerap aku pergoki sedang mengakses situs-situs dewasa dikamarnya, dan disaat secara diam-diam aku buka file-file dilaptopnya, isinya sebagian besar hanyalah film-film porno belaka, sepertinya untuk kegemarannya yang satu itu diwarisi dari diriku.
Lalu untuk gadis muda disampingnya itu.. Ah, untuk gadis bengal dan manja, serta sikapnya yang kekanak-kanakan itu, tak perlu lagi aku memperkenalkannya.

” Pa..kayaknya mama harus berangkat sekarang deh…” ujar istriku seraya meneguk orange juice digelasnya.

” Sekarang? Sepagi ini? jam setengah tujuh saja belum..” balasku, sedikit memprotes

” Papaaa… Mama kan ditunjuk sebagai salah satu anggota tim panitia untuk acara itu..tentunya mama harus hadir pagi-pagi benar dong..”

” Ya sudah..Papa paham… Hati-hati dijalan.. dan salam sama ibu-ibu pengurus yayasan..” setelah apa yang aku katakan itu, sepertinya istriku bersiap meninggalkan meja makan.

” Oke deh, kalau begitu mama berangkat duluan ya pa..mmmmuaahh..” ucapnya, diakhiri dengan mengecup pipi kananku.

” Kamu bener mau nyupir sendiri? Gak perlu diantar pak Somad? ”

” Gak usah lah pa…lagian kayaknya dia hari ini gak masuk, katanya sih ada acara sunatan anaknya gitu..”

” Ya sudah kalau begitu.. Oh ya, jadi si Doni berangkat sekolah naik taksi nih..atau aku antar saja..”

” Ah, gak usah repot-repot pa…biar sekalian aja dia berangkat sama Mama…”

” Iya pa…biarin aja dia pagi-pagi udah sampai sekolahan..biar sekalian bantuan ngepel sama nyapu disana..hi..hi..hi..” celetuk Nanda dengan mulut masih penuh dengan makanan. yang pagi itu masih mengenakan gaun tidur tipisnya. sepertinya gaun yang sama yang dipakai saat aku memerawaninya tiga hari lalu.

” Iya mah..apa enggak kepagian tuh untuk Doni..” ujarku, yang langsung dipotong oleh Doni.

” Enggak apa-apa koq pa…sekalian Doni mau nyelesaikan PR yang belum sempat Doni selesaikan..”

” Ya sudah kalau begitu…Tapi lain kali, yg namanya PR itu harus digarap dirumah, dan harus kamu sempatkan.. Kenapa enggak tadi malam sih?” Paparku, sedikit mengomel.

” Maaf pa..semalem Doni ketiduran..”

” Udah lah pa….Mama keburu ditungguin sama ibu-ibu yang lain nih..kan gak enak.. Ayo Doni, langsung kita berangkat…”

*********

Sepeninggalan istriku dan Doni, praktis hanya menyisakan Nanda yang menemani sarapan pagiku. Putriku yang kini tepat duduk dihadapanku dan hanya dibatasi oleh meja makan. Dan senyumnya itu.. aku hafal benar arti senyumnya yang seperti itu, kekonyolan apa lagi yang akan dia tunjukan padaku.

” Papaaaaa….coba tengok kebawah meja pa…” Apa kubilang…Dan tanpa basi-basi lagi segera kutundukan kepalaku kebawah maja. Astagaa…kulihat dia tengah menyingkapkan gaunnya, sambil kedua pahanya mengangkang lebar, mempertunjukan liang vaginanya yang sudah tak lagi mengenakan celana dalam.

” Hi..hi..hi…kaget ya pa..?” godanya

” Ih, dasar kamu..koq enggak pake celana dalem sih…”

” Biarin aja, sengaja koq… Eh, pa..Entotin Nanda lagi dong… Udah kangen nih…” glek..sebuah ajakan yang diucapkan dengan lugu namun bernada vulgar keluar dari bibir imutnya, yang membuat syahwatku meronta seketika.

” Dasar kamu anak nakal…emangnya papa enggak kangen apa…” balasku

” Kangen apa hayo…?” tanyanya lagi, hmmm..aku tau jawaban yang dia inginkan.

” Rindu ngentotin kamu dong sayang…” Ah, tampaknya dia menyukai jawababku itu, terlihat dari ekspresinya yang tampak berbunga-bunga.

” Ih, papa… Ayo pa, kita ngentotnya dikamar Papa dan Mama aja ya…” Bagai tak sabar, ditariknya tanganku menuju kearah kamar tidur utama.

*******

” Pa…langsung dientot aja ya pa… Nanda udah gak nahan nih..” Deretan kata pertama yang diucapkannya begitu tiba didalam kamar.

” Koq buru-buru, Nanda enggak mau mainan sama dede’nya dulu?”

” Nanti aja deh pa…plis pa..entotin Nanda dulu dong, dah gak tahan nih dari kemarin.. Abis, mau minta takut ketauan Mama..” mohonnya, seraya melepaskan gaun dan bhnya, lalu menghempaskan tubuhnya berbaring telentang diatas ranjang dengan mengangkangkan pahanya.

” Duh…kasian anak papa…iya deh, papa langsung entotin kamu ya sayang…” seraya kulucuti seluruh pakaian yang kukenakan. Kukecup bibir ranumnya yang merekah, yang dibalasnya dengan permainan lidahnya.

” Ayo pa..langsung masukin dede’nya…” desaknya, sambil menyibak bibir vaginanya dengan kedua tangan.

” Iiihh…anak papa gak sabaran amat sih…oke deh..siap-siap ya…. satu..dua..tiga..hap..” bless..batang besarku amblas kedalam liang memeknya yang telah basah oleh cairan nafsu. diikuti dengan desahan lembut dari bibirnya.

” Udah enggak sakit lagi sayang? ” tanyaku, kawatir bahwa rasa sakit akibat luka sobekan selaput daranya tiga hari lalu masih membekas.

” Enggak pa…udah enggak sakit pa.. Sekarang malah enak pa…enak banget pa.. Benar kata teman-teman Nanda yang permah dientotin sama cowoknya..pertamanya saja yang sakit..setelah itu enak…” paparnya sambil sesekali mendesah lembut.

” Koq Nanda enggak ikut-ikutan ngentot sama cowok Nanda…” pancingku

” Enggak mau ah…enakan ngentot sama papa aja…”

” Ihhh..kamu memang anak pinter… Papa entotin yang kenceng ya sayang…” rasa gemas membuatku menghujamkan batang penisku dengan kecepatan tinggi, hingga tubuhnya ikut terguncang-guncang secara berirama..”

” iya pa..yang kenceng pa.. Hgghh…hgghh..hgghh……” racaunya, sambil kedua tangannya meremas bokongku, sementara kedua kakinya melingkar pada pinggulku.

Beberapa menit kemudian terdengar lengkingannya yang keras, diikiti dengan remasan tangannya pada bokongku yang semakin kuat, hingga kurasakan perih karna cakaran kukunya yang sedikit melukai buah pantatku.

” Papaaaaaaa…..Nanda sampai paa….aaaaahhhggghhhhhh….” mulut yang memekik itu kusumbat dengan mulutku yang memagutnya dengan rakus, hangat kurasakan desahan nafasnya, pertanda memang nafsunya yang sedang tinggi, nafsu yang pada akhirnya tertuntaskan.

Kuhentikan sejenak kayuhanku, lalu kucabut penisku yang tertancap didalam liang vaginanya. Kutatap sejenak wajah yang terlihat sayu namun tergambar sebuah kepuasan pada dirinya.

Kuangkat keatas kedua pergelangan kakinya, lalu kutekuk hingga kedua telapak kakinya nyaris menyentuh kepalanya, tubuhnya yang masih ramping dan lentur memudahkannya untuk diperlakukan seperti itu.

” Koq kaki Nanda ditekuk-tekuk gini pa…kayak pemain sirkus aja…” herannya.

” Gak apa-apa sayang…biar kalau nanti peju papa keluar tertampung semuanya didalam rahim kamu…” jawabku dengan alasan sekenanya, walau sebenarnya hanya sekedar menikmati sensasinya saja menyetubuhinya dengan posisi akrobatik seperti itu.

Dengan posisi seperti itu, segera kutancapkan kembali batang penisku, dan kugenjot dengan kuat.

Hanya beberapa menit setelahnya, aku melenguh keras, merasakan nikmatnya orgasme dari persetubuhan sedarah ini, bersamaan dengan semburan sperma kedalam liang vaginanya.

” Aaaaaahhhh….papa keluar sayaaang…aaagghhh…aagghhh..aaagghhh….” crott..crott…croott.. Beberapa kali semburan spermaku mengisi liang rahimnya, hingga aku lemas dan terdiam untuk beberapa saat.

*********

Setelah orgasme yang kami dapati berdua, dan masih dalam keadaan bugil, kami hanya berbaring sambil diselingi oleh obrolan-obrolan ringan, atau sesekali dengan candaan-candaan konyolnya yang menggodaku.

” Pa..Nanda bolos aja ya pa… cuma sekali iniiii aja… Papa juga, enggak usah masuk kerja dulu..kita ngentot aja sampai siang ya pa…Gimana pa…? oke ya pa…?” Rajuknya, Ah, dalam lain hal pasti aku akan melarangnya dengan tegas, tapi untuk sebuah kenikmatan yang ditawarkannya, tentu itu lain cerita, dan kebetulan hari ini tak ada urusan yang terlalu penting dikantor, sehingga aku tinggal angkat telpon, minta ijin dengan alasan kurang enak badan.

” Oke deh…tapi sekali ini aja lho…” setujuku

” Horeeeeee…..yess..yess..yesss…” soraknya kegirangan.

Sudah hampir setengah jam kami beristirahat setelah permaianan pertama kami tadi, hingga..

” Papa…”

” Apa..”

” Papa pernah melakukan anal seks sama Mama..?” Ah, mengapa pula dia menanyakan itu.

” Pernah..memangnya kenapa?” jawabku, lalu dia terdiam sejenak

” Nanda di anal juga dong pa….mau ya pa… plis dong pa..” Ah..Sebenarnya aku tak tega bila harus menghujamkan batang penisku yang besar ini kedalam liang anusnya itu..tapi sepertinya dia begitu berharap.

” Iya deh, kalau memang kamu kepingin banget sih…” setujuku, yang langsung dijawab dengan ciuman pada pipiku.

” Mmuaahh…papa memang baik deh…Ayo pa kita mulai..”

” Sekarang…?”

” Enggak, Taun depan…ya sekarang lah.. Anus Nanda kan udah kepingin banget ngerasain ditoblos sama si dede’ ” sial, maksudku hanya ingin memastikan, sekarang juga atau beberapa menit lagi.

” Nanda nungging ya pa? ” ujarnya, seraya memposisikan dirinya menungging diatas ranjang, mempertontonkan bokongnya yang mulus tanpa cacat, yang pada bagian tengahnya terdapat liang yang mengerucut, dengan guratan-guratan garis yang tertumpu pada satu titik pusat.

Kutarik bokongnya ketepi ranjang. Sepertinya lebih baik kalau aku menikmatinya dari bawah ranjang. Seraya aku melompat kebawah dan berjongkok diatas lantai. Pandanganku tertuju pada bokong yang menantang ditepi ranjang, terutama pada liang kerucutnya yang imut. Kuciumi sekujur pantat mulusnya dengan gemas, barulah lidahku terkonsentrasi pada liang berkerut itu, yang memberikan reaksi berkedut-kedut saat menerima gelitikan lidahku.

” Aaaaahhhhhhh….sedap paaa..enaaaaakkkkk…..” erangnya, menikmati sapuan lidahku pada liang anusnya.

Lidahku semakin lincah menari-nari disekitar area lubang pelepasannya, bahkan hingga kutelusupkan ujung lidahku memasuki rongganya, aroma khas anus justru semakin membuatku bernafsu, ditambah lagi ekspresi yang diberikan olehnya, dengan pekikan-pekikan nikmat bernada manja yang membuatku semakin gemas dibuatnya.

Tak sampai lima menit aku memberinya rangsangan. Kini aku berdiri dengan posisi batang penis mengarah pada liang anus anak gadisku. Sementara kedua tanganku meremas bokongnya yang putih bersih tanpa cacat itu.

” Bagaimana sayang…siap ya.. Sidede’nya udah minta masuk kedalam lubang anusmu nih….”

” Iya pa…langsung dimasukin aja pa…toblos pa..” pintanya, seolah tak sabar.

” Tapi sakit lho sayang….”

” Enggak apa-apa pa…udah toblos aja”

” Oke ya…..siaaaappp…haapp…” kutekan batang penis yang telah kubaluri dengan sedikit air liur untuk pelumasan, agak seret memang, namun berhasil juga batang jakarku masuk hingga separuhnya.

” Gimana sayang? Sakit? ” Tanyaku untuk memastikan.

” Enggak pa..enggak sakit..enak malahan pa…ayo pa…masukin yang lehih dalem lagi pa…”

Agak heran juga aku dengan apa yang dikatakannya itu, karna sebagian besar orang saat baru pertama kali melakukan anal seks, biasanya mereka akan merasa sakit, begitu pula saat pertama kali aku melakukannya terhadap istriku, yang merintih menahan perih, walau setelah itu justru malah ketagihan, dan selalu memintanya padaku untuk menyodominya setiap kali kami berhubungan badan. Mungkin saja putriku ini memiliki elistisitas yang tinggi pada otot-otot anusnya, sehingga saat benda memasukinya, otot-otot itu akan melar dan menyesuaikan diri dengan ukuran benda yang memasukinya itu. Itu yang pernah aku baca disebuah rubrik kedokteran. Ini dapat kurasakan pada batang penisku yang sepertinya yang tak terlalu tercekik, bahkan sepertinya mudah saja untuk berpenetrasi didalamnya. hingga kutekan lebih kedalam lagi batang penisku sampai hanya menyisakan buah pelirnya saja diluar.

” Genjot yang kuat dong pa…”

” Bener kamu enggak sakit sayang….” kembaliku memastikan

” Ih, papa nih..dari tadi nanya itu terus…enggak sakit, malah aku enak banget…ayo cepetan genjot yang kuat….” pintanya, dengan nada sedikit mengomel.

Apa boleh buat kalau memang itu kemauannya, seraya kupacu bokongku dengan kuat, yang membuatnya terguncang-guncang maju mundur seiring gerakan kayuhan bokongku.
Plok..plok..plok.. Suara benturan pahaku dengan bokongnya terdengar cukup riuh, bercampur dengan bunyi berkecipak dari gesekan antara penisku dan otot-otot anusnya, bahkan sesekali terdengar suara seperti kentut akibat rongga udara didalamnya yang tertekan. Namun diantara semuanya itu yang paling riuh justru adalah ocehannya itu, yang terkadang disertai erangan atau pekikan dalam mengekspresikan rasa nikmat yang dia rasakan.

” Auugghhh….asik pa..enak pa…hajar lebih kuat pa…nikmaaatt…” Sepertinya memang dia sungguh menikmati hantaman batang penisku pada anusnya itu. Padahal aku pernah membaca juga bahwa sebagian besar wanita tidak menemukan kenikmatannya dalam anal seks, tapi kesimpulan itu tidak bisa disama ratakan secara keseluruhan, ada beberapa wanita yang justru lebih menikmati anal seks ketimbang seks melalui vagina, walaupun itu dalam sekala yang kecil. Dan mungkin saja anakku ini termasuk didalam yang sebagian kecil itu.

Semakin kuat dan bertenaga bokongku bergerak maju mundur, semakin riuh pula erangan dan racauan dari mulutnya, untuk seketika putriku yang imut dan kekanak-kanakan berubah begitu liar dan binal, nafasnya memburu, pipinya yang putih dan licin bak patung lilin kini mulai memerah, kata-katanyapun sudah tak terkendali.

” Ayo pa..terus pa…entotin anakmu ini pa…entotin lubang pantat Nana pa….papaaaa…aku sayang papaaa…”

Hanya beberapa menit setelah itu, pecahlah lengkingan yang keras, yang membuatku sedikit kawatir kalau itu akan terdengar oleh orang lain yang berada diluar, karna dirumah itu masih ada pembantuku yang terakhir aku lihat berada didapur, dan tentu saja aku tak ingin dia mengetahui hubungan terlarang kami ini.

” Aaaaaaaaagghhhhhhhhh…..Nanda sampai paaaa…..” Baru kali inilah aku mengalami wanita yang sedang kuanal mengalami orgasme, bahkan istrikupun belum pernah, apalagi abg-abg penjaja seks yang hanya menginginkan uangku, mereka hanya orgasme saat batang jakarku membombardir liang vaginanya.

Tubuh yang sebelumnya dalam posisi menungging kini ambruk hingga tertelungkup, dan saat dirinya tertelungkup seperti itu, samasekali tak kuhentikan aksiku, batang penisku masih terus menghujami liang duburnya.

Hingga beberapa saat kemudian kurasakan diriku akan mencapai kimaks, namun entah mengapa tiba-tiba timbul ide liar dalam pikiranku.

Pluupp.. kucabut batang penisku dari liang anusnya, lalu dengan tergopoh-gopoh kuarahkan pada mulut anakku yang masih tertelungkup.

” Ayo sayang…..dimakan peju papa ya sayang ya…buka mulutnya sayang…buka yang lebar…aaaakkkk” gayung bersambut, obsesi liarku itu mendapat sambutan yang cukup hangat darinya, yang segera membuka mulutnya dengan lebar tepat dibawah ujung penisku. matanya menatap kearahku, seolah tengah mengamati ekspresi wajahku.
Crottt…crottt..crottt…

“:Aaaaaahhhhhhhh….makan peju papa sayang….aaaaaaaaahhh…aaaahhhh..aaaahhhh..” cukup banyak cairan putih kental yang tertampung didalam mulutnya, namun masih belum ditelannya. Baru setelah tak ada lagi tetesan sperma yang keluar dari ujung penisku, tiba-tiba mulut yang sebelumnya menganga itu terkatup, disusul dengan gerakan menelan pada lehernya.

” Aaaaaaahhhhh….enak pa.. Lezaaaaaattt…” ujarnya, lalu mulut itu menghampiri penisku, menjilati sisa-sisa sperma yang masih melekat.

” Pa, nanti kalau kita ngentot lagi, pejunya Nanda makan lagi ya…” pintanya dengan manja, sambil mengurut-urut batang penisku berharap masih tersisa setetes dua sperma yang masih keluar.

” Nanda suka, makan peju papa? enggak jijik sayang..? ” tanyaku, sambil mengusap-usap rambutnya yang lurus dan agak pirang.

” Enggak pa…Nanda enggak jijik tuh…enak koq pa..”

Akhirnya, setelah berbincang-bincang sebentar sambil bermesra-mesraan dengan anakku, untuk pagi itu kami menyudahi dulu permainan ini.

******

Sudah dua jam berlalu permainan terlarang antara aku dan Nanda, setelah itu aku bersantai-santai diruang keluarga sambil menonton tv, kini hanya duduk seorang diri menikmati indahnya warna-warni punggung ikan koi yang berwira-wiri didalam kolam, entah dimana Nanda, terakhir tadi aku tinggalkan dia dikamar utama sedang sibuk dengan ponselnya, sedang pembantuku baru saja pergi kepasar setelah kuperintahkan untuk membeli udang segar.

Sedang asik duduk, kurasakan sesuatu menepuk pundakku, ternyata adalah Nanda yang berdiri dengan seyum penuh arti, aku sudah mulai hafal dengan arti seyumnya itu, seraya kuputar posisi kursiku menghadap dirinya, dan membelakangi kolam yg sebelumnya menjadi perhatianku.

” Ada apa sayang?” tanyaku, dirinya masih berdiri tersenyum.

” Nanda punya kejutan untuk papa…”

” Kejutan apa lagi sih sayang?”

” Buka aja sendiri..kejutan itu ada dibalik gaun Nanda..” Ah, paling-paling dia hanya ingin menunjukan vaginanya yang sudah tak lagi tertutup celana dalam, itu dapat kulihat dari balik gaunnya yg transparan.

” Ayo pa..buka.” pintanya lagi

” Iya ayah buka…apaan sih emangnya..” setelah gaunnya kusingkap keatas, memang kulihat vaginanya yang sudah tak memakai celana dalam itu, namun aku tetap berpura-pura terkejut, sekedar untuk meyenangkan hatinya.

” Lihat yang dibelakangnya dong pa…” dibelakangnya? mungkin yang dia maksud adalah bokongnya.

Astaga…kali ini aku benar-benar terkejut dengan apa yang aku saksikan. Bagaimana aku tidak terperangah, disitu kulihat dildo milik istriku tertanam didalam lubang anusnya, dan hanya menyisakan buah pelirnya yang terhambat diluar. Aku tau betul ukuran dildo itu, diameternya cukup besar, bahkan lebih besar dari penisku, dan panjangnyapun sekitar 20cm.

” Hi..hi..hi…papa kaget ya..seksi ya pa…?” ujarnya sambil sambil menggoyang-goyangkan pantatnya dihadapanku.

” Ih, dasar anak nakal kamu..itukan punya mama..”

” Ada banyak dilaci pa.. Macam-macam lagi..” memang kami kadang sering memesan aksesoris sex-toy semacam itu melalui internet, yah..sekedar untuk koleksi, dan tentunya juga kami gunakan sebagai variasi seks dengan istri agar tidak jenuh. Yang semuanya itu kami simpan didalam laci dikamar kami, dan rupanya anak nakal ini berhasil menemukannya.

Gairahku mendadak bangkit melihat aksi konyolnya, seraya kugenggam buah pelir dari dildo berbahan karet itu, dan kukocok-kocokan didalam anusnya beberapa kali, lalu kucabut dan kumasukan kedalam mulutnya untuk dikulum.

” Diemut dede-dedeannya sayang…aaeemmm…” rasa gemasku pada bocah itu membuatku terpancing untuk memasukan lebih dalam dildo itu kedalam mulutnya, lalu kukocok-kocok beberapa kali, kuyakini ujung dildo itu menyentuh sampai pangkal tenggorokannya, hingga matanya mulai tampak berair seperti orang menangis, yang membuatku mengeluarkan dildo dari mulutnya.

” Kamu enggak apa-apa sayang…? ” tanyaku, dengan sedikit kawatir.

” Enggak apa-apa pa…Asik pa.. Ayo.lagi pa.. Lebih dalam lagi..Dikocok-kocoknya yang lebih kuat ya pa….” Lega hatiku mendengar perkataannya itu, seraya kumasukan lagi dildo itu kedalam anusnya, kukocok beberapa saat, lalu kembali kumasukan pada mulutnya. Kali ini kulakakukan seperti apa yang diinginkannya tadi, yaitu untuk lebih dalam dan lebih keras.
Ghlogh….Ghlogh…Ghlogh… Air matanya mulai menetes dari ekor matanya, sementara dari sela-sela bibirnya mengalir cairan ludah kental hingga memenuhi dagunya.

” Kamu mau yang lebih keras dan lebih dahsyat lagi sayang…? ” tanyaku, setelah melepaskan dildo dari mulutnya.

” Iya pa… Nanda mau pa..plis pa…” mohonnya dengan wajah yang telah belepotan air liur pada dagu hingga pipinya.

” Papa akan ajari kamu sebuah permainan, namanya cappuccino… Kamu tau kan cappuccino?”

” Ya tau lah…itukan nama minuman…kenapa enggak bajigur aja sekalian…”

” Eiit…jangan ngeledek dulu..cappuccino itukan minuman yang mengandung busa karna dikocok-kocok..” terangku

” Lalu apa hubungannya dengan kita yang lagi sik asik begini…?”

” Papa akan buat mulut kamu berbusa-busa seperti cappuccino itu..Mau enggak?”

” Wooww..kedengerannya asik tuh pa…mau dong..mau.. Pasti dikocok-kocoknya pakai si dede, iyakan? wah, pasti asik tuh…ayo pa..cepet pa…”

” Baik, sekarang kamu duduk dikursi ini sayang…”

Setelah dirinya duduk, kulepas celana pendekku, seraya kuposisikan batang penisku yang telah berdiri tegak mengarah pada mulutnya.

” Siap- siap ya sayang…kamu teriak cappoccino yang keras ya..satu..dua..tiga…”

” Cappuccino..!” teriaknya.

Bersamaan dengan teriakan itu, kusumbatkan batang bazokaku pada mulutnya, dan tanpa ampun kugenjot dengan sekuat tenaga sambil kedua tanganku menjambak rambutnya. Kerasnya hantaman bokongku, ditambah dengan jambakan rambutnya yang kutarik kedepan, sehingga memberikan penekanan dari kedua arah pada mulutnya.

Belum sampai satu menit aksi kami berlangsung, telah begitu banyak air liur yang menetes memenuhi dagu dan pipinya, kocokanku yang kuat dan berkecepatan tinggi menghasilkan gelembung-gelembung ludah disela-sela bibirnya. Air matanyapun semakin deras menetes akibat sodokan batang jakarku yang menghujami tenggorokannya. Saat dirinya mulai terbatuk-batuk, segera kucabut batang penisku.

” Kamu enggak apa-apa sayang…” kawatirku lagi

” Enggak apa-apa pa…lagi pa..lanjutin lagi pa…ayo pa…” mendengar jawaban itu, perasaanku kembali lega, dan kembali aku lanjutkan aksi ekstrimku itu.

Hampir lima menit aku membombardir mulutnya, pegal juga rasanya pinggangku dibuatnya, hingga keringatpun mulai membasahi tubuhku. Akhirnya kusudahi juga permainan itu, seraya kuberjongkok mensejajarkan diriku dengannya.

” Bagaimana permainannya sayang? Asik kan?” tanyaku, wajahnya tampak dipenuhi dengan cairan kental yg beberapa bagiannya seperti berbusa, terutama pada dagu,pipi dan hidungnya.

” Mantap pa…luar biasa..papa memang hebat…” jawabnya, dibarengi dengan mengacungkan kedua ibu jarinya.

” Wah, cappuccinonya udah banyak tuh…papa cicipi ya?”

” Oke pa…silahkan pa…” ujarnya, seraya menyodorkan wajahnya yang telah dipenuhi “busa cappiccino spesial” itu.

Srrroootttt…srroott… Dengan rakus kuseruput cairan-cairan ludah kental yang menuhi wajahnya hingga bersih, yang diakhiri dengan kulumat bibir mungilnya.

” Pa…ayo dong, Nanda dientot lagi…” pintanya, setelah kami menyudahi france-kiss yang full of saliva itu.

” Oke deh sayang…sekarang kamu berdiri..” Yang segera diikuti olehnya. Setelah terlebih dulu melucuti gaun yang masih dikenakannya, sehingga dirinya kini benar-benar bugil ditempat yang sebetulnya terbuka ini, namun dinding pagar rumah ini cukup tinggi, sehingga tak mungkin orang lain dapat melihat aktifitas kami dari luar.

” Pegangan kursi..oke, agak nungging sedikit… begini… iya, perfect..” sesuai dengan yang kuarahkan, posisinya kini berdiri membelakangiku dengan agak menungging, sambil kedua tangannya berpegangan pada sandaran kursi, sehingga bokongnya menyembul kearahku.
Posisiku telah berdiri membelakanginya, dengan batang penis berdiri tegak mengarah pada bokongnya yang menungging.

” Mau dimasukin dimana nih dedenya? Mau dimasukin ke sipuss atau anus? ” tanyaku

” Anus dong pa….”

” Ih, dasar kamu nakal ya… Nih, rasakan..” blesss…seperti yang dimintanya, kuhujamkan penisku kedalam anusnya, dan langsung kupompa dengan kuat.

Sekitar lima menit aku menggenjot lubang duburnya. Kucabut sementara batang penisku.

” Diisep dedenya dulu sayang…” pintaku, yang segera dituruti olehnya mengoral batang penis yang baru saja berpenetrasi didalam liang anusnya.

” Pa..Nanda mau jilat anus papa dong…boleh ya…” pintanya, hanya beberapa saat setelah dia mengoral penisku.

Aku berdiri dengan mengangkat sebelah kakiku keatas kursi,dengan posisi sedikit menungging untuk mempermudah aksesnya mengoral liang duburku.

” Ayo sayang…papa udah siap nih..katanya mau jilatin anus papa…” ujarku, sambil meyibak belahan bokongku dengan kedua tangan.

” Oke pa…” dengan lincahnya lidah itu mengelitik-gelitik liang anusku, bahkan kurasakan ujung lidahnya seperti berusaha untuk menerobos masuk lebih kedalam. Ah, merem melek aku dibuat oleh aksinya itu, hingga mataku sepatuh terpejam menikmatinya. Kini tanganku tak perlu lagi menyibak belahan pantatku, karna kedua tangannyalah yang telah mengambil alih, sehingga kedua tanganku kini berpegangan pada sandaran kursi.

” Aaaauggghhhhh….terus sayang…kamu pinter sekali sih….Adauuoowww…” Sial, sedang asik-asiknya aku menikmati sensasi jilatan lidahnya, dengan iseng dimasukan jari telunjuknya kedalam liang duburku yang membuatku terpekik kaget.

” hi..hi..hi..kaget ya pa..?”

” Ih, iseng amat sih kamu…sini kamu, biar papa entot lagi nih lubang pantatmu…”
Kembali kugenjot anusnya dengan batang penisku, dan tak sampai beberapa menit kurasakan puncak kenikmatan pada diriku yang diikuti dengan sebuah lenguhan panjang.

” Aaaaaaaaaaaahhhhhhhh….papa keluar sayaaaang…”

” Pa…keluarin dimulut Nanda aja pa…..”

” Tanggung sayang…aaahhh..aaahh..aaahhh..huuhhh…” Tak sempat lagi aku mengikuti kemauannya, rasa nikmat ini sepertinya tak kuasa lagi untuk ditunda, hingga kutumpahkan seluruh spermaku didalam liang anusnya.

” Ih, papa gimana sih…kan mau Nanda makan lagi pejunya paaa…” keluhnya dengan wajah cemberut.

” Aduuuhh…maaf ya sayang…papa gak tahan sih..udah nanggung banget tadi.. jadinya gak kepikiran..”

” Ah, dasar…papa sih..” gerutunya lagi. Yang membuatku berpikir sejenak untuk dapat mengobati rasa kecewanya itu.

” Ah, begini saja deh…” kuangkat tubuhnya dengan masih penisku berada didalam liang anusnya. Dan dengan masih dalam keadaan seperti itu, aku langkahkan kakiku kearah meja makan kayu tak jauh dari tempat itu. Lalu kudekatkan posisi pantatnya tepat diatas meja. Sepertinya anak ini masih belum mengerti dengan apa yang akan aku lakukan.

” Oke sayang..sekarang papa cabut ya dedenya…satu…dua..tiga…ya…” pluup.. Begitu penis terlepas, mengalirlah cairan kental dari dalam anusnya, yang jatuh tepat diatas meja makan.

” Kamu ngeden ya sayang…biar peju papa yang didalam anusmu keluar semua…iya ngeden, kayak kalo kamu e’ek itu lho…” terangku.
Benar seperti yang aku perkirakan, saat dia mengedan, semakin banyak air maniku yang menetes keluar diatas meja makan.

” Udah ya sayang…. Tuh peju papa udah keluar lagi kan?”

” Ih, papa memang jenius deh…iya pa..Nanda makan dulu pejunya ya pa…”
Dirinya yang kini berada diatas meja mulai menundukan kepalanya kearah gumpalan cairan kental diatas meja.

” Mmmmm..baunya sedap pa…” ujarnya saat menghirup aromanya.
Srrruuuffffttt….hanya beberapa detik dihirupnya tanpa sisa, bahkan masih dijilatinya dipermukaan meja untuk sekedar mendapatkan sisa-sisa yang melekat.

” Mmmmm…sedap pa…” komentarnya, yang kubalas dengan mengecup mesra bibir yang masih menebarkan aroma sperma bercampur dengan aroma khas lubang anus.

*****

Dan semenjak saat itu, kami sering melakukan hubungan seks dengan anak kandungku ini. Bahkan saat istriku dirumahpun kami sempatkan pula untuk melakukannya disaat malam hari ketika istriku sedang terlelap, yang secara diam-diam aku memasuki kamarnya, menemui dirinya yang sedang menunggu untuk sebuah permainan seks yang mengasikan, dengan berbagai gaya dan cara yang belum pernah aku dapatkan dari siapapun termasuk istriku. Ada saja permainan-baru yang kami lakukan, biasanya itu adalah ide darinya, katanya sih dia dapatkan dari film-film porno yang dia saksikan disitus-situs dewasa.
Kami melakukannya tidak selalu dirumah, terkadang juga dihotel saat dirinya pulang sekolah dan aku pulang kantor. ada saja alasan yang sepertinya masuk akal yang kami berikan pada istriku.

Dan sukurlah..semua baik-baik saja, berjalan mulus dan lancar, dan kehidupan seksku dengan istripun biasa-biasa saja, kami tetap melakukannya walaupun terkadang hanya seminggu sekali. dan untuk pelajaran sekolahnya sama sekali tak terganggu, prestasi akademisnya disekolah masih tetap menonjol, karna pada dasarnya anak itu memang cerdas, secerdas ide-idenya untuk melakukan eksperimen-eksperimen seks yang mendebarkan, namun mengasikan, dan yang pasti….. Membuatku keranjingan.

Kuakui, Intan memang cantik,manis dan baik, dan selalu memberi perhatian lebih padaku. Teman-teman bilang gadis itu naksir padaku, namun aku katakan pada mereka, bahwa aku masih terlalu muda, baru kelas 2 SMP, usiapun belum genap 14 tahun, dan belum waktunya untuk bercinta-cintaan. Lalu apa yang mereka katakan padaku, terutama si Faris, yang dengan seenaknya dia bilang ” Doni…Doni…gua curiga sama elu.. Jangan-jangan elu itu homo..masa si Intan yang cakepnya kayak gitu elu tolak..kalau gua yang jadi elu don…..” Atau yang dikatakan si Reza ” Don, denger gua ya…elu tuh ganteng..tampang elu mirip si Al anaknya Ahmad dani..udah sikat aja..cuma sekedar untuk penyemangat belajar kan gak apa don…”

Ah, apa yang dikatakan Reza sepertinya terlalu berlebihan, yang mengatakan aku mirip si anulah..si inilah.. Terlebih yang dikatakan si Faris, yang seenaknya menuduhku homo. Aku normal 100%, lelaki tulen, bahkan untuk anak usia 14 tahun batang penisku terbilang besar, itu dapat kubandingkan dengan aktor-aktor film porno yang kerap aku saksikan filmnya dikamar, dan ukuran penisku rasanya tak jauh berbeda dengan mereka. Memang aku termasuk bongsor, dengan usia semuda ini tinggi badanku telah mencapai 172 cm, itu artinya aku lebih tinggi dua cm dari ibuku, walaupun belum setinggi ayahku yang 175 cm. Dan aku sama sekali tak tertarik dengan sesama jenis, aku hanya tertarik pada wanita. Namun wanita yang selama ini menarik hatiku adalah…Ah, akupun malu untuk mengatakannya..tapi baiklah, dia adalah Mamaku, ibuku..ibu kandungku sendiri, ganjil bukan?

Bukan sekedar rasa cinta yang kuberikan pada Mamaku, tapi juga nafsu..nafsu birahi, bagiku dia adalah sosok yang begitu sempurna. Tak ada wanita lain yang dapat menyita perhatianku selain Mama, termasuk Intan, gadis primadona sekolah yang selalu menjadi impian teman-temanku.

Obsesiku adalah Mama, terutama obsesi seksual. Sering aku membayangkan bersetubuh dengan Mama, sehingga sering pula aku mencuri-curi pandang pada tubuh indahnya, terutama saat dirinya mengenakan pakaian-pakaian yg mengekspose bentuk tubuh, seperti saat dia mengenakan hot-pan, pahanya yang mulus dan padat membuat syahwatku mendesir, yang ujung-ujungnya hanya bisa kulampiaskan dengan cara onani. begitu pula saat dia mengenakan gaun tidur berbahan sutra yang tipis sehingga bentuk tubuhnya yang indah terbayang jelas. bentuk tubuh yang sempurna, pantat bulat dan padat, buah dada besar, padat dan berisi, kulit putih mulus tanpa cacat, wajahnya yang cantik, hidung mancung dan bibir agak lebar dan sensual. Ah…sosok sempurna yang selalu mengisi hayalan mesumku.

Pernah aku mengintip Mama dan Papa sedang ML dikamarnya, dari lubang kunci aku melihat bagaimana batang penis papa menggenjot vagina Mama. tidak hanya vagina mama yang menjadi sasaran penis papa, tapi juga anusnya. Bahkan aku pernah juga melihat mama sambil menungging vaginanya digenjot oleh papa, pada saat bersamaan lubang anusnya juga disumbat oleh dildo, Ah..betapa binalnya mama saat itu, dan ekspresi mama begitu menikmati sekali… Ah, seandainya aku adalah papa…

********

Seperti malam-malam yang lain, selesai belajar biasanya aku menonton film-film porno yang telah aku unduh dari situs-situs dewasa. Berbagai jenis film porno dengan berbagai genre hampir memenuhi separuh dari kapasitas harddisc laptopku, mulai dari genre softcore sampai hardcore yang gila-gilaan.
Setiap kali menyaksikan wanita yang sedang bersetubuh di film-film itu, selalu yang kubayangkan adalah sosok Mamaku, sedangkan sosok prianya kubayangkan adalah diriku.
Dan seperti biasanya disaat birahiku menaik, aku mulai melepas celana dan memain-mainkan penisku sambil tatapanku terpusat pada layar monitor komputer.
” Aaaaahhhhh….ayo ma..terus maaa….memekmu enak ma…zzzzz..aaaahhhh…” racauku sambil tanganku bergerak mengocok-ngocok batang penis.

Sedang asik aku melakukan “ritual malam” yang hampir rutin aku lakukan itu, tiba-tiba diriku dikagetkan oleh sebuah bentakan keras dibelakangku.

” Doni..! Apa-apaan kamu….”

Secara reflek kursi putar yang kududuki kuarahkan pada sumber suara itu. Dan betapa terkejutnya aku melihat sosok yang berdiri didepanku, dia adalah Mamaku, yang sepertinya juga terkejut melihat batang penisku yang masih berdiri tegak. Dengan panik segera kuraih celana pendek dilantai dan langsung kukenakan.

” Ka..kamu..keterlaluan..Doni…awas..Mama beritahu Papamu nanti….” Sepertinya Mama begitu marah, pipinya yang putih tampak memerah. tapi sepertinya ia juga gugup, seperti ada keraguan dalam dirinya. Ah, tapi mata Mama sepetinya berkaca-kaca, semarah itukah dirinya sehingga sampai ingin menangis.

Hanya kata-kata itu yang leluar dari mulutnya, seraya dirinya pergi sambil menutupi mulutnya, sepertinya ia benar-benar menangis… Langkahnya setengah berlari…Lalu..brraakk… pintu kamarku ditutup dengan begitu keras.

Ah, mati aku.. Mengapa aku bisa lupa mengunci pintu itu, betapa teledornya aku… Habis sudah diriku…Entah apa yang akan terjadi padaku saat Mama melaporkannya pada Papa. Betapa malunya aku. Jangan-jangan Mama juga mendengarkan kata-kata yang keluar dati mulutku saat beronani tadi. Haduuhhh..bisa-bisa dianggapnya aku ini anak yang tak waras karna membayangkan ibu kandungnya sendiri saat bermasturbasi.

Laptop yang menayangkan adegan film porno telah kumatikan, dan aku masih terduduk dikursi dengan berjuta-juta pikiran, dan membayangkan hal apa yang akan menimpaku selanjutnya. Ah, disaat nanti Papa pulang dari kunjungan dinasnya kedaerah, sudah pasti Mama akan melapor kepadanya. Bisa jadi setelah itu Papa akan menitipkan aku pada kakek dikampung, karna aku dianggap berpotensi melakukan tindak asusila kepada Mama, dan itu dianggap sebagai sebuah aib bagi keluarga.

Tiba-tiba pintu kembali dibuka dengan pelan, diikuti dengan langkah Mama yang sedikit lesu, matanya sedikit sembab, serta hidungnya agak memerah. Aku hanya pasrah menunggu sumpah serapah yang bakal keluar dari bibirnya yang seksi itu.

Dia duduk dipinggir tempat tidurku, menatapku sejenak, lalu menarik nafas panjang, kemudian mulai bicara

” Doni.. Mama maklum dan mengerti, juga menganggap wajar dan manusiawi, jika anak muda seusia kamu melakukan hal seperti yang tadi kamu lakukan itu…. Terus terang tadi secara tak sengaja Mama sempat mengintip dari sela-sela pintu yang masih sedikit terbuka itu.. Tapi setelah mama mendengar desahan-desahan kamu yang selalu menyebut nama Mama… Mama langsung shok. Sekarang kamu jawab yang jujur…apa maksud kamu seolah-olah kamu sedang membayangkan Mama…? Jawab..!” paparnya, yang diakhiri dengan bentakan yang membuatku terkejut.

” Maaf ma…” Jawabku lirih

” Mama tidak butuh kata maafmu…yang Mama butuhkan adalah alasanmu.. Mengapa kamu mendesah-desah sambil menyebut Mama… Ayo jawab..”

Sepertinya otakku tak sempat lagi untuk mengarang cerita yang bisa menyanggah bahwa aku terobsesi pada dirinya. Terpaksalah aku hanya bisa jujur mengatakan apa adanya.

” Do..Doni memang su.. suka sama Mama…” jawabku gugup

” Suka bagaimana? Suka untuk ngapain? Ayo ngomong yang jelas..kamu kan anak laki..” tekannya lagi

” Suka..suka..Ah.. Doni ingin berhubungan seks sama Mama…” Ah, sial..keluar juga kata-kata itu

” Ya tuhaaaan…Doniii…Aku ini ibumu naaakk..Ibu kandungmu…sudah gila kamu..” bentaknya, yang membuatku hanya menunduk menatap lantai.

Kini dia berdiri, lalu menatapku sejenak, kemudian melangkah mondar-mandir disekitar kamarku, sepertinya tengah berpikir, namun aku melihat adanya kebimbangan dalam dirinya, seperti bingung dalam memutuskan sesuatu..entah apa yang dibingungkannya. Langkahnya berhenti sejenak tepat dihadapanku.. menatapku lagi..sepertinya bibir itu ingin mengucapkan sesuatu.

” Doni…kamu itu…” hanya itu yang terucap, lalu tertahan.. sepertinya ingin dilanjutkan… ah, ternyata tidak. Justru malah kembali duduk dibibir ranjang, kembali berpikir… menatapku…lalu menarik nafas panjang.. kembali tampak gugup, sementara kedua kakinya digoyang-goyangkan.. Kembali menarik nafas panjang lagi, kali ini sambil memejamkan kedua matanya.. Justru aku sekarang yang dibuat bingung dengan tingkahnya itu, lebih dari lima menit dia seperti itu. Seperti ada peperangan batin didalam dirinya. Peperangan yang masih belum bisa diputuskan siapa pemenangnya.

Lalu tubuh itu melesat kearah pintu..sepertinya hendak keluar.. Tapi mengapa secepat itu dia keluar? Hanya begitu saja? Bahkan dia belum memponisku. Ah, ternyata dugaanku salah..justru dia mengunci pintu itu..tapi mengapa dikunci? Ah, gawat.. Jangan-jangan dia akan menghajarku habis-habisan, makanya pintu itu dikunci agar tak ada yang menghalangi saat aku berteriak kesakitan karna siksaannya..tapi apa mungkin mama sesadis itu.. Ah, bisa jadi..mungkin saja dia terlalu emosi karna merasa harga dirinya diinjak-injak.. celaka, bisa mampus aku.

” Ampun maaaa….” Mohonku, sambil meringkukan badanku dikursi, bagar seekor tikus yang tersudut dipojok ruangan dan tak ada lagi tempat untuk berlari. kedua tanganku kugunakan untuk melindungi wajah dan kepalaku.

” Heh…Doni.. Jangan seperti anak kecil gitu kamu…” Ah, ternyata dia belum menghajarku.kini dia berdiri tepat didepanku.

” Ampun ma…jangan ma…” mohonku

” Ampun..ampun.. Apaan sih kamu..kamu pikir Mama mau ngapain…?” kini aku hanya terdiam.

” Doni..kamu betul kepingin berhubungan seks sama Mama..?”

” Betul Ma…tapi Doni minta maaf..ampuuun…” kembali aku memohon ampun, berharap Mamaku akan melupakan semua ini.

” Eh, Doni.. kamu denger Mama ya… Sekarang Mama mau tanya serius, dan Mama enggak marah…coba liat wajah Mama..apakah Mama kelihatan marah.” paparnya seraya tersenyum padaku untuk kemastikan kalau dia memang tidak marah.

” Iya ma… Mama mau tanya apa?”

” Begini Doni…tadi kamu bilang, ingin sekali berhubungan seks dengan Mama..iya kan? Nah seandainya Mama bersedia memenuhi keinginan kamu untuk ngesek bagaimana…? apa kamu juga bersedia…? Jawab yang jujur ya…” Deg…berdegub kencang jantungku, apa aku tidak salah dengar ini.. Dan bagaimana aku mesti menjawabnya. Ah, sepertinya ini hanya sebuah pertanyaan jebakan untuk dapat mengorek isi hatiku.. hingga aku hanya bisa mematung.

” Jawab Doni..kalau kamu tidak jawab dengan jujur, justru Mama akan telpon papa sekarang juga..”

” Ba..baik ma..baik… Doni akan jujur Ma… Doni memang mau Ma…kalau Mama ngajak Doni..mmm..ngesek.. Doni sudah jujur Ma..Mama sudah janji kan, enggak akan melaporkan hal ini kepada Papa..kalau Doni jujur..” ujarku, berharap kejujuranku itu bisa meluluhkan hatinya untuk tidak memperpanjang masalah ini.

” Bagaimana kalau sekarang juga Mama menawarkan itu? Apa Doni mau melakukannya?” pertanyaan yang kembali membuatku bingung, apa maksud sesungguhnya dari semua itu.

” Menawarkan apa? Dan melakukan apa?” tanyaku masih bingung.

” Doni..Doni.. Baiklah, sekarang kita lupakan semuanya…tentang marah-marah Mama barusan, tentang Mama yang sempat menangis tadi… Dan sekarang, Mama menawarkan diri Mama kepadamu..seutuhnya..kamu boleh melakukan apa saja pada Mama, sesuai keinginanmu..kamu bisa wujudkan fantasi-fantasi kamu selama ini pada Mama..bagaimana sayang?” Deg..jantungku berdetak begitu kencang..dari ekspresi dan perkataannya sepertinya jujur, tulus, dan sama sekali tak terlihat kalau itu sebuah jebakan, tapi tetap saja aku masih bingung untuk berbuat apa, hingga…Busssseett..dia menaikan kaki kanannya dikursi tempatku duduk, seraya menyibak dasternya hingga memperlihatkan celana dalam putihnya padaku.

“Mama tau..kamu masih gugup..semoga ini dapat menghilangkan kegugupanmu sayang…hi..hi..hi..” sebuah susunan kata yang diucapkan dengan nada yang menggoda, dan diikuti dengan tawa renyahnya yang nakal. Ah, justru ini membuatku semakin gugup, namun juga membuat batang penis dibalik celana boxerku berdiri tegak.

Gile mek…paha yang putih mulus dan padat itu kini tepat berada didepan hidungku, dan yang dibalik celana dalam putih itu, yang beberapa helai bulu jembutnya mengintip keluar melalui sela-sela pinggiran celana dalam. Ah, apakah aku hanya mimpi.

Kuangkat tangan kananku dengan maksud menyentuh indahnya paha itu, tapi..tangannya justru menahan pergelangan tanganku, sehingga maksudku harus tertunda.

” Eiit..tapi ingat, ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua…jangan sampai orang lain tau, terutama Papa.. Paham kamu…Janji..?” peringatnya sambil mencengkeram pergelangan tanganku.

” Iya ma…Doni janji ma..”

” Bagus.. Sekarang lanjutkan apa yang ingin kamu lakukan..” seraya melepas cengkramannya.

Telapak tanganku mulai menyusuri sekujur paha dan pinggulnya, paha yang selama ini hanya bisa aku tatap, kini dengan bebas dapat kusentuh, bahkan sesekali kuremas dengan gemas, dan katanya aku bebas untuk melakukan apa saja..ya, apa saja.

” Ma..celana dalam mama boleh Doni buka ya? ”

” Kan, sudah Mama bilang…kamu bisa melakukan apa saja..” paparnya, yang malah dirinya sendiri yang membuka celana dalamnya itu.

Wooww..liang vagina dengan bulu-bulunya yang lumayan lebat dan tertata rapi itu kini tepat berada dihadapanku. Sebelah kakinya yang diangkat diatas kursi membuat liangnya menganga lebar, mempertunjukan daging merah berkilat yang hanya pernah aku saksikan difilm porno.
Kucium aromanya sampai mataku setengah terpejam, aroma yang belum pernah aku cium sebelumnya, yang pastinya aroma yang membuatku tergoda untuk melakukan hal lebih selain hanya menciumi baunya.

Kusentuh keratan daging merah jambu itu, lunak dan agak sedikit basah, jembutnya ku sibak-sibak sebentar, bahkan kutarik pelan karna gemas.

” Aaawww…masa’ jembut Mama kamu tarik-tarik begitu sih sayang..sakit dong..”

” Abis Doni gemes ma…Doni jilatin aja ya ma? ”

” Ih, kamu memang nakal ya… Ayo jilatin memek Mama sayang…” ujarnya, seraya menyibak bibir vagina dengan kedua tangannya.

Ah, surga itu kini benar-benar berada didepan mataku, menawarkan padaku akan rongga-rongganya yang menganga menggoda. Lidahku mulai menjulur menyentuh bibir vaginanya, untuk beberapa detik lidahku bagai canggung dalam bergerak, kemudian berubah liar menari-nari menyusuri keseluruh bagian, mulai bibir vaginanya, kelentit, jembut, hingga menelusup masuk kedalam ronngganya.

” Uuuuuuuuuuuhhhhhh….nikmat sekali sayang…aaaaaahhhhh…kamu pinter banget sih zzzzzz….aaaaahhhh” Erangan nikmat yang keluar dari mulut Mama bagaikan sebuah komando bagiku untuk semakin agresif mengoral liang kewanitaannya, liang yang sepertinya semakin basah dan hangat, cairan bening agak lendir kian banyak keluar, mungkin ini yang disebut dengan cairan birahi disaat seorang wanita merasakan nafsu untuk disetubuhi.

Beberapa saat kemudian Mama menundukan badannya, sehingga vagina yang sebelumnya berada dihadapanku raib seketika, berganti dengan wajah cantik nan menggoda yang selama ini hanya bisa aku pandang, wajah itu menjulurkan lidahnya, menjilat-jilat bibirku, lalu menelusup masuk kedalam mulutku, kurasakan gelitikannya pada dinding mulut dan lidahku.

Setelah melumat bibirku, Mama melepaskan t-shirt yang kukenakan, baru kemudian melucuti sendiri gaun yang masih dikenakannya. rupanya mama sudah tak lagi mengenakan bh, sehingga buah dadanya yang kencang dan padat terumbar dihadapanku. Aku menatap nanar pada dua gunung kembar yang putih montok dengan puting sebesar kelereng berwarna pink kehitaman. Sepertinya mama mengerti apa yang aku rasakan, hingga..

” Doni mau netek?” tawarnya, sambil meremas-remas kedua payudaranya sendiri.

” Mau ma…mau..” jawabku penuh semangat. Mama segera menyodorkan kedua buah dadanya pada wajahku, yang segera kukenyot puting yang sekitar 14 tahun lalu pernah juga kukenyot itu.

Setelah dirasa aku puas menetek, mama mengecup bibirku, menjilati leherku, lalu menggigit-gigit kecil puting tetekku, dan terus turun hingga ke pusar. Sampai akhirnya ditarik lepas celana pendek yang membungkus penis tegakku.

” Woooww… Kontol kamu gede juga ya Don…gak kalah sama punya Papamu nih…” ujarnya, sambil mengurut-urut batang penisku.

” Tadikan kamu sudah mencicipi memek Mama… Sekarang giliran Mama yang mencicipi kontol kamu..” Ah, tak kusangka kalau dari mulut Mamaku itu bisa dengan entengnya mengucapkan kata-kata vulgar seperti itu, kata-kata yang membuatku semakin terangsang.

Pertama-tama lidah itu hanya menjilati sekujur penisku, lalu ditelannya sambil kepalanya bergerak naik turun secara berirama. Ah, setelah sekian lama hanya merasakan dengan tanganku sendiri, betapa jauh berbeda rasa nikmatnya bila dengan kuluman mulut yang lembut seperti ini, mulut Mamaku pula..wanita yang selama ini menjadi hayal mesumku. Ah..nikmatnya.. Dan wajah Mamaku terlihat semakin seksi dengan hiasan kontol menyumbat dimulutnya.

” Zzzzzzzzzz….aaaaaaaahhhhhhhh……terus maaaa….kenyot terus kontol Doni maa…sedeeeeepppp…” racauku, sesekali Mama melirik kearahku sambil mulutnya tetap mungulum penisku.

Beberapa saat kemudian mama menghentikan kulumannya, bangkit dan memagut mulutku dengan rakus hingga membuatku sulit untuk bernafas, namun aku justru menyukainya, kutelan ludah mama yang menetes dimulutku. sepertinya mama menyadari kalau aku kerap meneguk air liurnya, hingga sepertinya ia sengaja menumpahkannya dimulutku sambil kami tetap berpagutan.

” Kamu suka meminum air ludah mama ya sayang..? ” tanyanya, setelah melepaskan pagutannya.

” Iya ma…Doni suka..” jawabku jujur

” Doni mau lagi sayang.?” tanya Mama, sambil mengusap-usap rambutku.

” Mau ma…” jawabku, setengah memohon.

” Ih, dasar anak mama nakal..Ayo buka mulut kamu Aaakkk..” ujarnya, setelah mencubit pipiku.
Kubuka mulutku lebar-lebar dengan menghadap keatas, menantikan “hadiah istimewa” yang bakal diberikan Mamaku yang kini berdiri dengan mulut sekitar 30cm diatas mulutku.
Plehh…cairan kental keluar secara perlahan dari mulur mama, sifatnya yang kental membuatnya tak langsung masuk kedalam mulutku, melainkan terlebih dulu menggantung dan masih terhubung dengan mulutnya, sebelum akhirnya jatuh dimulutku dan langsung kuhirup dengan antusias. Beberapa kali mama menumpahkan ludahnya dimulutku, namun rasanya dahaga ini masih tak terpuaskan.

” Doni…kamu pingin ngentotin Mama enggak?” tawarnya, Ah, sebuah penawaran yang menggoda.

” Mau ma..mau..” jawabku bernafsu.

” Ah, tapi besok aja deh ya… Udah malem nih..” jawabnya

” Yaa…sekarang aja deh ma..pliss..” mohonku, aku tau mama hanya menggodaku, itu dapat kulihat dari senyum nakalnya.

” Besok aja deh…kan udah malem sayang..” namun tangannya justru mengurut-urut batang penisku.

” Yaa..mama..tega deh..” keluhku

” Oke deh ngentotnya sekarang… Aduh segitu sedihnya anak mama…”

” Horeee…sekarang ya ma…yesss..” sorakku.

” Eiiitt…jangan seneng dulu, ada saratnya…” ujarnya, sambil menggoyang-goyangkan jari telunjuknya didepan wajahku.

” Apa saratnya? ”

” Saratnya kamu harus minta ngentotnya dengan ucapan yg hot..yg sehot mungkin..” paparnya
Aduh, bagaimana ini..mungkin yang dimaksudkannya adalah dengan kata-kata yang vulgar, seperti yang sering dia ucapkan itu…tapi bagaimana ya? Ah, baiklah..

” Oke deh ma.. Doni siap..” beberapa saat setelah aku berpikir.

” Ya sudah ayo dimulai…” tantangnya, sambil bersedakep.

” Mamaku sayang.. Ngentot yuk ma…Kontol Doni udah gatel nih ma…pengen ngentotin memek mama, sampai mama bunting…” rayuku dengan penuh percaya diri.

” Wooowww…so sweet…romantis sekali rayuanmu itu sayang…sampai mama terbuai.. Ayo sayang buntingin mama…” Ah, sepertinya kata-kata yang kurangkai itu berhasil membuatnya terbuai, yang langsung melangkahkan kakinya kearah tempat tidur sambil menggengam batang penisku, sehingga aku hanya menguntil dari belakang sambil sesekali meringis karna batang penisku ikut tertarik.

Mama telah berbaring telentang diatas tempat tidurku, sambil tangan kanannya menggosok-gosok vaginanya

” Ayo..katanya mau ngentotin mama…mau buntingin mama…koq malah bengong disitu..ayo sini sayang..” ujarnya, saat aku hanya duduk dibibir ranjang sambil menatap dirinya yang menggosok-gosok memeknya.

Segera aku memposisikan diri berlutut didepan mama, dengan batang penis mengarah pada liang vaginanya.

” Nah, gitu dong… Sekarang masukin kontol kamu kelobang memek mama..sini mama bantu..iya..tekan..haaapp…pinter anak mama…” Mama membimbingku dengan cara memegang batang penisku dan mengarahkannya keliang vaginanya, hingga akhirnya seluruh batang penisku tenggelam didalamnya. Ah, nyamannya penisku berada didalam vagina mama, hangat rasanya, sesekali kurasakan kedutan-kedutan lembut dari otot-otot vagina mama bagai meremas-remas batang penisku…uuh, enaknya.

” Sebelum kamu genjot.. Kasih mama hadiah dulu dong sayang…aaakkkk ” pintanya, seraya membuka mulutnya lebar-lebar.

” Hadiah apa ma? ” heranku.

” Ludahi mulut mama sayang…seperti yang tadi mama kasih ke kamu…aaaakkkk” Aku mulai paham apa yang dimaksud oleh Mama.

” Oke deh ma…siap-siap ya ma…” pleh…beberapa kali cairan kental ludahku berpindah tempat kedalam mulut Mama, yang langsung ditelannya dengan tanpa sisa. Ah, mengapa aku begitu menyukai sensasinya itu, momen dimana cairan ludahku berpindah kemulut mama.. Ah, sesuatu sekali.

” Ayo, sekarang digenjot kontolnya sayang…” segera kuikuti apa yang dipintanya itu, dan nafsu birahikupun memang sudah begitu tinggi, dan ingin kulampiaskan sekarang juga.

Pinggulku mulai bergerak maju mundur untuk mempenetrasikan batang penisku didalam liang vaginanya. Ah, kesampaian juga impianku selama ini untuk menyetubuhi mama, semoga saja ini bukan yang terakhir, aku tak ingin cepat-cepat menyudahi kebersamaan yang indah bersama mama seperti ini.

” Iya…nyantai aja sayang…jangan gugup..nah begitu…iihh..anak mama mulai pinter nih…aaaauugghhhh nikmaaaaaattttt….” Ah, mama begitu seksi sekali dengan ekspresi seperti itu, ekspresi sedang merasakan nikmat, nikmat oleh hantaman penisku…anak kandungnya sendiri.

” Iya…terus sayang…entotin mama yang lebih kuat sayang…aaaahhh..buntingin mama sayang..buntingin ibu kandungmu ini….aaaaaauuugghhhh…” racau mama, yang membuatku semakin bernafsu, hingga kurasakan sesuatu ingin mendesak keluar dari diriku…ya, sepertinya aku akan orgasme.

” Aaaauuuuggghhhhhh….Doniiiii….mama sampai nak…aaaauugghhhh….” ah, sepertinya mama juga demikian..dan ah…aku tak tahan.

” Mamaaaaaaaaa….Doni juga keluar maaaa….aaaaaaaagghhhhhhhh….” pekikku mengiringi semprotan sperma yang menyirami rahim ibu kandungku itu.

” Iya sayang….taburi benihmu didalam tahim mama sayang….iya yang banyak ya sayang…biar mama cepat bunting….aaaaaaaggghhhhh….” racau mama, bagai orang kesurupan, seiring dengan puncak kenikmatannya yang dicapai, yang berlangsung secara berbarengan denganku.

Beberapa saat setelah itu, tubuhku ambruk diatas tubuh Mamaku, dengan masih batang penisku bersarang dalam liang vaginanya. kurasakan kenyalnya buah dada mama didadaku.

” Iih…anak mama nakal nih…masa’ ibu kandungnya sendiri dientotin sih…” godanya.sambil memencet hidungku.

” Abis mama napsuin banget sih…”

” Emang sejak kapan sih..kamu mulai nafsu ingin ngentotin mama?”

” Mmmmm…kapan ya? Kayaknya mulai kelas 6 SD tuh ma…”

” Dasar kamu…masih SD aja udah mau ngentotin mama…”

” Oh iya ma…nanti kalau benar-benar mama hamil bagaimana ma? ”

” Kalau hamil ya terus melahirkan..terus punya anak…” jawab Mama dengan santainya.

” Terus kalo Doni punya anak gimana dong ma? Kan Doni masih sekolah..”

” Ya, anaknya kamu yang uruslah..kamu yang momong..kamu ke sekolah sambil bawa anak kamu…”

” Orang lain kalo punya anak, kan istrinya yang urus anaknya ma…”

” Tapi kan kamu gak punya istri..aku kan mama kamu bukan istri kamu…jadi kamulah yang momong anakmu sendiri..kesekolah sambil gendong bayi..trus bikinin susunya…kalo abis pup diganti popoknya..gitu… Nanti temen-temen kamu pada ngebuli kamu semua deh.. Hey, lihat tuh si Doni..kecil-kecil udah punya anak…hi..hi..hi…”

” Aaaaeeeng…mama kok gitu…gak mau..gak mau ah…” rajukku

” Ya, emang harus begitu…kan kamu yang bikin…kamu yang ngentotin mama…ya harus tanggung jawab dong…”

” Aaaaeeng…mama jahat nih…Doni kelitikin nih…tik..kitik..kitik..kitik…”

” Hi..hi…hi…..Aaawww..aaww…ampun..ampuuuunn… udah don..aaww…hi..hi…hi…aaaww…geli ah..”

Setelah malam yang amat bersejarah bagiku, malam dimana aku bisa menyetubuhi mama, dan menyirami rahimnya dengan air maniku. Setelah selesai satu ronde itu, mama keluar dari kamarku dengan mengendap-endap, kawatir apa yang dilakukannya terlihat oleh Kak Nanda kakakku atau Mbak Tini pembantuku.

Dan pada keesokan paginya Papaku pulang dari kunjungan kerjanya di daerah, dan semenjak itu pula aku dan mama tak lagi memiliki kesempatan untuk melakukannya, walau hati ini sebenarnya ingin sekali untuk meyetubuhi Mamaku lagi, namun dengan adanya Papa dirumah tentu itu amat sulit untuk dilakukan. Pernah aku mendesak mama untuk datang secara mengendap-endap kekamarku pada tengah malam setelah papa tertidur, tapi sepertinya mama tak memiliki keberanian untuk itu.

” Mama gak berani sayang…tolonglah kamu mengerti posisi mama… Nantilah kita atur waktu yang tepat …” itulah yang dikatakan mama. dan demi kebaikan kami tentulah aku memang harus mengerti keadaan itu.

Yang masih bisa aku lakukan adalah hanya sekedar mencium mama sambil kutelusupkan tanganku kebalik celana dalamnya, jari jemariku dengan lincah mengobel-ngobel liang vaginanya, sementara tangan mamapun melakukan hal yang sama dengan meremas-remas penisku.
Biasanya kami lakukan itu didapur, gudang atau dimanapun yang kebetulan tak ada orang lain disana, itupun harus dengan ekstra hati-hati, dan pandai-pandai pasang mata telinga. Namun semua itu justru membuatku semakin tersiksa, karna sifatnya tanggung, tidak sampai tuntas dalam artian hingga mencapai orgasme, teman-teman bilang istilahnya kentang. Buntut-buntutnya aku memakai cara lama lagi, yaitu onani. Namun bedanya kali ini, saat aku ingin onani, terlebih dulu aku informasikan pada mama, dan kusuruh mama untuk berpura-pura membaca buku dikursi tak jauh dari kamarku, dan tentu saja mama telah mengerti maksudku, sehingga mama biasanya akan menyingkap dasternya hingga paha dan selangkangannya terlihat olehku yang mengintip dari sela-sela jendela kamar.
Mama cukup pandai untuk melakukan itu seolah-olah dasternya tersingkap secara tak sengaja, bahkan sering mama sengaja tak memakai celana dalam lagi, sehingga liang vaginanya yang indah terumbar jelas untuk menjadi pusat hayalku saat onani. Dan yang membuatku terkesan, pernah satu kali saat mama melakukan itu, vaginanya dalam keadaan tersumpal oleh dildo berwarna hitam. Ah, betapa liarnya mama.

*******

Dan kesempatan yang aku tunggu-tunggu itu akhirnya tiba juga, walaupun hampir satu minggu aku menunggunya. Ya, sekarang inilah saatnya..saat kami akan menghadiri pesta perkawinan saudara sepupuku diBandung. Resepsi perkawinan yang sebenarnya berlangsung esok hari, namun sepagi ini kami telah berangkat menggunakan mobil pribadi yang dikendarai sendiri oleh mama.
Mama memang pandai dalam membuat alasan yang masuk akal, seperti dikatakannya bahwa mama harus terlebih dahulu datang satu hari sebelum hari H, karna diminta bantuannya oleh Tante Wiwik dalam urusan persiapan pesta. Dan disaat Papa menanyakan mengapa tak memakai sopir pribadi saja, mama menjawabnya bahwa mama ingin belajar mandiri, tak ingin tergantung pada sopir, toh dari Bandung ke Jakarta hanya beberapa jam saja, lebih baik sopir pribadi melayani antar jemput Papa dan Nanda karna lebih membutuhkan. Itulah alasan yang disampaikan mama dengan cukup meyakinkan.

Kendaraan yang kami gunakan kini tengah melintasi tol Cipularang, dengan kecepatan yang bisa dibilang santai seperti ini, menurut mama bisa tiga jam baru tiba di Bandung. Ah, masih lama sekali, padahal aku sudah begitu rindu dengan hangatnya kedutan otot-otot vagina mama pada penisku. Untuk memaksakan pada mama agar menambah kecepatannya terlalu beresiko, aku tau mama tak terlalu piawai dalam berkemudi secara ugal-ugalan, dan yang terpenting adalah keselamatan.

” Nanti sampai di Bandung kita langsung kehotel saja ya don… besok sore baru kita meluncur kerumah tante Wiwik..” papar mama, sambil mengemudikan kendaraannya.

” Iya deh ma…atur aja..”

” Lumayan kan don..satu hari lebih kita ber sik asik..sik asik..” sambungnya lagi

” Apa itu ma? Sik asik..sik asik..” tanyaku sekedar memastikan, walau sebenarnya aku tau apa maksudnya itu.

” Sik asik…artinya melakukan yang asik asiklah…kita entot-entotan..sampai leceeeeettt…”

” Ih, mama kalo ngomong suka gitu deh…bikin Doni jadi tambah gak tahan aja..”

” Gak tahan mau ngapain emangnya? Mau boker?” goda mama

” Gak tahan pengen cepet-cepet mau ngentotin mama dong..”

” Sabar dong, sayang…ditahan aja dulu ya..biar nanti kalau sudah sampai dihotel tambah hot dan meletul-letup..”

” Iya deh ma…Doni tahan..”

Untuk beberapa saat kami hanya terdiam, jalan tol dipagi ini cukup lancar, semoga saja tetap lancar sampai Bandung, sehingga nafsu birahiku yang mulai berontak ini tak semakin lama tertahan karna kemacetan lalu lintas.

” Don..koq bengong aja..” Sapa Mamaku tiba-tiba.

” Abis mau ngomong apalagi ma..” jawabku malas

” Ngomong apa kek..biar gak bete gitu… Oh iya, mama mau tanya nih..kira-kira seks macam apa yang ingin sekali kamu mau cobain sama mama nanti?” Ah, yang sebelumnya aku sudah mulai agak ngantuk, kini mulai bugar kembali dengan pertanyaan mama yang satu ini.

” Apa ya? Oh iya ma… Tapi kira-kira mama mau enggak ya? ”

” Emangnya apaan sih.. sampe segitunya…lebay ah.. Ngomong aja dong langsung”

” Oke deh…Doni ingin melakukan anal seks dengan mama..boleh ya ma?”

” Oowwhh..kirain apaan.. Mau ngentotin lubang pantat mama maksudnya…?”

” Iya ma..boleh kan ma..”

” Dengan senang hati sayang, mama juga suka koq di anal… Mama akan persembahkan lubang anus Mama untuk dientotin oleh kontol anak mama tersayang…” papar mama, sebuah perkataan vulgar yang membuat syahwatku semakin meninggi.

” Ih, mama… Kayaknya sengaja nih..kan Doni gak kuat kalo mama ngomongnya gitu terus..”

” Oke deh..oke deh…mama gak akan ngomong gitu lagi deh.. Ah, dasar nih anak mama sensi banget..nafsunya gede..”

Tiba-tiba terbersit pikiran nakal didalam otaku. Aku membayangkan seandainya mama menyetir kendaraan dalam keadaan telanjang bulat. Sebetulnya aku ragu-ragu untuk menyatakan itu pada mama, tapi..ah, bodo amat lah..cuek aja.

” Ma..berani gak terima tantangan? ” ujarku.

” Tantangan apaan sih..?” tanyanya acuh.

” Mama nyupir sambil telanjang selama dijalan tol…” ujarku sambil cengengesan.

” Apa? Wah gila nih anak…” kejutnya, sambil menengok kearahku sesaat, lalu kembali lagi pandangannya tertuju kedepan.

” Gak apa-apa ma..lagian pintu tol masuk Bandung kan masih jauh..nanti kalau kira-kira sudah mau sampai Bandung, menepi saja sebentar untuk pakai baju.. Berani enggak, biar Doni bantu bukain..” mama tersenyum mendengar penjelasanku, ah..sepertinya mama tertarik.

” Boleh juga sih..lucu juga.. Tapi kan dari luar keliatan lho don.. Tapi gak apa-apa juga sih..jalannya lancar ini.. Gak mungkinlah ada mobil yang akan berlama-lama dekat dengan kita… Oke deh mama setuju.. tapi kamu telanjang juga lho…” aku terdiam sejenak mendengar tantangannya untuk mengajakku juga ikut telanjang.

” Oke deh ma..Doni setuju..” jawabku setelah berpikir sejenak

” Kalo begitu ya udah kamu buka duluan…nanti mama menyusul..”

” Awas ya kalo bo’ong…” Walau sedikit kawatir mama tidak melucuti pakaiannya setelah aku bugil, namun tetap kulepas seluruh pakaianku hingga benar-benar polos. Kulihat mama melirik kearah batang penisku yg memang telah berdiri tegak semenjak tadi.

” Ayo ma, sekarang Doni udah telanjang nih…sekarang giliran mama juga dong..” ujarku yang hanya dijawab dengan senyum oleh mama.

” Mama…ayo buka, koq malah cengar-cengir gitu…” tagihku, yang mulai sedikit sewot oleh jawaban mama yang hanya seyum-senyum itu.

” Ogah lah…ngapain banget..kaya orang kurang kerjaan aja..” jawabnya dengan santai, tetap dengan pandangan kedepan jalan raya.

” Yaaahh…mama gitu deh.. Ya udah kalo gitu Doni yang buka..” seraya kubuka paksa t-shirt yang membungkus atasannya.

” E..eh..eh.. Apa-apaan sih kamu..aaaww…koq main paksa gitu sih..e..ehh…Doniii.. nanti mobilnya nabrak lho…aaawww…gilaaaa…hi..hi..hi..Doni… Ya..ya.. robek deh..” Walau tak sepenuh hati, sepertinya mama berusaha menghalangi usahaku untuk melucuti paksa pakaiannya dengan cara merapatkan kedua lengan pada tubuhnya.

” Abis mama curang sih…”

” Oke deh..oke deh…mama mau…tapi santai aja dong..” Akhirnya, mama menyerah, bahkan membantuku mempermudah melepas t-shirt putihnya. kenapa enggak dari tadi sih.. kenapa juga harus ada acara paksa-paksaan kayak tadi.. Ah, dasar mama, mengapa suka sekali dia menggodaku.

Akhirnya t-shirt berhasil dilepas dari tubuhnya, namun masih terdapat bh berwarna krem yg membalut buah dadanya. Dengan tanpa perlu lagi untuk meminta persetujuannya, kulepas pengait dibelakangnya. Yess..kini mama mengemudi dengan tanpa pakaian atas, kedua susunya yang bulat besar dan putih tampak menggantung-gantung saat dengan genitnya mama menggoyangkannya sesaat, seraya tersenyum menggoda kearahku.

” Sekarang celananya ya ma? Pokonya harus bugil kayak Doni..” kutekan kebelakang sandaran kursi mama, hingga sejajar rata dengan dudukannya. Nah, seperti ini lebih baik, kini mama duduk dengan tanpa sandaran, hingga mempermudah aksesku dalam melicuti celana lagging hitam yang panjangnya hanya beberapa senti dibawah lutut, bahannya yang stright membuat lekuk bokong dan pinggulnya tercetak jelas. Dalam perjalanan ke Bandung ini mama memang hanya mengenakan pakaian casual yang berkesan santai seperti itu, namun tentu saja pakaian resminya untuk pesta perkawinan telah dibawa, dan sementara disimpannya didalam koper.
Akhirnya kutarik lepas celana lagging sekaligus dengan celana dalamnya, yang membuatnya kini bugil seperti diriku.

” Puas ya? Kamu bikin mama telanjang dijalan tol begini…puaaasss…” Ujarnya sambil perhatiannya tetap tertuju kearah depan.

” Enggak apa-apalah ma…kan kita telanjangnya sama-sama ini.. Oh iya ma, Doni rekam ya…” aku mulai mengarahkan lensa kamera hp ku kearah mama, merekam aksi nekat mama yang kini telanjang ditempat umum, walaupun memang masih didalam mobil.

” Jangan macem-macem lho don… ” ujar mama memperingati aksi shooting yang kulakukan.

” Gak apa-apa ma, nanti sebelum sampai Bandung sudah Doni hapus lagi koq..” janjiku memastikan agar mama tak perlu menghawatirkannya.

” Ayo dong ma bergaya…” pintaku, mengharap mama untuk bergaya dengan ekspresinya yang nakal dan menantang.
.
” Ngaco kamu ah.. Lagi nyetir begini bagaimana mau bergaya..?”

” Ya, paling enggak ngomong apa kek…masa’ diem begitu sih..gak seru ah…”

” Dari tadi kan kita udah ngomong…” sanggah mama

” Maksudnya, ngomong kaya’ reporter-reporter gitu lho ma..kaya yang di tv itu lho…” mama justru tertawa dengan permintaanku itu.

” Ha..ha..ha… Doni…Doni..ada ada saja kamu itu..segala orang telanjang lah kamu suruh memberikan laporan liputan… ” ujar mama, namun untuk beberapa saat dia tampaknya berpikir sejenak. lalu..

” Oke deh…halo selamat pagi pemirsa.. saya kini tengah melintas di jalan tol cipularang..arus lalu lintas cukup lancar.. Maaf pemirsa, kalau saya bugil begini…soalnya ini permintaan anak saya agar mengemudi sambil telanjang…oh iya pemirsa anak saya itu kurang ajar banget deh..masa’ ibu kandungnya sendiri dientotin sih ..Gila ya? tapi saya juga suka sih pemirsa..hi..hi..hi… Soalnya enak sih ngentot sama anak sendiri..pokoknya sesuatu deh.. Tujuan kami sekarang menuju ke Bandung, tepatnya kesalah satu hotel …dan kami akan ngentot sampai lecet disana…bayangin pemirsa, rencananya bakalan satu hari semalam full of sex.. Udah dulu ya pemirsa…salam incest…mmmuuuaaahhhh…”
Ah, mama memang paling bisa kalau soal yang beginian, mungkin karena memang latar belakang mama dulu dibidang Broad casting, yang masa mudanya dihabiskan sebagai penyiar disebuah stasiun radio swasta kenamaan di Jakarta, bahkan sempat juga bekerja sebagai reporter disalah satu tv swasta, walau hanya sekitar dua tahun, karna disaat hamil kakakku dia mengundurkan diri, dan semenjak itu hanya menjadi ibu rumah tangga biasa sampai sekarang.

” Mantap ma..mantap.. Gak sia-sia pernah jadi penyiar tv.. eh, ma..mendingan mama jadi penyiar tv lagi aja ma…penyiar tv bokep tapi…ha..ha..ha…” paparku, sekedar untuk menggoda mama.

” Iya..tapi aktor bokepnya kamu ya….partner mainnya sama lutung” jawab mama, dengan begitu asal.

*******

Hampir setengah jam kami berbugil ria didalam mobil, beberapa kali kami berpapasan saat mobil lain menyalip, namun sebagian besar dari mereka tak menyadari dengan keadaan kami disini, walau ada juga beberapa yang terkejut dengan memalingkan wajahnya kearah kami seolah tak percaya. Menanggapi ini mama hanya tertawa renyah .

” Eh, Doni…dari pada kamu bengong sambil ngeliatin mama begitu, mendingan kamu onani aja gih…” tawar mama, sesaat setelah melirik kearahku.

” Enggak ah… Dari pada onani mendingan Doni langsung aja…” jawabku, sambil senyum-senyum penuh arti.

” Langsung bagaimana? jangan macem-macem kamu don..Kalau maksud kamu pingin ML disini sekarang juga, kayaknya enggak mungkin deh…” terang mama memperingatkan.

” Kita coba aja dulu…” jawabku, seraya bergerak maju kearah mama, memposisikan tubuhku tepat dibelakang mama. Posisi sandaran kursi yang sebelumnya telah kulipat kebelakang hingga sejajar rata dengan dudukannya menjadikan tempatku berpijak sambil berjongkok. Kuamati sejenak, rasanya tidak mungkin menelusupkan batang penisku dengan posisi bokong mama duduk seperti itu.

Ah, otak ini memang selalu brilian untuk mendapatkan ide-ide yang gemilang, seraya kuambil bantal kecil untuk sandaran kepala. Kusuruh mama untuk mengangkat pantatnya sejenak, lalu kuselipkan bantal kecil itu diantara bokong dan dudukan kursi. Dan terbukti, begitu bantal kecil itu diduduki, praktis bagian belakang bokongnya tak sampai menyentuh dudukan kursi, melainkan hanya tergantung karna ukuran bantal yang kecil tak mampu untuk menampung bokong bulatnya.

Yes, kini telah ada celah yang memungkinkan untuk menelusupkan batang penisku kedalam…Ah, sepertinya untuk kumasukan kedalam vaginanya terlalu sulit, dengan posisi seperti itu liang vaginanya praktis tertutup dan sulit dijangkau, sedang yang paling memungkinkan dan mudah dijangkau adalah liang anusnya.

” Kayaknya tetep susah don, kalau kamu mau entotin memek mama dengan cara begini… kalau mama mesti nungging, jelas gak mungkin dong sayang….” jelas mama, seolah merasa tak yakin kalau ideku bakal terlaksana.

” Siapa yang mau entotin memek mama..yang akan Doni toblos kan lubang pantat mama…” ujarku yang kini mulai meraba-raba liang dubur mama itu.

” Ah, dasar kamu anak pinter..oke deh, mama juga udah kepingin nih ngerasain kontol anak mama menganal lubang pantat mama…ayo sayang, langsung toblos aja…” ujar mama, seraya sedikit menundukan tubuhnya dan menyorongkan bokongnya kearahku.
Tanpa menunggu lebih lama, segera kutancapkan batang penisku yang telah berdiri tegak kedalam liang anus mama. Ah, ternyata cukup sulit, sepertinya terlalu kering.

” Dikasih ludah dulu dong kontolmu sayang…” saran mama, yang segera kuturuti untuk membaluri penisku dengan air ludah yang sebelumnya kutampung pada telapak tanganku.

” Oke deh, cukup..langsung ditancepin aja sayang….” pinta mama, yang segera kudorong ujung penisku yang telah penuh oleh olesan air liur kedalam liang anusnya. Bless…terbukti memang ampuh, pelumasan yang cukup membuat batang rudalku mudah saja menembus lubang pelepasannya, yang diikuti oleh erangan lirih mama.

” Uuuuuugghhhh…mantep sayang.. Ayo digenjot…” segera kukayuh pinggulku maju mundur secara berirama. Berbeda dengan liang vagina, lubang yang satu ini lebih seret dan menggigit. namun yang membuatku tertarik dengan anal seks adalah sensasinya itu, sensasi liar dimana melakukan seks dengan ketidak laziman, setidak lazim diriku yang menyetubuhi ibu kandungku ini. sepertinya aku menemukan kenikmatan yang lebih dari suatu ketidak laziman ini. Ah, bagaimana aku bisa mengatakan itu, sedangkan aku sendiri belum pernah melakukannya dengan wanita lain, dalam artian hubungan seks selazimnya, yaitu dengan wanita yang bukan sedarah.
Walau liang anus mama kini telah terisi oleh batang penisku yang berpenetrasi didalamnya,
mobil yang kami tumpangi masih melaju dengan sebagaimana mestinya, konsentrasi mama dalam mengontrol kemudi kendaraan masih terjaga. dari mulutnya terdengar erangan dan rintihan bahkan racauan. Sepertinya mama menikmati aksi yang kulakukan ini, yang membuatku semakin semangat mengocokan batang penisku didalam anusnya.

Dengan kaki berpijak pada sandaran kursi yang aku luruskan hingga mendatar, pantatku bergerak maju mundur, kedua tanganku meremas buah dadanya. Sesekali lidahku menjilat-jilat pada leher dan tengkuknya.

” Uuuuuggghhhh….terus sayang…terus entotin lubang pantat mama sayang…kamu suka kan sayang…inikan yang selama ini memang selalu kamu impikan…iyakan sayang?” racau mama, sambil tatapannya tetap tertuju kedepan, Namun dari cermin kulihat mata itu terlihat sayu dan separuh terpejam.

” Iya ma…Doni suka ma…nanti dihotel Doni entotin lagi lubang pantat mama ya ma…? Uugghh…uugghh..uugghh”

” Iya sayang…tentu dong…kamu puas puasin deh nyodomi ibu kandungmu ini…wahai anakku yang doyan ngentot hi..hi..hi..”

” Aaaahhhh….mama nih, bikin Doni gak kuat aja…tuh kan ma..aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh….” omongan mama vulgar dan seronok itu bagaikan kata-kata yang indah yang membuai birahiku, hingga merangsang sendi-sendi sensitifku untuk bereaksi, sebuah reaksi puncak yang menghantarkan kenikmatan orgasme yang diikuti dengan semburan sperma yang dipagi itu menyirami lubang pelepasan mama.

Hanya beberapa detik kenikmatan puncak itu kureguk, kini tubuhku terdiam, dengan batang penis masih tertanam didalam anusnya, kurangkul tubuh mama dari belakang dengan pipi kananku kurebahkan pada punggung mama.

” Gimana puas sayang? Sedaaaaaaaapppp….” ujar mama dengan setengah menggoda

” Iya ma…Doni puaaass…banget” jawabku dengan masih menggelendot dibelakang tubuh mama.

” Tapi sekarang malah mama nih yang kentang…”

” Maaf deh ma…nanti deh di hotel kita saling puas-puasin…” ucapku dengan rasa sedikit menyesal karna sepertinya mama merasa birahinya yang mulai memuncak justru tidak mendapat pelampiasan hingga tuntas.

” Enggak apa koq sayang…santai aja lagi….” hibur mama, yang diikuti mengecup lembut rambutku dengan memalingkan kepalanya kebelakang.

Beberapa saat kemudian aku kembali duduk dikursi sebelah mama, kulihat diatas permukaan jok sekitar kursi mama tampak menggemang cairan kental dengan aroma yang khas. Sepertinya air maniku mulai menetes keluar dari dalam lubang anusnya.

” Wah, peju kamu pada belepotan dikursi mama nih don…banyak banget keluarnya ya..?” ujar mama setelah menengok sesaat kearah belakang pantatnya.

” Iya deh ma..Doni bersihin ya?” ujarku, seraya mengambil beberapa lembar tisu.

” E-eh jangan…siapa yang suruh bersihin..biarin aja Doni, mama suka koq sama aromanya…”

” Masa’ suka sih, sama bau begini..kan agak anyir-anyir gimana gitu ma…” heranku sambil mengembalikan lagi tisu pada kotaknya.

” Justru baunya itu yang bikin mama bergairah Doni… Oke deh kalau kamu pikir mama hanya mengada-ada..sekarang mama mau tunjukin kamu bagaimana mama begitu menyukainya..” paparnya, sambil sesekali menghirup nafas dalam-dalam, bagai orang yang tengah mengendusi aroma makanan yang menurutnya lezat.

” Sekarang kamu ambil peju kamu itu pakai jari kamu..” perintahnya, aku masih tertegun untuk beberapa saat. Aku mulai berpikir, apakah selanjutnya mama akan…? Ah, aku rasa mama tak akan melakukan hal menjijikan yang sering aku lihat difilm-film porno itu.

” Koq bengong…ayo tempelin aja pakai jarimu, lalu kamu suapin kemulut mama…” Busset…rupanya mama benar-benar ingin mencicipinya. Akhirnya kuturuti keinginannya, jariku mulai menyapu genangan air mani pada jok sekitar bokong mama dengan jari tengah dan telunjukku.

” Aaaaakkkkk….ayo suapin mama sayang..” mulutnya membuka, seolah tak sabar untuk menerima jariku yang telah dilumuri cairan kental ini.

Kedua jariku kumasukan lada mulutnya, yang langsung dikulumnya beberapa saat. Gila mamaku ini, benar-benar maniak. Ah, tapi mengapa aku justru menyukai aksi mama yang sebenarnya menjijikan itu. Aku menyukai momen dimana dengan rakusnya mama melomoti jari jariku, terutama saat dengan nakalnya mama melirik kearahku. Ada sensasi tertentu hingga mulutkupun ikut menganga menyaksikannya.

” Lagi sayang….” pinta mama, saat dirasakannya sperma dikedua jariku telah habis ditelannya.
Kuulangi apa yang kulakukan itu hingga beberapa kali sampai cairan lental dikursi benar-benar habis, bahkan seolah masih nelum puas, mama menyuruhku untuk memasukan jariku kedalam liang anusnya untuk mengorek sisa-sisa speema yang masih bersarang didalamnya, setelah beberapa lama kutarik lagi keluar, aroma khas lubang dubur dan sperma berpadu menjadi satu, yang kembali kumasukan kedalam mulutnya untuk dikulum.

” Ih, mama jorok deh…” godaku, setelah selesai “ekstra puding” mama untuk pagi itu. Mama hanya tersenyum menanggapi godaanku itu, seraya tangan kirinya meraih kepalaku dan mengecup bibirku. Ah, masih kurasakan aroma anyir khas air mani pada mulutnya itu.

*******

Untuk beberapa saat kami masih bertelanjang bulat, hingga akhirnya mama menepikan mobil untuk mengenakan kembali pakaian kami. Setelah itu mobil kembali melaju, menuju hotel yang akan menjadi ajang untuk mencurahkan segala ekspresi birahi kami, ibu dan anak ini.

Menjelang siang kami tiba di Bandung, setelah berputar-putar beberapa saat untuk mencari penginapan yang cocok, akhirnya yang kami sewa adalah sebuah Villa yang cukup asri dipinggiran kota dengan nuansa alami disekitarnya, yang pada halaman sekelilingnya ditumbuhi oleh pepohonan yang rindang.

” Kayaknya ini lebih asik ketimbang hotel don..dan lebih bebas, karna cuma kita berdua aja yang ada disini..” terang mama. Memang didalam sebuah bangunan yang letaknya dikawasan perbukitan itu hanya ada sebuah villa, yang kebetulan kami sewa sekarang ini, dan pada radius sekitar ratusan meter lagi baru terdapat bangunan villa yang lain. Seorang penjaga Villa hanya memberikan nomer telpon pada mama jika kami membutuhkan sesuatu, entah itu makanan atau apapun, dan mereka akan mengantarnya. Sebenarnya bangunan ini terlalu besar untuk kami berdua, bahkan jumlah kamarnyapun ada empat, dilengkapi dengan kolam renang bernuansa alami, yang didisain bak sebuah telaga dengan dinding batu, dan dasarnya adalah hamparan batu-batu kali seukuran kepalan tangan, yang sumber airnya langsung dari mata air disekitar situ dan terus mengalir kearah sungai dibawah villa, sehingga airnya senantiasa fresh dan bersih, namun juga teramat dingin.

*****

Belum satu menit setelah pria penjaga Villa itu meminta diri, bahkan kamipun masih berada disekitar aea teras, mama langsung melumat bibirku untuk beberapa saat.

” Ayo don…kamu harus puasin mama..sejak dimobil tadi kamu bikin mama kentang..kini saatnya mama minta pertanggung jawabanmu..” ujarnya, seraya menarik lenganku menuju kedalam Villa.

Disofa ruang santai mama duduk sambil melepaskan celana blue jeansku, aku yang masih berdiri hanya memperhatikan apa yang diperbuatnya, hingga beberapa saat kemudian seluruh pakaian yang membalut tubuhku telah terhambur diatas lantai, meninggalkan tubuhku yang bugil tanpa selembar benangpun.
Batang penisku yang masih separuh berdiri bagai tenggelam didalam mulut mama yang mengulumnya dengan gerakan kepala maju mundur secara berirama, alhasil peniskupun akhirnya berdiri tegak, sehingga mulut mama harus lebih lebar lagi dalam membuka.

Tak beberapa lama kemudian, mama menyuruhku naik diatas sofa dengan posisi menungging membelakangi mama yang kini duduk diatas meja.
Sambil berpegangan pada sandaran sofa, pandanganku menoleh kebelakang, memperhatikan mama yang kini telah melucuti pakaiannya hingga bugil. Entah apa lagi yang akan dilakukannya, untuk sementara tangannya hanya mengelus-elus buah pantatku, sambil sesekali tersenyum kearahku
Mmmhhh…rupanya lidah mama menjilat-jilat pada anusku..Aaahhh…sedapnya, aku hanya mengerang nikmat merasakan lembutnya lidah mama yang menggelitik-gelitik liang duburku.

” Zzzzzzzzz….. Aaaaaaaggghhhhhhh…..enak maaa….” erangku, tanpa kusadari tanganku meremas kuat pada sandaran sofa yang menjadi peganganku. Melihat reaksiku sepertinya lidah mama semakin liar menari-nari disekujur anusku, bahkan sempat aku terperanjat kaget saat kurasakan lidah itu seperti menerobos masuk kedalam rongga anusku. Ah, rupanya mama memang mendorong ujung lidahnya kedalam sambil kedua tangannya menyibak belahan pantatku. Untuk beberapa saat lamanya aku menikmati aksi lidah mama yang bertamasya didalam lorong anusku itu.

” Enak ya? Tadi dimobil kamu mengAnal mama…disini malah Anal kamu yang mama servis…” Ujar mama, seraya menyudahi aksi rim-jobnya.

” Ayo, sekarang giliran kamu yang menyervis mama..” perintah mama, dibarangi dengan menampar pelan buah pantatku, seraya menghempaskan bokongnya disofa, lalu mengangkang sambil menyibak lebar liang vaginanya dengan dua tangannya.

Sambil berjongkok pandanganku terpaku pada keratan daging merah diselangkangan mama dengan liangnya yang menganga karna disibak dengan dua tangannya. Dan wajah itu, wajah mama yang selalu membuatku tergoda itu tersenyum sambil sesekali memain-mainkan lidahnya memancing diriku.

” Koq dipelototin aja sih? Dimamam dong sayang…” dimamam? Ah, mama.. itukan kata yang selalu digunakannya saat aku kecil dulu, saat dengan sabarnya mama menyuapi diriku. Untuk urusan mengurus anak, mama memang tak pernah mempercayakannya kepada pembantu atau babby sitter, bukan karna memperhitungkan soal biaya yang harus dikeluarkan, tapi faktor untuk ingin memberikan yang terbaik bagi anaknyalah yang menjadi pertimbangan utama, bagi mama sentuhan seorang ibu dengan babby sitter tetaplah berbeda, sepengalaman apapun seorang babby sitter, sentuhan seorang ibu tetap yang terbaik bagi anak-anaknya. Bahkan hingga kelas satu SDpun terkadang mama masih menyuapi diriku, itu biasanya disaat aku malas untuk makan. “Aduh Doni…nasinya dimamam dong sayang…” itulah kata-kata yang selalu kuingat. dan disaat aku hanya terdiam, itu artinya mama harus menyuapi diriku yang sebenarnya saat itu telah memasuki usia yang tak pantas lagi untuk disuapi.
Tapi yang saat ini ditawarkannya bukanlah sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya, daging mungkin iya..tapi daging mentah. Daging mentah berwarna kemerahan yang berkilat karna cairan yang melumasinya. Daging yang dalam satu tahun belakangan ini hanya menjadi objek hayalku, yang hanya dapat aku lihat dengan cara mengintip secara bersembunyi-sembunyi saat mama mandi, atau saat ML dengan papa. Hingga seminggu lalu impianku itu berhasil menjadi kenyataan. Dan kini setelah seminggu aku menanti dengan gelisah dan tak sabar karna keberadaan papa, akhirnya kembali berada dihadapanku, dan menawarkan padaku untuk di… ya, dimakan.

Lidahku mulai terjulur, menjilati bibir vagina mama, sesekali jari jemarinya yang tengah menyibak liang vaginanya ikut tersentuh oleh lidahku.

” Aaaaaaggghhhhh…..anak mama makin pinter aja jilatin memek mama…uuuuuggghhhhhh…” gumam mama, sambil telapak kaki kanannya menyentuh-nyentuh batang penisku, hingga kuserong agak kekiri posisi selangkanganku untuk memberikan akses pada kaki mama agar lebih mudah mengurut-urut penisku dengan telapak kakinya. Lidahku semakin liar menjilati hingga kedalam dinding-dinding vaginanya yang menganga, sesekali kusedot dengan rakus, seolah ingin kutelan keratan-keratan daging yang rasanya sedikit asin karna cairan birahi itu.

” Itil mama juga dimamam dong sayang…kamu tau kan itil itu yang mana?” pinta mama, terus terang akupun masih ragu yang mana sebenarnya benda yang dimaksud mama, sehingga aku hanya mengulumi gelambir vagina mama yang lumayan lebar itu.

” Bukan itu sayaaaang….itil itu yang ini lho…yang diatas memek ini… nih yang ini, ayo jilat sayang…”
Organ mungil yang dimaksud mama, yang letaknya disudut paling atas diantara bibir vagina kini mulai kujilati, dan beberapa detik kemudian kuhisap dan kuemut bagaikan bayi yang menetek puting susu.
Shhrruuuffffttt…shhrruuuffffttt….suara sedotan mulutku yang menghisap gemas klitoris mama bagai berkolaborasi dengan rintihan mama dalam mengekspresikan nikmat yang dirasakannya.

” Mmmmmhhhhh….lezat don…uuuuhhhggggghhhhh…terus jilatin itil mama…emut don…aaaagghhhh….”
Kedua tangan mama yang sebelumnya digunakan untuk menyibak bibir vagina, kini beralih menjambak pelan rambutku, sementara telapak kaki kanannya ditekan dan diputar-putar pada batang penisku yang bediri tegak.

” Ma, Doni jilatin lubang pantat mama ya? ” pintaku, setelah beberapa menit mengoral vagina mama.

” Ooowwwhh…kamu ingin ngerasain anus mama juga? Aduh anak mama nih, udah ngentotin anus mama, sekarang masih mau mencicipinya juga ya..” ujar mama, dengan gayanya yang menggoda, seraya memposisikan tubuh bugilnya menungging diatas sofa, posisi yang sama saat tadi mama menjilati anusku, sehingga mempertontonkan bokong bulatnya padaku yang masih berjongkok diatas lantai.

” Ayo sayang, katanya mau nyicipin lubang anus mama… Ayo dimamam dong sayang…” Ah, mama betapa menggodanya, terutama saat dengan genitnya mengedipkan mata indahnya kearahku sambil mencolok-colok liang anusnya dengan jari telunjuk, ah, sebuah aksi yang menantang.

Sikap mama yang seperti itu benar-benar membuatku tergoda, meja pendek yang berada didepan sofa kini menjadi tumpuanku yang jongkok menangkring diatasnya, sehingga posisi wajahku sejajar tepat dengan bokong bulat yang kini tengah dicolok-colok oleh jari telunjuk mama. Aku hanya terpana dengan pemandangan yang hanya pernah aku saksikan dilayar monitor laptopku dalam film porno itu.

” Eh, koq malah bengong aja sih…Nih mama kasih bonus biar sadar hi..hi..hi…” Yang dimaksud bonus disini adalah dengan memasukan jari telunjuk yang sebelumnya digunakan mencolok liang anusnya kedalam mulutku, ah, betapa konyolnya mama, namun bibirku justru merapat mengulum jari telunjuk yang menebarkan aroma khas liang anus, dan oleh mama justru dicolok maju mundur didalam mulutku.

” Woowww…sudah mama duga, anak mama pasti doyan..” ujarnya, seraya kembali memasukan jari telunjuknya dalam liang anus untuk kemudiam dicolok-colok beberapa saat dan kembali dimasukan kedalam mulutku yang menerimanya dengan antusias.

” Sudah deh, sekarang langsung kamu mamam aja lubang anus mama ya sayang….” ujarnya, diikuti dengan meraih bagian belakang kepalaku dan mendekatkan kearah anusnya.
Lidahku mulai bergerak mengelitik sekitar disekitar lubang pelepasannya, aroma khas yang menebar membuatku justru semakin terangsang, hingga lidahku bergerak lebih aktif dan mulai menerobos hingga masuk kedalam rongganya.

” Mmmmmmm….uuuugghhhhh….nikmat don…aaagghhhhh….kamu pinter banget sih sayang…mmmmmhhh…iya terus sampai dalam sayang…nah, begitu…aaagghhhh…” racau mama, sambil sesekali memejamkan matanya.

Sekitar lima menit aku mengoral liang anusnya, gerakan lidahku sepertinya betul-betul membuatnya tak tahan, hingga kemudian mama bangkit, dan dengan tergopoh-gopoh seolah begitu tergesa-gesa, dibaringkan tubuhnya telentang mengangkang diatas lantai.

” Cepet don…kamu entotin mama… Mama dah gak kuat nih sayang…cepat tancepin kontol kamu kedalam memek mama… Cepet..cepet…cepet…” perintahnya, dengan nada sedikit emosional. Ah, sepertinya mama benar-benar dalam keadaan full horny nih.

Dengan agak gugup segera kuposisikan diriku diatas tubuhnya dengan batang penis tepat didepan liang vaginanya. Belum sempat aku mendorongnya, tangan mama menekan bokongku hingga amblas batang penisku didalam liang vaginanya yang telah begitu basah.

” Ayo langsung genjot sayang…genjot yang kuat…” seperti yang dipintanya, bokongku bergerak maju mundur dengan cepat dan bertenaga, sambil kedua tanganku bertumpu pada paha montoknya yang putih mulus dan kini sedikit lengket karna berkeringat.

Pok…pok…pok…bunyi benturan pahaku dengan paha mama demikian riuh, bercampur aduk dengan bunyi kecipakan kedua kelamin kami yang tengah perpenetrasi, dan ocehan mama yang tak kalah riuhnya.

” Terus sayang…entotin mamamu yang kuat sayang… Iya bagus begitu…uuuggghhhhh…kamu memang anak mama yang berbakti pada orang tua sayang…kamu bikin mama bahagia… Mama bersukur punya anak seperti kamu yang sudah mau ngentotin mamamu, ibu kandungmu sendiri…aaaggghhhhh…” Ah, mama ini kalau sudah horny tingkat tinggi..ngocehnya ada-ada saja, tapi mengapa aku malah suka dengan ocehan ngawur mama itu, hingga semakin bersemangat aku memacu pinggulku.

” Kamu mau buntingin mama ya sayang? Iya kan? Kamu mau mama beranakin anak kamu kan? Terus nanti kalau anaknya cowok, besok besar mau ngentotin mama juga kan? Harus dong…kamu jangan cemburu ya sayang…uugghhhhhh… Tapi kalo anaknya cewek pasti kamu entotin juga kan? Iya kan sayang..? Iya dong…harus..kita ngentotnya sama-sama ya sayang….uuuggghhhhh…kamu merawanin anakmu nanti didepan mama ya sayang…mmmmmhhhhh…sedaaaappppp…” Aduh, bener-bener keterlaluan nih, bener-bener gila nih mama, omongan macam apa itu. Tapi..ah, entah setan apa yang kini tengah berada dikepalaku, kenapa aku justru menyukai kata-kata gila itu.
Hingga beberapa saat kemudian tubuh mama mengejang disertai dengan pekikan keras memcahkan kesunyian didalam villa itu.

” Aaaaaaaaaaaaaaaaaggggggghhhhhhhhhhhhh….” pekik mama, disertai dengan mengguncang-guncangkan bokongnya dengan liar dan menekan-nekan bokongku dengan kedua tangannya, yang bermaksud agar lebih tandas batang penisku menghujam liang vaginanya.

Hanya beberapa detik setelah itu, mama terdiam dan hanya menyisakan nafasnya yang masih tersengal-sengal.

Bosan dengan gaya misionary seperti ini, terlebih mama yang telah klimak dan kini hanya terdiam membuat gairahku sedikit menurun, seraya kucabut batang penisku dari dalam liang vaginanya yang telah bancir dan becek itu.

Aku berpikir sejenak sambil memperhatikan tubuh mama. Ah, enaknya diapain tubuh ibu kandungku ini, hingga timbul ide didalam otakku.

Tubuh mamaku yang hanya berbaring telentang diatas lantai kupegang kedua pegelangan kakinya, lalu kutekuk keatas hingga kedua telapak kakinya menyentuh kepalanya, sehingga pantatnya mengacung keatas dengan liang anus bagai mengarah kelangit-langit.

” Aduuuuhhhhh….mama mau kamu apain sih sayaaang..koq ditekuk-tekuk begini sih, kayak pemain akrobat aja…pegel tauuuuu….” keluh mama, dengan nada yang sedikit malas karna sepertinya masih letih.

” Doni mau entotin bo’ol mama dengan gaya seperti ini ma…pasti asik deh..he…he..he…” ujarku.

” Ada-ada saja kamu don… Ya udah deh, gak apa-apa koq.. kamu boleh melakukan apapun pada mama sayang…terserah yang kamu mau…”

” Horeeeee…..siap siap ya ma..” Seraya kuberdiri setengah menunduk, posisi lubang analnya yang menghadap keatas mengharuskanku untuk sedikit menekuk kebawah batang penisku hingga ujungnya berada tepat dimuka liang anus mama.

Bless… Amblas seluruh batang penisku kedalam liang anusnya, kugenjot beberapa saat, lalu kulepas keluar sekedar untuk bermain-main. Pluuupp….batang penis tercabut, menyisakan lubang analnya yang menganga terbuka. Ah, sebuah pemandangan yang erotis bagaimana lubang anus yang terbuka menganga memperlihatkan rongga-rongganya yang berwarna merah jambu. Hingga kuulangi langkah itu beberapa kali untuk sekedar menyaksikan sensasi lubang anus yang menganga lebar. Kulihat mama hanya menyaksikan tingkahku dengan pandangan mata sayu, namun dengan bibir yang tersenyum. Mungkin merasa lucu dengan tingkahku itu. Hingga timbul ide dari kepalaku, bagaimana kalau bibir yg tengah tersenyum itu kusumbat dengan batang penisku, ya, batang penis yang tentunya kini menebarkan aroma khas lubang dubur.

” Ayo ma…dimamam kontol Doni..pasti lebih enak deh ma..kan udah bercampur dengan bau bo’ol mama..pastinya asik deh ma… Aaakkk..maaaa… Aaeemmmm… he…he…he…” kusodorkan batang penisku kearah mulut mama, yang segera dikulum oleh bibir yang sebelumnya tersenyum kearahku itu.

” Enak kan ma? He..he..he… Mama doyan tuh… ” godaku, sambil menikmati batang penisku dikulum oleh mama. Dan beberapa saat kemudian kumasukan kembali penisku kedalam liang anusnya.

” Dasar anak nakal kamu…masa’ mulut mama dijejelin kontol yang habis masuk dari bo’ol mama sih…kan bau sayang…” ujarnya, namun dari nada bicaranya sepertinya mama menyukainya.

” Mama mau lagi kan? Ini ma…aaakkk…aaeemmm…” kembali mama memyambutnya dengan antusias batang penisku, dan dikulumnya bagai menikmati es krim.

Aksi konyol yang kulakukan pada mama memberikan sensasi sendiri bagiku, terutama saat dengan lahapnya mama mengulum batang penisku, sebuah aksi yang merangsang sahwatku, hingga kurasakan sepertinya diriku tak lama lagi akan mencapai puncak kenikmatan.

” Ma..Doni mau keluar nih… Doni keluarin di memek mama ya? Biar mama cepet hamil..nanti kan Doni punya anak..mudah-mudahan aja anaknya perempuan..biar bisa Doni entotin juga ma…” Astaga, sungguh tak percaya aku sanggup mengatakan itu, padahal pikiran sehatku dan hati nuraniku sesungguhnya tak ingin jika mama sampai hamil anakku, aku tak ingin punya anak, aku masih terlalu muda, dan aku masih ingin sekolah, Ah, sepertinya yang sedang berbicara tadi adalah nafsu birahiku. Atau sebenarnya hanya sekedar latah mengikuti apa yang dilakukan mama sebelumnya. Ah, tapi rasanya memang ada sensasi tersendiri dengan mengucapkan kata-kata yang sebenarnya sangat tabu itu.

” Iya sayang…keluarin peju kamu dimemek mama aja..dirahim mama..biar mama bunting ya sayang..” balas mama, menanggapi perkataanku.
Dengan masih dengan posisi yang cukup akrobatik, yaitu kedua kaki mama kutekuk hingga telapak kakinya menyentuh kepalanya, batang penisku kutelusupkan kedalam liang vaginanya, namun kali ini dengan posisi membelakangi mama. Dengan mengangkangi tubuhnya, pinggulku milai bergerak turun naik menggenjot batang penisku didalam liang vaginanya. Dari bawah mama hanya dapat melihat pantatku yang bergerak turun naik dengan berirama.

Sloopp..Sloopp.. Sloopp… Suara kocokan penis pada vagina bagai menyemangatiku dalam memacu pinggulku dengan kedua tangan yang bertumpu pada kedua paha belakang mama, hingga akhirnya kurasakan rasa nikmat tiada tara, rasa nikmat yang bersumber pada penisku yang menjalar hingga keseluruh sendi tubuh dan jiwaku, yang diikuti dengan semburan cairan kental yang menumpahi liang vagina mama, posisinya yang seperti itu membuat seluruh tumpahan air maniku tertampung seluruhnya didalam rahim mama.

” Aaaaaaaaaaggghhhhhhhhhhh……nikmaaaaaatttt…..” pekikku, dengan mata yang separuh terpajam dan mulut menganga dan diikuti dengan gerakan tubuhku yg mengejang-ngejang seiring semburan air mani.

” Iya..taburkan benihmu sayang…taburkan pejumu didalam rahim mamamu…yeesssssss….” balas mama, sambil kedua tangannya menekan-nekan bokongku dari belakang.
Beberapa detik kemudian gerakan tubuhku terhenti, bersamaan dengan terhentinya semburan spermaku kedalam rahim ibu kandungku.

Fuhhh…mau copot rasanya lututku ini, bersetubuh dengan posisi setengah membungkuk seperti tadi memang cukup memakan tenaga. Kini aku berbaring dilantai disamping mama, yang mengecupku dengan mesra sambil mengelus-elus batang penisku yang mulai mengecil.

” Duh, anak mama untuk hari ini udah dua kali klimaks nih… Waktu dimobil tadi udah muncratin peju kamu di lobang pantat mama, sekarang giliran dimemek mama deh… Masih terasa nih don, hangatnya peju kamu didalam memek mama”

” Iya nih ma…enak banget..Doni betul-betul puas…tapi pegel juga nih dengkul Doni…posisi kayak tadi bikin capek ma…”

” Gak apa-apa capek sedikit sayang… yang penting kan kita puas, dan yang pastinya kita happy…iya enggak?”

” Iya betul ma…Doni betul-betul happy ma…Doni ingin begini terus setiap hari jadinya..”

” Ya gak bisa dong sayang…kan ada papa…yang penting kita harus pandai-pandai mengatur dan menyiasatinya..udah deh, untuk yg satu ini biar mama yang atur…tugas kamu cuma ngerawat ini kontol jangan sampai hilang ya…kalo kontol ini sampai hilang, aduh bisa merana deh mama..hi..hi..hi..” ujar mama, sambil terus memainkan batang kontolku dengan sesekali meremasnya dengan gemas.

********

Tak terasa saat itu hampir pukul satu siang, tubuh telanjang kami masih berbaring diatas lantai, dan kami masih bermesra-mesraan bagai sepasang kekasih yang tengah dimabuk cinta.
Bagai seorang gadis yang tengah bermanja dengan kekasihnya, mama menyandarkan kepalanya diatas dadaku, seolah diriku adalah sosok yang dikasihinya, dalam artian kasih seorang gadis terhadap jejaka pujaannya.

” Ma, ngomong-ngomong Doni udah laper nih…mama gak laper? ” setelah melakukan aktifitas yang melelahkan namun sangat mengasikan tadi, tentu cukup menguras tenaga, buntut-buntutnya perutlah yang mulai terasa keroncongan.

” Iya sih, mama juga laper…tapi mama maunya begini terus aja don…plis ya don, sebentar aja…mama masih ingin berada didekapanmu sayang…duhai kekasihku kangmas Doni yang tampan…” ujar mama, dengan manja namun juga bernada menggoda, walau sedikit bernada gombal, namun aku sungguh menyukai rayuan mama itu.

” Ih, mama lebay deh…” ujarku, sambil mencubit hidung bangir mama.

” Aaaeeeng…biarin..” ih mama, koq jadi kayak anak abg gini sih.

********

Sekitar satu jam kemudian, setelah mama menghubungi petugas villa yang sebelumnya memberikan nomer telpon, seorang pria datang mengantarkan makanan, yang sepertinya adalah petugas deliverry order dari sebuah restoran disekitar wilayah ini. Dan tentunya kami sudah tak lagi telanjang seperti tadi.

Ayo dimamam sayang…katanya laper..” ujar mama, setelah menata makanan yang akan kami santap diatas meja makan.

Dengan lahap aku menyantap kentang dan ayam goreng cepat saji dari brand yang cukup populer itu, sebenarnya aku lebih menyukai makanan nusantara dari pada makanan cepat saji seperti ini, tapi apa boleh buatlah, ketimbang kami harus keluar villa untuk mendapatkan itu semua, lebih baik menunggu disini sambil bermesraan dengan mama, walaupun harus puas hanya mendapatkan ayam goreng, kentang dan setangkep nasi putih.

Dua potong ayam dan beberapa kentang goreng telah berpindah mengisi lambungku, kecuali nasi putih yang masih belum kusentuh, diseberang meja makan mama masih menikmati hidangannya, walau perhatiannya lebih tertuju pada ponselnya yang diletakan diatas meja.

” Nasinya dimamam dong sayang…” ujarnya, setelah melirik sebentar pada makananku, kemudian kembali perhatiannya terpusat pada smart phonenya. Ah, benda sialan itu sepertinya mulai mengalihkan perhatian mama deriku.

” Enggak ah…kalo disuapin sih mau..” jawabku asal, dengan sedikit ketus. sebenarnya hanya sekedar ungkapan dari rasa kesalku karna perhatian mama lebih tertuju pada pesawat handphonenya itu, bahkan selama makan tadi mama tak mengajakku ngobrol sama sekali, kecuali kata-kata terakhir tadi.
Sepertinya mama menyadari itu, seraya tersenyum dan mengalihkan perhatiannya dari ponsel, berganti menatapku dengan senyum manisnya.

” Beneran mau mama suapin?” sepertinya mama mulai menggodaku.

” Enggak koq ma…Doni cuma asal ngomong aja.. Abis mama sih, melototin hp terus..makanan mama aja cuma sedikit yang dimakan, mama malah kayak cuekin Doni…” Ah, mengapa aku sesensitif ini, bukankah yg dilakukan mama itu biasa, entahlah mungkin saja disaat-saat seperti ini aku tengah manja-manjanya dengan mama, dan tak ingin perhatian mama beralih dariku.

” Maapin mama deh sayang….eh mama serius lho, kamu mau mama suapin?” tawarnya sambil melirik kearah nasi yang belum kusentuh. Aku masih tak mengerti apa yang mama maksud, dan masih tak tau untuk menjawab apa, dan tiba-tiba mama berdiri, menggeser makanan diatas mejaku sedikit kepinggir, seraya duduk diatas meja tepat dihadapanku. Ah, sepertinya mama akan memberikan kejutan, itu dapat kulihat darj senyumnya, entah permainan apa lagi yang akan diberikannya, pastinya tak jauh dari hal yang asik-asik, apalagi kalau bukan seks, namun aku tetap masih belum tau, permainan seperti apalagi ini.

Sambil duduk diatas meja, mama meyingkap keatas dasternya. Seperti yang telah kuduga mama sudah tak lagi mengenakan celana dalam, sehingga vaginanya terpampang dihadapanku. Ah, sungguh menggodanya mama. Kedua telapak kaki mama ditumpukan diatas pahaku, yang saat itu hanya mengenakan celana pendek basket dengan atasan t-shirt tanpa lengan.

” Sekarang mama akan suapin kamu, dan mama jamin, pasti kamu akan suka…” ujar mama, seraya mengambil sejumpit nasi dari Styrofoam disebelahnya. Nasi dimakannya, namun hanya dikunyah, saat mengunyah tatapannya mengarah padaku yang masih bertanya-tanya apa yang selanjutnya akan dilakukan mama padaku.

” Buka mulutmu…” ujar mama, dengan mulut yang masih terisi oleh nasi yang baru saja dikunyahnya.

” Ayo buka…” ujarnya lagi, setelah aku hanya diam tanpa mengikuti apa yang diperintahkannya.
Sepertinya aku mulai mengerti apa yang akan dilakukan mama, mungkin ini yang dimaksudkannya menyuapi diriku.

Dengan ragu akhirnya aku membuka mulut dengan lebar. Kedua tangan mama memegang kedua pipiku, mengarahkan mulutnya yang terkatup tepat diatas mulutku yang menganga lebar. Seperti yang telah kuduga, mulut yang sebelumnya terkatup itu terbuka, menumpahkan isinya kedalam mulutku. hangatnya “bubur” buatan mama kurasakan memenuhi mulutku, namun aku masih belum menelannya.

” Ayo dimamam buburnya sayang….” ujar mama dengan lembut. Glek..segera kutelan semua yang diberikan mama, tandas tanpa tersisa. Ah, luar biasa.. ada sensasi nikmat kurasakan dengan apa yang diberikan mama padaku, yang membuatku ketagihan dan ingin mendapatkannya lagi.

” Sedap ma…lagi dong ma…cepetan…” pintaku, sambil kedua tanganku memegang paha mama.

” Iya kan? Mama udah duga, anak mama ini pasti ketagihan…” ujar mama, seraya mencubit pipiku.
Kembali mama menjimpit nasi dan mengunyahnya. Ah, mengapa rasanya begitu lama mama mengunyahnya, sepertinya aku sudah tak sabar menerima makanan yang dilepehkan langsung dari mulut mama. Sambil menunggu, tanganku beraksi dengan mengobel-ngobel liang vagjna mama yang tengah mengangkang didepanku itu. Sambil tetap mengunyah, mama menggelinjang menikmati jari telunjuk dan tengahku yang mengocok keluar masuk didalam liang vaginanya.

Beberapa saat kemudian kembali mama menumpahkan isi mulutnya kedalam mulutku yang kali ini langsung kutelan, seolah tak puas dengan rakus kulumat bibir mama hingga kami saling berpagutan beberapa saat.

” Lagi ma…sampai habis nasinya..” bisikku, usai kami saling berpagutan.

Akhirnya seluruh nasi habis berpindah kedalam lambungku, yang seluruhnya dilakukan dengan cara yang spesial oleh mama, Ah, betapa nikmatnya rasa nasi itu, seolah diri ini masih belum puas. Sensasinya itulah yang membuatku keranjingan. Setiap momennya itu bagiku begitu erotis, terutama saat cairan putih kental itu tertumpah kemulutku, rasanya aku ingin agar momen itu berlangsung lama

” Gimana sayang, enak kan? ” tanya mama, sambil tangannya membersihkan sisa-sisa nasi yg sedikit belepotan didaguku.

” Luar biasa ma… Pokonya mantap deh.. Mama memang hebat..”

” Siapa dulu dong…Mama gitu loowww…” ujarnya, seraya dirinya turun dari posisi duduknya diatas meja makan, dan kembali duduk dikursi, namun kali ini dia duduk tepat disampingku.

” Doni, tadikan sudah mama tunjukan padamu, bagaimana rasa kasih seorang ibu yang menyuapi makanan pada anaknya…” terang mama

” Iya ma…Doni tau, Terima kasih deh ma…” potongku

” Eit, tunggu dulu..mama belum selesai bicara.. Dan tidak cukup dengan hanya ucapan terima kasih..” ujar mama, sambil menudingkan jari telunjuknya kearahku.

” Terus harus dengan apa lagi dong ma? Apa dengan Doni harus giat belajar, patuh kepada orang tua, bukankah itu semua sudah Doni lakukan ma… Kan mama bisa liat sendiri dari nilai prestasi sekolah Doni selama ini… Doni juga gak pernah koq melawan atau membatah kepada mama atau papa, Doni selalu menurut…”

” Iya, mama tau…prestasi sekolah kamu selama ini cukup baik, bahkan sangat memuaskan..tapi kali ini bukan itu yang mama maksud…”

” Lalu harus apa lagi dong ma?” tanyaku, dengan wajah sedikit cemberut, namun dengan lembut mama membelai rambutku.

” Begini Doni.. Aduh, kamu jangan langsung jutek begitu dong sayang…” hibur mama, kali ini sambil mengelus lembut pahaku.

” Abis sih mama…pakai ngomong gak cukup dengan ucapan terima kasih segala…kayak apaan aja..” gerutuku, namun mama hanya tersenyum, seraya meremas batang penisku yang masih terbungkus celana pendek, yang membuat wajahku sebelumnya cemberut kembali tersenyum.

” Dengar Doni, mama ingin kamu menunjukan bakti nyatamu pada mama, tentu saja sesuatu yang mulia yang membuat mama bahagia..tapi mmmm… gimana ya? mama sebetulnya malu sih untuk ngomongnya..

” terang mama, namun sepertinya mama ragu untuk untuk meneruskannya, dan tentu saja itu membuatku penasaran.

” Emang apaan sih ma…ngomong aja kenapa sih ma..Doni jadi penasaran nih…” desakku.

” Ah, enggak deh..enggak jadi..” ujar mama, yang membuatku semakin penasaran.

” Aduh…mama ini..ngomong aja ma…plis deh.. Untuk mama, seberat apapun itu, pasti akan Doni coba lakukan deh kalau itu bisa menyenangkan hati mama…” desakku, sambil memegang kedua bahu mama. Ah, sepertinya mama tau kalau aku begitu penasaran.

” Oke deh..mama akan terus terang…tapi janji ya, kamu jangan kaget..”

” Enggak deh ma…suwer..” ucapku sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahku.

” Mmmm…begini Doni, obsesi mama selama ini adalah..mmm…mama ingin kamu pipisin muka mama…” terang mama, dengan agak malu-malu sambil menundukan wajah dan memain-mainkan jari jemarinya.

” Apaaa….” kagetku, mendengar apa yang dikatakan mama

” Tu kan…mama sudah duga, kamu pasti terkejut…kamu juga pasti menolaknyakan?” ujar mama, sambil memalingkan wajahnya dari diriku.

” Mama serius…? ” tanyaku memastikan

” Serius lah…apa kamu pikir mama hanya main-main… Gimana, kamu bersedia enggak menunjukan baktimu kepada mama…?” ujar mama. Aku berpikir sejenak untuk mempertimbangkan keinginan mama itu, mengencingi wajah ibu kandungku sendiri, betapa kurang ajarnya itu…tapi..Ah, kalau memang itu membuatnya bahagia mengapa tidak.

” Iya ma, Doni bersedia…” setujuku, yang serta merta wajah mama berubah sumringah dan langsung memeluk serta mengecup mesra bibirku.

” Aiiiihhhh…kamu memang anak mama yang baik dan berbakti…mama benar-benar bangga sama kamu…ayo sayang, cepetan dong pipisin wajah mama, mulut mama… mama juga mau minum pipis kamu lho sayang..plis dong cepet ya..” Ah, betapa bahagianya wajah mama mendengar persetujuanku itu, namun aku masih bingung bagaimana harus memulainya untuk menuruti keinginannya yang aneh itu.

” Tapi gimana caranya nih ma? ” tanyaku, bingung.

” Mmmm…Gini aja deh, kamu naik dimeja ini, terus berdiri diatas meja, dan mama duduk dikursi ini sambil membuka mulut.. Nah, nanti kamu pipisin deh mulut mama, oke? ngertikan?” terangnya

” Oke deh ma…Doni paham..” jawabku, seraya naik keatas meja makan.

” Eh, don…lebih baik buka aja semua pakaian kamu, mama juga koq..kita telanjang aja sekalian, biar sip gitu looww…” pinta mama, diikuti dengan melucuti dasternya hingga bugil, begitupun dengan aku yang juga melepas t-shirt dan celana pendekku.

” Ayo sayang…langsung dong, pliss..pliss.. mama gak sabar nih sayang…aaaakkkk..” mohon mama, sambil membuka mulutnya dengan lebar, sedang aku mulai memposisikan diri sebagaimana orang yang hendak membuang air kecil.

Seeerrrrrrrrrrr…..sambil berdiri diatas meja makan, air seni yang keluar dari penisku disambut oleh pekikan gembira saat pancuran pertama mengenai wajahnya. Sebagaian cairan hangat beraroma pesing itu masuk kedalam mulutnya yang menganga, dan langsung ditelannya dengan rakus. Ah, betapa liarnya mamaku, sungguh tak kusangka mama memiliki fantasi yang aneh seperti ini, namun entah mengapa aku sepertinya juga begitu menikmati, bagiku mama begitu seksi dan menggoda saat dengan antusiasnya menerima tumpahan air kencingku, seolah air kencingku adalah cairan yang maha berharga baginya, dengan hal itulah aku merasa tersanjung, sehingga ingin sebanyak-banyaknya aku menumpahkan air seniku diwajah dan mulutnya untuk dinikmati mama, yang sesekali juga digunakan untuk membasuh wajahnya, wajah cantik yang selama ini menjadi objek hayalku, dan kini wajah itu menjadi sasaran air kencingku, dan untuk itu pula dia sendirilah yang memintanya, bahkan memohon.

” Wuuuuwwwww…minum sudah, cuci muka sudah…sekarang keramas dulu ah….” pekik mama, sambil mengarahkan kepalanya dibawah pancuran air seniku, seraya kedua tangannya menggosok-gosok rambutnya.

Akhirnya air seni yang keluar dari penisku hanya tinggal satu dua, dan kemudian terhenti sama sekali.

” Fuuuuuhhhh….sedaaaaaapppppp….mama benar-benar puas don…kamu memang anak mama yang sungguh berbakti pada mama… terima kasih ya sayang…” ujar mama, mengekspresikan rasa puas dan rasa terima kasihnya padaku.

” Iya ma…sama-sama, Doni juga suka koq ngeliat mama minumin air kencing Doni kayak tadi, mama keliatannya hot banget deh, Doni jadi tambah nafsu sama mama…” balasku, seraya menghempaskan bokongku diatas meja makan, menghadap mama yang masih menyibak-nyibakan rambutnya yang telah basah oleh air seniku.

” Aaaiihhh…Doni… Mama senang sekali kalau kamu memang seperti itu sayang…” ujar mama, seraya memeluk dan mengecup bibirku.

” Ludahin mulut mama dong sayang…aaaakkkkkk…” pinta mama, diikuti dengan membuka mulutnya dengan lebar tepat dibawah wajahku yang saat itu duduk diatas meja makan. Untuk kegemaran mama yang satu ini aku sudah cukup familier, yang memang sebelumnya pernah kami lakukan dirumah.
Kuarahkan posisi mulutku tepat diatas mulut mama yang menganga, lalu kutumpahkan air ludahku tepat kedalam mulutnya, yang langsung diteguknya hingga tak tersisa.

” Lagi sayang….” bisiknya, dan kuturuti apa yang diinginkannya, hingga empat kali aku meludahi mulut mama sampai kurasakan tak ada lagi air liur dapat kuberikan pada mama.

” Terima kasih sayang…kamu benar-benar membuat mama bahagia…” ucap mama, seraya merangkul dan mulumat bibirku dengan kecupan liarnya yang membuatku gelagapan karna hampir terjatuh dari meja makan yang kududuki.

” Sekarang entotin mama lagi dong sayang….memek mama sudah gatel banget nih, pipismu tadi itu lho, yang bikin nafsu mama semakin tinggi..”

Akhirnya kusetubuhi mama dengan sekujur badan dan rambutnya yang masih basah oleh air seniku tadi, dan persetubuhan kami divilla itu terus berlanjut hingga esok hari, sebelum pada sore harinya kami kerumah tante Wiwik untuk menghadiri acara pernikahan putrinya. Ah, benar-benar saat yang tak akan pernah terlupakan olehku, saat-saat yang begitu indah, dimana aku bisa mewujudkan dan mengekspresikan segala fantasi seksualku pada mama, dan mama bukan hanya sekedar memenuhi apa yang aku inginkan, bahkan mama memperkenalkan padaku permainan-permainan yang mendebarkan namun sungguh mengasikan, yang membuatku bagai berada disurga yang maha nikmat bersama mama. Menurut mama, bahwa fantasi-fantasi seks yang direalisasikan padaku itu sebagian besar belum pernah dilakukannya pada papa, menurut mama dirinya malu untuk meminta pada papa, sedang denganku mama tak sungkan-sungkan untuk mengutarakannya, karna mama yakin kalau aku pasti akan memahaminya. Keterikatan batin sebagai ibulah yang membuatnya merasa yakin kalau aku dan mama memiliki kesamaan selera dan fantasi dalam soal seksual, dan itu memang terbukti, sehingga aku dan mama bagaikan gayung bersambut, keduanya saling mengisi dan saling memenuhi.

Dan hubungan terlarangku dengan mama tidak cuma sampai divilla itu saja, namun tetap berlanjut pada hari-hari berikutnya. Walaupun tidak bisa dikatakan terlalu sering, kami masih bisa menyempatkan untuk melakukannya, biasanya mamalah yang mengatur skenario agar tak tercium oleh papa, seperti halnya mama berpura-pura minta diantar olehku untuk pergi berbelanja ke super market, dan pastinya kami mampir terlebih dahulu kesebuah hotel untuk sekedar satu atau dua kali orgasme, untuk kemudian barulah menuju ke super market, alasan berputar-putar mencari barang atau sesuatu yang dibutuhkannyalah yang menjadi alasan saat papa menanyakan mengapa sampai begitu lama. Atau mama berpura-pura untuk mengantarku berangkat kesekolah, mamun tentunya kami akan menghabiskan satu kali orgasme terlebih dahulu didalam mobil yang telah kami parkir ditempat tertentu yang menurut kami cukup nyaman.
Dan masih ada beberapa skenario oleh mama yang cukup brilian untuk kami dapat berasik masuk dengan aman dan nyaman, dan tentunya puas lahir batin.

Sungguh naif sekali kalau aku menganggap hubungan istriku dengan Doni masih dalam batas kewajaran.

Tadinya aku masih berfikir kalau ini hanyalah perasaanku saja, suatu efek yang timbul karena hubunganku dengan Nanda, sehingga timbul kecurigaan kalau istriku juga melakukan hal yang sama pada anak laki-lakiku.
Namun saat sore itu aku memergoki mereka tengah berciuman didalam gudang belakang rumah, sepertinya kecurigaanku bukanlah sebuah su’udzon belaka, walaupun mereka berdalih tengah mencari sepatu lama istriku yang katanya berada didalam tumpukan barang bekas, tapi aku bukanlah bodoh, sikap gugup mereka tak bisa menyembunyikan itu, terutama Doni, anak itu masih terlalu hijau untuk dapat bersandiwara dengan baik. Satu lagi yang memperkuat keyakinanku adalah saat mbak Wiwik, kakak perempuanku yang tinggal diBandung mengatakan bahwa istriku baru tiba diacara pernikahan putrinya hanya beberapa saat sebelum acara resepsi berakhir.
Sial, padahal dia pamit denganku satu hari sebelum hari H, dengan alasan untuk membantu segala urusan tetek bengek acara hajatan itu. Nah, kalau begitu, satu hari semalam sebelumnya istriku dan Doni kemana saja, dan ngapain aja, kalau memang ada urusan lain mengapa dia tidak berterus terang saja padaku.
Untuk menanyakan semua itu kepada istriku rasanya aku tak berani, mungkin ketidak beranianku itu karena aku juga memiliki hubungan spesial dengan Nanda, dan bukan tak mungkin istriku juga mulai mengetahui hubunganku dengan anak gadisku itu, itu dapat kulihat dari sikap istriku beberapa hari ini yang seolah begitu kaku.

Seperti halnya malam ini, semenjak berada dikamar ini tak sepatah katapun keluar dari mulutnya, bahkan kini dia sudah terlelap dengan posisi memunggungiku.
Kalau memang istriku dan Doni memiliki hubungan seperti halnya aku dan Nanda, Ah, betapa bejatnya keluargaku ini, entah keluarga macam apa ini, ah..tidak, rasanya aku tak perlu memponis keluargaku dengan pandangan seperti itu, lebih baik aku membangun sebuah keyakinan bahwa yang aku lakukan ini adalah suatu kelaziman belaka, toh aku tak pernah memaksa anakku, dia menikmatinya, bahkan teramat sangat. berbeda dengan apa yang sering aku temui dalam berita, tentang seorang ayah yang memperkosa putrinya hingga berbulan-bulan, nah..yang seperti itu barulah memang tindakan biadab.

Saat ini telah menunjukan jam 11 malam, kuperhatikan istriku dengan seksama untuk memastikan kalau dia memang benar-benar telah tertidur. Hmmm…sepertinya dia memang telah pulas, kini saatnya menjumpai si jantung hatiku, si pemuas nafsuku yang paling sempurna, ya dialah Nanda, putri kandungku, yang beberapa minggu belakangan ini benar-benar membuat hidupku serasa lebih indah dan lebih bergairah.

Dengan mengendap-endap dan kaki agak berjinjit aku melangkah keluar kamar, kubuka pintu kamarku dengan perlahan untuk meminimalisir suara deritan pintu yang dikawatirkan dapat terdengar oleh istriku.
Kini aku telah berada didepan pintu kamar anak gadisku, setelah tengak-tengok kiri kanan kubuka pintu yang memang tak dikunci, karna sore tadi secara diam-diam aku telah membisikan padanya bahwa malam ini aku akan menyambangi kamarnya untuk sebuah kenikmatan, dan dengan wajah berbinar dia menjawab “oke deh pa…Nanda juga udah kangan sama si dede’…Nanda tunggu ya pa..” jawabnya, sambil meremas penisku. Ah, dasar anak itu, untung tadi tak ada orang lain disekitar situ.

Pintu kubuka dengan perlahan, dan…woowww..putriku memang penuh dengan kejutan, kali ini kudapati dirinya tengah menungging diatas ranjang dengan tanpa selembar benangpun, rambutnya dikuncir dua dengan pita merah jambu sehingga membuatnya makin terlihat imut dan menggemaskan.. dan apa itu yang dikulumnya? Ah, ternyata permen Loli pop, saat aku kecil dulu sih aku menyebutnya permen kojek, sejenis kembang gula seukuran buah anggur memiliki tangkai yang dipegang oleh tangan kirinya.

Fuiihhh…bokongnya itu, begitu menantang dengan posisi menungging seperti itu, vaginanya terjepit diantara dua pahanya, hingga menggambarkan garis vertikal pada bagian tengahnya, serta bibir vaginanya tampak tembem karna jepitan pahanya.
Dan liang imut diatasnya itu, liang yang selama ini justru sering dimintanya untuk kugasak dengan batang penisku. Ya, liang anusnya, pada liang itulah justru putriku lebih menikmati hantaman kontolku, walau aku tetap masih sering menggenjot lubang vaginanya, bagiku orgasme didalam liang vaginanya lebih nyaman, ada kenikmatan tersendiri saat menaburkan benih-benihku kedalam rahim putri kandungku, entah sudah beberapa kali saja rahimnya itu menampung sepermaku.

” Selamat malam papa sayang…ayo pa..Nanda udah kangen nih…” ucapnya, seraya kembali mengulum loli pop ditangannya.

” Iiihh…kamu ini makin gemisin aja sih sayang…” gemasku, seraya kurebut permen loli pop dari tangannya.

” Aaaeeeng…papa jangan diambil dong. Kembaliin…” rengeknya.

” Ssssstttt….tenang aja sayang..permennya papa buat lebih enak lagi deh…pasti kamu suka…” jawabku, seraya kutancapkan permen itu kedalam liang anusnya yang menantang.

” Zzzzzz….aaaaggghhhhh… Papa ada-ada aja nih…” desahnya, saat permen itu kugerakan maju mundur dengan memegang tangkainya.

” Nih sayang…sekarang kamu ma’em lagi ya…aaeemmmm..” kusuapi kembali permen yang baru saja “bertamasya” didalam liang anusnya itu. Setelah beberapa saat dikulum, kembali kutarik keluar dari mulutnya.

” Gimana sayang…tambah enak kan? ” tanyaku.

” Sedap pa..nikmaaaatt… Lagi dong pa..pliss..” mohonnya lagi, segera kembali kumasukan kedalam liang anusnya, lalu kukocok beberapa saat. Pluuppp… kembali kutarik keluar, namun kali ini kumasukan kedalam mulutku dan kukulum beberapa saat. Mmmm…ada sensasi tersendiri menikmati permen yang “dibumbui” oleh aroma anus anakku ini.

” Papaaaa….koq dimakan sih…itukan punya Nanda…” protesnya, dengan ekspresi wajah cemberutnya.

” Ih, kamu ini pelit banget sih.. Papa kan juga mau coba’in permen rasa anus kamu sayang…” jawabku, seraya kumasukan kembali kedalam liang anusnya. beberapa saat setelah kukocok kumasukan kembali kedalam mulut putriku yang tengah cemberut itu.

Setelah beberapa kali aksi seperti tadi kuulangi, nafsu birahiku yang sebelumnya memang tengah tinggi kini semakin bertambah tak terbendung, seraya kulucuti semua pakaian yang melekat ditubuhku hingga bugil.

” Duh..anak papa ini bikin papa makin gemes aja…papa udah gak tahan nih sayang…” seraya kuarahkan batang penisku yang telah berdiri tegak didepan liang anusnya yang menganga.

” Iya pa…Nanda juga udah gak nahan nih…ayo pa, masukin aja dede’nya… keanus Nanda ya pa…” pintanya, seraya kembali mengulum permen loli pop yang kini kembali dipegangnya.

” Iya anak nakal…papa tau deh yang kamu suka..” ujarku, seraya kutancapkan penisku kedalam liang duburnya.

Plok..plok..plok…suara tepukan paha kami mulai berbunyi, yang menandakan tengah terjadinya penetrasi batang penisku didalam liang pelepasannya.

” Mmmmm…nyemmm…nyemmm…enak pa…terus pa..genjot yang kenceng pa…yang dahsyat ya pa…mmmm…” gumamnya, dengan permen yang masih dalam kulumannya.
Ah, mengapa bagiku begitu seksinya putriku dengan ekspresi seperti itu, perpaduan antara kepolosan seorang bocah dengan kebinalan seorang wanita yang begitu gandrung akan hantaman batang kontolku pada anus dan vaginanya.

” uuuggghhhh….kamu memang menggemaskan ya sayang…selalu bikin papa makin tergila-gila aja…nih rasakan hantaman kontol papamu…huhghh…huhghh..huhghh…” seraya kuhantamkan bokongku dengan sekuat tenaga hingga tubuhnya yang menungging berguncang-guncang hebat, begitupun dengan ranjang yang kami gunakan mulai menimbulkan bunyi berderit dari sambungan kayunya. Bagai seorang kusir yang tengah memacu delmannya, kugunakan kedua rambutnya yang tekuncir sebagai pegangan dengan kedua tanganku.

” Hiiaaaahhhhh….nih rasakan sayang…huuhhkk…huuhhkk..huuhhkk..” ujarku, sambil terus mengayuh, dan peluhpun telah membanjiri sekujur tubuhku.

” Iya pa, ashhik.. paa..teruuhhuss…uuhh..uuhhhh..henahak..pa..ah..a h…” Gumamnya, dengan suara yang terputus-putus karna goyangan tubuhnya yang begitu hebat.

Hingga beberapa saat kemudian kurasakan sesuatu ingin merangsak keluar dari diriku, ya..orgasme yang sepertinya memang telah diujung tanduk.
Segara kutarik keluar batang penisku pada lubang anusnya, tubuhnya yang masih dalam posisi menungging dengan kasar kudorong hingga telentang, seraya kumasukan batang penisku pada liang vaginanya yang memang telah becek oleh cairan birahi.

” Papa ingin keluarkan air mani papa didalam rahim kamu sayang..didalam memek kamu duhai putri kandungku yang nakal…” gumamku, seraya kukayuh bokongku naik turun, sehingga menimbulkan suara berkecipak yang gaduh.

Permen loli pop yang masih dikulumnya segera kurebut dan kucampakan dibawah ranjang, sebagai gantinya adalah mulutku yang melumat dengan rakus bibir mungilnya.
Lidahku mulai bergerilya mencari-cari didalam rongga mulutnya, manisnya permen masih dapat kurasakan pada mulutnya, yang saat ini tengah kuhisapi lidahnya.

Hingga beberapa saat kemudian tubuhku mengejang, kayuhan bokongku semakin cepat dan bertenaga, dan diikuti dengan semburan cairan kental dari penisku yang menyirami rahimnya. Crootttt….croottt…crotttt… Lima hari aku tak berhubungan badan, baik dengan dia maupun istriku membuat air mani yang kutumpahkan didalam liang vaginanya cukup banyak.

” Peju papa yang keluar banyak ya pa… Emangnya papa mau bikin ade ya? hi..hi..hi…” ujarnya, yang membuatku kaget mendengarnya.

” Husss…ngomong apa kamu..” balasku, yang kini telah menghentikan kayuhan bokongku, dan hanya mendiamkan penisku yang masih bersarang didalam liang vaginanya.

*******

” PAPAAAAAA…..Apa apaan ini….” terdengar teriakan dengan nada marah dari arah pintu kamar, dan betapa terkejutnya aku, ternyata sumber suara itu adalah dari istriku yang saat itu berdiri didepan pintu sambil menatap kami yang tengah dalam posisi saling bertindihan dan batang penisku masih tertanam dalam liang vagina putriku.

” Eh, mama…anu ma..anu..” jawabku gugup, seraya kucabut batang penisku dari liang vaginanya. Celana piyama yang berserak diranjang segera kuraih, dan dengan tanpa lagi menggunakan celana dalam segera kukenakan.

” Begini sebenarnya ma…anu..itu lho…” gugupku, hingga tak tau harus berbicara apa selain hanya bergumam tak jelas.

” CUKUUUPP….! Nanda, sekarang kamu keluar…” bentak istriku, seraya menghardik Nanda yang masih berbaring telanjang diatas ranjang.

” Tapi ma…Nanda kan masih kentang..tanggung ma…” Ah, sungguh keterlaluan sekali anakku ini, dalam keadaan seperti ini masih bisa-bisanya dia memperhitungkan birahinya yang masih belum klimaks.

” Keluar mama bilang..!” bentak istriku lagi, yang segera diikuti oleh Nanda yang ngeloyor keluar sambil menenteng pakaiannya.

Sepeninggalan Nanda, aku hanya bisa duduk diranjang dengan wajah tertunduk, namun kali ini hatiku tak terlalu merasa gentar, dan memang tak perlu untuk merasa takut dengan istriku yang memergoki aku dan Nanda sedang berhubungan badan seperti tadi, toh aku juga telah memegang kartu dirinya, kartu As yang siap kubeberkan saat dia memprotes semua ini.

Sambil berdiri istriku menatapku, seraya menghempaskan bokongnya dikursi belajar anakku yang sebelumnya telah digeser untuk didekatkan kearahku.

” Pa, papa itu sadar enggak sih…Nanda itukan anak kita, anak kandung papa sendiri..koq papa bisa-bisanya sih….” paparnya, yang langsung kupotong sebelum ucapannya selesai.

” Owwhh…jadi kalau kamu yang melakukannya dengan Doni gak apa-apa ya…begitu?” akhirnya kartu As itu keluar juga, yang diikuti dengan raut wajah kaget istriku.

” Ja..jadi..jadi papa sudah tau..? ” ujarnya gugup, dengan wajah yang mulai pucat.

” Bagaimana aku tidak tau…aku bukan orang bodoh ma… Apa yang mama lakukan digudang tempo hari dengan Doni, dengan begitu nafsu mama melumat bibirnya sambil tangan mama merogoh kedalam celana pendeknya, dan Doni juga merogoh kedalam celana dalam mama kan? barangkali jari tangannya sedang mengobel memek mama…iya kan? Lalu saat mbak Wiwik menikahkan anaknya, mama sama Doni berangkat dari rumah satu hari sebelumnya, dengan alasan mau bantu-bantu urusan persiapan pernikahan, sedangkan mbak Wiwik bilang mama baru hadir hanya beberapa saat sebelum acara resepsi selesai…lalu yang sehari semalamnya kemana aja mama sama Doni? Dan bukan hanya itu, masih banyak tingkah laku kalian berdua yang membuat papa curiga…namun papa sengaja hanya berdiam.. Ya, diamnya papa semata-mata karna memang papa punya hubungan khusus dengan Nanda, sehingga papa tak akan munafik dengan mengusik hubungan kalian, walau sebenarnya hati kecil papa merasa terusik juga dengan hal itu.. ” istriku hanya menunduk mendengar “serangan”ku yang cukup gencar itu, sedang dari matanya mulai tampak berkaca-kaca.

” Jadi papa menganggap mama munafik?” tanyanya, dengan masih menunduk, namun aku hanya terdiam tak menjawab pertanyaannya.

” Ta..tapi Nanda kan perempuan pa…kalau dia sampai hamil bagaimana?” tanyanya lagi

” Ooowwhh.. Jadi karna Doni laki-laki, menurut mama enggak apa apa gitu? ” ujarku, dia tak menjawab perkataanku itu, kecuali menatapku sesaat lalu kembali tertunduk, begitupun dengan diriku yang juga hanya bisa menunduk dan tak tau harus berbuat apa untuk dapat menemukan solusi yang tepat dalam menengahi ini semua.
Akal sehatku tentu berharap kalau hubungan kekeluargaan kami tidak terjadi konflik apalagi perpecahan akibat semua ini. Untuk beberapa saat kami masih saling terdiam, dan aku mulai menyesali atas hubungan terlarangku dengan Nanda.
Ah, mengapa aku sampai sebodoh itu hingga bisa menjalin hubungan sebagaimana layaknya suami istri dengan anak kandungku sendiri. Dan istriku? Kenapa juga dia melakukan hal yang sama.

Akhirnya kami saling bertatapan, namun masih saling terdiam, hingga kembali menunduk, hanya beberapa saat kami kembali bertatapan, kali ini cukup lama, hingga kulihat bibirnya yang sebelumnya hanya terdiam kkni mulai membentuk senyuman, yang juga aku balas dengan senyum, dan bibir itupun mulai tertawa, hingga akupun juga ikut tertawa, kami saling tertawa, tepatnya mentertawakan diri kami sendiri yang telah berbuat bodoh dengan melakukan hubungan incest yang sebenarnya hanya patut dilakukan oleh orang-orang barbar yang tak memiliki norma-norma dalam kehidupannya.

Akhirnya tawa kami terhenti, perasaan pasrah dan menerima sepertinya telah berteduh pada diri kami, sehingga kami mulai dapat berpikir dengan kepala dingin dan tak perlu lagi untuk saling menyalahkan.
Yang terpenting sekarang bagaimana caranya agar hubungan keluarga kami tetap harmonis dan tetap terhormat dimata masyarakat.

” Terus, kalau sudah begini, gimana selanjutnya pa? ” tanya istriku, setelah puas tertawa.

” Yah, kita jalani saja semuanya ma…kita ikuti alur permainan yang telah kita mulai ini..”

” Maksudnya?” tanya istriku, kali ini dia duduk diranjang tepat disampingku.

” Ya, kita anggap saja semua ini sebagai hal yang wajar, mama tetap bisa main sama Doni, dan papapun tetap bisa main dengan Nanda, dan kita tidak perlu lagi main kucingan-kucingan seperti selama ini..namun semua ini hanya menjadi rahasia kita sekeluarga..dan mama juga harus yakin bahwa yang kita lakukan ini bukanlah suatu aib, dan jangan sekali-kali kita merasa bahwa yang kita lakukan ini adalah suatu tindakan asusila, dan itu akan kita tanamkan pada diri anak-anak kita, sehingga mereka tak perlu rendah diri..pokoknya selama yang kita lakukan adalah didasari atas suka sama suka dan tanpa paksaan semuanya tak ada yang perlu kita risaukan.. mmm..ngomong-ngomong mama enggak pernah memaksa Doni untuk begituan sama mama kan? ” terangku, yang didengarnya dengan penuh perhatian.

” Ya, enggak dong pa…malahan si Doni sendiri tuh, yang kayaknya udah ngebet banget sama mama…” sanggah istriku.

” Tapi kamu juga suka kan?” tanyaku, dengan nada menggoda.

” Ah, papa..ya iya lah… Eh, si Doni itu begini lho pa…” ujarnya, diikuti dengan mengacungkan ibu jarinya.

” Ih, dasar kamu…suka ya, dapet brondong…” godaku, seraya mencubit hidungnya, yang diikuti dengan tangannya yang mulai merangkul pinggulku.

” Ah, sama…papa juga tuh dapet ABG…pasti kontol papa nih yang merawanin Nanda.. iyakan?” ujarnya, diikuti dengan meremas batang penisku yang terbungkus didalam celana setelan piyamaku.

” Eh, pa..mmm..nanti kalau keluarga kita telah terbuka seperti penjelasan papa tadi, lalu Doni sama Nanda juga saling entot-entotan gimana pa? ” tanya istriku.

” Ya biarin aja lah, kalau mereka suka sama suka…apa salahnya sih? Emang kenapa..kamu keberatan?” terangku.

” Enggak…aku cuma tanya aja koq…” jawabnya.

” Tapi kalau Nanda sampai hamil bagaimana pa?” tanyanya lagi

” Mmmm…begini aja ma, kalau nanti dia hamil, untuk sementara kita suruh dia berada dirumah saja, soal ketinggalan pelajaran itu bukanlah masalah, papa bisa atur agar Nanda tetap naik kelas, toh dia juga anak yang cerdas, aku bisa mendapatkan materi-materi pelajaran untuk Nanda agar dia tetap bisa belajar dirumah, nanti kalau ada famili kita yang tau, bilang saja kalau Nanda dihamili oleh teman laki-lakinya yang tak mau bertanggung jawab, dan setelah ia melahirkan, semuanya beres, dia bisa kembali lagi kesekolah dengan alasan bahwa selama ini dia tinggal dirumah neneknya di Jogja karena suatu hal..?” terangku.

” Terus gimana dengan anaknya?” tanya istriku.

” Ya, kita rawat lah…kita besarkan dia dengan penuh cinta dan kasih sayang…” jawabku

” Sepertinya papa begitu yakin deh kalau Nanda bakalan hamil, sampai-sampai papa telah memiliki rencana seperti tadi, emangnya selama ini peju papa selalu dikeluarkan didalam ya pa?”

” Iya ma…cukup sering, abis kayaknya ada sensasi sendiri gitu lho ma…saat numpahin peju papa didalam rahimnya itu…ah, kayaknya gimana gitu…”

” Ah, dasar papa…” ujarnya, seraya mencubit perutku.

” Oh iya, kalau mama gimana? Apa Doni juga keluarin didalem…?”

” Ya, begitulah..pa..” jawabnya

” Begitulah, bagaimana?” tanyaku untuk meyakinkan.

” Ya, si Doni itu lho pa…sering ngeluarin pejunya didalem memek mama…mana pejunya banyak banget lagi…” terangnya, Ah, entah mengapa gairah seksku kembali bangkit mendengar ceritanya itu.

” Alaaaahh…paling mama juga yang suka kaliiii…ngaku deh…” desakku

” Hi…hi..hi…tau aja nih papa, iya juga sih pa…kayaknya alasannya sama deh sama yang papa katakan tadi, sepertinya ada sensasi sendiri kalau anak kandung kita menaburkan benihnya kedalam rahim dimana dulunya dia berasal.. Sesuatu banget gitu lho pa…” terangnya, sepertinya perasaan kaku dan canggung diantara kami telah benar-benar sirna, berganti dengan perasaan bebas dan lepas dalam mengungkapkan perasaan hati kami, yah..memang hal yang seperti inilah yang aku harapkan.

” Ih, dasar mama…mau bikin anak ya?”

” Sebetulnya enggak juga sih pa… sejujurnya sih mama malah begitu kawatir kalau sampai hamil, tapi entah mengapa ya pa, saat si Doni klimaks itu lho…eh, mama malah suka ngoceh begini…ayo sayang hamilin mama…buntingin mama sayang…buntingin ibu kandungmu ini…aduh gila deh pa…mama jadi malu sendiri kalo inget… Ya itu dia pa, saat mama sedang tidak horny mama merasa malu telah bertingkah seperti itu, tapi begitu horny seolah lupa segalanya…”

” Gak apa apa deh ma… mama gak perlu kecil hati dan merasa bersalah, itu adalah fantasi mama yang memang ingin sekali dibuntingin oleh anak kandung mama…iyakan? ayo ngaku…”

” Iya juga sih pa….sensasinya itu lho pa…gimana ya? Sulit dilukiskan… Ah, betapa indahnya dihamilin anakku sendiri…” Ah, benar-benar edan juga rupanya fantasi istriku ini.

” Kalau mama memang suka, papa sih setuju-setuju saja mama dapat anak dari Doni, konsekuensinya malah lebih mudah dan gak seribet kalau Nanda yang hamil, kalau mama betul-betul telah hamil, kita bilang saja kalau aku adalah ayahnya, bereskan…” paparku.

” Betul pa? Serius nih? ” tanya istriku, sambil menggenggam pegelangan tanganku, seolah ingin mendapat kepastian yang kebih meyakinkan. ” Ya betul dong ma…apa papa keliahatan seperti main-main…”

” Aiiihhh…papa memang baik banget deh, mama semakin sayang aja sama papa….” ujarnya, diikuti dengan mengecup pipi kiriku.

” Makin sayang sama papa atau sama Doni?” godaku.

” Ya beda dong pa…kalau sama Doni kan sayangnya seorang ibu kepada anak…” jawab istriku.

” Sayang seorang ibu pada anak koq pake acara entot-entotan..” godaku lagi

” Ih, papa rese deh…mama cubit nih, iihh…”

” Auuuwww…sakit ma aduh…ampun deh…” walau aku telah memohon, namun istriku tetap menyubiti perutku, hingga kubalas dengan menggelitiki ketiaknya yang memang hanya mengenakan daster tanpa lengan, sehingga kami saling tertawa cekikikan untuk beberapa saat.

” Oh iya pa…kemana tadi si Nanda, kasian tuh kayaknya tadi dia benar-benar tanggung deh pa.. Mmmm.. apa papa mau entotin Nanda lagi sampai dia klimaks…? ” tawarnya

” Iya juga sih ma… Tapi mama keluar dulu dong…” pintaku

” Aduh, gak usah deh pa…mama juga mau liat aksi anak kita itu, apa dia bisa menandingi kehebatan mamanya dalam soal ngeseks…”

” Wah, mama belum tau Nanda sih…”

” Apa maksud papa…mama jadi tambah penasaran nih, apa sih hebatnya si Nanda…mama panggil ya pa….?”

” Ya, terserah kamu…”

” Nandaaaaaa…..kesini sayang…mama udah enggak marah lagi koq….” teriak istriku, sebuah teriakan yang mengawali babak baru dari kehidupan seks keluarga kami yang lebih bebas dan demokratis.

Dengan canggung Nanda memasuki kamarnya, kamar yang aku dan istriku kini tengah duduk diatas ranjangnya.

” Ada apa lagi ma?” tanyanya, sambil menundukan wajah imutnya.

” Aduh…kamu jangan murung begitu dong sayang…mama betul koq udah gak marah lagi, tanya aja tuh sama papa…”

” Iya Nanda, mama udah gak marah lagi koq… ” ujarku, untuk lebih meyakinkan ucapan istriku kepada Nanda, yang saat itu telah mengenakan daster tipis yang sempat diraihnya tadi ketika istriku menyuruhnya untuk keluar. Dari balik dasternya itu terbayang jelas kalau dia sudah tidak mengenakan pakaian dalamnya yang memang masih berserakan diatas ranjang ini.

” Iya Nanda, mama memang sudah gak marah… Oh iya Nanda, tadi kamu bilang kamu masih kentang ya? Kamu mau dientotin lagi sama papa? sampai kamu puas… Mau ya sayang..mama juga mau liat nih aksi kamu, papa bilang kamu hebat, mama jadi penasaran nih..sehebat apa sih anak mama ini…” Ah, dasar istriku ini, omongannya itu lho.

” Be..benar nih ma? ” tanya Nanda, dengan sedikit ragu. Dari wajahnya terkesan kalau putriku ini sepertinya heran dengan perubahan sikap istriku yang berubah drastis seperti ini.
Bagaimana tidak, beberapa menit lalu istriku masih begitu marahnya hingga menyuruhnya keluar kamar, sedangkan saat ini justru terlihat begitu binal dan mesum.

” Ya bener lah…ayo pa, langsung buka dong celanamu itu, Nanda kan mau dientot tuh…iyakan Nanda?” segera kulepas celanku, sehingga batang penisku yang sebelumnya telah layu karna baru saja mencapai klimaks beberapa menit lalu kini kembali berdiri tegak, kata-kata vulgar istriku itulah yang kembali membangkitkan birahiku.

” Ih, mama… Nanda gak biasa ngomong seperti itu lho ma…” ujarku kepada istriku, yang menurutku sepertinya Nanda tak terlalu familier dengan kalimat-kalimat vulgar yang hanya dapat didengar diterminal atau kawasan kumuh.

” Ngomong seperti apa? Maksudnya ngomong ngentot gitu? Ya, gak apa-apa dong pa…Nanda harus membiasakannya..kan malah hot didengarnya…papa juga suka kan kalau mama ngomong seperti itu…”

” Iya, papa memang suka..tapi Nanda belum terbiasa ma..nanti malah Nandanya BT lagi…” ujarku, kawatir Nanda justru malah merasa risih dengan kalimat vulgar istriku.

” Enggak koq pa…Nanda malah suka koq..” potong Nanda

” Tuh kan pa…Nanda juga suka koq.. Ayo sayang, kasih liat mama bagaimana kamu ngentot sama papamu…”

” Oke deh ma…” ucap Nanda, seraya melepas daster yang membungkus tubuhnya hingga kembali dirinya bugil.

Ah, hanya beberapa detik saja anak itu yang sebelumnya tampak ragu dan gugup didepan istriku, kini justru begitu rileks.

” Ayo, papa sekarang telentang..” dengan sekali dorongan oleh Nanda, tubuh telanjangku kini berbaring telentang diatas ranjang dengan batang penis mengacung tegak.

Dengan sigap gadis itu berjongkok mengangkangiku, seraya menggenggam batang penisku dan diarahkan ujungnya pada liang anusnya. Bless…hanya sekali dorong dengan mudahnya batang bazokaku menembus liang anusnya, yang dengan lincah tubuh anak gadisku itu mulai bergerak turun naik dengan kekuatan dan kecepatan tinggi.

” Wooowwww….Nanda, kamu ternyata suka anal juga ya..? ” Kejut istriku, saat dilihatnya Nanda yang telah begitu handal mendemontrasikan aksi anal seks dengan cara woman in top seperti itu.

” Iya ma…Nanda memang lebih suka dientot lubang anusnya ketimbang memeknya…iyakan Nanda? ” celetukku, sambil menikmati genjotan Nanda yang mengocok penisku dengan otot-otot anusnya.

” Betul ma… Nanda lebih suka kalau sidede masuk kedalam lubang anus Nanda, ketimbang didalam sipuss…”

” Ah, dasar anak mama ini ternyata binal banget ya…pantesan nih papanya betah banget ngentotin kamu..”

” Oh iya ma… Orgasme yang didapat Nanda sebagian besar dialaminya saat anal seks lho ma..” terangku, sekedar memberikan informasi kepada istriku.

” Masa’ sih…mama aja belum pernah tuh orgasme saat anal seks, walau mama juga suka anal, tapi tetap saja mama baru bisa orgasme kalau memek mama dientot…”

” Itulah hebatnya Nanda ma…” pujiku, yang membuat Nanda semakin bersemangat memompakan bokongnya naik turun, yang diikuti dengan erangan dan desahan keluar dari mulutnya.

“Aauuuggghhhhhh…huuhhgghh…huuhhgghh…huuhhggh h…sedaahhaaapp….hugh..hugh..hugh…” gumamnya, sambil kedua tangannya meremasi buah dadanya sendiri yang masih ranum dengan puting merah jambu.

Melihat aksi yang dilakukan putriku, sepertinya istriku mulai larut dan terbawa kedalam alunan birahi yang tengah kami mainkan, itu dapat kulihat dari ekspresinya yang begitu mengharap.

” Aduh pa.. Mama gak nahan nih…” Ujar istriku, seraya melepaskan celana dalamnya.

Kini istriku berbaring disampingku, dengan pandangan tertuju pada Nanda yang masih memompakan bokongnya sambil berjongkok, tangan kanannya mulai mengusap-ngusap vaginanya sendiri, dan hanya beberapa saat setelah itu, jari tengah dan telunjuknya mengobel-ngobel liang vaginanya.
Ah, betapa nikmatnya berhubungan badan dengan putriku sambil disaksikan oleh istriku, yang juga adalah ibu kandungnya, terlebih lagi reaksi istriku yang tengah horny seperti itu.

Istriku sedikit bergeser dan merebahkan kepalanya diatas bantal yang sama yang kini tengah kugunakan, sehingga praktis kami saling berdampingan dalam satu bantal.

” Aduh enaknya ngentotin lubang pantat anak sendiri…” bisiknya ditelingaku.

” Zzzz….aaaahhhh…ya enak dong ma.. Mama kan juga udah dapet yang enak-enak sama Doni, iyakan? Aauuugghhhh…” ujarku, yang diselingi desahan nikmat karena aksi yang diberikan Nanda.

” Iya pa…Doni itu bikin mama ketagihan deh pa, kontolnya juga gak kalah sama papa..terus mainnya itu lho pa..mmmm…Ah, susah deh ngejelasinnya…pokoknya top abis deh si Doni itu pa..” terangnya, Sial.. Seharusnya aku cemburu mendengar ceritanya itu, tapi mengapa aku justru merasakan yang sebaliknya, aku semakin ingin mendengar bagaimana istriku dan Doni melakukan petualangan seksnya.

” Ceritakan dong ma..bagaimana mama dan Doni selama ini ngesek..” pancingku, sambil tetap menikmati empotan dan kedutan otot-otot anus Nanda pada batang penisku.

” Iya deh, mama ceritakan…tapi papa jangan cemburu ya…mmm..yang mana ya? abis banyak sih.. Mmm..yang di Villa Bandung aja deh, soalnya itu yang paling berkesan untuk mama.. satu hari satu malem gitu looww… ”

” Mmm…ini pasti yang pakai alasan mau kepernikahan anaknya mbak Wiwik itu, iyakan..?” tuduhku

” Ya, begitu deh… Maaf deh pa.. Oh iya pa, waktu kami masih masih dimobil aja pa, Si Doni itu udah enggak sabaran banget, eh, masa’ mama disuruh telanjang sambil nyetir, gila enggak tuh? ”

” Terus mama mau?” ” Ya, mau juga sih pa…tapi Si Doni juga telanjang lho pa…”

” Terus…”

” Ya, untuk beberapa saat mama dan Doni telanjang selama melintasi tol Cipularang…”

” terus..”

” Terus…Ah, dasar si Doni enggak sabaran…masa’ dia ngentotin lubang pantat mama dari belakang sih, gila enggak tuh pa?…tapi mama suka sih…jadi kira-kira lima menit Doni menancapkan kontolnya dilubang anus mama sambil mama menyetir…Aaaahhhh…so sweet.. Doni memang romantis..” Sial, kaya’ gitu koq romantis, tapi aku justru semakin terangsang oleh ceritanya itu.

” Jadi, Doni juga menganal mama? ”

” Ya, iya lah pa…dia menyodomi mama, sampai banyak banget lagi pejunya yang keluar didalam lubang anus mama..”

” Terus…”

” Ya, terus…pejunya mama cicipin pa… Eh, dia terpukau lho pa, saat mama makanin pejunya…”

” Terus..”

” Ah, papa terus terus melulu nih… Papa gak tau kali ya, kalau mama tuh lagi horny berat, papa sih enak sekarang lagi dientotin sama Nanda tuh…” sejurus kemudian istriku bangkit, seraya berdiri diatasku sehingga aku dapat melihat vaginanya yang mengintip dari sela-sela pahanya.
Entah apa yang akan dia lakukan selanjutnya, woww..sambil berdiri dia mengangkangi wajahku, semakin jelas kulihat vaginanya dari sini, dan bertambah jelas saat dia menyingsingkan dasternya sampai kepinggang, hingga bokongnya yang bulat bak gitar spanyol seperti menantangku.
Dan, ah..ini yang aku suka, rupanya dia berjongkok tepat diatas wajahku, sehingga liang vaginanya yang menganga kini berada tepat didepan mulutku.

” Ayo pa…jilatin memek mama dong pa…” pinta istriku, yang posisinya kini berhadap-hadapan dengan Nanda yang masih berpacu memompakan bokongnya naik turun.
Lidahku mulai menjulur, menjilati liang vagina yang mulai basah oleh cairan birahi. yess..ibu dan anaknya kini tengah kunikmati secara bersamaan.

” uuuggghhhhhh…iya pa…enak pa..aaaaauuuggghhh..mmmhhhh…” erangnya, sambil tangannya kini meremasi buah dada Nanda yang masih belum seberapa besar namun memiliki bentuk dan tekstur yang indah.

Kini kedua tangan Nanda berpegangan pada pundak istriku, sehingga keseimbangan tubuhnya semakin stabil dan dapat lebih leluasa dalam menggenjot batang penisku dengan lebih intensif.

” Cium mama sayang…” Dan, Ah…apa maksud perkataan istriku itu. Sial… ternyata Nanda meladeni permintaan nyleneh istriku, aksi lesbianisme kini tengah diperagakan oleh ibu dan anak itu, yang dengan hotnya mulut mereka saling berpagutan, walaupun tak dapat melihat dengan jelas karna posisiku yang membelakangi, ditambah wajahku yang kini tengah berada dalam bungkaman vagina dan bokong istriku, namun aku dapat menilai betapa antusiasnya mereka, itu dapat kudengar dari lenguh dan suara kecipakan mulut yang riuh, dan bahkan putriku rela untuk menghentikan sejenak gerakan bokongnya demi untuk “permainan baru pemberian mama”.

Diamnya bokong Nanda selama aksi french kiss dengan mamanya membuatku merasa terabaikan, sehingga kuremas bokongnya dengan kedua tanganku, lalu dari bawah kupompakan bokongku naik turun dengan sekuat tenaga.

Plok..plok…plok…brroott..brroott..brroottt… Suara benturan bokong dengan paha, serta rongga pada liang anus yang tertekan oleh hentakan penisku menambah riuh ruangan itu, hingga secara bersamaan terdengar lenguhan Nanda yang mengisyaratkan bahwa anak itu tengah berada pada puncak kenikmatannya.

” Aaaaaggghhhhhhhh….Nanda sampai paaaaaa……aaaaaaaggghhhhh….” lenguhnya, sambil memeluk erat istriku yang berada tepat didepannya.

Setelah beberapa saat kemudian gadis itu terkulai lemas dengan masih didalam rangkulan istriku, mamun aku tetap aktif menggenjot liang anusnya dari bawah.

” Stop dulu pa…Nanda sudah K.O. tuh…sekarang giliran papa yang entotin mama…” ujar istriku,yg meminta untuk menghentikan goyangan pinggulku. Istriku mengalihkan selangkangannya dari wajahku, seraya menungging diatas ranjang dengan mempertontonkan bokongnya yang menantang.

” Ayo pa…melihat Nanda main anal, mama jadi kepingin juga deh pa… Ayo pa entotin patat mama..sodomi mama pa…” pintanya, segera kubangkit dari posisi berbaringku.

Blesss…hantaman pertama pada liang anusnya untuk malam itu disambut dengan desahan tertahan. Dengan mencengkram kuat bokongnya kukayuh pinggulku dengan sekuat tenaga mempenetrasikan batang penisku pada ibu putriku yang kini tengah berbaring lemas sambil menyaksikan bagaimana ibu kandungnya tengah bersodomi ria didepan matanya.

” Iya…terus pa…..entotin yang kuat lobang pantat mama…hajar terus pa…yessss…hiiaaahhhhh….” pekiknya dengan histeris, membuat anakku tampak terpukau dengan aksi liar istriku itu.
Sambil liang anusnya menerima hantaman batang penisku, kini tangan kirinya mulai menggosok-gosok vaginanya, sedang kepalanya kini bertumpu pada ranjang.

“Uuuuuggghhhhhh….mama papa mau keluar nih….” ujarku, karna kurasakan puncak kenikmatan sepertinya hampir menjalari kesekujur tubuhku. Namun betapa kecewanya aku, ditengah orgasme yang hampir saja kuraih tiba-tiba istriku menarik pantatnya.
Pluuupppp….praktis batang penisku kini kehilangan tempat bernaung untuk mencurahkan nikmat dan menaburkan air mani yang sepertinya telah diujung tanduk ini.

” Tahan pa.. Jangan dikeluarin dulu… papa keluarin dimemek Nanda saja ya pa…” cegah istriku, seraya menarik batang penisku untuk mendekati Nanda yang kini tengah berbaring telentang.

” Ayo Nanda, buka memek kamu…biarkan papamu menaburkan air maninya didalam memek kamu ya sayang…” ujarnya, diikuti dengan membimbing penisku kearah liang vagina putriku. Kini ujung batang penisku telah berada tepat dimuka liang vaginanya, yang berkat intervensi istriku kini kedua paha anakku mengangkang lebar bersiap menerima hantaman rudalku.

” Ayo pa…langsung genjot dong…masa’ bengong aja sih…” Sial, justru diamnya aku karena menunggu instruksi darinya.
Fuhhh…nikmatnya… Untuk kedua kalinya pada malam ini aku kembali menaburkan benihku dirahim putriku, jujur untuk yang kedua ini serasa lebih nikmat.
Tingkah “edan” istriku itu justru membuat orgasme yang kurasakan semakin sensasional, bagiku kata-kata itu terdengar bagai irama indah yang membuatku terlena, aneh memang.

” Horeeeeee……semoga cepat hamil ya Nanda sayang…mudah-mudahan nanti punya anak cowok, biar bisa ngentotin kamu dan juga mama….” ujar istriku, diikuti dengan mengecup bibir Nanda yang masih berbaring. Ah, semakin ekstrim saja kata-kata istriku ini, yang membuatku tak tahan hingga kusumbat mulut “jorok”nya itu dengan kecupan yang dibalasnya dengan agresif.

Untuk beberapa saat kami saling berpagutan dengan batang penisku masih tertanam dalam liang vagina putriku.
Puas kami saling berkecupan dan berpilin lidah, kini perhatian istriku beralih pada penisku yang masih tertanam didalam liang vagina Nanda.

” Udah dong pa…dicabut dulu kontolnya.” hmmmm…aku tau apa yang diinginkannya, seraya kucabut batang penisku dari dalam liang vagina, penis yang masih tegang walau sudah tidak maksimal, dengan permukaannya yang berkilat oleh cairan birahi Nanda dan spermaku, bahkan terlihat cairan kental lengket dan sedikit berbusa melekat pada beberapa bagiannya.
Tanpa aku harus menyodorkan padanya, dengan sigap istriku langsung meraih penisku dengan tangan kanannya, dijilatinya beberapa saat lalu dikulumnya.

Tak sampai satu menit dihentikan kulumannya, kulihat cairan kental yang melekat pada batang penisku kini telah sirna, yang sepertinya telah berpindah mengisi perut istriku.

” Mmmmm…masih kurang nih pa, nanggung banget deh..” ujarnya, seraya melirik kearah vagina putriku yang pada sela-sela bibir vaginanya terlihat lelehan sperma sedikit menetes keluar.

Jangan-jangan… Ah, Apa iya dia akan melakukan itu, setelah dengan tanpa canggung tadi dia berciuman dengan anakku, sebuah aksi yang hanya pernah dilakukan oleh para penganut lesbian. Dan ternyata apa yang kuperkirakan sama sekali tak meleset, ditundukan kepalanya pada selangkangan putriku, tangannya mulai menyibak belahan vagina Nanda, yang saat itu sepertinya masih bertanya-tanya dalam hatinya dengan apa yang akan dilakukan oleh mamanya.

Srrrruuuffffttt….. Diseruputnya cairan kental yang melekat pada vagina putriku. Ah, benar-benar edan apa yang dilakukan istriku ini, yang kini mulai menelusupkan lidahnya kedalam rongga-rongganya, sepertinya semakin kedalam cairan kental air maniku semakin banyak yang terdeposit didalamnya, itu dapat kudengar dari kecipakan lidah serta seruputan mulutnya.

” Mmmm…nyemmmm..nyemmm…nikmaaaaattt…srrryyuuff ..aahhhh..” gumamnya, mengingatkanku akan seekor kucing yang tengah menikmati sepotong ikan segar.

Putriku yang tengah berbaring sampai mengangkat kepalanya demi untuk menyaksikan dengan lebih jelas aksi yang sepertinya baru kali ini dia lihat, dan itu dilakukan oleh mamanya, ibu kandungnya.

” Kamu mau coba sayang…” tawar istriku, kepada Nanda yang hanya terdiam tanpa menjawab, namun bocah itu justru menatap wajahku, entah bermaksud meminta pertimbanganku atau dia masih belum mengerti dengan apa yang dimaksud istriku, namun aku hanya menjawab tatapan itu dengan merentangkan kedua telapak tanganku kebawah yang berarti “terserah”, disamping juga aku belum tau persis apa yang dimaksud istriku.

” Kamu harus cobain dong..pasti kamu suka..” ujar istriku, diikuti dengan memasukan jari tengahnya kedalam liang vagina Nanda, dikocoknya beberapa saat kekudian ditarik keluar, sehingga air maniku yang sebelumnya tersimpan didalamnya kini meleleh keluar karena tarikan jari tangannya yang mengerok keluar spermaku, yang segera dihirup lagi olehnya, namun kali ini tidak langsung ditelannya, kecuali hanya dikulum dalam mulut, seraya mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak sekitar 20cm diatas wajah Nanda.
Tangan istriku memeberi isyarat agar Nanda membuka mulutnya, namun merasa putriku kurang merespon atau mungkin juga masih bingung untuk berbuat apa, sehingga dengan tangannya sejdiri istriku membuka bibir Nanda hingga kini menganga, lalu.. plehhh…cairah kental dari mulut istriku yang bercampur dengan air liurnya ditumpahkan kedalak mulut yang menganga itu.

” Ayo diminum sayang…” ujarnya kepada Nanda yang masih menahan “special gift” dari istriku itu didalam rongga mulutnya. Glek…akhirnya ditelan juga oleh putriku, dan Ah…dari ekspesinya sepertinya Nanda menyukainya

” Enak kan sayang…enakan kan? Mama bilang juga apa… Mau lagi sayang?”

” Mau ma..lagi dong ma…” Ah, benar dugaanku, anak itu justru ketagihan.

” Ih, dasar anak mama…ketagihan kan?” goda istriku, seraya kembali mencolok-colok vagina Nanda dengan jari tengahnya, seperti sebelumnya cairan kental yang berhasil keluar dihirupnya untuk kemudian dibetikannya pada Nanda.

Setelah dirasakan tak ada lagi sperma yang tersisa sari dalam liang vaginanya, istriku menghentikan aksinya, lalu mengecup bibir putri kami itu dengan rakus.

Dan akhirnya diranjang anakku ini, kami bertiga berbaring merebahkah tubuh sambil berbincang-bincang.

********

” Emang dimana aja mama begituan sama si Doni? ” tanya Nanda, yang kini merebahkan kepalanya dipahaku.

” Ngentot maksud kamu? ” ujar istriku, yang membuat Nanda sedikit salah tingkah karna tak biasa dengan kalimat itu.

” Mmmm…iya itu ma..”

” Iya itu…iya itu…ngomong yang jelas dong.. ”

” Iya deh ngentot..” dengan agak sungkan diucapkannya juga oleh putriku, sebuah kata yang hanya pernah didengarnya dari mulut anak-anak jalanan dan preman terminal.

” Nah, gitu dong… Gak usah pakai sok dihalusin deh.. segala sipuss, sidede’ apaan tuh.. sok imut amat sih.. Bilang aja kontol..memek.. Kan lebih asik, didengarnya juga lebih hot…iya enggak pa?”

” Aku sih terserah aja deh ma…” jawabku, sepertinya ada benarnya juga apa yang dikatakan istriku itu, saat partner seks kita mengucapkan kata-kata vulgar yang terkesan kotor seperti itu, memang bagiku terdengar lebih merangsang, namun aku juga tak ingin memaksakan kepada Nanda untuk mengucapkan kata-kata yang seperti itu, yang kukawatirkan malah akan menjadi kebiasaan, dan tanpa sadar akan terucap olehnya di saat-saat yang kurang tepat.

” Papa terus terang dong…papa suka kan kalau dengar kita mengucapkan kata ngentot,kontol atau memek, ngomong dong pa biar Nanda tau…” tekan istriku, setengah mengomel.

” Iya..iya… Papa lebih suka… Puaassss…” jawabku, sedikit agak sewot karna penekanan istriku tadi.

” Benar pa? Papa suka Kalau Nanda ngomong kayak gitu..?” tanya Nanda, yang kujawab hanya dengan menganggukan kepala sambil membelai rambutnya.

” Oh, iya..mama belum jawab pertanyaan Nanda..” tagih Nanda, yang sepertinya masih penasaran tentang hubungan istriku dengan Doni adiknya.

” Tempat mama sama Doni ngentot kan? Mmm.. Dimana saja ya? Banyak juga sih, dikamar Doni, dimobil, di Villa, di hotel..terus dimana lagi ya?….”

” Ayo langsung ceritain ke kita dong ma…tentang ngentot ngentot mama dengan Doni…” potong Nanda, disaat istriku tengah mengingat-ingat tempat dimana saja mereka berindehoy.

“Macem-macem sih…udah banyak gaya yang kami praktekin, dari mulai dogy style, ngentot sambil berdiri,ngentot gaya miring,gaya dilipet-lipet, ngentot ditempat umum…”

” Ditempat umum dimana ma?” potong Nanda, yang sepertinya penasaran dengan penjelasan terakhir istriku itu.

” Ditaman, diWC umum..oh, iya..kami ngentotnya diwc pria lho…wah, sensasinya itu..ngeri-ngeri sedap…” terang istriku, akupun ikut terperanjat mendengar pengakuan istriku itu.

” Ngapain juga harus main ditempat-tempat kayak gitu, cari penyakit aja…kenapa enggak dihotel.” tanyaku, dengan nada sedikit mencibir.

” Kan itu kalau lagi darurat pa… Anakmu itu lho, kalau lagi kepingin gak bisa sabar dikit..kalau dia lagi horny saat itu, ya saat itu juga dia harus bisa ngentotin mamanya ini..” terang istriku, ah, gila juga anak laki-lakiku itu rupanya.

” Terus apa lagi ma?” tanya Nanda lagi

” Mmm…apa lagi ya? Oh iya, Doni itu juga paling suka lho kalau disuapin mamanya..”

” Disuapin bagaimana?” kali ini aku yang penasaran

” Itu lho pa…Doni kalau makan sering minta mama suapin.. Mmm, tapi cara nyuapinnya.. Ah, mama jadi malu menceritakannya..” semakin penasaran aku dan Nanda oleh cerita istriku yang sepertinya agak malu-malu untuk menceritakannya itu.

” Udah lah ma…cerita aja, pakai malu-malu segala mama ini, katanya ingin keluarga kita ini terbuka dalam segala hal..” desakku.

” Iya nih mama, trusin dong ceritanya…lagian ada-ada aja sih tuh anak, udah bangkotan gitu masih minta suapin..” sambung Nanda.

” Iya deh, mama terusin…aduh segitu sewotnya nih bapak sama anak… Begini lho, jadi mama makan makanan Doni, mama kunyah sampai halus, baru deh mama lepehin kedalam mulut Doni yang sudah mangap, lalu langsung dia telan…begitu..” Ah, gila..merinding juga aku mendengarnya, kulihat Nanda melirik penuh arti kearahku, entah apa maksudnya itu.

” Wooww…kedengarannya asik juga tuh ma…Nanda jadi kepingin juga nih, kalan-kapan Manda minta disuapin juga sama papa… boleh ya pa…? mau ya…?” sudah kuduga, rupanya ini arti dari lirikannya tadi.

” Iya tuh pa…Nanda kayaknya kepingin tuh..kasih dong pa..” sambung istriku

” Iya..iya, nanti…sekarang lanjutin dong cerita mama..” pintaku, didorong oleh rasa penasaranku akan aksi apa lagi yang telah mereka lakukan.

” Mmmm…sebetulnya ada lagi sih, tapi gimana ya? Kasih tau gak ya..? ” ujarnya, seolah tengah menimbang-nimbang.

“Ah, kalau yang satu ini kayaknya mama gak perlu ceritakan pada kalian deh..” sambungnya, dan tentu saja perkataannya itu justru memancing penasaran kami.

” Mama gimana sih…apa mama enggak mau kalau keluarga kita terbuka..” ujarku..

” Iya nih mama…lanjut dong ” sambung Nanda

” Aduh…bukan begitu pa…tapi yang satu ini…gimana ya? Nanti kalian malah nganggap mama….Ah, sudahlah gak usah, anggap aja cerita itu enggak ada ya..?” penasaranku semakin memuncak.

” Ya sudah, kalau gitu batalkan saja keterbukaan yang akan kita terapkan dikeluarga kita…” ancamku, yang mulai sedikit sewot oleh keraguan sikap istriku itu.

” Oke deh pa… ih, papa segitu sewotnya deh…iya deh mama akan cerita apa adanya… Mmm..tapi kalian jangan kaget ya… Begini lho pa, mama itu paling suka kalau dikencingin sama Doni…” terangnya.

” Maksudnya…?” potongku, masih belum sepenuhnya paham akan cerita istriku itu.

” Iya, biasanya mama duduk sambil membuka mulut, lalu Doni sambil berdiri mengencingi mulut dan wajah mama..dan air kencing Doni juga mama minum…” Astaga, betapa kagetnya aku mendengar ceritanya itu, mamun aku berusaha untuk tetap tetlihat rileks, namun tidak dengan Nanda, anak itu terlihat begitu terkejut.

” Gileeeee…gak salah tuh ma…hi..hi..hi…mama..mama..ada-ada saja mama ini…rasanya kayak apa tuh ma? Rasa lemon tea ya ma? ” goda Nanda.

” Tau’ ah, rasa es cendol kali…Sudah mama duga, pasti kalian akan mengejek mama…” papar istriku.

” Ah, enggak apa-apa ma, nyantai aja…” ujarku, sekedar membuat nyaman perasaan istriku, dan kuyakinkan pula padanya untuk tak perlu merasa canggung atau minder dengan kegemarannya yang satu itu. Malam semakin merambat ketengah, dan kami bertiga masih larut dalam perbincangan seputar pengalaman kami yang ganjil dimata masyarakat itu, mamun aku akan berusaha merubah keganjilan itu menjadi sebuah kelaziman yang mutlak bagi keluargaku ini. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Keluarga Pak Trisno

The post Cerita Sex: Keluarga Pak Trisno appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Terpikat Body Tetanggaku

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Terpikat Body Tetanggaku – Namaku Yudha. Kini aku berumur 29 tahun. Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Aku memiliki kisah menarik. Kisah ini bermula 5 tahun yang lalu.

 

 

cerita-sex-terpikat-body-tetanggaku-300x225

Cerita Sex: Terpikat Body Tetanggaku

 

Aku memiliki tetangga seorang wanita cantik berusia 38 tahun. Aku biasa memanggilnya Mpok Ria. Karena dia orang Betawi. Mpok Ria adalah istri kedua dari suaminya yang sekarang. Sebelumnya ia sudah pernah menikah dan memiliki anak perempuan, yang biasa kupanggil Ati. Aku dan Mpok Ria bertetangga sangat akrab. Sejak aku SD, keluarga Mpok Ria dekat dengan keluargaku. Kedua orang tuaku yang sudah tua dianggap sebagai orang tua oleh keluarga Mpok Ria. Hubungan kami tetap akrab meski kedua orang tuaku telah meninggal.

Aku sebenarnya sudah nafsu banget melihat Mpok Ria sejak SMP. Bodinya seksi dan kencang. payudara dan pantatnya besar. Sering kali jika aku bermain ke rumahnya, Mpok Ria hanya menggunakan daster atau, dengan cuek setelah mandi, hanya dengan menggunakan handuk, melenggok di depanku. Aku menjadi terangsang dan pulangnya langsung beronani. Aku tidak berani berbuat lebih jauh karena hubungan yang sudah terlalu akrab itu. Apalagi Mpok Ria melihatku yang masih SMP hanya menganggapku sebagai adiknya.

Tapi ketika aku semakin dewasa, segalanya mulai berubah. Tepatnya ketika umurku 25 tahun. Aku sebenarnya pria yang tampan dan menarik. Tapi aku agak malas pacaran. Sementara nafsu sex ku yang tinggi biasa kusalurkan melalui onani. Soalnya aku takut berhubungan sex dengan pelacur. Selain karena bahaya penyakit, aku males keluar duit. Selama ini fantasi onaniku selain bintang bokep adalah Mpok Ria dan anaknya, yang kini sudah beranjak dewasa. Umurnya 18 tahun. Kulitnya putih bersih bodinya bener-bener proposional. Meskipun pantat dan payudaranya tidak terlalu besar. Wajahnya juga cantik seperti Shu Qie bintang film cina.

Pada suatu hari aku mendapatkan telepon dari seseorang yang ingin berbicara dengan Ati. Rumah Mpok Ria tidak ada telepon jadi mereka menumpang di rumahku. Aku segera bergegas ke rumahnya. Rupanya Ati sedang mandi. Karena teleponya penting dan ditunggu, maka dia bergegas berganti pakaian. Ati hanya menggunakan daster yang tipis dan membentuk seluruh tubuhnya yang seksi. Ati bergegas menuju ke rumahku sementara aku mengikuti dari belakang. Pinggulnya yang bergoyang-goyang membangkitkan gairahku.

Sampai di rumahku, Ati duduk menerima telepon dengan posisi duduk yang menantang. Bagian bawah dasternya tersingkap, sehingga terlihat jelas pahanya yang putih mulus. Aku duduk di sofa didepanya dan mataku menjelajahi seluruh tubuhnya. Aku baru tahu ternyata Ati tidak sempat memakai BH. Kulihat putingnya tercetak di bagian dada dasternya. Ati menyadari bahwa aku sedang mengamatinya. Dia tersipu dan berusaha memperbaiki posisi duduknya. Namun dasternya yang pendek membuat posisi duduknya tetap saja merangsang. Tak berapa lama dia selesai menelepon. Dia berdiri dan siap-siap untuk pamit. Aku langsung memegang tangannya.

“Mau kemana? Sini dulu dong temenin gue ngobrol.”
“aduh.. Ati mau pergi nanti jam 1 ke blok M. Udah janjian ama temen.”
“ya udah nanti aja siap-siapnya. Kita ngobrol dulu..”
“aduh… mas Yudha.. Ati harus siap-siap”
“Iya deh. Sekarang Ati sombong. Gak mau ngobrol sama aku lagi.”
“Kok mas Yudha gitu. Emang mau ngobrol apaan?”
Ati duduk di sebelahku. Harum tubuhnya habis mandi semakin merangsangku.
“Ati mau ke Blok M ama siapa ? ama pacar ya ?”
“ah nggak kok. Ati gak punya pacar.”
“kok gak punya padahal Ati kan cantik”

Dia terlihat tersipu. Tanganku mulai membelai perlahan rambutnya. Kemudian turun ke lehernya. Dia masih diam. Akupun memberanikan diri mengecupnya. Dia nampak canggung menerima ciumanku. Aku makin berani. Tanganku merayap di pahanya. Ati pun mulai membalas ciumanku bertubi-tubi. Bibir kami saling berpagutan. Perlahan ku singkap bagian atas dasternya dan dengan leluas tangan kiriku mengelus Buah dadanya. Bibir kami masih saling bertautan. Ati sepertinya mulai terhanyut.

Aku mulai menciumi bagian wajah yang lainnya. Pipi, dagu, lehernya yang jenjang. Ati terlihat terbuai. Aku pun mendesah di telinganya “kamu cantik sekali Ti”. Kemudian kurebahkan tubuhnya. Dasternya sudah tersingkap sebatas perut. Terlihat buah dada Ati yang membusung. Ukurannya tidak terlalu besar. Mungkin sekitar 34. Tapi bentuknya bulat dan padat berisi. Perlahan aku mulai mengulum kedua bukit tersebut secara bergantian. Putingnya yang kecoklatan kujilati sambil sesekali ku hisap lembut. Ati memejamkan matanya dan mulai mendesah. Tangannya berpegangan pada ujung sofa. Sementara tubuhnya terus bergeliat.

“aghhh.. sshhshs.. agghh..”. Desahannya membuatku makin lahap mengulum Buah dadanya. Tangan kiriku bergerilya menuju selangkangannya. Kumasukan jariku di antara CDnya dan kugesek-gesekan di permukaan vaginanya.
“agh.. mas Yudha.. aghh… sshssh..” rupanya dia terangsang dengan permainanku.

Kuhentikan kulumanku di Buah dadanya. Sejenak aku kembali mengulum bibirnya sementara tangan kiriku tetap menggesek-gesek vaginanya. Ati semakin larut dalam permainan ini. Ciumannya pun menjadi lebih memburu. Akupun mulai melepas CDnya. Kemudian aku turun menciumi seluruh bagian tubuhnya hingga sampailah aku di depan lubang vaginanya yang sudah basah. terlihat bibir vaginanya yang sempit ditumbuhi sedikit rambut yang halus.
“mas Yudha mau ngapain… ?” ujarnya lirih.

Aku tidak menjawab. Bibirku mulai menciumi bibir vaginanya yang sempit itu. Kemudian ku jilati seluruh permukaan. Sekalli-kali lidahku menusuk agak dalam menjangkau klitorisnya. Kemudian ku gigit kecil klitorisnya. Ati terlihat sangat terangsang. Dia merintih sambil berkali-kali memajukan vaginanya ke depan agar lidahku makin dalam menjangkau klitorisnya.

“aghh…. hahh… hahh…. enak maaas.. aghh… terus maasss… shhh..”

Cukup lama aku bermain dengan vaginanya. Sementara Penisku semakin mengeras. Kira-kira 10 menit Ati mulai Orgasme.

“aghhhhhhhh…..” Cairan putih kental keluar dari vaginanya. Napasnya tersenggal-senggal.

Aku yang masih berpakaian lengkap langsung membuka seluruh pakaianku. Aku telanjang bulat dengan penis yang sudah menegang sedari tadi. Ati terpaku melihatku. Sepertinya dia menunggu langkahku selanjutnya. Karena aku sudah sangat bernafsu, maka aku langsung mengarahkan Penisku yang berukuran 15 cm itu ke lubang vaginanya. Ku lebarkan selangkangannya terlihat lubang itu sudah siap menanti untuk ditusuk. Ati terlihat diam saja dan menunggu penetrasiku.

“Ati diam ya.. agak sakit sedikit..” kata ku sambil mengelus pahanya.

Perlahan ujung Penisku mulai menusuk. Ati meringis. Aku mengelus Buah dadanya biar Ati bisa merasakan rangsangan seksual pada bagian tubuhnya yang lain. Penisku pun mulai menusuk makin dalam.

“ah… sakit mas..” ringisnya.

Aku mulai mencium bibirnya agar dia bisa melupakan rasa sakitnya sedikit. Penetrasi ku hentikan sejenak dan aku konsentrasi menciumi bibirnya. Setelah Ati terlihat hanyut, aku mulai melanjutkan kembali penetrasi. Perlahan-lahan Penisku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Kurasakan otot vaginanya memijit pelan pangkal Penisku. Sambil tetap ku kulum bibirnya, kugoyangkan pantatku perlahan-lahan. Naik turun makin lama makin cepat. Ati terlihat mulai menikmati gesekan Penisku di vaginanya. Aku segera mempercepat goyangan pantatku. Terasa nikmaaat sekkaalii. Seluruh permukaan vaginanya yang sempit habis dijelajahi Penisku. Penisku terasa seperti di urut-urut. Kadang agak sepet kadang licin. Yang jelas nikmaaat….

Ceplak.. cplak… cplak… cplak.

Terdengar suara dari bagian bawah. Sementar Ati terlihat terengah-engah. Matanya memejam dan bibirnya mendesah tak karuan.

“aghh.. enaaakkkk maaasss…. terussss shhhhhh… terusss… ahhhh… ahhhh. aahhhhh…. !!!”
“aduh Ti… Memek loe… enak banget. Aghh.. shhhh… sempit…. Enak… ahhhh.. ahhhh…..” Kataku di sela desahannya.

Ati merem melek dan berkali-kali menggigit bibirnya diantara desahan-desahannya.
Tiba-tiba kurasakan otot vaginanya semakin keras menjepit.

“mass akuuu mauuu piii piiis…” Aku sadar dia mau orgasme kembali.

Ku percepat ayunan pantatku sambil ku angkat pantatnya sedikit ke atas. Dia mulai menggelinjaaang.

“aghhhh massss… aaaahhhhggghhhh….” teriaknya di ujung orgasmenya.

Aku berhenti menggoyang. Kubiarkan Penisku di dalam vaginanya. Terlihat Ati sangat menikmati orgasmenya. Wajahnya tersenyum puas. Aku yang belum orgasme mencabut Penisku dari vaginanya. Ku minta Ati untuk berbalik dan menungging. Dia pasrah menuruti. Terlihat pantatnya yang montok menantang. Dari sini vaginanya terlihat lebih sempit. Kembali ku masukan Penisku dari belakang. Kali ini terasa lebih mudah. Ati pun tidak meringis lagi. Penisku perlahan mulai masuk ke dalam vaginanya. Kemudian mulai ku goyangkan pantatku maju mundur. Gesekan vaginanya terasa lebih sempit dibandingkan sebelumnya. Pantatnya yang montok ku remas-remas. Ati kembali mendesah.

“aduh… ahh… ahhh” Perlahan tanganku merayap menuju Buah dadanya yang bulat menggantung.

Kemudian kuremas-remas dengan nafsu. Ati tambah terangsang dengan hebat. Desahannya makin tidak teratur. Aku pun makin bernafsu. Goyangan pantatku makin cepat. Napas kami sama-sama memburu. Remasan tanganku di Buah dadanya makin keras. Kugigit telinga dan bahunya dari belakang. Secara refleks Ati membalikan wajahnya dan mencium bibirku. Kami terus berpagutan. Goyangan pantatku makin cepat..

“aghhhh… aghhhh.. shhhh… hhhhhhahhgghh.. iyyyaaa…” kurasakan aku akan orgasme.

Tapi rupanya Ati orgasme kembali. Dia menggelinjang hebat.. ahhhhhhh…. aku mencabut Penisku dan menggesek-gesekan diantara pantatnya yang montok. Kuremas dan kutekan kedua belah pantatnya. Gesekan Penisku semakin cepat dan akhirnya aku ejakulasi ahhhhhhh…. ahhhh…

Crooot… Croooot.. Crooot…. air maniku muncrat dengan hebaatnya di atas punggung Ati. Aku terkulai dan langsung duduk sambil meremas-remas pantat Ati yang seksi. Ati terkulai dengan Posisi telungkup. Ku lap punggungnya dengan CDku. Ku lihat Ati tersenyum. Aku memeluknya dan mencium keningnya.

“aku sayang kamu Ti..” Bisikku.

Ati tersenyum. Memang ku tahu sejak SMP Ati sudah naksir kepadaku. Tapi aku cuek karena aku lebih bernafsu kepada ibunya. Kini Ati sudah jatuh dipelukanku. Ku lihat jam dan aku baru menyadari bahwa kami telah bermain selama hampir satu jam. Ati pun memakai CDnya dan memakai dasternya. Dia pamit pulang.

Sejak itu aku dan Ati berpacaran. Kami sering melakukan hubungan sex. Biasanya di tempatku karena aku tinggal sendiri. Ibunya, Mpok Ria mengetahui hubungan tersebut. Dia tampak setuju dan merestuinya. Dia semakin ramah kepadaku dan semakin tidak canggung dalam berpakaian di hadapanku. Sering dia hanya mengenakan bra melenggang di depanku jika aku bertamu ke rumahnya di siang hari yang panas. Aku semakin bernafsu melihatnya.

Suatu hari Mpok Ria bertengkar hebat dengan suaminya. Kemudian dia kabur dari rumahnya dan tinggal di sebuah rumah kontrakan di daerah depok. Suaminya tidak lagi peduli sehingga dibiarkan saja Mpok Ria pergi. Aku dan Ati pernah mengunjunginya dan meminta Mpok Ria untuk pulang. Tapi Mpok Ria menolak dan tetap tinggal di kontrakannya. Sejak itu Ati dan Mpok Ria tinggal terpisah. Ati tetap tinggal di rumahnya dan menemani ayahnya.

Suatu hari aku mengunjungi rumah Mpok Ria. Waktu itu hari libur dan Ati harus menjaga rumah. Aku dimintanya untuk mengunjungi ibunya. Karena sudah akrab Mpok Ria tidak malu menerimaku. Setelah ngobrol ngalor ngidul, angin sepoi-sepoi dan perjalanan yang jauh membuatku mengantuk. Waktu itu sudah jam 3 sore.

“mpok aye tidur dulu ye. Ntar jam lima bangunin aye.” Karena Mpok Ria orang betawi maka aku berdialek betawi jika ngomong dengannya.
“ya udah tidur deh. mau di sini ape di kamar?”
“di sini aje deh. Anginnye enak sih.”

Aku pun mulai tiduran sementara Mpok Ria pergi ke dapur.

Sejam kemudian aku terbangun oleh suara bising sebuah motor di pinggir jalan. Aku bangun dan mencoba mencari Mpok Ria. Kulihat ke dalam kamarnya, sepi. Aku pun pergi ke dapur, tidak ada. Kayaknya Mpok Ria sedang mandi. Kulihat di depan kamar mandi disebelah dapur ada sendalnya. Aku menghampiri mencoba mengintip ke dalam melalui salah satu celah dari pintu kamar mandi yang terbuat dari papan.

Ternyata benar Mpok Ria ada di dalam. Tapi ia tidak sedang mandi. Ku lihat tangan kanannya yang sedang menggesek-gesek vaginanya sementara tangan kirinya meremas-remas Buah dadanya yang besar. Terdengar desahan kecil dari mulutnya. Pemandangan ini membuatku terangsang. Aku pun mulai mengocok Penisku. Tiba-tiba aku sadar bahwa ini adalah kesempatan bagiku. Mpok Ria memang sudah lama tidak berhubungan seks dengan suaminya. Hampir 8 bulan. Sejak suaminya sering sakit dan tinggal dirumah istri tuanya. Pasti Mpok Ria sangat haus sentuhan pria.

Aku berdiri dan mengetuk pintu kamar mandi.

“mpok lagi ngapain ? aye mau ke kamar mandi nih” kayaknya Mpok Ria kaget.

Dari dalam kudengar ia menjawab dengan gugup.

“ehh.. gue lagi maandi..”
“aduh Mpok aye sakit perut nih mpok…” kataku sambil berpura-pura.
“ya udah… tunggu sebentar…” kudengar suara air disiram dan tidak berapa lama Mpok Ria keluar dengan mengenakan handuk. Tubuhnya yang seksi terlihat sangat merangsang. Buah dadanya yang besar membusung tertutup sebagian oleh handuknya. Ku rasakan Penisku bangun pelan-pelan.
“katanya lagi mandi, kok gak basah.” Godaku
“yee kan gak jadi mandi”
“lagi mandi apa lagi ngapain..”

Mpok Ria terlihat memerah wajahnya menahan malu. Dia mencoba membenarkan handuknya yang agak melorot.

“mpok, aye tahu mpok lagi pengen begituan. Aye mau kok nolongin mpok.” kataku sambil maju dan menarik ke bawah handuknya.

Seketika itu juga Mpok Ria telanjang bulat di hadapanku. Berbeda dengan anaknya, Buah dada Mpok Ria besar. Ukurannya mungkin 36. Di usianya yang sudah 38 tahun ini badannya masih kenceng. Meskipun dia tidak pernah fitness ataupun minum jamu. Wajahnya yang cantik, hanya memiliki sedikit kerutan di ujung matanya.

Mpok Ria berusaha menutupi tubuhnya dengan tangannya. Dia terlihat akan marah. Aku pun segera mencium bibirnya biar dia tidak bersuara. Dia nampak gelagapan. Dengan sekuat tenaga ku rangkul dan ku angkat Mpok Ria masuk kembali ke kamar mandi. Dia berontak dan berusaha melepaskan diri. Aku melepaskannya dan langsung mengunci pintu kamar mandi. Sekitar rumah Mpok Ria cukup sepi. Sehingga jika dia berteriak belum tentu ada yang mendengar. Tapi aku tidak mau memperkosanya. Ku biarkan Mpok Ria yang gemetaran di tepi bak mandi.

“Yud, loe mau ngapaain..?” ujarnya agak gemetar.

Aku tidak menjawab. Dengan tenang ku buka pakaianku satu per satu. Akhirnya aku telanjang bulat dihadapannya. Penisku yang sedari tadi menegang mengacung dihadapannya. Aku tersenyum melihat Mpok Ria yang gemetar dan memandangi Penisku. Aku tahu dia pasti menginignkannya. Ku permainkan Penisku naik turun di hadapannya. Ku lihat dia menelan ludah. Penisku yang panjangnya 15 cm sudah ereksi sempurna. Sehingga terlihat kokoh sekali. Aku maju ke depan mendekatinya. Kulihat napasnya mulai memburu. Matanya terus menatap Penisku. Aku yakin tidak akan ada perlawanan darinya. Tanganku mulai membelai bahunya perlahan bergerak kebawah menuju Buah dadanya yang besar. Kedua telunjukku bergerak mengikuti lekuk Buah dadanya yang bulat.

Kemudian kuplintir putingnya yang belum mengeras layaknya sedang memutar gelombang radio. Mata Mpok Ria tetap tak lepas melihat Penisku. Perlahan-lahan dia mulai menutup matanya. Mpok Ria sudah pasrah. Segera ku lumat kedua Buah dadanya dengan rakus. Bergantian kiri dan kanan sambil tanganku meremasnya juga bergantian. Lidahku bermain-main dengan leluasa di kedua putingnya dan menyapu seluruh permukaan Buah dadanya. Sekali-kali ku gigit kecil Buah dadanya. Mpok Ria mulai memiringkan kepalanya. Mulutnya agak terbuka dan mengeluarkan rintihan yang pelan hhheh.. ssshh.. tangan kanannya berpegangan pada pinggir bak mandi sementara tangan kirinya memegang kepalaku sambil beberapa kali menekan ke dalam dadanya.

Tangan kiriku mulai turun ke bawah menuju selangkangannya sementara tangan kananku meremas-remas pantatnya. Mulutku masih sibuk melahap Buah dadanya. Setelah sampai divaginanya, jari tengahku langsung masuk ke dalamnya. Dengan cepat ku gesek-gesekan jariku di dalamnya. Mpok Ria langsung terangsang dengan hebat. Tangan kirinya makin kencang menjambak rambutku dan kepalaku ditekan makin dalam.

“Aghh.. aghhhhh… aghhhh…. terus yud…. terus…. shhh.. aghhhh…. aghhhh…. yaaah… ahhhh”

Mpok Ria terus meracau tak karuan. Selama sekitar 5 menit aku korek habis-habisan vaginanya. Kemudian aku merasakan cairan bening mengalir dari vaginanya melalui jariku. Rupanya dia sudah terangsang hebat. Aku menghentikan permainan jariku dan mulai merambat mencium ke bawah menuju vaginanya. Ku lihat vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu agak lebat disekitar lobangnya sudah basah. Aku siram dengan air agar vagina itu menjadi lebih bersih. Lalu aku mulai menjilati seluruh permukaannya. Kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang montok dengan sekali-kali mengagaruk belahan pantatnya. Kedua tangan Mpok Ria menjambak kepalaku dengan keras sambil mendesah panjang dan tak beraturan.

“Aghhhh… yaaa… yaaa…. Teruuusss yud… terus shhhh ahh.. ahhghhh….”

Lidahku makin dalam menjangkau ke dalam vaginanya sambil sekali-kali menyentuh klitorisnya. Terkadang kuhisap dan ku gigit kecil klitorisnya. Ku jilat, hisap, jilat, hisap, gigit, jilat demikian berulang ulang ku permainkan vaginanya. Makin lama desahannya makin memburu.

“yd… gue… mao… keluaaar… aghhh”

Terlihat cairan putih meleleh keluar dari lubang vaginanya. Kulihat Mpok Ria merem melek dan nafasnya terengah-engah. Aku berdiri dan mencium bibirnya.

Kemudian aku berbisik..

“mpok sepongin aye dong..”

Mpok Ria langsung berjongkok. Tangan kanannya memegang Penisku dan mulai mengocoknya sambil sesekali dikecupnya. Seluruh permukaan Penisku dan bijinya dikecupnya pelan-pelan. Aku menikmatinya tapi Mpok Ria belun juga menghisap
Penisku.

“mpok ayo dong diisep..” Pintaku sambil membelai rambutnya.

Dia pun mengisap hanya kepala Penisku. Kemudian dengan cepat dia menjilati seluruh permukaan Penisku layaknya sedang menjilati es krim. Meskipun rasanya nikmat tapi aku ingin Penisku dihisap. Tanganku memegang kepalanya dan ku pencet hidungnya. Seketika itu dia membuka mulutnya. Aku langsung memasukan Penisku ke dalam mulutnya. Tanpa melepas cengkramanku di kepalanya aku mulai menggoyangkan pantatku. Penisku keluar masuk dengan cepat di dalam mulutnya. Nikmatnya luar biasa. Kurasakan kepala Penisku menyentuh langit-langit mulutnya dan terkadang menyentuh ujung kerongkongannya.

‘mmmghhh….. mmmhhgghhh… ‘ kulihat Mpok Ria memberontak. Aku melonggarkan cengkramanku. Mpok Ria langsung melepaskan mulutnya dari Penisku.
“uhuugg… uuhhuggg… heeegghh…” rupanya Mpok Ria tersedak.
“Aduuuh… maaf mpok kekencengan.” Kataku sambil membelai rambutnya. Mpok Ria teresenyum dan langsung menghisap

Penisku lagi. Kali ini aku tidak memegangi kepalanya lagi karena dia mulai menghisap seperti yang aku inginkan. pertama-tama pelan lalu semakin lama bertambah cepat. Diselingi dengan kecupan, jilatan dan kocokan tangan. Terlihat Mpok Ria bernafsu sekali melahap Penisku. Setiap kali dihisap serasa Penisku diurut pelan-pelan dan licin. Aku serasa melayang. Nikmat sekali. Seluruh batang penisku berada di dalam mulutnya.

“aghhhh…. yes… aghhh… yes..” desahku.

Tak lama kemudian aku merasa aku akan ejakulasi. Segera ku pegang kepala Mpok Ria dan aku mulai menggoyangkan pantatku dengan cepat. Sleep… sleeeep…. sleeep…. sleeep.

Bunyi Penisku beradu dengan pinggir mulutnya.

Mpok Ria mencoba memberontak “mmmhhh…. mmmmmhhhh…” tapi hal itu malah membuat nikmat karena Penisku jadi menelusuri seluruh rongga mulutnya. Akhirnya aku ejakulasi di dalam mulutnya. Mpok Ria mencoba melepaskan mulutnya dari Penisku.

Tapi aku malah semakin menekan dan memaksanya menghisap lebih dalam

“isep mpok…. iseeep…. enak kok mpok…. banyak proteinnya…” Akhirnya dia pasrah dan menelan semua air maniku.

Setelah habis semua air maniku. Penisku menurun ereksinya. Mpok Ria ku lihat tersenyum sambil membersihkan air mani yang meleleh keluar dari mulutnya.
“Mpok kita lanjutin di kamar yuk..” ajakku.

Mpok Ria langsung berdiri berjalan mendahuluiku menuju kamar tidurnya. Goyangan pantatnya yang montok perlahan mulai membangkitkan kembali Penisku. Aku siram dengan segayung air biar lebih segar dan aku mengikuti Mpok Ria menuju kamarnya.

Mpok Ria langsung rebahan di tempat tidurnya. Dadanya semakin terlihat membusung merangsang. Jarinya memainkan vaginanya. Aku langsung rebah disamping kirinya. Ku hisap kedua Buah dadanya yang menantang tersebut sementara tangan kiriku mulai bermain di dalam vaginanya. Tangan kanan Mpok Ria mengocok-ngocok Penisku yang tampaknya akan segera ereksi dengan sempurna kembali. Bibir kami kemudian saling berpagutan dan tangan kami makin cepat bergerak. Jariku keluar masuk dengan cepat demikian juga tangannya yang mengocok Penisku dengan cepat. Tak berapa lama kurasakan Penisku sudah kembali ereksi dengan sempurna.

Masih dengan posisi rebahan di sampingnya, aku memasukan Penisku ke dalam vaginanya. Kaki kiri Mpok Ria melintang di badanku sehingga selangkangannya terbuka lebar. Karena sudah sering dipakai maka aku tak kesulitan memasukan Penisku ke vaginanya. Dengan cepat kugoyangkan pantatku. Tangan kiriku sibuk meraba bagian depan tubuhnya. Buah dadanya, perutnya, permukaan vaginanya.

Sementara bibirku juga sibuk bergerilya ke bahu, leher dan bibirnya. Tidak seperti anaknya yang cenderung pasif kalo sedang berhubungan, Mpok Ria tampak lebih aktif. Dia ikut menggoyangkan pantatnya ketika Penisku keluar masuk di vaginanya. Seluruh dinding vaginanya serasa keras menjepit penisku. Terdengar desahan-desahan kecil dari mulutnya.

“shhh…. ahhhh… ehhh.. shhhhh”

Selanjutnya kami melakukan banyak variasi gaya. Kedua kakinya kuangkat kebahuku dan pahanya kurapatkan. Dengan begini bukaan lobang vaginanya menjadi lebih sempit. Sehingga jepitannya lebih terasa di Penisku. Ayunan pinggulku yang ritmis, membuat gesekan penis dan vagianya menjadi lebih nikmat. Kemudian ku rebahkan pahanya ke samping kanannya dan dengan posisi menyamping aku melakukan penetrasi. Vaginanya terasa agak longgar tapi kuat mencengkram Penisku. Rasanya benar-benar nikmat… ohhhh… yeeeahh.. desahku seiring goyanganku yang cepat menusuk-nusuk vaginanya. Mpok Ria terlihat meremas-remas sprai tempat tidur. Matanya terpejam dan dari mulutnya keluar rintihan-rintihan yang merangsang

“ooughhh…. yaaahh… ouuhhh…. aghhhh… hahhhhgghhh… yaaahh…”

Selama hampir satu jam aku menghujamkan penisku ke vaginanya. Posisiku di atas membuatku leluasa melakukan manuver. Tanganku dengan leluasa meremas-remas buah dada dan pantatnya.

Kemudian aku menyelipkan bantal dibawah pantatnya sehingga vaginanya terangkat ke atas dan penetrasiku bisa lebih dalam. Mpok Ria terlihat makin menggila. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Sementara pinggulnya menggelinjang ke atas merepotkan aku menahannya.

Selama satu jam itu pula Mpok Ria sudah dua kali mengalami orgasme. Aku pikir tenaganya sudah habis. Sementara aku masih belum orgasme juga. Tiba-tiba Mpok Ria mendorongku kesamping dan dia langsung berada di atas. Kemudian secara menggila dia goyangkan pantatnya naik turun maju mundur. Penisku berputar-putar mengikut gerakan dan isapan vaginanya. Luar biasaa wanita ini. Ternyata tenaganya masih banyak. Buah dadanya yang bergoyang bergelantungan segera kuhisap. Sementara goyangannya makin liar..

“ahhh… oughhh… yahhh… ayo… yud…. rasain memek gue..” Mpok Ria meracau gak karuan. “iseepp tookeet gue yud… ahh terus yud..”

Aku memeluk punggungnya keras sambil mulutku terus menghisap Buah dadanya dengan nafsu. Sepertnya aku akan keluar. Segera ku pegang pinggulnya dan ku goyangkan tubuh Mpok Ria dengan cepat

“ahhh… gue mao keluar Yud..”
“aye juga mpookk…. ahhhhh”

Akhirnya aku ejakulasi bersamaan dengan orgasme Mpok Ria yang ketiga kalinya. Kurasakan denyut Penisku yang cepat bersamaan dengan disemburkannya air maniku ke dalam vagina Mpok Ria. Kami berpelukan sangat erat. Sementara otot vagina Mpok Ria terasa keras memijit-mijit Penisku. Kami pun berciuman. Dan Mpok Ria rebah di pelukanku.

“mpok.. sorry aye nggak ngeluarinnye diluar. Soalnya kagok.”
“gak ape-ape Yud. sebenarnya mpok udah di vasektomi 3 bulan yang lalu. Jadi mpok gak bakal hamil.”

Betapa senang aku mendengarnya. Dengan begini aku bisa puas ngentotin Mpok Ria tanpa takut dia hamil. Sementara dengan anaknya, aku lebih sering mengeluarkan diluar. Sore itu kami melakukannya berulang-ulang, sampai jam 9 malam aku pamit pulang.

Sejak saat itu aku sering melakukan hubungan badan dengan Mpok Ria dan anaknya, Ati, secara bergantian. Mpok Ria mengatakan bahwa hubungan denganku sebatas rekreasi dan pemuasan kebutuhan. Karena ia tidak ingin terikat apa-apa denganku. Lagi pula dia tahu anaknya Ati sangat mencintaiku. Dia nggak mau mengambil kebahagiaan anaknya. Tak lama kemudian Mpok Ria resmi bercerai dengan suaminya karena suaminya lebih peduli dengan Istri tuanya. Mpok Ria benar-benar hidup sendirian.

Aku pun akhirnya melamar Ati untuk ku jadikan Istri. Setelah itu dengan alasan untuk menemani istriku, aku minta Mpok Ria untuk tinggal serumah bersama kami. Padahal ini akal-akalan aku dan Mpok Ria biar bisa lebih sering berhubungan sex. Karena biarpun serumah aku bisa berselingkuh dengan Mpok Ria. Biasanya kami melakukan hubungan saat istriku belanja ke pasar atau pada saat malam ketika ia tidur. Bahkan pernah kami melakukannya ketika istriku ada di rumah.

Waktu itu dia sedang menyetrika di ruang depan sambil menonton tv. Mpok Ria di dapur sedang mencuci piring. Aku yang kebetulan hendak ke kamar mandi di dekat dapur, terangsang melihat Mpok Ria yang hanya mengenakan daster tipis. Tubuhnya yang seksi berbayang dibalik daster tersebut. Aku langsung menghampiri dan mencium bibirnya. Mpok Ria yang malamnya belum mendapat jatah dariku langsung membalas dengan penuh nafsu juga.

kemudian bagian atas dasternya dibuka sedikit dan dia menurunkan BHnya sehingga Buah dadanya yang montok muncul keluar. Aku pun mengulumnya dengan penuh nafsu sementara tanganku mengelus-elus pahanya. Mpok Ria berpegangan pada pinggir bak cuci piring. Cuma sekitar 5 menit kami melakukan fore play. Aku langsung melorotkan sedikit celanaku sehingga Penisku bisa keluar dengan leluasa. Mpok Ria menyingkap bagian bawah dasternya dan menggeser sedikit bagian tengah CDnya sehingga terlihatlah lubang vaginanya.

Tanpa menanggalkan pakaian, kami melakukannya sambil berdiri. Meskipun demikian kami lakukan dengan sangat membara. Tentu saja karena dilakukan dengan khawatir dan terburu-buru, maka hubungan sex itu berlangsung cepat juga. Hanya sekitar 10 menit. Setelah itu aku langsung ke ruang depan menemani istriku, seolah-olah tak terjadi apa-apa. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Terpikat Body Tetanggaku appeared first on Doyanbokep.


Cerita Lucah Terbaru

$
0
0

Cerita Lucah Terbaru, Setelah hidup menduda selama hampir 5
tahun, di usia aku yang sudah lewat setengah abad, akhirnya aku mendapatkan
jodoh kembali, dan aku sangat bersyukur karena mendapatkan jodoh seorang wanita
cantik, putih mulus (kebetulan istriku ini keturunan chinese), dan yang paling
penting meski umurnya sudah tidak muda lagi, mendekati setengah abad, dalam
kehidupan seks sangat hebat., Cerita Lucah,

Beritaseks.com Kami berdua tinggal di sebuah apartemen di
sekitar jakarta selatan. Cukup lumayan sekitar 98 m3, dengan 3 kamar tidur dengan
kamar mandi di dalam, serta living room yang cukup luas. kami berdua memutuskan
tinggal di apartemen karena memang kami hanya hidup berdua saja, 2 anakku dari
perkawinan sebelumnya sudah berkeluarga semua, sedang kan dua putri istriku
dari perkawinan sebelumnya tinggal bersama ayahnya.

Cerita Sex Terbaru, Sesekali memang kedua putri istriku itu
mampir dan menginap di apartemen kami, jadi memang 2 kamar sisa kami
peruntukkan untuk mereka dan tamu yang datang menginap. Putri sulung istriku
sudah berkeluarga, jadi dia sangat jarang menginap di apartemen kami. Nah,
putri bungsu istriku lah yang sering menginap. Usianya sudah 22 tahun, cantik
dengan rambutnya yang di cat pirang, mulus dan sexy sekali. Nama putri bungsu
istriku itu, Syalala, dan kami sering panggil dengan Lala saja. Dalam
keseharian apabila bertemu, kedua putri istriku itu sampai sekarang masih
memanggilku dengan sebutan om, dan bagiku tidak masalah sama sekali, meski aku
sebenarnya ayah tiri mereka., Cerita Sex,

Cerita Seks Terbaru, Seperti sudah aku tulis di atas,
kehidupan seks kami berdua masih sangat hot, kami seringkali melakukannya di
sudut-sudut apartemen kami, apabila aku sedang memasak, mendadak istriku akan
jongkok dan menjilati kontolku, bahkan sampai lubang pantat pun tidak akan
lepas dari jilatannya. Dalam keseharian, jika tidak ada yang berkunjung ke
apartemen kami, kami memang tidak memakai pakaian, hanya memakai pakaian dalam
saja, bahkan istriku jarang memakai bh, jadi hanya bercelana dalam saja.,
Cerita Seks,

Cerita Dewasa Terbaru, Bergantian, aku juga sering
mengganggu dia, jika dia sedang asik di sofa menonton dvd serial kegemarannya,
aku langsung menurunkan celana dalamnya, dan kujilati, ku emut vagina dan
klitorisnya yang harum, tanpa bulu (istriku rajin waxing). Kemudian kedua
teteknya ku remas, putingnya yang masih bewarna pink ku pilin2, Jika sudah
begini, acara nontonnya pasti batal, dia langsung meminta posisi 69, kami
saling jilat saling emut, semuanya, sampai lubang pantat., Cerita Dewasa,

Cerita Mesum Terbaru, Itu bisa kami lakukan selama 1 jam dan
setelah itu, acara ML pun dimulai, istriku paling suka posisi doggy style,
karena posisi ini kontol ku yang besar dan panjang (untuk ukuran orang melayu),
akan membentur dinding terdalam vaginanya, jika sudah begitu, erangan nikmat
dari mulut istriku akan keluar dengan keras. Istriku, Sandra namanya, memang
jika sedang ML atau ku jilati vaginanya, pasti akan mengeluarkan erangan2
nikmat yang keras, dan itu makin menambah semangat dan nafsu ku. Meski kadang2
aku khawatir juga terdengar tetangga sebelah kami., Cerita Mesum,

Cerita Bokep Terbaru, Untuk mempersingkat, karena kisah ini
mengenai putri tiriku Syalala, maka aku akan langsung menceritakan kejadian
yang tidak terduga antara diriku dengan Syalala. Jika berkunjung ke apartemen
dan menginap, Syalala selalu berbusana seksi sekali, hanya mengenakan hot pants
jeansnya yang nyaris memperlihatkan pantatnya yang khas anak muda, montok dan
terlihat kenyal, serta mengenakan kaos u can see, mirip2 kaos singlet, sehingga
punggungnya yang putih mulus itu membuat laki2 manapun akan ngiler abis. Meski
begitu, Syalala tetap memakai bh, sehingga memang putingnya hanya samar
terlihat., Cerita Bokep,

Cerita Ngentot Terbaru, Kejadian tidak terduga antara aku
dan Syalala terjadi kira2 3 bulan yang lalu. Hari itu adalah hari Sabtu dimana
aku tidak ke kantor. Sebetulnya istriku dan mertuaku mengajak aku pergi
mengunjungi adik istriku yang tinggal di daerah Bogor. Namun karena 2 ac kamar
kami rusak dan perlu di service, maka untuk menunggui tukang service ac, beritaseks.com diputuskan aku tidak ikut serta. Jadi istri dan mertua ku saja yang pergi ke
Bogor. Singkat cerita, kurang lebih hampir 2 jam aku menunggui tukang service
ac, dan setelah itu aku memutuskan untuk mengisi waktu menonton film dvd yang
jumat sore kemarin aku beli di point square., Cerita Ngentot,

Setelah mandi dengan hanya memakai celana dalam aku santai
di sofa sambil menonton. Mendadak hp ku berdering, ku lihat, istriku yang
menelpon.

” Ya mam…” sahutku,

” Pa kayaknya mama balik agak malem deh, karena Dessy
(nama adik istriku) ngajak mama dan nyokap ke

Bandung, mau cari baju di factory outlet langganan
dia,” kata istriku.

” Wah, gak macet tuh ma? Week end begini ke
Bandung?”

” Abis Dessy maks pa,”

” Ooo, ya sudah hati2 di jalan ya, salam untuk Dessy
ma, muah,”

” Ok pa, muah,” istriku mengakhiri pembicaraan
kami.

Cerita Hot Terbaru, Film yang aku tonton, adalah flim serial
yang mengisahkan tentang suka duka kehidupan gladiator di jaman Roma kuno. Jadi
bisa ditebak film ini penuh dengan adegan2 ML tanpa sensor, wanita2 tanpa
busana, wah pokoknya jadi membuat aku horny juga. Sambil menonton ku elus2
“adekku” yang mulai mengeras. Uhh, sayang istriku gak ada nih.
Mungkin karena capek atau habis mandi, mata ku gak bisa diajak kompak, dan aku
pun tertidur. Tidak tahu berapa lama aku tertidur., Cerita Hot

Cerita Lucah Terbaru, Perlahan mataku terbuka, aku mulai
tersadar dari tidur, wah, kaget bukan main aku, ternyata Syalala sedang
menonton dvd gladiator yang sedang aku tonton tadi. Seketika aku menutup mataku
kembali, bingung, wah bagaimana ini, aku hanya mengenakan celana dalam, dan aku
sadar kalau kepala kontolku agak tersembul (masih ngaceng rupanya), dan di sisi
sofa yang lain anak tiriku yang cantik dan seksi sedang menonton film. Kapan
anak ini masuk, wah rupanya aku lupa mengunci pintu apartemen. Aku masih
bingung bagaimana caranya aku bangun dan memulai percakapan mengingat aku hanya
memakai celana dalam dan kondisi ngaceng pula. Waduh…, Cerita Lucah

Cerita tante Terbaru, Akhirnya aku putuskan untuk seolah
baru bangun, dan akan secepatnya ke kamar untuk memakai celana dan kaos.

” Uuuahhh…” aku berlagak merenggangkan badan
seolah baru bangun tidur.

” Ooo Lala, kapan sampai, maaf ya om ketiduran jadi gak
tau,” kata ku sambil berlagak mengucek mata.

Dan mengatur nafasku agar terlihat biasa.

” Udah sejam an sih om. Om Heru lupa ya kunci pintu,
jadi Lala bisa masuk deh,” kata Syalala sambil melirik ke arah ku.

” Tadi Lala mau bangunin om, cuman kasian, kayaknya
nyenyak banget, ya udah Lala diemin aja om,” sahut Syalala sambil
tersenyum manis.

Uhh anak ini kok makin cantik dan nafsuin ya. Tidak sadar
aku pukul kepalaku, heh jangan mikir macem2….

” Kenapa om? Pusing,” Syalala heran melihat aku
memukul kepalaku sendiri.

” Nggak, om lupa aja masih pakai celana dalam begini
dan ada kamu, bentar ya om pakai celana dan baju dulu,” sahutku sambil
berdiri dan mau beranjak dari sofa.

” Ya gak usah om, santai aja, Lala gak apa-apa kok,
” sahut Syalala dan sangat mengejutkan aku. ” Lala tau kok, kalau
disini om sama mama sering cuman pakai daleman aja, jadi santai aja om, kan Lala
anak om juga…” waduh tau dari mana dia kebiasaan aku dan mamanya jika
sedang berdua di apartemen.

” O iya, mama ke Bogor tadi bareng oma,” kataku
memberitahu.

” Iya Lala tau kok, tadi sudah telpon mama sebelum
kesini, mama bilang ada om di apartemen, makanya, Cerita Tante

Cerita Janda Terbaru, Lala kesini,” sahut Syalala. Ku lirik,
kok sambil ngomong matanya melihat ke arah bawah, ke arah selangkangan aku,
wah….. kacau nih…. Untuk menghilangkan ke grogian aku, aku berdiri dan
beranjak ke arah dapur, ” Om mau buat kopi, Syalala mau dibuatkan
apa?” kataku., Cerita janda,

” Gak usah om, tadi Lala lihat di chiller ada wine
setengah botol, jadi nih Lala lagi minum, gak apa2 kan om Lala minum
winenya?”

” Nggak apa2 dong, kalau kurang om masih punya, tuh di
chiller masih ada kan beberapa botol yang belum dibuka, buka aja ya,”
jawabku sambil sibuk mengaduk aduk kopi, cukup lama untuk menghilangkan rasa
grogi.

” Kok lama buat kopinya om,” wah ketauan deh.

Kisah Sex Terbaru, Segera aku balik badan dan membawa kopi
kembali duduk di sofa. Kembali aku terkejut, ketika aku baru duduk di sofa,
mendadak Syalala beranjak dari sofa di sisi kanan tv, ke arah sofa yang
menghadap tv dan duduk di sebelah aku. Wah…..makin kisruh keadaan aku
jadinya. ” Nonton dari samping gak enak om, Lala duduk disini gak apa-apa
ya om,” katanya. Aku tidak menjawab hanya mengangguk saja. Grogi abissss.,
Kisah Sex

Adegan-adegan film sudah tidak menarik lagi bagiku, mataku
memang masih tertuju ke tv, tapi pikiran ku sudah melayang layang gak karuan.
Bingung harus ngapain. Bayangkan aku yang duduk hanya memakai celana dalam, dan
ku tahu kalau kontol aku masih ngaceng, duduk di sebelah seorang gadis cantik
seksi mulus sekali, dan hanya mengenakan hot pants serta u can see, aduhhh
benar-benar pikiran aku ngelantur kemana mana.

Aku coba membuang pikiran-pikiran kotor, bagaimanapun Syalala
anak ku juga sekarang, meski anak tiriku. Gak boleh terjadi apa-apa, demikian
pikirku, mencoba menghilangkan pikiran2 itu. Ku lirik sambil menonton film,
sesekali Syalala memijat mijat betisnya.

” Kenapa Lala, sakit betis kamu?” tanyaku.

” Iya om, kemarin lift di kantor rusak, jadi terpaksa
turun naik lewat tangga darurat,” jawab Syalala,

” Pegel banget jadinya om,”

” Oooo, ” jawabku tanpa reaksi apapun. Dan
mendadak kembali Syalala mengagetkan aku.

” Om cape gak?” tanya Syalala sambil menoleh ke
arahku, wah dekat sekali wajahnya ke wajah aku.

” Nggak, biasa aja, kan abis tidur,” jawabku tanpa
menoleh, khawatir ketauan groginya.

” Lala mau minta tolong om pijetin betis Lala, mau gak
om?” waduhhhh.

” Ooo, ok ok, sini om pijetin,” jawabku sekenanya.

Kisah Seks Terbaru, Sudah gak tahu harus bicara apa. Dan
tanpa ba bi bu lagi, Syalala berbaring tengkurap, dan kakinya ditumpangkan di
atas pahaku, celaka 15, betisnya yang mulus dan indah persis di atas kontolku
yang ngaceng keras sekali. Aduhh….ketahuan deh kondisi kontol aku pastinya.
Perlahan, aku mulai menyentuh betisnya, mulai memijat., Kisah Seks,

Kisah Dewasa Terbaru, Aduh mulusnya betis ini, mataku juga
melirik ke arah paha dan pantatnya yang menyembul, duhhh gak tahan melihatnya. Syalala
pasti terasa jika kontol aku turun naik akibat nafsu yang memenuhi pikiran ku.
Karena sudah tidak konsen lagi, pijatan aku jadi berubah menjadi elusan
eluasan, aku benar-benar terbius dengan kemulusan betis Syalala.

” Om, kok gak mijet malah ngelus2 aja…” kata Syalala
seperti mendesah. Kaget aku mendengar perkataannya, segera aku kembali memijat.

” Om, paha Lala juga dong, pegel juga om,” desah Syalala.

Kisah Dewasa Terbaru, Wah, ini sudah benar2 kacau, aku harus
memijat pahanya yang indah, putih dan mulus ini? Akhirnya aku menyerah, ya
terserah saja apa yang akan terjadi, aku benar-benar sudah tidak tahan lagi.
Segera aku memulai memijat paha indah ini, ku pijat perlahan kadang sambi
mengelus, bahkan tanpa disuruh kedua pantatnya yang indah itu juga ku pijat dan
kutekan perlahan, ku elus elus, bergantian., Kisah Dewasa,

” Ah..uhhh… enak pijetan om, aduh enak om,”
desah Syalala yang kelihatannya mulai terpengaruh dengan elusan dan pijetan aku
di paha dan pantatnya.

Kisah Mesum Terbaru, Aku mulai berani. Perlahan tanganku
mulai masuk dari sela-sela hot pants nya, benar-benar sekarang menyentuh
pantatnya, mengelus dan sesekali jari2ku menyentuh lubang pantatnya. Setiap
kali ku sentuh Syalala bergelinjang, dan ada kedutan-kedutan kecil disekitar
pantatnya. Kondisi Syalala ku tahu sekarang sudah sama denganku, terangsang
berat. Aku makin tidak perduli lagi, dan sudah tidak malu-malu untuk menyentuh
mengelus paha dan pantatnya, lubang pantatnya ku usap-usap dengan kedua
telunjuk ku bergantian. Sesekali kutekan lubang pantatnya.

Kondisi Syalala sudah terangsang berat, Kisah Mesum

” Uhhh, aaaahhh om…enak ommmm, geli enak ommm, terus
ommm…” itu saja desah yang keluar dari mulutnya yang indah.

Aku makin bersemangat, pikiranku hanya satu, ingin menjilat
dan mengemut seluruh tubuh anak tiriku ini!!!!

Kisah Bokep Terbaru, Posisi Syalala masih tengkurap. Tanpa
takut-takut lagi aku memasukan tanganku ke depan dan membuka kancing celana hot
pantsnya, Syalala diam saja, sambil terus mendesah desah. Ku turunkan hot
pantsnya. Syalala tetap diam saja dengan perlakuan aku. Lampu hijauuuuuu,
kataku dalam hati, uhhh benar-benar aku senang sekali siang ini. Kini Syalala
sudah tidak memakai apa-apa lagi disekitar pangkal pahanya.

Terpampang paha dan pantat yang mulus di depan ku dan siap
dinikmati. Kuturunkan betisnya dari pahaku, aku beranjak ke sisi samping Syalala,
berjongkok. Sudah tidak tahan, aku langsung menciumi paha Syalala, kujilati,
sambil tanganku memijat mijat perlahan kedua pantatnya., Kisah Bokep,

Terus kujilati pahanya.

” Uhhhh uuuhhhh ahhhh ommmm enak banget om, ”
desah Syalala. Jilatanku berpindah ke arah kedua pantatnya.

Kujilat kuemut pantat indah ini, kugigit gigit lembut, dan
kedua bongkahan pantatnya ku buka, terpampang lubang pantat yang indah, segera
ku jilati lubang pantat Syalala. Sadar atau tidak, Syalala sudah merubah posisi
tengkurapnya. Dia sekarang sudah sedikit menungging, dengan posisi ini aku jadi
bisa melihat memek Syalala. Indah sekali, tanpa ditumbuhi bulu. Warnanya agak
kemerahan.

Kisah Ngentot Terbaru, Segera aku jilati memek yang indah
ini. Ku emut bibir vaginanya yang masih orisinal, bibir vagina Syalala tidak menggelambir,
masih merekat erat, uhhhh benar-benar bukan kejatuhan rejeki aku, tapi
keruntuhan rejeki. Kujilati dan kukulum bibir vagina Syalala, pelan dengan
jariku ku buka sedikit memeknya, indah sekali. Lidahku mulai menjilati
didinding-dinding vagina Syalala, kucari klitorisnya, kuemut emut. Bergantin
lubang pantatnya tak luput dari jilatanku., Kisah Ngentot,

Kondisi Syalala sudah tidak karuan, bergelinjang ke kiri dan
ke kanan, tubuhnya tanpa bisa dicegah membuat kedutan-kedutan,

” Aduhhh ommmm, Syalala gak tahannn, terus omm, terus
ommm…..”, desah Syalala.

Kisah Hot Terbaru, Dari kedutan-kedutan tubuhnya yang
semakin kencang, aku tahu bahwa sedikit lagi Syalala akan mencapai orgasmenya,
aku makin semangat mengemut dan mengulum klitorisnya, kumasukkan lidahku ke
dalam vaginannya yang sudah basah bahkan sampai menetes netes. Ku telan habis
cairan vaginanya, terus kujilati kuemut, bahkan kusedot kuat2 klitoris Syalala.

” Aduh ommmm,
duhhh…ahhhh…ahhhhh….ahhhhh….,” tubuh Syalala terkedut kedut
kencang.

Syalala mencapai orgasme pertamanya.

” Uhhh enak banget ommmm…”

Tubuh Syalala melemas, dan mendadak dia membalikkan tubuhnya
sehingga posisinya menjadi terlentang. Aku berdiri dan duduk di samping sofa.
Kupandang tubuh dan wajah yang indah ini, mulus, putih tanpa noda, tanpa
gundukan lemak, kencang sekali, tubuh khas wanita muda. Syalala masih terpejam
menikmati orgasme yang baru saja melanda dirinya. Tidak tahan melihat wajahnya
yang cantik dan bibirnya yang indah, aku langsung menciumnya, kujilati seluruh
wajahnya, lehernya, dan berhenti di bibirnya, kukulum dan lidahku masuk ke
dalam mulutnya., Kisah Hot,

Syalala bereaksi, lidahku disedot sedotnya. Kedua tangannya
melingkar di leherku seolah tidak mau melepaskan kepala ku. Kami saling
menjilat dan saling menyedot bibir dan mulut. Tanganku tidak tinggal diam dan
masuk kedadanya yang masih tertutup bh. Menyentuh putingnya, memilin lembut,
meremas lembut. Tangan kiriku berusaha membuka kaitan bh Syalala.
Klik..berhasil. Sambil tetap mengulum bibirnya, kugeser ke atas kaos dan bhnya.

Kisah Lucah Terbaru, Kini kedua teteknya yang indah dan
berputing pink terpampang. Kuremas kupilin pilin putingnya. Ciuman dan
jilatinku beralih ke leher mulusnya….kuisap dan kucium lembut, jilatanku
turun ke arah kedua teteknya. Kini tepat di mukaku terpampang dua gunduk tetek
yang indah putih mulus sekali. Seketika kuciumi kujilati dengan rakus kedua
tetek indah ini bergantian. Kuemut kujilat putingnya bergantian, sesekali
kugigit lembut putingnya. Syalala bangkit kembali gairahnya., Kisah Lucah

“Enakk om, terus
ommm jilatin tetek Syalala. Duhhhh enakkk duhhh nikmattttnyaaa….” Syalala
mendesah gak karuan.

Kisah Tante Terbaru, Tubuhnya melenting ke atas. Tanganku
tidak mau tinggal diam. Sambil terus mengemut dan menjilat tetek Syalala,
tangan ku turun ke selangkangannya. Kuremas lembut, jari-jariku bermain di
klitorisnya, kuusap usap, sesekali kumasukkan jariku kedalam vaginanya yang
kembali sudah basah sekali. Dua jariku tengah dan manis, akhirnya masuk ke
dalam vaginannya, ku dorong maju mundur perlahan dan lembut, takut Syalala
merasa sakit. Aku merasa bahwa kontolku diremas remas., Kisah Tante

Ternyata Syalala sudah menurunkan celana dalamku, dan sambil
mendesah desah, tangannya meremas remas kontolku, duhhh enakkk dan nikmatttt
nya….

Mendadak Syalala mendorong kepalaku.

” Om berdiri deh..” katanya tersenyum manis.

Kisah Janda Terbaru, Aku pun berdiri, celana dalam ku sudah
melorot, kontolku sudah ngaceng berdiri dengan gagahnya. Syalala mengambil
posisi duduk. Dan tanpa basa basi lagi, segera kontolku itu dijilatinya,
dikulum kulum, bahkan kontolku di masukkannya kedalam mulutnya, disedot sedot
kuat sekali., Kisah janda

Duhhhhh nikmatnya…. Aku sudah lupa diri, sudah lupa bahwa Syalala
adalah anak tiriku….

” Jilat terus sayang….sedot terus sayang… nikmat
bangettt, duhhh aku sangat sayang kamu…” lupa sehingga aku memanggilnya
dengan kata2 sayang.

Syalala makin semangat, kedua bijiku dijilatnya dikulumnya.
Bahkan sampai lubang anusku pun dijilatinya, aduhhhh nikmatnya. Mendadak Syalala
menghentikan aktivitasnya.

” om sekarang masukkin ya burung om ke Lala…”
Sebetulnya aku takut melakukan ML dengannya, takut hamil, wah bisa berabe.

Melihat aku ragu2. Syalala menarik ku sehingga terduduk. Dan
seketika dia duduk di atasku. Kontolku dipegangganya dan di arahkan ke vaginanya.
Blesss masuk deh kontolku ke dalam vagina Syalala.

” Ahhhhh enak om, burung om gede dan keras, ” Syalala
mulai bergoyang maju mundur.

Kami berpelukan erat. Berciuman penuh nafsu. Kedua teteknya
kuremas remas. ” Syalala pun seolah lupa kalau aku adalah bpk tirinya, dia
sudah lupa menyebut aku dengan om,

” Sayang…..aku sayang banget kamu….duh jadi jatuh
cinta nih…” Syalala berkata tidak terkendali.

” Sayang….peluk aku sayanggggg….” Syalala
sudah benar2 lupa dipenuhi nafsu…..

” Aduh sayangggg, aku sudah gak tahannnn….nikmatttt
banget sayang…..”

” Aku cinta kamu juga sayang…..” Kupeluk
tubuhnya erat. Kusedot kedua teteknya yang menggelantung di hadapanku.

Kujilati lehernya. Bibirnya, lidahnya semuanya tak luput
dari jilatan dan emutanku. Syalala akhirnya mencapai orgasmenya,

” ahhhhhhh……ahhhhhhhh……ahhhhhhh
sayangggg…….,” Aku dipeluknya erat sekali sehingga sulit bernafas.

Syalala meLalangku,

” Sayang belum ya…?” tanyanya, tanpa menjawab
kucium bibirnya. Kujilati.

” Aku goyang lagi ya sayang, ” kembali Syalala
menggoyangkan pantatnya.

Kontol aku terasa seperti di remas remas di dalam liang
vaginanya, nikmat sekali. Setelah 15 menit berlalu akhirnya aku tak tahan juga,
” Aku mau keluar sayang…di dalam atau di luar sayang…” kata ku
sambil memeluknya.

” Didalam aja sayang….aku juga sudah gak tahannnnn…
uhhhhhhh sayanggggg….” Dan tanpa bisa dicegah kamipun mencapai orgasme
bersamaan.

Kami masih berpelukan dan posisi Syalala masih duduk di atas
pahaku. Kupandangi wajahnya yang cantik. Kucium lembut bibirnya. Kami saling
menatap. Kembali kucium lembut bibirnya.

” Aku sayang kamu…”

” Iya sayang, aku juga sangat sayang kamu….”
sahut Syalala lirih. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi akibat hubungan ini.
Seolah kami tidak perduli. Sekarang kami hanya ingin memanfaatkan waktu yang
sangat berharga


2016,skandal sex terbaru,skandal sex terupdate,skandal sex,skandal seks
2016,skandal seks terupdate,skandal seks terbaru,skandal seks,skandal dewasa
2016,skandal dewasa terupdate,skandal dewasa terbaru,skandal dewasa,

The post Cerita Lucah Terbaru appeared first on Doyanbokep.

Gelora Birahi Sang Wanita Karir

$
0
0

Cerita Dewasa, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Terbaik, Cerita Dewasa HOt, Aqu adalah seorang lelaki yg berusia 23 tahun dan aqu baru saja selesai kontrakku dgn salah satu
perusahaan pelayaran luar negeri. Sekarang aqu adalah pengangguran karena aqu tak punya
rencana untuk kembali berlayar setelah 2 tahun lamanya. Semua yg aqu ceritakan dibawah ini
adalah nyata. Memang cerita ini terlalu bertele-tele bila dibandingkan dgn cerita-cerita yg pernah
aqu baca di beritaseks.com, tetapi inilah cerita yg ingin aqu ceritakan bagi pembaca juga
penggemar beritaseks.com.

Cerita ini berawal dari seringnya aqu pergi bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga Ayah aqu di
rumah sakit swasta di daerah Jatinegara, Jakarta Timur. Pada hari Minggu siang tanggal 5 November
2009, aqu turun ke bawah tempat merokok di rumah sakit tersebut, tetapi di saat aqu menikmati
rokokku itu, di dekat tempat dudukku ada seorang perempuan setengah baya yg kira-kira berumur 30
tahun. Ia tampak sibuk sekali menelepon sana-sini dgn handphone-nya untuk mencari jasa derek
boil untuk boilnya. Entah karena aqu merasa terganggu atau ada keinginan untuk membantu
perempuan itu, akhirnya aqu beranikan diri untuk menawarkan jasa aqu karena siapa tahu kerusakannya
masih sepele. Setelah mengumpulkan semua keberanian untuk menawarkan jasa aqu akhirnya
meluncur juga dari mulutku untuk membantu dia.

Cerita Dewasa, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Terbaik, Cerita Dewasa HOt

“Eee.. maaf Aunty, kalo aqu boleh tau, boil Aunty rusak?” tanya aqu dgn ragu-ragu.
“Iya Dik”, jawabnya singkat sembari tetap menghubungi seseorang dgn handphone-nya.
“Eee.. kalo boleh tau, Aunty.. boil Aunty apa merk-nya?” tanya aqu lagi.
“Honda, Honda Maestro”, jawabnya dan kali ini dia melihat aqu.
“Kalo boleh, aqu coba bantu Aunty buat benerin boilnya Aunty, karena siapa tau aqu bisa, Aunty!”
kata aqu menawarkan pertolongan.
“Eee.. boleh-boleh.. Ayo ke boil aqu yuk”, pintanya.

Setelah itu kita berdua jalan meninggalkan tempat itu untuk menuju ke boil perempuan itu, yg
ternyata tak jauh dari tempat merokok. Setelah aqu dibukakan pintu, aqu coba starter boilnya tapi
hasilnya nihil. Dgn kasus seperti ini, aqu katakan pada perempuan itu bahwa ada kemungkinan
bahwa ini masalah dinamonya dan aqu sarankan untuk mendorong boilnya karena tak ada
masalah sesampai dia bisa tiba di rumahnya atau bengkel sebelum kesorean dan tak perlu
memanggil jasa derek boil karena biayanya yg mahal. Dan sepertinya dia berpikir sejenak dan dia
setuju dgn saran aqu, sampai akhirnya aqu memanggil salah satu satpam yg aqu temui untuk
meminta pertolongannya untuk mendorong boil.

Agh, akhirnya boil perempuan itu nyala juga dan seperti dugaanku bahwa masalahnya cuma
masalah dinamo. Dgn posisi perempuan itu di dalem boil dan aqu di luar sembari memperhatikan
dia untuk meninggalkan aqu, tiba-tiba dia memanggil aqu dgn membuka kaca jendelanya dan
mengucapkan terima kasih kepada aqu sembari memberikan uang 2 lembar seratus ribu tapi aqu
tolak karena pertolonganku adalah dari hati nuraniku bukan untuk meminta balasan tetapi dia tetap
memaksa aqu dan akhirnya aqu ambil satu saja dan satunya lagi tetap di tangannya sembari
mengucapkan bahwa itu saja sudah lebih dari cukup. Akhirnya dia mengalah karena aqu tetap
bertahan untuk tak mengambil sisanya tapi dia membuka tasnya dan mengambil kartu namanya dan
diberikan buat aqu sembari menitip pesan bahwa kalau ada sesuatu atau aqu sedang senggang
diminta menghubungi dia, dan aqu terima kartu namanya. Sebelum pergi, dia menanyakan nama
aqu sembari menyodorkan tangannya dan aqu jawab bahwa nama aqu Willi dan dia mengatakan
bahwa namanya Ineke. Dan akhirnya ia pergi dgn boilnya dan aqu tetap berdiri melihat boilnya
sampai hilang ditelan sebuah tikungan ke kanan.

Dua hari setelah kejadian itu, Ayah aqu meninggal dan aqu sibuk menyelasaikan segala urusan yg
berkaitan dgn Ayah aqu mulai dari rumah sakit, rumah duka, dikremasi sampai jadinya Akte
Kematian.

Setelah semuanya selesai dan aqu kembali pada kehidupanku yg cuma menghabiskan hari demi hari
aqu dgn jalan-jalan dgn kawan-kawan aqu ke sana ke mari. Sampai pada suatu hari di bulan
Desember 2009, aqu teringat kembali dgn perempuan yg aqu kenal di rumah sakit dan aqu cari kartu
namanya dan akhirnya ketemu. Akhirnya aqu hubungi Handphone-nya meskipun di kartu nama itu
ada nomor telepon rumah dan kantornya.

“Hallooo?!” terdengar jawaban seorang perempuan dari sana.
“Dgn Ineke-nya ada? ini Willi”, jawab aqu lengkap.
Sejenak terdiam dan terdengar, “Iya ini Ineke sendiri dan aqu ingat kalo kamu yg nolong aqu waktu
aqu di rumah sakit itu khan?” tanyanya yg terkesan menebak.
“Iya.. ini aqu Willi yg waktu itu”, jawab aqu.
“Eee.. gimana sekarang kamu, Will?” tanyanya.
“Lagi senggang nich”, jawab aqu.
“Kayaknya untuk sekarang ini aqu nggak bisa lama-lama ditelepon.. bagaimana kalau malam ini kita
ketemu, aqu mau traktir kamu makan malem, apa bisa?” sambungnya.
“Iya bisa. Aqu nggak ada acara”, jawabku singkat.
“Oke kalo gitu kita ketemu di restaurant Rasmus Romas deket Ratu Plaza aja jam 7 malam ini, Oke?
kamu tau khan?” jawabnya menjelaskan.
“Iya aqu tau, Oke dech sampe nanti”, jawabku.

Seperti janjiku dgn Ineke, aqu datang ke Restaurant Rasmus Romas dan aqu tiba 10 menit lebih awal.
Dan pilih tempat duduk yg kira-kira aqu bisa lihat kalau ada orang yg datang. Tepat jam 19.00, Ineke
datang, dan aqu sangat terpana dgn pakaiannya yg begitu seksi. Dia mengenakan pakaian terusan
warna merah dgn strip warna biru dgn model tali yg menggantung pada lehernya sesampai tampak
dgn jelas punggungnya dan berarti dia tak memakai BH dan rambutnya yg sepanjang bahu dia ikat
ke atas sedang rambut depannya dibuat poni rata dgn alis matanya tapi dgn tekukan ke atas.
Dadanya yg lumayan besar dan bulat seakan-akan mau keluar dari pakaian yg dia pakai. Wow, aqu
begitu terpana dgn apa yg aqu lihat, tapi aqu tak terlalu terpana karena aqu harus memberitahu
bahwa aqu ada.

Aqu mengangkat tangan mengisyaratkan siapa tahu dia melihat. Ternyata ada seorang waiter yg
melihat dan sepertinya dia tahu bahwa aqu memanggil Ineke, dan waiter itu pun mengatakan
sesuatu pada Ineke kemudian menunjuk pada arahku.

“Hi.. udah lama?” katanya membuka pembicaraan sembari duduk dan merapikan pakaian terusannya
sepanjang mata kaki.
“Belum”, jawabku singkat.
“Eee.. kamu udah pesen? kalo belum, kamu mau pesen apa?” tanya dia.
“Belum, aqu belum pesen apa-apa”,jawabku sembari membuka buku menu.

Setelah kita berdua memesan makanan, dan sembari menunggu makanan kami berbincang-bincang
sana-sini dan akhirnya dia menanyakan bahwa mengapa aqu ada di rumah sakit saat itu, dan aqu
jelaskan dan aqu katakan pula bahwa Ayah aqu sudah meninggal dan dia tampak terkejut dan minta
maaf kalau dia membuat aqu sedih.

Acara makan malam aqu bersama Ineke berlangsung lancar dan kita berdua mau pulang, dia
memaksa mengantar aqu pulang karena selain hemat biaya lagipula ternyata rumah Ineke searah
dgn aqu, dia tinggal di daerah Kelapa Gading dan aqu yg menyetir dgn ijin dia terlebih dahulu.

Dalem perjalanan, tanpa aqu tanya, dia mengatakan bahwa dia sudah cerai dgn suaminya sejak
anaknya berusia 6 bulan dgn alasan mantan suaminya itu punya simpanan. Saat dia menceritakan
itu, aqu tak tahu apa yg harus aqu lakukan karena rasanya kalau diterus-teruskan mungkin akan
membuat dia sedih dgn pengalaman pahitnya, sampai pada akhirnya mengatakan bahwa sebaiknya
tak perlu diteruskan karena mungkin akan membuat dia ingat dgn masa kemudiannya itu tapi dia
mengatakan bahwa dia ingin aqu tahu dgn siapa yg dia kenal (maksudnya dia sendiri). Dari ceritanya,
bisa aqu simpulkan bahwa dia perempuan karier yg lumayan bagus dgn kariernya.

Setelah dia selesai menceritakan semuanya, kita terdiam sejenak dan cuma tembang-tembang Ebiet
G Ade yg kita dengar. Tapi dgn tiba-tiba dan membuat aqu terkejut, Ineke mendekatkan kepalanya
dan menyandar diantara bahu dan ujung jok boil. Saat itu aqu tak tahu harus bagaimana, jadi aqu
diam saja. Tetapi yg menambah kurang konsentrasinya aqu dgn jalan adalah, setiap aqu mengganti
persneling, lengan aqu bersentuhan dgn dadanya yg lumayan besar dan ini tak mengubah cara dia
duduk, dia tetap dgn posisinya. Setiap kali bersentuhan aqu minta maaf padanya dan hati serta
kemaluanku tegang. Rasanya aqu teramat salah tingkah karena selain menggangu pikiran aqu, aqu
pun menikmati apa yg terjadi. Sampai pada akhirnya Ineke memecahkan kesepian pada saat itu dgn
mengatakan, “Will, kamu sudah pernah bercinta?” Wah, rasanya seperti disambar geledek dengar
pertanyaan Ineke. Setelah terdiam sebentar karena terkejut, aqu jawab pertanyaannya itu dgn jujur
bahwa aqu sudah pernah bercinta dan aqu jelaskan pula bahwa itu dgn pacar aqu. Kemudian dia bilang,
“Eee.. kayaknya kamu sekarang sudah terangsang ya dgn posisiku kayak gini ini?” sembari tangan
kirinya dgn cepat meraba daerah kemaluan aqu. Aqu benar-benar terhenyak dgn sikap Ineke dan
aqu biarkan tangan kirinya meraba-raba dgn halusnya kemaluan aqu dari celana panjang aqu karena
selain inilah yg yg inginkan, aqu pun lagi-lagi dalem posisi sulit.

Aqu tak tahu berapa lama dia meraba-raba kemaluan aqu sampai pada akhirnya dia membuka
reitsleting celana aqu dan makin berani sesampai sekarang dia meraba-rabanya di celana dalem aqu.
Sembari meraba-raba dia bilang (dgn nada nakal dan manja), “Will, punya kamu ini besar ya?! panjang
lagi.. dan kayaknya udah pengen maen nich.” Tetapi aqu tak memberi jawaban karena selain aqu tak
tahu harus menjawab apa, aqu merasa sedang terbang.

Dan aqu pun tak tahu pasti berapa lama dia meraba-raba kemaluan aqu dari atas celana dalem aqu.
Sampai pada akhirnya dgn tiba-tiba kepalanya seperti terjatuh ke daerah kemaluan aqu dan dia
menjilat-jilat celana dalem aqu dgn tangan kirinya yg tetap meraba-raba rambut kemaluan aqu yg
mungkin sebagian keluar dari celana dalem. Aqu yakin bahwa celana dalem aqu sudah basah dgn air
liurnya karena rasanya sudah agak lama dia jilati. Tak berapa lama setelah aqu berpikir seperti ini,
dia membuka celana dalem aqu dan langsung menelan semua kemaluan aqu. Wah, rasanya benar-
benar nikmat dan aqu benar-benar harus membagi dua pikiran aqu antara kenikmatan yg sedang
aqu rasakan juga jalanan.

Karena aqu pun terangsang dgn kuluman Ineke, dgn berani aqu memegang dadanya dan meremas-
remas kecil. Meskipun aqu tak melihat, tetapi aqu bisa membaygkan bagaimana rasanya apabila
aqu menghisapnya. Wah, sulit dikatakan. Sampai pada saatnya, aqu mengatakan pada Ineke bahwa
aqu rasa aqu akan klimaks, tapi buru-buru dia menghentikan kulumannya dan mengambil posisi
duduk normal. Dan dia bilang bahwa dia pun sudah terangsang dan ingin berhubungan seks. Dia
mengajak aqu menginap di salah satu hotel. Sebelum mengiyakan ajakan Ineke, aqu katakan bahwa
aqu harus memberitahu sama orang rumah bahwa aqu tak pulang agar mereka tak perlu menunggu
aqu.

Setelah semuanya sudah beres, akhirnya boil yg kita tumpangi aqu arahkan ke daerah Sunter, karena
aqu tahu bahwa di situ ada hotel, meskipun aqu belum pernah menginap di situ. Akhirnya kami tiba
di hotel yg aqu maksud dan aqu beserta Ineke masuk dan mengurus urusan-urusan di Front Office di
hotel itu, dan setelah semua selesai dgn biaya yg ditanggung Ineke, kami pun diantar ke kamar yg
sudah dipilih dgn Bellboy.

Setelah mengecek sana-sini dalem kamar, akhirnya Bellboy meminta ijin untuk keluar setelah
menghidupkan TV dgn Channel MTV. Dan setelah terdengar suara pintu kamar kami ditutup oleh
Bellboy, aqu dan Ineke dgn cepat saling berpelukan dan berciuman sembari berdiri karena sama-sama
sudah tak bisa menahan gairah seks masing-masing.

Ineke memang kelihatan sudah terangsang berat dan pandai berciuman karena aqu bisa
merasakan permainan lidahnya yg sangat Hot. Sembari bermain lidah, tangan Ineke dan tangan aqu
saling meraba-raba bagian terlarang satu sama lain. Tangan kiri aqu tetap memegang bagian
belakang kepala Ineke sedang tangan kanan aqu mengelus-elus bagian punggung Ineke yg terbuka
dan mulus putih tanpa cacat, sesekali meraba ke bagian tekukan bawah buah dadanya. Sesekali
tercium olehku aroma parfum yg dia gunakan. Sedangkan tangan kiri Ineke menelusup ke bagian
belakang celana aqu sedang tangan kanannya merabanya dari depan mulai dari kemaluan aqu
sampai ke daerah pusar.

Lama-kelamaan, tangan aqu membuka sebagian pakaian bagian dadanya sesampai aqu bisa
memegang dgn jelas bentuk buah dadanya. Aqu rasakan bahwa besar buah dada Ineke terasa
mantap dgn posisi jemari aqu seperti mau mengambil buah dadanya itu. Aqu usap, elus dan mainkan
puting susunya yg terasa makin lama makin agak keras. Dgn tetap sembari berciuman, memainkan
lidah dan saling menggigit bibir bawah atau atas satu sama lainnya. Sedangkan tangan Ineke sedang
berusaha membuka celana aqu dgn membuka reitsleting celana dan berusaha membuka ikat
pinggang aqu.

Setelah celana aqu bisa dibuka oleh Ineke, dgn sigap dia mengambil kemaluanku yg sudah tegang
dari balik celana dalemku kemudian memaju-mundurkan tangannya sembari tetap menggenggam
kemaluanku. Sembari meraba-raba dan tetap memainkan puting susunya, tangan aqu yg lain
berusaha untuk membuka kancing yg terletak di leher belakang Ineke. Dan akhirnya aqu bisa
membuka kancing itu meskipun sedikit sulit karena cuma dgn satu tangan. Begitu pakaian
terusannya bisa aqu buka, dgn otomatis pakaian terusan itu turun ke lantai sesampai buah dada
Ineke sekarang sudah tak tertutupi sesuatu apa pun.

Dgn turunnya pakaian terusannya ke lantai, aqu hentikan ciuman bibir dgn Ineke dan aqu langsung
mencium bagian dada kiri dan kanan Ineke yg begitu ranum dan kencang seakan-akan masih dalem
pertumbuhan. Dalem setiap hisapanku atau permainan lidahku pada puting susunya, Ineke
mendesah kenikmatan, “Uuuh.. aaghh.. enakk..” dgn sesekali menambahkannya dgn nama aqu dan
disertai denga nafas yg memburu. Sedangkan tangannya dgn bergantian tetap memegang kemaluan
aqu dan mengocoknya.

Setelah aqu agak puas dgn buah dadanya, jilatan, hisapan dan kecupan kecil aqu mengarah ke
bawah dan makin ke bawah dgn tetap diiringi desahan Ineke yg aqu rasa sudah terangsang karena
kenikmatan. Tetapi tangan aqu tetap meraba serta mengelus-elus buah dadanya. Sampai pada
akhirnya tangan Ineke melepaskan kemaluan aqu karena posisi kami yg tak memungkinkan.

Jilatan dan kecupan kecil pada bagian bawah dada Ineke makin liar dgn makin tak bisa mengontrol
diri aqu sendiri dgn gairah seks yg meluap-luap dan dgn sesekali aqu membuka mata aqu dan
melihat bagian badan Ineke yg putih bersih serta mulus dan lembut. Aqu pun bisa merasakan detak
jantungnya yg makin kencang.

Sembari tetap menjilati dan memberi kecupan kecil, tangan aqu dua-duanya meraba-raba bagian
kemaluannya yg masih tertutup oleh celana dalem yg dia gunakan. Setelah aqu meraba-raba dgn
halus semua daerah kemaluannya serta bagian bokong Ineke, baru aqu ketahui bahwa dia
mengenakan celana dalem dgn model tali yg mana lekukan pada daerah lubang analnya berupa tali
dan melingkari pinggangnya pun berupa tali yg diikat pada bagian pinggang kiri. Dan ini menambah
gairah seks aqu yg membludak.

Setelah dgn mudah bisa aqu buka celana dalemnya, jilatan juga kecupan kecil, aqu lanjutkan pada
daerah kemaluannya sampai aqu bisa merasakan bahwa aqu sedang berada di beberapa centimeter
di atas liang keperempuanannya. Daerah yg ditumbuhi oleh rambut-rambut yg tak terlalu
lebat dan terkesan dirawat rapi. Dan aqu tetap menikmati dgn makin mendesahnya Ineke dgn apa yg
aqu lakukan pada badannya.

Tangan aqu pun mulai memainkan kemaluannya yg basah, aqu meraba kemaluannya dgn jari
telunjuk atau jari tengah aqu dgn sesekali aqu masukkan ke dalem kemaluan Ineke. Sedang jempol
aqu, aqu naik turunkan di daerah antara kemaluannya dgn rambut kemaluannya.

Aqu makin menikmati semua ini dgn menyentuh ujung lidah aqu pada kemaluannya bagian atas.

Tercium pula bau khas dari kemaluan Ineke. “Ughhh, Will.. sayaang.. kamu pintar sekali, sayg..”
rintih Ineke ketika aqu menghisap-hisap klitorisnya dan sesekali menjilatnya. “Teruuus.. terus.. sayg..
agh.. ahhhh..” rintihnya sembari memegang kepala aqu dgn kedua tangannya dan seakan-akan
menekan wajah aqu ke dalem kemaluannya. Waktu itu, aqu agak sulit bernafas dgn posisi seperti ini,
tetapi aqu tetap menjilati dan memainkan klitorisnya.

Agak lama aqu memainkan klitorisnya dan sesekali memasukkan satu atau dua jari aqu ke dalem
kemaluan Ineke. Mulanya yg sudah basah, sekarang sampai kering dan sekarang agak lembab dgn
bercampurnya air liur aqu. Mungkin karena aqu yg terlalu menikmati yg sedang aqu lakukan atau
mungkin karena dia sudah terangsang, dgn tiba-tiba dari dalem kemaluan Ineke menyembur cairan
hangat yg belum pernah aqu temui sebelumnya. Dgn menyemburnya cairan itu dari dalem kemaluan
Ineke, makin didorongnya kepala aqu ke arah kemaluan Ineke dan kali itu aqu merasa sulit sekali
bernafas tetapi kejadian itu tak berlangsung lama karena setelah itu, Ineke melepaskan kepala aqu
sesampai aqu bisa bernafas kembali. Tetapi aqu tetap menjilati dan menghisapnya yg terasa agak
lengket dan sedikit bau amis.

Tak berapa lama setelah cairan itu menyembur, Ineke mengangkat kepala aqu, yg maksudnya agar
aqu berdiri. Aqu pun berdiri dan wajah aqu dekat dgn wajahnya. Dan Ineke menciumi bibir aqu dgn
masih adanya sisa cairan yg menempel di bibir dan lidah aqu. Ganas sekali dia menciumi aqu yg
diiringi dgn permainan lidah dan terengah-engah nafasnya.

Setelah puas berciuman, Ineke menghentikannya dan mengatakan, “Will, sekarang gantian.. aqu yg
mau menikmati badan kamu.” Sebelum aba-aba atau jawaban dari aqu, Ineke langsung membuka
kaos aqu dari bawah dan menelusupkan satu tangannya ke atas ke bagian dada aqu. Sembari
mengelus-elus dada aqu, dia bilang bahwa dada aqu lapang, tak seperti suaminya yg seolah-olah
mempunyai buah dada. Ineke pun mengatakan bahwa perut aqu tak gendut, seperti peminum
minuman keras.

Setelah aqu membuka kaos aqu sendiri, dgn segera Ineke memulai kecupan kecil di daerah dada aqu
dan sesekali menjilatinya, sedangkan tangannya menuju pada kemaluan aqu dan seperti semula, dia
memaju-mundurkan kemaluan aqu. “Aaah.. aaah.. enak, Luc”, desahku kenikmatan karena selain
dijilati atau dikecup, kemaluanku pun dikocok-kocok dgn pelan-pelan tetapi pasti. Seperti halnya yg
aqu lakukan pada badan Ineke, Ineke pun menjilati, mengecup dan menghisap semua bagian depan
badanku dan makin lama makin ke bawah sampai akhirnya pada kemaluanku.

Pada saat di kemaluanku, Ineke langsung mengulumnya seakan-akan mau menelan semua
kemaluanku yg kira-kira panjangnya 16-18 centimeter. “Aaagghh.. aah.. eeenak, Luc!” desahku agak
keras tak bisa menahan rasa nikmat yg aqu rasakan begitu Ineke memainkan lidahnya di bagian
lubang kemaluanku. Tak bisa aqu ungkapkan kenikmatannya dan aqu benar-benar menikmati apa yg
aqu rasakan.

Lama sekali Ineke menghisap, menjilat, mengulum dan memainkan kemaluan aqu, dia pun menjilati
lubang anal aqu. Sampai pada akhirnya terlintas dalem pikiran aqu untuk menyelesaikan pemanasan
ini dan memulai berhubungan seks.

Seperti halnya yg Ineke lakukan pada aqu dgn mengangkat kepala aqu dari kemaluannya, begitu pula
yg aqu lakukan untuk menghentikan kulumannya pada kemaluan aqu. Aqu angkat kepalanya dan
aqu dekatkan wajahnya kepada aqu kemudian menciumnya dgn kecupan-kecupan sesekali
menciumnya dgn sedikit memainkan lidah.

Aqu pun menuntun Ineke untuk tiduran di kasur dgn posisi telentang. Setelah aqu beri ciuman dan
sedikit kecupan kecil pada bibirnya, aqu memegang kemaluan aqu dan mengarahkan pada liang
senggamanya. Kedua kakinya yg telah dibuka olehnya membuat aqu lebih mudah untuk
memasukkan kemaluan aqu. Sembari memasukkan kemaluan aqu, aqu lihat raut wajah Ineke. Dia
tampak mengejamkan kedua matanya sembari mendesah, “Ooohh.. eeemhhh..” kemudian menahan
nafas sejenak, sedangkan kedua tangannya memegang kedua bokong aqu kemudian
mencekeramnya agak keras.

Sembari mengeluarmasukkan kemaluan aqu ke kemaluan Ineke, aqu menekuk kedua kakinya dgn
kedua tangan aqu sesampai telapak kaki dan tulang keringnya terangkat. “Uuughh.. esshhh.. aaahh..
eenak.. sayg..” desah Ineke sembari memejamkan matanya. Aqu pun mendesah kenikmatan dgn
keluar masuknya kemaluan aqu di dalem kemaluan Ineke. “Aaahh.. eeessh.. Luss.. eenak..”

Kira-kira kami melakukan posisi itu selama 5 menit, kemudian aqu angkat kedua kakinya sesampai
menghimpit kepalaku dan tetap mengeluarmasukkan kemaluanku. Dan aqu tak tahu berapa lama
aqu dan Ineke melakukan posisi ini sampai akhirnya Ineke menarik aqu untuk mendekatkan kepala
aqu dgn kepalanya, kemudian dia mendekap punggung aqu dgn erat bahkan aqu merasa sangat
keras. Dan mendesah panjang, “Eeenghhh… eeesshhh.. eeenakk..”

Kemudian Ineke menghentikan sebentar dan mengeluarkan kemaluan aqu dari kemaluannya. Ia
kemudian menungging dan aqu tahu maksudnya dan tanpa disuruh olehnya, aqu mengarahkan
kemaluan aqu untuk kembali menghujam kemaluan Ineke. Sembari memegang kedua belah
bokongnya bagian atas, aqu tetap mengeluarmasukkan kemaluan aqu dan sesekali aqu melihat
reaksi Ineke yg mengangkat sedikit kepalanya ke atas dan sesekali mengibaskan rambutnya sembari
mendesah-desah kenikmatan, “Aaaghh… eeesshh.. terus sayg..”

Rasanya lama sekali melakukan hubungan seks, sampai aqu merasa sedikit kelelahan begitu juga
Ineke, sampai aqu putuskan untuk mempercepat gerakanku. Makin kupercepat kemaluanku di
dalem kemaluan Ineke. Dgn makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dgn jelas suara gesekan
antara kemaluan aqu dgn kemaluannya yg telah diulasi oleh cairan dari kemaluan Ineke. Aqu pun
sesekali memegang buah dadanya dgn kadang meremasnya karena aqu rasa buah dadanya akan
naik turun dan menggantung karena posisinya.

“Aaakhh.. enakk!” desah Ineke sedikit teriak.
“Luc.. aqu mau keluar nich.. eeesshh..” desahku pada Ineke.
“Keluarin di dalem aja, Will.. eesshh..” jawabnya sembari mendesah.

Sampai akhirnya aqu merasa bahwa aqu akan mencapai puncak, aqu agak menunduk mengikuti
posisi Ineke yg menungging dan aqu pegang kedua buah dadanya sembari sedikit meremas
keduanya. “Uuugghh.. aaaggh.. eeenak Luss” teriakku agak keras dgn bersamaannya air mani aqu yg
keluar dan menyembur di dalem kemaluan Ineke.

Setelah aqu berdiam sejenak setelah ejakulasi, aqu keluarkan kemaluan aqu dan aqu tuntun badan
Ineke untuk membalik sesampai kami bisa berpelukan. Sembari saling memeluk, Ineke mengatakan
bahwa aqu hebat dan dgn ijin aqu, dia ingin menceritakan ini pada kawannya. Waktu itu, aqu
katakan bahwa tak ada masalah andai dia ingin menceritakan ini pada kawannya karena (waktu itu)
aqu pikir, Ineke tak akan mengenalkan kawannya itu pada aqu.

Kami pun hening sejenak sembari tetap saling berpelukan dan badan masih dalem keadaan telanjang
bulat dan aqu pun masih bisa mencium bau parfum yg Ineke gunakan. Dalem keheningan itu,
terdengar dgn samar-samar lagu When You Said Nothing At All yg dibawakan oleh Ronan Keating
dari pesawat TV yg ada. Kami pun secara bersamaan tersentak dan ingin melihat. Kemudian kami
saling meregangkan pelukan kami, dan Ineke mengambil remote Tv yg berada di atas meja dekatnya
kemudian menambah volume suaranya. Seks stw lainya bisa anda baca di beritaseks.com Setelah itu,
Ineke mengajak aqu untuk berpelukan lagi, saling mendekap lagi sembari menikmati lagu Ronan
Keating tersebut.

Aqu lihat jam tangan, jam menunjukan pukul 12.45 dini hari. Dan kami pun tertidur sampai kita
berdua bangun bersama-sama sekitar jam 07.00 pagi, karena ada seberkas sinar matahari.

Setelah mandi, akhirnya kita sepakat untuk keluar dari hotel tersebut dan Ineke mengantarkan aqu
pulang sampai di depan rumah, setelah itu dia akan kembali ke rumahnya cuma untuk mengganti
pakaian dan diteruskan ke kantor.

Di dekat rumah, Ineke mengatakan bahwa dia sangat puas dan ingin mengulang kembali apa yg
terjadi tadi malam dan dia mengeluarkan sejumlah uang yg aqu kira cukup banyak buat aqu. Katanya
saat itu, “Will.. ini buat kamu.. siapa tau bisa bantu-bantu kamu kalau kamu pengen beli sesuatu..”
tetapi belum selesai penjelasannya, aqu jawab bahwa aqu tak mau menerima uang sesen pun dari
dia karena apa-apa yg aqu lakukan adalah karena atas dasar suka sama suka dan aqu pun
mengatakan bahwa aqu akan merasa sangat terhina kalau dia tetap memaksa aqu untuk menerima
uang itu.

Akhirnya dia mengalah dan kita terdiam sejenak dan dia mengambil handphone-nya dan
mengatakan bahwa itu adalah pemberian dari dia bukan balasan atas yg aqu lakukan, dia pun
menjelaskan agar dia bisa menghubungi aqu. Setelah aqu pikir-pikir sembari dia tetap berharap agar
aqu menerima itu, akhirnya aqu mau juga karena aqu pikir handphone ini tak akan selamanya, aqu
bisa mengembalikannya suatu saat nanti.

Setelah tiba di rumah, aqu pun memohon diri dan sempat memegang tangannya bahwa apa yg dia
rasakan antara aqu dan dia, mungkin yg aqu rasakan pada saat itu.

Hari itu Ineke menelepon aqu dua kali lewat handphone-nya, yg pertama mengatakan bahwa dia
sudah tiba di rumah dan yg kedua adalah dia sudah berada di kantor.

Sejak itu, Ineke tak pernah menghubungi aqu lagi. Tadinya aqu pikir bahwa dia sibuk, dan aqu pun
sadar dgn posisi aqu. Sampai akhirnya aqu dihubungi seorang perempuan lewat handphone
pemberian Ineke. Perempuan itu mengatakan bahwa Ineke pernah cerita semuanya tentang
hubungan aqu dgn Ineke mulai dari mula sampai akhir, dan perempuan ini mengatakan bahwa dia
ingin mengatakan sesuatu pada aqu dan ingin ketemu dgn aqu.

Sampai pada akhirnya aqu setuju untuk bertemu tanggal 8 Desember di suatu Mall. Dalem
pertemuan tersebut, perempuan itu yg seumur dgn Ineke yg mengaku sebagai kawannya dan
mengaku bernama Julliet ini mengatakan bahwa ada pesan dari Ineke untuk mengatakan yg
sebenarnya pada aqu bahwa Ineke telah bersuami dan sudah 1.5 tahun belum dikarunia anak dan
dikatakan bahwa suaminyalah yg tak mampu berproduksi karena Ineke secara diam-diam sudah
memeriksakan dirinya tanpa sepengatahuan suaminya, dan pesan Ineke yg terakhir adalah dia
menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya untuk aqu karena Ineke tak ingin bertemu dgn
aqu lagi. Julliet ini pun mengatakan bahwa ia ingin melakukan hal yg sama seperti Ineke tetapi bukan
dgn tujuan untuk memiliki anak karena ia mengatakan bahwa ia dan suaminya tanpa masalah dalem
memproduksi anak, yg jadi masalah adalah suaminya yg setelah selesai hubungan seks, ia sering
langsung meninggalkan Julliet tidur. “Jadi, andai Ineke hamil, ada kemungkinan bahwa itu adalah
benih aqu”, pikirku.

The post Gelora Birahi Sang Wanita Karir appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Memek Sempit Pembantu

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Memek Sempit Pembantu – Aku tinggal disatu komplex perumahan, gak mewah sih, biasa2 aja. Tetanggaku seorang janda, usia 50 tahunan lah. Dia tinggal sendiri dengan seorang pembantu dan seorang supir yang mengantarkan si ibu kalo akan beraktivitas. Si ibu itu orangnya tinggi besar dan gemuk, mungkin beratnya 90 kiloan lah. Aku sih gak tertarik sama si ibu tapi sama pembantunya, Nyi Imas. Imas, dari namanya orang akan tau bahwa dia orang sunda, tepatnya orang banten, sejak banten berdiri sebagai satu propinsi yang terpisah dari jabar.

 

 

cerita-sex-memek-sempit-pembantu-300x225

Cerita Sex: Memek Sempit Pembantu

 

Cerita Sex | Walaupun pembantu, Imas kelihatan seperti layaknya abg gedongan kalo dia pergi dengan si ibu. Pakaiannya selalu modis walaupun tidak bermerk, jins dan kaus ketat seperti yang umumnya jadi seragam wajib para abg kalo mo mejeng. Layaknya perempuan sunda, Imas kulitnya putih bersi, wajahnya manislah, sayangnya agak chubby.

Sebenarnya aku tidak terlalu senang dengan cewek-cewek chubby, tapi karena tiap hari ketemu, lama-lama jadi tertarik juga seperti kata pepatah jawa yen trisno jalaran soko gak ono liane (ha..ha, sudah dimodifikasi rupayanya pepatah jawa ini) yang artinya kira-kira dengan terjemahan bebas karena sering ketemu lama-lama jadi suka. Aku sering juga ngobrol sebentar dengan Imas kalo pas papasan didepan rumah.

Pada suatu hari aku sedang membersihkan mobilku. Imas sedang bersih-bersih halaman, sopirnya sudah mudik mo lebaran dikampungnya yang juga didaerah banten, satu kampung dengan Imas.

“Kamu gak pulang Mas”, aku membuka pembicaraan sembari mengelap mobilku.

Tembok pembatas antara rumahku dan rumahnya gak tinggi sehingga kita masih bisa saling liat.

“Enggak om”. Memang dia biasanya memanggil aku om kalo ketemu.
“Napa”, tanyaku.
“Ibu mau liburan ke bali sama sodara-sodaranya, jadi Imas gak dikasi pulang. Disuru nungguin rumah”.
“Gak takut kamu sendirian di rumah. Kalo lebaran kan biasanya komplex kita ini sepi banget”.
“Takut sih om, om ndiri gak liburan”.
“Aku mah dirumah saja, nemenin kamu deh biar gak takut”, godaku sambil tersenyum.
“Om sih tinggal sendiri, gak punya istri ya om atau…. dah cere”.
“Aku dah cere Mas, istriku tinggal di Cirebon sama ortunya. Kami memang belon punya anak”.
“Maaas”, terdengar panggilan dari dalem rumahnya, rupanya si ibu manggil.
“Bentar ya Om’, kata Imas sambil meninggalkan aku, masuk kerumahnya.

Tak lama kemudian Imas keluar lagi, nemenin aku ngobrol.

“Napa mas”, tanyaku.
“Ibu nyuruh Imas cari taksi, dia dah mo brangkat ke rumah sodaranya. Rencananya besok mereka berangkat ke bali. Imas tinggal dulu ya om”. Imas keluar rumah, jalan mencari taksi keluar komplex.

Aku memandangi Imas dari beralakng. Pantatnya yang besar bergerak sensual sekali mengikuti ayunan langkahnya. Imas sehari-hari selalu mengenakan celana gombrang 3/4 dan kaos yang longgar. Walaupun celananya gombrang, pantatnya yang bahenol itu menarik untuk diperhatikan. Mendadak Imas nengok kearahku dan dia tersenyum. Aku jadi tersipu2 karena ketahuan lagi

memandangi dia dari belakang, terpesona melihat geolan pantatnya. Aku dah selesai membersihkan mobilku, aku memang tinggal sendiri, pembantuku yang part time (hanya datang untuk membersihkan rumah, nyuci dan setrika saja, sudah lama mudik duluan. Tak lama terdengar ibu sedang bicara dengan Imas, aku hanya melongok dari jendela, kulihat Imas sedang memasukkan koper si ibu ke bagasi taksi dan tak lama kemudian taksi melaju meninggalkan Imas sendiri. Segera aku keluar rumah.

“Dah berangkatya Mas”.
“Dah om. Tadi om ngeliatin Imas aja, napa sih”. Berani juga Imas mengajak aku membicarakan kelakuanku.
“Abis pantat kamu bahenol banget Mas, godaku.
“Ih si om mulai genit deh, mentang-mentang ibu dah berangkat. Kalo ada ibu om gak brani yaa”, dia bales menggangguku.
“Imas mo ditemeni gak?” aku to the point aja nawarin.
“Iya om, sebenarnya Imas takut sendirian kalo malem”.
“Ya udah, nanti malem Imas tidur dirumahku aja, ada kamar kosong kok. Atau mo sekamar sama aku?” godaku lebih lanjut.
“Ih si om makin genit aja”, kulihat Imas tersipu-sipu mendengar gurauanku yang makin menjurus.
“Kalo mau, aku gak mtersinggung lo”.
“Tersinggung apanya om”.
“Tersinggung itunya”.
“Ya udah, ntar abis magrib deh ya om, Imas mo beberes dulu”. Aku bersorak dalam hati ketika Imas mengiyakan tawaranku.

Aku dah lama memendam napsuku melihat bodi Imas. Biar chubby Imas merangsang juga. Toketnya lumayan gede, bulu tangan dan kakinya panjang2, lagian diatas bibir mungilnya ada kumis yang sangat tipis. Pastilah jembutnya lebat dan napsunya gede.

Sorenya, bakda magrib, terdengar Imas memanggil2,

“Om, om”. Aku segera keluar rumah. Kulihat sepi sekali sekitar rumah kami.

Imas tampak cerah dengan “seragam rumahnya”. Rambutnya yang sebahu cuma diikat dengan karet saja. Satpam komplex belum beredar.

“Dah dikunciin semuanya Mas, lampu luar dinyalain. Lampu dalem nyalain juga satu yang watnya kecil, biar gak disangka rumah kosong. Gas buat kompor dan water heater dah dimatiin?”
“Dah kok om, Imas ke tempat om sekarang ya”.
“La iyalah,masak mo besok ketempat akunya”. Imas segera menggembok pager rumahnya dan masuk ke rumahku.
“Om, punya makanan mentah gak, kalo ada Imas masakin”, katanya sambil ngeloyor ke dapur.

Karena rumah dikomplexku dibangunnya seragam, maka pembagian ruangnya sama, gak heran Imas tau dimana letak dapur. Aku mengeluarkan sayuran dan daging dari lemari es, dan memberikan ke Imas. Segera Imas sibuk menyiapkan masakan buat aku. Aku segera mandi dan ketika sudah selesai mandi makanan dah tersedia di meja makan. Nasi sisa tadi siang pun sudah diangetin.

“Yuk Mas, kita makan bareng”, ajakku.
“Enggak ah, masak Imas makan semeja bareng om”.
“Ya gak apa kan, kamu kan bukan pembantuku, malem ini kamu tamuku. Dah bagus tamu ngebantuin nyiapin makan malem”, aku menarik tangannya dan mendudukkan dikursi disebelah kursiku.

Karena Imas hanya menyediakan 1 piring dan sendok garpu serta segelas air minum, aku segera ke dapur untuk mengambil peralatan makan buat Imas.

“Gak usah om, biar Imas ambil sendiri”, Imas bergerak bangun dari kursinya.
“Gak apa, gantian. Kamu dah masakin buat kau, aku cuma ngambilin peralatan makan aja kok buat kamu”. Suasana segera menjadi cair, kamu ngobrol ngalor ngidul sembari makan.

Imas menceritakan latar belakangnya. Dia sebenarnya janda, masih muda sekali dia dikawinkan dengan seorang kakek-kakek didesanya, baru umur 15, sekarang Imas umur 19. Alesannya klasik. Bapaknya Imas utang ama si kakek dan gak bisa ngelunasin, maka Imas di”gade”in sebagai pelunas utang bapaknya, kayak crita sinetron aja yach. Perkawinan cuma tahan setahun, terus Imas dicerein, karena gak ada kerjaan di kampung Imas merantau ke Jakarta dan mencari kerja sebagai prt, dan tentunya ktemu aku (ha ha).

“Trus suami kamu keenakan dong mrawanin abg bahenol kaya kamu”.
“Ah Imas mah cuma menunaikan tugas sebagai istri aja. Cepet banget om, baru masuk, goyang sbentar dah keluar.

Imas mah gak pernah tuh ngerasain nikmat seperti yang orang-orang suka bilang kalo kawin itu nikmat”

“Kasian deh kamu, kalo aku yang ngasih nikmat mau gak”, omonganku makin menjurus saja.
“Om makin lama makin genit ih, ntar Imas balik ke rumah lo kalo digenitin terus”, katanya sambil senyum manja.
“Oh gak mau cuma digenitin toh, abisnya Imas maunya diapain”.
“Gak tau ah”, katanya sambil cemberut tapi tersenyum (Hayo, gimana tuh ekspresi orang yang cemberut campur tersenyum, bingung kan. Ines aja bingung kok).
“Kamu setahun kawin kok gak hamil Mas, dicegah ya”.
“Iya om, suami Imas gak mo punya anak lagi. Anaknya dari istrinya yang laen dah banyak katanya”.
“Terus kamu gak pernah kepingin ngerasain nikmatnya Mas”.
“Kepingin sih om, tapi kan gak ada lawannya”.
“Sekarang ada kan”.
“Siapa om”.
“Aku”.
“Ih si om, Imas mo pulang aja ah”, kembali dia cemberut, tapi aku tau kalo dia sebenarnya senang dengan gangguanku karena dia tetap saja tidak beranjak dari kursinya.

Makan malam selesai. Berdua kami membereskan meja makan, Imas nyuci prabotan makan, sementara aku menyiapkan film bokep untuk memancing Imas ke arah yang lebih asik. Pintu rumah dah kututup, gorden jendela dah kuturunkan juga. Suasana di ruang

tamu kubuat temaram dengan hanya menghidupkan lampu kecil saja. Suasanya berubah jadi rada romantis. Aku duduk di sofa, Imas menghampiri aku dan duduk diubin.

“Jangan diubin atuh Mas, sini duduk disebelah aku. Inget kamu bukan pembantu aku lo”. Imas segera duduk disebelahku, walaupun berjauhan.
“Kok lampunya digelapin sih om”.
“Kan kita mo nonton film, kamu pernah nonton bioskop gak”.
“Pernah sih om, waktu abis kawin Imas diajak suami nonton bioskop”.
“Di kampung kamu ada bioskop juga”.
“Iya om bioskop murahan”.
“Kalo mo maen filmnya lampu di bioskop digelapin kan”.
“Iya om, emangnya kita mo nonton film apaan sih, seru gak om filmnya”.
“Ya pasti serulah, mungkin kamu belum pernah nonton film seperti yang mo aku putar”.
“Film apaan sih om”, Imas sepertinya jadi penasaran.
“Dah nonton aja”, aku memutar filmnya. Gak seperti lazimnya film bokep, film yang kuputar ada critanya.

Jadi pendahuluannya dipertunjukkan sepasang manusia beda warna kulit, yang ceweknya orang Asia, sepertinya orang thai, dan cowoknya negro. Adegan awal enceritakan bagaimana mereka ketemu, jalan bersama dan akhirnya pacaran. Settingnya berubah ke rumah si negro, mereka ciuman di sofa sambil mulai saling meraba dan meremas.

“Ih kok gak malu ya om, gituan ditunjukkan ke orang2″. Kulihat Imas menatap seru ke layar tv, dia mulai hanyut dengan adegan saling cium dan remas.

Ceweknya dah tinggal pake bra dan cd, begitu juga cowoknya. kon tol si negro yang dah ngaceng nongol dibagian atas cdnya.

“Ih, gede banget yak. Punya suami Imas gak sege itu”. Imas terus menatap kelayar tv sehingga dia gak sadar kalo aku pelan2 menggeser dudukku merapat kerahnya.

Satu tanganku kulingkarkan ke bahunya, walaupun masih diatas pinggiran sofa. Waktu cowoknya mulai memasukkan kon tolku ke no nok si cewek, mulailah terdengar serenade wajib film bokep, ah dan uh. Imas kelihatannya makin larut dalam adegan yang diliatnya.

“Pernah nonton film ginian Mas”.
“Belum pernah om”. Aku mulai aksiku. Tanganku meraba2 tengkuknya.
“Om geli ah”, Imas merinding. Aku meneruskan aksiku. Dudukku makin merapat, Imas kupeluk dan kucium pipinya.
“Om, ah”, tapi matanya tetep aja lekat ke tv melahap adegan doggie sambil ah uh. Aku mengelus2 pundaknya dengan tangan satunya, pipinya.

kusentuh dan kucium lagi. Sekarang Imas diam saja. Jariku makin kebawah saja, mengelus pipi, terus ke leher. Imas menggeliat kegelian tapi tetep diam saja. Sepertinya dia sudah hanyut karena ngeliat tontonan syur itu. Pelan2 kusentuh toketnya, terasa besar dan kenyal. Karena Imas diam saja, aku makin berani, kuremas pelan toketnya sambil kembali mencium telinganya. Imas mendesah pelan tapi membiarkan elusan di toketnya berubah menjadi remasan. “Ooom”, lenguhnya lagi menikmati remasanku di toketnya.

Aku mematikan film dengan remote, segera Imas kurengkuh dalam pelukanku dan kucium bibirnya.

Dengan penuh napsu kuremas2 toket Imas. Imas menggeliat2 saja, sepertinya napsunya makin berkobar.

Remasanku di toketnya berpindah2 dari satu toket ke toket yang lain.

“Mas, aku buka ya kaos kamu biar bisa ngeremes langsung. Rasanya beda deh Mas kalo diremes langsung. Suami kamu juga kaya gini”.
“Enggak om, suami Imas dulu mah langsung masuk aja gak pake pendahuluan… eegh”. Kaosnya langsung kubuka keatas.

Imas menaikkan tangannya keatas sehingga mempermudah aku melepas kaosnya. Toketnya yang besar kenceng sepertinga gak tertampung di branya. Kembali aku mencium bibirnya, sembari tanganku meraba kepunggungnya untuk melepas kaitan branya, dan berhasil. Bra segera kusingkirkan dari tempatnya. Toket Inas yang bundar dan kencang dihiasi pentil yang kecil kecoklatan. Aku segera melanjutkan ciumanku dibibir mungil Imas, lidah kujulurkan masuk ke mulut Imas.

Rupanya dia mengerti mesti ngapain dengan lidahku. Dia menghisap2 lidahku dan menyentuhkan lidahnya. Lidah kami pun saling bebelit, sementara pentilnya kuplintir2 pelan sehingga pelan2 mengeras. Imas melenguh terus, ketika aku mulai menggosok selangkangannya dari luar celana gombrangnya. “Ooom”, lenguhnya. Selangkangannya terus kogosok lembut sambil tangan satunya memlintir2 pentilnya, kadang meremes2 toketnya. Imas dah pasrah saja dengan apa yang aku lakukan terhadap tubuh bahenolnya.

“Mas, aku lepasin ya celana kamu”, gak nunggu persetujuannya, aku membuka retsleting celana Imas dan memlorotkannya.

Imas mengangkat pantatnya untuk mempermudah aku melepas celana gombrangnya. Tinggallah Imas pake cd yang tipis. Benar dugaanku, jembutnya lebat sekali, sampe beberapa helai nongol pada lingkar pahanya. Kuelus2 terus belahan no noknya daru luar cdnya. Cd nya dah basah, rupanya Imas dah sangat bernapsu jadinya.

“Mas, jembut kamu lebat skale, pasti napsu kamu besar yach”. Imas hanya menggeliat2 saja, dan melenguh2 keenakan menikmati aktivitas tanganku pada dada dan selangkangannya.
“Mas, kamu dah napsu ya, cd kamu dah basah begini. Aku lepas ya”. Aku segera menarik cdnya ke bawah. Sekali lagi Imas mengangkat pantatnya sehingg meluncurlah cdnya meninggalkan tubuhnya.

Sekarang Imas sudah bertelanjang bulat didepanku. Tubuhnya yang putih dengan toket besar dan masih kencang sekali, pentil kecil yang dah mengeras dan sekumpulan jembut lebat berbentuk segitiga yang puncaknya mengarah ke no noknya.

“Mas, terusin dikamarku yuk”, aku menggandeng tangannya dan menariknya ke kamarku.

Imas kubaringkan di ranjang dan segera aku melepaskan semua yang melekat dibadanku.

“Om, gede banget kon tolnya, kaya yang di film tadi”. Imas membelalak melihat kon tolku yang sudah ngaceng dengan kerasnya.

Memang kon tolku ukurannya extra large buat standard Indonesia, tapi itu yang membuat perempuan yang pernah aku en tot terkapar lemes dan nikmat. Kami berdua telah bertelanjang bulat. Aku segera berbaring disebelah Imas. Pentilnya kupilin membuat Imas mengerang kenikmatan. Kemudian paha Imas kukangkangkan, jembutnya yang lebat menutupi daerah no noknya. Aku telungkup di selangkangannya dan mulai menjilati no noknya. Imas makin mengerang2. Serangan kulakukan bergantian disemua titik sensitif di tubuh Imas. Bergantian dengan bibir bawahnya, aku juga melumat bibir atasnya sambil meremas2 toketnya yang juga mulai mengeras itu.

Kemudian aku kembali kebawah menjilati pahanya sambil kedua tanganku masing-masing bergerilya pada toket dan no nok Imas.

“Aduh om, nikmat banget. ahh!” kata Imas.

Jilatanku mulai merambat naik hingga akhirnya kulumat dan kuremas toket Imas secara bergantian, sementara tanganku masih saja mengobok-obok no noknya. Desahan Imas tertahan karena sedang berciuman denganku. Tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat. Puas menetek pada Imas, aku bersiap memasuki no nok Imas dengan kon tolku. Aku memposisikan diriku diantara kedua belah paha Imas dan memegang kon tolku kearah no noknya.

“Aagh”, erang Imas ketika aku mendorong kon tolku dengan bernafsu.
“Napa Mas, nikmat?” kataku sambil meremasi kedua toketnya yang sudah basah dan merah akibat kusedot2.
“Gede banget om, no nok Imas ampe sesek rasanya”.
“Tapi nikmat kan”.
“Nikmat banget om, Imas blon pernah ngerasain ngen tot senikmat ini”. Aku menyodokkan kon tolku dengan keras sehingga Imas pun tidak bisa menahan jeritannya.

Aku mulai menggarap Imas dengan genjotanku. Dengan terus menyodoki Imas, aku meraih toketnya yang kiri, mula-mula kubelai dengan lembut tapi lama-lama aku semakin keras mencengkramnya. Aku juga mencaplok toket yang satunya. Imas yang mengerti apa mauku, segera membusungkan dadanya ke depan sehingga toketnya pun makin membusung. Aku menjulurkan lidahku untuk menjilati pentilnya sehingga makin mengeras saja. Imas merasa geli bercampur nikmat. Dia mendesah tak karuan merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakannya.

Ciumanku merambat naik dari toketnya hingga hinggap di bibirnya, kami berciuman dengan penuh nafsu sampai ludah kami bercampur baur.

“Aahh.. oohh.. Imas mau pipis rasanya.. om!” erang Imas bersamaan dengan tubuhnya mengejang.

Melihat reaksi Imas, aku semakin memperdahsyat sodokanku dan semakin ganas meremas toketnya. Akhirnya Imas nyampe, tubuhnya mengejang hebat dan cairan no noknya berleleran dipahanya. Erangannya memenuhi kamar ini membuat aku semakin liar.

“Itu bukan pipis Mas, itu tandanya kamu mo nyampe, nikmat kan”.
“Banget om.. aaah”.
“Mas ganti posisi yuk, kamu sekarang nungging deh”, kataku sambil mencabut kon tolku dari no noknya.

kon tolku berlumuran cairan lendir Imas yang menyembur dahsyat ketika dia nyampe.

“Mo dimasukin ke pantat ya om, gak mau ah”.
“Ngapain dipantat Mas, no nok kamu peret banget, enak banget dien totnya’.
“Abis kon tol om gede banget sih, no nok Imas pan belum pernah kemasukan kon tol segede kon tol om, makanya kerasa peret banget”. Imas pun nungging dipinggir ranjang dan aku berdiri dibelakangnya.

Tubuhnya yang dalam posisi tengkurap kuangkat pada bagian pinggul sehingga lebih menungging. Aku membuka lebar bibir no noknya dan menyentuhkan kepala kon tolku disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke no noknya.

“Heghh..heghmm…”, lenguhnya saat kon tolku masuk.

Imas mendesis dan mulai menggelinjang. Kepala kon tolku perlahan-lahan mulai menguak bibir no noknya yang sangat basah. Aku menekan kon tolku sedikit demi sedikit. Imas mulai mendesah-desah. Tiba2 aku menyurukkan kon tolku ke dalam no noknya.

“Aaa..”, jeritnya keras. Matanya membelalak.

kon tolku menancap dalam sekali di no noknya. Kemudian aku mulai menggerak-gerakkan kon tolku keluar masuk.

“Lebih keras lagiom”, erangnya.

Aku memompa kon tolku keluar masuk semakin bersemangat. Keringat mengucur dari seluruh tubuhku, bercampur dengan keringatnya.

” Om, Imas mau pipis lagi”, kataku terputus-putus.
“Aku juga”, sahutku.

Aku meningkatkan kecepatan genjotan kon tolku . Imas menjerit-jerit semakin keras, dan merangkul aku erat-erat. Dia sudah nyampe. Akhirnya dengan satu hentakan keras aku membenamkan kon tolku dalam-dalam. Imas menjerit keras. Pejuku muncrat di dalam no noknya 5 atau 6 kali.

“Gila Mas, no nok kamu enak banget, sempit banget”. katanya.
“kon tol om juga keras banget, enak…” jawabnya. aku ambruk kecapaian.
“Istirahat dulu ya Mas”. “Emangnya om masih mo lagi”.
“So pasti dong mas, enak begini mah gak bole disia2kan. Kamu nikmat juga kan, masih mau lagi juga kan”.
“Iya om, nikmat banget”.
“Iya nikmat apa iya mau lagi”.
“Dua2nya om”. kon tolku yang melemas terlepas dari jepitan no nok peretnya.

Aku segera mengambil minum untuk Imas dan aku sendiri. Imas seneng dengan layanan yang aku berikan, mungkin dia belum pernah seumur2 diambilkan minum. “Om, Imas suka deh ama om, om memperlakukan Imas seperti istri om”. Aku terharu juga mendengar ucapannya.

Gairahku masih tinggi. Setelah aku merasa Imas cukup istirahatnya, aku segera memulai ronde kedua, pemanasan lagi, biar Imas napsu banget. Akupun berbaring disebelahnya, Imas menyambut aku dengan pelukannya. Aku mengelusi punggungnya, terus turun hingga meremas bongkahan pantatnya. Sementara tangan Imas juga turun meraih kon tolku.

“Gila nih kon tol, udah keras lagi..kan baru ngecret om?” tanyanya waktu menggenggam kon tolku yang mulai mengeras.

Akupun mulai menciumi telinganya, lidahku menelusuri belakang telinganya, juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahku membuat Imas merasa geli dan menggeliat-geliat. Kemudian aku melumat bibirnya dengan ganas, lidahku menyapu langit-langit mulutnya. Imas merespon dengan mengulum lidahku. Makin ahli dia berciuman, siapa dulu gurunya dong (ha ha). Tanganku meraba-raba kebawah ke no noknya yang sudah basah lagi, karena napsunya ternyata telah demikian tingginya. Aku tak sabar untuk segera ngen toti Imas lagi. Segera Imas kunaiki.

Pahanya kukangkangkan. Ketika kuraih kon tolku kutuntun kearah no noknya, tangan kanan Imas ikut menuntun kon tolku menuju sasaran. Saat kepala kon tolku menyentuh bibir no noknya, aku menekannya ke dalam, mulutnya menggumam tertahan karena sedang berciuman denganku. Lalu kutekan lagi dengan keras sehingga kon tolku menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam no noknya. Imas menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar kon tolku masuk lebih dalam lagi. Imas terdiam sejenak merasakan sensasi yang luar biasa ini.

Lalu perlahan-lahan aku mulai mengenjotkan kon tolku. Imas memutar2 pantatnya untuk memperbesar rasa nikmat. Toketnya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di no noknya. Matanya terpejam dan bibirku terbuka, berdesis-desis menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan dan kemudian akhirnya menjadi jeritan. Imas tak kuasa menahan rintihannya setiap aku menusukkan kon tolku, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan kon tolku pada no noknya. Pinggul Imas naik turun berkali kali mengikuti gerakanku. Jeritannya makin menjadi-jadi.

Aku membungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kon tolku leluasa bertarung dengan no noknya.

“Oh..”, erangnya,
“Lebih keras om, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!” Tangannya melingkar merangkul aku ketat.

Kuku-kukunya terasa mencakari punggungku. Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir no noknya seirama dengan enjotan kon tolku.

“Aku mau ngecret, Mas”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.
“Imas juga om”, sahutnya. Aku mempercepat enjotan kon tolku.

Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya. Bibir kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua toketnya. Diiringi geraman keras aku menghentakkan pantatku dan kon tolku terbenam sedalam-dalamnya. Pejuku kembali memancar deras. Imas pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima kon tolku sedalam-dalamnya. Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Imas pun mencapai puncaknya. kon tolku terasa berdenyut-denyut memuntahkan pejuku ke dalam no noknya. Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas, begitu juga Imas. Dia terkapar di ranjang, kedua toketnya nampak bergerak naik turun seiring desah nafasnya.

Kami terkapar dan tertidur kelelahan, gak tau berapa lama. Tapi kemudian aku terbangun karena merasa ada remasan di kon tolku. Kulihat Imas sedang menelungkup dikakiku. kon tolku dielus dan diermas2nya.

“Om, Imas kok pengen lagi ya”. Bener kan, perempuan dengan jembut yang lebat napsunya gede banget, pengennya dien tot berulang2, padahal dia tadi sampe teler aku en tot.

Dia merundukkan badan untuk memasukkan kon tolku ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus. Aku segera memutar badanku sehingga kami berada pada posisi 69. Aku mempergencar rangsangan dengan menciumi kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya. Imas jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu.

“Ahh.. om, kok mau sih nyiumin kaki Imas”.
“Gak papa Mas, kamu isep terus dong kon tolku”. Jilatanku kemudian pindah kepahanya.

Imas otomatis mengangkangkan pahanya sehingga aku bisa mengakses daerah no noknya dengan mudah. “Om enak banget.. masukin aja sekarang!” rintihnya manja sambil mengocok2 kon tolku yang sudah sangat keras itu, kemudian diemutnya kembali. Akhirnya aku menyudahi serangan awal. Imas kunaiki dan aku menggesekkan kon tolku ke bibir no noknya. Kemudian kudorong kon tolku membelah no nok Imas diiringi desahan nikmat. Aku meremas toket kirinya dan memlintir2 pentilnya. Imas yang juga sudah napsu tambah menggelinjang ketika aku mempercepat kocokanku pada no noknya. Seranganku pada no nok Imas semakin cepat sehingga tubuhnya menggelinjang hebat.

“Aaakhh..aahh!” jerit Imas dengan melengkungkan tubuhnya ke atas. Imas telah nyampe.

Tanpa memberi kesempatan istirahat, aku menaikkan Imas ke pangkuanku dengan posisi membelakangi. Kembali no nok Imas kukocok dengan kon tolku. Walaupun masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan kon tolku. Aku yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Imas, menikmati pijatan
no noknya.

Bosan dengan gaya berpangkuan, aku berbaring telentang dan membiarkan Imas bergoyang di atas kon tolku. Dengan tetap berciuman aku mengenjotkan kon tolku ke no noknya, kon tolku yang sudah sangat keras tanpa halangan langsung menerobos no noknya, bersarang sedalam-dalamnya. Terasa nikmat sekali. Kedua toketnya kuremas2 dengan penuh napsu. Aku mengenjotkan kon tolku dari bawah dengan cepat, ini membuat Imas mengerang keras dan sepertinya sudah mau nyampe lagi. Baru sebentar goyang dia sudah mau nyampe saking nikmatnya. Imas menjadi semakin liar dalam menggoyang pantatnya. Dia sudah makin terangsang sehingga akhirnya badannya mengejang-ngejang diiringi erangan kenikmatan.

“Auu.. om!” jeritnya.

Untuk beberapa saat kami terdiam. Ia memelukku erat-erat.

“Mas, aku belum ngecret kok kamu udah nyampe”, katanya.
“Habis, nikmat banget sih rasanya kon tol om nyodok2 no nok Imas”, jawabnya terengah.
“Kita terusin ya”, Imas hanya mengangguk lemas.

Aku menyuruh Imas nungging dan membuka pahanya lebar2. Aku mendekat dari belakang. Aku menyapu lembut pantatnya yang mulus padat. Imas menggigit bibirnya dan menahan napas, tak sabar menanti masuknya kon tolku yang masih keras. Aku mengarahkan kon tolku ke no noknya. Perlahan-lahan kepala kon tolku yang melebar dan berwarna merah mengkilap itu menerobos no noknya. Imas mendongak dan mendesis kenikmatan. Sejenak aku berhenti dan membiarkan dia menikmatinya, lalu mendadak aku menghentakkan pantatku keras ke depan. Sehingga terbenamlah seluruh kon tolku di no noknya.

“Aacchh..!!”, Imas mengerang keras.

Rambutnya kujambak sehingga wajahnya mendongak keatas. Sambil terus menggenjot no noknya, tanganku meremas2 kedua toketnya yang berguncang2 karena enjotanku yang keras, seirama dengan keluar masuknya kon tolku di no noknya. Terdengar bunyi kecipak cairan no noknya, Imas pun terus mendesah dan melenguh.

Mendengar itu semua, aku semakin bernafsu. Enjotan kon tol kupercepat, sehingga erangan dan lenguhannya makin menjadi2.

“Oohh..! Lebih keras om.

Ayo, cepat. Cepat. Lebih keras lagii!” Keringatku deras menetesi punggungnya. Wajahku pun telah basah oleh keringat. Rambutnya semakin keras kusentak. Kepalanya semakin mendongak. Dan akhirnya dengan satu sentakan keras, aku membenamkan kon tolku sedalam-dalamnya. Imas menjerit karena kembali nyampe. Aku terus meremas2 toketnya dengan penuh nafsu dan makin keras juga menghentakkan kon tolku keluar masuk no noknya sampai akhirnya pejuku menyemprot dengan derasnya di dalam no noknya. Rasanya tak ada habis-habisnya. Dengan lemas aku menelungkup di atas punggungnya.

Besok paginya aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan aku hanya mendapati Imas yang masih terlelap di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Imas untuk membangunkannya.

“Gimana , puas semalem?” tanyaku.
“Gila Imas om en totin sampe kelenger, kuat banget sih om”.
“Imas suka kan aku en tot, kapan2 kalo ada kesempatan mau enggak ngen tot lagi ama aku?”
“Mau banget om, tapi jangan sampe ibu tau ya om. Imas belon pernah bangun jam 10 gini, enak ya om gak usah ngerjain tugas rumah tangga. Om gak laper, ntar Imas siapin”.
“Katanya gak mo ngerjain kerjaan rumah tangga. Kita pelukan di ranjang lagi. Masih mau lagi gak?”
“Kalo om bisa napa enggak, Imas nikmat kok dien tot om, mau deh terus2an dien totnya, biar lemes juga”. Aku memeluk dan mencium bibirnya, tanganku aktif menelusuri tubuhnya.

Ketika tanganku sampai ke bawah, kubelai bibir no noknya sekaligus mempermainkan it ilnya.

“Uuhh.. om”, Imas menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku.

Imas mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku, selama beberapa menit bibir kami berpagutan. Imas amat menikmati belaian pada daerah sensitifnya. Dengan tangan kanan aku memainkan toketnya, pentilnya kupencet dan kupilin hingga makin menegang, tangan kiriku meraba-raba no nokku. Imas menikmati jari-jariku bermain di no noknya sambil merintih2 keenakan.

“Maen lagi yuk Mas”.
“Ayuk om, Imas dah pengen dien tot lagi”. Luar biasa ni perempuan, gak ada matinya.

Napsunya besar banget, padahal semalem dah aku en tot sampe dia lemes banget, masih aja mau lagi. Aku meremes2 toket kirinya sambil sesekali memelintir pentilnya. Lalu aku membungkuk dan mengarahkan kepalaku ke toket kanannya yang langsung kukenyot. Imas memejamkan mata menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan.

“Mo pake gaya apa Mas”.
“Imas paling nikmat kalo dien tot dari belakang om”. Langsung aku menyuruhnya menungging, kuarahkan kon tolku ke arah no noknya.

Jembutnya yang hitam lebat itu kusibak sehingga tampaklah bibir no noknya yang berwarna merah muda dan basah berlendir. Kuselipkan kepala kon tolku di antara bibir no noknya. Imas mendesah.

Kemudian perlahan tapi pasti aku mendorong kon tolku ke depan. kon tolku menerobos no noknya. Imas menjerit kecil sambil mendongakkan kepalanya keatas. Sejenak aku berhenti dan membiarkan dia menikmatinya. Ketika Imas tengah mengerang-erang dan menggelinjang-gelinjang, mendadak aku menyodokkan kon tolku ke depan dengan cepat dan keras sehingga kon tolku meluncur ke dalam no noknya. Imas tersentak dan menjerit keras.

“Aduh om, enak!” Aku mempercepat enjotan kon tolku di no noknya.

Semakin keras dan cepat enjotanku, semakin keras erangan dan jeritannya.

“Aa..h.!” jeritnya nyampe. Kemudian Imas kutelentangkan diranjang.

Aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yang mengangkang. Kepala kon tol kutempelkan ke it ilnya. Sambil menciumi leher, pundak dan belakang telinganya, kepala kon tolku bergerak-gerak mengelilingi bibir no noknya yang sudah basah. Imas merem melek menikmati kon tolku di bibir no noknya, akhirnya kuselipkan kon tolku dino noknya.

“Aah”‘ jeritnya keenakan.

Imas merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit kumasukkan kon tolku. Imas menggoyangkan pantatnya sehingga kon tolku hampir seluruhnya masuk.

“Om, enjot dong kon tolnya, rasanya nikmat sekali”. Perlahan aku mulai mengenjot kon tolku keluar masuk no noknya.

Pahanya di kangkangin lebar-lebar, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku supaya kon tolku masuk sedalam-dalam ke no noknya. Imas berteriak-teriak dan merapatkan jepitan kakinya di pantatku. Aku membenamkan kon tolku seluruhnya di dalam no noknya.

“Om, Imas nyampe lagi.. Ahh.. Ahh.. Ahh,” jeritnya.

Beberapa saat kemudian, dia membuka sedikit jepitan kakinya dipantatku, paha dibukanya lebar2 dan akhirnya dengan cepat kuenjot kon tolku keluar masuk no noknya. Nikmat sekali rasanya. Setelah delapan sampai sembilan enjotan kon tolku di no noknya, akhirnya croot..croot.. croot.. croot..

”Mas, aku ngecret”, erangnya. Pejuku muncrat banyak sekali memenuhi no noknya.

Setelah mandi kami baru menyiapkan makan pagi dan menyantapnya bersama.

“Mesra banget ya om, kaya penganten baru aja”. Sungguh nikmat tinggal bersama Imas selama majikannya berlibur ke bali.

Gak keitung berapa kali aku mereguk kenikmatan bersama Imas. Demikian juga Imas yang sepertinya ketagihan kon tolku ngenjot no noknya. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Memek Sempit Pembantu appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Cintaku Untuk Bu Lina

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Cintaku Untuk Bu Lina – Bagiku masa SMU adalah masa-masa yang tidak dapat kulupakan. Terutama yang berhubungan dengan cinta. Selama 3 tahun di SMU aku sudah 3 kali berpacaran. Yang pertama, saat kelas 1, pacarku salah satu cewek populer di sekolahku, dan hubungan kami cuma bertahan selama 2 bulan.

 

 

cerita-sex-cintaku-untuk-bu-lina-211x300

Cerita Sex: Cintaku Untuk Bu Lina

 

Di kelas 2, aku kembali menjalin hubungan dengan seorang cewek manis, dan hubungan tersebut berjalan cukup lama, hampir 1 tahun. Dan yang ke-3, kira-kira beberapa minggu setelah aku putus dengan pacar keduaku. Awal hubungan kami bisa dibilang sangat aneh dan tak terkira, meskipun sebelumnya kami sudah saling kenal karena sering bertemu.

Waktu itu siang menjelang sore, aku di rumah sendiri, duduk di sofa sambil nonton tv. Tapi lama kelamaan aku merasa bosan. Aku memutuskan untuk keluar sebentar mencari rokok, mumpung ortuku sedang tidak dirumah, dan aku bisa bebas merokok. Dan aku pun keluar dengan sepeda motorku. Dasar sial warung rokok dekat rumahku tutup semua, dan langit mulai tertutup mendung.

Cerita Sex | Aku ragu sejenak, bingung apakah terus mencari warung yang buka atau pulang saja, tapi setahuku di dekat jalan raya sana ada warung yang buka. Aku memutuskan tetep mencari rokok ke warung di depan sana. Dan memang akhirnya aku bisa mendapatkan rokok di warung itu. Gerimis mulai turun. Ketika aku sedang tergesa-gesa menyalakan mesin motorku, kulihat seseorang yang kukenal.

“Hai, Bu Lina!” aku memanggil wanita itu.

Ia menoleh dan tersenyum sambil menghampiriku.

“Hai Jo! Lagi apa kamu? Beli rokok ya?” tanya wanita itu.
“He.. He.. Ibu tahu aja!”
“Sudah Ibu bilang, jangan kebanyakan merokok!” kata Bu Lina,”Nggak baik untuk kesehatan.”

Aku cuman cengar-cengir. Bu Lina adalah guru privat adikku yang masih kelas 6 SD. Seminggu 2 kali Bu Lina ke rumahku untuk memberi les untuk adikku. Dan Bu Lina sudah jadi guru les adikku sejak 3 bulan yang lalu.

“Ibu mau ke rumah kan? Bareng yuk, keburu hujan.”

Sejak pertama kali bertemu Bu Lina, diam-diam aku mengaguminya. Ia cantik dan anggun, juga baik hati, cerdas dan ramah. Aku paling suka melihat Bu Lina saat ia menerangkan pelajaran untuk adikku. Lama-lama rasa kagum itu berubah menjadi cinta, tetapi tetap saja aku tak pernah berani mengatakannya. Ya, jangan kaget, pacar ketigaku-ya-Bu Lina itu. Aku tak peduli beda usia yang cukup jauh (waktu itu Bu Lina berusia 28 tahun, dan aku 18 tahun), aku tetap mencintainya. Hujan semakin deras, dan ketika kami tiba di rumahku, kami benar-benar basah.

“Masuk, Bu. Biar kuambilkan handuk”

Dan aku baru tersadar, kalau Bu Lina tampak lebih cantik saat rambutnya basah. Di balik pakaiannya yang basah sekilas tampak lekuk liku tubuh seksinya, membuatku membayangkan hal yang bukan-bukan. Kami duduk di sofa ruang tengah, mengobrol sambil minum teh hangat.

“Bukannya jadwal lesnya masih 1 jam lagi Bu?” tanyaku.
“Iya sih. Ibu habis dari rumah teman Ibu dekat sini, daripada mondar-mandir, sekalian saja ke sini. Lagipula tadi sudah gerimis.”

Kami mengobrol cukup lama.

“Sini Bu, cangkirnya biar diisi lagi.” Aku menawarkan.
“Eh, terima kasih!” Aku menerima cangkir yang diulurkan Bu Lina dan beranjak ke dapur.

Saat aku membuatkan teh hangat, pikiran-pikiran kotor yang tadi sempat tertahan kembali muncul. Aku membayangkan seandainya Bu Lina tak mengenakan apa-apa di tubuhnya yang seksi itu. Dan semakin kubayangkan gairahku semakin menjadi-jadi.

“Ini, Bu!” Aku menaruh cangkir teh di atas meja.

Bu Lina tersenyum,

“Terima kasih!”

Aku masih berdiri di samping Bu Lina. Dan kulihat ia sedikit bingung,

“Ada apa, Jo?”

Aku tak tahu kenapa aku bisa begitu nekat waktu itu. Dalam sekejab aku sudah memeluk Bu Lina. Bu Lina sangat terkejut dan berusaha melepaskan pelukanku. Tapi tenagaku lebih kuat. Kudorong tubuh Bu Lina hingga rebah di atas sofa.

“Jo, apa-apaan kamu?” Bu Lina berontak atas perlakuanku. Namun perlukanku semakin erat.

Aku berbisik pelan, “Aku mencintaimu, Bu!” dan kulihat Bu Lina semakin terkejut. Ia diam terpaku untuk sesaat. Aku memanfaatkan waktu sesaat itu untuk merenggut lepas kancing-kancing kemejanya.

“Aku menginginkanmu, Bu!”

Kulihat payudara Bu LIna yang bulat berisi di balik bra putihnya. Bu Lina hanya memandangku seakan tak percaya apa yang baru saja terjadi. Ia sudah tak lagi meronta, sepertinya sudah pasrah akan apa yang akan terjadi.

Pelan-pelan kuturunkan roknya, lalu kulepaskan bra putih itu. Di depanku kini tampak jelas payudara Bu Lina yang sungguh indah, pinggang ramping, pinggul seksi, dan kaki-kaki jenjangnya. Tubuh Bu Lina kini hanya tertutupi oleh celana dalam putih. Tanpa menunggu aku mulai mencumbui tubuh seksi Bu Lina. Mula-mula dari payudaranya. Kumainkan lidahku, kuciumi dengan penuh nafsu, sesekali lidahku memainkan putingnya yang menantang. Kurasakan tubuh Bu Lina tergetar pelan, dan ia mulai mendesah pelan.

Kulanjutkan cumbuanku turun ke arah perut, dan semaki ke bawah. Kulepaskan penutup terakhir tubuhnya. Saat itu kudengar suara Bu Lina memohon pelan.

“Ja.. Jangan, Jo!”

Tapi aku tak peduli, aku mulai mencumbu sela-sela paha itu. Harumnya liang kewanitaan Bu Lina membuatku semakin bergairah. Kepalaku kusisipkan di antara kedua paha Bu Lina, dan mulai mencumbu liang kewanitaan yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Kumainkan lidahku di sana, kadang bibirku memainkan klitorisnya hingga tubuh Bu Lina bergetar, dan desahan-desahan pelan terdengar dari bibir Bu Lina saat jariku menyusup ke dalam vaginanya.

“Mmmh, ya!Oh.. Ya, enak.. Oh.. Oh!”

Lidah nakalku terus menari-nari di sana, menyalurkan kenikmatan yang mulai membius kesadaran Bu Lina. Sekarang Bu Lina mulai hanyut dalam permainan cumbuanku, desahan dan erangannya mengimbangi tarian lidahku pada klitorisnya. Kedua pahanya menjepit kepalaku.

“Yaa.. Ya!Oh.. Oh, ya sayang… Teruskan.. Oh.. Oh!”

Tak lama kemudian kurasakan getaran hebat tubuh Bu Lina. Erangannya pun terdengar semakin keras,

“AH.. Ya, ya… Oh sayang… Aku.. Aku keluar… Oh ya… Ooohhh!” Bu Lina menggelinjang hibat dan liang kewanitaannya mulai dibanjiri cairan vaginanya, membuat vagina Bu Lina semakin becek. Aku menyapukan lidahku, menjilati cairan itu.

Aku melihat wajah cantik Bu Lina, kini bersemu merah, matanya terpejam, nafasnya terengah-engah, bibirnya mengeluarkan desahan-desahan pelan. Keringat membasahi tubuhnya. Bu Lina membuka matanya, lalu memandangaku. Masih belum hilang rasa ingin tahu dalam pandangan itu, seakan bertanya ‘Mengapa kamu melakukan ini pada ibu?’ tetapi bibirnya tetap terkatup.

Kusambut bibir Bu Lina dengan bibirku. Selama beberapa saat kami berpagutan. Dan kurasakan Bu Lina mulai membalas ciumanku.

Aku mulai melepaskan semua pakaianku. Kini kami berdua sudah tak mengenakan apa-apa lagi. Senjataku sudah tegang sejak tadi, seperti sebuah rudal yang siap ditembakkan. Ukurannya memang tidak seperti milik bintang film porno yang sering kulihat, tapi cukup besar juga. Bu Lina memandangku dengan tatapan ragu bercampur takut.

“Maaf, Bu!” kataku pelan.

Kutuntun penisku ke lubang vagina Bu Lina. Kurasakan Bu Lina sedikit menolak saat kepala penisku menyentuh klitorisnya.

“Ja… Jangan, Jo! Ja… Jangan dimasukkan, nan… Nanti…”
“Ibu nggak usah khawatir, Jo tanggung jawab,” kataku, “Jo mencintai Ibu!”
“Ta.. Tapi Jo…”

Belum selesai Bu Lina bicara, aku sudah menusukkan senjataku hingga masuk setengahnya.

“Ah… Jo!” Bu Lina mulai meronta.
“Tenang Bu!” kupegangi kedua tangannya.

Kurasakan lubang vagina Bu Lina yang masih sempit itu menjepit penisku dan meremas-remasnya. Aku bertanya-tanya, apa Bu Lina masih perawan. Kudorong penisku hingga menyusup lebih jauh. Bu Lina merintih,

“Sa… Sakit Jo..”
“Iya.. Iya Bu! Jo pelan-pelan masukinnya.”

Mungkin Bu Lina nemang masih perawan, pikirku. Kulihat titik-titik air mata mulai basahi matanya, dan ada sebagian yang jatuh ke pipinya.

“Jo.. Hentikan! Ja… Jangan diteruskan!” desah Bu Lina.

Kepalang tanggung, pikirku. Dan kulesakkan penisku hingga masuk seluruhnya, sampai-sampai Bu Lina menjerit.

“Ah.. Jo, sakit Jo!”
“Tak apa-apa, Bu. Cuman sebentar sakitnya.”

Kudiamkan penisku di dalam vagina Bu Lina selama beberapa saat, kurasakan pijatan lembut dinding vagina pada penisku. Terasa nikmat sekali. Lalu aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur, mengocokkan penisku di dalam vagina Bu Lina. Bu Lina mengerang, pada awalnya tedengar rintihan kesakitan, namun lambat laun berganti desahan kenikmatan.

“Ya.. Ya, Oh ya sayang!”

Peluh membanjiri tubuh Bu Lina, matanya terpejam seakan-akan menjemput kenikmatan yang datang bertubi-tubi. Desahannya mengiringi gerakan pinggulku.

“Oh, ya.. Oh… Ouh. Terus sayang! Enak, ja.. Jangan berhenti, oh..”

Aku terus memompa penisku keluar masuk, menggesek dindinjg vagina yang basah itu. Kulihat tangan Bu Lina meremas-remas payudaranya sendiri. Kenikmatan sudah menjalari seluruh tibuhnya. Desahan dan erangan terus menggema di ruangan itu, berbaur dengan deru suara hujan di luar.

Tak lama kemudian kulihat Bu Lina menggelinjang hebat, dan dari bibirnya terdengar erangan panjang menendakan ia telah mencapai klimaks. Kurasakan cairan hangat basahi penisku di dalam vaginanya.

“Oh, oh.. Ya.. Ooohh, sayang! Aku keluar, oh… Oh…!”

Dan tanpa sadar tangannya meraihkui dan memelukku erat sambil terus mengerang merasakan kenikmatan puncak yang menguasai tubuhnya.

“Oh… Oh, ya ough!”

Nafasnya tersengal-sengal.

“Ya, nikmat sekali, oh..!”

Akupun merasa sudah hampir mencapai klimaks, maka kupercepat gerakan pinggulku. Dan sepertinya gerakanku memacu kembali gairah Bu Luna. Kurasakan pinggul seksi Bu Lina mengimbangi gerakan pinggulku.

“Oh.. Ya… Oh, lagi sayang.. Oh!” desah Bu Lina,”Lebih cepat lagi… Oh.. Oh!!”

Dan tak lama kemudian kurasakan penisku berdenyut-denyut.

“A.. Aku hampir keluar Bu!” kataku,”Keluarin di mana?”
“Oh.. Keluarin saja… Di dalam… Nggak apa-apa..”

Dan seketika itu juga aku mencapai puncak, penisku memuntahkan banyak cairan mani ke dalam vagina bu Lina, memenuhi rongga kewanitaannya.

“Ough.. Bu! Aku keluar, Bu! Oh nikmat sekali, oh..!”

Bu Lina menggelinjang lagi, ia mencapai klimaks lagi sesaat setelah aku orgasme.

“Ya.. Oh, ya sayang.. Aku juga keluar… Oh.. Oh..”

Tubuh kami bersimbah pelu, aku merasakan sangat lelah. Tubuhku kurebahkan di sofa di samping tubuh Bu Lina. Nafas kami tersengal-sengal. Kulihat wajah Bu Lina yang bersemu merah tampak cantik, ia tersenyum.

“Kau… Kau nakal Jo!” katanya pelan,”Tapi aku senang.”
“I… Ibu tidak marah?”

Bu Lina mencium bibirku.

“Aku memang marah pada mulanya, tapi-sudahlah-semuanya sudah terjadi,” katanya,
“Kau hebat!”

Hujan masih turun dengan derasnya. Adikku menelpon, katanya ia belum bisa pulang karena hujan belum reda. Dan aku menghabiskan sore itu berdua bersama Bu Lina. Kami masih sempat bermain cinta sekali lagi sebelum kedua orangtua dan adikku pulang.

Sejak saat itu aku merasa hubunganku dengan Bu Lina semakin dekat, selayaknya sepasang kekasih. Bu Lina menjadi lebih ramah padaku. Kadang kalau ada waktu senggang, aku main ke rumah Bu Lina, atau jika rumahku sepi, aku mengundang Bu Lina ke rumahku, dan kami bisa menghabiskan sore dengan bermain cinta. Hubungan kami bertahan selama 6 bulan, dan berakhir saat aku lulus SMU dan harus melanjutkan ke perguruan tinggi di kota lain. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Cintaku Untuk Bu Lina appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Sayangku Vero

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Sayangku Vero – Hidup ini memang dinamis dengan segala perubahan keadaan sosial, budaya, ekonomi, moral yang semuanya itu tidak lepas dari akibat kemajuan teknologi secara umum yang salah satunya adalah teknologi komunikasi komputer. Satu lagi pengalamanku yang akan kukisahkan di bawah ini lebih kurang 1 tahun yang lalu dan sampai sekarang masih berlangsung meskipun tersendat-sendat.

 

 

cerita-sex-sayangku-vero-300x300

Cerita Sex: Sayangku Vero

 

Waktu di SMA dan kuliah aku senang jalan-jalan atau traveling, hampir setiap liburan sekolah ataupun semester aku menghabiskan waktu bersama teman-teman have fun, apakah mendaki gunung, atau dengan modal pas-pasan kami berkeliling dari satu daerah ke daerah lain di Pulau Jawa dan Sumatra, pokoknya ada saja jalan keluar guna refreshing dari segala macam keruwetan sehari-hari di Ibukota.

Sejak berkeluarga aku lebih banyak di rumah karena pada awalnya aku berpikir bahwa keluarga nomor 1, kesenangan diri sendiri bisa nomor 20 maksudnya bisa urusan belakang. Kenyataannya aku malah terpuruk dengan keadaan yang akhirnya aku membuat keputusan bahwa aku harus mendapat kesempatan pribadi untuk have fun dengan caraku sendiri dan akhirnya…

Cerita Sex | Aku berkenalan dengan seorang wanita seperti biasanya lewat e-mail dan terjadilah saling kirim dan balas, saling telepon akhirnya kami berjanji akan bertemu di suatu tempat ternyata di tempat kostnya. Ada hal yang menurutku sempat membuatku ragu waktu aku menelepon, dia mengatakan bahwa usiaku hampir setengah abad dan apa dia tetap mau bertemu dan menjalin persahabatan denganku dan jawabanya,

“Nggak pa-pa kok, kan kata orang life begin at forty dan aku lebih suka dengan orang yang jauh lebih tua dariku, nanti deh ceritanya kalau kita sudah bertemu.”

Pada hari yang sudah ditentukan aku pulang dari dinas luar kota dan langsung menuju ke tempat kostnya setelah menghubunginya lewat telepon, kupikir ini adalah perkenalanku yang pertama dengan seorang wanita sejak aku sudah berkeluarga dan cara berkenalan yang aneh dan tidak biasa menurutku. Kubawakan dia kue dari Sakura Anpan dan 3 tangkai White Rose dan pada saat dia menemuiku aku seperti mimpi karena dia bertubuh sedang, kira-kira 155 cm dengan perawakan montok yang membuatku menelan ludah, pantatnya bulat, pinggulnya ramping dengan perutnya rata dan buah dadanya.. besar! untuk wanita dengan tinggi 155 cm dan merupakan kegemaranku, cewek dengan buah dada besar.

“Well, inilah saya Andhika, seperti yang anda lihat, berkaca mata minus, rambut sudah mulai banyak yang putih, usiaku 50 tahun dan ini oleh-oleh untuk anda.” sahutku sambil menyerahkan kue dalam mini box serta 3 tangkai Mawar Putih.
“Aduh, thank’s yaa, anda baik sekali membawakan saya kue dan.. hmmm, ini bunga kesukaan saya, dan inilah saya Veronica, kamu boleh panggil saya Vero, umurku.. perlu nggak sih kamu tahu?” senyumnya manis dan matanya yang agak sipit tapi lucu. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk pelan.
“Tahun ini genap 25 tahun.” jawabnya lagi dengan pandangan matanya yang coklat tua tajam menatapku,
“Sudah tahu kan sekarang.. gimana? dan dengan kaca mata itu anda malah kelihatan masih muda sepuluh tahun dari umur anda sekarang.” sahutnya.

Aku agak terperangah sejenak, separoh umurku, tapi kelihatan lebih muda katanya? Berarti aku belum terlalu tua ya.

Kami berdua ngobrol sejenak, saling memperkenalkan diri lebih lanjut, kuperlihatkan foto keluargaku dan dia memberi komentar tentang foto puteriku.

“Cantik sekali puterimu.” katanya, kemudian dia mengajakku keluar jalan-jalan.

Kami pergi ke salah satu Mall di daerah Jakarta Utara. Selama berjalan-jalan, Vero tiada henti-hentinya bercerita tentang dirinya dan banyak bertanya tentang diriku. Yang menjadi lebih surprise bagiku adalah sikapnya yang begitu ceria, bebas tanpa beban seolah-olah sudah mengenalku bertahun-tahun. Di salah satu restaurant seafood kami mampir dan makan sambil ngobrol dengan suasana yang lebih santai.

“Non, kamu sadar atau tidak sih, bahwa di depan kamu ini seorang laki-laki berumur setengah abad?” tanyaku masih bingung dengan sikapnya yang ceria dan santai.
“Terus kalau kamu 50 tahun, memangnya kenapa, apa aku nggak boleh senang dengan pria yang umurnya hampir setengah umurku, gitu ya? kalau aku sendiri senang, kamu nggak suka?” jawabnya sambil tersenyum lucu dengan wajahnya yang bulat tapi manis itu.
“Aku mau jujur sama kamu, aku pernah pacaran dengan seorang pria yang lebih tua 10 tahun dariku sewaktu aku masih SMA di SBY bahkan kami sudah janjian akan berumah tangga kelak kalau sudah mapan, tapi nasib memutuskan lain, kami putus berpisah padahal selama pacaran aku dan dia sudah seperti suami-isteri dan..” aku mengangkat tanganku menghentikan dia untuk melanjutkan pembicaraannya yang aku sudah dapat menebak kemana arahnya.
“Oke Non, stop, stop, stop.. jangan diteruskan, aku tidak mau dengar sambungannya karena ini hari adalah pertemuan kita yang pertama dan aku ingin pada saat ini kita ada dalam keadaan senang dan gembira dong yaa..” sahutku sambil memegang kedua belah tangannya yang mungil itu. Sejenak mata itu berkaca-kaca sepertinya menahan haru.
“Aku tidak menyangka bahwa hari ini aku berkenalan dengan seorang laki-laki yang mau mengerti keadaanku yang sebenarnya dan aku suka kamu Mas.” jawabnya lagi dengan sendu.

Hari pertama itu kami lewati dengan jalan-jalan dan Vero tanpa malu-malu memeluk pinggangku sambil kadang-kadang menyenderkan kepalanya ke dadaku.

Hubungan kami berlangsung kira-kira satu setengah bulan, baik lewat telepon maupun e-mail, jalan-jalan dan nonton film yang akhirnya bibir tipisnya yang mungil kukecup di dalam gedung bioskop pada saat film sedang diputar. Dia membalas dengan kecupan-kecupan yang panas disertai desahan-desahan yang merangsang sambil mengarahkan tanganku ke payudaranya yang montok dan masih terbungkus BH tipis. Kuremas lembut bukit lembut itu dengan mesra disertai gigitan-gigitan lembut di bibirnya yang mungil. Dia mendesah kecil, tangannya menjalar ke arah pangkal pahaku sambil mengusap-usapnya, aku menggelinjang perlahan karena takut kelihatan penonton yang lain.

Demikian hari-hari berikutnya kami lewati dengan mencuri-curi kesempatan berciuman sambil saling memegang-megang di luar pakaian masing-masing. Suatu hari aku pulang dari dinas luar kota, aku tidak tahan untuk bercumbu dengannya, lalu aku langsung menuju Puri Mawar di daerah Jakarta Selatan, pesan kamar dan sambil santai di tempat tidur kutelepon Vero di kantornya.

“Hello Sayang.. apa kabar?” sahutku ingin membuatnya surprise.
“Hello.. Hai Honey, kamu dimana.. aku kangen kamuuu!” jawabnya manja berbisik karena dia berada di ruangan kerja yang bersama dengan 3 orang temannya.
“Aku juga kangen kamu.. kamu pulang jam berapa, kutunggu di Puri Mawar, mau kan kamu menemuiku sebelum aku pulang ke rumah?” aku bertanya dengan hati-hati takut dia menolak.
“Mauuu.. aku kangen kamuuu, aku pulang jam 18:00 terus aku ke sana yaa.. tunggu aku Sayang yaa..” sahutnya lagi.

Aku mandi dan dengan berselimutkan handuk aku rebah di tempat tidur sambil menonton TV, karena saking lelahnya (sebab setiap pulang dari dinas luar kota pasti aku belum sempat istirahat dari malam sebelumnya) aku jatuh tertidur tanpa sadar dengan tubuh masih terbungkus handuk.Aku mulai sadar tatkala bibirku, hidungku terasa ada yang menyentuh serta menggelitik dengan halus serta sentuhan lembut di pangkal pahaku yang masih tertutup handuk. Aku membuka mataku perlahan, terlihat wajah bulat yang lucu dan manis di hadapanku. Veronica-ku yang manis tengah mengecup bibirku sambil mempermainkan lidahnya dengan lembut serta menggigit-gigit kecil hidungku dengan mesranya. Aku bergerak dan dia menghentikan gigitannya sambil memandangku mesra.

“Hai Honey, kasihaaann.. capek yaa.. sampai ketiduran nungguin aku yaa.. dan ini apa?” katanya lagi sambil meremas lembut penisku yang semenjak semula sudah tegang di balik handuk dan ternyata handukku telah disibaknya dan tangannya yang mungil itu meremas dan mengusap lembut penisku yang sudah telanjang dan tegang.
“Oohh Sayang, kamu kok nakal nggak ngomong-ngomong sudah masuk dan foreplay tanpa izinku, hmmm?” tanyaku sambil memeluk pinggangnya yang ramping dan tanganku yang lain bergerilya ke arah payudaranya yang montok di balik bajunya yang berleher rendah itu.

Vero mencoba menghidari tanganku yang ke arah buah dadanya, tetapi tanganku yang lain memeluk pinggangnya sehingga dia tidak berhasil melepaskan dirinya dari pelukanku.

“Honey.. Sayang.. aku mau mandi dulu yaa.. badanku bau, bau keringat dan bau pabrik kaos kaki nih,” katanya sambil mencium keningku dan mencoba menghindari bertambah eratnya pelukanku.
“Nggak usah, aku senang bau keringat kamu, sedaaapp..” jawabku menggoda sambil mencoba meremas susunya yang montok itu.
“Benar deh.. habis aku mandi, kamu boleh deh cium-cium terserah kamu yaa..” jawabnya lagi, kali ini kulepaskan pelukanku dan membiarkan dia pergi mandi.

Vero keluar dari kamar mandi dengan hanya terbungkus dengan lilitan handuk menutupi tubuhnya yang sintal, montok dan menggemaskan itu. Aku masih berbaring dengan santai, sementara Vero mendekatiku sambil tetap memandangku dengan matanya yang lucu tapi tajam itu. Dia menaiki tempat tidur dan berbaring di sebelahku. Kami saling berpandangan dan tanganku mengelus kedua belah pipinya dan dia melakukan hal yang sama. Kukecup bibir mungil itu, dia membalas dengan lembut, tangan kami mulai saling mengusap dengan mesra. Kulepaskan lilitan handuk dari tubuhku dan dengan setengah memaksa kulepaskan juga handuk yang membungkus tubuh sintal itu dan akhirnya…

Kupeluk Vero dengan lembut dan mesra tanpa sehelai benang pun yang menghalangi tubuh kami, Skin To Skin. Kami berciuman dari bibir, pipi, hidung, mata, kening. Tanganku mengusap lembut payudaranya, buah dadanya, susunya yang montok dan kenyal itu serta puting yang berwarna merah muda. Dia mendesah dan mengerang lembut, terdengar di telingaku menikmati gerilya tanganku. Kini bibirku turun ke lehernya, ke dadanya yang dibusungkan sehingga memudahkan bibirku mengecup susunya yang montok dan kenyal itu serta menjilat putingnya yang menggairahkan. Kuhisap dengan bernafsu kedua puting merah muda itu sambil menggigit-gigit kecil dan teriakan tertahan keluar dari mulut Vero.

“Ooohh.. Maasss, teruusss iseepp Maaass.. ooohh..”

Sementara mulutku bergerilya di antara kedua payudara yang montok itu, tanganku turun perlahan ke antara pangkal paha Vero yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat dan halus itu. Vero meremas dan menarik-narik rambutku dengan ganasnya karena permainan lidahku di puting susunya yang montok itu membuat dia mendesah nikmat serta merta membuka kedua pahanya lebar-lebar sehingga tanganku serta jariku bebas mengusap vaginanya yang mulai basah itu. Kuciumi kedua bukit montok itu dan perlahan-lahan turun ke perutnya yang rata, turun lagi sampai ke pangkal pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu lebat nan halus itu.

“Maaass.. oohhh.. terus Maasss.. teruuuss!” Desahnya manja dan kedua pahanya mulai menjepit perlahan kepalaku.

Kukecup pucuk vaginanya dengan lembut, dia menggelinjang sambil menjerit kecil. Kemudian lidahku mulai menjilat klitorisnya yang mungil disertai kecupan dan gigitan kecil pada labia mayoranya.

“Aaaww.. Maaass, kamu gila.. kamu gila.. Maaass.. oohhh.. nnngg..” jeritnya perlahan, tanganku memilin kedua puting susunya dengan lembut.
“Maasss.. aku nggak tahaaann Mass, ayo Maaas..” katanya sambil menarik tanganku dan memeluk kepalaku dan mengecup bibirku dengan ganas.

Penisku sudah tegang sejak aku beroral sex. Perlahan kugesek-gesekkan ke bibir vagina Vero sambil menatap wajahnya yang bulat dan lucu itu.

“Honey Vero, masukin sekarang yaa.. Aku juga nggak tahan..” kataku sambil menempelkan rudalku ke arah lubang kenikmatannya Vero. Dia mengangguk sambil tersenyum manis, aku membuka lebar-lebar kedua pahanya dan penisku kutekankan sehingga masuk perlahan-lahan ke dalam vaginanya yang sudah basah dan, “Ooohh nikmatnya..” terasa lubang kehangatan yang serta merta memijat penisku. Kutekan terus sehingga amblas dimana kedua bola penisku menempel erat pada bagian bawah vaginanya.

“Ooohh Maaass.. nikmat sekali rudalmu ini.. ayooo Maaas..” desah nikmatnya terdengar.

Aku mulai menggoyangkan pantatku turun naik perlahan, makin lama makin cepat dan aku mulai merasa ngilu di kepala penisku sementara dia juga tidak kalah dengan dengan goyangan pinggulnya yang kelihatannya menikmati penisku turun naik dan keluar masuk vaginanya yang terasa mulai licin akibat cairan kenikmatannya yang keluar melumasi penisku itu. Aku mencium kedua belah bibirnya yang tipis dan mungil itu dengan tidak kalah ganasnya sambil memeluk tubuh Vero yang sintal dengan payudaranya yang besar dan montok itu.

“Vero.. oh.. Sayang, aku mau keluaaarrr.. gilaaaaa benar enaaakk..” dengusku dengan nafas yang makin memburu.
“Aku juga Maass.. aku jugaa.. oohhh.. mmff.. nggg..” jeritnya tertahan.

Tiba-tiba kedua pahanya menjepit pinggangku dan dengan buas dia mengecup bibirku dan menggigit bibir bawahku yang membuatku kelabakan antara menahan sakit digigit dengan nikmatnya pijatan vagina Vero, akhirnya aku tidak tahan lagi dan kutekan penisku dalam-dalan dan,

“Crooott.. crooott.. crooott..” dengan rasa ngilu di ujung lubang penisku kusemprotkan spermaku di dalam vagina Vero sambil kami berpagut kuat seolah-olah tidak akan terlepaskan.
“Maass.. aku keluaaarr.. ooohh.. mff..” jeritnya sambil memeluk kepalaku.

Kami terdiam beberapa saat menikmati orgasme bersama sambil saling berpagut, berpelukan. Kemudian kami saling melepaskan diri dan saling memandang dengan mesra.

“Mas, aku sayang kamu, aku cinta kamu, aku belum pernah merasa sepuas hari ini.” katanya dengan lembut setengah berbisik.
“Aku juga Non, puas dengan pijatan itumu itu.” jawabku perlahan.
“Itunya apa.. coba bilang yang benar, ayo.. bilang dong.” katanya menggoda.
“Ah itu lho.. bibir yang di bawah itu.” jawabku lagi balas menggoda.
“Aaah Maass, aku kan jadi malu.” katanya sambil mengecup bibirku.
“Malu sama siapa Non? kan kita cuma berdua..” aku mencoba bangun tapi jepitan kedua pahanya makin dieratkan di pinggangku.
“Jangan dilepas dulu dong.. aku masih ingin menikmati rudalmu ada di dalam sarangku dan aku mau lagi tapi aku mau di atas dan Mas di bawah, boleh kan?” katanya sambil tersenyum manis.
“Boleh, hanya saja kamu harus menunggu dengan sabar karena pria kalau habis orgasme harus mengambil ancang-ancang untuk tenaganya yang baru setelah paling kurang 1 sampai 1,5 jam untuk bisa horny lagi yaa Sayang.” jawabku sambil mengelus pipinya.

Akhirnya kami saling melepaskan dan bangun menuju kamar mandi. Kami mandi saling menyabuni, kira-kira 1 jam kami saling menyirami tubuh kami. Nafsuku bangkit lagi dan kami bersenggama di kamar mandi dan kali ini kami melakukan di atas closet dengan posisiku duduk di atas closet dan Vero berada di atasku. Kukecup bergantian susunya yang montok dan padat itu hingga membuatnya dengan ganas menggoyangkan pantatnya turun naik saat penisku melakukan penetrasi ke dalam vaginanya, permainan cinta kami berakhir dengan dia orgasme 2 kali dan aku 1 kali. Setelah kami membersihkan diri kuantar Veronica pulang.

Kami sering melakukan hubungan seks hampir setiap kali aku pulang dari tugas luar kota dan hubungan kami masih berlanjut sampai sekarang. Demikianlah salah satu pengalamanku bercinta dengan wanita yang hampir separoh umurku yang pada kenyataannya cukup memuaskan mereka.

Kalau ada wanita muda, ibu rumah tangga maupun wanita setengah umur yang ingin bereksperimen dengan pria seumurku, aku akan bersedia melayaninya. Please hubungi saya via e-mail. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Sayangku Vero appeared first on Doyanbokep.

Viewing all 1024 articles
Browse latest View live