Quantcast
Channel: Doyanbokep – Cerita Sex – Cerita Dewasa – Cerita Mesum
Viewing all 1024 articles
Browse latest View live

Cerita Sex: Pinggul Yang Bahenol

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Pinggul Yang Bahenol – Sengaja salah satu bagian dari tubuh wanita ini, aku jadikan judul karena memang bagi sebagian kaum lelaki, pinggul mempunyai daya tarik sendiri. Aku sendiri kalau melihat pinggul yang bahenol dengan pinggang kecil dan pantat yang bulat menantang langsung berimajinasi betapa nikmatnya jika pinggul dan pantatnya kuelus dan kuremas. Apa lagi jika buah dadanya besar kenyal dan putingnya masih kemerahan dan menunjuk ke depan (tidak ke bawah), wahh.. enaktenan.

 

 

cerita-sex-pinggul-yang-bahenol

Cerita Sex: Pinggul Yang Bahenol

 

Tapi di lingkungan sehari-hari agak sulit sekali menemukan tipe seperti yang aku sebutkan di atas, ada yang pinggulnya besar tapi pantatnya rata alias tepos, ada yang pantatnya bulat sekel tapi pinggangnya rata dengan pinggul, ada yang tidak berpinggang, tidak berpinggul dan tepos sekaligus dalam satu kesatuan.

Nah aku mau ceritakan pengalaman waktu SMP dikerjain putri tunggal Boss-ku yang pinggulnya sangat bahenol super mantap, dengan pantat yang bulat dan payudara yang wah bikin klepek-klepek.

Cerita Sex | Awal mulanya ayahku memerlukan seorang tenaga dinas luar untuk bagian pemasangan iklan, tapi karena jam kerjanya tidak terlalu panjang usulan ayahku ditolak oleh bossnya jika harus memperkejakan orang khusus untuk bagian ini. Entah ide dari mana aku yang waktu itu masih SMP kelas 2 ditarik ayah untuk mengisi bagian tersebut, dengan jam kerja pukul 13:00 sampai dengan pukul 17:00, jelas aku bisa kerjakan setelah pulang sekolah.

Hari-hari pertama bekerja aku di-training ke perwakilan resmi harian ibukota yang kesemuanya bermarkas di jalan Gajah Mada Jakarta. Semua berita harian nasional aku sudah kenal, dan dari sekian banyak biro iklan yang ke sana, hanya akulah yang paling muda. Setiap selesai aku diwajibkan kembali balik ke kantorku yang di daerah Kota. Boss-ku sudah cukup umur, dan kalau hitungan teliti sekali, tapi lamanya minta ampun, biasanya menunggu boss-ku menghitung, aku duduk-duduk di belakang ruangan kantor yang memang khusus tempat ngumpulnya para sales dari divisi lain.

Dan di ruangan kantor depan hanya ada 4 orang, satu di antaranya adalah putri tunggal boss-ku yang menjabat sebagai direktur operasional, orangnya putih mulus, tinggi sekali mungkin 180 cm-an, waktu itu kalau berdiri aku paling sepundaknya. Selalu mengenakan span pendek dengan stoking hitam. Pinggulnya ketika berjalan hampir dipastikan seluruh orang menengoknya. Pantatnya yang bulat dan dadanya yang membusung menambah daya tariknya sebagai wanita.

Sebenarnya putri boss-ku ini pengantin baru, tapi entah kenapa malah tidak betah di rumah, kadang-kadang aku kalau lagi telat bisa sampai jam 19.00 malam dan dia masih ada di kantor. Menurut gosip yang beredar di kalangan sales (aku sering menguping). Suaminya impoten dan aku tahu bahwa pinggul, pantat dan buah dadanya bagus pun dari hasil nguping, karena waktu itu aku kurang mengerti masalah itu, yang jelas melihat paha sedikit saja, kemaluanku langsung berdiri dengan tegaknya, ditambah lagi aku sering baca buku porno, jelas hasilnya onani 3-5 kali per hari. Setiap ada kesempatan pasti aku langsung onani, kebanyakan di WC, terutama di WC kantor, pokoknya setiap ada kesempatan.

Aku sering sekali membayangkan putri boss-ku ini ketika onani, terutama kalau di WC kantor. Sebenarnya aku sih tidak bodoh-bodoh amat dalam urusan itu, perjakaku pun sudah kulepas di lokasi WTS Kali Jodoh, tapi kan tidak mungkin aku ke situ setiap hari, dari mana uangnya?Padahal buat pertarungan, aku punya modal yang cukup. Aku pernah di WC sekolah dengan teman-teman mengukur besar batang kemaluan, dan ternyata aku jadi pemenang, baik dalam panjang maupun diameternya. Alhasil aku pun dijuluki di sekolah “konde” alias “kontol gede”. Nah waktu onani aku pun berkhayal begitu, aku bagai seorang pahlawan yang dapat memuaskan wanita-wanitateman onaniku dengan senjata kebanggaanku.

Tak terasa 3 bulan sudah aku bekerja, sampai pada suatu hari, karena ada iklan kolom yang jumlah uangnya besar dan pada teksnya terdapat kesalahan, aku harus menunggu sampai malam, dan sialnya hasil perbaikannya malah membuat salah jumlah giro yang aku bawa, untunglah bagian kasir masih berbaik hati dan menukarkannya dengan tanda terima sementara. Pukul 19:30 aku sampai di kantor, lampu sudah dimatikan semua, hanya pos satpam dan ruangan putri boss-ku saja yang masih menyala, aku langsung ke ruangannya.

“Selamat malam Bu,” sapaku sopan.
“Malam, baru selesai Big?”
“Yah Bu, tadi ada kesalahan, jadi harus menunggu.”
“Oh…”
“Sekarang saya mau hitungan dengan siapa, Bu?” tanyaku.
“Oh ya Mama sudah pulang, sini saya yang hitung!”
Aku meyerahkan semua bon kepadanya.
“Saya tunggu di luar, Bu,” aku pamitan.
“Silakan,” jawabnya singkat.

Aku menuju kantor belakang, ternyata tak ada seorangpun di sana, mungkin sudah terlalu malam. Aku segera ke kamar mandi dan mengkhayalkan making love dengan putri boss-ku. Seiring dengan khayalanku yang semakin indah aku mulai melepas celanaku lalu mulai mengocok-ngocok batanganku dengan perlahan, busa sabun yang melumuri batanganku terasa nikmat sekali, gerakankusemakin cepat, dan mencoba mencapai puncak kenikmatan secepatnya.

Tapi karena hari ini aku sudah 4 kali mengocok, di WC sekolah, WC rumah dan terakhir di WC kantor 2 kali, aku agak susah keluar, aku lihat kepala batanganku sampai memerah, tapi tiba-tiba saja, “Brakkk…” pintu terbuka dan menyembullah wajah yang ada dalam khayalanku, aku kaget setengah mati, begitu puladia sampai berteriak. Aku segera mencari celanaku, tapi sialnya karena pintu terbuka jelas aku tidak bisa mengambil celanaku yang berada di balik pintu kamar mandi.

“Maaf, Bu, saya lupa mengunci pintu,” aku segera minta maaf tanpa menghiraukan batanganku yang masih ereksi,
“Eh.. tidak apa,” boss-ku pun agak gugup dan kulihat pandangan matanya tertuju pada batanganku yang masih mengacung menunjuk langit-langit, dan tanpa disangka-sangka dia langsung masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya,
“Ehh, Ibu mau ngapain?” aku masih kebingungan atas sikapnya.
“Kamu tenang aja yah Big,” kata boss-ku.

Dia langsung menanggalkan seluruh pakaiannya dan telanjang bulat di depanku, aku pun mulai menyadari keinginannya, tapi aku masih takut karena dia adalah boss-ku, untunglah dia dulu yang mulai. Aku yang masih mengenakan baju langsung dilepaskannya, dan boss-ku langsung dengan liarnya menciumi seluruh tubuhku, tangannya langsung saja menggenggam batanganku dan menarik-nariknya dengan keras. Sungguh nikmatnya luar biasa.

“Big, kontol kamu gede, bikin Ibu puas yah!” aku pun tak bisa tinggal diam, seluruh imajinasiku yang kudapat dari buku stensilan kupraktekan.

Aku mulai melumat bibir boss-ku sambil tanganku bermain di keduapayudaranya yang membusung padat. Putingnya yang kecil dan kemerahan aku pilin-pilin, kadang aku usap perlahan. Bibir dan lidahku terus menjalar menelusuri leher dan melumat buah dadanya, boss-ku hanya mengerang pelan. Rejeki ini benar-benar aku manfaatkan sebaik-baiknya untuk memuaskan imajinasiku, seluruh bagian tubuh boss-ku tak ada yang luput dari jilatanku, mulai dari jari tangan, leher, buah dada, perut, pinggul, pantat, liang kemaluannya yang lebat sampai paha dan jari kakinya kujilat dan kucium.

Dan saat lidahku bermain di liang kemaluannya dia mengangkat sebelah kakinya ke bathup, dengan begitu aku semakin leluasa menyedot klitorisnya dan memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, boss-ku meremas-remas rambutku semakin kuat, sambil terus menjilat kedua tanganku, meremas dan memilin kedua puting buah dadanya,

“Achhh, Bigg…” rambutku terasa mau tertarik dari akarnya saat boss-ku melepas orgasmenya yang pertama.

Aku tak begitu perduli, aku terus menciumi seluruh bagian tubuhnya, dan saat aku menciumi punggungnya, senjataku terasa nikmat terganjal di antara belahan pantatnya yang besar, tapi mungkin boss-ku sudah naiklagi nafsunya. Dibimbingnya senjataku dari belakang,

“Dorong, Big!” aku langsung memajukan pingggulku dan senjataku terasa memasuki lorong hangat yang sempit,
“Achhh, enak Big, terus yang dalam!” boss-ku makin meracau, sementara aku sendiripun merasakan nikmat yang luarbiasa, jepitan liang kemaluannya terasa sekali meremas batang kemaluanku.

Perlahan aku gerakkan pinggulku maju-mundur, sementara tanganku tak tinggal diam meremas danmemilin buah dadanya, kian lama gerakanku semakin cepat. Seluruh urat syarafku terasa agak kaku dan aliran darahku semakin cepat. Aku mencoba mengeluarkan spermaku secepatnya, tapi mungkin akibat terlalu banyak onani aku malah susah keluar, sanpai boss-ku orgasme 8 kali dan mengalami berbagai macam gaya barulah aku mulai merasakan spermaku sudah terasa di ujung batanganku,

“Bu.. saya mau keluar…”
“Sebentar, Big, tahan!”

Dia lalu menggerakan pinggulnya ke depan sehingga batanganku tercopot, dia langsung mengocok batang kemaluanku dengan tangannya yang halus, sementara bibir dan lidahnya menggelitik ujung dadaku dengan rakusnya. Nafasku bagai terhenti saat dengan kuatnya dia melumat ujung dadaku dan mempercepat kocokan tangannya di batang kemaluanku. Akhirnya seluruh tubuhku bagai merindingdan bergetar saat spermaku terpancar dengan beberapa kali denyutan-denyutan kenikmatan di seluruh batang kemaluanku.

Kulihat boss-ku tersenyum puas,

“Big, kamu termasuk hebat dalam urusan ini, besok-besok temanin Ibu lagi, yah!” aku hanya mengangguk, dan tanpa banyak kata-kata lagi boss-ku langsung mengenakan pakaiannya kembali dan meninggalkanku sendirian di kamar mandi.

Entah mimpi apa aku semalam dapat bercinta dengan boss-ku, yang jelas sejak saat itu aku jadi tidak kekurangan uang. Sayang sekarang dia sudah keluar negeri mengikuti suaminya, kalau tidak pasti masihberlanjut sampai sekarang. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Pinggul Yang Bahenol appeared first on Doyanbokep.


Cerita Seks Kuli Tua VS eks Model

$
0
0

ceritasexkulituavseksmodel

Cerita Seks Kuli Tua VS eks Model

Cerita bokep 2016,cerita bokep terupdate,cerita bokep
terbaru,cerita bokep,Didikan dan dorongan dari orang tuaku mampu menghantarkanku
menjadi orang yang memiliki status sosial dan ekonomi lumayan dibandingkan
keadaan keluargaku sebelumnya ketika aku masih kecil. Maklum kami berasal dari
keluarga yang cukup bersahaja.

Aku selalu disuruh belajar dan belajar. Kata mereka, bila
ingin memperbaiki tingkat kehidupan maka kita harus giat belajar sehingga kelak
setelah memiliki ilmu yang tinggi dan lulus dari perguruan tinggi, rejeki akan
lebih mudah didapat. Orang tuaku ada benarnya meskipun sekarang banyak sekali
sarjana menganggur, kalah sama yang berani mengambil kesempatan apa saja
biarpun tidak tinggi sekolahnya. Namun sesungguhnya ada kekurangannya juga.
Setelah menyandang gelar S1 di salah bidang keteknikan aku beruntung dengan
amat mudahnya mendapatkan pekerjaan yang bergengsi.

Namun seperti yang telah kusebutkan tadi, aku begitu
terobsesi dengan isi otak belaka, namun tidak dalam hal kepandaian bergaul.
Lebih parah lagi dalam hal bergaul dengan cewek. Asli seperti layaknya murid TK
bila dibandingkan dengan para pria dewasa lainnya. Di samping memiliki masalah
dalam psikologi, kelemahan lain yang juga kritis yang kuidap adalah masalah
fisiologi.

Aku lemah. Aku terlalu acuh dan menganggap remeh masalah
olah tubuh. Dampaknya adalah aku tidak memiliki kekuatan fisik yang prima yang
seharusnya dimiliki oleh seorang pria. Tubuhku memang tidak kerempeng, namun
kurang berotot dan bertenaga, dan celakanya lagi untuk urusan seks aku tidak
terlalu ‘jantan’. Bila melihat wanita

cantik aku hanya sekadar ngiler saja tanpa berani bertindak
lebih jauh, takut mengecewakan. Akhirnya aku hanya mampu dari ke hari
membayangkan mereka saja. Selebihnya onani, itupun paling seminggu sekali, bila
kantong sperma sudah kurasa penuh.

Tapi biarlah, tidak semua yang kita inginkan di dunia bisa
kita dapatkan, Tuhan telah sangat adil membagi karunia-Nya. Ada yang diberi
kelebihan rejeki, ada yang diberi kelebihan penampilan fisik, dan ada yang
diberi kelebihan kekuatan fisik.

Sesungguhnya semua itu tergantung juga dari cita-cita,
tempaan hidup, ataupun keadaan yang kadang tak dapat dihindari atau dikehendaki
sebenarnya. Mungkin semua orang ingin kaya, namun berhubung satu dan lain hal

mereka tidak beruntung mendapatkannya. Akan tetapi
sebenarnya bila mereka pasrah dan mampu berpikir positif

untuk menggali kelebihan-kelebihan dari
kekurangan-kekurangannya (seperti setali dua uang, di satu sisi ada plus pasti
di sisi lain ada minusnya), mereka akan menemukan keunggulan tersendiri yang
mungkin tidak dimiliki oleh orang yang mereka anggap ‘beruntung’.

Begitulah kehidupan, kebanyakan orang hanya mampu mendongak
ke atas, selalu berkeluh kesah memprihatini diri sendiri atas kelebihan orang
lain.

Sementara aku saat ini memiliki pandangan lain, aku suka iri
melihat para pria perkasa yang akibat tempaan hidupnya yang berat justru
membuat mereka memiliki kekuatan fisik yang prima, sekaligus memiliki pesona
seksual yang luar biasa bagi lawan jenis.

Aku merasa bahwa kelebihan materiku paling hanya dapat
menyilaukan mata wanita, tapi tidak benar-benar mampu membuat mereka bertekuk
lutut. Mereka mudah dekat denganku karena statusku, namun aku merasa mereka
tidak benar-benar di ‘dekatku’ setelah merasakan ‘keintiman’ denganku.

Sehingga pada suatu ketika aku menemukan metode yang
kuanggap dapat memuaskan hasratku, meskipun tidak secara langsung namun
ternyata luar biasa kenikmatan yang dapat kuraih, yaitu memuaskan diri dengan
meminjam kemampuan orang lain.

Inilah sebagian kisah-kisahku dalam mendapatkan kepuasan
seksual tetapi tidak secara langsung melakukannya

sendiri, alias kepuasan sekunder.

Menyutradarai

Suatu pagi di hari Sabtu ketika sedang jalan-jalan cari
angin untuk menumpas kejenuhan dan kepenatan kerja beberapa bulan ini aku
mencoba rute ke arah pelabuhan yang selama ini belum pernah kucoba. Memasuki
tol dalam kota aku menuju arah pelabuhan Tanjung Priok. Rencanaku adalah
melihat-lihat suasana pelabuhan. Mengamati kapal berlabuh atau berlayar,
kesibukan bongkar muat, atau hal-hal lainnya yang benar-benar baru.

Kuparkir mobil di areal parkir lalu aku mendekati anjungan
sambil bersedeku di pagar. Hawa semilir pelabuhan masih segar di pagi hari.
Kesibukan pelabuhan sudah mulai.

Pertama kuamati kapal besar yang berlabuh. Nampaknya kapal
barang, karena lebih banyak barang yang turun ketimbang manusia. Tiba-tiba
terlintas kilat sesuatu di kepalaku. Aha, kenapa tidak kucoba? Lalu mulai
kuteliti satu per satu para kuli pelabuhan.beritaseks.com Ada beberapa yang tua, namun
kebanyakan masih muda. Badan mereka rata-rata kekar berotot. Rata-rata berkulit
gelap mungkin karena tertempa teriknya matahari pelabuhan selama
bertahun-tahun. Tapi bagaimana caranya? Aku sedang mendebat diriku sendiri. Ah,
macam mana mereka bisa menolak penawaranku.

Lalu aku mencoba menyeleksi secara diam-diam, siapa diantara
mereka yang hendak kupilih sebagai calonnya. Yang tua? Sebenarnya nggak
masalah, toh mereka nampaknya juga masih jantan. Yang muda, tentu saja memiliki
peluang keberhasilan yang lebih besar untuk rencanaku nanti.

Akhirnya kupilihlah yang agak tua, sekitar 50 tahunan,
dengan pertimbangan yang tua lebih berpengalaman dan lebih mampu mengendalikan
permainan. Di samping itu itung-itung membantunya secara finansial, kasihan tua-tua
masih banting tulang menjadi kuli. Nah sekarang tahapan selanjutnya adalah
melobi dan merayu si Bapak agar bersedia menjadi aktor dalam permainan erotis
ini.  “Pagi?”, sapaku mencoba ramah.
“Pagi juga”, bapak ini agak terkejut dan grogi ketika disapa seorang perlente
seperti diriku ini (hehe memuji diri sendiri) hingga menimbulkan sejuta
pertanyaan baginya, tiba-tiba ada orang asing yang menyapanya.

“Boleh ngomong sebentar, 5 menit aja Pak”.

“O.. Oh ya boleh, boleh, ada apa Den?”.

“Panggil aja Pradana, jangan pakai Dan-Den segala”,gurauku.
Mencoba mencairkan ketegangan.

“Gini Pak, saya mau minta tolong tapi saya juga khawatirakan
Bapak tolak mentah-mentah.”

Bapak ini menunggu kalimatku selanjutnya, lalu nggak tahan
akhirnya bertanya.

“Pertolongan apa, Nak Pradana?”.

“Istri Bapak ada di mana? Di kampung atau dibawa keJakarta
sini?”.

“Ah ya ditinggal di kampung saja Pak, susah kalau dibawa ke
sini. Berat hidup di Jakarta Pak.”

Oho, ada peluang nih.

“Lah berapa lama Bapak tidak ketemu istri?”, pancingku.

“Sebulan, kadang lebih. Emang kenapa ya Nak?”.

“Nggak kok, apakah Bapak tidak terlalu lama berpisah dari
istri”, kukupas halus naluri dasar seorang manusia, khususnya pria.

“Heh heh.. Bapak tahulah maksud Nak Pradana. Habis gimana
yah, memang masalah makan jadi nomor satu bagi saya. Jadi harus berjauh-jauhan
dari istri agar ada yang bisa dimakan. Daripada kumpul, kami mau makan apa?”.

“Okelah gini Pak, singkat kata aja ya, saya mau membantu Bapak
untuk menyalurkan kekangenan Bapak kepada istri atau wanita tepatnya.”

“Waduh, Bapak nggak punya duit lebih untuk begitu-begitu Nak.”

“Oh tidak, tidak, Bapak tidak perlu mengeluarkan biaya. Nanti
biarlah saya yang membiayai semua ini bahkan ada tips buat Bapak. Jadi tinggal
Bapak bilang saja bersedia nanti sisanya biar saya yang urus. Gimana, mau nggak
Pak?”

Hampir aku kejedot rantai kapal yang besar-besar itu ketika
si bapak akhirnya meng-aprove proposalku. Laki-laki mah di mana-mana sebenarnya
sama saja, sulit menolak penawaran menggiurkan seperti ini. Aku sudah bergairah
duluan ketika membayangkan bakal ada adegan panas antara ‘Beauty and the
beast’. Permainan kontras yang mampu melecut gairahku.

Kuputuskan segera mengontak sang pemeran wanita pagi-pagi
supaya tidak keburu dibooking orang. Begitu mendapat konfirmasi atas
kesediaannya untuk menyediakan waktunya malam ini, maka bergegas pula kukontak
sebuah hotel kelas sedang. Yang penting tempatnya agak terlindung dari
keramaian. Si bapak akan kujemput duluan sore-sore dari tempat kerjanya sesuai
janjiku untuk mengurus semuanya. Sementara pemeran wanita akan datang sendiri
tanpa perlu dijemput.

Aku biasa membeli tabloid-tabloid panas yang banyak tersedia
di ibukota. Aku suka memelihara gairahku akan wanita dengan berlangganan
membeli filem bokep, tabloid atau majalah panas yang berisi info mengenai
esek-esek di ibukota. Dengan seringnya berlangganan membeli tabloid semacam itu,
aku jadi banyak mendapatkan informasi mengenai agen-agen yang menyediakan
wanita untuk melayani syahwat para lelaki/wanita.

Jam 20.00 aku dan si bapak telah berada di dalam kamar hotel
setelah makan malam, kami mengobrol berbagai hal sambil menunggu kedatangan
wanita cantik pesananku. Tentu saja tarif sekelas dia lumayan mahal, di atas rata-rata
tarif wanita panggilan lainnya. Tapi biarlah, fantasi kadang meminta ongkos
besar.

Tit.. tit.., HP-ku berbunyi, kuangkat..

“Yes dear, dah nyampe?”.

“Udah di bawah Mas, di kamar berapa?”, terdengar suara riang.
Professional sekali. Semua dilayani dengan riang asal sesuai tarif.

“313, ke kiri dari lift ya.”

“OK Mas..”

Kulihat si bapak agak grogi juga, kutenangkan bahwa semua
ini dilandasi alasan komersial belaka. Jadi tidak perlu takut akan ditolak.
Siapa tahu malah si wanita setelah malam ini akan menjadi ketagihan kataku. Kan
malah lebih enak nanti-nanti dapet layanan rutin gratisan dari si Mbak,
gurauku. Banyak kok wanita yang menginginkan seks sejati, yang benar-benar
mampu membuat si wanita terkapar dalam orgasme sejati. Dan itu tidak ada
kaitannya dengan siapa bapak, tetapi apa yang bapak dapat lakukan untuk
memuaskan si wanita. Si bapak mulai kendor ketegangannya.

Ting.. tong.., Kubuka pintu kamar.

Bella

“Hai”, salamnya.

“Hai juga, sendiri apa dianter?”, kutanya basa basi.

“Dianter dedemit apa, hehehe”, cair sekali suasananya.

Semoga semuanya berjalan lancar. Ini semua demi
kepentinganku, menyalurkan hasrat seksualku yang lagi menuntut.

Kuamati dandanannya cukup berkelas, bahkan tidak nampak
norak bak pelacur kelas jalanan, maklum eks model. Memang yang kupilih adalah
eks model untuk memastikan kualitas kecantikannya. Sebenarnya banyak juga yang cantik-cantik
yang bukan model, tetapi daripada seperti memilih kucing dalam karung mendingan
cari kepastian aja deh. Kulit putih mulus, tinggi langsing dengan dada
menjulang, hidung mancung dan wajah oval. Klop sebagai the beauty. Dia sempat
agak kaget ketika ada orang lain di situ, Bapak itu, yang duduk di kursi pojok
ruangan. Bapak itu anteng saja dan tidak menatap sama sekali sang aktris.

“Bella, ehm sori ya kita perlu bicara sebentar”, aku mulai
menceritakan semuanya sejak masalahku sampai hasratku yang dapat dipenuhi
melalui cara ini. “Tenang aja Mas, no problem, it’s all about money, Dear. But
it’s better when he could make me satisfied. Who knows.”

Aku lega sekali, malah dia mulai menatap bapak itu dengan
tatapan tajam dan mengundang. Kudekati si bapak dan memberitahukan bahwa
wanitanya oke-oke saja malah penasaran ingin menikmati tubuhnya. Si Bapak mulai
bangkit dan berani menatap Si Wanita.

Aku duduk di pojok dan mempersilakan keduanya melakukan
adegan sesuai dengan inovasi mereka sendiri. Keduanya duduk di tepian ranjang.
Sengaja tadi si Bapak tidak kusuruh mandi dulu, badannya masih berkilau-kilau berkeringat
meskipun sudah agak lama terkena AC kamar hotel. Biarlah mereka yang memutuskan
untuk mandi  atau tidak.

Si Bapak masih canggung, Si Wanita yang membimbing. Dipegangnya
tangan Si Bapak lalu ditimpakan di pangkuannya sambil diiringi dengan lembut
tatapan merayu seorang wanita. Badannya mencondong sehingga tetek sebelahnya
yang gede itu telah berkenalan dengan lengan Si Bapak yang kokoh. Nah, Harimau
sudah menggeliat mulai terpancing dari tidurnya. Direngkuhnya pundak Bella.
Dibelai-belai, dan tangan satunya mulai mengusap-usap paha.beritaseks.com Bella menggelinjang
karena tangan kasar itu sangat efektif meraba ujung-ujung sarafnya. Bella
sedang mencoba dunia baru. Dunia bawah tanah yang tidak pernah ditengok
sebelumnya. Rasa penasaran membangkitkan gairahnya. Roknya berbelah tinggi,
hingga ketika duduk pahanya sudah terpampang telanjang sampai pangkal. Si Bapak
yang bibirnya hitam kasar mendekat menuju pipi. Nafas nampak mulai memburu dan
bertekanan, otot-otot mukanya mulai bangkit menonjol dan mengeras.

Pemandangan erotis yang luar biasa ini ditangkap oleh mata Bella
sangat mengkilik-kilik nurani kewanitaannya. Ingin ia melayani dan
memuaskannya. Naluri bawaan setiap wanita. Aku ikut mulai menghangat. Ketika Bella
mulai membuka kancing baju batik lusuh Si Bapak satu-persatu dari ujung atas,
bibir hitam dan tebal Si Bapak sedang mulai menyapu-nyapu pipi mulus Bella.
Pipi Bella merona hangat dialiri darah yang terpacu oleh jantung yang meningkat
detaknya. Permainan semakin meningkat dengan mulai naiknya usapan telapak lebar
dan kasar Si Bapak menuju pangkal paha. Bella meremang. Tubuhnya menjadi makin
merapat, teteknya ingin mendapatkan tekanan-tekanan yang lebih kuat dari tubuh
si laki-laki perkasa. Setengah kesadarannya mulai meninggalkan dirinya. Ia
ingin semua tubuhnya dirajam tangan-tangan kasar itu.

Dibelai-belainya lengan-lengan Si Bapak, menyelami betapa
perkasanya lelaki ini. Darahnya berpacu kencang. Mukanya semakin merona merah
memberitakan tentang hasrat. Ciuman-ciuman menjilat berpindah ke arah leher di
belakang telinga Bella, lenguhan-lenguhan kecil menjadi tak terbendung.
Semuanya dari dalam dirinya ingin keluar bebas. Aku spanning. Tak sedetikpun
kulewatkan adegan real bokep di depan mataku.

Tangan kiri Bella mulai menjemput pangkal paha Si Bapak dan
mulai mengusap-usap kelelakiannya. Kadang diselingi dengan menekan-nekan. Si
Bapak mulai melenguh-lenguh. Otot-otot wajahnya semakin tegas dan menebal. Lalu
menggulati dengan penuh tubuh Bella, merengkuh kuat.

Yes, luar biasa. Kaki kiri Bella sudah menumpang di atas
paha kiri Si Bapak. Mereka mulai berpagutan sambil duduk di tepian ranjang,
bibir hitam tebal berbau rokok lisong melawan bibir mungil mulus merah merekah
milik Bella. Sensasional sekali. Adegan ciuman dan saling melumat berlangsung,
berpagut beradu lidah. Dua kutub dunia sedang berpadu di kamar hotel ini.
Karena berasal dari dua kutub ekstrim maka tarikannya luar biasa kuat.
Sedotan-sedotan kuat mengiringi permainan pemanasan. Kuasa birahi mulai
menancapkan kukunya pada dua makhluk yang sedang bercumbu ini.

Bella tidak tahan dan sekarang mulai penuh mengangkangi
dengan duduk di atas pangkuan Si Bapak. Punggungnya dijamah dan diusap-usap
sampai batas leher belakang dengan tangan-tangan tua namun masih kekar dan
berotot itu. Bella merinding sehingga bulu kuduknya meremang. Urat-urat tuanya
yang menonjol yang sedang menggarap punggung Bella membangkitkan kesan visual
yang luar biasa.

Adegan dilanjutkan dengan saling kulum kembali dan kedua
lidah berlawanan jenis itu saling menggenjot dan berpagut. Kecipak-kecipak
bunyi ludah menyemangati keduanya. Rasa jijik telah musnah dirontokkan oleh birahi
yang menyeruak paksa. Libido mengambil kendali.

Si Bapak mengamati Bella yang telah mulai banyak memejamkan
mata dalam penghayatan. Bella sudah dalam kekuasaannya. Si Bapak masih memegang
kendali. Belum terlarut, pengalaman dan usia membuatnya menang angin.

Adu mulut disudahi dengan menurunnya serangan Si Bapak
menuju tetek-tetek Bella. Kepala Bella mulai terayun-ayun ke belakang dengan
mata yang sayu-sayu mengawang. Rambut ikalnya yang sepanjang bahu terburai dari
ikatannya. Kaki-kaki putih langsingnya kokoh mengapit dan sudah nampak tegang.

Dari samping aku dapat melihat bagian depan Bella telah
ditelanjangi, tetek-teteknya telah dikupas keluar dari Bra-nya sehingga
tetek-teteknya malah kelihatan tambah mencuat karena tersangga oleh Bra-nya
yang masih menggantung kencang. Tetek-teteknya luar biasa mulus dan kencang,
putingnya mengeras merah tua, dan sekarang sedang disedot-sedot rakus oleh Si
Bapak.

“Enak Neng?”, pertanyaan yang tidak perlu diajukan.

Bella sudah mulai menggelepar pasrah. Semua sarafnya telah
bersedia untuk meneruskan penjelajahan.

“Eehhm.. Ehh..”, hanya lenguhan-lenguhan Bella yang keluar
sebagai tanda penerimaan yang tidak dibuat-buat.

Sensitivitas kewanitaannya telah terangsang sempurna.
Pantatnya ditekan-tekankan di atas gundukan kelelakian Si Bapak yang telah
menjulang karena vaginanya kini telah ikut mulai gatal dan geli karena
dipengaruhi hormon sexnya.

Pergerakan olah asmara merangkak dengan irama yang mengalir
alami. Lalu tiba-tiba tangan kiri Si Bapak menyelinap dari belakang pantat Bella,
masuk ke dalam CD-nya dan menjangkau liang kewanitaan Bella. Si Bapak ahli
mengaparkan wanita agar semakin tenggelam dalam kuasa nafsunya sendiri. Semua
dirangsangnya maka wanita akan mabuk birahi. Semakin liar Bella menggolek-golekkan
kepalanya.

“Oohh yess.. Arrgghh.. Fuck me.. Ooh my old man..”,
rintihan-rintihan erotis menggema di ruangan.

Si Bapak mengangkat Bella dengan entengnya (biasanya
mengangkat beras sekwintal, Bella paling 55 Kg). Lalu direbahkannya telentang
di ranjang. CD Bella dilolosi. Rok dan bajunya masih dibiarkan belum dilepas.
Roknya disingkap. Nampak di depan matanya sebuah keindahan dunia. Selangkangan
yang bersih mulus dilengkapi dengan rambut-rambut kemaluan yang dipotong rapi.
Di tengah-tengahnya bersemayam lubang kenikmatan berwarna merah dadu. Si Bapak
terpana.

“Memek kayak Neng ini bagus benget ya, indah sekali dan
wangi. Bapak ingin melahapnya Neng. Boleh ya Neng?”.

Tanpa persetujuan Bella lalu dengan rakusnya mulut Si Bapak
mulai mencomot vagina Bella.

“Bapak akan menjilati memek Neng sampai luber yaah..”, Bella
mengangguk dan memohon.

Si Bapak menguakkan paha-paha putih Bella lebar-lebar lalu
menenggelamkan kepalanya di antara keduanya. Bau wangi vagina yang terawat Bella
menyergap hidungnya.

“Wangi sekali memek Neng, oohh sedapnya.”

“Ooggh yess.. Fuckkerrh.. Ssucck mmee..”, pantatnya

terangkat-angkat ketika mulut Si Bapak mengulum bibir vagina
Bella.

Lidahnya mulai dimainkan keluar-masuk di liang kenikmatan Bella.
Kadang melesak dalam-dalam dalam rangka memburu dan mencari itil, bila ketemu
terus disodok-sodokkan sampai membikin gila Bella. Tangan Bella terbang kian
kemari, mencengkeram kepala Si Bapak agar menekan lebih kuat, menjambaki rambut
sendiri, lalu lurus mencengkeram sprei kuat-kuat. Begitu berulang-ulang dan
bergantian. Kaki-kaki langsing putihnya telah
enumpang di atas pundak Si Bapak berkelojot-kelojot.

“Giillaa.. Ennaakkh.. Baanngeet.. Teruss.. Paakk..
Ayyoohh..”, hentakan-hentakan pantatnya naik turun menandakan nafsunya sedang
memuncak luar biasa. Dan yang lebih luar biasa permainan pemanasan telah
berlangsung setengah jam lebih. Aku menelan ludah dan melotot. Kukeluarkan penisku
dan kukocok.

Lalu si Bapak menghentikan permainan lidahnya. Bajunya
dilepas, celananya, CD-nya, dan jreenng, penis hitamnya telah mencuat tegak
berkilau-kilau, luar biasa besar dan panjang. Made in nature. Alam yang
menciptakannya. Aku iri hati.

Lalu si Bapak menaiki ranjang, disorongkannya penis supernya
ke mulut Bella, Bella menyongsong nafsu. Tersedak. Lalu mulai menjilatinya.
Meludah. Mulai menjilati kembali. Ketika batang sudah mengkilat lalu bless,
dimasukkan ke mulutnya. Monyong mulutnya menampung lingga segede itu. Tegar dan
kokoh. Tangan kiri Bapak menjangkau ke belakang, mencari vagina Bella. Lalu
dicolokkannya. Dengan jari tengahnya lalu vagina Bella yang telah agak kuyup
dikocok-kocok. Bella menjerit-jerit.

“Buussyeett.. Arrghh.. Aadduhh.. Aaghh.. Aahh “, Bella mulai
menggila kembali. Kedua lubang Bella disenggamai bersamaan. Mulut dan vagina-nya.

“Ayyoo neengg.. Teruss.. Aahh.. Ahh..”, Si Bapak rupanya
sudah mulai fly juga. Dimajumundurkan penisnya sehingga mulut Bella
termonyong-monyong.

“Seddott.. Seddott.. Neng..”.

Fantasi dikulum bidadari menerbangkan jiwanya menuju
kesempurnaan kenikmatan yang dirasakan oleh saraf-saraf alat senggamanya.
Kekuasaan virtual bahwa telah mampu menindih dan akan menyetubuhi seorang
bidadari dari negeri awang-awang telah menghantar birahinya melampaui batas
kesadaran. Ekstase. Osilasi pantatnya semakin akseleratif, kepala Bella
terpental-pental maju mundur. Dan crroott.. Crroott luar biasa pejuh yang diproduksinya.

“Oohh neenngg.. Tellan.. Teellaan.. Yaagghh”, sambil
terhentak-hentak kelojotan Si Bapak mengangkat kepala Bella dan menekan penisnya
agar tidak lepas dari mulut Bella.

Bella gelagapan tetapi menikmati menyeruput pejuh yang
banjir di mulutnya. Menjilat-jilat lalu menelannya. Aku belum keluar, pegel
sedari tegang terus belum ada hasil. Aku masih menginginkan adegan senggama
kelamin  Vs. Kelamin.

Lalu robohlah sosok tua Si Bapak menggelosor di samping Bella
setelah nyaris 1 jam permainan berlangsung. Menelentang menatap langit-langit
kamar, nafas ngos-ngosan dengan dada kembang kempis. Bella belum klimaks. Bella
melap mulutnya lalu menuju toilet. Beberapa menit kemudian dia keluar dengan
bertelanjang. Menghampiri Si Bapak, mengangkanginya, lalu mulai mengocok batang
penis Si Bapak. Memanasi Si Bapak, dia ingin ikut dituntaskan. Penyelesaian
atas dirinya adalah  keharusan.

Si Bapak semakin terpana, tubuh yang begitu indah
menginginkan dirinya. Putih bak salju, lembut dan mulus. Badan ramping, tinggi,
tetek besar, perut rata, pinggang kecil, pantat padat montok, usia masih belia.
Tiada cacat atas dirinya. Alangkah merasa beruntungnya Si Bapak. Sudah
menikmati tubuh bidadari seindah ini masih dibayar pula. Seumur-umur tidak
pernah terbayangkan sama sekali bakal dianugerahi keajaiban seperti ini.

Penis Si Bapak diusap-usapkan ke bibir vaginanya. Dia ingin
disetubuhi dengan sempurna, vaginanya ingin dimasuki.

Mereka berdua telanjang kini. Si Bapak di bawah, Bella
mengangkang dan sedang mengocok. Tangan Si Bapak merengkuh tetek-teteknya,
meremas-remas, memilin-milin putingnya, lalu mengenyot-ngenyotnya. Bella masih
panas, tetapi dia masih belum diklimakskan. Vaginanya meneteskan cairan-cairan,
nampak lebih kuyup dari sebelumnya.

Dibangkit-bangkitkan kembali gairah lelaki tua di bawahnya.
Dan tanpa menunggu lama penis Si Bapak mulai dialiri darah kembali sehingga
mulai meregang. Bella senang. Semakin ditekuninya kocok-kocokannya. Dijilatinya
tetek-tetek Si Bapak. Tangannya kadang mengelus pangkal penis, area penuh
saraf, Si Bapak mulai mendengus.

Direngkuhnya agar Bella mendekat, dikulum puting-puting
teteknya, lalu mereka berpagutan kembali. Tangan-tangan berotot Si Bapak
bergeser meremas-remas pantat montok Bella. Diusap-usapnya bibir vagina Bella,
lalu diselipkan jari tengah kedua tangannya melesak ke lubang vagina Bella. Bella
menjerit.

Ketegangan penis Si Bapak telah sempurna kembali, Bella
menuntunnya menuju lubang miliknya. Diusap-usapkan terlebih dahulu memutari
sekeliling bibir vaginanya. Bella terpekik-pekik dan meregang-regang. Lalu
dijebloskannya penis itu pelan dan pasti.

“Ehhg.. Egghh..”, pantatnya naik turun, maju mundur,
mengebor seluruh titik-titik kenikmatannya.

Matanya terpejam dengan bibir yang menganga dan
mendesah-desah histeris. Pantatnya diputar-putar, mencari persinggungan penis
dengan saraf di dalam lubangnya yang paling sensitif. Bila ketemu lalu dia
terpekik dan dipercepat kocokannya.beritaseks.com Si Bapak terbawa gairah kembali sehingga
pantatnya pun ikut diputar dan digoyang-goyangkan. Membikin Bella semakin gila.

Berhubung Si Bapak telah sempat orgasme maka permainan ini
akan memakan waktu lama. Hal ini bakal
enyenangkan dan memuaskan Bella sampai titik darah penghabisan. Bella
terus mengocok-ngocokkan vaginanya. Kepalanya bergoyang dan tergolek-golek liar
ke kanan-kiri. Desahannya semakin keras.

“Auh.. Auh.. Emmfh..”, keringat di punggungnya mengalir
deras. Mukanya berleleran peluh. Bella masih butuh waktu.

Gesekan-gesekan vaginanya dinikmati detik demi detik.
Bibir-bibirnya digigitnya sendiri. Dia ingin berlama-lama memanjakan vaginanya
mendapatkan desakan-desakan penis perkasa. Dia tidak ingin cepat berlalu, dia
menahan diri. Vaginanya berkedut, dia pelankan genjotannya. Bila sudah agak
rileks dimulakannya lagi gesekan vagina-nya. Dia ingin menikmati semalaman vagina-nya
dijajah penis langka milik Pak Tua ini. Dia tidak ingin kehilangan  esempatan. Sudah setengah jam dia memanjakan vagina-nya.

Lalu tiba-tiba Bella menghentikan kocokannya dan meregang,
kepalanya melengkung dengan tangan mencengkeram dada Si Bapak kuat-kuat,
badannya menggigil lalu menyentak-nyentak. Orgasmenya telah tiba.

“Ehh.. Ugghh.. Ehhmm.. Ohh.. Oohh.. Oogghh”, lolongnya dan..

Crott.. Croott cairan menyemprot dari lubang vaginanya.
Seperti air kencing mengalir deras keluar. Jari-jari Si Bapak segera menyapu
cairan itu dan menjilatinya. Dia ingin menikmati cairan kewanitaan Bella.
Seperti apa rasa cairan seorang bidadari.

“Enak nih pejuh Neng.”

Si Bapak belum orgasme, lalu dengan cepat bangkit dan
ditunggingkan Bella. Dengan amat nafsu disodoknya vagina Bella dari belakang.

“Ohh.. Neng.. Ooh.. Oohh.. Oohh.. Neengg”, Si Bapak meracau
histeris sambil memacu penisnya menembusi vagina dengan cepat dan bertenaga.

Berkecipak-kecipak suara vagina Bella dihajar penis Si Bapak
yang masih kokoh dan tegang itu. Tangan kekarnya kadang menepuk pantat bahenol
dan padat Bella sampai merah kulitnya, Bella meringis-ringis antara nikmat dan perih.
Penderitaan kadang diserap wanita sebagai bagian dari kenikmatan. Terlebih
secara bersamaan dirinya sedang tenggelam dalam birahi. Adonan yang menimbulkan
kenikmatan ekstra.

“Aauughh.. Aaugghh.. Eehhmggh..”, Bella mulai bergairah
kembali. Vaginanya berdenyut-denyut menyekap penis Si

Bapak sehingga dari mulut Si Bapak mencerocos erang-erangan
kenikmatan. “Emmppoott.. Neengghh.. Ennaakk.. Bbanngeet.. Adduuhh.. eeehghh..”,
semakin liar sodokan Si Bapak, sampai pantat Bella merah-merah karena
hantaman-hantaman paha Si Bapak.

Penis diayun untuk menyodok sedalam-dalamnya. Keduanya
tercerai dari kesadaran kembali. Erangan dan ceracau terlontar di luar kendali
akal. Aku mulai mendaki dan kupercepat kocokan tanganku, aku masih duduk dengan
resleting terbuka.

Lalu kulihat dengan kasar Bella ditelentangkan dan diangkat
satu kakinya yang kanan dan dipegangi. Lurus ke atas. Didekatkan penisnya
kembali, dengan tubuh tegak sejajar kaki kanan Bella, Si Bapak memajukan dan
menghujamkan penisnya lalu mulai mengayuh kembali.

Keduanya berpacu kembali, berliter-liter keringat telah
membanjir keluar dari tubuh keduanya sampai sprei basah kuyup. Tetek-tetek Bella
tergoncang-goncang hebat. Si Bapak rupanya telah gemas dan geram dalam luapan
birahi yang lebih mendera dari permainan pertama. Hunjaman-hunjaman penisnya
kuat dan menyentak. Bella entah telah berada di mana saat ini, mungkin dia
sudah lenyap tenggelam di dasar samudera kenikmatan purba. Matanya hanya
membeliak-beliak dengan erangan-erangan yang sudah semakin menghilang. Kenikmatan
paling puncak telah tinggal sejengkal. Dan..

“Oohggh.. Aaghh.. Eegh.. Eeghh.. Eeghh.. Maauuhh..
Nyampaihh.. Neenngghh.”

Bella tidak sempat menanggapi lagi karena dia sudah
melampaui batas kesadaran, kenikmatan kali ini yang dia rasakan sudah tak
terukur. Kata-kata sudah lenyap tak bermakna. Lalu keduanya bersamaan nyaring
berteriak..

“Aahh!!”.

Keduanya melengkungkan tubuh masing-masing ingin saling
memasuki, Si Bapak mencoba menembuskan penisnya sampai ke tempat terdalam milik
Bella, Bella ingin mencakup seluruh milih Si Bapak. Keduanya melipat dan saling
mengatupkan dirinya dengan kuat-kuat ingin berpadu tak teruraikan.

Orgasme sempurna telah dilampaui. Mereka menggelepar. Diam
membisu masih meringkuk dan berpadu. Aku juga keluar sudah, sambil duduk di
kursi. Pengalaman luar biasa yang pernah kualami. Kontras membuat kekuatan tak terkira.

Kami lalu tertidur. Kira-kira jam 5 pagi aku terbangun
karena terganggu suara berisik, rupanya kedua makhluk didepanku sedang memacu
birahi kembali. Kulihat Bella sedang mengangkangi kembali Si Bapak, dengan
posisi membelakangi. Bella telah menemukan sang pemuas nafsunya. Dia seolah
ingin menghabiskan hidupnya disenggamai Si Bapak tua sang kuli pelabuhan yang
kekar dan kokoh itu. Aku yakin mereka pasti akan sering bertemu setelah malam
ini. Aku senang karena Si Bapak bakal tidak kesepian di ibukota ini bila sedang
dilanda birahi.

Sejak menikmati adegan Si Bapak dengan Eks Model itu
membuatku keranjingan untuk mencoba mengadakan kembali acara-acara begini namun
dengan aktor dan aktris yang berbeda.

E N D

cerita sex 2016,cerita sex terbaru,cerita sex
terupdate,cerita sex, cerita seks 2016,cerita seks terupdate,cerita seks
terbaru,cerita seks,

The post Cerita Seks Kuli Tua VS eks Model appeared first on Doyanbokep.

Kisah Seks Istri Juragan Beras

$
0
0

kisahseksistrijuraganberas

Kisah Seks Istri Juragan Beras

Ceritanya, hanya persoalan sepele yaitu orang tuaku
menghendaki agar aku tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, tapi aku
tetap ngotot untuk mendaftar pada salah satu perguruan tinggi di Makassar.

Karena tidak didukung orang tua, aku terpaksa meminjam uang dari tetangga
sebesar Rp.10.000, buat ongkos mobil ke Makassar dan sisanya buat jajan. Karena
aku tidak punya kenalan di Kota Makassar, maka aku terpaksa bermalam di
terminal bus sambil mencari kenalan agar aku bisa mendapatkan kerja secepatnya.
Kerja apa saja asal halal.

Setelah dua hari aku bergaul dengan orang-orang terminal,
akhirnya ketemu dengan seorang tukang batu yang waktu itu sedang merenovasi
tembok dan ruang tunggu para penumpang. Aku menawarkan diri menjadi buruh pada
tukang tersebut, dan setelah kuceritakan masalahku yang sebenarnya, akhirnya ia
menerima tawaranku itu. Aku ditawarkan gaji Rp.2.000/hari tanpa ditanggung
makan dan penginapan. Aku langsung setuju saja, sebab jika tidak, aku akan mati
kelaparan mengingat uang jajanku telah habis. Namun aku minta agar gajiku dapat
kuterima setiap hari dan tukang itupun setuju.

Setelah lima hari aku bekerja dengan tekun dan bermalam
bersama dengan sopir-sopir bus malam di terminal, aku dikenalkan dengan seorang
pengusaha beras yang kaya oleh salah seorang sopir bus kenalanku di terminal
itu. Malam itu aku diantar ke salah satu rumah besar yang beralamat di Jl. SA.
Aku gemetaran dan nampak kampungan ketika memasuki rumah yang serba mewah itu.
Kalau tidak salah, ada 7 buah mobil truk dan dua mobil sedang serta 3 mobil
kijang pick up di parkir di depannya. Seorang pembantu laki-laki setengah baya
mempersilakanku masuk duduk di ruang tamu. Tidak lama kemudian seorang kimcil
entah pembantu atau keluarga si pengusaha itu sedang membawa 3 cangkir kopi
beserta kue kering. Kue seperti itu rasanya seringkali aku makan di kampungku.

Setelah kami duduk kurang lebih 2 menit di ruang tamu,
tiba-tiba: “Iyana eddi muaseng elo makkulliah na de’ gaga ongkosona? (Ini
orangnya yang kamu maksud mau kuliah tapi tidak punya biaya?)” tanya seseorang yang
baru saja keluar dari kamarnya dengan perawakan tinggi besar, perut gendut
dengan warna kulit agak hitam. Ia gunakan bahasa Bugis mirip bahasa yang
sehari-hari kugunakan di kampungku. “Iye’ puang. Iyana eddi utihirakki (Yah
betul. Inilah orangnya yang saya antar)” jawab si sopir yang mengantarku itu.

Selama di rumah itu, kami bercakap dengan memakai bahasa
daerah Bugis. Namun, untuk memudahkan dan memperjelas kisahku ini, sebaiknya
kugunakan bahasa Indonesia saja tanpa mengurangi makna percakapan kami, apalagi
bahasa percakapan kami adalah campuran bahasa Indonesia dan Bugis.

“Oh yah, masuk saja dulu makan nak, siapa tahu temanmu itu
belum makan malam” katanya pada si sopir itu sambil mempersilakan kami masuk ke
ruang dapur.

“Ayo Nif, kita sama-sama makan dulu baru ngobrol lagi”
ajakan si sopir itu seolah ia sudah terbiasa di rumah itu.

“Yah.. Terima kasih Pak. Rasanya aku masih kenyang” kataku
pura-pura kenyang meskipun sebenarnya aku sangat lapar karena belum makan
malam.

“Ayo.. Masuklah.. Jangan malu-malu. Tidak ada siapa-siapa di
rumah ini. Biar sedikit saja di makan” kata sopir bersama dengan si pemilik
rumah itu sambil ia berdiri menuntunku masuk ke ruang makan. Ternyata di atas
meja telah tersedia makanan lengkap seolah meja itu tidak pernah kosong dari
makanan.

Setelah kami duduk di depan meja makan, aku menoleh kiri
kanan dalam ruangan itu dan sempat kulihat 3 orang perempuan di rumah itu.
Seorang di antaranya sedang cuci piring. Ia sudah cukup tua, yang jika ditaksir
usianya sekitar 50 tahun ke atas. Sedang yang satunya lagi sedang berbaring di
atas salah satu tempat tidur sambil membaca koran. Bila ditaksir usianya antara
30 sampai 40 tahun. Namun seorang wanita lagi sedang asyik nonton TV sambil
bersandar pada rosban tempat wanita berbaring sambil baca koran tadi. Ia nampak
masih muda. Jika ditaksir usianya sekitar 17 sampai 25 tahun. Nampaknya ia
masih kimcil. Selama kami menyantap makanan di atas meja itu, kami tidak pernah
bicara sama sekali. Namun aku merasa diperhatikan sejak tadi oleh wanita
setenga baya yang sedang baca koran itu. Ia sesekali mengintip aku sambil
memegang korannya. Lebih aneh lagi, setiap kami beradu pandangan, wanita itu
melempar senyum manis. Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya, tapi aku tetap
membalas dengan senyuman tanpa diperhatikan oleh si sopir teman makanku itu.
Kalau bukan karena si sopir itu berhenti duluan makan, aku tidak bakal berhenti
makan dan aku semakin betah duduk berlama-lama di kursi makan itu berkat
lemparan senyum si wanita setengah baya itu.

Setelah kami duduk kembali bersama dengan si sopir itu di
ruang tamu, laki-laki berperawakan besar tadi kembali duduk di depanku dan
berkata,

“Kamu dari daerah mana dan dimana orang tuamu nak?” tanya
laki-laki itu.

“Dari Bone Pak. Orang tuaku tinggal di kampung” jawabku.

“Kamu tinggal di Kota Bone atau desanya?” tanyanya lagi
serius.

“Di kampung jauh dari kota Pak” jawabku lagi.

“Saya sudah dengar permasalahanmu dari sopir ini. Kalau kamu
mau tinggal sama kami, aku siap membiayai kuliahmu jika kamu lulus nanti”

“Terima kasih banyak Pak atas budi baik bapak. Aku bersyukur
sekali bisa bertemu dengan bapak” kataku dengan penuh kesopanan.

“Kebetulan sekali kami juga asli Bugis tapi Bugis Sinjai.
Bahkan istri pertamaku tinggal di Kota Sinjai” lanjutnya terus terang.

“Yah kalau begitu, aku sangat beruntung pergi ke Makassar
ini,” kataku.

Setelah kurang lebih 3 jam kami ngobrol, laki-laki itu
menyuruh kami masuk ke salah satu kamar depan untuk istirahat. Tapi si Sopir
temanku itu malah minta pamit dengan alasan pagi-pagi mau cari penumpang. Aku
mengerti dan laki-laki tadi yang belakangan kuketahui kalau ia adalah majikanku
dan kepala rumah tangga dalam keluarga itu, mengizinkan si sopir tadi pulang ke
terminal. Sebelum majikanku itu berangkat untuk mengurus usahanya pada esok
harinya, sambil menyantap hidangan pagi bersama istrinya yang kemarin kulihat
baca koran dan anak satu-satunya di rumah itu yang kemarin nonton TV di ruang
makan, ia memperkenalkan seluruh anggota keluarga dan pembantunya di rumah itu,
termasuk sopirnya.

Setelah itu ia tunjukkan kamar tidurku dan jelaskan kerjaku
sehari-hari di rumah itu. Aku diminta menjaga rumah dan membantu istri keduanya
ketika ia sedang pergi ke luar kota mengurus perusahaannya. Aku senang sekali
mendengar pekerjaan yang dibebankan padaku, apalagi membantu istrinya yang
kuyakini cukup ramah dan bijaksana. Sejak hari pertama aku sudah cukup akrab
dengan anggota keluarga di rumah itu dan aku mengerjakan seluruh pekerjaan di
rumah itu, termasuk mencuci, memasak dan menyapu sebagaimana layaknya keluarga
atau pembantu umum di rumah itu. Sikap kami berjalan biasa-biasa saja tanpa ada
keanehan hingga hari kedua belas. Namun pada hari ketiga belas, pikiranku mulai
terganggu ketika majikan laki-lakiku menyampaikan bahwa ia akan pergi ke Sinjai
untuk membeli gabah dan beras untuk beberapa hari. Aku yakin kalau pergaulanku
dengan istri keduanya itu bisa tambah dekat, sebab akhir-akhir ini istrinya itu
sering minta aku membersihkan tempat tidurnya dan berpakaian yang sedikit
kurang sopan di depanku saat suaminya keluar rumah. Aku justru sangat gembira
mendengarnya.

Setelah majikan laki-lakiku itu berangkat bersama sopir
pribadinya sekitar pukul 9.00 pagi, aku kembali melaksanakan tugas hari-hariku
seperti hari-hari sebelumnya yakni mencuci pakaian, piring dan menyapu tempat
tidur majikanku. Pembantu rumah itu sedang menyapu di halaman belakang,
sementara anak kimcil satu-satunya itu sedang ke sekolah.

“Nif, bisa nggak kamu membantu aku seperti suamiku
membantuku setiap malam?” tanya istri keduanya itu ketika aku sedang
membersihkan tempat tidurnya. Aku sangat kaget dan bingung atas permintaannya
itu. Aku tidak segera menjawab karena aku tidak tahu maksudnya dengan jelas.
“Membantu bagaimana yang ibu maksud?” tanyaku penuh ketakutan.

“Memijit kepala dan punggungku sebelum aku tidur, karena
mataku tak bisa tertidur sebelum dipijit” katanya sambil sedikit senyum.

“Kalau soal pijit memijit, kurasa sangat mudah Bu’. Aku
bisa, tapi.. Tapii aapa bapak tidak marah nanti kalai ia tahu Bu?” tanyaku terbata-bata
kalau-kalau ia hanya memancingku.

“Nggak bakal marah kok. Kan kamu sudah jadi kepercayaannya.
Lagi pula kamu diberi tugas menjaga aku selama ia belum pulang” katanya lagi.
Setelah kusetujui permintaannya, ia lalu keluar dan duduk baca koran di ruang
tamu, sedang aku ke halan depan untuk menyapu, lalu istirahat di kamar tidurku.

Setelah makan malam, aku bersama pembantu nonton TV di ruang
makan, sedang ibu majikanku dan anak gadisnya nonton TV di kamarnya
masing-masing. Setelah siaran berita yang kami tonton habis, pembantu itu pergi
tidur di kamarnya yang berdekatan dengan ruang dapur. Sedangkan anak kimcil
majikanku masih terlihat belajar di kamarnya dengan pintu kamar yang terbuka
lebar. Aku kembali teringat dengan perintah ibu majikanku tadi pagi. Aku
bertanya-tanya dalam hati kapan perintah itu harus kulaksanakan, karena ibu
tidak menjelaskan jam berapa dan di mana. Di ruang makan, atau ruang tamu ata
di kamar tidurnya. Aku tunggu saja perintahnya lebih lanjut.

Setelah terdengar pintu kamar anak kimcil majikanku itu
tertutup dan terkunci rapat sebagai tanda ia sudah mau tidur, maka terdengar
pula pintu kamar majikanku terbuka pertanda ia mau keluar dari kamarnya. Aku
pura-pura tidak memperhatikannya. Namun tiba-tiba ibu majikanku itu duduk tidak
jauh di sampingku sambil nonton TV bersamaku.

“Nif, sudah lupa yach permintaanku tadi pagi?” tanyanya
setengah berbisik yang membuat aku kaget dan gemetar.

“Ti.. Tiidak Bu’. Mmaaf Bu’, aku hampir lupa” jawabku
ketakutan.

“Kalau begitu ayolah. Tunggu apa lagi. Khan sudah larut
malam” ajaknya.

“Ta.. Tapi di mana Bu’?” tanyaku singkat.

“Tentu di kamarku donk. Tidak mungkin di sini atau di
kamarmu” jawabnya. Aku sebenarnya sangat takut kalau ada orang lain yang
mencurigai aku. Tapi karena ini adalah perintah majikan, lagi pula semua orang
di rumah itu pada tidur, maka apapun resikonya aku harus jalankan. Ibu
majikanku berjalan dengan pelan seolah takut pula diketahui orang lain dan ia
menuju kamar tidurnya, sementara aku ikut di belakangnya dengan pelan dan
hati-hati pula.

Setelah masuk kamar, ia lalu menutup dan mengunci pintunya
dengan rapat. Lalu ia membuka daster yang dipakainya dan terus telungkup tanpa
memakai baju, melainkan hanya BH dan celana tipis yang agak pendek di badannya.

“Ayo Nif, silakan dipijit kepala dan leherku bagian belakang
lalu punggungku” pintanya seolah tak sabar menunggu lagi. Aku segera duduk di
pinggir tempat tidurnya, lalu secara pelan dan hati-hati menyentuh kepalanya
bagian belakang, terus turun ke leher belakangnya.

Setelah aku mencoba menekan dan mengeraskan sedikit
pijitanku, ibu majikanku itu tiba-tiba bersuara dengan nada sedikit agak
tinggi.

“Wah.. Kenapa tidak pakai minyak gosok Nif. Ambil di kolom
rosban?”

“Yah.. Yah.. Maaf Bu’. Aku tidak melihatnya tadi” kataku
dengan suara agak tinggi pula.

“Jangan terlalu besar suaranya Nif, nanti kedengaran orang”
kata ibu. Setelah ibu majikanku melarangku bersuara agak keras, ia lalu
berbisik.

“Punggungku juga Nif, biar aku bisa tidur nyenyak”.
Menyentuh kepala dan rambut serta lehernya saja, aku sudah cukup terangsang
dibuatnya. Apalagi memijit kulit punggugnya yang setengah telanjang itu. Tapi
karena itu adalah perintah majikan, maka aku segera laksanakanKetika aku
menurunkan kedua tanganku dan menggosok-gosok punggungnya, terasa hangat
sekali. Kulit tubuhnya sangat putih dan halus. Sesekali aku meletakkan tanganku
di bawah ketiaknya dan di pinggir BH warna abu-abu yang dikenakannya.

Kedua tanganku semakin lengket dan lambat gerakannya ketika
ujung jariku sedikit menyelusup di balik pengikat BH dan pinggir atas
celananya. Bahkan sempat tanganku tidak bergerak sejenak ketika konsentrasiku
mulai mengarah ke balik pakaiannya itu.

“Nif, kenapa diam. Ada apa, sehingga kami tidak menggerakkan
tanganmu itu?” tanyanya sambil bergerak dan sedikit berbalik, sehingga aku
sempat melihat sebagian daging empuk yang ada di balik BH-nya itu.

“Ti.. Tidak apa-apa Bu’. Hanya takut?” jawabku dengan nafas
terputus.

“Takut sama siapa? Khan tidak ada orang lain di sini. Capek
yaah?” Setelah berkata begitu, ibu majikanku tiba-tiba berbalik arah sehingga
ia telentang di depanku. Terpaksa kedua tanganku menyentuh tonjolan BH-nya
tanpa sengaja. Ia hanya sedikit tersenyum dan berkata,

“Tidak keberatan khan jika kamu juga mengurut perutku, biar
tubuhku lebih segar lagi. Ayolah Nif..” katanya sambil meraih kedua tanganku
dan meletakkannya di atas pusarnya. Jantungku terasa hampir copot ketika ibu
majikanku itu mengangkat BH-nya sehingga bukit kembarnya nampak jelas menantang
di bawah kedua batang hidungku. Aku tak mampu bersuara dan mengatur nafas,
bahkan aku sedikit malu menatapnya, tapi,

“Jangan takut dan
malu Nif. Ini adalah rezkimu, kesempatanmu dan kamu pasti menginginkannya”
katanya ketika aku mulai agak menghindar.

“Bba.. Bagaimana ini Bu’. Kek.. Kenapa bisa bbeggini?”
tanyaku penuh ketakutan dan nafasku sulit lagi kuatur. Sebagai laki-laki normal
yang hanya pernah mendengar dalam cerita, tentu aku tidak mampu menolak dan
menyia-nyiakan kesempatan ini. Kenyataan inilah yang harus kualami, apalagi ini
adalah perintah majikan.

Tanpa berpikir panjang lagi, aku segera menjatuhkan kedua
tanganku di atas bukit kembar itu. Mula-mula hanya kusentuh, kuraba dan
kuelus-elus saja, tapi lama kelamaan aku mencoba memberanikan diri untuk
memegang dan menekan-nekannya. Ternyata nikmat juga rasanya menyentuh benda
kenyal dan hangat, apalagi milik majikanku. Ibu majikanku kelihatan juga
menikmatinya, terlihat dari nafasnya yang mulai pula tidak teratur. Desiran
mulutnya mulai kedengaran seolah tak mampu menyembunyikannya di depanku.

“Auhh.. Terus Nif, nikmat sayang. Tekan, ayo.. Teruuss..
Aakhh.. Isap Nif.. Jilat donk..” itulah erangan ibu majikanku sambil meraih
kepalaku dan membawanya ke payudaranya yang kenyal, empuk dan tidak terlalu
besar itu. Aku tentu saja tidak menolaknya, bahkan sangat berkeinginan
menikmati pengalaman pertama dalam hidupku ini. Aku segera menjilat-jilat
putingnya, mengisap dan kadang sedikit menggigit sambil tetap memegangnya
dengan kedua tanganku. Aku tidak tahu kapan ia membuka celananya, tapi yang jelas
ketika aku sedikit melepas putingnya dari mulutku dan mengangkat kepala,
tiba-tiba kulihat seluruh tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun di
badannya.

“Ayo Nif, kamu tentu tahu apa yang harus kamu perbuat
setelah aku bugil begini. Yah khan?” pintanya sambil meraih kedua tanganku dan
membawanya ke selangkangannya. Lagi-lagi aku tentu mengikuti kemauannya. Aku
mengelus-elus bulu-bulu yang tumbuh agak tipis di atas kedua bibir lubang
kemaluannya yang sedikit mulai basah itu. Aku rasanya tak ingin memindahkan
mulutku dari bukit kenyalnya itu, tapi karena ia menarik kepalaku turun ke
selangkangannya di mana tanganku bermain-main itu, maka aku dengan senang hati
menurutinya.

“Cium donk. Jilat sayang. Kamu nggak jijik khan?” tanyanya.

“Nggak Bu’” jawabku singkat, meskipun sebenarnya aku merasa
sedikit jijik karena belum pernah melakukan hal seperti itu, tapi aku pernah
dengar cerita dari temanku sewaktu di kampung bahwa orang Barat kesukaannya
menjilat dan mengisap cairan kemaluan wanita, sehingga akupun ingin mencobanya.

Ternyata benar, kemaluan wanita itu harum dan semakin lama
semakin merangsang. Entah perasaan itu juga bisa di temukan pada wanita lain
atau hanya pada ibu majikanku karena ia merawat dan menyemprot farfum pada
vaginanya. Pinggul ibu majikanku semakin lama kujilat, semakin cepat
goyangannya, bahkan nafasnya semakin cepat keluarnya seolah ia dikejar hantu.
Kali ini aku beriNifiatif sendiri menguak dengan lebar kedua pahanya, lalu
menatap sejenak bentuk kemaluannya yang mengkilap dan warnanya agak kecoklatan
yang di tengahnya tertancap segumpal kecil daging. Indah dan mungil sekali. Aku
coba memasukkan lidahku lebih dalam dan menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke
kanan, lalu ke atas dan ke bawah. Pinggul ibu majikanku itu semakin tinggi terangkat
dan gerakannya semakin cepat. Aku tidak mampu lagi mengendalikan gejolak
nafsuku. Ingin rasanya aku segera menancapkan penisku yang mulai basah ke
lubangnya yang sejak tadi basah pula. Tapi ia belum memberi aba-aba sehingga
aku terpaksa menahan sampai ada sinyal dari dia.

“Berhenti sebentar Nif, akan kutunjukkan sesuatu”
perintahnya sambil mendorong kepalaku. Lalu ia tiba-tiba bangkit dari tidurnya
sambil berpegangan pada leher bajuku. Kami duduk berhadapan, lalu ia segera
membuka kancing bajuku satu persatu hingga ia lepaskan dari tubuhku. Ibu
majikanku itu segera merangkul punggungku dan menjilati seluruh tubuhku yang
telanjang. Dari dahi, pipi, hidung, mulut, leher dan perutku sampi ke pusarku,
ia menyerangnya dengan mulutnya secara bertubi-tubi sehingga membuatku merasa
geli dan semakin terangsang.

“Nif, aku sekalian buka semuanya yach,” pintanya sambil
melepaskan sarung dan celana dalamku. Aku hanya mengangguk dan mebiarkannya
menjamah seluruh tubuhku sesuai keinginannya.

Setelah aku bugil seperti dirinya, ia lalu meraih tongkatku
yang sejak tadi berdiri dengan kerasnya di depannya, lalu dengan cepat
memasukkan ke mulutnya. Sikap dan tindakan ibu majikanku itu membuat aku
melupakan segalanya, baik masalah keluargaku, penderitaanku, tujuan utamaku
maupun status dan hubunganku dengan majikannya. Yang terpikir hanyalah
bagaimana menikmati seluruh tubuh ibu majikanku, termasuk menusuk lubang
kemaluannya dengan tongkatku yang sangat tegang itu.

“Bagaimana Nif,? Enak yach?” tanyanya ketika ia berhenti sejenak
menjilat dan memompa tongkatku dengan mulutnya. Lagi-lagi aku hanya mampu
mengangguk untuk mengiyakan pertanyaannya. Ia mengisap dan menggelomoh penisku
dengan lahapnya bagaikan anjing makan tulang.

“Aduhh.. Akhh.. Uuhh..” suara itulah yang mampu kukeluarkan
dari mulutku sambil menjambak rambut kepalanya.

“Ayo Nif, cepat masukkan inimu ke lubangku, aku sudah tak
mampu menahan nafsuku lagi sayang,” pintanya sambil menghempaskan tubuhnya ke
kasur dan tidur telentang sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya untuk
memudahkan penisku masuk ke kemaluannya. Aku tak berpikir apa-apa lagi dan tak
mengambil tindakan lain kecuali segera mengangkangi pinggulnya, lalu secara
perlahan menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vaginya yang menganga lagi basah
kuyup itu. Senti demi senti tanpa sedikitpun kesulitan, penisku menyerobot
masuk hingga amblas seluruhnya ke lubang kenikmatan ibu majikanku itu.
Mula-mula aku gocok, tarik dan dorong keluar masuk secara pelan, namun semakin
lama semakin kupercepat gerakannya, sehingga menimbulkan suara aneh seiring
dengan gerakan pinggul kami yang seolah bergerak/bergoyang seirama. Plag..
Pligg.. Plogg, decak.. decikk.. decukk. Bunyi itulah yang terdengar dari
peraduan antara penisku dan lubang vagina ibu majikanku yang diiringi dengan
nafas kami yang terputus-putus, tidak teratur dan seolah saling kejar di
keheningan malam itu.

Aku yakin tak seorangpun mendengarnya karena semua orang di
rumah itu pada tidur nyenyak, apalagi kamar tempat kami bergulat sedikit
berjauhan dengan kamar lainnya, bahkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul
11.00-12.00 malam.

“Bu’, Bu’, aku ma, mau.. Kk” belum aku selesai berbisik di
telinganya, ibu majikanku tiba-tiba tersentak sambil mendorongku, lalu berkata,

“Tunggu dulu. Tahan sebentar sayang” katanya sambil memutar
tubuhku sehingga aku terpaksa berada di bawahnya. Ternyata ia mau mengubah
posisi dan mau mengangkangiku. Setelah ia masukkan kembali penisku ke
lubangnya, ia lalu lompat-lompat di atasku sambil sesekali memutar gerakan
pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Akibatnya suara aneh itu kembali mewarnai
gerakan kami malam itu. Decik.. Decakk.. Decukk. Setelah beberapa menit
kemudian ibu majikanku berada di atasku seperti orang yang naik kuda, ia
nampaknya kecapean sehingga seluruh badannya menindih badanku dengan
menjulurkan lidahnya masuk ke mulutku. Aku kembali merasakan desakan cairan
hangat dari batang kemaluanku seolah mau keluar. Aku merangkul punggung ibu
majikanku dengan erat sekali.

“Akk.. aakuu tak mampu menahan lagi Bu’. Aku keluarkan saja
Bu’ yah” pintaku ketika cairan hangat itu terasa sudah diujung penisku dan
tiba-tiba ibu majikanku kembali tersentak dan segera menjatuhkan badannya di
sampingku sambil telentang, lalu meraih kemaluanku dan menggocoknya dengan
keras serta mengarahkannya ke atas payudaranya. Cairan hangat yang sejak tadi
mendesakku tiba-tiba muncrat ke atas dada dan payudara ibu majikanku. Iapun
seolah sangat menikmatinya. Tarikan nafasnya terdengar panjang sekali dan ia
seolah sangat lega.

Tindakan ibu majikanku tadi sungguh sangat terkontrol dan
terencana. Ia mampu menguasai nafsunya. Maklum ia sangat berpengalaman dalam
masalah sex. Terbukti ketika spermaku sudah sampai di ujung penisku, ia seolah
tahu dan langsung dicabutnya kemudian ditumpahkan pada tubuhnya. Entah apa maksudnya,
tapi kelihatannya ia cukup menikmati.

“Nif, anggaplah ini hadiah penyambutan dariku. Aku yakin
kamu belum pernah menerima hadiah seperti ini sebelumnya. Yah khan?” katanya
seolah sangat puas dan bahagia ketika kami saling berdamping dalam posisi tidur
telentang. Setelah berkata demikian, ia lalu memelukku dan mengisap-isap
bibirku, lalu berkata,

“Terima kasih yah Nif atas bantuanmu mau memijit tubuhku.
Mulai malam ini, Kamu kujadikan suami keduaku, tapi tugasmu hanya menyenangkan
aku ketika suamiku tidak ada di rumah. Mau khan?” katanya berbisik.

“Yah, Bu’. Malah aku senang dan berterima kasih pada ibu
atas budi baiknya mau menolongku. Terima kasih banyak juga Bu’” jawabku penuh
bahagia, bahkan rasanya aku mulai sedikit terangsang dibuatnya, tapi aku malu
mengatakannya pada ibu majikanku, kecuali jika ia memintanya.

Sejak saat itu, setiap majikan laki-lakiku bermalam di luar
kota, aku dan ibu majikanku seperti layaknya suami istri, meskipun hanya
berlaku antara jam 21.00 sampai 5.00 subuh saja. Sedang di luar waktu itu, kami
seolah mempunyai hubungan antara majikan dan buruh di rumah itu. Aku sangat
disayangi oleh seluruh anggota keluarga majikanku karena aku rajin dan patuh
terhadap segala perintah majikan, sehingga selain aku diperlakukan layaknya anak
atau keluarga dekat di rumah itu, juga aku dibiayai dalam mengikuti pendidikan
pada salah satu perguruan tinggi swasta di kota Makassar, bahkan aku diberikan
sebuah kendaraan roda dua untuk urusan sehari-hariku.

Sayang aku dikeluarkan dari perguruan tinggi itu pada
semester 3 disebabkan aku tidak lulus pada beberapa mata kuliah akibat
kemalasanku belajar dan masuk kuliah. Karena aku sangat malu dan berat pada
majikan laki-lakiku atas segala pengorbanan yang diberikan padaku selama ini,
terpaksa aku meninggalkan rumah itu tanpa seizin mereka dan aku kembali ke kota
Bone untuk melanjutkan pendidikanku pada salah satu perguruan tinggi yang ada
di kotaku tersebut. Untung aku punya sedikit tabungan, karena selama kurang
lebih 2 tahun tinggal bersama majikanku, aku rajin menabung setiap diberikan
uang oleh majikanku. Selama 4 tahun mengikuti kuliah di kotaku ini, akhirnya
aku lulus dengan predikat baik berkat ketekunan dan kerajinanku belajar.

Sejak aku selesaikan pendidikan tahun 1991 hingga tahun
1994, aku belum pernah kembali ke kampung asliku dan berkumpul bersama keluarga
karena malu dan takut pada orangtua. Namun pada Sepetember 1995, pikiranku
mulai terpengaruh kembali oleh wanita, bahkan beberapa kali aku ingin menikmati
apa yang pernah kunikmati bersama dengan ibu majikanku dulu, tapi aku takut
resiko dan dosa. Karena aku merasa sudah punya biaya dan matang untuk berumah
tangga, akhirnya kuputuskan untuk kembali kampung membicarakan dengan orang
tuaku.

 

Orangtuaku sangat bangga dan bersyukur serta berterima kasih
atas keberhasilanku memperoleh sarjana sekaligus merestui niatku untuk berumah
tangga, bahkan menyerahkan penuh padaku untuk memilih pasangan sendiri. Tahun
itupula aku kawin dengan pilihanku sendiri, biaya dan urusannya tidak
kubebankan orangtuaku. Sejak tahun itu sampai tahun ini, hubunganku dengan
istri berjalan harmonis, bahkan kami telah dikaruniai 2 orang putra dan seorang
putri. Tapi gara-gara kehilangan pekerjaan, kami seringkali cekcok dan bentrok
dengan istri. Akhirnya kuputuskan meninggalkan rumah dan pergi ke salah satu
kota di Sulsel untuk mencari pekerjaan. Tiba-tiba aku ketemu dengan teman
kuliah yang sudah menjadi pengusaha besar dan lagi-lagi pengusaha beras.
Anehnya lagi, temanku itu tinggal bersama istri keduanya, sebab istri pertamanya
tinggal di kota Bone. Tawaran temanku itu hampir sama dengan tawaran majikanku
dulu yakni menjaga keluarganya dan membantu mengurus usahanya ketika ia ke luar
kota. Pikiranku mulai aneh-aneh dan ingin kembali mengulang sejarah masa lalu,
apalagi istri temanku itu belum dikarunia seorang anak dan ia cantik lagi ramah
padaku.

gambar bokep 2016,gambar bokep terupdate,gambar bokep
terbaru,gambar bokep,gambar ngentot 2016,gambar ngentot terupdate,gambar ngentot
terbaru,gambar ngentot,

The post Kisah Seks Istri Juragan Beras appeared first on Doyanbokep.

Cerita Mesum Pesona Pak Kos

$
0
0

ceritamesumpesonapakkos

Pagi itu kulihat Om Bram sedang merapikan tanaman di kebun,
dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap
wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir
belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar, wajahnya segar dan cukup
tampan. Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku
masih tergeletak di kamar kostku.  Sejak
kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu.

Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman
samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada
seorang laki-laki setengah baya yang sering kukagumi. Memang usiaku saat itu
baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku
dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh
tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.

Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras.
Tidak, dia tidak melihatku dari luar sana. Om Bram mengenakan kaos singlet dan
celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang.
Hari memang masih pagi sekitar jam 9:00, teman sekamar kostku telah berangkat
sejak jam 6:00 tadi pagi demikian pula penghuni rumah lainnya, temasuk Tante Bram
istrinya yang karyawati perusahaan perbankan.

Memang Om Bram sejak 5 bulan terakhir terkena PHK dengan
pesangon yang konon cukup besar, karena penciutan perusahaannya. Sehingga
kegiatannya lebih banyak di rumah. Bahkan tak jarang dia yang menyiapkan
sarapan pagi untuk kami semua anak kost-nya. Yaitu roti dan  selai disertai susu panas. Kedua anaknya
sudah kuliah di luar kota. Kami anak kost yang terdiri dari 6 orang mahasiswi
sangat akrab dengan induk semang. Mereka memperlakukan kami seperti anaknya. Walaupun
biaya indekost-nya tidak terbilang murah, tetapi kami  menyukainya karena kami seperti di rumah
sendiri.

Om Bram telah selesai mengurus tamannya, ia segera hilang dari
pemandanganku, ah seandainya dia ke kamarku dan mau memijitku, aku pasti akan
senang, aku lebih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari obat-obatan.
Biasanya ibuku yang yang mengurusku dari dibuatkan bubur sampai memijit-mijit
badanku. Ah.. andaikan Om Bram yang melakukannya…

Kupejamkan mataku, kunikmati lamunanku sampai kudengar suara
siulan dan suara air dari kamar mandi. Pasti Om Bram sedang mandi, kubayangkan
tubuhnya tanpa baju di kamar mandi, lamunanku berkembang menjadi makin hangat, hatiku
hangat, kupejamkan mataku ketika aku diciumnya dalam lamunan, oh indahnya.
Lamunanku terhenti ketika tiba-tiba ada suara ketukan di pintu kamarku, segera kutarik
selimut yang sudah terserak di sampingku.

“Masuk..!” kataku. Tak berapa lama kulihat Om Bram sudah
berada di ambang pintu masih mengenakan baju mandi. Senyumnya mengambang
“Bagaimana Linda? Ada kemajuan..?” dia duduk di pinggir ranjangku, tangannya diulurkan
ke arah keningku. Aku hanya mengangguk lemah. Walaupun jantungku berdetak
keras, aku mencoba membalas senyumnya. Kemudian tangannya beralih memegang
tangan kiriku dan mulai memijit-mijit.

“Linda mau dibuatkan susu panas?” tanyanya.

“Terima kasih Om, Linda sudah sarapan tadi,” balasku.

“Enak dipijit seperti ini?” aku mengangguk.

Dia masih memijit dari tangan yang kiri kemudian beralih ke
tangan kanan, kemudian ke pundakku. Ketika pijitannya berpindah ke kakiku aku
masih diam saja, karena aku menyukai pijitannya yang lembut, disamping
menimbulkan rasa nyaman juga menaikkan birahiku. Disingkirkannya selimut yang
membungkus kakiku, sehingga betis dan pahaku yang kuning langsat terbuka,
bahkan ternyata dasterku yang tipis agak terangkat ke atas mendekati pangkal
paha, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tahu.

“Lin kakimu mulus sekali ya.”

“Ah.. Om bisa aja, kan kulit Tante lebih mulus lagi,” balasku
sekenanya.

Tangannya masih memijit kakiku dari bawah ke atas berulang-ulang.
Lama-lama kurasakan tangannya tidak lagi memijit tetapi mengelus dan mengusap
pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, birahiku makin lama makin bangkit.

“Lin, Om jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar
kalem tanpa emosi.

“Jangan Om, nanti Tante marah..”

Mulutku menolak tapi wajah dan tubuhku bekata lain, dan aku
yakin Om Bram sebagai laki-laki sudah matang dapat membaca bahasa tubuhku. Aku
menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat vaginaku
yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata di balik baju mandinya Om Bram tidak
mengenakan celana dalam sehingga penisnya yang membesar dan tegak, keluar belahan
baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat benda yang berdiri keras
penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin
rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan hasratku itu, rasa maluku
masih mengalahkan nafsuku.

Om Bram membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat
menyentuh bibirku dengan lembut. Kehangatan menjalar ke lubuk hatiku dan ketika
kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula,
aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh gairah. Separuh tubuhnya sudah
menindih tubuhku, kemaluannya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah
berpindah ke buah dadaku. Dia meremas dadaku dengan lembut sambil menghisap
bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus
ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut.

Dadaku berdesir nikmat sekali, tangannya sudah menyelusup ke
balik dasterku yang tanpa BH, remasan jarinya sangat ahli, kadang putingku dipelintir
sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.

Nafasku makin memburu ketika dia melepas ciumannya. Kutatap
wajahnya, aku kecewa, tapi dia tersenyum dibelainya wajahku.

“Lin kau cantik sekali..” dia memujaku.

“Aku ingin menyetubuhimu, tapi apakah kamu masih perawan..?”
aku mengangguk lemah.

Memang aku masih perawan, walaupun aku pernah “petting” dengan
kakak iparku sampai kami orgasme tapi sampai saat ini aku belum pernah
melakukan persetubuhan. Dengan pacarku kami sebatas ciuman biasa, dia terlalu
alim untuk melakukan itu. Sedangkan kebutuhan seksku selama ini terpenuhi
dengan masturbasi, dengan khayalan yang. Biasanya dua orang obyek khayalanku
yaitu kakak iparku dan yang kedua adalah Om Bram induk semangku, yang sekarang
setengah menindih tubuhku. Sebenarnya andaikata dia tidak
menanyakan soal keperawanan, pasti aku tak dapat menolak jika ia menyetubuhiku,
karena dorongan birahiku kurasakan melebihi birahinya. Kulihat dengan jelas
pengendalian dirinya, dia tidak menggebu, dia memainkan tangannya, bibirnya dan
lidahnya dengan tenang, lembut dan sabar. Justru aku lah yang kurasakan meledak-ledak.

“Bagaimana Lin? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku,
aku tak mampu menjawab. Aku ingin, ingin sekali, tapi aku tak ingin perawankuhilang.
Kupejamkan mataku menghindari tatapannya.

“Om… pakai tangan saja,” bisikku kecewa.

Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti seluruh dasterku,
aku tinggal mengenakan celana dalam, dia juga telah telanjang utuh. Seluruh
tubuhnya mengkilat karena keringat, batang kemaluannya panjang dan besar
berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya celana dalamku
yang telah basah sejak tadi. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar.
Kulihat vaginaku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, klitorisku terasa
sudah membesar dan memerah, di dalam lubang kemaluanku telah banjir oleh lendir
yang siap melumasi setiap barang yang akan masuk.

Om Bram membungkuk dan mulai menjilat dinding kiri dan kanan
kemaluanku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke
atas ke arah klitoris, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan. Berapa
lama dia menggeserkan lidahnya di atas klitorisku yang makin membengkak. Karena
kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang
ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba Om Bram melakukan sedotan kecil di klitoris,
kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat
luar biasa, seluruh kelamin sampai pinggul, gerakanku makin tak terkendali,

“Om… aduh.. Om… Lin mau keluar….”

Kuangkat tinggi-tinggi pantatku, aku sudah siap untuk berorgasme,
tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari vagina. Dia menarikku
bangun dan menyorongkan kemaluannya yang kokoh itu ke mulutku. “ Gantian ya
Lin.. aku ingin kau isap kemaluanku.” Kutangkap kemaluannya, terasa penuh dan
keras dalam genggamanku. Om Bram sudah terlentang dan posisiku membungkuk siap
untuk mengulum kelaminnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali
menonton dalam film biru. Tetapi baru kali inilah aku melakukannya.

Birahiku sudah sampai puncak. Kutelusuri pangkal kemaluannya
dengan lidahku dari pangkal sampai ke ujung penisnya yang mengkilat
berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Lin…” dia berdesis. Kemudian kukulum dan kusedot-sedot
dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kemaluannya kuelus dengan jariku.
Suara desahan Om Bram membuatku tidak tahan menahan birahi. Kusudahi permainan di
kelaminnya, tiba-tiba aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kemaluannya
persis di depan lubang vaginaku.

“Om, Lin masukin dikit ya Om, Lin pengen sekali.” Dia hanya
tersenyum.

“Hati-hati ya… jangan terlalu dalam…” Aku sudah tidak lagi
mendengar kata-katanya. Kupegang kemaluannya, kutempelkan pada bibir
kemaluanku, kusapu-sapukan sebentar di klitoris dan bibir bawah, dan… oh,
ketika kepala kemaluanya kumasukkan ke dalam lubang, aku hampir terbang.
Beberapa detik aku tidak berani bergerak tanganku masih memegangi kemaluannya,
ujung kemaluannya masih menancap dalam lubang vaginaku. Kurasakan
kedutan-kedutan kecil dalam bibir bawahku, aku tidak yakin apakah kedutan
berasal dariku atau darinya.

Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kemaluannya
yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan pangkal klitoris. Kudorong
pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh batang kemaluannya
sudah melesak dalam kemaluanku. Kukocokkan kemaluannya naik-turun, tidak ada
rasa sakit seperti yang sering aku dengar dari temanku ketika keperawanannya
hilang, padahal sudah separuh. Kujepit kemaluannya dengan otot dalam, kusedot
ke dalam. Kulepas kembali berulang-ulang.

“Oh.. Lin kau hebat, jepitanmu nikmat sekali.” Kudengar Om Bram
mendesis-desis, payudaraku diremas-remas dan membuatku merintih-rintih ketika
dalam jepitanku itu. Dia mengocokkan kemaluannya dari bawah. Aku merintih,
mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah,
terus ke bawah sehingga penis Om Bram sudah utuh masuk ke vaginaku, tidak ada
rasa sakit, yang ada adalah kenikmatan yang meledak-ledak.Dari posisi duduk, kurubuhkan
badanku di atas badannya, payudaraku menempel, perutku merekat pada perutnya.
Kudekap Om Bram erat-erat. Tangan kiri Om Bram mendekap punggungku, sedang
tangan kanannya mengusap-usap bokongku dan anusku. Aku makin kenikmatan. Sambil
merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan benda padat kenyal
dan besar menyodok-nyodok dari bawah.

Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin
keras dan akhirnya meledak. “Ahhh…” Kutekan vaginaku ke penisnya, kedutannya
keras sekali, nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam vagina terasa cairan
hangat, menyemprot dinding rahimku. “Ooohhh…” Om Bram juga ejakulasi pada saat
yang bersamaan. Beberapa menit aku masih berada di atasnya, dan kemaluannya
masih memenuhi vaginaku. Kurasakan vaginaku masih berkedut dan makin lemah.
Tapi kelaminku masih menyebarkan kenikmatan. Pagi itu keperawananku hilang tanpa
darah dan tanpa rasa sakit. Aku tidak menyesal.

kisah seks 2016,kisah seks terupdate,kisah seks
terbaru,kisah seks,kisah dewasa 2016,kisah dewasa terupdate,kisah dewasa
terbaru,kisah dewasa,

The post Cerita Mesum Pesona Pak Kos appeared first on Doyanbokep.

Gairah Sex Yang Terpendam

$
0
0

gairahsexyangterpendam

Gunawan, seorang bujangan berumur 28 tahun yang saat ini
sedang kebingungan. Pasalnya, panggilan pekerjaan dari sebuah perusahaan dimana
dia melamar begitu mendadak. Dia bingung bagaimana harus mencari tempat tinggal
secepat ini. Perusahaan dimana dia melamar terletak di luar kota, jangka waktu
panggilan itu selama empat hari, dimana dia harus melakukan tes Wawancara.

Akhirnya dia memaksa berangkat besoknya, dengan tujuan
penginapanlah dimana dia harus tinggal. Dengan bekal yang cukup malah berlebih
mungkin, sampailah dia di penginapan dimana perusahaan yang dia lamar terletak
di kota itu juga.

Sudah dua hari ini dia tinggal di penginapan itu, selama ini
dia sudah mepersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan guna kelancaran dalam tes
Wawancara nanti. Sampai pada akhirnya, dia membaca di surat kabar, bahwa disitu
tertulis menerima kos-kosan atau tempat tinggal yang permanen. Kemudian dengan
bergegas dia mendatangi alamat tersebut. Sampai pada akhirnya, sampailah dia di
depan pintu rumah yang dimaksud itu.

Perlahan ia mengetuk pintu, tidak lama kemudian terdengar
suara kunci terbuka diikuti dengan seorang wanita tua yang muncul.

“Iya, ada perlu apa, Pak..?”

“Oh, begini.., tadi saya membaca surat kabar, disitu
tertulis bahwa di rumah ini menyediakan kamar untuk tempat tinggal.” sahut Gunawan
seketika.

“Oh, ya, memang benar, silakan masuk Pak, biar saya
memanggil nyonya dulu,” wanita tua itu mempersilakan Gunawan masuk.

“Hm.., baik, terima kasih.”

Sejenak kemudian Gunawan sudah duduk di kursi ruang tamu.

Terlihat sekali keadaan ruang tamu yang sejuk dan asri. Gunawan
memperhatikan sambil melamun. Tiba-tiba Gunawan dikejutkan oleh suara wanita
yang masuk ke ruang tamu.

“Selamat siang, ada yang perlu saya bantu..?”

Terhenyak Gunawan dibuatnya, di depan dia sekarang berdiri
seorang wanita yang boleh dikatakan belum terlalu tua, umurnya sekitar 40
tahunan, cantik, anggun dan berwibawa.

“Oh.., eh.. selamat siang,” Gunawan tergagap kemudian dia
melanjutkan, “Begini Bu..”

“Panggil saya Bu Nindya..,” tukas wanita itu menyahut.

“Hm.., o ya, Bu Nindya, tadi saya membaca surat kabar yang
tertulis bahwa disini ada kamar untuk disewakan.”

“Oh, ya. Hm.., siapa nama anda..?”

“Gunawan Bu,” sahut Gunawan seketika.

“Memang benar disini ada kamar disewakan, perlu diketahui
oleh Nak Gunawan bahwa di rumah ini hanya ada tiga orang, yaitu, saya, anak
saya yang masih SMA dan pembantu wanita yang tadi bicara sama Nak Gunawan, kami
memang menyediakan satu kamar kosong untuk disewakan, selain agar kamar itu
tidak kotor juga rumah ini biar tambah ramai penghuninya.”

dengan singkat namun langsung ke intinya Bu Nindya
menjelaskan semuanya.

“Hm, suami Ibu..?” tanya Gunawan singkat.

“Oh ya, saya dan suami saya sudah bercerai satu tahun yang
lalu,” jawab Bu Nindya singkat.

“Ooo, begitu ya, untuk biayanya, berapa sewanya..?” tanya Gunawan
kemudian.

“Hm, begini, Nak Gunawan mau mengambil berapa bulan, biaya
sewa sebulannya tujuh puluh ribu rupiah,” jawab Bu Nindya menerangkan.

“Baiklah Bu Nindya, saya akan mengambil sewa untuk enam
bulan,” kata Gunawan.

“Oke, tunggu sebentar, Ibu akan mengambil kwitansinya.”

Akhirnya setelah mengemasi barang-barang di penginapan,
tinggallah Gunawan disitu dengan Bu Nindya, Ida anak Bu Nindya dan Bik Inah
pembantu Bu Nindya.

Sudah satu bulan ini Gunawan tinggal sambil menunggu
panggilan selanjutnya. Dan sudah satu bulan ini pula Gunawan punya keinginan
yang aneh terhadap Bu Nindya. Wanita yang anggun, cantik dan berwibawa yang
cukup lama hidup sendirian.beritaseks.com Gunawan tidak dapat membayangkan
bagaimana mungkin wanita yang masih kelihatan muda dari segi fisiknya itu dapat
betah hidup sendirian. Bagaimana Bu Nindya menyalurkan hasrat seksualnya. Ingin
sekali Gunawan bercinta dengan Bu Nindya. Apalagi sering Gunawan melihat Bu Nindya
memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya yang masih kelihatan
kencang dan indah. Ingin sekali Gunawan menyentuhnya.

“Aku harus bisa mendapatkannya..!” gumam Gunawan suatu saat.

“Saya harus mencari cara,” gumamnya lagi.

Cerita Sex Terbaru

Kisah Sex Terbaru

Sampai pada suatu saat, pada satu malam Minggu, rumah
kelihatan sepi, maklum saja, Ida anak Bu Nindya tidur di tempat neneknya, Bik Inah
balik ke kampung selama dua hari, katanya ada anaknya yang sakit. Tinggallah Gunawan
dan Bu Nindya sendirian di rumah. Tapi Gunawan sudah mempersiapkan cara
bagaimana melampiaskan hasratnya terhadap Bu Nindya. Lama Gunawan di kamar, jam
menunjukkan pukul delapan malam, dia melihat Bu Nindya menonton TV di ruang
tengah sendirian. Akhirnya setelah mantap, Gunawan pun keluar dari kamarnya
menuju ke ruang tengah.

“Selamat malam, Bu, boleh saya temani..?” sejenak Gunawan
berbasa-basi.

“Oh, silakan Nak Gunawan..,” mempersilakan Bu Nindya kepada Gunawan.

“Ngomong-ngomong, tidak keluar nih Nak Gunawan, malam Minggu
loh, masa di rumah terus, apa tidak bosan..?” tanya Bu Nindya kemudian.

“Ah, nggak Bu, lagian keluar kemana, biasanya juga malam
Minggu di rumah saja,” jawab Gunawan sekenanya.

Lama mereka berdua terdiam sambil menikmati acara TV.

“Oh, ya, Bu, boleh saya buatkan minum..?” tanya Gunawan
tiba-tiba.

“Lho, tidak usah Nak Gunawan, kok repot-repot..,”

“Ah, nggak apa-apa, sekali-kali saya yang buatkan minuman
untuk Ibu, masak Ibu dan Bik Inah saja yang selalu membuatkan minuman untuk
saya.”

“Hm.., boleh kalau begitu, Ibu ingin minum teh saja,” kata
Bu Nindya sambil tersenyum.

“Baiklah Bu, kalau begitu tunggu sebentar.” segera Gunawan
bergegas ke dapur.

Tidak lama kemudian Gunawan sudah kembali sambil membawa
nampan berisi dua teh dan sedikit makanan kecil di piring.

“Silakan Bu, diminum, mumpung masih hangat..!”

“Terima kasih, Nak Gunawan.”

Akhirnya setelah sekian lama terdiam lagi, terlihat Bu Nindya
sudah mulai mengantuk, tidak lama kemudian Bu Nindya sudah tertidur di kursi
dengan keadaan memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh dan
payudaranya yang indah. Tersenyum Gunawan melihatnya.

“Akhirnya aku berhasil, ternyata obat tidur yang kubeli di
apotik siang tadi benar-benar manjur, obat ini akan bekerja untuk beberapa saat
kemudian,” gumam Gunawan penuh kemenangan.

“Beruntung sekali tadi Bu Nindya mau kubuatkan teh, sehingga
obat tidur itu dapat kucampur dengan teh yang diminum Bu Nindya,” gumamnya
sekali lagi.

Sejenak Gunawan memperhatikan Bu Nindya, tubuh yang pasrah
yang siap dipermainkan oleh lelaki manapun. Timbul gejolak kelelakian Gunawan
yang normal tatkala melihat tubuh indah yang tergolek lemah itu.
Diremas-remasnya dengan lembut payudara yang montok itu bergantian kanan kiri
sambil tangan yang satunya bergerilnya menyentuh paha sampai ke ujung paha.
Terdengar desahan perlahan dari mulut Bu Nindya, spontan Gunawan menarik kedua
tangannya.

“Mengapa harus gugup, Bu Nindya sudah terpengaruh obat tidur
itu sampai beberapa saat nanti,” gumam Gunawan dalam hati.

Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Gunawan kemudian
membopong tubuh Bu Nindya memasuki kamar Gunawan sendiri. Digeletakkan dengan
perlahan tubuh yang indah di atas tempat tidur, sesaat kemudian Gunawan sudah
mengunci kamar, lalu mengeluarkan tali yang memang sengaja dia simpan siang
tadi di laci mejanya.

Tidak lama kemudian Gunawan sudah mengikat kedua tangan Bu Nindya
di atas tempat tidur. Melihat keadaan tubuh Bu Nindya yang telentang itu, tidak
sabar Gunawan untuk melampiaskan hasratnya terhadap Bu Nindya.

“Malam ini aku akan menikmati tubuhmu yang indah itu Bu Nindya,”
kata Gunawan dalam hati.

Satu-persatu Gunawan melepaskan apa saja yang dipakai oleh
Bu Nindya. Perlahan-lahan, mulai dari daster, BH, kemudian celana dalam, sampai
akhirnya setelah semua terlepas, Gunawan menyingkirkannya ke lantai. Terlihat
sekali sekarang Bu Nindya sudah dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa
sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Diamati oleh Gunawan mulai dari
wajah yang cantik, payudara yang montok menyembul indah, perut yang ramping,
dan terakhir paha yang mulus dan putih dengan gundukan daging di pangkal paha
yang tertutup oleh rimbunnya rambut.

Sesaat kemudian Gunawan sudah menciumi tubuh Bu Nindya mulai
dari kaki, pelan-pelan naik ke paha, kemudian berlanjut ke perut dan terakhir
ciuman Gunawan mendarat di payudara Bu Nindya. Sesekali terdengar desahan kecil
dari mulut Bu Nindya,beritaseks.com tapi Gunawan tidak memperdulikannya.
Diciumi dan diremas-remas kedua payudara yang indah itu dengan mulut dan kedua
tangan Gunawan. Puting merah jambu yang menonjol indah itu juga tidak lepas
dari serangan-serangan Gunawan. Dikulum-kulum kedua puting itu dengan mulutnya
dengan perasaan dan gairah birahi yang sudah memuncak. Setelah puas Gunawan
melakukan itu semua, perlahan-lahan dia bangkit dari tempat tidur.

Satu-persatu Gunawan melepas pakaian yang melekat di
badannya, akhirnya keadaan Gunawan sudah tidak beda dengan keadaan Bu Nindya,
telanjang bulat, polos, tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.
Terlihat kemaluan Gunawan yang sudah mengencang hebat siap dihunjamkan ke dalam
vagina Bu Nindya. Tersenyum Gunawan melihat rudalnya yang panjang dan besar,
bangga sekali dia mempunyai rudal dengan bentuk begitu.

Perlahan-lahan Gunawan kembali naik ke tempat tidur dengan
posisi telungkup menindih tubuh Bu Nindya yang telanjang itu, kemudian dia
memegang rudalnya dan pelan-pelan memasukkannya ke dalam vagina Bu Nindya. Gunawan
merasakan vagina yang masih rapat karena sudah setahun tidak pernah tersentuh
oleh laki-laki. Akhirnya setelah sekian lama, rudal Gunawan sudah masuk
semuanya ke dalam vagina Bu Nindya.

Ketika Gunawan menghunjamkan rudalnya ke dalam vagina Bu Nindya
sampai masuk semua, terdengar rintihan kecil Bu Nindya,

“Ah.., ah.., ah..!”

Tapi Gunawan tidak menghiraukannya, dia lalu menggerakkan
kedua pantatnya maju munjur dengan teratur, pelan-pelan tapi pasti.

“Slep.., slep.., slep..,” terdengar setiap kali ketika Gunawan
melakukan aktivitasnya itu, diikuti dengan bunyi tempat tidur yang
berderit-derit.

“Uh.., oh.., uh.., oh..,” sesekali Gunawan mengeluh kecil,
sambil tangannya terus meremas-remas kedua payudara Bu Nindya yang montok itu.

Lama Gunawan melakukan aktivitasnya itu, dirasakannya betapa
masih kencangnya dan rapatnya vagina Bu Nindya. Akhirnya Gunawan merasakan
tubuhnya mengejang hebat, merapatkan rudalnya semakin dalam ke vagina Bu Nindya.

“Ser.., ser.., ser..,” Gunawan merasakan cairan yang keluar
dari ujung kemaluannya mengalir ke dalam vagina Bu Nindya.

“Oh.. ah.. oh.. Bu Nindya.., oh..!” terdengar keluhan
panjang dari mulut Gunawan.

Setelah itu Gunawan merasakan tubuhnya yang lelah sekali,
kemudian dia membaringkan tubuhnya di samping tubuh Bu Nindya dengan posisi
memeluk tubuh Bu Nindya yang telah dinikmatinya itu.

Lama Gunawan dalam posisi itu sampai pada akhirnya dia
dikejutkan oleh gerakan tubuh Bu Nindya yang sudah mulai siuman. Secara reflek,
Gunawan bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah saklar lampu dan
mematikannya. Tertegun Gunawan berdiri di samping tempat tidur dalam kamar yang
sudah dalam keadaan gelap gulita itu. Sesaat kemudian terdengar suara Bu Nindya.

“Oh, dimana aku, mengapa gelap sekali..?”

Sebentar kemudian suasana menjadi hening.

“Dan, mengapa tanganku diikat, dan, oh.., tubuhku juga
telanjang, kemana pakaianku, apa yang terjadi..?” terdengar suara Bu Nindya
pelan dan serak.

Suasana hening agak lama. Gunawan tidak tahu apa yang harus
dilakukannya. Dia diam saja.

Terdengar lagi suara Bu Nindya mengeluh, “Oh.., tolonglah
aku..! Apa yang terjadi padaku, mengapa aku bisa dalam keadaan begini, siapa
yang melakukan ini terhadapku..?” keluh Bu Nindya.

Akhirnya timbul kejantanan dalam diri Gunawan, bagaimanapun
setelah apa yang dia lakukan terhadap Bu Nindya, Gunawan harus berterus terang
mengatakannya semuanya.

“Ini saya..,” gumam Gunawan lirih.

“Siapa, kamukah Yodi..? Mengapa kamu kembali lagi padaku..?”
sahut Bu Nindya agak keras.

“Bukan, ini saya Bu.., Gunawan..,” Gunawan berterus terang.

“Gunawan..!” kaget Bu Nindya mendengarnya.

“Apa yang kamu lakukan padaku, Gunawan..? Bicaralah..!
Mengapa saya kamu perlakukan seperti ini..?” tanya Bu Nindya kemudian.

Kemudian Gunawan bercerita mulai dari awal sampai akhir,
bagaimana mula-mula dia tertarik pada Bu Nindya, sampai pada keheranannya
bagaimana juga Bu Nindya dapat hidup sendiri selama setahun tanpa ada laki-laki
yang dapat memuaskan hasrat birahi Bu Nindya. Juga tidak lupa Gunawan
menceritakan semua yang dia lakukan terhadap Bu Nindya selama Bu Nindya tidak
sadar karena pengaruh obat tidur. Tertegun Bu Nindya mendengar semua perkataan Gunawan.
Lama mereka terdiam, tapi terdengar Bu Nindya bicara lagi.

“Gunawan.., Gunawan.., Ibu memang menginginkan laki-laki
yang bisa memuaskan hasrat birahi Ibu, tapi bukan begini caranya, mengapa kamu
tidak berterus-terang pada Ibu sejak dulu, kalaupun kamu berterus terang
meminta kepada Ibu, pasti Ibu akan memberikannya kepadamu, karena Ibu juga
merasakan bagaimana tidak enaknya hidup sendiri tanpa laki-laki.”

“Terus terang saya malu Bu, saya malu kalau Ibu menolak
saya.”

“Tapi setidaknya kan, berterus terang itu lebih sopan dan
terhormat daripada harus memperlakukan Ibu seperti ini.”

“Saya tahu Bu, saya salah, saya siap menerima sanksi apapun,
saya siap diusir dari rumah ini atau apa saja.”

“Oh, tidak Gunawan, bagaimanapun kamu telah melakukannya
semua terhadap ku. Sekarang aku tidak lagi terpengaruh oleh obat tidur itu
lagi, aku ingin kamu melakukannya lagi terhadap ku apa yang kamu perbuat tadi,
Ibu juga menginginkannya Gunawan tidak hanya kamu saja.”

“Benar Bu..?” tanya Gunawan kaget.

“Benar Gunawan, sekarang nyalakanlah lampunya, biar Ibu bisa
melihatmu seutuhnya,” pinta Bu Nindya kemudian.

Tanpa pikir panjang lagi, Gunawan segera menyalakan lampu
yang sejak tadi padam. Sekarang terlihatlah kedua tubuh mereka yang sama-sama
polos, dan telanjang bulat dengan posisi Bu Nindya terikat tangannya.

“Oh Gunawan, tubuhmu begitu atletis. Kemarilah, nikmatilah
tubuh ku, Ibu menginginkannya Gunawan..! Ibu ingin kamu memuaskan hasrat birahi
yang selama ini aku pendam, aku ingin malam ini benar-benar terpuaskan.”

Perlahan Gunawan mendekati Bu Nindya, diperhatikan wajah
yang tambah cantik itu karena memang kondisi Bu Nindya yang sudah tersadar,
beda dengan tadi ketika Bu Nindya masih tidak sadarkan diri. Diusap-usapnya
dengan lembut tubuh Bu Nindya yang polos dan indah itu, mulai dari paha, perut,
sampai payudara. Terdengar suara Bu Nindya menggelinjang keenakan.Beritaseks

“Terus.., Wan.., ah.. terus..!” terlihat tubuh Bu Nindya
bergerak-gerak dengan lembut mengikuti sentuhan tangan Gunawan.

“Tapi, Wan, aku tak ingin dalam keadaan begini, aku ingin
kamu melepas tali pengikat tangan ku, biar aku bisa menyentuh tubuhmu juga..!”
pinta Ibu Nindya memelas.

“Baiklah Bu.”

Sedetik kemudian Gunawan sudah melepaskan ikatan tali di
tangan Bu Nindya. Setelah itu Gunawan duduk di pinggir tempat tidur sambil
kedua tangannya terus mengusap-usap dan meremas-remas perut dan payudara Bu Nindya.

“Nah, begini kan enak..,” kata Bu Nindya.

Sesaat kemudian ganti tangan Bu Nindya yang meremas-remas
dan menarik maju mundur kemaluan Gunawan, tidak lama kemudian kemaluan Gunawan
yang diremas-remas oleh Bu Nindya mulai mengencang dan mengeras.beritaseks.com
Benar-benar hebat si Gunawan ini, dimana tadi kemaluannya sudah terpakai
sekarang mengeras lagi. Benar-benar hyper dia.

“Oh.., Gunawan, kemaluanmu begitu keras dan kencang, begitu
panjang dan besar, ingin Ibu memasukkannya ke dalam vagina ku.”

kata Bu Nindya lirih sambil terus mempermainkan kemaluan Gunawan
yang sudah membesar itu.

Diperlakukan sedemikian rupa, Gunawan hanya dapat
mendesah-desah menahan keenakan.

“Bu Nindya, oh Bu Nindya, terus Bu Nindya..!” pinta Gunawan
memelas.

Semakin hebat permainan seks yang mereka lakukan berdua,
semakin hot, terdengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan kecil yang keluar
dari mulut mereka berdua.

“Oh Gunawan, naiklah ke atas tempat tidur, naiklah ke atas
tubuhku, luapkan hasratmu, puaskan diriku, berikanlah kenikmatanmu pada Ibu..!
Ibu sudah tak tahan lagi, ibu sudah tak sabar lagi..” desis Bu Nindya memelas
dan memohon.

Sesaat kemudian Gunawan sudah naik ke atas tempat tidur,
langsung menindih tubuh Bu Nindya yang telanjang itu, sambil terus menciumi dan
meremas-remas payudara Bu Nindya yang indah itu.

“Oh, ah, oh, ah.., Gunawan oh..!” tidak ada kata yang lain
yang dapat diucapkan Bu Nindya yang selain merintih dan mendesah-desah, begitu
juga dengan Gunawan yang hanya dapat mendesis dan mendesah, sambil
menggosok-gosokkan kemaluannya di atas permukaan vagina Bu Nindya. Reflek Bu Nindya
memeluk erat-erat tubuh Gunawan sambil sesekali mengusap-usap punggung Gunawan.

Sampai suatu ketika, tangan Bu Nindya memegang kemaluan Gunawan
dan memasukkannya ke dalam vaginanya. Pelan dan pasti Gunawan mulai memasukkan
kemaluannya ke dalam vagina Bu Nindya, sambil kedua kakinya bergerak menggeser
kedua kaki Bu Nindya agar merenggang dan tidak merapat, lalu menjepit kedua
kaki Bu Nindya dengan kedua kakinya untuk terus telentang. Akhirnya setelah
sekian lama berusaha, karena memang tadi Gunawan sudah memasukkan kemaluannya
ke dalam vagina Bu Nindya, sekarang agak gampang Gunawan menembusnya, Gunawan
sudah berhasil memasukkan seluruh batang kemaluannya ke dalam vagina Bu Nindya.

Kemudian dengan reflek Gunawan menggerakkan kedua pantatnya
maju mundur teru-menerus sambil menghunjamkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Nindya.

“Slep.., slep.., slep..,” terdengar ketika Gunawan melakukan
aktivitasnya itu.

Terlihat tubuh Bu Nindya bergerak menggelinjang keenakan
sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya mengikuti irama gerakan pantat Gunawan.

“Ah.., ah.., oh.. Gunawan.., jangan lepaskan, teruskan,
teruskan, jangan berhenti Gunawan, oh.., oh..!” terdengar rintihan dan desahan
nafas Bu Nindya yang keenakan. Lama Gunawan melakukan aktivirasnya itu, menarik
dan memasukkan kemaluannya terus-menerus ke dalam vagina Bu Nindya. Sambil
mulutnya terus menciumi dan mengulum kedua puting payudara Bu Nindya.

“Oh.., ah.. Bu Nindya, oh.., kamu memang cantik Bu Nindya,
akan kulakukan apa saja untuk bisa memuaskan hasrat birahimu, ih.., oh..!”
desis Gunawan keenakan.

“Oh.., Gunawan.., bahagiakanlah Ibu malam ini dan
seterusnya, oh Gunawan.., Ibu sudah tak tahan lagi, oh.., ah..!”

Semakin cepat gerakan Gunawan menarik dan memasukkan
kemaluannya ke dalam vagina Bu Nindya, semakin hebat pula goyangan pantat Bu Nindya
mengikuti irama permainan Gunawan, sambil tubuhnya terus menggelinjang
bergerak-gerak tidak beraturan.

Semakin panas permainan seks mereka berdua, sampai akhirnya
Bu Nindya merintih, “Oh.., ah.., Gunawan.., Ibu sudah tak tahan lagi, Ibu sudah
tak kuat lagi, Ibu mau keluar, oh Gunawan.., kamu memang perkasa..!”

“Keluarkan Bu..! Keluarkanlah..! Puaskan diri Ibu..! Puaskan
hasrat Ibu sampai ke puncaknya..!” desis Gunawan menimpali.

“Mari kita keluarkan bersama-sama Bu Nindya..! Oh, aku juga
sudah tak tahan lagi,” desis Gunawan kemudian.

Setelah berkata begitu, Gunawan menambah genjotannya
terhadap Bu Nindya, terus-menerus tanpa henti, semakin cepat, semakin panas,
terlihat sekali kedua tubuh yang basah oleh keringat dan telanjang itu menyatu
begitu serasi dengan posisi tubuh Gunawan menindih tubuh Bu Nindya.

Sampai akhirnya Gunawan merasakan tubuhnya mengejang hebat,
begitu pula dengan tubuh Bu Nindya.Beritaseks Keduanya saling merapatkan
tubuhnya masing-masing lebih dalam, seakan-akan tidak ada yang memisahkannya.

“Ser.., ser.., ser..!” terasa keluar cairan kenikmatan
keluar dari ujung kemaluan Gunawan mengalir ke dalam vagina Bu

Nindya, begitu nikmat seakan-akan seperti terbang ke langit
ke tujuh, begitu pula dengan tubuh Bu Nindya seakan-akan melayang-layang tanpa
henti di udara menikmati kepuasan yang diberikan oleh Gunawan.

Sampai akhirnya mereka berdua berhenti karena merasa
kelelahan yang amat sangat setelah bercinta begitu hebat.

Sejenak kemudian, masih dengan posisi yang saling menindih,
terpancar senyum kepuasan dari mulut Bu Nindya.

“Gunawan, terima kasih atas apa yang telah kau berikan pada
Ibu..,” kata Bu Nindya sambil tangannya mengelus-elus rambut Gunawan.

“Sama-sama Bu, aku juga puas karena sudah membuat Ibu
berhasil memuaskan hasrat birahi Ibu,”

sahut Gunawan dengan posisi menyandarkan kepalanya di atas
dada Bu Nindya. Suasana yang begitu mesra.

“Selama disini, mulai malam ini dan seterusnya, Ibu ingin
kamu selalu memberi kepuasan birahi Ibu..!” pinta Ibu Nindya.

“Saya berjanji Bu, saya akan selalu memberikan yang terbaik
bagi Ibu..,” kata Gunawan kemudian.

“Ah, kamu bisa saja Wan,” tersungging senyum di bibir Bu Nindya.

“Tapi, ngomong-ngomong bagaimana dengan Ida dan Bik Inah..?”
tanya Gunawan.

“Lho, kita kan bisa mencari waktu yang tepat. Disaat Ida
berangkat sekolah juga bisa, dan Bik Inah di dapur. Di saat keduanya tidur pun
kita bisa melakukannya. Pokoknya setiap saat dan setiap waktu..!” jawab Bu Nindya
manja sambil tangannya mengusap-usap punggung Gunawan.

Sejenak Gunawan memandang wajah Bu Nindya, sesaat kemudian
keduanya sama-sama tertawa kecil. Akhirnya apa yang mereka pendam berdua
terlampiaskan sudah. Sambil dengan keadaan yang masih telanjang dan posisi
saling merangkul mesra, mereka akhirnya tertidur kelelahan.

cerita bokep
2016,cerita bokep terupdate,cerita bokep terbaru,cerita bokep, cerita ngentot
2016,cerita ngentot terupdate,cerita ngentot terbaru,cerita ngentot,

The post Gairah Sex Yang Terpendam appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Dosen Hanizah

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 Cerita Sex: Dosen Hanizah – Aku teringat akan kisah yang terjadi 18 tahun yang lalu, ketika aku masih di alam persekolahan. Kisah yang akan kuceritakan ini mendatangkan kesan yang mendalam terhadap kehidupanku. Umurku sekarang 30 tahun lebih.

 

 

cerita-sex-dosen-hanizah-237x300

Cerita Sex: Dosen Hanizah

 

Cerita Sex | Sewaktu berada di tingkat 5, di salah satu sekolah di Malaysia ini, aku terkenal dengan sifatku yang pemalu dan takut terhadap wanita. Ketakutanku itu bukan kerena takut seperti selayaknya orang melihat hantu, tetapi adalah karena tidak adanya kekuatan dalam diriku untuk berhadapan dan bergaul dengan mereka. Walau bagaimanapun, aku seorang yang happy go lucky, suka bersenda gurau. Sekolahku tu pulak, sekolah laki-laki. Semua pelajarnya laki-laki, wanita yang ada hanyalah Dosen saja. Jadi semakin bertambahlah ketakutanku pada kaum hawa itu.

Walaupun aku tidak berani berhadapan dengan seorang wanita, keinginanku untuk bergaul dengan mereka sangat tinggi. Aku sering berangan-angan memiliki kekasih, dan aku juga suka cemburu melihat teman-temanku yang punya kekasih dan sering keluar bersama kekasih mereka. Aku juga memilki tabiat yang lain, yaitu gemes bila melihat wanita dewasa dan sexy, terutama yang keturunan Cina. Bila aku pergi ke tempat renang, aku sering onani setelah melihat cewek-cewek Cina yang sexy dan menggairahkan itu. Akibatnya aku jarang sekali berenang. Di sekolahku, dosen wanitanya lebih banyak dari pada dosen pria. Ada yang Cina, India, dan yang Melayu pun ada.

Di antara dosen perempuan tersebut, ada 3 orang yang setengah baya dan sexy. 2 orang Cina dan seorang lagi Melayu. Dosen Cina yang dua orang ini mengajar di semester 6, selalu menggunakan kaos saja jika datang ke sekolah. Yang pertama namanya Miss Wong dan satunya lagi Madam Chong. Madam Chong walaupun sudah memiliki tiga orang anak dan umurnya sudah dekat 40 tahun, tetapi badannya masih seksi. Sedangkan Miss Wong masih belum menikah, tetapi umurnya sudah cukup matang, kurang lebih 30 tahun. Tubuhnya masih montok. seperti biasa, cewek Cina memang punya bentuk badan yang menarik.

Sedangkan dosen wanita satunya itu adalah dosen Melayu yang baru saja dipindahkan ke sekolah ini, dengar kabar dia berasal dari Trengganu. Dia pindah sebab ikut suaminya yang pindah kerja ke sini. Kami memanggilnya Dosen Hanizah yang berusia sekitar 25 tahun. Beliau baru saja menikah dan mempunyai seorang anak yang baru berumur setahun lebih. Kabarnya, setelah lulus kuliahnya, dia terus menikah. Tinggal di Kuala Trengganu selama setahun, terus pindah ke sini. Suaminya bekerja sebagai Pegawai Pemerintahan.

Aku sangat suka melihat ketiga orang dosen ini, wajah mereka dan badan mereka sungguh menawan, terutama dosen Hanizah. Walaupun dia tidak berpakaian seksi, apalagi bertudung tetapi tetap mengairahkan. Jika Miss Wong atau Madam Chong ingin pulang, atau baru sampai, aku pasti mendekati ke arah mobil mereka. Bukannya mau menolong membawakan buku mereka, tetapi ingin melihat paha seksi mereka ketika sedang duduk di dalam mobil. Kemaluanku pun terangsang saat itu. Kalau Dosen Hanizah agak susah dilihat keseksiannya, sebab dia bertudung dan berbaju kurung ke sekolah.

Jika dia memakai kebarung, baru kelihatan sedikit bentuk tubuhnya yang montok dan molek itu. Apa yang aku sangat suka pada Dosen Hanizah adalah wajahnya yang lembut dan menawan, suaranya manja bila berbicara. Dengan bentuk badan yang kecil molek, kulit yang putih akan memukau mata siapa saja yang memandang. Tetapi sayang seribu kali sayang karena ketiga dari mereka tidak ditakdirkan mengajar di kelasku. Aku hanya dapat melihat mereka pada waktu istirahat, waktu rapat bersama ataupun di ruang guru saja. Jarang sekali kesempatan yang mengijinkanku bersama dengan mereka.

Entah bulan berapa, aku tidak ingat, kalau tidak salah dalam bulan Maret, dosen metematikaku pindah ke sekolah lain, alasan pindahnya aku tidak ingat. Jadi, selama 2 minggu kami tidak belajar matematika. Memasuki minggu yang ketiga, waktu pelajaran matematika, Dosen Hanizah masuk ke kelas kami. Kami semua keheranan, apakah dia masuk untuk mengganti sementara atau mengajar mata pelajaran ini untuk menggantikan dosen lama.

Dosen Hanizah yang melihat kami keheranan, menjelaskan bahwa dia akan mengajar matematika untuk kelas ini menggantikan dosen lama. Dengan tidak disangka, semua siswa dalam kelas bersorak gembira termasuk aku. Aku tidak tahu mereka gembira karena mendapat dosen baru atau gembira karena hal lain. Yang pasti, aku gembira sebab dosen yang paling cantik, yang selalu kudambakan akan masuk mengajar di kelas ini. Ini berarti aku dapat melihat dia lebih sering.

Mulai hari itu, Dosen Hanizah yang mengajar matematika. Aku pun jadi menyukai pelajaran ini, walaupun aku tidak pernah lulus matematika sebelumnya. Aku sering tanya dan menemui dia, bertanya masalah matematika. Dari situ, pengetahuan matematikaku bertambah, aku lulus juga akhirnya dalam ujian bulanan walaupun hanya mendapatkan nilai yang cukup. Oleh kerena terlalu menyukai Dosen Hanizah, aku jadi sedikit banyak mengetahui latar belakangnya. Kapan tanggal lahirnya, tinggal dimana dan bagaimana keadaan keluarganya.

Dalam bulan Juni, Dosen Hanizah ulang tahun, aku mengajak teman satu kelas untuk mengucapkan “Selamat Hari Ulang Tahun” bila dia masuk nanti. Ketika Dosen Hanizah masuk ke kelas, ketua kelas mengucapkan “Selamat Hari Ulang Tahun Dosen” dan diikuti oleh kami semua. Dia terperanjat, dan bertanya dari mana kami semua tahu tanggal ulang tahunnya. Anak-anak yang lain menunjuk aku, mereka bilang kalau aku yang memberitahu.
Dosen Hanizah bertanya,

“Dari mana kamu mengetahuinya..?”
“Ada lah…” jawabku, setelah itu dia tidak bertanya lagi.

Dosen Hanizah tinggal di rumah teres yang bersebelahan dengan komplek dekat tempat tinggalku, kurang lebih 2 km jaraknya dari rumahku. Waktu liburan, aku selalu berkeliling dengan sepeda ke komplek perumahan tempat tinggalnya. Aku tahu rumahnya dan selalu mampir di situ. Pernah sekali itu, waktu sedang bersepeda, Dosen Hanizah sedang memasukkan sampah ke dalam tong di luar rumah. Dia melihatku, dan terus memanggilku. Aku pun segera pergi ke arahnya. Dia tidak memakai tudung, terurailah rambutnya yang lurus sebahu itu. Sungguh ayu aku melihatnya sore itu.

“Azlan, rumahmu dekat sini ya..?” tanyanya dalam logat Kedah.
“Tidak juga.” balasku, “Tapi memang tidak terlalu jauh sih.”
“Anda tinggal di sini..?” aku tanya padanya meskipun aku sudah tahu.
“Iya..”
“Sendirian aja? Mana suaminya?”
“Ada di dalam, dengan anak saya.”

Ketika kami asyik berbicara, suaminya keluar, menggendong anak perempuan mereka. Terus aku diperkenalkan kepada suaminya. Aku berjabat tangan dan menegur anaknya, sekedar menunjukkan rasa hormatku. Suaminya tidak terlalu ganteng, tetapi terlihat bergaya, maklumlah pegawai. Setelah agak lama, aku minta diri untuk pulang.

Sudah 6 bulan Dosen Hanizah mengajar kami, aku bertambah pandai dalam matematika. Dan selama itulah aku sering berada di kelasnya. Aku sering membayangkan keadaan Dosen Hanizah tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, pasti indah sekali. Dengan bentuk tubuh yang montok, kecil, pinggang yang ramping serta kulit yang cerah, jika telanjang pasti membuat orang yang melihatnya ingin segera menerkam tanpa berpikir dua kali. Tetapi, aku hanya dapat melihat rambutnya saja di sore itu.

Hari ini libur, libur karena memperingati peristiwa Sukan Tahunan. Aku tidak tahu hendak kemana, aku lelah bersepeda dan mengayuh tanpa arah tujuan. Agak jauh kali ini aku berkeliling, ketika ingin pulang aku melewati kawasan perumahan Dosen Hanizah, waktu itu langit gelap dan kelihatannya ingin hujan. Aku berharap bisa tiba di rumah sebelum kehujanan. Tetapi belum sampai di kawasan rumah Dosen Hanizah, hujan mulai turun, dan lama-lama semakin lebat. Pakaianku basah kuyup. Aku tidak berhenti, terus saja mengayuh sepedaku.

Aku tidak sadar ternyata ban sepedaku semakin kempes, seharusnya aku memompa dulu sebelum keluar tadi. walaupun sebentar lagi akan tiba di kawasan rumah Dosen Hanizah, aku tidak boleh menaiki sepedaku lagi, karena kalau dinaiki juga, akan semakin rusak ban sepedaku. Kemudian aku menuntun sepeda sampai ke rumah Dosen Hanizah. Niatnya aku akan meminjam pompa sepeda kepadanya.

Ketika tiba di depan pintu pagar rumahnya, aku tekan bel rumahnya. Tidak lama kemudian, pintu rumah dibuka, dari jauh terlihat Dosen Hanizah menggunakan kain batik dan berbaju T-Shirt sedang memperhatikanku.

“Dosen..!” jeritku.
“Ada apa Azlan..?” tanyanya keheranan melihat aku yang basah kuyup dalam hujan lebat dengan kilat yang sabung menyabung.
“Saya mau pinjam pompam, ban sepeda saya kempes.”
“Tunggu sebentar..!” jeritnya.

Dosen Hanizah masuk kembali ke rumah dan keluar membawa payung. Dia membukakan kunci pintu pagar dan memintaku untuk masuk. Ketika menuntun sepeda masuk, mataku memperhatikan Dosen Hanizah yang berada di depan, melenggang-lenggok berjalan menuju ke dalam. Dari belakang, kerampingannya terlihat jelas, dengan t-shirt yang agak ketat dan kain batik yang dililit memperlihatkan bentuk badannya yang menarik. Punggungnya yang montok dan pejal itu membangkitkan gairahku ketika dia berjalan. Kemaluanku langsung menegak dalam kebasahan.

“Memangnya dari mana saja kamu, kok naik sepeda hujan-hujanan?” tanyanya ketika tiba di depan pintu.
“Jalan-jalan saja, sudah mau pulang tetapi ban sepeda saya kurang angin,” jelasku. “Anda punya pompa ngga..?”
“Saya lihat dulu di gudang. Masuklah dulu.” menawarkan kepadaku.
“Ngga apa-apa kok, nanti malah basah pula rumah Anda.”
“Tunggu dulu…” Dosen Hanizah pun meninggalkanku kedinginan di situ, dia terus pergi ke dalam. Sebentar kemudian dia keluar membawakan pompa dan handuk.
“Nah… ini…” diulurkannya pompa itu ke arahku.

Meskipun aku lelah tetapi langsung terus memompa angin ke dalam ban sepedaku.

“Ingin lansung pulang habis ini?”
“Yaa.. habis mompa terus pulang.”
“Hujan selebat ini mau nekat pulang?”
“Tak apa-apa, sudah basah kuyup juga kok,” jawabku lalu terbersin.
“Nah.., kan kelihatannya kamu mau kena selsema tuh.”
“Hanya sedikit bersin kok,” kataku lalu menyerahkan pompa kepadanya, “Terima kasih Bu..”
“Ada-ada saja kamu, handuk nih, handuki sampai kering dulu badanmu..” katanya sambil memberikan aku handuk yang dipegangnya sejak tadi.

Aku mengambil handuk itu dan mengelap rambut dan mukaku yang basah. Aku dengan santainya berhandukan seperti di rumah sendiri, aku buka baju di depan dia. Setelah itu, baru aku ingat kalau aku berada di depan dosenku.

“Sori Bu…” kataku perlahan.

Dosen Hanizah pergi ke dalam. Kukira dia marah sebab aku buka baju di depan dia, tetapi dia datang sambil membawakan sarung, T-Shirt dan sebuah bakul.

“Nah, ganti bajumu pakai ini..!” katanya sambil memberikannya kepadaku,
“Baju basahnya taruh dalam bakul ini.”

Kulemparkan bajuku ke dalam bakul. Kubuka celanaku langsung di depannya, tetapi dengan kusarungkan dulu tubuhku dengan sarung pemberiannya. Setelah mengeluarkan dompetku, kumasukkan celana panjangku yang basah itu ke dalam bakul, dan yang terakhir celana dalamku.

“Masuk dulu, tunggu sampai hujan berhenti baru kau pulang..” sambung Dosen Hanizah sambil mengambil bakul berisi pakaian basahku.
“Nanti dulu, saya keringkan baju ini dulu yah..?”

Aku pun mengikuti dia masuk. Setelah pintu dikunci, aku disuruh duduk di ruang tamu dan Dosen Hanizah terus pergi ke dapur. Aku melihat-lihat perhiasan rumahnya, agak mewah juga perabotan dan perhiasannya. Ketika asyik melihat-lihat, Dosen Hanizah datang dengan membawakan segelas minuman dan meletakkannya di atas meja, lalu dia duduk berhadapan denganku.

“Minumlah. Bajumu lagi Saya keringkan di belakang.”

Aku pun mengambil nescafe itu dan menghirupnya.

“Mana suami Anda?” tanyaku memulai pembicaraan.
“Kerja..”
“Oh ya, hari ini kan hari kerja,” balasku. “Anak..?””Sedang tidur. Kamu duduklah dulu, saya ada kerjaan di belakang.” katanya sambil berdiri dan meninggalkanku.
“Oke…” ringkas jawabku.

Hujan di luar masih turun dengan lebat dan diikuti dengan bunyi guruh yang memekakkan telinga. Aku melihat-lihat kalau ada buku yang bisa kubaca dan ternyata ada. Aku ambil sebuah novel dan mulai melihat-lihat. Sehelai demi sehelai kubuka isi novel itu, walaupun tidak kubaca. Aku sebenarnya sedang tidak ingin membaca, tetapi daripada tidak ada yang dapat kuperbuat, lihat-lihat saja juga lumayan.

Aku tidak tahu apa yang sedang Dosen Hanizah perbuat di belakang. Ketika membaca halaman demi halaman, pikiranku jauh melayang membayangkan gambaran fantasiku bersama Dosen Hanizah. Aku teringat akan cerita-cerita X dan blue film yang kutonton dulu, bila kejadiannya seperti ini, pasti akan berakhir dengan adegan asmara. Aku membayangkan diriku akan berasmara dengan Dosen Hanizah, seperti di dalam film yang pernah kutonton.

Sudah hampir 20 menit, hujan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Aku menjadi ingin buang air kecil, maklumlah udaranya dingin. Aku bangun dan terus menuju ke belakang untuk mencari kamar mandi. Ketika aku hampir sampai di kamar mandi, aku sekilas melihat Dosen Hanizah sedang masuk ke kamarnya, hanya dalam keadaan menggunakan handuk saja, mungkin baru keluar dari kamar mandi. Pada saat melihat tadi, aku tidak sempat melihat apa-apa kecuali tubuhnya yang hanya tertutup oleh handuk dan hanya sebentar aku melihatnya. Aku teruskan ke dapur, dan ketika melewati kamarnya, kudapati pintu kamarnya tidak tertutup rapat.

Aku beranikan diri untuk pergi ke arah pintu dan mulai mengintip Dosen Hanizah yang ada di dalam, sedang berbuat apa aku pun tidak tahu. Minta ampun.., berdesir darahku, seperti tercabut jantungku rasanya melihat Dosen Hanizah yang dalam keadaan telanjang di dalam kamarnya. Serta merta kemaluanku menegak. Aku hanya dapat melihat bagian belakangnya saja, dari ujung rambut sampai ke tumit, semuanya jelas terlihat. Saat itu Dosen Hanizah sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk yang tadi dipakainya.

Inilah pertama kalinya aku melihat perempuan telanjang secara langsung, biasanya hanya dari video saja. Terpatung-patung aku di muka pintu melihat bentuk badan Dosen Hanizah yang seksi, pinggang ramping, punggung yang montok serta kulit yang putih mulus sedang mengeringkan rambutnya. Hampir timbul niatku untuk segera masuk dan meraba tubuhnya saat itu, tetapi aku takut nanti dia malah tidak mau dan menuduhku ingin berbuat cabul terhadapnya.

Apa yang sedang dilakukan Dosen Hanizah terus memukau mataku. Kadang handuk itu digosokkan ke celah selangkangannya, lalu dilapkan. Kemudian handuk itu dilemparkan ke atas gantungan. Secara tidak disadari, Dosen Hanizah membalikkan badannya ke arah pintu, tempat aku berdiri. Dia jongkok untuk membuka pintu lemari dan terlihatlah sekujur tubuh tanpa sehelai benang pun yang hanya selama ini menjadi khayalanku saja. Buah dada Dosen Hanizah yang menonjol segar kemerah-merahan itu sempat kuperhatikan, begitu juga dengan segitiga emas miliknya yang dijaga rapih dengan bulu yang tersusun indah, semuanya sempat kulihat.

Bersamaan dengan itu, Dosen Hanizah menengok ke arah pintu dan melihat aku sedang memperhatikannya, dan, “Hei..!” sergahnya.

Lalu dia menutup bagian tubuhnya dengan kain yang sempat diambilnya dari dalam lemari. Aku terkejut, terus lari meninggalkan tempat itu. Aku terus ke kamar mandi. Aku diam di situ hingga kemaluanku mengedur, sebelum kencing. Mana bisa aku kencing saat kemaluanku berdiri tegak dan keras.

Ketika selesai, perlahan-lahan aku keluar, kudapati pintu kamarnya tertutup rapat. Mungkin Dosen Hanizah ada di dalam. Mungkin dia malu, aku pun malu kalau ketahuan dia saat aku mengintipnya. Aku terus ke ruang tamu. Sebenarnya setelah itu aku mau langsung pulang saja meskipun hujan belum reda, karena takut Dosen Hanizah marah sebab kuintip dia tadi. Tetapi, baju basahku ada padanya dan belum kering lagi. Aku tidak tahu dimana dia meletakkannya, kalau tahu pasti kuambil dan terus pulang. Meskipun perasaanku tidak tentram tetapi aku tetap menunggu di ruang tamu sambil menduga-duga apa yang akan terjadi nantinya.

Tidak lama kemudian, Dosen Hanizah pun datang. Dia menggunakan kain batik dengan kemeja lengan pendek. Wajahnya tidak menunjukkan senyumnya, tidak juga memperlihatkan tanda akan marah. Dia duduk di depanku, sempat juga aku sekilas memperhatikan pangkal buah dadanya yang putih itu. Dia menatap tepat ke arah mataku. Aku takut, lalu mengalihkan pandanganku.

“Azlan..!” tegurnya dengan nada yang agak tinggi.
Aku menoleh menantikan ucapan yang akan keluar dari mulut yang kecil berbibir munggil itu.
“Sudah lama Azlan ada di dekat pintu tadi..?”
“Minta maaf Bu..” balasku lemah, tunduk mengakui kesalahan.
“Saya tanya, sudah lama Kamu lihat Saya sewaktu di dalam kamar tadi..?” dia mengulangi kata-katanya itu.
“Lama juga…”
“Kamu melihat apa yang saya perbuat..?”

Aku mengangguk lemah dan berkata, “Maafkan Saya Bu…”

“Azlan..! Azlan..! Kenapa kamu mengintip Saya..?” nada suara Dosen Hanizah kembali lembut.
“Saya tak sengaja, bukannya mau mengintip, tapi pintu kamarnya yang tak rapat…”
“Salah Saya juga, sebab tidak menutup pintu tadi.” balasnya.

Dosen Hanizah sepertinya tidak marah, kupandangi wajahnya yang ayu itu, terpancar kejernihan di wajahnya. Aku hanya mampu tersenyum dalam hati saja bila dia senyum sambil menggelengkan kepalanya.

“Kenapa kamu kelihatan pucat..?”
“Takut, takut Anda marah…”
“Sudahlah, Saya tidak marah. Saya juga yang salah, bukan hanya Kamu. Sebenarnya siapa pun yang punya kesempatan seperti itu pasti akan melakukan yang Kamu lakukan tadi…” jelasnya.

Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum. Tidak disangka Dosen Hanizah begitu sportif, walaupun dalam kasus begini seharusnya dia marah.

“Aaa, tak tahu sopan juga Kamu…” katanya sambil mencubirkan bibir.

Aku tertawa kecil mengenang peristiwa yang terjadi tadi.

Sesungguhnya aku memang sudah bertindak yang tidak sopan sebab dengan sengaja melihat Dosen Hanizah yang bertelanjang bulat. Kemaluanku menegang di dalam sarung membayangkan tubuh montoknya Dosen Hanizah yang tidak dilindungi sehelai benang pun. Cepat-cepat kututupi dengan meletakkan bantal kecil ke atas kemaluanku. Jika terlihat Dosen Hanizah, bisa malu aku dibuatnya.

“Lho, belum turun juga..?” tegurnya manja karena rupanya dia sempat melihat sarungku.

Aku menjadi malu dan posisi dudukku menjadi tidak nyaman lagi. Aku tidak mampu lagi untuk berkata-kata bila ditegur seperti itu.

Agak lama suasana hening menyelubungi ruang tamu rumah yang dihias indah itu.

“Bu..?” aku mula bersuara, “Sungguh hebat..!”
“Apa yang hebat..?”
“Pemandangan yang tadi kulihat.”
“Apa yang Kamu lihat..?”
“Perempuan telanjang.”
“Heh..! Tak sopan betul Kamu ini..!”
“Betul, Anda lihat saja ini..!” kataku sambil memindahkan bantal dari perutku.

Menimbullah batang kemaluanku ditutupi sarung milik suaminya.

“Tidak mau turun lagi dia..,” sambungku sambil menunjuk ke arah tonjolan di bawah pusarku yang bersarung milik suaminya.

Dosen Hanizah tebengong-bengong dengan tindakanku, namun matanya terpaku di tonjolan pada sarung yang kupakai.

“Hei..! Sopanlah sedikit..!” tegurnya.

Aku membiarkan kemaluanku mencuat tinggi di sarung yang kupakai, aku tidak menutupnya, aku biarkan saja ia tersembul. Kubiarkan Dosen Hanizah menatapnya, tetapi Dosen Hanizah merasa malu, matanya dialihkan ke arah lain, sesekali matanya memandang ke arah tonjolan itu.

“Bu..?” sambungku lagi.

Dia terdiam menantikan kata-kata yang lain, sekali-kali dia memandang ke bawah.

“Anda tahu tidak..? Anda lah orang yang paling cantik di sekolah kita…”
“Mana mungkin..?” balasnya manja malu-malu.
“Betul. Semua teman saya bilang seperti itu. Dosen lelaki pun bilang hal yang sama.”
“Alah, bohong…”
“Betul, saya tidak membual…”
“Apa buktinya..?”
“Buktinya, tadi. Saya sudah melihat seluruh lekuk tubuh anda ketika anda tidak memakai baju tadi. Itulah buktinya.” jawabku dengan berani.

Aku kira dia akan marah, tetapi Dosen Hanizah terdiam, dia tertunduk malu. Melihat gelagatnya itu, aku semakin berani mengucapkan kata-kata yang lebih sensual.

“Badan Anda kecil dan molek, kulit Anda putih, pinggang ramping, punggung montok…”
“Ah, sudah, sudah..!” dia memotong perkataanku.

Terlihat wajahnya menjadi merah menahan malu, tetapi aku tidak peduli, kemudian aku meneruskan rayuanku,

“Punggung Anda tadi Saya lihat padat dan montok. Itu dari belakang. Ketika Anda berbalik ke depan, kemaluan Anda yang cantik itu membuat batang Saya hampir patah. Tetek Anda membuat Saya ingin langsung menghisapnya, terlihat sedap.” sambungku.

Terlihat saat itu Dosen Hanizah tidak membantah, dia masih tetap tertunduk malu.

Masa aku akan bilang seperti ini padanya, “Penisku jangan berontak, kayak mau tercabut, punyaku tegang tak tahu kalau aku lagi berusaha.” tapi itu hanya dalam hati saja.
Dosen Hanizah masih tunduk membisu, perlahan-lahan aku bangun menghampiri dan duduk di sebelah kirinya. Aku rasa dia merasakan niatku, tapi dia seakan-akan tidak tahu. Aku rangkulkan tangan dan memegang belakang badannya.

“Rilek Bu.., Saya hanya main-main saja..!”

Dia terkejut ketika kupegang punggungnya. Lalu dia goyangkan badan, aku pun segera menurunkan tanganku itu. Aku masih tetap di sebelahnya, bahu kami bersentuhan, paha kami juga bergesekan. Hujan makin lebat, tiba-tiba terdengar bunyi petir yang agak kuat. Dosen Hanizah terkejut dan dengan spontan dia memeluk diriku. Aku pun terkejut, turut mendekap kepalanya yang berada di dadaku. Sempat juga aku belai rambutnya.

Entah karena apa, dia sadar dan,

“Sori…” katanya ringkas lalu membetulkan posisi duduknya.

Aku melepaskan tanganku yang melingkari badannya, wajahnya kupandang, Dosen Hanizah menoleh ke arahku, tetapi setelah itu dia kembali terdiam dan tunduk ke bawah.

Kaget juga kurasa tadi, mula-mula dapat melihat tubuhnya yang telanjang, setelah itu dapat memeluk sebentar. Puas, aku puas walaupun hanya sebentar. Entah bagaimana membayangkannya, saat itu petir berbunyi lagi dan saat itu seakan-akan menyambar dekat bangunan rumah dosenku. Terperanjat karena bunyi yang lebih dahsyat itu, sekali lagi Dosen Hanizah berpaling dan memeluk tubuhku. Aku tidak melepaskan peluang untuk memeluknya kembali. Kulingkarkan tangan kiriku ke pinggangnya yang ramping dan tangan kananku membelai rambut dan kepalanya. Kali ini aku rapatkan badanku ke arahnya, terasa buah dadanya yang pejal menekan-nekan dadaku.

Dosen Hanizah mendongakkan kepalanya menatap wajahku. Aku masih tidak melepaskan dia dari rangkulanku, belakang badannya kuusap dari rambut sampai ke pinggang. Dia menatapku seolah-olah memintaku untuk melepaskannya, tapi aku menatap tepat ke dalam anak matanya. Mata kami bertemu, perlahan-lahan aku rapatkan wajahku ke arah wajahnya, bibirku kuarahkan ke bibirnya yang munggil dan separuh terbuka itu. Makin rapat, dan hampir menyentuh bibirnya, dan bersentuhanlah bibirku dengan bibir dosen yang mengajarku matematika itu. Belum sempat aku mencium bibirnya, hanya terkena sedikit, Dosen Hanizah memalingkan wajahnya sambil tangannya mendorong badanku minta agar dilepaskan.

Aku tetap tidak melepaskan dia, peluang seperti ini tidak mudah kudapatkan. Kutarik dia lagi lebih rapat. Terkejut Dosen Hanizah dengan tindakanku.

“Azlan… tidak enak ahh…” Dosen Hanizah menolak sambil meronta lemah.

Aku tidak peduli, kueratkan lagi pelukanku, dada kami bertemu, terasa denyut dadanya naik turun dengan nafas yang agak kencang.

“Please Bu…” rayuku.
“Tidak etis ahh.., Saya ini isteri orang..!” rontanya lagi.
“Tenanglah Anda.., pleasseee…” balasku lagi sambil mencium lehernya dengan lembut. Sempat juga aku menjilat cuping telinganya.
“Ja.. ja.. ngan.. lah..!” bantahnya lagi dengan suara yang terputus-putus.

Dia memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan, mengelakkan ciumanku. Aku terus mencium lehernya sambil mengeratkan pelukan, karena tak ingin terlepas.

“A.. a… zzlaaan.. ja…” belum sempat Dosen Hanizah menghabiskan kata-katanya, bibirku berpautan pada bibirnya, kali ini aku cium sekuat-kuatnya.
“Mmmppphhh… mmmppphh…” Dosen Hanizah tidak bersuara lagi saat mulutnya kukecup.

Dia meronta semakin kuat. Aku terus mencium dan mengecup bibir dan mulutnya sambil tangan kiri menggosok ke seluruh bagian belakang badan dan tangan kananku memegang kepalanya agar kecupanku tidak putus dari mulutnya. Diselingi dengan punggungnya yang pejal itu kuremas, kupecet semauku.

Agak lama mulutku berpaut di bibirnya, hingga rontaannya semakin lemah, suaranya tidak lagi berbunyi, lama-kelamaan tidak ada lagi rontaan, sebaliknya tangan Dosen Hanizah memeluk erat leherku. Aku merasakan bibirnya mulai membalas ciumanku. Apa lagi, aku pun mula menciumnya dengan penuh mesra dan kelembutan, dia membalas sambil mengeratkan pelukannya. Terasa lidahnya dijulurkan. Aku menyambut dan lalu menghisap lidahnya, saling bergantian kami berhisap lidah. Pada waktu itu, hanya terdengar bunyi air hujan yang jatuh membasahi bumi dan bunyi kecupan mulut kami berdua.

Agak lama kami berciuman, bertautan bibir dan lidah sambil berpelukan mesra. Kemudian, Dosen Hanizah meleraikan tautan itu diikuti dengusan birahi, “Mmmm…”

Kami bertatapan mata, tanganku masih dilingkarkan pada tubuhnya, badan kami masih saling rapat, nafasnya semakin kencang, nafsuku semakin meningkat diikuti dengan kemaluanku yang semakin menegang. Tatapan matanya yang redup itu bagaikan meminta sesuatu, sehingga kutambatkan sekali lagi bibirku ke bibirnya. Kami saling berciuman mesra, sesekali ciuman ditujukan ke arah leher yang putih itu, kucium, kugigit dan kujilat batang lehernya. Dosen Hanizah hanya menggeliat kegelian diperlakukan seperti itu.

“Ooohhh… A.. zzlannn…” suara manjanya menusuk ke dalam lubang telingaku.

Sambil berciuman, tangan kananku kugeser ke arah depan, buah dadanya kupegang, kuremas lembut. Terasa ketegangan buah dadanya, pejal dan montok. Dosen Hanizah hanya dapat mendesis menahan keenakan yang dirasakannya. Ciumanku bergerak juga ke pangkal dadanya yang putih itu. Aku cium ke seluruh permukaan pangkal dadanya, kemejanya kutarik sedikit ke bawah, hingga menampakkan BH berwarna hitam yang dipakainya. Kepala dan rambutku diremas dan dipeluk erat oleh Dosen Hanizah ketika dadanya kucium dan payudaranya kuremas.

“Aaahhh… mmmppphhh…” rintihannya membangkitkan nafsuku.

Aku semakin berani, kancing kemejanya kubuka satu persatu sambil tetap aku mencium dan mengecup wajahnya. Mulut kami bertautan lagi ketika jari-jari tanganku sibuk menanggalkan kancing kemejanya, dan akhirnya habis juga kancingnya kubuka. Perlahan-lahan sambil mencium mulutnya, aku melucutkan kemejanya ke belakang. Seperti dalam film, Dosen Hanizah meluruskan tangan agar kemeja itu dapat dilucutkan dari tubuhnya. Kini, bagian atas tubuh Dosen Hanizah hanya terbalut BH saja.

Aku leraikan ciuman mulut, lalu mencium pangkal buah dada di atas BH-nya. Aku cium, aku jilat seluruh pangkal buah dadanya sambil meremas-remas. Suara rintihan Dosen Hanizah semakin kuat apabila kupencet putingnya yang masih berada di dalam BH. Dosen Hanizah merangkul erat dan meremas-remas rambutku. Sambil mencium dan meremas buah dadanya, kulingkarkan tanganku ke belakang dan mulai mencari kancing penyangkut BH yang dipakai Dosen Hanizah. Ketemu, dan terus kulepaskan kancing itu. Perlahan-lahan aku menarik turun BH hitamnya ke bawah dan terus kulempar ke atas sofa.

Terpukau mataku ketika bertatapan dengan payudaranya yang putih kemerahan yang tadi hanya dapat kulihat dari jauh saja. Aku puntir dan main-mainkan putingnya sambil mulutku mencium dan menjilat yang sebelahnya lagi. Suara desisan Dosen Hanizah semakin manja, semakin bergairah kudengar. Habis kedua belah payudaranya kujilat dan kuhisap semauku, putingnya kujilat, aku gigit mesra dengan diikuti rangkulan erat oleh Dosen Hanizah ke kepalaku.

Sambil mengulum puting payudaranya, aku membuka t-shirt yang kupakai tadi, lalu melemparkannya ke bawah. Aku tidak berbaju, begitu juga Dosen Hanizah, kami berdua hanya bersarung dan memakai kain batik saja. Suasana dingin terasa oleh desiran hujan di luar, namun kehangatan tubuh Dosen Hanizah membangkitkan nafsu birahi kami. Aku terus memeluk Dosen Hanizah erat-erat sambil berkecupan mulut. Buah dadanya terasa hangat bergesekan dengan dadaku. Inilah perasaan yang sukar digambarkan, berpelukan dengan perempuan dalam keadaan tidak berbaju, buah dadanya yang pejal menekan-nekan dadaku ke kiri dan ke kanan mengikuti alunan nafsu.

Setelah agak lama berciuman dan berpelukan, kubaringkan Dosen Hanizah ke atas sofa itu. Dia merelakannya. Aku menatap sekujur tubuh yang separuh telanjang itu di depan mata. Saat aku berdiri, Dosen Hanizah hanya memandang sayu melihatku melucutkan sarungku dan bertelanjang di hadapannya. Kemaluan yang sudah menegang itu memerlukan sesuatu untuk dijinakkan. Aku duduk kembali di sisinya, terus membelai buah dadanya yang menegang itu.

Aku kembali mengulum puting payudaranya sambil tangan kananku turun ke arah lembah, lalu merabanya untuk mencari puncak kebirahian wanita yang begitu dipelihara. Segitiga emas milik Dosen Hanizah akan kuraba, aku mulai mengusap dan menggosok di bagian bawah lembah itu. Terangkat-angkat punggung Dosen Hanizah menahan keenakan dan kenikmatan yang sukar digambarkan oleh kata-kata. Yang kedengaran hanyalah rintihan dan desisan manja yang mempesonakan birahiku,

“Mmmpphhhmm… aaahhh…”

Aku mulai melepaskan ikatan kain batiknya, dengan lembut aku menarik kain itu ke bawah untuk melucutkan terus dari tubuhnya. Segitiga emasnya hanya ditutupi secarik kain berwarna hitam yang juga harus kulucutkan. Kuusap kemaluannya dari luar, terasa basah dan lengket pada ujung lembah yang subur itu. Pahanya kuraba dan kuusap sambil lidahku menjilat dan mencium pusatnya. Bergelinjang badan Dosen Hanizah diperlakukan seperti itu. Kedua tanganku memegang celana dalamnya dan mulai melorotkan ke bawah, kutarik tubuhnya dengan punggung Dosen Hanizah diangkatnya sedikit, dan terlucutlah benteng terakhir yang ada pada tubuh Dosen Hanizah.

Aku tidak melepaskan peluang untuk menatap sekujur tubuh lemah yang tidak dibaluti sehelai benang pun. Hal seperti ini sangat diinginkan oleh setiap insan bergelar lelaki, dan yang lebih lagi adalah ternyata yang berada di depan mata minta dijamah. Terlihat vaginanya berair di sekeliling bulu-bulu tipis yang terjaga rapih.

Kusentuh kemaluannya sehingga terangkat tubuhnya menahan keenakan. Kusentuh lagi dan kugesekkan jari-jariku melewati hutan itu, suara mengerang mengiringi gerak tubuhnya. Kelentitnya kumainkan, kupelintir sehingga suara yang dikeluarkan kali ini agak kuat diiringi dengan badannya terangkat karena kejang. Terasa basah jariku waktu itu, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi saat itu, tetapi sekarang baru kutahu bahwa Dosen Hanizah mengalami klimaks.

Awalnya aku ingin menjilati vaginanya seperti yang ada di video BF, tetapi tak jadi sebab liang senggamanya sudah berair dan basah. Aku terus menghimpitkan tubuhku ke atas tubuhnya dengan lembut sambil mencium wajahnya. Kemaluanku bergesekan dengan kemaluannya. Terasa ujung kejantananku bertemu dengan bulu dan air mani yang membasahi lembah kenikmatan itu.

Setelah mendapatkan kedudukan yang tepat, kupegang kejantanan dan mengarahkan ke lubang senggamanya. Seperti dirancang, Dosen Hanizah membuka dan meluaskan kangkangannya sedikit. Setelah berada di ujung muara, aku pun melabuhkan tongkat nakhodaku ke dalam lautan birahi dengan perlahan-lahan diikuti oleh desisian dan raungan kami berdua yang bergantian, mengiringi terbenamnya tongkat ke dalam lembah di lautan.

“Aaarrrghhh… mmm…”

Aku menekan sampai pangkal kemaluan dan membiarkannya sekejap karena terasa seperti terjepit. Aku mencium leher dan mulutnya berulang kali. Bila keadaan sudah agak tenang, aku mulai mendayung, atas, bawah, pelan dan teratur. Kenikmatan pada waktu itu adalah sangat indah, susah untuk dapat dikatakan, kemudian aku menggerakkan ke atas dan ke bawah berulang kali. Saat pertama kali aku perbuat padanya terasa seperti menjepit, karena vaginanya memang sempit. Dosen Hanizah tidak merasakan sakit yang berpengaruh karena dia pernah melakukannya dengan suaminya.

Aku dorong dan tarik kemaluanku dengan diiringi suara mengerang yang agak kuat sambil melihat pemandangan indah di bawah. Sungguh pemandangan yang indah jika dapat melihat kejantananku sendiri sedang masuk dan keluar dari lubang senggama wanita, dengan bunyi yang cukup menawan. Dosen Hanizah memeluk erat pinggangku ketika bergoyang mengimbangi tubuhku, punggungnya bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti arus irama. Sesekali dia menggoyang-goyangkan punggungnya untuk membantu daya dorongku, terasa kenikmatan yang tiada bandingnya.

Kulajukan dayungan, semakin laju dengan suara yang semakin kuat. Dosen Hanizah hampir mengeluarkan suara erangannya, dan aku merasakan hampir keluar seperti gunung berapi hendak memuntahkan lavanya. Aku lajukan lagi, dengan sekuat tenaga kutusukkan sedalam-dalamnya diikuti dengan teriakan Dosen Hanizah. Dengan jeritan Dosen Hanizah yang nyaring, terpancurlah air maniku jauh ke dasar lubang senggamanya.

Ketika kubuka mataku, aku melihat mata Dosen Hanizah menutup serta dadanya yang naik turun dengan cepat, ada tetesan peluh di dadanya. Begitu juga badanku, terasa peluh meleleh di belakang. Kejantananku semakin menekan ke dalam lubang kenikmatanya yang semakin lembab akibat muntahan yang terjadi bersamaan. Kukecup dahi Dosen Hanizah, dia membuka mata dan tersenyum memandangku. Aku membalasnya dengan mengecup mesra bibirnya. Akhirnya aku tindih tubuhnya di atas sofa itu dengan kepalaku kuletakkan di atas dadanya. Terdengar bunyi degupan jantung yang kencang di dada Dosen Hanizah, dosen yang mengajarku matematika di sekolah.

Setelah beberapa menit, aku bangun dan mengeluarkan batang kejantananku dari dalam lubang senggamanya. Terlihat sedikit air maniku meleleh keluar melalui lubang kemaluannya yang berdenyut-denyut menahan kenikmatan. Aku ambil tisue di tepi meja dan kubersihkan air mani yang meleleh itu. Dosen Hanizah hanya memandang sambil melemparkan senyuman mesra ke arahku. Kemaluanku yang masih basah kubiarkan kering sendiri. Aku duduk bersila di atas karpet dengan menghadap arah memandang wajahnya. Kepalaku sejajar dengan kepalanya yang masih terbaring di atas sofa itu. Aku meremas dan memilin putting payudaranya. Dosen Hanizah membiarkan sambil tangannya membelai rambutku. Terasa seperti suami isteri.

“Terima kasih sayang…” bisikku lembut.

Dosen Hanizah mengangguk senyum.

Agak lama juga kami dalam keadaan itu sambil menantikan tenaga pulih kembali dan sampai jantung berdegup dengan normal. Kemudian Dosen Hanizah bangun dan mencapai pakaiannya pergi ke dalam kamarnya. Jam menunjukkan pukul 11:30 pagi. Hujan masih belum berhenti, tidak ada tanda-tanda mau berhenti. Aku kenakan lagi sarungku, tetapi baju tidak kupakai lagi. Karena masih letih, aku duduk bersandar di sofa mengenang peristiwa tadi. Pikiranku menerawang.

Inilah kenikmatan badan, apa yang kuidamkan selama ini akhirnya bisa kudapatkan. Dosen yang selama ini hanya hadir dalam khayalanku saja telah nyata kurasakan. Berasmara dengan Dosen Hanizah adalah impian setiap lelaki yang mengenalnya, dan aku dapat menikmati tubuh yang menggiurkan itu. Jika selama ini kulihat Dosen Hanizah bertudung dan berbaju penuh, hari ini aku melihatnya tanpa pakaian, mengamati tubuhnya yang indah, setiap lekuk badannya, payudaranya dan kemaluannya. Semuanya kualami dengan menikmati pemandangan yang mempesona, malah tidak hanya itu, tetapi juga dapat merasakan kenikmatan yang ada pada tubuh itu. Aku bahagia. Aku puas, sangat puas dengan apa yang telah kulakukan tadi. Aku tersenyum sendirian.

Ketika aku melamun, aku dikejutkan dengan bunyi dentuman petir yang kuat. Aku teringat Dosen Hanizah. Jam sudah menunjukkan 12:00 tengah hari. Rupanya sudah hampir setengah jam aku melamun. Aku bangun dan menuju ke arah kamar Dosen Hanizah. Kuketuk pintu dan terus masuk. Kelihatan dosen Hanizah telah berpakaian tidur sedang menyikat rambutnya.

“Ada apa Azlan..?” tanyanya lembut.
“Bosen aja diluar sendirian.” jawabku ringkas sambil duduk di tepi ranjang memandang Dosen Hanizah menyisir rambutnya.

Dipojok kamar terlihat ranjang kecil yang di dalamnya ada bayi perempuan Dosen Hanizah yang sedang tidur dengan nyenyaknya. Bunyi dentuman petir seperti tidak diperhatikan, dia tidur seperti tidak menghiraukan keadaan sekitarnya.

“Terima kasih yah…” kataku.
“Terima kasih apa..?”
“Yang tadi. Sebab tadi adalah pengalaman yang terindah buat saya.”
“Ohhh… tapi jangan kasih tau orang lain.”
“Janji.” balasku.

Aku kembali memperhatikannya berdandan. Harum minyak wanginya menusuk hidung ketika Dosen Hanizah menyemprotkan ke badannya.

“Kenapa Anda tidak marah..?”
“Marah kenapa..?”
“Iya.., awalnya Anda melarang, Anda menolak Saya, tapi setelah itu..?”
“Setelah itu Saya biarkan..?” sambungnya.
“Haaa…” jawabku dan langsung kusambung, “Apa sebabnya..?”
“Kalau Saya lawan pun Kamu pasti memaksa, Kamu pasti sangat menginginkan.”
“Belum tentu.” jawabku.
“Pasti begitu. Saya mana mungkin melawan. Jadi lebih baik Saya biarkan dan berbagi saja denganmu. Kan dua-duanya senang.” jelasnya.
“Anda tidak menyesal..?” tanyaku ingin kepastian.
“Kalau rela, mana mungkin menyesal, buat apa..?” jelasnya lagi, “Lagian juga Kamu tidak memperkosa Saya, Kamu kan minta baik-baik, Saya jadi memberinya.

Ditambah Kamu sudah lihat Saya telanjang. Lain halnya kalau kamu masuk ke rumah Saya, terus menyerang Saya dan perkosa Saya. Kalau itu Saya pasti akan lapor polisi dan Kamu pasti dipenjara.”

“Habis, anda kelihatannya mau melapor. Iya nggak..?” tanyaku meyakinkan.
“Lapor..? Buat apa..? Kamu kan bukan masuk dengan cara paksa, Saya yang suruh Kamu masuk. Saya juga yang membiarkan Kamu menyetubuhi Saya.”
“Kalau suami Anda tahu..?”
“Gimana dia akan tahu..?” tanya Dosen Hanizah.
“Ini kan hanya rahasia kita saja kan..?” aku mengangguk.
“Jadi, janganlah beritahu orang lain..!” aku angguk lagi tanda paham.

Dia menuju ke arah ranjang anaknya sambil membelainya dengan penuh kasih sayang seorang ibu. Kemudian Dosen Hanizah menghampiriku dan duduk di sebelahku.

“Wanginya…” sapaku manja. Dosen Hanizah mencubit pahaku dan aku berkata, “Saya mau lagi…”
“Mau apa..?”
“Yang seperti tadi.”
“Tadi kan sudah…”
“Tak puas…””Aiii… nggak puas juga..? Suami Saya sekali saja langsung lelah dan tidur, Kamu mau lagi..?”
“Soalnya.., peluang seperti ini susah Saya dapatkan. Lagian tadi Saya tak sempat jilat vagina Anda. Anda pun tak pegang penis Saya. Saya ingin merasakan perempuan pegang penis Saya.” jawabku jujur.
“Jilat..? Mau meniru cerita BF yach..?” balasnya tersenyum.

Aku mengangguk membalas senyumannya. Kemaluanku kembali menegang, tenagaku sudah pulih. Aku pegang tangan Dosen Hanizah dan meletakkannya di atas batang kemaluanku yang mengeras itu. Dosen Hanizah seperti paham dan meraba batangku yang ada di dalam sarungku. Aku biarkan saja, sedap rasanya. Setelah itu, aku berdiri dan melucuti sarungku. Aku dengan telanjang berdiri di hadapan Dosen Hanizah. Dia hanya tersenyum memandangku. Perlahan-lahan, kemaluanku yang menegang itu dipegangnya, dibelai dan diusap ke atas dan ke bawah.

Nikmatnya tak terkira, selalu jari sendiri yang berbuat, tapi hari ini jari jemari lembut seorang wanita cantik yang melakukannya. Aku mendesis karena nikmatnya. Aku berharap Dosen Hanizah akan menghisap dan mengulum batang kejantananku. Memang Dosen Hanizah sudah tahu keinginanku. Diciumnya ujung batang kemaluan aku, dan ujung lidahnya dimainkan di lubang kepala kejantananku. Aku terasa ngilu, tapi sedap. Perlahan-lahan Dosen Hanizah membuka mulut dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya.

Terasa kehangatan air liurnya membasahi batang yang setengahnya berada di dalam mulutnya. Dihisapnya penisku, dikulumnya ke atas dan ke bawah. Terasa seperti tercabut ketika itu. Kupegang dan remas rambutnya yang baru disisir tadi. Aku dorong batang kemaluanku jauh ke dalam mulutnya, terasa ujung kejantananku terkena dasar tenggorokannya. Dosen Hanizah menghisap sampai ke pangkal sambil tangannya meremas-remas telur zakarku. Di saat itu, aku rasakan kenikmatan yang lain dari yang tadi. Kubiarkan Dosen Hanizah menghisap semaunya, kubiarkan dia menjilat seluruh batang kemaluanku, telurku. Sengaja kubiarkan sebab sangat nikmat rasanya.

Setelah itu, aku pegang bahunya. Dia berdiri memandang dengan penuh kesayuan. Aku pegang dan belai rambut yang terurai di bahu. Perlahan-lahan kulepaskan baju tidurnya ke bawah, dia tidak memakai pakaian dalam. Terlihatlah tubuh Dosen Hanizah yang bertelanjang di hadapanku. Aku lingkarkan tangan di pinggang dan mulai mendekapnya lembut. Kami berpelukan dan bertautan bibir sambil jari-jariku meraba dan menggosok seluruh badan. Sekarang baru aku bisa merangkul tubuh yang kecil molek dengan pinggang yang ramping iti sepuas-puasnya. Pinggangnya kecil tapi sangat proposional. Kudekap dan kuremas punggungnya sambil menggesek-gesekkan batang kejantananku ke perutnya. Sungguh nikmat dapat berpelukan sambil berdiri.

Aku baringkan dia di atas ranjang sambil terus memberikan kecupan demi kecupan. Kali ini aku tidak berlama-lama mencium payudaranya sebab sasaran muluku adalah ke liang kenikmatannya. Aku turunkan ciumanku ke bawah, kemaluannya masih kering. Aku terus mencium kemaluannya itu dengan lembut. Terangkat punggungnya menahan kenikmatan itu. Bibir kemaluannya kujilat, kujulurkan lidah dan menusuk ke dalam lubangnya. Dia mendesis keenakan sambil menggeliat manja. Biji kelentitnya kuhisap, kujilat semaunya. Vagina Dosen Hanizah mulai basah, aku tak peduli, aku terus jilat dan hisap sambil tanganku meremas-remas puting payudaranya.

Tiba-tiba, saat menikmati sedapnya menjilat, Dosen Hanizah meraung dengan tubuhnya terangkat. Serentak dengan itu, habis mulutku dibasahi dengan simbahan air dari dalam liang kewanitaannya. Ada yang masuk ke dalam mulutku sedikit, rasanya agak payau dan sedikit asin. Aku berhenti dan mengelapkan mulutku yang basah karena air maninya. Rupanya Dosen Hanizah klimaks. Aku mainkan dengan jari saja lubang vagina itu. Entah karena apa, timbul nafsu untuk menjilat air maninya lagi.

Aku kembali membenamkam wajahku dan mulai menjilat lembah yang basah berair itu. Lama-lama rasanya menjadi sedap, habis kujilat, kuhisap vaginanya. Dosen Hanizah hanya merintih manja sambil meliukkan tubuhnya. Ketika aku menghisap kelentitnya, kumainkan lubang kenikmatannya dengan jari. Tiba-tiba, sekali lagi dia terkejang kepuasan, dan kedua kali jugalah air maninya menerjah ke dalam mulutku.

Dengan mulut yang basah karena air maninya, kucium mulut dia. Air maninya bercampur dengan air liurnya apabila aku membiarkan lidahku dihisap. Dosen Hanizah menjilat air maninya sendiri tanpa mengetahuinya. Ketika sudah habis air mani di mulutku karena disedotnya, aku mulai menghentikan pemanasan. Tubuhnya kutindih, dengan sauh dihalakan ke lubuk yang dalam dan dilepaskan layar, maka jatuhlah sauh ke dalam lubuk yang selama ini hanya dilabuhkan oleh sebuah kapal dan seorang nakhoda saja. Kini kapal lain datang bersama nahkoda muda yang terpaksa berhempas pulas melawan badai mengarungi lautan birahi untuk sampai di pulau impian bersama-sama.

Perjuangan kali ini lebih lama, dan melelahkan kerena masing-masing tidak mau mengalah duluan. Berbagai aksi dilakukan untuk sampai ke puncak kejayaan. Tubuh Dosen Hanizah kusetubuhi dalam berbagai posisi, dia juga memberikan kerjasama yang baik kepadaku dalam menempuh gelombang. Akhirnya, setelah berhempas pulas, kami tiba juga di pulau impian dengan kejayaan bersama, serentak dengan terjahan padu air hikmat serta jeritan manja, si puteri meraung kepuasan.

Kami terdampar keletihan setelah penat belayar. Terkulai Dosen Hanizah di dalam dekapanku. Kali ini lebih romantis, sebab kami berbuat di atas ranjang dengan kasur yang empuk. Banyak posisi dan gaya yang telah kami lakukan. Kami telentang kelelahan, dengan peluh memercik membasahi tubuh dan wajah kami. Air maniku meleleh keluar kedua kalinya dari lubang yang sama. Dosen Hanizah mendekap badanku sambil jarinya membelai kemaluanku yang terkulai basah itu. Dimainkannya seperti bayi mendapatkan boneka. Kubiarkan sambil mengecup dahinya tanda terima kasih. Kami tidak bersuara karena sangat letih.

Saat itu sempat juga aku mengalihkan pandangan ke arah tempat tidur anaknya, kelihatan masih terlena dibuai mimpi. Aku risau juga, takut dia terbangun kerena jeritan dan raungan kepuasan ibunya yang berhempas pulas melawan badai samudera bersama nakhoda muda yang tidak dikenalinya. Tubuh kami terasa tidak bernyawa, rasanya untuk mengangkat kaki pun tidak kuat. Lemah segala sendi dan urat dalam badan. Hanya suara rintihan manja saja yang mampu dikeluarkan dari pita suara kami dalam kedinginan akibat hujan yang masih turun lebat.

“Terima kasih ya…” aku mengecup dahinya, dia tersenyum. Kepuasan nampak terpancar di wajahnya.
“Kamu benar-benar hebat…” sahutnya.
“Hebat apa..?”
“Iya lah, dua kali dalam sejam.”
“First time.” balasku ringkas.
“Belum pernah Saya merasa puas seperti ini.” jelasnya jujur.
“Belum pernah..?” tanyaku keheranan.

Dia mengangguk perlahan,

“Saya tidak pernah orgasme lebih dulu.”
“Suami Anda melakukan apa saja..?”
“Dia hanya memasukkannya sampai Dia keluar…” sambungnya.
“Bila sudah keluar, dia letih, terus tertidur. Saya sudah tidak terangsang lagi saat itu.”
“Kenapa Anda tidak memintanya..?” saranku.
“Kalau sudah keluar, Dia tidak terangsang lagi.”
“Dalam seminggu berapa kali Anda berbuat..?” tanyaku mengorek rahasia mereka.
“Sekali, kadang-kadang tidak dapat sama sekali dalam seminggu itu…”
“Kenapa..?”
“Dia pulangnya terlalu malam, jadi sudah letih. Tidak nafsu lagi untuk bersetubuh.”
“Ohhh…” aku menganguk seakan memahami.
“Kapan terakhir Anda melakukannya..?” pancingku lagi.
“Ehh, dua minggu yang lalu.” jawabnya yakin.
“Sudah dua minggu Anda tidak mendapatkannya..?” sambungku terkejut, Dosen Hanizah hanya menganggukkan kepala mengiyakannya.
“Jelas Dosen Hanizah tidak marah besar ketika aku mulai menjamah tubuhnya.” dalam hatiku, “Dia mengidamkan juga rupanya…”

Hampir setengah jam kami berbicara dalam keadaan berpelukan dan bertelanjang di atas ranjang itu. Segala hal mengenai masalah rumah tangganya kutanya dan dijawabnya dengan jujur. Semua hal yang berkaitan diceritakannya, termasuk jeritan batinnya yang rindu akan belaian dari suami yang tidak pernah benar-benar dinikmatinya. Suaminya terlalu sibuk dengan kerjanya hingga mengabaikan nafkah batin si isteri. Memang bodoh suami Dosen Hanizah, sebab tidak menggunakan sepenuhnya tubuh yang menjadi idaman setiap lelaki yang memandang itu. Nasibku baik, sebab dapat menikmati tubuh itu dan sekaligus membantu menyelesaikan masalah kepuasan batinnya.

Aku semakin bangga apabila dengan jujur Dosen Hanizah mengakui bahwa aku telah berhasil memberikan kepuasan kepada dirinya, batinnya kini tidak lagi bergejolak. Raungannya kini tidak lagi tidak dipenuhi, Dosen Hanizah sudah dapat apa yang diinginkan batinnya selama ini, walaupun bukan berasal dari suaminya sendiri, tetapi dengan anak muridnya, yang lebih muda 10 tahun tetapi gagah seperti berusia 30 tahun. Desiran hujan semakin berkurang, rintiknya semakin perlahan, menunjukkan tanda-tanda hendak berhenti.

Kami bangun dan melihat ke luar jendela. Seperti disuruh, Dosen Hanizah mengenakan kembali pakaian tidurnya lalu terus ke dapur. Aku menanti di kamar itu. Tak lama kemudian, dia masuk dan menyerahkan pakaianku yang hampir kering. Setelah mengenakan pakaian, aku ke ruang tamu dan minta diri untuk pulang karena terlihat hujan sudah berhenti.

Dosen Hanizah mengiringi aku ke pintu. Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih atas segala layanannya. Dosen Hanizah juga berterima kasih kerena telah membantunya. Aku ambil sepedaku, lalu membuka pintu pagar dan terus mengayuh menuju ke rumah. Tidak terlihat Dosen Hanizah di halaman rumah, maklumlah hujan, lagi pula sekarang waktunya makan siang.

Setibanya di rumah, aku mandi. Di kamar, terlihat dengan jelas bekas gigitan di leherku. Ah, gawat bisa malu aku nanti. Aku berniat kalau tidak hilang sampai besok, aku pasti tidak akan ke sekolah.

Keesokan harinya, tidak terlihat bekas gigitan pada leherku. Aku ke sekolah seperti biasa bersama adik-adikku yang lain. Mereka perempuan, jadi tidak satu sekolah denganku. Di sekolah, bila bertemu dengan Dosen Hanizah yang berbaju kurung bertudung kepala, aku tersenyum dan mengucapkan selamat, seperti tidak ada sesuatu di antara kami. Dosen Hanizah pun bertingkah biasa saja, walaupun di hati kami masing-masing tahu apa yang telah terjadi sewaktu hujan lebat kemarin. Di dalam kelas, dia mengajar seperti biasa. Aku pun tidak macam-macam, takut nanti teringat dan menginkannya di kelas.

Selama sebulan lebih setelah kejadian itu, kami masih bersandiwara seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Tidak pernah bercerita tentang hal itu. Kalau kami bertemu pun, hanyalah berkisar masalah pelajaran. Aku yang baru pertama kali mendapatkannya, sudah merasa ketagihan. Terasa ingin lagi menjamah tubuh perempuan, sudah tak kuat nafsuku ditahan.

Pada suatu hari, kalau tidak salah hari Selasa, aku berjumpa dengannya di ruang guru. Waktu itu, ruang guru sedang kosong, aku memberanikan diri meminta keinginanku untuk menjamah kenikmatan tubuhnya. Pada awalnya Dosen Hanizah agak keberatan, tetapi setelah mendesak dan membujuknya, dia mulai lembut. Dosen Hanizah setuju, tapi dia akan beritahu aku bila saatnya memungkinkan. Aku minta padanya kalau bisa dalam waktu dekat ini karena aku sudah tak tahan lagi. Kalau keadaan aman, dia akan memberitahuku katanya. Aku gembira dengan penjelasan itu.

Tiga hari setelah itu, Dosen Hanizah memanggilku ke ruang guru. Dia memintaku ke rumahnya malam Senin. Dia memberitahu bahwa suaminya akan keluar kota ke Johor selama dua hari. Aku janji akan datang. Aku setuju, tapi bagaimana caraku untuk bilang pada orang tuaku kalau aku akan bermalam di luar. Aku ijin untuk menginap di rumah teman dengan alasan belajar bersama dan terus ke sekolah besoknya. Mereka mengijinkan.

Tiba malam yang dijanjikan, kurang lebih pukul 8:00, aku tiba. Dosen Hanizah menyambutku dengan senyuman. Anaknya yang bermain-main dengan permainannya terhenti melihatku masuk. Setelah melihatku, dia kembali bermain lagi. Nasib baik karena anak Dosen Hanizah masih kecil jadi masih belum mengerti apa-apa. Malam itu, kami tidur bersama di kamar seperti sepasang suami isteri. Persetubuhan kami malam itu memang menarik, seperti sudah lama tidak merasanya.

Aku melepaskan rinduku ke seluruh bagian tubuhnya. Dosen Hanizah kini tidak lagi malu-malu meminta dipenuhi keinginannya jika lagi nafsu. Kalau tidak salah, malam itu kami bermain sampai 4 kali. Yang terakhir kali sudah sampai dini hari, dan kami tertidur. Bangun-bangun sudah pukul 8:00 lebih ketika anaknya menangis. Kami sudah terlambat ke sekolah, Dosen Hanizah menelpon dan mengatakan kalau dia sakit. Aku pun sudah malas untuk ke sekolah.

Setelah menenangkan anaknya dengan memberikan susu, dia menidurkan kembali anaknya. Kami bersarapan dengan makanan yang disediakannya. Kemudian, kami mandi bersama, bertelanjang dan bersenggama di dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi aku minta dia untuk menerima seluruh air maniku ke dalam mulutnya.

Dosen Hanizah setuju, setelah puas, batang kejantananku menyusuri lembah, di saat mau melepaskan puncak kenikmatanku, aku minta Dosen Hanizah duduk dan aku arahkan senjataku ke sasaran, dan terus menembak ke mulutnya yang terbuka lebar. Penuh mulut Dosen Hanizah dengan air maniku. Ada beberapa tetes yang tertelan, yang lain dimuntahkannya kembali. Aku mengarahkan batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya, dia terpaksa menerima dan mulai menghisap batang kejantananku yang masih berlinang dengan sisa air mani yang ada.

Kami terus mandi dan membersihkan badan. Anaknya telah lama tertidur, kami berdua beristirahat di ruang tamu sambil mendengar radio. Kami berbincang tentang hal peribadi masing-masing. Sesekali Nescafe panas yang dihidangkan oleh Dosen Hanizah kuhirup. Aku memberitahu padanya kalau aku tak pernah punya cewek kalau ditanya orang lain, dan aku juga merasa bangga kerena dapat merasakan nikmatnya hubungan antara lelaki dan perempuan lebih awal. Sambil berbicara, aku mengusap dan meremas lembut buah dada dosenku yang berada di sebelah. Aku juga bertanya tentang suaminya, adakah dia tahu atau merasa ada perubahan sewaktu berasmara bersama. Dosen Hanizah menjelaskan bahwa dia berbuat seperti biasanya, waktu berasmara pun seperti biasa.

Dosen Hanizah tidak pernah menghisap kemaluan suaminya sebab suaminya tidak mau, begitu juga kemaluannya tidak pernah dijilat. Jadi, akulah orang pertama menjilat kemaluannya dan kemaluan akulah yang pertama masuk ke dalam mulut Dosen Hanizah. Dosen Hanizah bilang suaminya merasa jijik apabila kemaluannya dijilat, dihisap dan dimainkan dengan mulut. Karena itulah, Dosen Hanizah tidak keberatan mengulum kemaluanku karena memang diiginkannya. Kami ketawa kecil mengenangkan aksi-aksi gairah yang pernah kami lakukan.

Jam menunjukkan pukul 10:00 lebih. Dosen Hanizah bangun menuju ke kamarnya, aku mengekori. Di kamar, dia melihat keadaan anaknya yang sedang pulas. Perlahan-lahan aku memeluknya dari belakang. Tanganku, kulingkarkan ke pinggangnya yang ramping sambil mulut mengecup lembut lehernya. Sesekali tanganku meremas buah dadanya yang kian menegang. Aku memalingkan tubuhnya, kami berdakapan sambil berkecupan bibir. Tubuhnya kubaringkan ke atas ranjang sambil mengulum bibirnya dengan mesra. Pakaiannya kulepaskan, begitu juga dengan pakaianku. Mudah dilepaskan karena memang kami masing-masing sudah merencanakannya.

Entah berapa kali mulutku penuh dengan air maninya sebelum kemaluanku menerobos liang keramat itu. Kali ini aksi kami semakin ganas. Tubuhnya yang kecil itu kutindih semaunya. Akhirnya, muntahan cairan kentalku tidak dilepaskan di dalam, tetapi di mulutnya. Air maniku memenuhi mulutnya ketika kumuntahkan di situ. Dia menerimanya dengan rela sambil menjilat-jilat sisanya yang meleleh keluar, sambil batang kemaluanku dikulumnya untuk menjilati sisa-sisa yang masih ada. Aku tersenyum melihat lidahnya yang menjilat-jilat itu seperti mendapatkan suatu makanan yang lezat. Dia juga ikut tersenyum melihatku.

Setelah habis ditelannya. Aku mulai memakai kembali pakaianku. Dosen Hanizah duduk bersandar, masih bertelanjang.

“Sedap..?” tanyaku sambil menjilat bibir.

Dosen Hanizah mengangguk paham. Dia kemudian mengenakan pakaian tidurnya lalu menemaniku hingga ke pintu. Setelah selesai, aku minta diri untuk pulang ke rumah, takut nanti bohongku ketahuan. Dia melepasku dengan berat hati. Aku pulang, orang tuaku tidak ada, yang ada hanya pembantu. Aku memberitahu mareka kalau aku sakit dan terus ke kamar untuk tidur.

Begitulah kisahku berasmara dengan dosen matematikaku yang hingga kini masih menjadi kenangan, walaupun sudah 10 tahun lebih aku meninggalkan sekolah dan negeri itu untuk berkerja di Kuala Lumpur. Waktu aku tingkat 6, Dosen Hanizah pindah ke Johor. Selama itu, banyak sekali kami melakukan hubungan seks. Sebelum berpindah, Dosen Hanizah mengandung, aku sempat juga tanya anak siapa, dia tidak menjawab tapi tersenyum memandangku. Aku mengerti, itu adalah hasil dari benih yang kutaburkan berkali-kali. Setelah itu, aku tak pernah bertemu atau mendengar kisahnya.

Aku mendapat kabar angin kalau Dosen Hanizah kini mengajar di Kuala Lumpur. Kalau betul, aku mau coba mencari walaupun kini usianya kurang lebih 43 tahun. Sampai sekarang aku masih belum menemuinya, tetapi sebelum Hari Raya tahun 2000, aku melihat Dosen Hanizah di Mid Valley Shopping Centre sedang belanja dengan anak-anaknya. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Dosen Hanizah appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Niduri Si Dona

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Niduri Si Dona – Sudah setengah jam ini suara dengusan nafas yang memburu dan lenguhan penuh birahi terdengar sayup-sayup dari sebuah kamar kos di bilangan Jakarta Selatan. Suaranya tentu saja lebih heboh dan tidak beraturan bila di dalam ruangannya sendiri. Ethan sedang nafsu-nafsunya menggenjot Dea, anak Psikologi semester 5, dengan posisi Missionaris. Tangan kiri Ethan menjambak rambut Dea, tangan kanannya sibuk meremas tak karuan toked Dea yang bulat kencang, dengan pinggul sibuk menggenjot naik turun.

 

 

cerita-sex-niduri-si-dona-234x300

Cerita Sex: Niduri Si Dona

 

“Aacchhhhh.. uuuuhhhhhh… eeeggggghhhhh.. Thann.. janghan kenceng-kenceng ngocoknyaaa… Gue.. gue.. jadi mau kleuaaarrrrr lagiiiiiii….” rengek Dea yang sudah kelelahan.

Tapi, Ethan malah menggoyang pantatnya sehingga batang penisnya semakin ganas mengobel-ngobel memek sempit si Dea.

“Aaakkhhhkh.. mhemek lo masih ngremes-ngremes penis gue gini kok. Nih.. rasainn..” tukas Ethan.

Cerita Sex | Benar saja, tak sampai semenit Dea sudah merasakan sensasi gatal mau meledak di sekujur selangkangannya. Sambil memeluk erat (plus cakaran di punggung), lenguhan klimaks Dea terdengan:

“EEEEMMMHHHHH… HUUAGGHHH…EUUHHHH… FUCCKKKKK…”. Dea kelonjotan, kepalanya mendongak, seluruh tubuhnya menegang karena sensasi kenikmatan yang membanjiri.
“Gimana rasanya keluar yang kelima ini De?” tanya Ethan iseng.

Masih megap-megap, Dea nyahut

“anjing lo Than. Gila, gw sampai melengkung gara-gara orgasme”.
“Tapi mantap kan.. hehehe” balas Ethan.
“Iya sih” kata Dea dalam hati.

Tiba-tiba si Dea sadar sesuatu. Benda yang tebal besar masih mengganjal dalam mhemeknya.

“Eh, Than, lo blum kluar ya?” tanya Dea khawatir.
“bentar lagi ya Yang” ujar Ethan sambil mulai mengeluar-masukkan kontholnya.
“Hiya.. cepetan than” desah Dea lemas.

Ethan memutar tubuh Dea, menginginkan posisi semi Doggy. Sambil memeluk guling, Dea mengangkat pantatnya yang bulat tinggi-tinggi sambil membuka pahanya lebar-lebar. Cengiran lebar Ethan muncul, melihat posisi yang konak habis. Mhemek Dea sudah basah kuyup dan warna pink-nya semakin semburat. Tanpa tedeng aling-aling, Ethan langsung membenamkan 3/4 kontholnya dan langsung masuk RPM tinggi. SLEP..SLEP..SLEP.. suara kecipak cairan birahi mhemek Dea hanya ditutupi oleh lenguhan Dea yang birahinya naik lagi.

“Mulut aja lo ngomong cukup-cukup. Tapi kalo gw enthot, tetep aja lo demen” ejek Ethan.

Tapi, gerakan genjotan Ethan sendiri semakin cepat dan tak karuan. Ujung pal-konnya sudah berdenyut-denyut. Sensasi gatal yang menuntut untuk di’garuk’ semakin memuncak.

“Hh..hhh…hahh….” dengus Ethan yang semakin bernafsu.
“Thannn.. jangan di dalem keluarrnyaaa…” rengekan desperate Dea terdengar.

Tapi, Dea sendiri sebenarnya sadar kalo si Ethan pasti akan ngeluarin di dalam. Ga ada tanda-tanda dia bakal nyabut kontholnya. Dea merasakan konthol yang semakin membengkak di dalam mhemeknya. Membuat Dea semakin blingsatan dan mau orgasme lagi.

“HIIAAHHHH……AUUUUUUUUHHHHHHHHHHH…” jeritan klimaks Dea membahana.

Ethan juga tidak mau kalah. Sambil meremas kuat-kuat pantat Dea, Ethan menancapkan dalam-dalam kontholnya untuk membanjiri mhemek Dea dengan pejunya.

“HUAHHH… ENNAKKKNYAA…” lenguh Ethan penuh kepuasan. Tulang-belulang serasa diloloskan dan lemas.

Tapi, puasss. Setelah itu, Ethan langsung menindih tubuh Dea yang banjir keringat (dan banjir peju tentunya). Berbisik di telinga Dea

“Gila, emang mantep banget ngenthot same elu pagi-pagi gini Dea”. Dea cuma tersipu, tapi membales dengan agak ketus “Iya, tapi gue harus minum pil KB lagi. Males tau”.
“Hehehe.. ahh kan ga sebanding dg nikmatnya. Eh, Gue cabut dulu ya. Ada kuliah sejam lagi” kata Ethan.

Tapi Dea tidak membalas, karena sudah jatuh tertidur. Lemesss… Sambil-sambil cengar-cengir puas, Ethan mandi dan bersiap-siap cabut dari kos Dea. Sebelum berangkat, Ethan menikmati pemandangan tubuh bugil Dea yang tertidur pulas. Dea anak Bogor dengan tubuh cukup mungil (cuma 158cm tingginya), tapi punya pantat bulat dan kencang. Tokednya yang kencang dan bulat (34B), terlihat besar karena tubuhnya yang mungil. “Lumayanlah.. Gratis ini” batin Ethan. Dan meluncurlah Ethan ke kampusnya di kisaran Jakarta Selatan juga.

Nafsu sudah tersalurkan, badan bersih habis mandi, pikiran Ethan jernih dan rasanya siap hadapi kuliah Pak Marto. Jalanan Jakarta pukul 9 sudah macet. Tapi, Ethan tenang saja karena kuliahnya baru mulai jam 10. Paling jam 9.45 sudah sampai. Masih sempat kongkow-kongkow dulu di kantin. Kali-kali ada cewek bening yang nyantol wkwkwkwk. Kampus S sudah ramai. Berbagai macam mahasiwa dan mahasiswi sibuk berkeliaran di koridor atau berkumpul duduk-duduk di plasa. Mata Ethan cepat menyisiri areal kampus, mencari-cari teman-temannya.

“Yeh, itu dia anak-anak kampret” batin Ethan sambil berjalan cepat ke pojok plasa.

Roy yang melihat si Ethan menghampiri, langsung bangkit dan menonjok Ethan. Sambil memiting leher Ethan, Roy berbisik

“Setan kampret! Lo habis garap si Dea anak psikologi kan? Gue liat lo semalem di Kemang”. Senyum tulus Ethan langsung terbit
“Eh, kok lo tau. Cuma sekali semalem, sekali lagi paginya kok. Dan gw jamin, dienya puas. Lo tenang aja sob.” imbuh Ethan.

Jepitan Roy semakin keras

“Bukan itu maksud gue buduk! Gue juga ngincer diaaa..!” Mimik memelas Ethan langsung muncul
“Aduh sory SOb. Gue betul-betul ga tau. Lagian ini semua salah si Dea. Ngapain pake tank top pas minta temenin Gue nyari buku kemarin. Ya mana tahan gue.” Roy jelas-jelas tidak terima dengan penjelasan Ethan yang tidak bertanggung jawab
“Pokoknya, ntar sore lo harus makcomblangin gw ama die. Gue udah pengen ngremes bokongnya dari kapan tau.” Demi menyelamatkan kepalanya, Ethan dengan suka cita menyetujui permintaan Roy.

Begitu Ethan setuju, cengir lebar Roy langsung muncul.

“Jago ga dia, Than? Males gue kalo masih amatir” tanya Roy antusias.
“Lumayan Sob. There’re still room for improvement. But overall, she’s GOOD!” balas Ethan sambil acungin jempol.

Sambil terkekeh-kekeh penuh aura mesum, kedua penjahat kelamin itu melangkah menuju kelas, karena Pak Marto sudah terlihat di ambang pintu.

Setelah 1 mata kuliah lainnya yang selesai pukul 4 sore, Ethan & Roy berjalan cepat penuh nafsu (Roy aja sih. Ethan sedikit kurang termotivasi jalan ke Fak Psikologi karena kurangnya insentif buat dirinya). Di koridor menuju areal parkir mereka berpapasan dengan cewek berambut pendek brunette yang sexy.

“Hai Vani..” sapa Ethan berusaha semanis mungkin.

Tapi, tetap dengan nuansa mesum. Vani yang hari itu memakai halter neck ungu tanpa lengan dengan celana jeans skinny gelap sehingga pantatnya yang montok tercetak jelas malah hanya meleletkan lidah ke arah Ethan sambil berlalu cuek (siapakah Vani? Baca yang disini ya).

“Wuiihh… Than, lo lihat ga? Perasaan tokednya Vani makin gede aja. Aduuhh.. gue mau bayar berapa aja biar bisa ngremesin tu melon” ratap Roy penuh harap sambil terus memandangi pantat Vani yang megal-megol menjauh.
“Emang mantep & kenyal banget toked tuh anak” ujar Ethan. Si Roy langsung memandang Ethan tajam
“Kaya lo pernah megang aja. Gue aja ditolak dengan sukses pas ngajak di nge-date. Gue bayarin lo full time di ******** kalo lo bisa bawa Vani ke tempat tidur” tantang Roy.

Ethan langsung semangat “Bener ya? Awas lo, jangan kabur lo ya”.

“IYA. Roy ga pernah ingkar janji kecuali ke cewek” balas Roy dengan jantannya. Ethan cengar-cengir senang. Dia ga pernah cerita ke Roy storynya dengan Vani. Walo dalam hati Ethan agak ga yakin gimana caranya ngajak Vani ngenthot lagi. Sejak itu si Vani jaga jarak dan sok cool gitu kepada Ethan.
“Ya udahlah. Dipikir nanti aja. Sekarang beresin urusan si kupret satu ini dulu dengan Dea” batin Ethan.

Di Fak Psikologi suasana sudah mulai lengang. Cuma ada beberapa mahasiswa-mahasiswi yang berkeliaran untuk ikut kuliah terakhir hari itu. Tiba-tiba terdengar teriakan manis memanggil Ethan

“Ethaannnnn….”. Sesosok cewek manis berlari kecil menuju Ethan & Roy.

Melihat Dea datang, Roy langsung meremas tangan Ethan kuat-kuat. Yang ditepiskan dengan kasar oleh Ethan.

“Ngehek. Apa pikiran orang kalo lihat dua cowok tinggi besar pegang-pegangan tangan di tempat umum?” bisik Ethan seVan.

Begitu menemui Ethan, Dea langsung dengan centilnya menggandeng tangan Ethan.

“Jadi kan temenin gue Supermarket?” tanya Dea. Sikutan keras terasa di rusuk Ethan. Ethan langsung tanggap
“Wah sory Dea. Gue ga bisa. Mendadak bokap minta dianterin ke Bintaro. Sory banget ya.” Dea langsung cemberut “Yahhh, kok gitu sih lo”.
“Tapi tenang neng… Temen gue yang ganteng ini bersedia untuk nganterin” ujar Ethan cepat-cepat sambil menepuk-nepuk bahu Roy.
“Ya udahlah” terima Dea pasrah. Roy hampir melonjak kegirangan.
“Tapi awas kalo lo coba-coba ngajak gue ke tempat tidur” ancam Dea ke Roy.
“Eh.. nggak lah” jawab Roy salah tingkah dan bingung (Lah rugi dong gue, kali pikir si Roy). Dea ngomong lagi
“Eh, tapi anterin gue balik kelas bentar ya. Ada yang mo gue ambil”. Mereka bertiga beriringan menuju kelas Dea.

Di kelas, Dea langsung menghampiri seorang cewek yang masih sibuk dengan HPnya. Mata Ethan & Roy langsung membesar melihat itu cewek.

“Buseeettt…. hot juga yaa…” pikir mereka berdua dengan sinkronnya.

Dengan berlari centil, kedua cowok mesum ini langsung menghampiri Dea dan temannya.

“Don, ini gue kenalin sama Ethan & Roy. “Hai Donna” sapa Ethan & Roy kompak. Donna memang one hell of a equipment.

Ketika Donna berdiri untuk menyalami kedua mahkluk menyedihkan itu, Ethan bisa menikmati seluruh lekuk tubuhnya.
Dengan tinggi hampir 175cm, tubuhnya yang berlekuk indah jadi makin menawan.

“Hmm bodynya OK banget. Tokednya paling 34-an. Tapi, kelihatannya mancung” terawang Ethan sambil curi-curi pandang ke toked Donna yang tidak terlalu jelas terlihat karena Donna menggunakan kemeja putih agak longgar lengan panjang yg dilipat sampai ke siku.

Wajah oval Donna lebih ke manis dan menyenangkan, timbang dibilang cantik.

“Tapi, dengan body se-hot , tampang udah jadi no3” batin Ethan. Suara Dea membuyarkan pikiran mesum Ethan.
“Don, kita perginya jadinya sama si Roy. Ethan ada urusan sama bokapnya di Bintaro”.
“O gitu. Yaudah, bisa kita pergi sekarang” Tanya Donna.
“Eh, Donna juga ikut?” Tanya Ethan kaget.
“Iya. Nyesel sekarang lo batal antar gue?” sepet Dea pedes.
“Agak sih” kata Ethan polos. Donna tertawa kecil mendengarnya.
“Aduuhh.. jadi tambah nggemesin ni anak kalo ketawa” batin Ethan.
“Tapi tengsin gue kalo narik kata-kata gue. Lagian ga enak sama si Roy. Moga-moga aja si Donna ga tergoda threesome sama kupret ini” doa Ethan dalam hati. Mereka pun berpisah.

Ethan menyetir mobilnya santai menuju kostnya di daerah Cilandak. Walopun bonyok anak ini tinggal di Jakarta juga, sejak kuliah Ethan sudah ngekost. Bonyoknya juga tidak mempermasalahkan. Toh kalo kehabisan duit ni anak juga pulang, pikir mereka. Lagian mereka juga sebel liatin tingkah Ethan nyelundupin cewek-cewek ke kamarnya. Dipikir kita-kita ga tu kali ya, pikir bonyoknya. Jadilah Ethan ngekost, pisah tinggal dari bonyoknya. Everybody happy. Mampir warung padang untuk makan, 45 menit kemudian Ethan sudah di jalanan lagi.

Tiba-tiba HP Ethan berdering. Nyokapnya telepon.

“Than, mampir ke Ace hardware dong. Beliin mama curtain showare yang baru. Plus Selang semprotan buat toilet juga. Yang warna.hitam ya selangnya, biar matching sama toiletnya” ujar Mamanya Ethan genit.
“Lha, napa ga minta pak Sudin aja Ma yang beli” Ethan menyebut nama sopir keluarga mereka.
“Pak Sudin nganterin Papa ke Bintaro lihat ruko yang mau dijual itu”.
“[i]Eh kok bisa pas ya Papa ke Bintaro hari ini” Ethan ga habis pikir.

Berbaliklah mobil Ethan menuju Ace Hardware Fatmawati.

Sesampainya di Ace Hardware, Ethan langsung naik ke lantai 3 menuju tempat dijualnya peralatan untuk kamar mandi dan toilet. Tapi di lantai 2, mata & radar Ethan yang awas menangkap gerakan mahkluk sexy.

“Weh, kayaknya boleh nih. Tapi kok gw kaya kenal nih cewek”pikir Ethan sambil berjalan menghampiri seorang cewek yang sedang melihat-lihat lampu duduk.
“Lho, Donna. Ngapain lo disini? Bukannya mo ke Carrefour?” Tanya Ethan surprise.

Donna agak kaget, tapi senyumnya langsung mengembang melihat Ethan (pada saat yang sama konthol Ethan juga mulai mengembang).

“Udah tadi. Sekarang gue lagi nyari lampu hias buat di rumah. Nyokap nyuruh. Dea juga lagi nyari kursi malas kecil buat di kost” kata Donna ramah. Ethan tidak berkedip memandang bibir Donna yang penuh dan sensual, yang menelurkan kata demi kata dengan indahnya.

“Aduhh, bisa ga ya gue nidurin si Donna” harap Ethan sepenuh hati dan sepenuh konthol.

Akhirnya Ethan menemani Donna memilih-milih lampu, kemudian mereka berdua menuju bagian peratalan mandi. Sepanjang waktu itu Ethan mulai menebarkan jurus-jurus andalannya agar si Donna terpikat. Tapi, Ethan merasa Donna masih anteng-anteng aja. Tiba-tiba ucapan Donna berikutnya mengagetkan Ethan “Than, lo aja yang nganterin gue pulang ya”.

“Lah, emang napa sama si Roy & Dea” Tanya Ethan antusias (yang masih berusaha ditutup-tutupi ambisinya).
“Lo liat aja sendiri deh” kata Donna sambil menarik tangan Ethan ke pojok lantai 2 yang sepi.
“Waow.. waow.. agresif juga ne cewek” sorak Ethan dalam hati.

Dipojokan rak-rak yang tinggi, Ethan baru sadar makna ucapan Donna. Di situ Ethan melihat si Dea bergelayutan ke lengan Roy. Sedang tangan Roy dengan aktifnya meremas-remas pantat sekal si Dea. Bahkan kadang-kadang jari tengahnya kaya menekan-nekan di area lubang pantatnya. Membuat Dea menggelinjang-gelinjang dan membalas dengan gigitan kecil ke lengan Roy.

“Busyet. Jago amat si Roy. Ilmunya naek setingkat lagi neh. Dulu butuh minimal 2 hari buat nidurin cewek. Sekarang itungin jam, udah bisa remes-remes bokong. Kampret! Gue jadi makin konak neh” runtuk Ethan dalam hati.
“Ya gitu itu. Mereka bedua udah kaya gitu semenjak di Carrefour” ucap Donna agak sebel.
“Bentar lagi gue rasa kepala si Roy udah nyusup ke selangkangan si Dea” analisis Ethan dengan tajam.
“Hihihi.. gue setuju Than” balas Donna terkikik kecil.
“Eh, tadi mukanya agak merah ya si Donna?” harap Ethan.

Ethan mendekati kedua pasangan yang sedang di mabuk birahi itu. Kemudian dengan kasarnya ditaboknya si Roy.

“Woi, cari kamar napa?” sentak Ethan. Gelagepan si Roy dan Dea cepat-cepat ambil jarak.
“Anjrit lo Than! Ngagetin aja” tukas Roy yang lega cuma Ethan yang nge-gap tingkah mereka.

Dea juga membalas dengan menghadiahi Ethan cubitan bertubi-tubi. Donna langsung berkata

“De, gue pulang bareng Ethan ya. Kasian kalo Roy nganter gue dulu. Kan muter lagi arahnya ke kos lo”. “Ya udahlah kalo gitu. Sorry ya Don”. Kemudian Dea berpaling ke Ethan
“Lo gapapa kan nganter Donna? Eh, btw ngapain lo dimari?” Tanya Dea curiga. “Nyokap minta dibeliin curtain shower” jawab Ethan cepat. Selanjutnya mereka berempat langsung menuju kasir dan setelahnya langsung bergegas ke mobil masing-masing.

“Asyiikkk… Gue punya kesempatan untuk deketin Donna. Kalo emang jodoh, ga akan kemana hihihihi” pikir Ethan bahagia.

Tapi, baru aja mau memundurkan mobil, Roy tiba-tiba menggedor jendela Ethan.

”Sob, sorry banget. Lo keliatannya harus nganterin kita bertiga deh. Boil gue mogok” kata Roy tanpa beban.
“Bangsat lo Roy” desis Ethan kesal setengah konak.
“Tunggu 15 menit ya, sampe derek bengkel gue datang” tambah Roy.

20 menit kemudian mobil Ethan baru meluncur keluar dari Ace Hardware. Tampang Ethan tertekuk. Buyar sudah semua rencananya. Mana kedua mahkluk itu terkikik-kikik mesum di jok belakang. Bikin Ethan ga tahan bolak-balik noleh belakang.

“Buseett.. udah mulai cipokan aja” runtuk Ethan.

Di jok belakang, Roy sudah mulai gencar menyerang pertahanan Dea, yang memang ga bikin pertahanan sama sekali. Bibir Roy yang agak tebal sudah melumat bibir mungil Dea. Kadang Roy menggigit-gigit kecil bibir bawah Dea sehingga membuat Dea terkikik-kikik. Tangan kiri Roy sudah masuk dari bawah t-shirt Dea dan sibuk meremas-remas toked Dea yang bulat kencang itu. Tawa kecil Dea berubah menjadi dengusan nafas yang memburu, ketika Roy mulai memilin-milin puting Dea sambil menjilati lehernya.

“Woe, lo bedua bisa ga nahan sampe kos dulu?” Tanya Ethan tanpa harapan.
“Udeh lo nyetir aja Pir. Jangan pikirin kita bedua.
“ jawab Roy seenaknya.
“Iyaah nih Ethan rese. Hhhhh.. uhhh” tambah Dea disela-sela desahannya.
“Don, lo servis Ethan napa..ehh..ahhh..” kata Dea lagi.

Semburat merah muncul di wajah Donna.

“Enak aja lo ngomong” jawab Donna agak tengsin.

Tapi, Ethan yakin, pas ngomong gitu si Donna ngelirik dirinya (tapi memang dasarnya nih orang super PD). Ketika Ethan menoleh ke arah Donna, Donna langsung berkata tegas

“Ga usah mikir macem-macem lo ya!”
“Eh nggak kok Don. Gue Cuma mikir gimana caranya biar cepet sampe dan cepet lepas dari kedua mahkluk konak di belakang” jawab Ethan innocent.
“Iya nih. Dasar Dea geblek” runtuk Donna sambil memanyunkan bibirnya.

Tapi situasi di jok belakang semakin tidak terkendali. Desahan Dea sudah berubah mejadi lenguhan liar. Ethan & Donna juga sudah mulai mendengar bunyi berkecipakan becek. Slep.. slep.. slep…

“Auuhhhh… huaahhhhh.. ahhhhh.. ahhhh…” lenguh Dea yang keenakan mhemeknya dikocok oleh Roy.

Tangan Roy yang sudah menyelusup ke dalam celana Dea, dengan aktif jari tengah & telunjuknya mengobel-ngobel mhemek Dea yang rapat dan becek. Tendangan Dea tiba-tiba menghentak jok Ethan ketika orgasmenya meledak.

“EAAHHHHHHH… AGGHHHHHH…. GUE KELUARRRR…!!!” jerit Dea penuh kepuasan.

Cengiran lebar menghiasi wajah Roy. “Bangsat lo bedua. Udah sampe neh. Sana keluar dari mobil gue. Sekaraangg..!!! Bentak Ethan. Cepat-cepat Dea & Roy merapikan pakaian masing-masing dan keluar dari mobil Ethan. Cengiran lebar keduanya mengiringi langkah mereka menuju kamar kos Dea untuk menuntaskan apa yang mereka sudah mulai.

Selama 10 menit Ethan dan Donna diam saja. Ethan bingung mau mulai speak-speak dari mana, karena tingkah Roy-Dea tadi merusak semua scenario yang sudah disusunnya. Donna juga keliatan masih agak jengah. Jadi Ethan menyalakan radio. Mendengar lagu-lagu yang keluar, si Donna jadi keliatan lebih relaks. Mereka mulai membicarakan lagu-lagu yang sedang dimainkan. Tapi, ketika penyiar radionya mulai bicara, topiknya ternyata tentang seksologi; tepatnya tentang multi orgasme pada wanita, Ethan jadi panik lagi.

Takut mood Donna jadi rusak. Ethan sudah mau pindahkan gelombang, ketika tiba-tiba Donna berkata

“Emang ada ya cewe yang bisa orgasme sampe berkali-kali?” Ethan yang masih agak kaget akan pertanyaan tersebut butuh 3 detik untuk bisa menjawab
“Seingat gue, sebagian besar cewek yang gue kenal kalo orgasme lebih dari 2 kali. Termasuk multi kan tuh”.
“Maksud lo cewek yang pernah lo tiduri?” tukas Donna tangkas.
“He-eh, iya. Gitu deh” jawab Ethan agak tersipu-sipu.
“Lah, emang kalo elo nge-sex sama cowo lo biasanya orgasme berapa kali” Tanya Ethan polos.

Dengan agak malu-malu Donna menjawab

“Satu kali lah. Biasanya hampir barengan ama cowo gue.
“Lah emang pas foreplay ga orgasme?” Tanya Ethan lagi.
“Foreplay kan cuma bentar, gimana bisa orgasme gue” tandas Donna heran.
“Berarti bokin lo yang kurang sabar nggarap lo di foreplay-nya. Pengen cepet-cepet nancepin batangnya” jawab Ethan. “Lah, lo liat tadi, si Dea dikobel-kobel sama si Roy hampir 10 menit kan. Makanya tadi bisa sampe keluar gitu. Pake acara nendang jok gue segala pula” kata Ethan masih agak seVan.
“Bener juga ya. Gue ga pernah mikir sampe situ. Iihhhh.. jadi horny nih” batin Donna.

Mendengar jawaban dan melihat reaksi Donna, Ethan langsung paham kalo nih cewek pengalaman seksnya masih kurang. Atau paling nggak partner sexnya selama ini pada kurang jago. Jadinya dia belum mengeksplore seluruh potensi seksnya.”Hihihihi.. pasti bisa gue enthot si Donna” pikir Ethan dengan bahagianya.

Tahap ke-1: Tunjukkan bahwa si cewek punya masalah dengan kehidupan seksnya dan kita perhatian dan bersedia untuk ‘membantu’ untuk mengatasinya (pada tahap ini ‘bantuan’ sebatas saran Bro. Begitu kata pakar mesum Dr. Ethan). “Nurut pengalaman gue ya Don, dan dari artikel-artikel seksologi yang pernah gue baca, cewe itu lebih susah capai klimaksnya dibanding cowok. Walo kaya Dea tadi dia udeh keluar sekali. Tapi itu baru orgasme kecil. Si Dea belum capai klimaksnya. Lah, kalo si Roy sudah maen tancep aja dari menit-menit awal, bisa barengan mereka. Habis itu game over dah. Kasihan ceweknya. Kalo cowok udah keluar, rata-rata butuh setengah jam lagi bisa ngaceng lagi. Kebanyakan langsung molor” kata Ethan panjang lebar kaya ahli beneran.

“Iya, cowo gue kaya gitu tuh. Kalo udah puas, langsung molor” saut Donna bersemangat.
“Itulah sebabnya si cowok sebaiknya di menit-menit awal permainan, merangsang ceweknya, kalo bisa sampe si cewe orgasme. Fokus di daerah-daerah sensitif si cewek, Remas-remas tokednya, pilin-pilin dan jilatin putingnya, gigit-gitiin perutnya, mhemeknya dikobel-kobel” tambah Ethan lagi.
“Iihh.. Ethan bahasanya vulgar banget. Gue kan jengah” kata Donna malu.
“Weh, sorry Don. Baru sekali ini bahas kaya ginian sama cewek. Biasanya cuma antar cowok. Makanya bahasanya ngaco gini. Gapapa ya. Biar gampang gue neranginnya“ Ethan menjelaskan (ini jelas-jelas bohong besar.

Ethan malah seringnya menjelaskan ini ke cewek yang lagi curhat dan pengen dilahap sama Ethan).

“Ya udah, tersera lo lah Than. Tapi, gue baru sadar kalo gue bisa lebih menikmati ngeseks ya. Selama ini ada yang mengganjal setiap gue habis ngeseks, ternyata gue belum klimaks kali ya” kata Donna agak menerawang.
“Yesss.. Tahap 1 clear” sorak Ethan dalam hati.

Tahap ke-2: Kalo cewe merespon baik penjelasan di tahap 1 (ditunjukkan adanya pertanyaan dan mengikuti alur penjelasan. Kalo si cewek cuek-cuek aja atau malah berusaha mengalihkan topik, berarti penjelasan lo ga masuk di hatinya . Rugi ajak kalo masuk ke tahap ke-2), kita bisa masuk ke tahap ke-2, yaitu: mensimulasi situasi dimana si cewek mendapat treatment seksnya yang menjadi solusi masalahnya. Disini cowok harus pinter-pinter milih kata-kata dan intonasi (atau pitch control wkwkwk). Tapi inget ya, kalo cewe target lo dasarnya berjiwa lonte ato matre, kagak perlu sampe repot-repot begini. Ajak minum ato tawarin duit, langsung aja coblos.

Ini cuma buat cewek-cewek yang punya kelas.

“Don, mau gue kasi tips ga buat Lo dan cowok lo agar seks kalian lebih asyik lagi” Ethan menawarkan.
“Mau.. mau than..” sambut Donna agak kelewat bersemangat, yang kemudian dia jadi agak malu sendiri.
“Gini caranya, lo harus bayangin apa yang gue katakan. Lo inget-inget sensasinya. Jadi lo bisa lebih mudah njelasinnya ke cowok lo past nge-seks nanti.

Si Donna tidak sadar kalo laju mobil jadi jauh lebih melambat.

“Pejemin mata lo Don. Bayangin lo lagi bercumbu sama Cowo lo” Ethan memulai therapinya.
“Eh btw, lo paling demen di rangsang dimana sih” Tanya Ethan sok tanpa tendensi.
“Di susu gue Than” jawab Donna pelan dengan wajah memerah.
“Ok. Pejemin mata lo lagi. Bayangin bibir lo bedua sudah saling melumat. Dia gigit-gigit bibir bawah lo. Lidahnya sekali-kali masuk ke dalam mulut lo, dan mainin lidah lo. Tangannya mulai meremas-remas toked lo. Awalnya pelan-pelan, terus semakin keras, semakin kasar. Putting lo di pilin-pilin, dan sekali-kali ditarik.”. Donna yang memejamkan mata, nafasnya mulai agak memburu.

Dadanya naik turun lebih cepat. Ethan semakin bersemangat

“Cowok lo mulai nyiumin leher lo. Turun terus, sampai di toked lo. Toked lo masih diremas-remas, sambil digigit-gigit. Puting lo diisep kuat-kuat. Lidah cowok lo mainin puting lo”. Pada saat itu, Donna sebenarnya sudah horny berat.

Cuma rasa tengsin dan ego saja yang mencegahnya menerkam Ethan dan mengajaknya bergumul. Tangan Donna menegang dan meremas jok mobil kuat-kuat. Bibir bawahnya digigit kuat-kuat. Kata-kata Ethan mengalir masuk melalui kupingnya, membawa aliran hangat ke tokednya. Putingnya menegang dan gatal ingin dihisap.

“Huummppfffff aduhh mhemek gue gatel banget. Udah mulai banjir rasanya dibawah” desah Donna dalam hati.

Tapi Donna tidak ingin berhenti. Donna suka sensasi ini. Ditambah ada cowo asing disebelahnya, malah membuat sensasi itu semakin kuat.

“Cowo lo masih menjilati puting lo. Tangan kirinya meremas-meremas toked lo dengan kasarnya. Sedang tangan kanannya mulai membelai-belai selangkangan lo.

Donna mendesah agak keras

“Ehhhmmm….Uhh..”. Tangan kanannya mulai membuka celana lo dan menurunkan resleting lo.

Jari tengahnya mulai membelai bibir mhemek lo. Eh, Don gue ga bisa nerusin neh” potong Ethan tiba-tiba.

Donna yang libidonya semakin memuncak, membuka mata dengan kaget

“Eh napaa..? Tanya Donna lebih keras dari yang diinginkannya.
“Habis kemeja lo ga dikancing atasnya. Jadinya gue bisa ngliat sebagian besar belahan toked lo dari samping sini. Jadi ga konsen lah gue. Sorry ya, gue jadi horny sendiri “kata Ethan tampak penuh penyasalan (percayalah pembaca, ini cuma akting die aja).

Donna memang tidak mengancingkan 2 kancing atas kemeja putihnya. Belahan tokednya, dan sebagian isinya, bisa terlihat jelas dari sisi Ethan. Apalagi ketika Donna semakin horny, tubuhnya semakin menegak dan dadanya semakin membusung, membuat Ethan semakin jelas melihat belahan toked Donna.

“Wah sory Than, bukannya gue ga mau ngancingin. Emang ga bisa gue kancingin “jawab Donna tersipu.
“Sory ya Than. Apa yang bisa gue bantu?” tawaran Donna mengejutkan Ethan.

Dan langsung reflek dijawab

“Kasi gue blow job dong Dona”. Muka Donna bersemu tambah merah lagi
“Ih, kamu maunya”. Karena tidak terlihat reaksi penolakan yang berlebih, Ethan memberanikan diri meraih pundak Donna dan menarik Donna mendekati dirinya dan langsung melumat bibir Donna yang sensual.

Donna membalas cipokan Ethan selama beberapa detik, kemudian melepaskan diri dan berkata

“Cuma blowjob aja ya. Lo jangan grepe-grepe gue. Awas lo” ancam Donna manis.
“Iya, gue usahakan” cengir Ethan sambil berusaha melepaskan sabuknya dengan tangan kiri.

Walaupun Donna masih agak malu-malu, tapi sensasi gatal di dada dan selangkangannya mengatasi logikanya sehingga keinginannya untuk menjamah konthol Ethan menang. Donna membuka celana Ethan, dan terlonjak kaget ketika konthol Ethan yang 17.5cm meloncat keluar

“Ehh.. gede banget!” pekik Donna ga sadar.
“Aduhh.. cukup ga ya mulut gue” batin Donna.

Tapi karena tangan kiri Ethan sudah menekan kepala Donna, Donna tidak sempat berpikir ulang lagi dan langsung membuka mulutnya untuk mencaplok palkon Ethan.

“Ehhmm…” desah Ethan keenakan ketika Donna mulai mengemut-ngemut palkonnya.

Rasa geli dan nikmat menjalar di seluruh konthol, selangkangan dan menjalar keseluruh tubuh.

Sambil tangan kanannya mengocok konthol Ethan, bibir Donna melumat-lumat palkon dengan penuh nafsu. Lidah Donna kadang-kadang menjilati lubang konthol dan sepanjang batang konthol Ethan. Ethan mulai blingsatan duduknya. Konsen menyetir jadi lebih susah lagi. Untung jalanan macet, jadi jalan pelan banget. Tangan Ethan menjambak rambut Donna, dan memaksanya menelan kontholnya lebih dalam lagi, kemudian mengocoknya dengan gerakan kepala naik turun. Donna agak megap-megap melakukan manuver ini karena konthol Ethan yang hampir 5cm lebarnya betul-betul memenuhi mulutnya.

Ethan yang makin horny semakin tidak tahan memegang janjinya untuk tidak grepe-grepe. Apalagi melihat Donna yang penuh nafsu menyepong kontholnya. Tangan kirinya bergerak ke bawah badan Donna dan menyasar area tokednya. Dengan mudah toked Donna diraih oleh Ethan. Langsung menyusup kedalam kemejanya, dan meremas toked montok dari balik bra Donna. Donna sempat kaget ketika tokednya tiba-tiba diremas

“Ughhh..si Ethan kurang ajar banget sih. Toked gue diremes-remes.. Tapi enak banget.. Gue stop ga ya” pikir Donna bingung ambil keputusan.

Tapi, pada saat itu tangan Ethan malah berenti meremas-remas toked Donna. Donna yang sedikit merasa sayang, meneruskan blowjobya. Sebenarnya Ethan malah berusaha melepas kaitan BH Donna, yang untungnya, ada dibelakang. Dengan jari yang sudah terlatih, kaitan BH langsung lepas. Donna juga langsung merasakan bahwa tokednya langsung jatuh bebas tidak ada lagi yang menyangga. Belum sempat melepaskan konthol Ethan dari mulutnya, Donna sudah merasakan jemari kasar Ethan menjamah dan langsung meremas-remas tokednya yang kini tanpa pelindung. Sensasinya luar biasa..! Libido Donna langsung naik tinggi.

“Ethannn.. sialan Lo. Kan udah janji eahh.. hahhhhh…” ucapan Donna terputus desahan erotisnya karena Ethan memilin-milin putingnya dengan ahli.

Rasa gatal di areola tokednya yang sedari tadi terpendam, langsung bereaksi dan menebarkan sensai nikmat yang sangat. Tubuh Donna menggeliat-geliat tanpa bisa ditahan.

“ Ajrit! Ternyata toked ni anak gede bener. Ini sih 36D! Mana kenyal banget. Mujurr…” kata Ethan dalam hati.

Melihat Donna menggeliat-geliat keenakan dan sibuk mendesah-desah lupa akan blowjobnya, Ethan semakin aktif meremas-remas sepasang toked montok Donna. Kini dua tangan Ethan juga meremas-remas dan mempermainkan putting Donna sekaligus. Donna semakin belingsatan karena didera gelombang libido yang semakin memuncak.

Tiba-tiba Ethan mengangkat badan Donna agar tegak lagi. Kemudian sambil merapikan kancing-kancing kemeja Donna yang terbuka 2 kancing lagi, Ethan berkata

“Rumah lo yang mana neh? Udah di jalan ****”. Donna yang masih dibuai gairah birahi, agak bingung dengan pertanyaan Ethan dan berhentinya acara remas-meremas yang mulai memanas.
“Eh, oh.. Rumah gue ya? Oo udah sampe sini toh” jawab Donna kebingungan dan jengah.
“Itu rumah gue yang pagar coklat” tambah Donna sambil merapikan rambut dan pakaiannya.

Nafas Donna masih agak tersengal-sengal karena pacuan birahi tadi. Ethan memarkir mobilnya di depan pagar rumah Donna yang megah.

“Anak tajir ternyata. Gede amat rumahnya” batin Ethan.
“Than, lo mampir ga?” tanya Donna setengah berharap.
“Iyalah. Kan lo blum nuntasi gawean lo” jawab Ethan blak-blakan.
“U-uh. Ternyata gara-gara itu doang ya lo mau mampirnya” jawab Donna merajuk, yang bikin Ethan tambah gemes dan horny.
“Ya udah. Ayo masuk yuk” ajak Donna.

Weh, ternyata bokap-nyokapnya Donna ada di rumah. Lagi nonton film di ruang keluarganya yang simple tapi terlihat berkelas. Setelah dikenalkan dan basa-basi dikit, Ethan ditinggal di ruang tamu, bonyoknya Donna balik lagi nonton film.

“Gue ganti baju dulu ya Than. Tunggu aja disini bentar” kata Donna sambil mengerdipkan mata.
“He-eh” balas Ethan dengan tampang bodoh.
“Anjrritt… Napa juga bonyoknya ada di rumah. Ga bisa ngikut ke kamarnya si Donna dong gue. Gimana nasib adek gue neh” runtuk Ethan dalam hati.

Tiba-tiba seorang wanita setengah baya masuk ke ruang tamu sambil berkata

“Neng Donna pesen, Mas Ethan diminta nunggu di taman samping. Minuman juga sudah Mbok taruh disana”. Diantar pembantu itu, Ethan melangkah ke luar rumah menuju taman di samping rumah.

Ethan bersorak dalam hati melihat tempat yang dimaksud. Di pojok taman ada area kursi dan kolam kecil. Yang bikin Ethan bahagia, tempat tersebut terlindungi dari rumah karena dibalik pohon dan semak bunga-bungaan. Berbagai skenario mesum langsung berkelebat di benak Ethan.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Donna muncul dengan hanya menggunakan kemeja putih kedodoran yang panjangnya hampir selututnya. Dua kancing atas tetap terbuka. Entah mengapa, penampilan yang diluar harapan Ethan ini malah membuat Donna terlihat lebih sensual. Nafas Ethan langsung memburu. Ethan berdiri menghampiri Donna.

“Mau langsung dimulai nih Than?” tanya Donna lirih tapi sambil tersenyum malu-malu.
“Ga usah Don. Lo lupain aja blowjobnya. Gue udah ga minat lagi” kata Ethan mengejutkan Donna.
“Loh, gue pikir..”. Belum habis ucapan Donna, tangan Ethan sudah meraih pinggang Donna kedalam pelukannya, dan bibir Ethan melumat bibir Donna penuh nafsu.

Beberapa saat Donna gelagepan, tapi langsung bisa mengimbangi. Tangan Ethan bergerak turun dan meremas-remas bongkahan pantat Donna, yang walaupun tidak semenonjol punya Dea tapi proporsional dan kencang.

Ethan mendudukkan Donna di kursi taman, lalu dengan kasar membuka kemeja Donna. Sepasang toked besar dan bulat seperti melompat keluar. Mata Ethan melotot melihat ukuran toked Donna yang supersize seperti di film-film bokep. Impian jadi nyata! Karena cuma diliatin saja, Donna menjadi jengah

“Cuma mo liatin aja Than?”
“Sorry Don. Toked lo indah bener. Besar dan bulat” ujar Ethan jujur.

Kedua tangan Ethan langsung meraup kedua bongkahan bulat tersebut dan meremas-remasnya dengan penuh nafsu. Gerakan memutar-mutar dari pangkal toked kemudia merucut ke putingnya, sambil diremas-remas dengan kasar. Donna sepertinya menyukai tokednya diperlakukan dengan kasar. Terbukti Donna langsung memejamkan mata dan mengeluarakan lenguhan tertahan

“Uuuhh….sshhhh.. hmmmpppfff”. Puting Donna yang super sensitif tak lepas dari ransangan Ethan.

Dipilin dan ditarik-tarik. Lalu lidah Ethan mulai menjilatinya, dan ditengahi oleh hisapan-hisapan dalam mulutnya.

“[i]Hhmmmppffff.. enak bangetttt.. Belum pernah susu gue diginiin[i] ceracau Donna dalam hati.

Sensasi lidah Ethan yang kasar di putih Donna, belum lagi gigitan-gigitan kecil, membuat sensasi gatal yang menyenangkan menyebar keseluruh tubuh. Mhemek Donna sudah mulai basah dan berkedut-kedut. Seperti bisa membaca tuntutan hati (dan mhemek Donna), jemari Ethan mulai menjamah selangkangan Donna. Celana dalam sutranya ternyata sudah basah. Jari tengah Ethan langsung menekan gundukan mhemek Donna dan menggeseknya kuat-kuat. Tubuh Donna agak melengkung oleh sensasi kenikmatan yang menjadi-jadi

“Ouuhhh…. Etthhannn….” lenguh Donna yang mencapai orgasme pertamanya hari ini.

Setelah kelonjotan kecil, Donna menarik napas panjang.

“Gila Than, enak bangett..” bisik Donna di telinga Ethan.
“Ini baru pemanasan Sayang” bisik Ethan sambil meloloskan celana dalam Donna.

Ethan mengambil posisi berjongkok di depan Donna yang duduk di kursi, di tengah-tengah paha Donna yg dipentangkan lebar oleh Ethan. “Eh, lo mo ngapain Than?” tanya Donna agak jengah karena muka Ethan hanya sejengkal dari bibir mhemeknya. Ethan tidak menjawab, tapi langsung mengangkat paha Donna lebih tinggi sehingga pantat Donna agak tarangkat dan mhemek lebih terekspos. Ethan melihat dua gundukan putih yang montok tanpa jembi dengan penuh nafsu. Tanpa tedeng aling-aling Ethan langsung melumat bibir mhemek Donna dengan semangat.

“Ethann.. gue belum pernah diginiin..” jerit kecil Donna, sambil berusaha menjauhkan kepala Ethan dari selangkangannya.

Tapi, Ethan tetap berkeras. Malah lidahnya mulai menyelusup ke dalam mhemek yang sudah basah kuyup itu, sambil menggerakkan lidahnya naik turun dengan cepat.

“Fuahhhhhh… ahhh..ahhh.. ouuuuhhhh..” lenguh Donna lebih heboh lagi, karena rasa gatal yang sudah sempat terpuaskan tadi, muncul kembali dengan lebih dahsyat.

Rasanya ada yang berusaha hendak keluar dari mhemeknya dan rasa itu berkumpul, bergetar, mengirimkan gelombang kenikmatan ke sekujur tubuh Donna. Tangan Donna kini tidak lagi berusaha menjauhkan kepala Ethan, malah menekannya semakin erat ke selangkangannya. Sambil menjilati klitoris Donna yang makin menonjol, jari tengah Ethan juga aktif mengocok lubang mhemek Donna. Suara becek berkecipakan, ditingkahi oleh lenguhan Donna yang dibanjiri oleh sensasi birahi yang semakin memuncak. SLEP..SLEP..SLEP..

” Auhh.. Auhhh.. Ekkhhhhh… Ehhhhhffffmmpppp…” Donna mendesah keenakan.

Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan. Punggungnya semakin melengkung. Tidak sampai 5 menit, Donna sudah berkata

“Than.. thann.. ehhmm.. gue mo kluar.. gue mo kluar..”kata Donna terbata-bata.

Ethan cepat mengocok lubang mhemek yang smakin banjir. Dan…

” OUUUHHHHHH….. HAAHHHHHHHHH…” jeritan orgasme Donna keluar seiring banjir cairan orgasmenya.

Tidak ingin membiarkan Donna istirahat, ketika Donna mencapai orgasme, Ethan malah semakin kencang mengocok dan melumat klitori Donna.

“AUUHHH… AHH.AHHH .. ETH..ETH..ANN…GUE GA KUATT…” rengek Donna yang dilanda gelombang orgasme 2 sekaligus… Pantat Donna sampai terangkat dan kelonjotan karena sensasi orgasme yang bertubi-tubi.

Baru Ethan melepaskan rangsangannya.

“Lebih enak lagi kan pas lo keluar yang kedua ini Don?” tanya Ethan sambil nyengir jail.

Donna berusaha mengatur nafasnya yang memburu baru menjawab

“Sialan lo Than.. Gue udah ga kuat, masih juga lo kocok-kocok vagina gue”. Ini bedanya Donna sama Dea & Vani, walopun dipuncak nafsu, ga ada kata-kata vulgar yang keluar.

Tapi harus dicek, goyangannya kalah ga sama mereka.

“Tapi, lo demen kan. Ini pengalaman pertama lo capai orgasme seperti ini” balas Ethan.
“Iya sih..” jawab Donna tersipu-sipu.

Ethan langsung melepaskan celananya dan celana dalamnya. Kontholnya yang sudah ngaceng dari tadi langsung mengacung tegak di hadapan Donna. Kedua tangan Ethan langsung mengangkan paha Donna lebar-lebar. Donna agak gelagepan

“Eh..oh.. Lo mo ngelakuinnya di sini? Gue blow job aja ya Than” tawar Donna agak panik.

Kalo urusan petting dan blowjob itu ok-lah, kalo urusan mhemeknya mau dipenetrasi konthol asing bukan milik cowoknya, itu beda lagi. Donna merasa belum siap. Apalagi melihat ukuran kontol Ethan yang jauh lebih besar dari konthol cowoknya. Tapi, Ethan nafsunya sudah diubun-ubun. Pantatnya semakin ditekan lagi ke arah selangkangan Donna. Walopun kedua tangan Donna berusah menahan gerakan pinggang Ethan, tapi tenaganya yang sudah terkuras orgasme-orgasme yang bertubi-tubi, tak mampu berbuat banyak.

Sekejap saja, pal-kon Ethan sudah mencium bibir mhemek Donna, dan mulai menyeruak masuk.

“Ethannnn… jangan dimasukinn..” erang Donna tanpa daya.

Blesssh..! Palkon dan batang kontol Ethan masuk sebagian ke mhemek Donna yang sudah basah kuyup. Cairan peju dan pelumas Donna memudahkan batang konthol Ethan untuk melesak masuk.

“Ummpppfff..” Donna agak tersedak karena sensasi benda asing yang sangat menyesaki dinding-dinding mhemeknya. “Busettt.. besar bangett.. Vagina gue penuh banget rasanya” erang Donna dalam hati.

Konthol Ethan mulai bergerak keluar masuk dengan teratur. Semakin lama semakin cepat. Karena mhemek Donna sempit, banyak cairan peju Donna yang ikut keluar ketika Ethan menarik kontholnya. Itupun kontholnya baru masuk setengahnya. Ethan tidak mau memaksa langsung membenamkan seluruh batangnya, karena Ethan ingin Donna terbiasa dulu dan ikut menikmatinya (walopun Ethan setengah mati nahan nafsu untuk langsung membenamkan dan masuk RPM tinggi).

Seiring semakin lancarnya gerak masuk-keluar konthol Ethan dalam mhemek Donna, semakin keras lenguhan birahi Donna terdengar. Kepalanya kembali menggeleng-geleng dengan heboh. Ethan langsung menancapkan penuh-penuh kontholnya dan dilanjutkan dengan kocokan gigi 4.

“Hhh..Hhh.. Hhh.. sempit banget mhemek lo Don.. Konthol gue kaya diperet-peret. Lo jarang ngenthot ya?” ujar Ethan penuh birahi, ditambah pemandangan raut muka Donna yang diliputi nafsu dan goncangan kedua tokednya yang bergerak naik turun tidak karuan karena goyangan Ethan.

Ucapan Ethan yang vulgar membuat sensasi gatal di sekujur selangkangan Donna semakin menghebat.

“AHHHH.. AHHH… OUUHH..OUUGGHHHH…! Donna melenguh hebat ketika rasa gatal di mhemeknya digaruk-garuk kasar oleh konthol Ethan, sehingga meledak tanpa bisa dibendung.

Orgasmenya kali ini lebih hebat dari yang sebelum-sebelumnya. Dengan masih membiarkan kontholnya di dalam mhemek Donna, Ethan mengangkat Donna dan dibaringkan di atas rumput. Dengan posisi yang lebih nyaman ini, Ethan semakin ganas mengocok dan mengobel-ngobel mhemek Donna. Gerakan naik turun pantatnya, diselingi gerakan memutar-mutar yang heboh, membuat Donna memasuki fase birahi yang lebih tinggi lagi.

“AHHH.. AHH.. ENAK BANGET THAN.. ENAK BANGETT..!! jerit Donna penuh nafsu.

Toked Donna yang mengkal sudah penuh bekas cupangan Ethan yang tidak bosan-bosannya mengerjai sepasang toked melon itu. Selama 10 menit, Donna mengalami dua orgasme lagi, yang dicapainya nyaris tanpa jeda karena Ethan tetap menggenjot dengan torsi tinggi ketika Donna keluar.

“Than.. than.. break bhentar..uhhmm. bentar aja” pinta Donna tersengal-sengal.

Ethan menghentikan goyangannya, dan menarik keluar kontholnya. Donna memanfaatkan waktu itu untuk memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam. Kepalanya terasa ringan karena sensasi orgasme yang bertubi-tubi. Rasa bahagia dan nikmat masih meliputi seluruh tubuhnya, sehingga udara dingin malam tidak terasa. Tiba-tiba Donna merasa tubuhnya dimiringkan ke kanan dan kaki kirinya diangkat lebar-lebar. Membuka matanya, Donna melihat Ethan sedang berusaha memasukkan kontholnya dalam posisi menyamping.

“Eh, lo masih pingin ya than. Jangan keras-keras ya Than” pinta Donna merajuk.

Tapi, mana mungkin Ethan memenuhi permintaan seperti ini. Palkonnya sudah terasa semakin berdenyut-denyut dan semakin gatal ingin digaruk oleh mhemek sempit Donna. Tanpa tedeng aling-aling Ethan langsung membenamkan seluruh batang kontholnya

“BLESSS..SLEPPP..” . “AUUHHH….” Pekik Donna kaget.

Dalam posisi menyamping begini, konthol Ethan masuk lebih dalam dan lebih mudah menggesek-gesek g-spot Donna. Tangan kirinya pun lebih mudah meraih toked Donna. Sambil meremas toked Donna, Ethan menggerakkan pinggulnya maju-mundur dengan kecepatan tinggi. PLAK..PLAK.. PLAK.. SLEPPHH..SLEPPHH..

“Damn, mhemek lo kok makin sempit aja Don” maki Ethan keenakan.

Donna sebenarnya sadar kenapa Ethan merasa mhemeknya semakin sempit. Itu karena aliran spema Ethan sudah berada di batangnya dan siap menyembur keluar. Berlawanan dengan akal sehatnya yang menyuruhnya mendorong Ethan menjauh dan melepaskan kontholnya, Donna malah semakin heboh melenguh dan bergoyang sedapatnya

“YESS.. YESS… OUUUHHMMMMM..OUUHHHGGHHHH…”. Rasa gatal yang memuncak dan berkumpul di mhemeknya membuat Donna semakin histeris ingin cepat-cepat dipuaskan.

Tiba-tiba Ethan meremas toked Donna kuat-kuat, dan menekan kuat-kuat kontholnya ke dalam mhemek Ethan, sambil melenguh puas konthol Ethan menyemburkan pejunya kuat-kuat

“AOOUUUUHHH… HHHEEHHHHHH.. Enakknnyaa…”. Lenguhan Donna yang lebih keras lagi menandakan Donna mencapai klimaksnya.

Semprotan peju dan tekanan kuat konthol Ethan menjebol dinding pertahanan Donna

“OOOAAAHHH..HHAHHHHHHHH….Ahh..AHH..AHH..”. Donna kelonjotan selama beberapa saat sampai akhirnya tenang setelah badai orgasme berlalu.
“Gila lo Than. Baru kali ini gue ngalamin seks kaya gini. Ternyata nikmatnya luar biasa” bisik Donna lirih pada Ethan yang terlentang di sebelahnya.
“Gue juga nikmatin banget Don. Ga nyangka lo jago goyangnya, dan mhemek lo peret banget. Blum pernah gue lemes kaya gini sehabis ngenthot (ini jelas boong)” balas Ethan.

Mendengar itu, Donna agak bersemu merah

“Gue harusnya bangga, gitu” balas Donna, yang maunya pedes tapi senyum malu-malunya menghapus kesan judesnya. “Untung sekarang bukan masa subur gue” rajuk Donna lagi.
“Thanks ya sexy” kata Ethan lembut sambil mengecup bibir Donna.

Donna tersenyum manissss sekali.

“Sayang, lo udah punya cowok. Ga enak gue ganggu lo lagi setelah ini” tambah Ethan.

Donna diam aja. Setelah bebenah dan bersih-bersih dikit, Ethan pamit pulang kepada bonyok Donna. Ketika berpisah di pagar depan, sambil mengecup ringan Donna, Ethan masih sempat meremas toked Donna sekali.

Esoknya. Sehabis kuliah jam pertama, Ethan beranjak menuju kantin. Tiba-tiba HP nya berbunyi. Dea nelpon.

“Ngapain ni Anak? Kurang puas kali sama Roy” pikir Ethan.
“Halo, apaan De?” sapa Ethan.

Suara Dea yang tinggi langsung terdengar

“Hei, kupret. Lo apain si Donna kemaren hah?” damprat Dea.
“Lah, emang napa? Gue ga apa-apain kok” jawab Ethan berusaha keliatan innocent.
“Dia mutusin si Sinyo cowo-nya barusan”.
“Hah?” jawab kaget Ethan.
“ puji syukur. Kalo jodoh emang ga kemana ya” ucap Ethan dalam hati sambil membelai selangkangannya. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Niduri Si Dona appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Meniduri Pelajar SMU

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Meniduri Pelajar SMU – Aku tinggal di Cirebon tapi tempat kerjaku di dekat Indramayu yang berjarak sekitar 45 Km dan kutempuh dengan kendaraan kantor (nyupir sendiri) sekitar 1 jam. Bagi yang tahu daerah ini, pasti akan tahu jalan mana yang kutempuh. Setiap pagi kira-kira jam 06.30 aku sudah meninggalkan rumah melewati route jalan yang sama (cuma satu-satunya yang terdekat) untuk berangkat ke kantor.

 

 

cerita-sex-meniduri-pelajar-smu

Cerita Sex: Meniduri Pelajar SMU

 

Pagi hari di daerah ini, seperti biasa terlihat pemandangan anak-anak sekolah entah itu anak SD, SMP ataupun SMU, berjajar di beberapa tempat di sepanjang jalan yang kulalui sambil menunggu angkutan umum yang akan mereka naiki untuk ke sekolah mereka masing-masing. Karena angkutan umum sangat terbatas, biasanya mereka melambai-lambaikan tangannya dan mencoba menyetop kendaraan yang lewat untuk mendapatkan tumpangan. Kadang-kadang ada juga kendaraan truk ataupun pick-up yang berhenti dan berbaik hati memberikan tumpangan, sedangkan kendaraan lainnya jarang mau berhenti, karena yang melambai-lambaikan tangannya berkelompok dan berjumlah puluhan.

Cerita Sex | Suatu hari Senin di bulan Okt 1998, aku keluar dari rumah agak terlambat yaitu jam 06.45 pagi. Kuperhatikan anak-anak sekolah yang biasanya ramai di sepanjang jalan itu mulai agak sepi, mungkin mereka sudah mendapatkan kendaraan ke sekolahnya masing-masing. Saat perjalananku mencapai ujung desa Bedulan (tempat ini pasti dikenal oleh semua orang karena sering terjadi tawuran antar desa sampai saat ini), kulihat ada seorang anak sekolah perempuan yang melambai-lambaikan tangannya.

Setelah kulihat di belakangku tidak ada kendaraan lain, aku mengambil kesimpulan kalau anak sekolah itu berusaha untuk mendapatkan tumpangan dariku dan karena dia seorang diri di sekitar situ maka segera kuhentikan kendaraanku serta kubuka kacanya sambil kutanyakan, Mau ke mana dik?. Kulihat anak sekolah itu agak cemas dan segera menjawab pertanyaanku, Pak boleh saya ikut sampai di SMA (edited by Yuri), dari tadi kendaraan umum penuh terus dan saya takut terlambat?, dengan wajah yang penuh harap. Yaa, OK lah.., naik cepat, kataku. Terima kasih paak, katanya sambil membuka pintu mobilku.

Jarak dari sini sampai sekolahnya sekitar 10 Km dan selama perjalanan kuselingi dengan pertanyaan-pertanyaan ringan, sehingga aku tahu kalau dia itu duduk di kelas 3 SMU dan bernama War (edited by Yuri). Tinggi badannya kira-kira 155 cm, warna kulitnya bisa dibilang agak hitam bersih dan tidak cantik tapi manis dan menarik untuk dilihat, entah apanya yang menarik, mungkin karena matanya agak sayu.

Tidak terlalu lama, kendaraanku sudah sampai di daerah-dan War segera memberikan aba-aba. Oom, sekolah saya ada di depan itu, katanya sambil jarinya menunjuk satu arah di kanan jalan. Kuhentikan kendaraanku di depan sekolahnya dan sambil menyalamiku War mengucapkan terima kasih. Sambil turun dari mobil, War masih sempat bertanya, Oom, besok pagi saya boleh ikut lagi.., nggak Oom, lumayan Oom, bisa naik mobil bagus ke sekolah dan sekalian menghemat ongkos.., boleh yaa.. Oom?.

Aku tidak segera menjawab pertanyaan itu, tapi kupandangi wajahnya, lalu kujawab, Boleh boleh saja War ikut Oom, tapi jangan bergerombol ikutnya yaa.

Enggak deh Oom, saya cuma sendiri saja kok selama ini.

Setiap pagi sewaktu aku mencapai desa itu, War sudah ada di pinggir jalan dan melambaikan tangannya untuk menghentikan mobilku. Dalam setiap perjalanan dia makin lama makin banyak bercerita soal keluarganya, kehidupannya di desa, teman-teman sekolahnya dan dia juga sudah punya pacar di sekolahnya. Ketika kutanya apakah pacarnya tidak marah kalau setiap hari naik mobil orang, War bilang tidak apa-apa tapi tanpa ada penjelasan apapun, sepertinya dia enggan menceritakan lebih jauh soal pacarnya. War juga cerita bahwa selama ini dia tidak pernah kemana-mana, kecuali pernah dua kali di ajak pacarnya piknik ke daerah wisata di Kuningan.

Seminggu kemudian di hari Jumat, waktu War akan naik di mobilku kulihat wajahnya sedih dan matanya bengkak seperti habis menangis dan War duduk tanpa banyak bicara.

Karena penasaran, kusapa dia, War, habis nangis yaa, kenapa..? coba War ceritakan.., siapa tahu Oom bisa membantu. War tetap membisu dan sedikit gelisah. Lama dia diam saja dan aku juga tidak mau mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan, tetapi kemudian dia berkata, Oom, saya habis ribut dengan Bapak dan Ibu, lalu dia diam lagi.
Kalau War percaya pada Oom, tolong coba ceritakan masalahnya apa, siapa tahu Oom bisa membantu, kataku tetapi War saja tetap membisu.

Ketika mobilku sudah mendekati sekolahnya, tiba-tiba War berkata, Oom, boleh nggak War minta waktu sedikit buat bicara di sini, mumpung masih belum sampai di sekolah. Mendengar permintaannya itu, segera saja kuhentikan mobilku di pinggir jalan dan kira-kira jaraknya masih 2 Km dari sekolahnya.

Ada apa War?, Kataku. War tetap diam dan sepertinya ada keraguan untuk memulai berbicara.

Ayoo, lah War (sebenarnya pengarang penuliskan tiga harus terakhir dari namanya, tapi terpaksa oleh Yuri diganti jadi 3 huruf terdepan), jangan takut atau ragu, ada apa sebenarnya, tanyaku lagi.

Begini, Oom, kata War, lalu dia menceritakan bahwa tadi malam dia minta uang kepada orang tuanya untuk membayar uang sekolahnya yang sudah tiga bulan belum dibayar dan hari ini adalah hari terakhir dia harus membayar, karena kalau tidak dia tidak boleh mengikuti ulangan. Orang tuanya ternyata tidak mempunyai uang sama sekali, padahal uang sekolah yang harus dibayar itu sebesar 80 ribu rupiah. Alasan orang tuanya karena panen padi yang diharapkan telah punah karena hujan yang terus menerus. Dan katanya lagi orang tuanya menyuruh dia berhenti sekolah karena tidak mampu lagi untuk membayar uang sekolah dan mau dikimpoikan dengan tetangganya.

Aku tetap diam untuk mendengarkan ceritanya sampai selesai dan karena War juga terus diam, lalu kutanya, Teruskan ceritamu sampai selesai War. Dia tidak segera menjawab tapi yang kulihat airmatanya terlihat menggenang dan sambil mengusap air matanya dia berkata, Oom, sebetulnya masih banyak yang ingin War ceritakan, tapi saya takut nanti Oom terlambat ke kantornya dan War juga harus ke sekolah, serta lanjutnya lagi, kalau Oom ada waktu dan tidak keberatan, saya ingin pergi dengan Oom supaya saya bisa menceritakan semua masalah pribadi saya. Setelah diam sejenak, lalu War berkata lagi, Oom, kalau ada dan tidak keberatan, saya mau pinjam uang Oom 80 ribu untuk membayar uang sekolah dan saya janji akan mengembalikan setelah saya dapat dari orang tua saya.

Mendengar cerita War walaupun belum seluruhnya, hatiku terasa tersayat dan segera kurogoh dompetku dan kuambilkan uang 200 ribu dan segera kuberikan padanya.

Lho Oom, kok banyak benar, saya takut tidak dapat mengembalikannya, katanya sambil menarik tangannya sebelum uang dari tanganku dipegangnya.

War.., ambillah, nggak apa-apa kok, sisanya boleh kamu belikan buku-buku atau apa saja, saya yakin War membutuhkannya, dan segera kupegang tangannya sambil meletakkan uang itu ditangannya dan sambil kukatakan, War.., ini nggak usah kamu beritahukan kepada siapa-siapa, juga jangan kepada orang tuamu, dan War nggak perlu mengembalikannya.

Belum selesai kata-kataku, tiba-tiba saja dari tempat duduknya dia maju dan mencium pipi kiriku sambil berkata, Terima kasih banyak Oom.., Oom.. sudah banyak menolong saya. Aku jadi sangat terkesiap dan berdebar, bukan karena mendapat ciuman di pipiku, tapi karena tangan kiriku tersentuh buah dadanya yang terasa sangat empuk sehingga tidak terasa penisku menjadi tegang dan sementara War masih mencium pipiku, kugunakan tangan kananku untuk membelai rambutnya dan kucium hidungnya.

Ayoo, War, sudah lama kita di sini, nanti kamu terlambat sekolahnya.

War tidak menjawab tapi kulihat dikedua matanya masih tergenang air matanya. Ketika sudah sampai di depan sekolahnya sambil membuka pintu mobil, War berkata, Oom.., terima kasih yaa.. Ooom dan kapan Oom ada waktu untuk mendengar cerita War.

Kalau besok gimana..?, kataku.
Boleh.., oom, jawabnya cepat.
Lho, besok kan masih hari Sabtu dan War kan harus sekolah, jawabku.
Sekali-kali mbolos kan nggak apa apa Oom, hari Sabtu kan pelajarannya tidak begitu padat dan kurang penting, kata War.
Oklah, kalau begitu, War, kita ketemu besok pagi ditempat biasa kamu menunggu.

Dalam perjalanan ke kantor setelah War turun, masalah War terasa mengganggu pikiranku sehingga tidak terasa aku sudah sampai di kantor. Sebelum pulang kantor, aku izin untuk tidak masuk besok Sabtu pada Bossku dengan alasan akan mengurus persoalan keluarga di Kuningan. Demikian juga waktu malamnya kukatakan pada istriku kalau aku harus ke Jakarta untuk urusan kantor dan kalau selesainya telat terpaksa harus menginap dan pulang pada hari Minggu.

Besok paginya dengan berbekal 1 stel pakaian yang telah disiapkan oleh Istriku, aku berangkat dan sampai di tempat yang biasa, kulihat War tetap memakai baju seragam sekolahnya. Setelah dia naik ke mobil, kembali kulihat matanya tetap seperti habis menangis.

Lalu kutanya, War, habis perang lagi yaa?, soal apa lagi?.
Oom, ceritanya nanti saja deh, katanya agak malas.
Kita mau kemana Oom?, Tanyanya.
Lho, terserah War saja.., Oom sih ikut saja.
Oom, saya kepingin ke tempat yang agak sepi dan nggak ada orang lain, jadi kalau-kalau War nangis, nggak ada yang melihatnya kecuali Oom.

Sambil memutar mobilku kembali ke arah Cirebon, aku berpikir sejenak mau ke tempat mana yang sesuai dengan permintaan War, dan segera teringat kalau di pinggiran kota Cirebon yang ke arah Kuningan ada sebuah lapangan Golf dan Cottage CPN.

Segera saja kukatakan padanya, War Tempat yang sesuai dengan keinginanmu itu kayaknya agak susah, tapi, bagaimana kalau kita ke CPN saja..?.

Dimana itu Oom dan tempat apaan?,tanya War.

Aku jadi agak susah menjelaskannya, tapi kujawab saja, Tempatnya sih nggak jauh yaitu sedikit di luar Cirebon dan, begini saja deh.., War.., kita ke sana dulu dan kalau War kurang setuju dengan tempatnya, kita cari tempat lain lagi.

Setelah sampai di tempat dan mendaftar di receptionist serta memesan minuman ringan serta mengambil kunci kamarnya, segera aku kembali ke mobil dan kutanyakan pada Wargimana War.., kamu mau disini..?, lihat saja tempatnya sepi (maklum saja masih pagi-pagi. Receptionistnya saja seperti terheran-heran, sepertinya berfikir kok ada tamu pagi-pagi sekali dan nomor mobilnya bukan dari luar kota).

Setelah mobil kuparkir di depan kamar, sebelum turun kutanya dia kembali, War, gimana.., mau di sini? atau mau cari tempat lain?. War tidak segera menjawab pertanyaanku, tapi dia ikut turun dari mobil dan mengikutiku ke arah pintu kamar motel. Segera setelah sampai di dalam, dia langsung duduk di tempat tidur sambil memperhatikan seluruh ruangan. Karena kulihat dia tetap diam saja, aku jadi merasa tidak enak dan segera kudekati dia yang masih tetap duduk di pinggiran tempat tidur dan sambil agak berlutut, kucium keningnya beberapa saat dan tiba-tiba saja War memelukku dan terdengar tangisan lirih sambil terisak-isak.

Sambil masih memelukku, kuangkat berdiri dari duduknya dan kuelus-elus rambutnya, sambil kucium pipinya serta kukatakan, War coba tenangkan dirimu dan ceritakan semua masalah mu pada Oom, siapa tahu Oom bisa membantumu dalam memecahkan masalahmu itu. War masih saja memelukku tapi senggukan tangisnya mulai mereda. Beberapa saat kemudian kubimbing dia ke arah tempat tidur dan perlahan kutelentangkan War di tempat tidur dan kurangkulkan tangan kiriku di bahunya dan kupandangi wajahnya, sambil kukatakan, War cobalah ceritakan masalahmu itu dan biar Oom bisa mengetahui permasalahanmu itu.

War tetap diam saja dan memejamkan matanya, tapi tak lama kemudian, sambil menyeka air matanya dia membuka matanya dan memandang ke arahku yang jaraknya antara wajahnya dan wajahku sangat dekat sekali.

Oom, katanya seperti akan memulai bercerita, tapi lalu dia diam lagi. War, kataku sambil kucium pipinya dan kuusap-usapkan jari tangan kananku di rambutnya, cerita lah.

Lalu War mulai bercerita dan dia menceritakan secara panjang lebar soal kehidupan keluarganya yang miskin, dia anak pertama dari 3 bersaudara, tentang pacarnya di sekolah tapi lain kelas yang sudah 2 tahun pacaran dan sekarang sudah meninggalkan dia karena mendapatkan pacar baru di kelasnya dan dia juga menceritakan kalau orang tuanya sudah menjodohkan dengan tetangganya yang sudah punya istri dan anak, tapi kaya dan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah War dan dia harus segera berhenti dari sekolahnya karena akan dikimpoikan pada bulan Maret akan datang.

War katanya kepingin sekolah dulu dan belum pingin kimpoi, apalagi kimpoi dengan orang yang sudah punya Istri dan anak. War punya keinginan mau lari dari rumahnya, tapi tidak tahu mau ke mana. War juga menceritakan bahwa sebetulnya dia masih cinta kepada kawan sekolahnya itu, apalagi dia sudah telanjur pernah tidur bersama sewaktu piknik ke Kuningan dulu, walaupun katanya dia tidak yakin kalau punya pacarnya itu sudah masuk ke vaginanya apa belum, karena belum apa-apa sudah keluar katanya.

Jadi, gimana.., Oom.., apa yang harus saya perbuat dengan masalah ini, katanya setelah menyelesaikan ceritanya.
War, kataku sambil kembali kuelus-elus rambutnya dan kucium pipinya di dekat bibirnya.
War, masalahmu kok begitu rumit, terutama persoalan lamaran tetanggamu itu. Begini saja War, sebaiknya kamu minta kepada orangtuamu untuk menunda perkimpoian itu sampai kamu selesai sekolah. Bilang saja, kalau ujian SMA-mu hanya tinggal beberapa bulan lagi.
Katakan lagi, sayang kalau biaya yang telah dikeluarkan selama hampir tiga tahun di SMA harus hilang percuma tanpa mendapatkan Ijasah. War, sewaktu kamu mengatakan ini semua, jangan pakai emosi, katakan dengan lemah lembut, mudah-mudahan saja orang tuamu mau mengerti dan mengundurkan perjodohanmu dengan tetanggamu itu.
Kalau orang tuamu setuju, jadi kamu bisa konsentrasi untuk menyelesaikan sekolahmu dan yang lainnya bisa dipikirkan kemudian.
Setelah selesai memberikan saran ini, lalu kembali kucium pipinya seraya kutanya, War, bagaimana pendapatmu dengan saran Oom ini?.

Seraya saja War bangkit dari tidurnya dan memelukku erat-erat sambil menciumi pipiku dan berkata,

Ooom, terima kasih.., atas saran Oom ini, belum terpikir oleh saya sebelumnya hal ini, Oom sangat baik terhadap War entah bagaimana caranya saya membalas kebaikan Oom, dan terasa air matanya menetes di pipiku.

Setelah diam sesaat, kembali kurebahkan badan War telentang dan kulihat dari matanya yang tertutup itu sisa air matanya dan segera kucium kedua matanya dan sedikit demi sedikit cimmanku kuturunkan ke hidungnya dan terus turun ke pipi kirinya, setelah itu kugeser ciumanku mendekati bibirnya. Karena War masih tetap diam dan tidak menolak, keberanianku semakin bertambah dan secara perlahan-lahan kugeser ciumanku ke arah bibirnya, dan tiba-tiba saja War menerkam dan memelukku serta mencari bibirku dengan matanya yang masih tertutup.

Aku berciuman cukup lama dan sesekali lidahku kujulurkan ke dalam mulutnya dan War mengisapnya. Sambil tetap berciuman, kurebahkan badannya lagi dan tangan kananku segera kuletakkan tepat di atas buah dadanya yang terasa sangat kenyal dan sedikit kuremas. Karena tidak ada reaksi yang berlebihan serta War bukan saja mencium bibirku tapi seluruh wajahku, maka satu persatu kancing baju SMU-nya berhasil kulepas dan ketika kusingkap bajunya, tersembul dua bukit yang halus tertutup BH putih tipis dan ukurannya tidak terlalu besar.

Ketika kucoba membuka baju sekolahnya dari tangan kanannya, War kelihatannya tetap diam dan malah membantu dengan membengkokkan tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari tangan kanannya, segera kucari kaitan BH-nya di belakang dan dengan mudah kutemukan serta kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih tetap berciuman, kadang dibibir dan sesekali di seluruh wajah bergantian. BH-nya pun dengan mudah kulepas dari tangan kanannya dan ketika kusingkap BH-nya, tersembul buah dada War yang ukurannya tidak terlalu besar tapi menantang dan dengan puting susunya berwarna kecoklatan.

Dan dengan tidak sabar dan sambil meremas pelan payudara kanannya, kuturunkan wajahku menyelusuri leher dan terus ke bawah dan sesampainya di payudaranya, kujilati payudara War yang menantang itu dan sesekali kuhisap puting susunya, sementara War meremas-remas rambutku seraya terdengar suara lirih, aahh, aahh, ooomm, ssshh, aahh. Aku paling tidak tahan kalau mendengar suara lirih seperti ini, serta merta penisku semakin tegang dan kugunakan kesempatan ini sambil tetap menjilati dan menghisap payudara War, kugunakan tangan kananku untuk menelusuri bagian bawah badan War.

Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, aahh, ssshh, ssshh, aahh.

Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.

Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.

Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, ssshh, aahh, ssshht, ooom, aahh. Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.

Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata, Jaa, ngaan, Ooom, sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya.

Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.

Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan.

Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War. Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.

Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis, Ssshh, ssshh, aahh, ssshh, sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku.

Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, ssshh, ssshh, ooom, aahh, ssshh, dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.

Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, Aduuuhh, ooomm, Jangaannn, sakiiittt, Asiihh.., takuuut., Oom. Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan, Tidak, apa-apa, sayaang, Oom, pelan-pelan saja, kok, untuk menenangkan ketakutan War. War tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku.

Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku, Aduuuhh, sakiiittt, ooom, Asihh.., takuuut, padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan.

Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, Takut apa sayang… War tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.

Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti menahan sakit.

Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, Bleeesss, terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan, aahh, sakiiit, ooom
Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara War, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan War terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, aahh, ssshh, ssshh, aahh.

Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara War mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan War.

Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut War seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan War mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.

Badan War menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan War semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil, ssshh, aahh, ssshht, ooom, aahh. Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina War masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.

Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha War sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan berkata, Jaa, ngaan, Ooom, sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya.

Karena takut War akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan War sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku. Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH War yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, War sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.

Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut War akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan War, sekarang aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan War, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha War.

Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan War malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina War. War masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.

Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina War yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan War serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya, terasa vagina War sangat basah dan kurasakan badan bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga War sering berdesis, Ssshh, ssshh, aahh, ssshh, sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku.

Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina War dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina War sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina War, serta kembali kudengar desis suaranya, ssshh, ssshh, ooom, aahh, ssshh, dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat War sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina War.

Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, Aduuuhh, ooomm, Jangaannn, sakiiittt, Asiihh.., takuuut., Oom. Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan, Tidak, apa-apa, sayaang, Oom, pelan-pelan saja, kok, untuk menenangkan ketakutan War. War tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku.

Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat telingaku, Aduuuhh, sakiiittt, ooom, Asihh.., takuuut, padahal kurasakan kalau War mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan.

Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, Takut apa sayang… War tidak segera menjawab pertanyaanku itu. Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan War mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan War mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku.

Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja.

Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat War berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi War tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata War menutup rapat-rapat seperti menahan sakit.

Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan, Bleeesss, terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina War dan, aahh, sakiiit, ooom., kudengar suara War sambil seperti menahan rasa sakit dan berusaha menarik pantatku. Untuk sementara tidak kugerakkan pantatku dan setelah kulihat War mulai tenang dan kembali mau menciumi wajahku, lalu perlahan-lahan kutekan penisku yang sudah menembus vaginanya supaya masuk lebih dalam lagi.

aahh, oom, pelan, pelaan.., kudengar War berkata lirih.
Iyaa, sayaang, ooom pelah-pelan, jawabku serta kubelai rambutnya.

Setelah kudiamkan sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik turun sangat pelan agar War tidak merasa kesakitan, dan ternyata berhasil, wajah War keperhatikan tidak tegang lagi sehingga pergerakan penisku keluar masuk vagina War sedikit kupercepat dan belum berapa lama terdengar suara War, ooom, ooom, aaduuuhh, ooomm, aahh, sambil kedua tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi keseluruhan wajahku dengan sangat bernafsu dan badannya berkeringat, lalu War berteriak agak keras, aahh, ooomm, aduuuhh.., lalu War terkapar dan terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Aku yakin kalau War sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan naik.

Karena kulihat War sepertinya sedang kelelahan dengan kedua matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa kasihanku, lalu sambil kuseka keringat wajahnya kuciumi pipi dan bibirnya dengan lembut, tapi War tidak bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya bibirku yang sedang menciumnya seraya berkata lirih, ooom, nakal, yaa, War baru sekali ini merasakan hal seperti tadi, sambil mencubit punggungku. Aku tidak menjawab komentarnya tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah mulai teratur dan secara perlahan-lahan aku mulai menggerakkan penisku lagi keluar masuk vagina War.

Kuperhatikan War mulai terangsang lagi, War mulai menghisap bibirku dan mulai mencoba menggerakkan pantatnya pelan-pelan dan gerakannya ini membuat penisku seperti di pelintir keenakan. Gerakan penisku keluar masuk semakin kupercepat dan demikian juga War mulai makin berani mempercepat gerakan putaran pantatnya, sambil sesekali kedua tangannya yang dipelukkan dipinggangku berusaha menekan sepertinya menyuruhku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya lebih dalam lagi dan kudengar War mulai bersuara lagi, aahh, aahh, ooohh, oomm, aah, dan tidak terasa akupun mulai berkicau, aacchh, aahh, Siiihh, enaakk, teruuus, Siiih.

Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan kudengar juga nafas War semakin cepat, dengan perlahan-lahan kupeluk badan War dan segera kubalik badannya sehingga sekarang War sudah berada di atasku dan kupelukkan kedua tanganku di pantatnya, sedangkan wajah War ditempelkan di wajahku. Dengan sedikit makan tenaga, kucoba menggerakkan pantatku naik turun dan setiap kali pantatku naik, kugunakan kedua tanganku menekan pantat War ke bawah dan bisa kurasakan kalau penisku masuk lebih dalam di vagina War, sehingga setiap kali kudengar suaranya sedikit keras, aahh, oooh.

Dan mungkin karena keenakan, sekarang gerakan War malah lebih berani dengan menggerakkan pantatnya naik turun sehingga kedua tanganku tidak perlu menekannya lagi dan setiap kali pantatnya menekan ke bawah sehingga penisku serasa masuk semuanya di vagina War, kudengar dia bersuara keenakan, Aahh, aah disertai nafasnya yang semakin cepat, demikian juga aku sambil berusaha menahan agar maniku tidak segera keluar.

Gerakan War semakin cepat saja dan kurasakan wajahnya semakin ditekankan ke wajahku sehingga kudengar nafasnya yang sangat cepat itu di dekat telingaku dan, Aduuuh, aahh, aahh, ooomm.., War, mauuu.., keluaar, aah.

Tungguuu, Waarrr.., kitaa, samaa, samaa., ooom.., Jugaa.., mauuu, keluarr. aahh, aahh, ooomm, teriak War sambil mengerakkan pantatnya menggila dan akupun karena sudah tidak tahan menahan maniku dari tadi segera kegerakkan pantatku lebih cepat dan, Crreeettt, ccrreeett, ccccrrreeett, dan aahh, siiihh, ooom keluaar, sambil kutekan pantat War kuat-kuat.

Setelah beristirahat sebentar, kuajak War ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan War kembali menjatuhkan badannya di tempat tidur, mungkin masih merasakan kelelahan. Tak terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 12 siang dan segera saja kupesan makan siang. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Meniduri Pelajar SMU appeared first on Doyanbokep.


Cerita Sex: Diah Anak Tukang Pijit

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Diah Anak Tukang Pijit – Suatu malam yang dingin, aku sendiri, Bang Johnny dan Kak wenda sedang berlibur ke Batu (Malang) bersama dengan Deasy dan Santi, sedang Winny adik Kak Wenda sedang tidur di rumah temannya, hari itu Sabtu malam Minggu, jam menunjukkan pukul 6.45 aku ke depan cari pak Pardi tukang becak yang biasa mangkal di dekat warung rokok.

 

 

cerita-sex-diah-anak-tukang-pijit-300x225

Cerita Sex: Diah Anak Tukang Pijit

 

“Pak, tolong panggilin Bik Suti tukang pijit donk, badan saya pegel-pegel nich” kataku minta tolong.

Cerita Sex | kira-kira jam 7.20 pintu depan diketok orang dan bergegas aku keluar, ternyata yang dateng Pak Pardi dengan cewek muda lumayan cakep putih bersih orangnya, bengong aku jadinya.

“Dik Joss, ini anaknya Bik Suti, terpaksa saya bawa karena ibunya sedang pulang kampung beberapa hari, tapi dia bisa mijit kok, walaupun ngga’ bik suti.” kata pak Pardi cepat sebelum aku tanya dan ngomel karena tidak sesuai dengan perintahku.
“Ya udah langsung masuk aja” kataku mempersilahkan.
“Saya balik dulu kepangkalan Dik” pamit pak Pardi.

Seperginya pak Pardi langsung tanpa banyak bicara aku berjalan ke kamarku dan anak Bik Surti langsung mengekor dari belakang.

“Siapa namamu?” tanyaku memecah keheningan.
“Diah Mas” sahutnya pendek.

Sampai di kamar aku langsung buka kaos, dengan bertelanjang dada seperti biasa kalo dipijit sama Bik Suti, namun biasanya aku buka sarung tinggal CD saja, kali ini aku biarkan sarung tetep nempel pada posisinya karena tengsin aku sama cewek muda ini.

“Massage creamnya ada di meja belajar” kataku sambil langsung tiduran tengkurap.

Tangannya mulai memegang telapak kakiku, terus kebetis, memijat sambil megurut, sama persis dengan apa yang dilakukan ibunya padaku. Bik Surti emang sudah langganan sama keluarga Bang Johnny, jadi aku juga sudah sering mijit sama dia. Tapi walaupun cara mijitnya sama, namun serasa berbeda, tangan ini lebih halus dan hangat rasanya.

“Permisi Mas” katanya membuyarkan lamunanku yang baru mulai berkembang, sambil benyingkap sarungku lebih tinggi, hingga ke pangkal pahaku.

Pijitannya sudah sampai pada paha, sesekali agak tinggi menyentuh pangkal pantatku, agak ke tengah, seerrrrr, rasanya ada ngreng, akupun terus saja memejamkan mata sambil menikmati pijatan danmembayangkan kalau terjadi hal-hal yang diinginkan.

“Aduh,” aku setengah menahan sakit ( pada hal pura-pura ), soalnya biasanya Bik Suti kalo aku kesakitan malah dicari yang sakit dan dipijat lebih lama sehingga enakan, eh, betul juga dia melakukan hal yang sama, tapi karena test tadi aku ucapkan pada saat dia memijit belakang lututku, maka dia sekarang memijit lebih lama di sana.

Wah bisa kalo gitu pikirku, lalu aku merancang yang lebih dari pilot project ini.

“Jangan dipijit gitu, sakit diurut saja pake cream” kataku sambil tak lupa berpura-pura sakit.

Dia ambil cream dan mulai mengurut serius di situ. Lama cukup dia mengurut di situ terus sekarang sudah mulai menjalar lagi, paha, betis, sampe telapak kaki, pas kembali ke paha dan kali ini agak terlalu dalem, aku langsung teriak tertahan, seakan kena bagian sakit lagi,

“Mananya Mas ?” tanyanya.
“Agak daleman dikit” kataku sambil memegang tangannya dan membimbing pada posisi yang aku mau, letaknya persis di pangkal paha tengah pas jadi kalo dipijit-pijit yang kena bijiku, sengaja aku mengarahkan ke depanan, biar makin pas, lama dia di situ.
“Kasih cream donk” pintaku, pada saat dia ambil cream,

Satu tanganku dengan cepat menyingkap CDku supaya meramku keluar dari CD dan bebas, benar juga pada saat tangannya mengoleskan crean sudah langsung ke bijiku, aku agak sedikit supaya bijiku mangkin leluasa dan makin mudah dipijit,

“Ati-ati jangan kena celananya, nanti kena cream semua” kataku pura-pura bingung kalo CDku kena cream padahal mauku supaya dia membuka lebih lebar CDku, dengan tangannya, beberapa jenak kemudian dia bilang

“Maaf Mas, CDnya dibuka aja, soalnya nanti kena cream, saya sudah coba menghindari tapi susah, Masnya pake sarung aja.” kata dia mengagetkanku, kaget karena ngga’ nyangka dia bilang gitu.

Akupun berdiri dan melepas CDku, kembali pada posisi semula aku tengkurap, lalu Diah menyingkap kembali sarungku, hingga ke pantat, aku menahan pada posisi agak nunging supaya makin luas bidang yang bisa dicapai tangan Diah.

Benar juga lama dia mengurut, meemas bjiku, sampe aku sendiri sudah ngga’ karuan rasanya konak banget,

“Agak bawahan dikit,” pintaku, dia rogoh makin dalem sampe pangkal batangku kena pegang, diurutnya dengan agak susah karena dari pangkal batang sampe setengah diurut semua,
“Mas kalo bisa balik badan, soalnya susah kalo gini” pintanya, dengan senang hati aku turuti.

Aku berbalik badan dan meriamku masih tertutup kain sarung, dengan merogoh dia pegang lagi posisi yang sama.

Diurut-urut, sepertinya aku merasa gayanya seperti setengah ngocok, tapi pikiran dia kayaknya lagi mijit, dengan matanya melihat sekeliling kamar, ngelamun kali, aku goyangkan pinggul sedikit supaya tanganya terpeleset ke atas, ternyata berhasil, dia lebih banyak ngurut meriamku, tiga empat menit berlalu dia kaya’nya ngga’ sadar, tapi lama-lama aku merasa dia bukan mijit atau ngurut, melainkan benar-benar ngocok meriamku, walau tidak digenggam, tapi cukup mantap,

Aku sengaja bergerak sambil sedikit menarik ke atas posisi sarungku, sehingga dapat terlihat sekarang tangannya yang sedang ngocok meriamku, merasa tangannya tidak lagi tertutup sarung, dia lihat posisi tangannya dan saat itu seakan baru sadar dia melihat apa yang selama beberapa menit ini dipijitnya, tapi dia tidak berhenti, matanya mulai ngelirik ke aku.

Denan tanpa expresi, dia teruskan mengocok, kali ini tangannya lebih mengenggam, jadi aku pastikan dia memang sengaja, jadi dengan sedikit ragu, aku letakkan pada pundaknya, saat memijit tadi, posisi dia berlutut di samping ranjang jadi kalo aku taruh tangan ke samping langsung jatuh di pundaknya dan langsung aku geser turun ke dadanya dan dia diam saja, aku remas dadanya, jadi aksi remas dan kocok berjalan terus beberapa menit, sampai tiba-tiba kepalanya ditundukkan rpanya tanpa basa basi lagi dia cium Kabagku, terus dilanjutkan dengan mengulumnya.

Dia sadar bahwa dia dan aku telah sama-sama dikuasai nafsu, maka tanpa perlu meminta ijin lebih jauh, aku coba untuk membuka baju atasnya, malah dia mambantunya, sehingga dia telah terbuka dadanya, BH nya pun telah dia lepas dan dadanya yang besar disorongkan kearah mulutku, langsung aja aku hisap putingnya,. wow, hangat,. kelapanya lalu direbahkan pada pundakku, sehingga kami seperti setengah bergumul karena kakinya masih di bawah, kamipun berciuman hangat, lalu aku bangkt dan mengangkat tubuhnya menaiki ranjang.

“Kamu mijitnya lebih enak dari ibu kamu ya” kataku ngaco, setelah tau dia seperti itu.
“Ngga’ tau Mas, terlanjur kebawa.” dia tak melanjutkan kata-katanya.

Aku asyik menciumi sekitar belakang telinga, samping leher, kadang mendenguskan nafas hangat ke telinganya. Dia sudah tampak merancu dengan desah dan erangannya yang makin membuatku di awang, Aku bangit dan memiringkan tubuhnya, kaki kirinya aku letakkan pada pundak kananku, dengan posisi yang agak miring itu aku gesek Kabagku pada gerbang DuFannya (Dunia Fantasi).

Beberapa saat aku gesek dia mulai mengerang pelan, kemudian aku tata kepala meriamku pada gerbang DuFan, yang jelas sekali sudah sangat lembab dan sedikit basar, aku coba tekan, wah, kok sempit, tapi beberapa kali coba, akirnya berhasil juga mencapai setengah badan meriam amblas dalam lorong kegelapan, tampaknya di dalam agak kering, maklum tumitnya kurus kecil, tandanya kalu barangnya cenderung kering, Erangannya walau perlahan masih terus tanpa henti sedari tadi, menambah hangat suasana dan seakan irama lautan teduh, terus aja aku goyang sampe cukup lama sebelum aku akhirnya minta pindah posisi,

Sekarang kedua kakinya aku pangul di kedua sisi pundakku, ayunan makin ganas karena posisi yang lebih leluasa, dan lorong kegelapan makin licin, rupanya dia telah beberapa kali mengeluarkan pelumas, walau bukan orgasme,

“Kamu sekarang nungging” perintahku.

Saat Diah nungging, aku tekan pundaknya ke kasur dan sisa pantatnya aja yang nungging, dengan sedikit rubah gerak, aku masukkan lagi meriam jagurku, kali ini lebih sensasional, aku pegangan pada pinggulnya yang cukup gede, dan ayunan makin bebas terkendali, beberapa kali hampir terlepas, tapi karena besarnya si Kabagku maka agak sulit juga terlepas secara keseluruhannya, lelah dengan gaya *****, aku rebahan dan aku suruh dia menaikiku, dia naik dengan membelakangi aku, pada saat amblasnya batangku kali ini diiringi dengan nafas tertahannya, kali ini mentok abis.

Diah diam sesaat sambil merenungi nikmat yang terasa. Aku mulai ambil inisiatif untuk menggoyang, lalu Diahpun ikut bergoyang,. kali ini putarannya melingkar, enak sekali, yang aku rasakan, lobang yang sempit, hangat, dan cenderung kering, tiap kali dia berputar pinggul aku merasa ada sesuatu nabrak kepala meriamku, pasti mentok dan dia pasti ngga’ akan lama untu mencapai titik orgasme demikian pikirku. Benar saja dugaanku, Diah tampak kejang keras sambil mengucapkan kata-kata yang tidak jelas apa maksudnya, cukup lama juga seperti itu.

“Aaaa.duuuuuuu..uuuuhhh Mas.. lemes kakiku rasanya..aku ngga’ kuat lagi gerak..” demikian katanya.

Aku coba untuk bangun dan menunggingkannya, lalu aku hajar lobangnya dengan lebih keras, sampai panas rasanya meriamku, dan akhirnya aku sudah hampir nga’ bisa lagi menahan,. lalu aku cabut dan bilang pada Diah

“Diah, kamu menghadap ke sini, buka mulut kamu” dan rupanya Diah mengerti yang aku mau, dengan lemas dia berbalik badan dan membuka mulutnya.

Karena ketakutan akan tidak keburu, maka aku segera saja memasukkan meriamku dalam mulutnya yang mungil itu dan aku goyang maju mundur, beberapa kali dan keluarlah, creeetttt… creeeee.tttt… creettt…

Aku jatuh kecapaian, di sampingnya,

“Diah, gimana barusan?” tanyaku memecah keheningan.
“Enak sekali Mas, sampe lemes kaki saya, udah ngga’ tau berapa kali keluar” jawab Diah sambil males-malesan dalam pelukanku.

Dan kamipun tiduran sejenak dalam penat nikmat yang tersisa. Sampai pada saat aku terjaga merasakan paha kananku ada sesuatu yang merayap, aku coba walau males, ‘tuk membuka mataku dan, benar-benar terbelalak jadinya, saat tau apa yang menyentuh pahaku. Dia Winny, adik ipar kakakku, Johnny, aku sangka dia ada di rumah temennya, dan yang lebih mengagetkan adalah, dia lihat aku mendekap cewec dan dalam keadaan bugil berdua.

“Joss, loe gila ya, beraninya ngga’ ada orang masukin cewek, gue bilangin Bang John” katanya dengan mata melotot.
“Hei, Win, denger dulu” kataku sambil mencoba bangkit dari tidurku, saat itu pula Diah bangun karena dengar suara orang lain di kamar itu, dia berusaha meraih kain seadanya untuk emutupi tubuh bugilnya sambil bertanya
“Dia siapa Mas ? ”
“Dia ini Winny, adik ipar kakakku” jawabku pendek.
“Jangan gitu donk, masa loe ngga’ kompak ama gue” jawabku mohon pengertiannya.
“Iya boleh aja gue ngga’ bilang Abang asal gue boleh lihat loe berdua main sekali lagi, gimana?” tanyanya.

Ach ni anak pikirku pasti gampang dech kalo udah gini, paling banter ntar dia pasti ngga’ kuat nahan nafsunya sendiri, demikian pikirku.

“Okey, Diah, yuk kita tunjukkan pada Winny, apa yang kita baru kerjakan tadi, kita ulang lagi yuk” ajakku.
“Mas malu saya nggak bisa” aku rada bangun untuk mencium Diah.
“Udah kamu merem aja dan anggap hanya kita berdua dalam kamar ini” kataku menenangkan.

Dan akupun mulai merangsang Diah dengan ciuman lembut, sambil tanganku berusaha meraba bagian-bagian sensitifnya, beberapa saat berlalu Diah mulai terbawa, dan mendesar halus, aku rasakan tangan Winny mencoba meraih batangku dan meremas-remasnya, sesekali mengocoknya hingga siap tempur.

Setelah segalanya siap, akupun mulai ambil ancang-ancang untuk memasuki Diah untuk sesi kedua, pada saat batangku amblas, Diah dan Winnypun seakan menahan nafas, rupanya Winny telah terlarut dalam pemandangan depan matanya. Permainanku dengan Diah berlangsung beberapa gaya, dan tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 9.47, saat itu Winny telah telanjang di samping tubuh Diah yang sedang aku tindih, lalu tangan kiriku pun mulai bergerilya ke dada Winny, wah enak sekali, aku pilin putingnya dan diapun mengerang.

Sambil terus menggenjot Diah, aku cium juga bibir Winny dan pendek kata, pinggangku ke bawah menghabisi Diah sedang pinggangku ke atas menyerang Winny,. keduanyapun mengerang seru malam itu, makin keras erangan mereka berdua bersahutan makin nafsu aku dibuatnya, terakhir sudah tidak kuat lagi menahan gejolak, aku genjot makin keras si Diah dan diapun mengerang panjang sambil kejang mendekapku.

Saat itu kami orgasme bersamaan, sedang Winny masih belum mencapai walau hampir, erangan kami berdua membakar nafsunya, segera saja Winny memerintahku untuk menghisap mem3knya sampai keluar, demikian perintahnya. Akupun langsung memutar badanku untuk mencapai lobang Winny yang sudah sangat basah tadi,. tapi meriamku tetap tertanam dalam Diah. Kumainkan lidahku pada gua vertikalnya dan sesekali pada tombol di atas lobang tersebut sampe Winny mengejang kejang dan,. lemas puas.

Lima sepuluh menit kami masih rebahan tumpang tindih sampe aku bangkit dan mencuci peralatanku, lalu kukenakan pakaianku dan kusulut sebatang rokok sambil ngeloyor kejalanan, mencari pak Pardi.

“Pak, anaknya Bik Suti ngga’ usah ditunggu pulangnya, dan tolong bilangin orang rumahnya kalo dia nngga’ pulang karena disuruh nemenin Winny” alasanku sengaja aku tidak sebut nama Diah supaya terkesan masih asing buatku.

Setelah itu aku balik lagi ke rumah dan cuci kaki lalu join bobok bertiga, ntar malem coba aku gerayangi Winny ach, kali-kali aja dapet nyobain rasanya, pasti asyik dan berarti pula dalam rumah ini ada beberapa stok lobang yang bisa dipake bergantian, khan asyik kalo butuh ngga’ nunggu lama-lama. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Diah Anak Tukang Pijit appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex – Hadiah Terbaikku

$
0
0

Hadiah Terbaikku- Kisah Ngentot, Kisah Ngentot Terbaik, Kisah Ngentot Terbaru, Kisah Ngentot Nyata, Kisah Ngentot Hot, Kejadian ini terjadi ketika aqu lulus dari SMU.

kisah-ngentot

Cerita Sex – Hadiah Terbaikku

Perkenalkan, namaqu Aris. Kejadian ini tak akan
terlupakan karena ini adalah pertama kalinya aqu merasakan nikmatnya sex yg sebenarnya. Pada
waktu itu aqu make love dgn Mbak Yuyun yg umurnya kira-kira 10 tahun lebih tua dariku. Parasnya
manis dan kulitnya putih.

Mbak Yuyun adalah anak tetangga nenekku di desa daerah Cilacap yg ikut dgn keluargaqu di Kota
Semarang sejak SMP. Waktu SD ia sekolah di desa, setelah itu ia diajak keluargaqu di kota untuk
melanjutkan sekolah sekaligus membantu keluargaqu terutama merawat aqu. Kita sangat akrab
bahkan di juga sering ngeloni aqu. Mbak Yuyun ikut dgn keluargaqu sampai dia lulus SMA atau aqu
kelas 2 SD dan dia kembali ke desa. Namanya juga anak kecil, jadi aqu belum ada perasaan apa-apa
terhadapnya.

Setelah itu kita jarang bertemu, paling-paling hanya setahun satu atau dua kali. Tiga tahun
kemudian ia menikah dan waktu aqu kelas dua SMP aqu harus pindah luar Jawa ke Kota Makassar
mengikuti ayah yg dipindah tugas. Setelah itu kita tak pernah bertemu lagi. Kita hanya berhubungan
lewat surat dan kabarnya ia sekarang telah memiliki seorang anak. pada waktu aqu lulus SMA aqu
pulang ke rumah nenek dan berniat mencari tempat kuliah di Kota Yogya.

Sesampai di rumah nenek aqu tahu bahwa Mbak Yuyun telah punya rumah sendiri dan tinggal
bersama suaminya di desa seberang. Setelah dua hari di rumah nenek aqu berniat mengunjungi
rumah Mbak Yuyun. Setelah diberi tahu arah rumahnya (sekitar 1 km) aqu pergi kira-kira jam tiga sore
dan berniat menginap. Dari sinilah cerita ini berawal.

Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, akhirnya aqu sampai di rumah yg ciri-cirinya sama dgn yg
dikatakan nenek. Sejenak kuamati kelihatannya sepi, kemudian aqu coba mengetok pintu rumahnya.

“Ya sebentar..” terdengar sahutan wanita dari dalam.

Tak lama kemudian keluar seorang wanita dan aqu masih kenal paras itu walau lama tak bertemu.
Mbak Yuyun terlihat manis dan kulitnya masih putih seperti dulu. Dia sepertinya tak mengenaliku.

“Cari siapa ya? tanya Mbak Yuyun”.
“Anda Mbak Yuyun kan?” aqu balik bertanya.
“Iya benar, anda siapa ya dan ada keperluan apa?” Mbak Yuyun kembali bertanya dgn raut muka yg
berusaha mengingat-ingat.
“Masih inget sama aqu nggak Mbak? Aqu Aris Mbak, masak lupa sama aqu”, kataqu.
“Kamu Aris anaknya Pak Tono?” kata Mbak Yuyun setengah nggak percaya.
“Ya ampun Ris, aqu nggak ngenalin kamu lagi. Berapa tahun coba kita nggak bertemu.” Kata Mbak
Yuyun sambil memeluk badanku dan menciumi parasku.

Aqu kaget setengah mati, baru kali ini aqu diciumi seorang wanita. Aqu rasakan payudaranya
menekan dadaqu. Ada perasaan lain muncul waktu itu.

“Kamu kapan datangnya, dgn siapa” kata Mbak Yuyun sambil melepas pelukannya.
“Saya datang dua hari kemudian, saya hanya sendiri.” kataqu.
“Eh iya ayo masuk, sampai lupa, ayo duduk.” Katanya sambil menggeret tanganku.

Kita kemudian duduk di ruang tamu sambil mengobrol sana-sini, maklum lama nggak tetemu. Mbak
Yuyun duduk berhimpitan dgnku. Tentu saja payudaranya menempel di lenganku. Aqu sedikit
terangsang karena hal ini, tapi aqu coba menghilangkan pikiran ini karena Mbak Yuyun telah aqu
anggap sebagai keluarga sendiri.

“Eh iya sampai lupa buatin kamu minum, kamu pasti haus, sebentar ya..” kata Mbak Yuyun ditengah
pembicaraan.

Tak lama kemudian ia datang, “Ayo ini diminum”, kata Mbak Yuyun.

“Kok sepi, pada kemana Mbak?” Tanyaqu.
“Oh kebetulan Mas Hermanto (suaminya Mbak Yuyun) pergi kerumah orang tuanya, ada keperluan,
rencananya besok pulangya dan si Dani (anaknya Mbak Yuyun) ikut” jawab Mbak Yuyun.
“Belum punya Adik Mbak dan Mbak Yuyun kok nggak ikut?” tanyaqu lagi.
“Belum Ris padahal udah pengen lho.. tapi memang dapatnya lama mungkin ya, kayak si Dani dulu. Mbak Yuyun ngurusi rumah jadi nggak bisa ikut” katanya.
“Eh kamu nginep disini kan? Mbak masih kangen lho sama kamu” katanya lagi.
“Iya Mbak, tadi telah pamit kok” kataqu.
“Kamu mandi dulu sana, ntar keburu dingin” kata Mbak Yuyun.

Kemudian aqu pergi mandi di belakang rumah dan setelah selesai aqu lihat-lihat kolam ikan di
belakang rumah dan kulihat Mbak Yuyun gantian mandi. Kurang lebih lima belas menit, Mbak Yuyun
selesai mandi dan aqu terkejut karena ia hanya mengenakan handuk yg dililitkan di badannya. Aqu
pastikan ia tak memakai BH dan mungkin CD juga karena tak aqu lihat tali BH menggantung di
pundaknya.

“Sayg Ris ikannya masih kecil, belum bisa buat lauk” kata Mbak Yuyun sambil melangkah ke arahku
kemudian kita ngobrol sebentar tentang kolam ikannya.

Kulihat payudaranya sedikit menyembul dari balutan handuknya dan ditambah bau harum
badannya membuatku terangsang. Tak lama kemudian ia pamit mau ganti baju. Mataqu tak lepas
memperhatikan badan Mbak Yuyun dari belakang. Kulitnya benar-benar putih. Sepasang pahanya
putih mulus terlihat jelas bikin kemaluanku berdiri. Ingin rasanya aqu lepas handuknya kemudian
meremas, menjilat payudaranya, dan menusuk-nusuk selangkangannya dgn kemaluanku seperti
dalam bokep yg sering aqu lihat. Sejenak aqu berkhayal kemudian kucoba menghilangkan khayalan
itu.

Haripun berganti petang, udara dingin pegunungan mulai terasa. Setelah makan malam kita nonton
teve sambil ngobrol banyak hal, sampai tak terasa telah pukul sembilan.

“Ris nanti kamu tidur sama aqu ya, Mbak kangen lho ngeloni kamu” kata Mbak Yuyun.
“Apa Mbak?” Kataqu terkejut.
“Iya.. Kamu nanti tidur sama aqu saja. Inget nggak dulu waktu kecil aqu sering ngeloni kamu”
katanya.
“Iya Mbak aqu inget” jawabku.
“Nah ayo tidur, Mbak udah ngantuk nih” kata Mbak Yuyun sambil beranjak melangkah ke kamar
tidur dan aqu mengikutinya dari belakang, pikiranku berangan-angan ngeres. Sampai dikamar tidur
aqu masih ragu untuk naik ke ranjang.

“Ayo jadi tidur nggak?” tanya Mbak Yuyun.

Kemudian aqu naik dan tiduran disampingnya. Aqu deg-degan. Kita masih ngobrol sampai jam 10
malam.

“Tidur ya.. Mbak udah ngantuk banget” kata Mbak Yuyun.
“Iya Mbak” kataqu walaupun sebenarnya aqu belum ngantuk karena pikiranku semakin ngeres saja
terbayg-bayg pemandangan menggairahkan sore tadi, apalagi kini Mbak Yuyun terbaring di
sampingku, kurasakan kemaluanku mengeras.

Aqu melirik ke arah Mbak Yuyun dan kulihat ia telah tertidur lelap. Dadaqu semakin berdebar
kencang tak tahu apa yg harus aqu laqukan. Ingin aqu onani karena telah tak tahan, ingin juga aqu
memeluk Mbak Yuyun dan menikmati badannya, tapi itu tak mungkin pikirku. Aqu berusaha
menghilangkan pikiran kotor itu, tapi tetap tak bisa sampai jam 11 malam. Kemudian aqu putus kan
untuk melihat paha Mbak Yuyun sambil aqu onani karena bingung dan udah tak tahan lagi.

Dgn dada berdebar-debar aqu buka selimut yg menutupi kakinya, kemudian dgn pelan-pelan aqu
singkapkan roknya hingga celana dalam hitamnya kelihatan, dan terlihatlah sepasang paha putih
mulus didepanku beitu dekat dan jelas. Semula aqu hanya ingin melihatnya saja sambil berkhayal
dan melaqukan onani, tetapi aqu penasaran ingin merasakan bagaimana meraba paha seorang
wanita tapi aqu taqut kalau dia terbangun. Kurasakan kemaluanku melonjak-lonjak seakan ingin
melihat apa yg membuatnya terbangun. Karena telah dikuasai birahi akhirnya aqu nekad, kapan lagi
kalau tak sekarang pikirku.

 

Dgn hati-hati aqu mulai meraba paha Mbak Yuyun dari atas lutut kemudian keatas, terasa halus
sekali dan kulaqukan beberapa kali. Karena semakin penasaran aqu coba meraba celana dalamnya,
tetapi tiba-tiba Mbak Yuyun terbangun.

“Aris! Apa yg kamu laqukan!” kata Mbak Yuyun dgn terkejut.

Ia kemudian menutupi pahanya dgn rok dan selimutnya kemudian duduk sambil menampar pipiku.
Terasa sakit sekali.

“Kamu kok berani berbuat kurang ajar pada Mbak Yuyun. Siapa yg ngajari kamu?” kata Mbak Yuyun
dgn marah.

Aqu hanya bisa diam dan menunduk taqut. Kemaluanku yg tadinya begitu perkasa aqu rasakan
langsung mengecil seakan hilang.

“Tak kusangka kamu bisa melaqukan hal itu padaqu. Awas nanti kulaporkan kamu ke nenek dan
bapakmu” kata Mbak Yuyun.
“Ja.. jangan Mbak” kataqu ketaqutan.
“Mbak Yuyun kan juga salah” kataqu lagi membela diri.
“Apa maksudmu?” tanya Mbak Yuyun.

“Mbak Yuyun masih menganggap saya anak kecil, padahal saya kan udah besar Mbak, telah lebih
dari 17 tahun. Tapi Mbak Yuyun masih memperlaqukan aqu seperti waktu aqu masih kecil, pakai
ngeloni aqu segala. Trus tadi sore juga, habis mandi Mbak Yuyun hanya memakai handuk saja
didepanku. Saya kan lelaki normal Mbak” jelasku.

Kulihat Mbak Yuyun hanya diam saja, kemudian aqu berniat keluar dari kamar.

“Mbak.. permisi, biar saya tidur saja di kamar sebelah” kataqu sambil turun dari ranjang dan berjalan
keluar.

Mbak Yuyun hanya diam saja. Sampai di kamar sebelah aqu rebahkan badanku dan mengutuki diriku
yg berbuat bodoh dan membaygkan apa yg akan terjadi besok. Kurang lebih 15 menit kemudian
kudengar pintu kamarku diketuk.

“Ris.. kamu masih bangun? Mbak boleh masuk nggak?” Terdengar suara Mbak Yuyun dari luar.
“Ya Mbak, silakan” kataqu sambil berpikir mau apa dia.

Mbak Yuyun masuk kamarku kemudian kita duduk di tepi ranjang. Aqu lihat parasnya telah tak
marah lagi.

“Ris.. Maafkan Mbak ya telah nampar kamu” katanya.
“Seharusnya saya yg minta maaf telah kurang ajar sama Mbak Yuyun” kataqu.
“Nggak Ris, kamu nggak salah, setelah Mbak pikir, apa yg kamu katakan tadi benar. Karena lama
nggak bertemu, Mbak masih saja menganggap kamu seorang anak kecil seperti dulu aqu ngasuh
kamu. Mbak tak menyadari bahwa kamu sekarang telah besar” kata Mbak Yuyun.

Aqu hanya diam dalam hatiku merasa lega Mbak Yuyun tak marah lagi.

“Ris, kamu bener mau sama Mbak?” tanya Mbak Yuyun.
“Maksud Mbak?” kataqu terkejut sambil memandangi parasnya yg terlihat bagitu manis.
“Iya.. Mbak kan udah nggak muda lagi, masa’ sih kamu masih tertarik sama aqu?” katanya lagi.

Aqu hanya diam, taqut salah ngomong dan membuatnya marah lagi.

“Maksud Mbak.., kalau kamu bener mau sama Mbak, aqu rela kok melaqukannya dgn kamu”
katanya lagi.

Mendengar hal itu aqu tambah terkejut, seakan nggak percaya.

“Apa Mbak” kataqu terkejut.
“Bukan apa-apa Ris, kamu jangan berpikiran enggak-enggak sama Mbak. Ini hanya untuk meyakinkan
Mbak bahwa kamu telah dewasa dan lain kali tak menganggap kamu anak kecil lagi” kata Mbak
Yuyun

Lagi-lagi aqu hanya diam, seakan nggak percaya. Ingin aqu mengatakan iya, tapi taqut dan malu.
Mau menolak tapi aqu pikir kapan lagi kesempatan seperti ini yg selama ini hanya bisa aqu baygkan.

“Gimana Ris? Tapi sekali aja ya.. dan kamu harus janji ini menjadi rahasia kita berdua” kata Mbak
Yuyun.
Aqu hanya mengangguk kecil tanda bahwa aqu mau.
“Kamu pasti belum pernah kan?” kata Mbak Yuyun.
“Belum Mbak, tapi pernah lihat di film” kataqu.
“Kalau begitu aqu nggak perlu ngajari kamu lagi” kata Mbak Yuyun.

Mbak Yuyun kemudian mencopot bajunya dan terlihatlah payudaranya yg putih mulus terbungkus
BH hitam, aqu diam sambil memperhatikan, birahiku mulai naik. Kemudian Mbak Yuyun mencopot
roknya dan paha mulus yg aqu geraygi tadi terlihat. Tangannya diarahkan ke belakang pundak dan
BH itupun terlepas, sepasang payudara berukuran sedang terlihat sangat indah dipadu dgn puting
susunya yg mencuat kedepan. Mbak Yuyun kemudian mencopot CD hitamnya dan kini ia telah
telanjang bulat. Kemaluanku terasa tegang karena baru pertama kali ini aqu melihat wanita
telanjang langsung dihadapanku. Ia naik ke atas ranjang dan merebahkan badannya terlentang. Aqu
begitu takjub, baygkan ada seorang wanita telanjang dan pasrah berbaring di ranjang tepat
dihadapanku. Aqu tertegun dan ragu untuk melaqukannya.

“Ayo Ris.. apa yg kamu tunggu, Mbak udak siap kok, jangan taqut, nanti Mbak bantu” kata Mbak
Yuyun.

Segera aqu melepaskan semua pakaianku karena sebenarnya aqu telah tak tahan lagi. Kulihat Mbak
Yuyun memperhatikan kemaluanku yg berdenyut-denyut, aqu kemudian naik ke atas ranjang.
Karena telah tak sabar, langsung saja aqu memulainya. Langsung saja aqu kecup bibirnya, kulumat-
lumat bibirnya, terasa ia kurang meladeni bibirku, aqu pikir mungkin suaminya tak pernah
melaqukannya, tapi tak aqu hiraukan, terus aqu lumat bibirnya. Sementara itu kuarahkan tanganku
ke dadanya. Kutemukan gundukan bukit, kemudian aqu elus-elus dan remas payudaranya sambil
sesekali memelintir puting susunya.

“Ooh.. Ris.. apa yg kau laqukan.. ergh.. sshh..” Mbak Yuyun mulai mendesah tanda birahinya mulai
naik, sesekali kurasakan ia menelan ludahnya yg mulai mengental. Setelah puas dgn bibirnya, kini
mulutku kuarahkan ke bawah, aqu ingin merasakan bagaimana rasanya mengulum payudara.
Sejenak aqu pandangi payudara yg kini tepat berada di hadapanku, ooh sungguh indahnya, putih
mulus tanpa cacat sedikitpun, seperti belum pernah terjamah lelaki. Langsung aqu jilati mulai dari
bawah kemudian ke arah putingnya, sedangkan payudara kanannya tetap kuremas-remas sehingga
tambah kenyal dan mengeras.

“Emmh oh aarghh” Mbak Yuyun mendesah hebat ketika aqu menggigit puting susunya.

Kulirik parasnya dan terlihat matanya merem melek dan giginya menggigit bibir bawahnya. Kini
jariku kuarahkan ke selangkangannya. Disana kurasakan ada rumput yg tumbuh di sekeliling
kemaluannya. Jari-jariku kuarahkan kedalamnya, terasa lubang itu telah sangat basah, tanda bahwa
ia telah benar-benar terangsang. Kupermainkan jari-jariku sambil mencari klentitnya. Kugerakkan
jari-jariku keluar masuk di dalam lubang yg semakin licin tersebut.

“Aargghh.. eemhh.. Ris kam.. mu ngapainn oohh..” kata Mbak Yuyun meracau tak karuan, kakinya
menjejak-jejak sprei dan badannya mengeliat-geliat. Tak kupedulikan kata-katanya. Badan Mbak
Yuyun semakin mengelinjang dikuasai birahi birahi. Kuarasakan badan Mbak Yuyun menegang dan
kulihat parasnya memerah bercucuran keringat, aqu pikir dia telah mau orgasme. Kupercepat gerakan
jariku didalam kemaluannya.

“Ohh.. arghh.. oohh..” kata Mbak Yuyun dgn nafas tersengal-sengal dan tiba-tiba..
“Oohh aahh..” Mbak Yuyun mendesah hebat dan pinggulnya terangkat, badannya bergetar hebat beberapa kali. Terasa cairan hangat memenuhi kemaluannya.
“Ohh.. ohh.. emhh..” Mbak Yuyun masih mendesah-desah meresapi kenikmatan yg baru diraihnya.
“Ris apa yg kamu laqukan kok Mbak bisa kayak gini” tanya Mbak Yuyun.
“Kenapa emangnya Mbak? Kataqu.
“Baru kali ini aqu merasakan nikmat seperti ini, luar biasa” kata Mbak Yuyun.

Ia kemudian bercerita bahwa selama bersama suaminya ia tak pernah mendapatkan kepuasan,
karena mereka hanya sebentar saja bercumbu dan dalam bercinta suaminya cepat selesai.

“Mbak sekarang giliranku” kubisikkan ditelinganya, Mbak Yuyun mengangguk kecil.

Aqu mulai mencumbunya lagi. Kulaqukan seperti tadi, mulai dari bibirnya yg kulumat, kemudian
payudaranya yg aqu nikmati, tak lupa jari-jariku kupermainkan di dalam kemaluannya.

“Aarghh.. emhh.. ooh..” terdengar Mbak Yuyun mulai mendesah-desah lagi tanda ia telah
terangsang.

Setelah aqu rasa cukup, aqu ingin segera merasakan bagaimana rasanya menusukkan kemaluanku
ke dalam kemaluannya. Aqu mensejajarkan badanku diatas badannya dan Mbak Yuyun tahu, ia
kemudian mengangkangkan pahanya dan kuarahkan kemaluanku ke kemaluannya. Setelah sampai
didepannya aqu ragu untuk melaqukannya.

“Ayo Ris jangan taqut, masukin aja” kata Mbak Yuyun.

Perlahan-lahan aqu masukkan kemaluanku sambil kunikmati, bless terasa nikmat saat itu.
Kemaluanku mudah saja memasuki kemaluannya karena telah sangat basah dan licin. Kini mulai
kugerakkan pinggulku naik turun perlahan-lahan. Ohh nikmatnya.

“Lebih cepat Ris arghh.. emhh” kata Mbak Yuyun terputus-putus dgn mata merem-melek.

Aqu percepat gerakanku dan terdengar suara berkecipak dari kemaluannya.

“Iya.. begitu.. aahh.. ter.. rrus.. arghh..” Mbak Yuyun berkata tak karuan.

Keringat kita bercucuran deras sekali. Kulihat parasnya semakin memerah.

“Ris, Mbak mau.. enak lagi.. oohh.. ahh.. aahh.. ahh..” kata Mbak Yuyun sambil mendesah panjang,
badannya bergetar dan kurasakan kemaluannya dipenuhi cairan hangat menyiram kemaluanku.

Remasan dinding kemaluannya begitu kuat, aqupun percepat gerakanku dan.. croott.. aqupun
mencapai orgasme aahh.., kubiarkan air maniku keluar di dalam kemaluannya. Kurasakan nikmat yg
luar biasa, berkali-kali lebih nikmat dibandingkan ketika aqu onani. Aqu peluk badannya erat-erat
sambil mengecup puting susunya menikmati kenikmatan sex yg sesungguhnya yg baru aqu rasakan
pertama kali dalam hidupku. Setelah cukup kumenikmatinya aqu cabut kemaluanku dan
merebahkan badanku disampinya.

“Mbak Yuyun, terima kasih ya..” kubisikkan lirih ditelinganya sambil kukecup pipinya.
“Mbak juga Ris.. baru kali ini Mbak merasakan kepuasan seperti ini, kamu hebat” kata Mbak Yuyun
kemudian mengecup bibirku.

Kita berdua kemudian tidur karena kecapaian.

Kira-kira jam 3 pagi aqu terbangun dan merasa haus sekali, aqu ingin mencari minum. Ketika aqu
baru mau turun dari ranjang, Mbak Yuyun juga terbangun.

“Kamu mau kemana Ris..” katanya.
“Aqu mau cari minum, aqu haus. Mbak Yuyun mau?” Kataqu.

Ia hanya mengangguk kecil. Aqu ambil selimut untuk menutupi anuku kemudian aqu ke dapur dan
kuambil sebotol air putih.

“Ini Mbak minumnya” kataqu sambil kusodorkan segelas air putih.

Aqu duduk di tepi ranjang sambil memandangi Mbak Yuyun yg badannya ditutupi selimut meminum
air yg kuberikan.

“Ada apa Ris, kok kamu memandangi Mbak” katanya.
“Ah nggak Papa. Mbak cantik” kataqu sedikit merayu.
“Ah kamu Ris, bisa aja, Mbak kan udah tua Ris” kata Mbak Yuyun.
“Bener kok, Mbak malah makin cantik sekarang” kataqu sambil kukecup bibirnya.
“Ris.. boleh nggak Mbak minta sesuatu” kata Mbak Yuyun.
“Minta apa Mbak?” tanyaqu penasaran.
“Mau nggak kamu kalau..” kata Mbak Yuyun terhenti.
“Kalau apa Mbak?” kataqu penuh tanda tanya.
“Kalau.. kalau kamu emm.. melaqukannya lagi” kata Mbak Yuyun dgn malu-malu sambil menunduk, terlihat pipinya memerah.
“Lho.. katanya tadi, sekali aja ya Ris.., tapi sekarang kok?” kataqu menggodanya.
“Ah kamu, kan tadi Mbak nggak ngira bakal kayak gini” katanya manja sambil mencubit lenganku.
“Dgn senang hati aqu akan melayani Mbak Yuyun” kataqu.

Sebenarnya aqu baru mau mengajaknya lagi, e.. malah dia duluan. Ternyata Mbak Yuyun juga
ketagihan. Memang benar jika seorang wanita pernah merasa puas, dia sendiri yg akan meminta.
Kita mulai bercumbu lagi, kali ini aqu ingin menikmati dgn dgn sepuas hatiku. Ingin kunikmati setiap
inci badannya, karena kini aqu tahu Mbak Yuyun juga sangat ingin. Seperti tadi, pertama-tama
bibirnya yg kunikmati. Dgn penuh kelembutan aqu melumat-lumat bibir Mbak Yuyun.

Aqu makin berani, kugunakan lidahku untuk membelah bibirnya, kupermainkan lidahku. Mbak
Yuyun pun mulai berani, lidahnya juga dipermainkan sehingga lidah kita saling beradu, membuatku
semakin betah saja berlama-lama menikmati bibirnya. Tanganku juga seperti tadi, beroperasi di
dadanya, kuremas-remas dadanya yg kenyal mulai dari lembah hingga ke puncaknya kemudian aqu
pelintir putingnya sehingga membuatnya menggeliat dan mengelinjang. Dua bukit kembar itupun
semakin mengeras. Ia menggigit bibirku ketika kupelintir putingnya.

Aqu telah puas dgn bibirnya, kini mulutku mengulum dan melumat payudaranya. Dgn sigap lidahku
menari-nari diatas bukitnya yg putih mulus itu. Tanganku tetap meremas-remas payudaranya yg
kanan. Kulihat mata Mbak Yuyun sangat redup, dan ia memagut-magut bibirnya sendiri, mulutnya
mengeluarkan desahan erotis.

“Oohh.. arghh.. en.. ennak Ris.. emhh..” kata Mbak Yuyun mendesah-desah.

Tiba-tiba tangannya memegang tanganku yg sedang meremas-remas dadanya dan menyeretnya ke
selangkangannya. Aqu paham apa yg diinginkannya, rupanya ia ingin aqu segera mempermainkan
kemaluannya. Jari-jarikupun segera bergerilya di kemaluannya. Kugerakkan jariku keluar masuk dan
kuelus-elus klentitnya membuatnya semakin menggelinjang tak karuan.

“Ya.. terruss.. aarggghh.. emmhh.. enak.. oohh..” mulut Mbak Yuyun meracau.

Setiap kali Mbak Yuyun terasa mau mencapai orgasme, aqu hentikan jariku menusuk kemaluannya,
setelah dia agak tenang, aqu permainkan lagi kemaluannya, kulaqukan beberapa kali.

“Emhh Ris.. ayo dong jangan begitu.. kau jahat oohh..” kata Mbak Yuyun memohon.

Mendengarnya membuatku merasa kasihan juga, tapi aqu tak akan membuatnya orgasme dgn jariku
tetapi dgn mulutku, aqu benar-benar ingin mencoba semua yg pernah aqu lihat di bokep.

Segera aqu arahkan mulutku ke selangkangannya. Kusibakkan rumput-rumpuat hitam yg disekeliling
kemaluannya dan terlihatlah kemaluannya yg merah dan mengkilap basah, sungguh indah karena
baru kali ini melihatnya. Aqu agak ragu untuk melaqukannya, tetapi rasa penasaranku seperti apa sih
rasanya menjilati kemaluan lebih besar. Segera aqu jilati lubang itu, lidahku kujulurkan keluar masuk.

“Ris.. apa yg kamu laqukan.. arghh itu kan ji.. jik emhh..” kata Mbak Yuyun.

Ia terkejut aqu menggunakan mulutku untuk menjilati kemaluannya, tapi aqu tak pedulikan kata-
katanya. Ketika lidahku menyentuh kelentitnya, ia mendesah panjang dan badannya menggeliat tak
karuan dan tak lama kemudian badannya bergetar beberapa kali, tangannya mencengkeram sprei
dan mulutku di penuhi cairan yg keluar dari liang kewanitaannya.

“Ohmm.. emhh.. ennak Ris.. aahh..” kata Mbak Yuyun ketika ia orgasme.

Setelah Mbak Yuyun selesai menikmati kenikmatan yg diperolehnya, aqu kembali mencumbunya lagi
karena aqu juga ingin mencapai kepuasan.

“Gantian Mbak diatas ya sekarang” kataqu.
“Gimana Ris aqu nggak ngerti” kata Mbak Yuyun.

Daripada aqu menjelaskan, langsung aqu praktekkan. Aqu tidur telentang dan Mbak Yuyun aqu
suruh melangkah diatas kemaluanku, tampaknya ia mulai mengerti. Tangannya memegang
kemaluanku yg tegang hebat kemudian perlahan-lahan pinggangnya diturunkan dan kemaluannya
diarahkan ke kemaluanku dan dalam sekejap bless kemaluanku hilang ditelan kemaluannya. Mbak
Yuyun kemudian mulai melaqukan gerakan naik turun, ia angkat pinggangnya dan ketika sampai di
kepala kemaluanku ia turunkan lagi. Mula-mula ia pelan-pelan tapi ia kini mulai mempercepat
gerakannya.

Kulihat parasnya penuh dgn keringat, matanya sayu sambil merem melek dan sesekali ia melihat
kearahku. Mulutnya mendesis-desih. Sungguh sangat sexy paras wanita yg sedang dikuasai birahi
birahi dan sedang berusaha untuk mencapai puncak kenikmatan. Paras Mbak Yuyun terlihat sangat
cantik seperti itu apalagi ditambah rambut sebahunya yg terlihat acak-acakan terombang ambing
gerakan kepalanya. Payudaranya pun terguncang-guncang, kemudian tanganku meremas-remasnya.
Desahannya tambah keras ketika jari-jariku memelintir puting susunya.

“Oh emhh yaah.. ohh..” itulah kata-kata yg keluar dari mulut Mbak Yuyun.
“Aqu nggak kuat lagi Ris..” kata Mbak Yuyun sambil berhenti menggerakkan badannya, aqu tahu ia
segera mencapai orgasme.

Kurebahkan badannya dan aqu segera memompa kemaluannya dan tak lama kemudian Mbak Yuyun
mencapai orgasme. Kuhentikan gerakanku untuk membiarkan Mbak Yuyun menikmati kenikmatan
yg diperolehnya. Setelah itu aqu cabut kemaluanku dan kusuruh Mbak Yuyun menungging kemudian
kumasukkan kemaluanku dari belakang. Mbak Yuyun terlihat hanya pasrah saja terhadap apa yg aqu
laqukan kepadanya. Ia hanya bisa mendesah kenikmatan.

Setelah puas dgn posisi ini, aqu suruh Mbak Yuyun rebahan lagi dan aqu masukkan lagi kemaluanku
dan memompa kemaluannya lagi karena aqu telah ingin sekali mengakhirinya. Beberapa saat
kemudian Mbak Yuyun ingin orgasme lagi, parasnya memerah, badannya menggelinjang kesana
kemari.

“Ahh.. oh.. Mbak mau enak lagi Ris.. arrghh ahh..” kata Mbak Yuyun.
“Tunggu Mbak, ki kita bareng aqu juga hampir” kataqu.
“Mbak udah nggak tahan Ris.. ahh..” kata Mbak Yuyun sambil mendesah panjang, badannya bergetar
hebat, pinggulnya terangkat naik. Cairan hangat menyiram kemaluanku dan kurasakan dinding
kemaluannya seakan-akan menyedot kemaluanku begitu kuat dan akhirnya aqupun tak kuat dan
croott.. aqupun mencapai orgasme, oh my god nikmatnya luar biasa. Kemudian kita saling
berpelukan erat menikmati kenikmatan yg baru saja kita raih.

The post Cerita Sex – Hadiah Terbaikku appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Terbaru Mahasiswi

$
0
0

ceritadewasaterbarumahasiswi

Cerita Dewasa Terbaru, Awalnya sih, aku hanya sekedar
mengagumi kecantikannya, karena dengan hidung yang bangir, bentuk bibir yang
sensual, dihiasi lesung pipit di kedua pipinya, membuat semua yang ada
didirinya terlihat sempurna. Hari demi hari kami terlihat semakin akrab, bahkan
banyak teman-temanku yang menyangka kalau aku sedang PDKT dengannya.Cerita
Dewasa,

Cerita Sex Terbaru, Semua anggapan temanku, tidak terlalu
aku pikirkan, karena aku merasa, Arni disini sedang belajar dan mengerjakan
tugas yang diberikan oleh sekolahnya, dan sebagai seorang karyawan di PT. BT,
aku hanya sekedar membimbing dan membantu, jika seandainya ada sesuatu hal yang
dia belum mengerti. Hampir 2 minggu aku mengenalnya, ternyata sikap dan
kelakuannya semakin membuat aku terpesona., Cerita Sex,

Cerita Seks Terbaru, Ketika aku mendengar gurauan dari
seorang temanku, yang mengatakan kalau dia berani memberi Rp. 500.000,- kepada Arni,
jika Arni mau menemaninya selama 2 jam, perasaanku malah semakin care sama si Arni.
Timbul perasaaan cemburu ketika mendengar gurauan itu. Namun aku tidak berani
untuk mengungkapkannya, karena saat itu diantara aku dan Arni, tidak mempunyai
hubungan yang terlalu istimewa. Akupun merasa wajar, jika temanku berkata
demikian, karena dengan wajah secantik itu, jika memang Arni memanfaatkan
tubuhnya, mungkin harganya bisa diatas Rp. 350.000, per 2 jam (harga tersebut
diatas, adalah harga rata-rata seorang massage girl yang sudah dianggap
cantik)., Cerita Seks

Suatu ketika, bersama seorang temannya yang bernama Denok, Arni
menuju meja kerjaku, awalnya sih bertanya tentang sesuatu yang ada hubungannya
dengan keperluannya, mungkin karena merasa sudah akrab, Arni juga bertanya
tentang no. HP ku, alasannya sih biar gampang saja, kalau nanti dia mau nanya
sesuatu. Sambil tetap memperhatikan monitor, aku menyebutkan satu persatu
nomernya. Ketika mereka ikut memperhatikan cara kerjaku, tiba-tiba,

“buukkk..” tanpa sengaja, tangan Denok menyenggol buku yang
aku simpan disisi meja.

Cerita Mesum Terbaru, Aku langsung mengambil bukunya dengan
cara berjongkok. Alamak.. ketika berjongkok, tanpa sengaja sudut mataku melihat
sesuatu yang sangat indah, 2 pasang paha mulus terpampang didepan wajahku.,
Cerita Mesum

Cerita Bokep Terbaru, Bukan hanya itu, karena posisi kaki Arni
ketika duduk, agak mengangkang, maka ketika ku perhatikan, dipangkal pahanya
terlihat pemandangan yang cukup menggelitik kelelakianku. Ku lihat dia memakai
CD berwarna Pink, dengan hiasan renda di sisinya. Mungkin karena mereka terlalu
fokus memperhatikan hasil pekerjaanku, mereka tidak menyadari (atau memang
sengaja?) kalau di bawah meja, aku sedang menikmati apa yang seharusnya mereka
tutupi., Cerita Bokep.

Cerita Ngentot Terbaru, Karena takut mengundang kecurigaan
dari teman sekerjaku, terpaksa aku kembali duduk dan menerangkan tentang cara
kerja di PT. BT kepada Arni dan Denok. Namun kejadian yang baru saja aku alami,
tetap mengganggu pikiranku. Mungkin karena aku tidak konsentrasi dengan apa
yang sedang kami bicarakan, Arni bertanya., Cerita Ngentot,

“Pak, kok kadang-kadang ngejelasinnya tidak nyambung sih..”.
Sebenarnya aku malu mendapat pernyataan seperti itu, namun karena merasa sudah
akrab, aku berbisik kepada Arni dan menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Bukannya malu, Arni malah tersenyum mendengarnya.

“Kenapa tidak disentuh saja Pak, biar tidak penasaran”, goda
Arni.

Denok yang tidak tahu apa-apa, hanya bengong mendengar
pembicaraan kami. Sebagai seorang lelaki, mendengar penawaran Arni, aku malah
berpikir yang tidak-tidak, dan membayangkan apa yang ada dibalik CD nya itu.
Namun semuanya berusaha aku redam, karena walau bagaimanapun, di PT. BT ini,
aku harus JAIM (Jaga Imej), agar aku tidak mendapatkan masalah. Bel
istirahatpun berbunyi, dan kami langsung menuju kantin untuk makan siang.

Baru saja aku selesai makan, Arni mendekatiku dan berbisik

“besok Bapak saya tunggu di Hero sekitar jam 09.00 pagi, ada
yang ingin saya bicarakan, saya tunggu didepan ATM”. Walau singkat, tapi tetap
membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apa-yang akan dibicarakan? Mengapa
waktunya hari sabtu, padahal kan setiap hari sabtu PT. BT libur.

Cerita Hot Terbaru, Mengapa dia berbisik sangat pelan
kepadaku, apa takut terdengar yang lainnya?. Besoknya, dengan tetap berpakaian
rapi (seperti jika mau berangkat kerja), aku mengeluarkan motorku dan beralasan
lembur kepada kedua orang tuaku. Menunggu adalah hal yang sangat membosankan,
karena sampai di Hero, jam baru menunjukkan angka 07.30, Setelah mencari
sarapan, sambil ngerokok, aku iseng-iseng ikut ngantri ATM, padahal cuma mau
liat saldo doang, karena uang yang ada di dompetku, masih ada sekitar Rp.
400.000,-. Dari jauh, aku sudah tahu kalau gadis yang menuju kearahku adalah si
Arni, dan pagi ini, dia terlihat sangat sexy, karena Arni hanya mengenakan kaos
dan celana jeans ketat., Cerita Hot

“Udah lama ya Pak? Kan Arni janjinya jam 09.00, sekarang
baru jam 08.45, Arni tidak salah khan?”,

“Jangan panggil aku Bapak dech Mut, aku kan belum nikah, dan
ini bukan di kantor, panggil namaku saja dech, biar bisa lebih akrab”.

“Ok deh Pak, eh Fik”, sambil tersenyum Arni langsung
menggandeng tanganku.

“Fik, enaknya kita ke mana yach”, tanya Arni.

“Terserah, emang mau ngomongin apaan, kayaknya pribadi
banget”.

“Ngga juga, Arni seneng saja kalau deket ama Fik, kenapa
ya?” “Mau tahu jawabannya”, candaku.

“Ngga usah Fik, Arni juga udah tahu, Arni rasa Arni menyukai
Fik”, jawab Arni polos.

Tanpa disadari, mungkin karena saking senengnya, aku yang
sejak awal memang mengagumi Arni, langsung memeluknya. Mendapat perlakuan
begitu, Arni mencoba melepaskannya, dan mengingatkan, kalau kita masih ada
dilokasi umum, tidak enak terlihat banyak orang. Akhirnya kami memutuskan
mencari tempat yang cocok untuk berduaan. Tapi karena yang aku tahu cuma hotel
tempat satu-satunya yang cocok untuk berduaan tanpa takut terlihat orang lain,
walau terlihat agak ragu, Arni akhirnya menyanggupinya. Sekitar jam 09.30, kami
sudah sampai di front office hotel BI, dan mengambil sebuah kamar dengan
fasilitas TV dan AC. Dengan agak ragu Arni memasuki pintu kamar (mungkin karena
baru pertama kalinya), dan dia agak terkejut melihat fasilitas yang terdapat di
dalamnya. Apalagi ketika dia melihat kamar mandinya.

“Enak juga ya Fik, kita bisa ngobrol berduaan disini, tanpa
takut akan terdengar atau terlihat oleh orang lain”. Arni langsung merebahkan
badannya ke ranjang, dan mencari siaran TV yang khusus menyiarkan acara musik.

Kebetulan banget lagunya adalah lagu-lagu romantis, yang
secara tidak langsung, ikut mempengaruhi suasana hati kami. Lewat aiphone, aku
memesan makanan dan soft drink. Ketika aku menyalakan rokok, terdengar suara
room boy mengetuk pintu dan mengantarkan pesananku. Aku mendekati Arni yang
sedang rebahan, maksudnya sih mau nawarin makanan, tapi Arni langsung bangun
dan bertanya.

“Fik, apakah Arni salah bila Arni mencintai Fik, Arni
sebenernya malu mengakuinya, tapi bila tidak diungkapkan, Arni takut kalau Fik
tidak mengetahui apa sebenernya yang Arni harapkan.

Maafin Arni yach, Arni udah ngerepotin Fik, padahal kan
sekarang waktunya libur dan istirahat, tapi Arni malah meminta Fik menemui Arni”.
Aku terharu juga mendengar kejujuran dan kepolosannya, akhirnya setelah
mendengarkan semua tentang apa yang ada dihatinya, sambil membelai rambutnya
(agar perasaannya menjadi lebih tenang), aku pun berusaha meyakinkannya, bahwa
semua yang dialami, adalah wajar, jika seseorang mencintai lawan jenisnya, dan
tidak ada yang namanya salah, jika sudah menyangkut perasaan hati.

Ketika dia menatapku dengan tatapan yang tajam, secara
perlahan aku mencium keningnya. Tapi ternyata, yang kulakukan itu malah membuat
Arni berani untuk membalas ciumanku. Dia langsung melumat bibirku, dan seperti
seseorang yang tidak mau kehilangan sesuatu, dia memelukku dengan erat sekali.
Sambil terus menikmati bibirku, tangannya terus mengelus dan mengusap seluruh
bagian tubuhku. Mungkin beginilah cara dia mengungkapkan rasa sayangnya
terhadap diriku. Tapi sekarang aku yang bingung, karena dengan melihatnya
bentuk tubuhnya saja (waktu di kantor), bisa membuat aku “konak”, sekarang
seluruh tubuhnya sudah melekat erat ditubuhku (walau masih memakai pakaian
lengkap).

Kedua payudaranya terasa makin mengeras, akhirnya kuputuskan
untuk menikmati keadaan ini, karena jujur saja, kadang-kadang, dulu akupun
sering menghayalkan betapa nikmatnya jika bercumbu dengan si Arni, apalagi jika
berjalan di belakangnya, goyangan pantatnya ngajakin kita jual tanah (maksudnya
ntar duitnya buat ngebayarin pantatnya, he.. he.. he..). tanganku mulai
berusaha membuka kaosnya, karena aku tidak mau pandanganku yang tertuju kepada
kedua payudaranya, terhalang oleh kaos yang ia kenakan.

Pelan namun pasti, akhirnya bukan hanya kaosnya yang
berhasil aku buka, BH nya pun sudah aku lepaskan. Sejenak aku terpana melihat
keindahan bentuk payudaranya itu, namun hanya sebentar, karena aku ingin segera
menikmati dan merasakan keindahan itu, kuremas kedua susunya, dengan mesra aku
mulai menghisap putingnya yang sudah agak mengeras dan berwarna kecoklatan.
Kucium dan kujilati bagian tubuhnya, mulai dari leher, terus bergerak turun dan
menuju putingnya kembali.

“Yaa.. hisap terus sayaangg.. aacchh.. ennaakk banget Fik..
geli.. tapi nick..maaattt.. teeeruuus.. aaccchhh..” Arni terus meracau
menikmatinya.

Aku terus merangsangnya, dan mencoba membuka celana jeans
yang dipakainya, lantaran jeans yang dikenakannya sangat ketat, aku kesulitan
untuk membukanya, untungnya Arni mengerti, dengan agak mengangkat pantatnya,
dia mulai mencoba menurunkan jeansnya sendiri. Dengan sabar, aku menunggu dan
terus mempermainkan susunya. Setelah jeansnya terlepas, tangan Arni berusaha
untuk membuka semua yang aku kenakan. Satu persatu jari tangannya membuka
kancing kemejaku, dan setelah berhasil membuka baju dan celana yang aku pakai, Arni
hanya menyisakan CD saja yang masih melekat ditubuhku.

Mungkin dia masih ragu untuk membukanya, karena diapun masih
mengenakan CD. Walau diwajahnya terlihat, kalau dia sedang diamuk birahi, namun
dia masih bisa menguasai pikirannya, aku yakin dia merasa takut di cap sebagai
cewe yang agresif dan takut jika aku tidak menyukai tindakannya. Namun aku
tetap menikmati suasana yang terjadi di dalam kamar hotel ini. Aku terus
merangsang birahinya, ciumanku aku arahkan kedaerah perutnya, terus kebawah
menyusuri lubang pusarnya, dan kedua tanganku, bergerak untuk membuka CD yang
masih melekat ditubuhnya.

Secara perlahan aku mencoba membuka CD nya, sambil terus
mencumbunya, aku menciumi setiap daerah yang baru telihat ketika CD nya mulai
bergerak turun. Arni sangat menikmati semua sentuhan yang aku berikan, bahkan
ketika CD nya telah terlepas, dan aku mulai menjilati , dia terus mendesah dan
malah membuka pahanya lebar-lebar agar lidahku bisa menjilati bagian dalam .
Dengan keharuman yang khas, itu telah membuat aku betah berlama-lama
mencumbuinya. Aku terus menjilati, dan dengan jari telunjukku, aku coba
merangsang dia dengan memainkan kelentitnya. Semakin aku percepat memainkan
jari telunjukku, semakin cepat pula dia menggoyangkan pantatnya. Arni terus
mendesah dan meracau tak karuan.

“Aacchhhh.. terus sayang.. nikmatnya.. teruzzsss.. lebih ke
dalam lagi Fik.. teruuzzss.. yacchhh.. benar.. jilati terus yang.. itu..
sayang.. accchhh”. Karena rangsangan yang dia terima makin hebat, pantatnya
bukan hanya digoyang-goyangkan, tapi malah diangkat-angkat ke atas, mungkin
tujuannya agar lubang yang lebih dalam ikut tersentuh oleh lidahku.

Dengan bantuan jari-jariku, aku terus mengaduk-aduk isi Arni,
aku sentuh G-Spotnya secara perlahan, dia langsung menggelinjang, lalu kuelus
G-Spotnya nya dengan jari tengahku, Arni makin liar, seperti orang yang sedang
ngigau, dia meracau tak karuan, tak jelas suara apa yang keluar dari mulutnya,
karena yang aku tahu, lubang sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya,
seluruh tubuhnya seperti menegang, tapi itu tak berlangsung lama, karena,
dirinya langsung terdiam dan tergolek dengan lemas.

Melihat Arni sudah mencapai orgasme, aku berusaha untuk
tenang, tetapi sudah sangat tegang (walau masih tertutup oleh CD) dan ingin
segera merasakan nikmatnya Arni. Aku segera mencium dan menjilati “lubang
surga” itu, agar Arni bisa merasakan apa yang namanya multi orgasme. Usahaku
ternyata berhasil, karena hanya dalam beberapa menit, tubuhnya kembali bergetar
dan menegang. Diiringi desahannya yang sangat menggairahkan, Arni kembali
merasakan kenikmatan itu. Karena beberapa kali mengalami orgasme, Arni terlihat
sangat lelah, meski tak dikemukakan, terlihat jelas bahwa dia sangat puas
dengan oral yang aku lakukan.

Dengan tersenyum, dia mencoba untuk melepaskan CD yang masih
melekat ditubuhku. Tanpa ragu, dia mulai menjilat dan mengulum . Mendapat
perlakuan seperti itu, aku yang semula mendominasi permainan, hanya diam saja
menikmati permainan Arni. Dengan bibir indahnya, dia mengulum dan mengeluar
masukan ke dalam mulutnya, dan sesekali, dengan menggunakan kelembutan
lidahnya, dia mengusap dan menjilat kepala . Gila.. ternyata Arni bukan hanya
indah buat dilihat, ternyata Arni mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam
merangsang dan memanjakan kita dalam permainan seksnya.

Aku berusaha agar tidak sampai kebobolan ketika dia
melakukan oral terhadapku, namun kenyataannya, semua spermaku telah memenuhi
mulutnya, ketika secara reflek, aku menjambak rambut dan menarik kepalanya
sambil mendesah menahan kenikmatan saat spermaku akan keluar. Tanpa perasaan
jijik, Arni menelan semua sperma yang ada di dalam mulutnya, seperti tidak
puas, dia menjilati yang masih ada sisa-sisa spermanya.

“Fik, enak juga ya rasa sperma lo, gurih-gurih gimana
gitu..”, kata Arni memuji.

Aku hanya tertawa sebentar mendengarnya, karena bola mataku
tetap memandang lekuk-lekuk tubuh Arni yang telanjang tanpa sehelai benangpun
menutupinya. Kuperhatikan lagi “lembah” yang dihiasi oleh bulu-bulu halus itu,
ternyata, warnanya agak memerah, mungkin karena tergesek oleh lidah dan
jari-jariku.

“Makasih ya Ar..”, kataku sambil menciumi .

“Fik, boleh tidak kalau Arni minta Arni di jilatin lagi,
abis enak banget sih..”, tanya Arni sambil memohon.

“Boleh saja sih, tapi boleh tidak kalau Fik Arni, soalnya
Fik udah tidak kuat nich, pengen buru-buru berada di dalam Arni. Boleh yach?”

“Arni takut Fik, kata temen-temen Arni, rasanya sakit
banget, tidak mau ah.. ntar kalau sakit gimana?”, tolak Arni.

“Pokoknya Arni rasain saja nanti, Fik apa temen Arni yang
salah”, kataku sambil mulai menjilati Arni.

Dengan melebarkan pahanya, dan mempergunakan kedua
tangannya, Arni membantu melebarkan agar mempermudah ku di dalam mencumbui .
Kujilati klitnya hingga dia menggelinjang tak karuan menahan rasa nikmat yang
dia terima. Sengaja aku terus menjilati klitnya, agar dia diamuk oleh gairahnya
sendiri, ketika kulihat tubuhnya mulai menegang, dan mengalami orgasme, entah
untuk yang keberapa kali, aku langsung memindahkan cumbuanku kedaerah putingnya
yang sudah sangat kencang. Kuciumi bagian bawah susunya, kusedot dan kumainkan
lidahku di daerah tersebut.

“Fik.. enak sekali sayang.. acchhh.. ooohhhh..” Arni
menggelepar menahan birahinya yang semakin besar.

Kulihat jari lentik Arni mulai bermain dibibir kemaluannya
sendiri, dia terus mengelus, dan sekali-sekali memasukan jarinya ke dalam
lubang yang sudah sangat basah karena banyaknya cairan pelicin yang keluar dari
dalam . Sambil tetap membenamkan wajahku diantara dua gunungnya, tanganku
secara perlahan menarik tangan Arni yang sedang asik mengeluar masukan jarinya.

Awalnya dia menolak, tapi ketika aku bimbing jarinya kearah
, Arni langsung menggenggam dan mengocoknya. Setelah agak lama, aku meminta Arni
agar dia berada diatas tubuhku yang sudah dalam posisi berbaring. Dengan
perlahan, dia menaiki tubuhku. Sengaja aku menggesek-gesekan diantara lubang ,
ternyata benar, apa yang aku lakukan telah membuat kenikmatan yang dirasakan
oleh Arni makin menjadi-jadi, diapun mulai bergerak menggesekan ke bagian luar
.

Akhirnya, walau dengan posisi berada di bawah, tanpa
sepengetahuan Arni, aku berusaha mengarahkan agar bisa memasuki lubang . Arni
terus menggerakkan dan menggesekan , dan tanpa disadarinya, ternyata kepala
mulai bergerak memasuki ketika dia menggerakan pantatnya dari atas ke bawah.

Terasa lembut sekali ketika kepala menyentuh bagian dalam
dari lubang surganya, ada perasaan nikmat yang sulit untuk diungkapkan, dan
tanpa terasa, sudah seluruh bagian berada di dalamnya. Seperti kesetanan, Arni
terus menggoyangkan pantatnya, sesekali terdengar rintihan dan erangannya.
Akupun terus mengeluar masukan ke dalam lubang meki nya. (walau agak sulit
karena posisiku berada di bawah).

Secara reflek Arni langsung merebahkan tubuhnya diatas
tubuhku ketika dia sudah mencapai orgasmenya. Namun karena aku belum orgasme,
aku langsung membalikan badannya agar berada di bawah tubuhku. Dengan sedikit
santai, aku terus menggerakan “junior”ku, namun karena tubuh Arni yang bersih
dan terawat, birahiku tidak bisa mengerti jika aku ingin lebih lama menikmati
kemulusan tubuhnya. Akhirnya spermaku keluar di dalam kehangatan lubang mekinya

cerita,sex,seks,dewasa,mesum,bokep,ngentot,hot,sange,telanjang,panas,syur,lesby,gay,homo,bugil,telanjang,tante,bispak,kontol,memek,vagina,lendir,onani,masturbasi,anal,kimcil,xxx,bondage,perkosaan,cabul,skandal

The post Cerita Sex Terbaru Mahasiswi appeared first on Doyanbokep.

Cerita Dewasa, Suara Hati

$
0
0

Cerita Dewasa Terbaru, “Oh Tuhan apa yang kulakukan, dan
mengapa bisa  berakhir seperti ini.
Sebari tadi aku berusaha  memegang teguh
janji perkawinanku dengan mas  Supri  … tetapi kini aku malah mencumbui anak ini.”,
Cerita Dewasa

ceritadewasa2csuarahatianita

Cerita Sex Terbaru, Aku merasakan secara perlahan tangan
Fandy  meraih pinggangku. Dan aku sadar
bahwa celana dalamku sudah melorot ke bawa pinggulku. Ini akibat tangan nakal
Fandy  yang kubiarkan bebas bergerilya.
Akupun bingung kok bisa-bisanya anak itu berbuat nekad seperti ini, padahal
usianya masih muda baru 13 tahun, tetapi hal-hal yang hanya di ketahui  oleh orang dewasa seperti ini ia sudah
dapat  mengerti.beritaseks.com Aku juga heran sampai
saat ini aku sepertinya tidak bisa berbuat banyak dan seolah ada perasaan lain
pada anak ini. Kini tubuhku sudah sedikit merapat ke tubuh Fandy  dan ketika itu ada sesuatu yang membuatku
sedikit bergetar, dan getaran tersebut adalah getaran getaran yang telah sudah
sejak lama tak kurasakan bahkan tidak pernah kurasakan sama sekali saat bersama
suamiku.  Aku merasakan ada yang
mengganjal di bawah daerah kemaluanku. Benda yang mengganjal di bawah pusarku
paling bawa terasa sekali, menyentuh nyentuh daerah kemaluanku. Fandy  semakin menarik pinggulku ke arah tubuhnya,
dan benda itu semakin kuat mengganjal bahkan menyodok daerah kemaluanku. Aku
dapat menduga benda itu adalah batang penis Fandy  yang sudah menegang dan sangat keras sekali.
Tapi entahlah apakah memang benar benda itu bantang penisnya Fandy  yang mengganjal di daerah kemaluan, apakah
ada sesuatu yang disimpan Fandy  di
kantong celananya. Kami masih saling lumat bibir, tidak hanya itu Fandy  berusaha melepas dasterku yang sudah jatuh di
kedua lenganku. Tidak sulit bagi Fandy
untuk melepaskannya karena dengan pelan dia menurunkan kedua tangaku dan
menurunkan secara perlahan dan terus melewati kedua  jari tanganku, kemudian terus diturunkan lagi
melewati pinggulku, terus dilepaskan saja oleh Fandy  hingga jatuh di kedua kakiku., Cerita Sex,

Cerita Seks Terbaru, Sekarang kini hanya tinggal BH dan
celana dalam putihku yang masih melekat, itupun sudah  tak sempurna lagi. Tali BH-ku  sudah jatuh kedua lenganku, sedangkan cupnya
berukuran 36B sudah terbuka yang menampakan keindahan payudaraku. Rasa malupun
mulai menyelimuti diriku, di hadapan anak yang baru berusia 13 tahun ini aku
seperti bahan mainannya. Walau sebenarnya anak ini seusia dengan anakku Roni ,
yang kadang sering melihatku telanjang dada bahkan telanjang bulat di kamar
ketika selesai mandi., Cerita Seks,

Cerita Mesum Terbaru, Namun dalam keadaan seperti ini rasa
kuatir dan was-was dan malu muncul, maklum aku sebagai seorang perempuan bahkan
seorang ibu tidak pantas diperlakukan seperti ini. Itu semua hanyalah pikiranku
saja, tapi ternyata berbeda dari apa yang kuhadapi., Cerita Mesum

Cerita Bokep Terbaru, Fandy
menatapku dengan tatapan penuh arti, tatapan sebuah permintaan, dan
tatapan birahi seorang anak yang baru beranjak remaja. Lalu Fandy  juga membuka baju kaosnya dengan sangat cepat
sekali, aku hanya menatap wajahnya dengan penuh kecemasan, aku tidak mengetahui
kapan dia membuka celana pendeknya, yang kutahu tiba-tiba Fandy  meraih pinggulku dirapatkannya ke tubuhnya
sambil meremas-remas pinggulku., Cerita Bokep

Kembali aku merasakan benda tumpul menyodok daerah
kemaluanku. Akupun berciuman kembali dengan Fandy  tidak hanya itu Fandy  telah berhasil melepaskan pengait BH ku. Dan
BH ku dilepaskannya dari kedua belah tanganku. Kemudian aku berbicara pelan kepada
Fandy ,

“Kenapa kamu berperilaku seperti ini nak ?“.ujarku sambil
menatap dalam matanya yang terlihat memang agak gugup “Tidak kau merasa takut
apa yang akan kamu lakukan ?“.

Cerita Ngentot Terbaru, Kulihat tampaknya Fandy  hanya diam, tidak menjawab pertanyaanku dan
mengalihkan pandangannya dari tatapanku. Aku pegang bahunya, dan ia menatapku
sembari membelai pipiku. Perasaanku tidak menentu, tiba-tiba aku memeluknya
dengan erat. Lalu aku rasakan celana dalamku terasa pelan-pelan melorot turun
dan terus turun ke bawah hingga jatuh di bawa kakiku seperti halnya baju
dasterku. Aku semakin erat memeluknya
tidak hanya itu sambil meraba, Fandy
menekankan pinggulku ke arahnya hingga terasa sekali benda yang dari
tadi mengganjal itu tidak lain batang penisnya yang sudah semakin tegang. Itu
kutahu karena ketika berpelukan, tanganku sedikit turun ke pinggul Fandy  dan tak ditemukan lagi kolor yang melekat di
pinggulnya., Cerita Ngentot,

Cerita Hot Terbaru, Kini aku dan Fandy  sudah sama-sama telanjang bulat dan akupun
tidak dapat berkata apa lagi, karena kondisi sudah seperti ini hingga tidak
dapat berbuat banyak. Apalagi sekarang tangan kanan Fandy  menaikan kaki kiriku ke atas springbed
sehingga bagian bawah selangkangan agak terbuka. gelorabirahi.com  Dengan begitu batang penis Fandy  semakin terasa mengenai daerah vaginaku,
bahkan sedikit mengenai bibir vaginaku. Aku semakin erat memeluk Fandy ,
seperti ada kehangatan dan kenyaman dalam pelukan anak ini, getaran-getaran
cinta seorang anak terhadap ibu, sebalik getaran cinta ibu terhadap anaknya.
Batang penis Fandy  terasa hangat walau
hanya menyenggol bibir luar vaginaku. Kini Fandy  membimbingku duduk di pinggir springbad,
setelah duduk kami saling berpandangan dengan mesra. Kemudian Fandy  mengecup keningku, terasa sekali sentuhan
lembut penuh kasih sayang diberikan anak ini.Sekilas aku melihat batang penis
Fandy  yang tegang berdiri, Aku tercekat
kaget dibuatnya. Astaga … Penis Fandy  …
bisa sebesar dan sepanjang ini !? Apakah aku bermimpi? Aku tidak tahu ukurannya
tapi yang jelas aku merasa ngeri, dan tiba-tiba aku memeluk Fandy  dengan erat sambil kepalaku kusandarkan ke
bahunya. Walau gelora birahi ku sudah sampai ubun ubun, namun karena kengerian
akan ukuran kemaluan anak ini akupun menjadi merasa sedikit takut dan ngeri sehingga
aku berusaha untuk menghentikan permainan ini, Cerita Hot

“Hentikan saja ya nak
perbuatan ini. Kita sudah melampaui batas, seharusnya kita tidak
melakukan perbuatan semacam ini. Seharusnya ibu memberikan pengertian kepadamu
Fan , bukan menyesatkanmu dengan melakukan perbuatan tidak terpuji dan terlarang
seperti ini.“

“Tapi Bu, rasanya sulit untuk Fandy  hentikan. Karena dada ini, hati ini, otak
ini, telah diselimuti dirasuki perasaan yang tidak bisa dihentikan. Apalagi
keinginan itu sangat kuat Bu.“ ujar Fandy
membantah omonganku.

“Tapi nak , kamu masih muda harus melawan hawa nafsumu “,

“Bu Afenry, Fandy
mohon berikan kesempatan pertama buat Fandy . Fandy  pingin sekali mencoba apa yang belum pernah
Fandy  rasakan. Bolehkan Bu ? Tolonglah
Bu hanya bersama Ibu saja.“ ujar Fandy
mengiba

Cerita Lucah Terbaru, Mendengar hal tersebut sebagai seorang
wanita khususnya sebagai seorang ibu hatiku menjadi luluh dibuatnya, apalagi
pemuda ini memintanya dengan sopan penuh kesabaran dan kasih sayang. Tapi
apakah pantas aku melakukannya ? Oooohhh apa yang mesti aku lakukan ?, Cerita
Lucah

Setelah mempertimbangkan baik buruknya dan apa yang
dilakukan Fandy  selama ini, maka dengan
ketulusan hatiku yang bulat, akihirnya aku mengangguk kepada Fandy  sambil berbisik pelan.

”Baiklah  nak , Ibu
mengijinkanmu.”. Sambil tersenyum kulanjutkan
perkataan ku, ”tapi Ingat ya Fan , Hanya sekali ini saja!“ tegasku
kepadanya.

Mendengar hal tersebut Fandy -pun tersenyum,“ ……. Baik Bu “
… untuk Ibu, Fandy  akan turuti
semua  kemauan ibu.”.

Cerita Tante Terbaru, Dengan senyum kekanak-kanakannya  Ia merebahkan tubuh polos ku keperaduan dengan  sangat lembut sekali, kemudian ia mengambil
bantal lalu direbahkannya kepalaku ke bantal tersebut dengan lembut dan
mengecup keningku dengan mesra. Sehingga kubandingkan dengan suamiku, kalau
sudah ada maunya tidak bisa ditahan. Gerasa grusu saja, tanpa ada rasa sayang
terhadap istri. Kalau dengan Fandy
terasa beda, anak ini lebih memberikan kasih sayangnya kepada seorang
perempuan dan bisa menyenangkan hati perempuan seperti diriku. Sebagai seorang
perempuan ada sedikit perasaan cemas, was-was, takut dan gemetaran. Maklum
kalau dengan suamiku aku tidak ada getaran dan kecemasan, tetapi dengan orang
lain yang belum lama kukenal perasaan semua itu muncul. Apalagi saat ini
Fandy  berbaring disisiku kemudian dengan
mesranya dia mencium dan melumat bibirku, kemudian tangannya aktif
meremas-remas kedua payudaraku. Tangan itu bergerak turun dan turun menyusuri
perut dan turun lagi kepinggulku sedikit diremasnya, kemudian kedepan dan tepat
diatas tumpukan jerami hitam milikku yang hitam dan lebat. Aku bertambah cemas,
rikuh, dan gelisah, bercampur  perasaan
geli dan enak ketika Fandy  menyentuh
daerah kemaluanku. Aku berusaha menjauhkan perasaan itu ketika  Fandy
sudah menyentuh bibir vaginaku. Dan akhirnya aku tidak tahan juga untuk
mengeluarkan suara.Cerita Tante

“Ooooohhhh …. Buuuuuudddddd ….sudaahh …… iiihhh
….jnngaaaaaan dimaaaiinnnkan itu …. Ibuuuuuuuuu Fan ddddd….geeeeliiii…..
eeeehhhhhhhh …. Enakkkkkk”, eranganku meledak terputus putus, walau aku sedikit
dapat menahannya karena aku masih takut membangunkan anak anak ku atau
terdengar oleh tetangga.Cerpen Sex

Kemudian Fandy
mengehentikan aksinya di vaginaku. Lalu dia memandangku, aku paham
maksud pandangan itu. Lalu aku mengangguk dan berbisik pelan,

“Lakukanlah nak, hati-hati ya sayang, pelan pelan saja“  sambil kubelai wajah dan rambutnya., “Ibu
takut dan ngeri …“,

“Takut dan ngeri karena apa Bu?”, potong Fandy  dengan polosnya.

“Batang penismu ini sayang, diluar perkiraan Ibu.“ ujarku
sambil meremas remas lembut batang
kemaluannya yang sudah siap maju ke medan tempur itu, “Besar dan panjang
, Tidak seperti punya Om . Ibu  takut
nanti tidak muat.“,

“Ajarin Fandy  ya bu,
Fandy  belum pengalaman Bu.“ ujarnya
sedikit gugup.

Aku tersenyum kepada Fandy
sambil berbisik aku berbicara, “Baiklah Ibu akan membimbing kamu
sayang.“, jawabku sembari memberi ciuman lembut ke bibirnya, sambil tanganku
masih meremas remas lembut batang kemaluan yang besar dan keras tersebut.

“Sekarang kamu naiki tubuh Ibu”, pintaku, Fandy  pun menurut, dia menaiki tubuhku lalu tak
lupa dia menciumku, akupun dengan mesranya memeluk tubuhnya dengan erat.

Lalu aku berbisik lagi ditelinganya, “ Sayang, sekarang kamu
Fanngkok di kedua paha  Ibu ya.“

Ternyata Fandy  sudah
mengerti, dia lalu mendekatkan batang penisnya ke arah bibir vaginaku. Aku
sendiri mulai tegang, karena batang penis Fandy
di atas anak seusianya. Di samping itu hanya penis suamiku yang selalu
masuk ke dalam liang vaginaku, itupun ukuran panjangnya lebih kurang 11 cm yang
lingkarannya lebih kecil 9 cm. Sekarang kepala penis Fandy  yang sedari tadi sudah tegang, sudah menempel
di bibir vaginaku.

Kisah Sex Terbaru, Aku turut membantu Fandy  dengan sedikit melebarkan kedua pahaku,
sehingga lubang vaginaku sedikit membuka. Dan baru aku sadari kalau sedari tadi
ternyata di sekitar bibir vaginaku telah mengalir cairan kewanitaan ku sendiri,
sehingga daerah sekitar vaginaku menjadi licin, dan mempermudah penis jumbo itu
masuk ke liang kenikmatanku. Kepala penis Fandy
sudah mulai memasuki belahan vaginaku. Ada perasaan nyeri di sekitar
vaginaku, sebab kepala penis Fandy  yang
besar berusaha menyeruak masuk kedalam lubang vaginaku. Sehingga membuatku
merintik rintih kesakitan segaligus keenakan karenanya, Kisah Sex,

“Aduh Fan dddd besarr sekaliiii, pelannnn sayangggggg ……ibu
merasa nyeri nih…aiiihhhh begituuuu sayangghhhhh enakkkkkkkk.“, rancauanku
akibat perbuatan Fandy .

Kisah Seks Terbaru, Kepala penis Fandy  terjepit di muara lubang vaginaku, akupun
semakin merintih, merancau, dan sekaligur mengajari perjakaku ini bagaimana caranya
memuaskan seorang wanita dengan penis besar dan nikmat yang dimilikinya itu.
Kepala penis dan batang penis Fandy
terus menyeruak masuk secenti demi secenti, semakin bergerak masuk
semakin otot vaginaku semakin menegang. Fandy
berusaha terus memasukan batang penisnya ke dalam lubang vaginaku.
Akhirnya Fandy  baru menemukan teknik
untuk memasukan batang ajaib miliknya itu di dalam liang vaginaku. Dia memaju
mundurkan batang penisnya secara perlahan. Dengan begitu batang penisnya yang
besar itu mulai bertambah dalam masuk. Kalau tadi baru seperempat saja,
sekarang sudah setengahnya. Makin intense Fandy
memaju mundurkan batang penisnya, makin lama makin masuk batang
penisnya. Usaha Fandy  ternyata
membuahkan hasil dan dengan sekali genFantan saja batang penis Fandy  yang tinggal 2 centi akhirnya masuk semua,
bersamaan dengan itu aku menjerit-jerit kenikmatan dan kurangkulkan tanganku ke
leher kekasih mudaku ini sambil memberikan kecupan selamat ke pipinya. Aku
terdiam, begitu juga Fandy . tidak beberapa lama rupanya Fandy  sudah paham apa yang dia lakukan.Dia mulai
memaju mundurkan batang penisnya di dalam liang vaginaku. Walau terasa sakit
dan ngilu, aku berusaha tahan karena aku tidak ingin mengecewakan anak ini. Dan
lambat laun, rasa perih dan ngilu tadi berubah menjadi enak dan nikmat, tak
kubayangkan walau tubuh anak ini kecil, tetapi mempunyai senjata yang besar
yang kini membuatku menikmatinya. Tidak dapat kubayangkan juga kalau batang
penis Fandy  yang besar dapat ditampung
oleh liang vaginaku. Aku berusaha mengimbangi goyangan dan maju mundurnya
batang penis Fandy  dengan memutar mutar
pinggulku hingga mengangkat pantatku., Kisah Seks

“Ooohhhh ….. Gilaaaa Kamu
… saaayanghhhh …ibu gak sanggupp….ampun sayang…uuhhhh …ohhh…
nikmathhhh”, pekikku sembari menciumi bibir pengantin sehariku ini dengan penuh
nafsu.

Kisah Dewasa Terbaru, Goyongan dan kocokan batang penis
Fandy , tak terasa sudah mencapai 30 menit. Aku merasakan ada letupan kecil di
dalam liang vaginaku, Badanku seperti tegang dan urat sarafku seperti
mengencang, persendianku seolah mau lepas, dan ooughh !! Aku rasanya tidak
sanggup lagi, ada sesuatu yang kuat sepertinya akan keluar dari tubuhku,
kedutan-kedutan kuat dari dalam liang vaginaku. Dan …

“awwwhhhhhhh sayanghhhhhhhhhh ….”, pekikku panjang dan
tubuhku melenting ke atas  dengan pinggul
terangkat lalu

Seeeeerrrrr….serrrrrr…suara cipratan cairan orgasmeku yang
menyembur keluar seperti ledakan gunung berapi,

“Ammmpunnnnn …saaaaayyyyy ibu …keluarrrrr…oooohhhh“ ., Kisah
Dewasa

Kisah Mesum Terbaru, Kujepit pinggul Fandy  kuat-kuat dengan kedua pahaku. Dan kupeluk
tubuhnya dengan eratnya. Tubuhku lemas, tapi Fandy  masih juga menggoyangkan pinggulnya, sebab
batang kenikmatan-nya masih keras dan menancap di lubang vaginaku. Fandy  belum juga mencapai orgasme, aku akan
membantunya mencapai orgame dan dengan menyemangatinya Fandy  terus mengocok batang penisnya. Aku menyuruh
Fandy  memelukku dan kusuruh dia berbalik
dan gantian dia yang tidur terlentang tanpa melepaskan bantang penisnya yang
masih menancap di liang vaginaku. Fandy pun menurut, ketika dia terlentang sekarang
aku yang aktif menggoyangkan pinggulku sehingga batang penisnya semakin terasa
masuk di dalam liang vaginaku. Gerakan pinggul semakin kencang tiba-tiba
Fandy   mengerang., Kisah Mesum,

“ Oooohhhhhhh Buuuuu …
Fan ddiii mau kencinggggggg … Buuuu … “

“Kecinglah sayang,
kencinglah di dalam lobang vagina ibu sayang.“, ucapku sambil
kucondongkan badanku ke depan dan memeluk tubuhnya sembari kutunganggi batang
penisnya yang besar dan perkasa itu.

Dan tiba-tibas aja, Fandy
merangkul badanku erat seakan tidak akan meloloskanku kemana-mana dan
menghujamkan batang kenikmatannyadengan hebat ke vaginaku.

Dan…crotttttt….crottttt… crotttt, senjata  Fandy
memberondongkan air maninya ke dalam rahimku dengan banyak, sambil
tangannya menekan pantatku kuat-kuat.

Kisah Bokep Terbaru, Akupun secara bersamaan orgasme yang
kedua kalinya. Lalu aku jatuh di dada anak itu, kemudian tangan Fandy  memelukku dengan erat, akupun begitu
memeluknya dengan erat sambil memejamkan mataku. Dalam keterpejamanku aku
meresapi dan menikmati pengalaman pertamaku bersama seorang anak berusia 13
tahun, sahabat anakku Roni . Walau Fandy
masih muda belia, tetapi dia sudah memberikan kenikmatan dan kepuasan
terhadapku. Akupun tadinya hanya berharap Fandy
sebagai teman akrab anakku, sekarang malah menjadi teman bercintaku.,
Kisah Bokep

“Ohhhh…  kau harapanku
segalanya. Akankah ini harus terus bSupri jut selamanya…entahlah“ desah hatiku.

Kisah Ngentot Terbaru, Kurasakan tangan Fandy  mengelus punggungku. Akupun merasa nyaman
dalam pelukan anak ini, kendati aku kuatir berat tubuhku lebih berat dari
tubuhnya tetapi Fandy  tidak merasakan
itu. Lalu tangannya sesekali meremas-remas pantatku.

“Bu…”, bisik Fandy
halus

“Iya sayang … ada apa sayangku?” balasku lirih karena
barukali ini aku merasakan orgasme sehebat itu, bahkan multi orgasme hebat
seperti itu  sambil mendekap terus lembut
tubuhnya., Kisah Ngentot,

“Terima kasih ya Bu atas pengalaman pertama diajarkan pada
Fandy .”, ucapnya sambil menatap  diriku
dengan penuh arti.

Aku tersenyum menatap mata anak ini yang masih di bawah
tubuhku.

“Iya nak , Fandy
harus janji tidak menceritakan persetubuhan kita berdua kepada siapapun
ya!“,

“Fandy  janji Bu  akan merahasiakan ini.”

“Terima kasih anakku, sayangku”, ujarku dengan mesra sambil
mengecup bibir Fandy  .

“Ngomong-ngomong sayang, kenapa kamu ingin menyetubuhi Ibu?
Padahal kamu sahabat Roni .”, tanyaku karena tiba tiba saja pertanyaanku
terngiang di kepalaku.

“Entahlah Bu, Fandy
tiba-tiba saja pingin menyetubuhi Ibu.”,jawab Fandy  sekenanya.

“Pasti kamu suka baca sesuatu atau nonton film dewasa ya!“
selidiku dan dijawab dangan anggukannya dengan malu-malu.

Kisah Hot Terbaru, Aku mengusap-usap rambutnya, “Pantesan
kamu ngebet bange. Udah ya jangan sering-sering nonton dan baca hal begituan,
ingat sekolah kamu ya nak.“,  pintaku
menasehatinya, kali ini sebagai seorang ibu kepada anaknya, bukan sebagai
seorang wanita yang telah diberikan kepuasan dan kenikmatan biologis dari
seorang lelaki.Cerpen Sex, Kisah Hot

“Iya… Bu”, tukas
Fandy  dengan  sedikit kecewa.

“hemh”, balasku singkat sekedar mengiyakan perkataannya, dan
menghiraukan kekecewaan pemuda ini.

“Tapi Bu kalau Fandy
ingin lagi gimana ?”, celetuknya sambil meringis.

“Nahhhh kan kamu sudah janji hanya sekali saja kan ?”,
balasku dengan mengingatkan perjanjian
yang kami buat tadi.

“Tapi kalau kebelet gimana dong Bu “, ujarnya lagi karena
tak mau kalah begitu saja.

Aku pun tersenyum dan
mencium bibir mungilnya, “Ya sudahlah” ….. masalah itu nanti kita
bicarakan lagi.

“ ngomong ngomong sayang,
apakah kamu merasa puas  ?”.
tanyaku untuk mengalihkan topik pembicaraan kami.

“Ya Bu ….  Fandy  puas sekali, Ibu bagaimana?”, balasnya sambil
melontarkan pertanyaan yang sama kepadaku sembari tangannya dengan lembut
membelai belai kepalaku yang kini tertidur lemas di atas badannya.

“Hmmmmmm  … Ibu lebih
dari itu sayang dan sulit Ibu ceritakan.” jawabku sambil kepalaku tiduran di
dada Fandy .

Kisah Lucah Terbaru, Kupemejamkan mataku dan memeluk erat
tubuh Fandy . Kelamin kami masih menyatu, aku seolah tidak mau melepaskan tubuh
anak ini, biarlah batang penis anak ini berlama-lama di liang vaginaku dan
sepertinya batang penis anak ini belum mengecil juga. Kamipun tertidur bersama,
dalam pelukan kehangatan penuh birahi sehabis berpacu mengarungi lembah
kenikmatan. Entah Jam berapa kami tertidur dengan mimpi indah kami berdua.,
Kisah Lucah

Di atas loteng aku dari awal sampai akhir menyaksikan adegan
panas antara istriku dan Fandy , sahabat anakku Roni , yang berbeda usia sangat
jauh 31 dan 13 tahun. Sungguh tidak masuk dalam akal sehat. ABG di usia yang
masih muda belia sudah mengetahui perilaku seks. Bahkan istriku saja dibuatnya
buta segala-galanya, dunia terkadang memang aneh. Entah apa yang terjadi
selanjutnya antara istriku dan anak itu. Dari apa yang dibicarakan  mereka berdua, sepertinya akan ada kelanjutan
lagi. Akhirnya aku hanya menghela nafas panjang lantas berbaring di atas loteng
dan akupun tertidur dengan batang kemaluanku masih mengeras.

cerita dewasa 2016, cerita dewasa terbaru, cerita dewasa, cerita
mesum 2016, cerita mesum terbaru, cerita mesum,

The post Cerita Dewasa, Suara Hati appeared first on Doyanbokep.

cerita Sex Dilarang Bercinta

$
0
0

ceritasexdilarangbercinta

dalah blog dewasa yang berrisi cerita
sek,cerita dewasa,kisah sex dan sebagainyaKisah ini menurut pencerita dialami
oleh rekan nya yang bekerja sebagai houseman atau gardener di sebuah keluarga
kaya mantan pejabat di Republik ini. Biasalah namanya mantan pejabat pasti
kaya! Tidak usah heran apalagi iri. Semua sudah punya rejeki sendiri-sendiri.
Kalau orang-orang seperti kita inimemang hanya ditakdirkan jadi “Balungan
Kere”, jadi hidupnya selalu serba susah.., iya kan? Apalagi jamansekarang semua
serba susah.

, Mau cari kerja susah, soalnya lagi banyak PHK! Mau ternak unggas
susah juga, soalnya lagi musim fluburung. Mau piara burung walet juga susah,
habis banyak sekali penjarahan. Mau piara ikan juga susah,habis lagi banyak
polusi kayak di Buyat Pante itu. Apalagi mau piara monyet, lebih susah lagi,
soalnyamonyetnya pada suka baca cerita dewasa, Ha.. Ha.. Ha..! Monyetnya lebih
suka yang porno-porno! Payahkan??agar tidak bertele-tele segera saja kumulai
kisah ini.

Namaku Hasan. Usiaku saat ini 57 tahun, pekerjaanku adalah
sebagai penjaga merangkap pembantu rumah tangga, pada sebuah keluarga mantan
pejabat sebut saja namanya Pak Sugandhi . Aku adalah mantan tentara dengan
pangkat rendahan. Aku ikut keluarga Pak Sugandhi  sudah 30 tahun. Saat itu Pak Sugandhi  masih menjadiseorang pegawai rendah di sebuah
instansi pemerintah. Namun karena kepandaiannya, karir Pak Sugandhi  terusmenanjak. Aku mengabdi pada keluarga ini
telah cukup lama hingga keluarga ini berhasil menjadi keluargaterpandang dan
terhormat di masyarakat.

Pak Sugandhi  memiliki
dua orang putri yang cantik dan masing-masing telah berkeluarga, namanyaMela  dan Barnie . Di usianya yang telah pensiun
ini, Pak Sugandhi  menikmati sisa usianya
dengan melakukanusaha perkebunan yang dimilikinya di sebuah daerah di Jawa
Tengah. Pak Sugandhi  menghabiskan
waktunyadengan kegiatan bisnis perkebunan teh di daerah Tawangmangu di dekat
Solo sana.

Dengan kegiatan barunya ini Pak Sugandhi  lebih banyak menghabiskan waktu bersama istri di
perkebunanmiliknya. Mereka memiliki sebuah kebun Teh yang cukup luas di sana.
Dan di perkebunan mereka itu jugaberdiri sebuah home stay yang cukup megah. Aku
sering diajak beliau kesana dahulu saat beliau masih aktif dipemerintahan.

Sejak Pak Sugandhi  pensiun, jarang sekali beliau tinggal di
Jakarta. Beliau hanya sesekali datang keJakarta ini untuk meninjau rumahnya
yang aku jaga, juga melihat cucunya dari putri pertamanya Barnie .Barnie  tinggal dengan suaminya di daerah Kemang,
sedangkan putri keduanya, Mela  menempati
rumah yangaku tinggali ini bersama suaminya, Jalu. Mela  belum memiliki anak, karena mereka menikah
baru 6 bulanyang lalu.

Neng Mela  dan
suaminya Jalu sama-sama bekerja di perusahaan swasta yang berlainan.  Jadi,,, pasangansuami istri ini selalu
berangkat pagi dan pulang malam bersama sama, sehingga rumah megah yangmereka
tempati praktis dipercayakan padaku selama mereka bekerja di siang hari dan
berada di bawahpengawasanku selama malam hari. Tugasku selain membersihkan
rumah adalah menjaga keamanan rumah besertaisinya.

Aku telah dipercaya Pak Sugandhi  untuk menjaga rumahnya ini berikut kedua putri
dan menantunya itu. Jadisecara otomatis aku pun harus menjaga majikanku Mela  yang memang menetap bersama denganku. Mela  usianyabaru 23 tahun. Dahulu aku sempat melihat
mereka berdua lahir, jadi kedua putri mereka sudah tidak asinglagi bagiku, dan
mereka pun berdua telah menganggap aku dan istriku sebagai bagian dari keluarga
ini.

Dulu aku memang tinggal berdua dengan istriku di rumah ini.
Namun sejak istriku ikut dengan anakkusatu-satunya yang menjadi polisi dan
berdinas di daerah Riau praktis hanya aku yang ikut dengan NengMela . Anakku
waktu sekolah dibantu oleh Pak Sugandhi , sehingga aku sangat berhutang budi
pada beliau.Anakku kebetulan telah menikah dan mendapat tugas di Riau. Aku
memang sempat diajak ke Riau, namun karena akumerasa berhutang budi dan diberi
tanggung jawab dan telah diamanahi Pak Sugandhi , ajakan itu aku lewatkansaja
sebab sangat sulit mencari orang yang sebaik dan sebijaksana Pak Sugandhi .
Selama itu pun aku tinggaldi rumah Pak Sugandhi  bersama Mela  dan suaminya.

Semua pekerjaan rumah selalu aku selesaikan dengan baik dan
lancar. Hampir semua waktuku aku habiskanuntuk merawat rumah dan mobil
majikanku ini. Neng Mela  pun sering
memberiku uang lebih karena akumemang nggak neko neko. Mela  adalah potret wanita masa kini yang cantik serta
memiliki kulit yangputih bersih. Menurut pendapatku wajah Mela  tidak beda jauh dariartis-artis sinetron yang
sering aku lihat di televisi.Kalau tidak terlalu berlebihan, profil Neng Mela  agak-agak mirip dengan artis yang sering
muncul di TVsaat ramai-ramainya kampanye Pilpres kemarin yang mengiklankan
mantan menteri yang desersi. Walaupuniklan itu bagiku kayaknya cukup kampungan
dan terkesan bodoh, namun aku tak peduli..

Bagiku yang penting artis itu sangat seksi. Persis sekali
dengan Neng Mela , beritaseks.com  apalagi kalau Neng Mela juga pakai kacamata
hitam itu. Memang wajah Neng Mela  sangat
cantik dan penampilannya begitu oke! Akumaklum saja, sebab bagi mereka yang
memiliki uang lebih dan kehidupan yang mapan, untuk perawatankecantikan dan
penampilan amat mudah. Beda jauh dari aku yang hanya cuma seorang pembantunya.

Sebagai pembantu merangkap penjaga rumah, setiap malam aku
wajib memeriksa seluruh keadaan rumah! Akuharus memastikan pintu dan jendela
terkunci dengan aman dan kondisi keamanan rumah harus aman danterkendali.
Soalnya jaman sekarang lagi banyak teroris. Salah-salah nanti rumah majikanku
bisa dijadikansasaran pengeboman! Kan bisa gawat.. Bisa-bisa aku kehilangan
pekerjaan! Saat memeriksa kondisi rumahkadang-kadang aku melewati kamar Mela  dan suaminya.

Sering aku mendengar dengus nafas dan rintihan kenikmatan
yang keluar dari mulut pasangan suami istriitu. Sebagai laki-laki aku tentu
saja penasaran ingin mengintip dan mengetahui apa yang terjadi denganpasangan
itu. Untuk itu aku berniat untuk membuat celah di antara lipatan horden yang
menutupi jendelakamar mereka yang sangat lebar seukuran 6 meter kali 4 meteran
itu. Bagiku tidak terlalu sulit untukmembuat celah di antara lipatan kain
horden itu. Karena akulah yang selalu menutup horden itu sebelumNeng Mela  dan suaminya pulang.

Siang itu aku mengakali jendela kamar Neng Mela  agar aku dapat melihat dan memperhatikan
tingkah lakukedua pasangan yang berlainan jenis itu saat mereka bersenggama.
Aku sangat penasaran ingin melihatmereka bercinta, beritaseks.com karena suara
yang terdengar dari luar kamar sangat menggairahkan bagi telinga tuaku.Suara
rintihan Neng Mela  sangat keras
terdengar seperti suara kucing betina yang sedang dientotjantannya!

Malam itu seperti saat yang kuperkirakan mereka mulai
melakukan aktivitas seksual, aku segera keluardari kamarku yang terletak di
pojok belakang. Dengan langkah pelan kudekati kamar mereka dan mengambilposisi
dekat jendela dimana sengaja kubuat celah pada kain hordennya. Keadaan di luar
kamar yang gelapsangat membantuku dalam menuntaskan tugas pengintaianku.
Kudekatkan wajahku ke kaca dan melihat ke dalamkamar yang terang dari celah
yang kubuat. Benar saja pemandangan yang kulihat sangat mendebarkan darahtuaku.
Sebagai pasangan muda tentu masa masa saat itu adalah masa yang penuh dengan
madu kenikmatandunia.

Apa yang kulihat benar-benar membuat jantungku berdebar dan
gairahku meningkat. Aku melihat kedua tubuhtelanjang anak majikanku dan
menantunya sedang bergumul di atas kasur yang empuk. Tubuh putih mulus NengMela
saat itu sedang menggelepar-gelepar saat
lidah suaminya, Jalu menyusuri setiap jengkal kulitnya.Sungguh pemandangan yang
kontras! Seluruh tubuh Neng Mela  yang
putih mulus tanpa cacat sangat kontrasdengan warna hitam rambut yang memenuhi
gundukan selangkangannya yang lebat! Ya.. Hanya daerah itulahyang tampak hitam
di tubuh Neng Mela !

Aku sangat jelas dapat melihat betapa selangkangan Neng Mela
sangat tembam dan munjung ke atas
sepertisetangkup bakpao namun warnanya hitam karena ditumbuhi rambut kemaluan
yang lebat! Itulah mungkinbedanya dengan bakpao! Kalau bakpao warnanya putih..
Tapi selangkangan Neng Mela  penuh
ditutupi rambutberwarna hitam! Namun keduanya sama-sama enak dinikmati! Yang
satu bikin merem melek kekenyangan yangsatunya lagi bikin merem melek karena
ketagihan!

Tak lama kemudian aku melihat kedua tubuh manusia yang
telanjang itu saling berdempetan menyatu. Tubuhputih mulus Neng Mela  saat itu berada di bawah tubuh suaminya yang
juga tampan itu. Suaminya saat itusedang melakukan gerakan maju mundur dan Neng
Mela  tampaknya dalam keadaan kepayahan
menahan bobotsuaminya dan gairah nafsunya. beritaseks.com  Kedua kaki majikanku yang panjang dan putih
itu berada di atas bahusuaminya. Sedang tangan suaminya saat menggenjot tubuh Mela
masih berada di dada putih itu
danmeremasnya dengan kasar. Kulihat pantat Neng Mela  bergoyang dan berputar setiap kali pantat
suaminyamenghunjam selangkangannya. Kedua tubuh telanjang itu saling berkutat
satu sama lain.

Tiba-tiba posisi menjadi terbalik. Kini tubuh Neng Mela  yang telanjang sudah berada di atas
tubuhsuaminya. Ia bergerak liar seperti seorang joki wanita yang sedang memacu
kuda! Kedua bukit payudara ituberguncang-guncang seiring dengan gerakannya.
Dengan kedua tangan bertumpu di atas dada suaminya, NengMela  menggerakkan pantatnya yang bulat dan mulus
maju mundur. Rambutnya sudah acak-acakan karenagerakannya yang liar. Lalu
kulihat tubuh telanjang Neng Mela  terhentak-hentak dan gerakannya semakinliar
dan beberapa saat kemudian tubuhnya ambruk di atas dada suaminya.

Rupanya suaminya belum orgasme! Hal ini kuketahui karena
setelah menggulingkan tubuh telanjang NengMela , Mas Jalu suaminya segera
bangun dan menyeret tubuh telanjang istrinya hingga menungging di sisitempat
tidurnya. Kedua kaki Neng Mela  menjuntai
ke lantai. Pantatnya yang indah semakin kelihatanjelas dari tempatku mengintip,
karena posisinya membelakangiku. Aku melihat betapa gundukan bukitkemaluan Neng
Mela  begitu indah saat menungging dalam
posisi itu! Mas Jalu segera menempatkan diri dibelakang pantat Neng Mela  dan kembali mengayunkan pantatnya maju-mundur.
Pandanganku kini tertutuptubuh Mas Jalu.

Entah berapa lama aku tak tahu. Yang jelas saat itu kulihat
Mas Jalu semakin cepat mengayunkanpantatnya menghunjamkan ke arah pantat Neng Mela
. Tubuh Mas Jalu meliuk-liuk dan akhirnya ambruk danmenindih tubuh Neng Mela  dengan ketat. Baru kali ini aku memperhatikan
kehalusan dan mulusnya tubuhmajikan putriku ini. Selama aku kerja pada orang
tuanya aku tidak memperhatikan perkembangan tubuhmajikan putriku itu.

Aku sempat menahan nafas saat tubuh keduanya menyatu pada
bagian bawahnya juga diikuti oleh bagianatasnya. Sebagai laki-laki yang normal
aku merasa terpancing birahiku saat itu. Namun apalah dayaku yanghanya seorang
pembantu di keluarga ini. Aku yang sudah sangat terangsang segera meremas
batangkemaluanku sendiri dan melakukan onani sambil mengintip. Setelah aku
orgasme aku segera menuju kamarkusendiri dan terus tidur.

Esok paginya saat aku bangun dan beres-beres aku melihat
majikan putri keluar dari kamarnya dengan wajahyang sedikit kusut dan tampak
agak layu. Aku biarkan saja kejadian itu. Mungkin dia ada masalah
dengansuaminya atau apalah aku tak mau tanya pada nya. Seperti biasanyapun pagi
itu aku menghidangkan makanankesukaan majikanku itu dimeja makan. Tidak lama
kemudian mereka keluar kamar beiringan untuk sarapanpagi sebelum berangkat ke
kantor.

Tiba-tiba saat mereka sarapan itu aku dipanggil. Suaminya
bilang padaku bahwa ia akan tugas keluar kotamungkin selama 2 minggu karena ada
masalah di kantornya. Suaminya titip padaku untuk menjaga rumah danistrinya
padaku. Dengan patuh aku sanggupi permintaan suaminya itu. Dan sejak saat itu
pun aku semakinbertambah tugas dengan memastikan keadaan majikan putri itu.

Beberapa hari ini aku jadi kehilangan kesempatan untuk
melihat aktifitas kamar majikan putri itu. Akujadi susah tidur, padahal aku
setiap hari sebelumnya selalu melihat aktifitas di kamar itu dan
sempatbermasturbasi barulah aku tertidur. Memang aku akui di usiaku yang tidak
muda lagi ini libidoku seringtimbul. Namun kepada siapa aku akan
menyalurkannya, sedang istriku di Sumatera bersama anakku.Untuk memenuhi hasrat
libidoku, pada malam yang dingin itu aku mengintip majikanku itu di kamarnya.

Rupanya ia masih belum tidur dan hanya berbaring di ranjang.
Tampaknya ia sedang merindukan belaian darisuaminya. Namun karena suaminya
sedang tidak tidak ada ia menjadi kelihatan gelisah di tempat tidurnya.Aku
memperhatikan Neng Mela  selalu menggeser
geserkan guling di ranjangnya yang luas itu ke arahkemaluannya.

Aku tahu saat itu Neng Mela  ingin kehangatan. Apalagi hawa dingin AC di
kamarnya membuatnya tampakkehausan. Tak lama kemudian kulihat tangan Neng Mela  mulai meraba-raba bagian selangkangannya
dariluar gaun tidurnya yang sudah mulai awut-awutan dan menyingkapkan pahanya
yang mulus. Aku jaditerangsang dan ingin melihat terus apa yang hendak
dilakukannya.Saat sedang asyik-asyiknya memperhatikan tingkah laku anak
perempuan majikanku itu aku dikejutkan olehsuara benda terjatuh dan ada bunyi
‘krasak kresek’. Aku yang saat itu berada dalam kegelapan dapatdengan leluasa
mengintai ke arah datangnya suara itu. Ohh.. Alangkah kagetnya aku. Aku melihat
ada 3orang yang mengendap endap akan masuk ke rumah ini. Mereka telah melompati
pintu pagar dan sedangberjalan ke arah rumah.

Sebagai seorang bekas tentara yang telah banyak pengalaman
di medan perang, aku lalu menuju arah suaraitu dan dengan samuraiku aku bacok
si penjahat itu tanpa tanya lagi. Mereka meringis kesakitan dan mintaampun
padaku. Mereka akhirnya lari dan berusaha menghindar dari kejaran masyarakat
yang tahu akantindakan mereka. Malam itu akhirnya rumah majikanku ini selamat dari
upaya pencurian dan perampokan.Majikanku Mela  akhirnya terbangun dan keluar rumah menemuiku.
Aku pun menerangkan kejadian yangsesungguhnya dengan lengkap. Ia pun akhirnya
berterima kasih dan minta aku untuk menyelesaikan masalahitu dengan aparat
terkait malam itu.

Setelah memberikan laporan secukupnya, malam itu pun aku
pulang ke rumah dan disambut majikanku NengMela , yang saat itu mengenakan baju
kimono tidur. Ia amat mengkhawatirkan keadaanku malam itu. Iapuntelah sempat
menelepon suami dan kedua orang tuanya. Dan akupun lalu ditelepon suami dan
kedua orangtuaMela  agar bisa menjaga Mela
dengan hati hati. Sempat aku lihat wajah
kecemasan di rona muka Mela malam itu. Wajahnya yang putih bersih itu terlihat
takjub dan khawatir, namun dengan lambat akuterangkan kepadanya supaya jangan
cemas seperti itu.

Malam itu pun lalu kami tidak tidur dan hanya berbicara saja
di ruang tamu rumah besar itu. Neng Mela kelihatan masih shock atas kejadian
itu dan akupun tidak sampai hati meninggalkannya sendirian di ruangtamu malam
itu. Aku menemaninya dan sesekali mataku yang nakal mencuri-curi pandang ke
arah sekujurtubuhnya yang terbalut kimono tidur saat itu. Mata nakalku sempat
memperhatikan gundukan bukit dadanyayang sekal dan berukuran 34B hingga amat
menggodaku. Aku tahu nomor itu karena saat mencuci dan menjemuraku sempat
melihatnya dengan seksama jenis dan wangi celana dalam Neng Mela .

“Neng.. Sudah malam tidur aja dulu.. Biar Mamang jaga di
sini” kuanjurkan Neng Mela  agar segera
tidurkarena waktu sudah hampir pukul 2 pagi.

“Ahh.. Enggak Mang.. Mela  masih takut dengan kejadian tadi! Mamang mau
kan jagain Mela  di kamar”pinta Neng Mela
dengan wajah yang masih nampak pucat.

“Wahh.. Mamang enggak berani lancang neng..” aku terkejut
dan spontan menolak karena enggak enak harusmasuk kamar majikanku ini.

“Enggak apa-apa kok Mang.. Soalnya aku takut sendirian..”
katanya memelas.

Aku jadi tidak tega melihatnya. Entah kenapa malam itupun
aku diajaknya ke kamarnya untuk sekedarberbincang bincang. Katanya ia masih takut
dan trauma. Jika saja ada suaminya ia mungkin tidak akanmengizinkan aku ke
kamarnya. Namun hal tabu yang slalu aku jaga slama ini malam itu luntur. Aku
masuk kekamarnya yang dingin dan harum semerbak itu sekedar hanya untuk
menemani anak majikanku itu. Sebagailaki-laki aku telah memasuki wilayah
pribadi putri majikanku itu.

Dengan sedikit berdebar aku mengikuti Neng Mela  masuk ke kamarnya dan duduk di kursi yang ada
di kamarNeng Mela . Niat isengku mulai timbul saat kulirik tubuh Neng Mela  yang sintal terbaring indah ditempat tidurnya.
Dengan sedikit kurang ajar aku mulai berusaha mempengaruhi jiwa dan mental
putrimajikanku itu dengan cerita cerita seram tentang perampokan dan horor.
Sebagai wanita yang hanya seorangdiri malam itu tentunya ia merasa takut dan
amat membutuhkan bantuanku. Neng Mela  tidak jadi tidur dansemakin merasa ketakutan.
Ia memintaku menemaninya duduk di atas tempat tidurnya. Inilah saatnya
instingkelelakianku bermain.

Dengan tambahan cerita seram akhirnya dengan tanpa paksaan
Neng Mela  aku raih dan kupeluk malam itu
dikamarnya. Ia yang menganggapku sebagai orangtuanya hanya mandah saja saat
tubuhnya kudekap di atastempat tidurnya. Aku yang sudah banyak makan asam-garam
sebagai laki-laki tidak terlalu sulit untukmenundukkannya. Dengan terus
menceritakan hal-hal seram, tanganku mulai mengelus lengan Neng Mela . Akutahu
Neng Mela  sudah mulai tunduk dan takluk
padaku. Hal ini kuketahui dari berdirinya bulu-bululembut di lengannya saat
kuraba. Nafas Neng Mela  pun mulai
memburu.

Aku mulai memberanikan diri mencium leher bagian belakang
telinga Neng Mela . Tubuhnya mulai sedikitbergetar atas ciuman dan rangsangan
di wilayah peka tubuhnya yang mulus itu. Aku tahu saat itu NengMela  sedang membutuhkan belaian laki laki. Namun
Neng Mela  memang wanita dan seorang
istri yangbaik. Ia tidak begitu saja larut akan alunan gairah yang aku
pancarkan saat itu. Ia berusaha menolakkudan melepaskan pelukanku. Namun malam
itu apalah daya seorang wanita seperti Neng Mela  dibandingkanaku yang bekas prajurit dan
memiliki pengalaman yang lumayan di saat perang.

Aku tak mau mangsa yang sudah di depan mata terlepas begitu
saja. Aku harus menuntaskannya. Karena kalautidak maka habislah riwayatku. Aku
harus mampu menundukannya. Neng Mela  yang menggeliat berusahamelepaskan pelukanku,
semakin kupeluk erat. Tanganku semakin berani mengelusnya. Kali ini
tangankumengelus perutnya tepat di atas selangkangannya. Mulutku yang sedang
menciumi bagian belakang telinganyasemakin liar bergerak turun ke lehernya.
Bulu kuduknya telah berdiri semua. Tubuhnya semakin menggelinjang dalam
pelukanku. Lalu dengan sedikit paksaan, kurebahkan tubuh Neng Mela  dan mulai kutindih dan kucumbu.

Tubuhku yang menindih tubuh Neng Mela  segera menekan bagian selangkangannya. Kedua
kakinya kupentangkan lebar-lebar sehingga aku semakin leluasa menempatkan
tubuhku di antara kedua pahanya. Batang kemaluanku yang sudah mulai mengeras
menempel ketat ke selangkangan Neng Mela  yang hangat itu. Aku yang sudah sangat lama
tidak melakukan hubungan badan semakin tak terkendali. Mulutku dengan rakus segera
menyerbu gundukan bukit payudara Neng Mela  dari luar kimono tidurnya. Puting payudaranya
yang mulai mengeras di balik beha-nya segera saja menjadi santapan mulutku yang
rakus.

“Ohh.. Mmaangg.. Jangg.. Annhh” Neng Mela  merintih memohon agar aku menghentikan
gerakanku. Namun aku yang sudah kesetanan tak mau berhenti begitu saja.
Tanganku yang liar segera bergerak ke bawah dan menyingkap kimononya dan
mengusap-usap pahanya bagian dalam yang sangat mulus. Tanganku terus merayap ke
atas dan akhirnya mulai mengelus-elus gundukan di balik celana dalam Neng Mela  yang sudah mulai basah. Aku tahu Neng Mela  sudah mulai terangsang. Walaupun mulutnya
bilang jangan, namun aku tahu ia tak mungkin dapat menghentikanku.

Tanganku segera menyusup ke balik celana dalamnya yang tipis
dan mulai meraba rambut di selangkangan Neng Mela . Tanganku segera menyentuh
cairan lendir hangat yang mulai membasahi selangkangannya. Aku yang sudah
sangat berpengalaman dalam hal ini segera saja mencari-cari tonjolan di
sela-sela lubang kemaluan Neng Mela . Karena disitulah titik kelemahan wanita.
Jari tanganku segera mempermainkan tonjolan daging kecil di celah lubang
kemaluan Neng Mela  yang sudah sangat
licin dan basah. Mulut Neng Mela  tidak
lagi menolakku.

Tubuh Neng Mela  semakin bergetar saat jariku yang lincah
bergerak memutar-mutar di atas tonjolan daging di sela-sela lubang kemaluannya.
Napas Neng Mela  semakin megap-megap.
Pantatnya mulai terangkat sehingga bukit kemaluannya semakin ketat menempel
batang kemaluanku yang semakin mengeras. Tak berapa lama kemudian Neng Mela  merintih panjang. Tubuhnya berkelojotan di
bawah tindihanku. Aku tahu Neng  Mela  sudah orgasme atas permainan jari-jariku yang
sudah berpengalaman. Namun aku terus saja meneruskan permainan ini. Tanganku
tetap meremas dan meraba bukit kemaluannya selama beberapa saat.

Kemudian tanpa perlawanan berarti dari Neng Mela  aku berhasil membuka seluruh kain penutup
tubuhnya hingga Neng Mela  telanjang
bulat dalam pelukanku. Pemandangan yang sangat indah segera terpampang di depan
mataku. Tubuh Neng Mela  yang sangat
mulus benar-benar membuat jakunku naik turun. Kedua belah payudaranya yang
putih sangat mengkal dihiasi dua puting yang masih berwarna kemerahan sangat menggairahkan.

Perutnya tampak masih sangat rata karena memang belum pernah
melahirkan, jadi belum ada guratan sama sekali. Pinggulnya yang lebar sangat
serasi dengan pinggangnya yang ramping. Dan yang paling membuat mataku
terbelalak adalah guratan kecil berwarna merah yang melintang di tengah-tengah
gundukan bukit membusung di kemaluannya yang lebat ditumbuhi rambut.

Lalu tanpa membuang waktu aku segera melepas kaus bututku
dan memerosotkan celana kolorku hingga aku pun telanjang bulat. Aku segera menindihnya
dan menggangkankan kedua kakinya lebar-lebar. Batang kemaluanku yang sudah
mengeras menempel ketat di selangkangan Neng Mela  yang hangat. Mulutku segera menyergap kedua
bukit payudaranya yang indah itu dengan rakus. Kali ini tanpa dihalangi kain beha
dan kimono lagi. Lidahku segera menjilat kedua bukit payudara Neng Mela  yang putih kenyal itu bergantian. Bibirku mengulum
puting payudaranya yang mencuat. Hal ini membuat mulut Neng Mela  mendesis-desis seperti orang kepedasan.
Tubuhnya mulai menggelinjang hingga aku merasa betapa batang kemaluanku yang menempel
ketat di selangkangannya mulai tergesek-gesek daging hangat dan licin karena
sudah sangat basah.

“Amm.. punhh Maangg.. jaangg.. aannhh.. Maangg.. ouchh..”
desis Neng Mela  antara menolak dan pasrah.
Aku tak peduli. Dalam benakku hanya ada tekad untuk menuntaskan hasratku. Aku
tak peduli apapun juga. Biarlah urusan dipikir belakangan! Yang penting tembak
duluan! Ayo blehh sikaatt! Demikian setan telah menari-nari membujukku untuk
menuntaskan napsuku.

Mulutku yang rakus terus menyusuri seluruh permukaan tubuh
Neng Mela . Dari kedua puting payudaranya yang semakin keras, mulutku bergeser
ke samping ke arah ketiak Neng Mela  yang
bersih tanpa ditumbuhi rambut satu helai pun! Rupanya ia rajin mencabuti bulu
ketiaknya hingga tampak bersih. Lidahku segera menjilat-jilat ketiaknya dengan
gemas. Tubuh Neng Mela  semakin
menggerinjal. Desisan tak henti- hentinya keluar dari bibirnya.

Dari ketiak, mulutku terus bergeser turun menyusuri tulang
rusuk Neng Mela  hingga ke pinggangnya
yang putih bersih. Lidahku terusmenyapu-nyapu seluruh permukaan pinggangnya
dengan diselingi sesekali menyedotnya kuat-kuat hingga tubuh Neng Mela  terhenyak. Aku semakin gemas menyedot-nyedot
saat mulutku sampai ke bagian bawah perut Neng Mela  yang rata. Rambut-rambut halus nampak
menumbuhi perut bagian bawah Neng Mela  yang semakin ke bawah semakin melebat. Lidahku
menyapu-nyapu bagian perut di antara selangkangannya dengan pangkal pahanya.
Tercium aroma khas perempuan! Sungguh sangat merangsang. Rupanya Neng Mela  sangat menjaga kebersihan kawasan pribadinya
ini.

Lidahku terus bergerak menyapu seluruh permukaan kulit Neng Mela
. Dan begitu sampai ke gundukan bukit kemaluannya yang membusung, lidahku
segera menyeruak masuk ke dalam celah sempit yang tadi kulihat berwarna merah
jingga. Segera lidahku merasakan ada cairan yang terasa sedikit asin namun
nikmat! Tanpa rasa jijik segera saja kusedot bibir kemaluan Neng Mela  dengan gemas. Kutelan habis cairan yang keluar
membasahi permukaan liang kemaluan Neng Mela  tanpa rasa jijik. Pantat Neng Mela  terangkat seolah menyambut juluran lidahku
hingga wajahku semakin ketat menempel di selangkangannya.

Lidahku menyusup semakin dalam ke lubang kemaluan Neng Mela  yang pantatnya terangkat-angkat seolah menyambut
juluran lidahku. Mulut Neng Mela  tak
henti-hentinya mendesis-desis dan entah disadari atau tidak, kedua tangan Neng Mela
mulai menjambak-jambak rambutku dan
kedua kakinya mengait leherku dan menekankannya ke arah selangkangannya.
Pantatnya terus diangkat-angkat seolah-olah memintaku lebih dalam memasukkan
lidahku ke dalam lubang kemaluannya. Aku yang memang ingin memberikan sensasi
lain kepada majikanku segera bertindak.

Kedua ibu jari tanganku mencoba membentangkan bibir kemaluan
Neng Mela  agar terbuka lebih lebar dan kugesekkan
mulutku dengan liar pada gundukan bukit kemaluan Neng Mela  yang membusung. Reaksinya sungguh luar biasa.
Neng Mela  semakin liar
menggerak-gerakkan pantatnya dan kakinya semakin ketat menjepit leherku.
Erangannya semakin keras dan tubuhnya terhentak-hentak. Tubuhnya terus
berkelojotan selama beberapa saat lalu gerakannya semakin melemah dan akhirnya
kedua pahanya terkulai lemah menyandar di punggungku. Aku tahu kalau Neng Mela  telah mencapai klimaks yang kedua kalinya di
malam menjelang pagi ini.

Aku yang belum mengalami orgasme segera saja menempatkan
diriku sejajar dengan tubuh Neng Mela . Tubuh telanjangku menindih tubuhnya.
Kontolku yang ukurannya biasa saja seperti ukuran pria kebanyakan, sudah sangat
keras dan siap tempur. Ukurannya sebetulnya biasa saja, tetapi yang
membanggakanku adalah bentuknya yang agak membengkok saat ereksi. Jadi kalau
dilihat sepintas mirip-mirip pisang Ambon yang bentuknya agak melengkung.

Dengan perlahan kutusukkan ujung kepala kontolku (palkon) ke
tengah-tengah gundukan bukit kemaluan Neng Mela  yang munjung itu. Lubang kemaluan Neng Mela  yang sudah sangat licin memudahkan ujung
palkonku tergelincir masuk. Napasku terasa sesak saat kepala kontolku mulai
terjepit kehangatan bibir kemaluan Neng Mela . Sambil menahan napas, kudorong
pantatku pelan-pelan hingga sedikit demi sedikit batang kontolku melesak ke
dalam lubang kemaluan Neng Mela . Hangat sekali rasanya. Apalagi lubang
kemaluan Neng Mela  sudah basah oleh
lendir akibat orgasmenya tadi.

“Shh.. Ohh.. Mm.. Aangghh” mulut Neng Mela  tak henti-hentinya merintih saat batang
kontolku menerobos lubang kemaluannya.

Aku tahu Neng Mela  mungkin agak menyesal karena telah terjerumus
dalam jebakan nafsuku. Neng Mela  hanya
pasrah dan dengan terpaksa ia menikmati rahimnya aku tusuk dengan batang
kontolku berulang kali. Aku tahu ia amat menyesali atas apa yang terjadi malam
itu, terlihat dari air matanya yang keluar saat aku berpesta di atas tubuhnya
yang telanjang.

Kulihat air mata mulai mengembang di pelupuk matanya. Namun
semuanya telah terlambat. Kontolku sudah telanjur memasuki lubang yang
seharusnya hanya menjadi hak suaminya. Aku pun tak peduli, bagiku yang terpenting
adalah melepaskan desakan napsu yang terus mendesak-desak dari dalam tubuhku.
Di atas ranjang kamarnya yang mewah itu, aku berhasil membenamkan kemaluanku
yang lumayan masih cukup perkasa ke dalam rahimnya yang masih sempit itu.

“Hkkhh..” napasku tertahan saat seluruh kontolku dari ujung
hingga pangkal telah terbenam seluruhnya di dalam jepitan lubang kemaluan Neng Mela
.

Air mata Neng Mela  sudah mulai jatuh satu persatu. Namun aku tak
peduli. Kehangatan yang aku rasakan pada kemaluanku saat masuk kedalam tubuh
Neng Mela  amat membuatku lupa diri.
Perlahan-lahan kutarik pantatku hingga batang kontolku tertarik keluar dan
hanya ujungnya saja yang masih menancap dalam jepitan lubang kemaluan Neng Mela
. Lalu dengan kuat kudorong pantatku yang otomatis batang kontolku melesak
dalam-dalam ke dalam lubang kemaluannya.

“Ughh..” tanpa sadar Neng Mela  mendengus saat ujung kepala kontolku seperti
menumbuk sesuatu yang empuk dan hangat di dalam sana.

Aku terus menarik dan mendorong pantatku di atas tubuh Neng Mela
. Perlahan-lahan kurasakan Neng Mela  mulai
ikut mengimbangi gerakanku. Secara perlahan pantatnya bergerak memutar
mengikuti irama ayunan pantatku. Batang kontolku serasa diurut dan
diremas-remas dalam jepitan lubang kemaluan Neng Mela  yang sempit. Rupanya Neng Mela  sudah mulai terangsang lagi. Rasa sedih yang
ditandai dengan melelehnya air matanya seakan-akan sirna dengan goyangannya
mengiringi ayunan pantatku.

Bibir Neng Mela  kembali mendesis-desis dan mengerang. Aku yang
sudah tidak tahan segera menyergap bibirnya yang setengah terbuka dan
menyusupkan lidahku ke dalam mulutnya. Lidahku mengorek-ngorek mulutnya
mencari-cari lidahnya. Sungguh sangat segar rasanya bibir perempuan muda. Aku
serasa kembali menjadi muda lagi. Semangat baru seolah terpompa dalam darahku.
Aku semakin bersemangat menggenjot pantatku menghunjamkan batang kontolku ke
dalam lubang kemaluannya. Gerakan pantat Neng Mela  semakin kencang. Pantatnya bergoyang ke kanan
dan ke kiri seirama dengan ayunan pantatku.

“Shh.. Mmaangg.. Hh shh.. Oohh..” antara sadar dan tidak
Neng Mela  merintih-rintih menambah
gairahku semakin membara.

Aku merasa betapa jari-jari Neng Mela  mencengkeram kulit punggungku yang sudah mulai
keriput dimakan usia. Agak sakit memang, tetapi apalah artinya bagiku dibanding
keberhasilanku menggauli dan menikmati kemolekan tubuh anak majikanku itu.
Lidahku yang masuk jauh ke dalam mulut Neng Mela  mulai menemukan perlawanan dari lidah Neng Mela
. Lidahku didorong-dorong oleh lidahnya.

Perlahan gairah dalam tubuhku mulai mendesak-desak dan
menggelegak. Lalu gerakan ayunan pantatku kuhentikan sesaat untuk mengambil
bantal dan mengganjal pantat Neng Mela  agar lebih tinggi. Dengan posisi terganjal
bantal, batang kontolku terasa masuk hingga maksimal. Aku juga semakin leluasa menghunjamkan
batang kontolku ke dalam lubang kemaluannya.

Gerakan pantat Neng Mela  seperti kesetanan. Jeritannya semakin keras
dan menggairahkan. Kedua tanganku segera kutempatkan di bawah kedua bongkahan
pantat Neng Mela  dan meremas-remasnya
sambil terus mengayunkan pantatku naik turun. Aku merasa betapa desakan gejolak
meletup-letup dari bagian bawah perutku. Perutku terasa mulai kejang karena
menahan desakan yang terus menggelora.

“Ohh.. Shh.. Nenggh.. Ter.. Ruhhsshh oohh.. Neengghh!”

Tanpa sadar aku menggeram dan merintih meminta Neng Mela  agar terus menggoyangkan pantatnya kencang- kencang.
Neng Mela  pun rupanya sudah hampir
mencapai orgasmenya. Gerakan pantatnya sudah tidak terkendali. Cengkeraman kuku
jarinya semakin kencang di kulit punggungku.

“Aakhh.. Ouchh.. Shh.. Oohh..”

Dengan diiringi desisan yang panjang akhirnya tubuh Neng Mela
terhentak. Pantatnya terangkat dan mengejat-ngejat.
Dadanya terguncang hebat menandakan ia sudah tidak mampu menahan orgasmenya.
Kurasakan betapa batang kontolku terjepit kencang dan lubang kemaluannya
mengedut-ngedut. Tubuh Neng Mela  bergetar
hebat dan berkelojotan selama beberapa saat.

“Ter.. Rushh.. Neenghh.. Aarrghh”

Akhirnya tubuhku ikut terguncang. Seluruh tubuhku terasa
kejang dan mataku mulai nanar. Cratt.. Cratt.. Cratt.. Cratt.. Crrt.. Crrtt..!!
Akhirnya tanpa dapat kutahan lagi batang kontolku menyemburkan air

maniku yang sangat kental dan banyak sekali ke dalam lubang
kemaluan Neng Mela  hingga sebagian
tumpah keluar saking banyaknya. Ya aku telah mencapai puncak kenikmatanku
setelah sekian lama berpuasa dan hanya onani. Tubuhku berkejat-kejat di atas
perut Neng Mela  lalu ambruk menindih
tubuh telanjangnya.

Neng Mela  amat
sempurna saat ia berada di bawah tubuhku saat aku genjot tadi. Memang benar
kata orang orang bahwa seorang wanita baru terlihat cantik dan menawan jika ia
telah berada di bawah tubuh laki- laki saat kemaluannya di masuki kemaluan
pria. Keringat kami pun akhirnya menyatu dan kain sprei yang kami pakai
akhirnya lembab karena basah oleh percampuran keringat dan juga air mata Neng Mela
ditambah lelehan spermaku yang tumpah
tadi.

Aku benar-benar merasa puas sekali telah berhasil menikmati
kemulusan tubuh majikanku yang cantik ini. Neng Mela  rupanya terlalu capai hingga ia membiarkan
saja tubuh telanjangnya kupeluk. Ia telah tertidur karena kecapaian setelah
pergumulan tadi.

Saat itu jam di kamar Neng Mela  sudah menunjukkan hampir pukul 04.30. Kamar
Neng Mela  yang dingin karena AC membuat
tubuhku menggigil soalnya aku tidak terbiasa tidur dengan AC. Apalagi saat itu
aku masih telanjang bulat dan di sisiku tergolek tubuh telanjang Neng Mela  yang sudah mendengkur halus. Cantik sekali
wajah Neng Mela  saat dalam kondisi tidur
seperti itu. Wajahnya kelihatan begitu damai dalam tidurnya. Aku sendiri sejak
tadi belum mampu memejamkan mataku sepicingpun.

Melihat tubuh telanjang Neng Mela  yang telentang tanpa sehelai benang pun
menutupi tubuhnya yang mulus, gairah kelelakianku kembali bangkit. Batang
kontolku mulai menggeliat bangun. Sungguh pemandangan yang terpampang di
depanku begitu mempesona. Kulit Neng Mela  yang putih mulus begitu mengundang gairah lelaki
manapun yang memandangnya. Dadanya yang putih turun naik seiring dengan
napasnya yang begitu teratur. Tanpa dapat menahan diri lagi tanganku segera
mengelus kedua buah dada Neng Mela  yang
lembut. Kupermainkan kedua puting payudaranya dengan jemariku hingga
sedikit-demi sedikit mulai mengeras.

“Mmhh..” hanya lenguhan kecil yang keluar dari mulut Neng Mela
saat tanganku sibuk mempermainkan kedua puting
payudaranya. Lalu setelah tanganku puas bermain-main di kedua bukit
payudaranya, mulutku pun mengambil alih permainan. Kini mulutku mulai mengulum
kedua puting payudara Neng Mela  secara bergantian.
Tanganku secara otomatis bergerak turun ke arah selangkangan Neng Mela  yang terbuka lebar. Tubuh Neng Mela  mulai menggeliat namun matanya masih tetap
terpejam.

Mulutku terus bergerak menyapu setiap jengkal tubuh Neng Mela
. Mulutku menjalar dari dada terus turun ke perut dan berakhir di selangkangan
Neng Mela . Kembali lidahku menyeruak masuk ke dalam gundukan bukit kemaluan
Neng Mela . Kedua pahanya semakin terbuka lebar seolah mengundangku untuk
semakin dalam memasukinya. Pagi itu aku kembali menyetubuhi tubuh anak
majikanku beberapa kali hingga aku benar-benar puas.

Semenjak kejadian di malam itu. Neng Mela  mulai mengambil jarak dariku dan tampaknya
berusaha menghindariku. Suaminya tidak tahu tentang peristiwa malam itu.
Tampaknya Neng Mela  memang merahasiakannya.
Aku tahu diri dan tidak berupaya memperlihatkan kepada Neng Mela  tentang bagaimana perasaanku padanya. Aku pun
bertindak seperti biasanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa antara aku dengan
Neng Mela .

Kadang saat malam aku rindu untuk mengulangi lagi saat
kebersamaan dengan Neng Mela  namun aku
pendam saja. Dan sebagai pelampiasannya, aku terus mengintip Neng Mela  bersebadan dengan suaminya. Tampaknya Neng Mela
amat menikmati persetubuhan dengan
suaminya itu. Aku jadi merasa iri.

Suatu hari suami Neng Mela  pun kembali bertugas keluar kota lagi.
Tampaknya Neng Mela  biasa biasa saja. Ia
tidak memberikan tanggapan apa pun saat itu. Dan malam saat suaminya tugas, aku
berusaha mendatangi kamar Neng Mela  dan
meminta berbicara. Neng Mela  memberiku
waktu bicara dan dengan kepintaranku, malam itupun akhirnya aku pun kembali dapat
menikmati kehangatan tubuhnya di kamarnya. Neng Mela  pun semakin larut olehku. Ini terlihat saat
suatu malam tanpa aku duga ia mendatangi kamarku dan kami pun bersetubuh di
kamarku hingga beberapa kali malam itu.

Sampai saat ini pun di saat suaminya tidak ada di rumah, aku
selalu memberinya kenikmatan ragawi yang mungkin tidak ia dapati dari suaminya.
Aku pun setelah menikmati kemulusan dan kehangatan tubuh Neng Mela , punya
keinginan untuk dapat merasakan kehangatan tubuh saudaranya Neng Barnie .

Itulah pembaca, sekelumit cerita yang dialami salah satu
pembacaku.–

cerita,sex,seks,dewasa,mesum,bokep,ngentot,hot,sange,telanjang,panas,syur,lesby,gay,homo,bugil,telanjang,tante,bispak,kontol,memek,vagina,lendir,onani,masturbasi,anal,kimcil,xxx,bondage,perkosaan,cabul,skandal

The post cerita Sex Dilarang Bercinta appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Sales Motor Cantik

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Sales Motor Cantik – Siang yang cukup terik saat itu mendadang gelap dengan sedikit gemuruh petir di langit. Seperti yang sudah diperkirakan, tidak berapa lama hujan deras pun turun. Aku yang masih berkendara diatas motor menuju rumah pun bergegas mencari tempat berteduh. Hujan pun semakin lebat, untungnya tidak jauh dari sana terdapat dealer motor kecil yang bisa digunakan untuk berteduh.

 

 

cerita-sex-sales-motor-cantik-225x300

Cerita Sex: Sales Motor Cantik

 

Segera aku parkirkan motorku di depan dealer dan menunggu hujan reda. Di dealer motor yang ukurannya tidak terlalu besar itu, hanya terdapat 1 orang sales, wanita, masih muda dan cantik. Ia memberikan senyum manis saat aku tidak sengaja melihat-lihat ke dalam dealer. Tidak lama, wanita tersebut keluar dengan membawa bangku kecil dari plastik berwarna merah lalu memberikannya kepadaku.

“Ini mas duduk dulu sambil nunggu hujanya reda. Daripada pegal berdiri terus…” Ujarnya sambil memberikan bangku.
“Eh, gak usah mbak, gapapa kok. Duh, jadi ngerepotin…” Balas ku tak enak hati.

Wanita tersebut hanya tersenyum,

“Gapapa mas, itung-itung saya ada temennya. Dari pagi sendirian soalnya.” Dari percakapan singkat tersebut, aku pun memberanikan diri untuk berkenalan.

Gadis muda cantik yang sendiri dari pagi di dealer motor kecil itu bernama Niken. Hampir satu jam kami ngobrol hingga hujan pun berhenti. Sebelum pulang, aku meminta kartu namanya. Sesampainya di rumah, aku pun melanjutkan obrolan dengan Niken melalui pesan singkat BBM. Meski baru bertemu dan belum lama kenal, tapi aku sudah nyambung untuk ngobrol banyak dengan Niken. Ditambah responnya yang baik untuk setiap pertanyaanku membuatku betah berlama-lama mengobrol dengan Niken.

Kedekatanku dengan Niken yang hanya sebatas BBM-an pun semakin intens. Aku pun memberanikan untuk mengajaknya bertemu sekedar makan malam atau ngobrol-ngobrol lagi seperti pertama aku bertemu dengannya di dealer motor tersebut. Niken pun menyetujui permintaanku dengan syarat harus mau menunggunya pulang kerja yaitu sekitar pukul 7 malam. Aku menyanggupi permintaannya dan berjanji akan menjemputnya di tempat kerjanya begitu ia selesai kerja. Hari yang sudah dijanjikan pun tiba, aku yang baru saja selesai bersiap-siap dikosan sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Niken.

Segera ku naikan motor bebekku dan meluncur menuju tempat Niken bekerja. Begitu sampai disana, kulihat Niken sedang duduk manis ditempat aku numpang berteduh waktu itu, ditemani salah satu temannya yang juga sedang menunggu dijemput. Melihatku yang sudah tiba, Niken langsung beranjak sambil berpamitan dan menghampiriku.

“Hai, kirain gak jadi jalannya hehehe…”
“Jadi dong, tadi lama karena isi bensin dulu heheh, maaf ya jadi menunggu lama…” Ucapku.
“Ah enggak kok, aku juga baru selesai kerjanya.” Ujar Niken sambil naik ke motorku.

Kami berdua pun meluncur ke salah satu Mall yang ada dikota kami untuk mencari tempat makan. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor Niken tersebut. Sesampainya disana kami langsung menuju restoran yang sudah kami tentukan dan memesan makanan. Obrolan dengan Niken tetap menyenangkan seperti pertama kali kita bertemu. Aku tidak bosan-bosannya mendengarkan cerita Niken tentang teman, atau pekerjaannya. Aku sendiri tidak banyak berbicara karena aku memang tipe orang yang pendiam.

Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Niken pun mengajakku pulang karena hari sudah malam. Aku mengiyakan dan segera menuju ke tempat parkir. Aku pun mengantarkan Niken pulang ke rumahnya yang sebetulnya tidak terlalu jauh dari letak kosanku. Rumah Niken yang kecil dan asri terlihat sepi, sesampainya di depan pagar rumah, Niken memintaku untuk singgah sebentar sekedar menghilangkan letih karena sudah mau mengantarkannya pulang. Aku menyetujuinya dan masuk ke dalam rumahnya.

“Silakan duduk, Mas. Anggap saja rumah sendiri ya…” Ujar Niken sambil memersilakan aku duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumahnya.
“Sebentar aku ganti baju dulu ya, Mas…” Aku memerhatikan Niken dari belakang.

Pantatnya yang cukup besar tercetak dengan jelas dibalik celana kerjanya yang berwarna hitam. Belum lagi kemeja putih lengan pendek cukup ketat yang digunakannya membuat tubuhnya terlihat semakin seksi dan akupun mulai berpikiran kotor untuk bisa menikmati tubuh Niken. Entah setan apa yang merasuki diriku, aku pun mengikuti Niken yang sedang berganti baju di kamar.

Pintu kamarnya tidak tertutup dengan rapat sehingga aku bisa membukanya tanpa bersuara. Kulihat Niken sedang mencari pakaian di lemari dengan posisi memunggungiku. Aku pun mendekatinya dan memeluk Niken dari belakang. Niken pun kaget dan sempat berteriak, namun teriakannya tidak lama karena ia melihat aku lah yang memeluknya dari belakang. Dengan cepat aku remas payudara Niken yang cukup besar dengan posisi memeluk dari belakang, sambil mulutku mengincar leher Niken yang cukup jenjang.

“Uhhhh, Masss! Jangan massssss, jangannnn….” Desah Niken menerima perlakuanku.

Anehnya tidak ada banyak perlawanan dari Niken, hanya rintihan dan desahan yang justru membuat aku semakin bernafsu. Aku semakin berani dengan memasukan tanganku ke dalam pakaian Niken. Ku angkat bra Niken agar remasan ku di payudaranya semakin mudah. Niken merintih semakin jadi, rangsangan dariku sepertinya berpengaruh banyak pada libido Niken yang terlihat dari nafasnya yang semakin berat.

“Uhhh, Masss…..” Aku yang sudah terangsang daritadi pun mengangkat pakaian Niken dan membalikan posisinya agar menghadap ke arahku.

Segera ku lumat bibir tipisnya yang merah sambil menjulurkan lidahku masuk ke dalam mulutku. Dengan penuh nafsu, Niken membalas ciumanku dan mengigit gigit lidahku sesekali. Nafasnya terasa lebih berat diwajahku. Matanya terpejam menikmati ciuman dan remasan tanganku di payudaranya. Masih dengan posisi berdiri, aku pun menarik tangan Niken dan mengarahkannya ke celana ku. Batang kemaluanku sudah cukup keras dan aku ingin Niken yang memuaskannya lebih jauh. Niken pun mengerti apa yang aku mau.

Ia segera membuka celana ku dengan bibirnya yang tak mau lepas dari bibirku. Celana ku terbuka, batang kemaluanku yang sudah mengeras daritadi pun keluar dari tempat persembunyiannya. Niken mengusap-usap perlahan dengan tangannya. Aku merem melek karena keenakan. Kali ini aku gantian membuka celana Niken. Ku masukan terlebih dahulu tanganku ke dalam celananya. Ku rasakan sudah begitu basah lipatan vagina di balik celana dalamnya. Aku memainkan vaginanya sedikit dengan jariku yang membuat Niken tampak kegelian, menggelinjang namun menyukai apa yang aku lakukan.

“Masssss, di kasur dong Masss, jangan disinii…” Pinta Niken lirih.

Aku pun mengangguk sambil menarik Niken ke ranjangnya yang tidak terlalu besar namun cukup untuk pergumulan kami berdua. Aku yang berbaring terlebih dahulu pun memberikan isyarat kepada Niken untuk menghisap batang kemaluanku. Niken hanya tersenyum sambil meraih batang kemaluanku dan mengocoknya pelan. Dengan perlahan, Niken memasukan batang kemaluanku ke dalam mulutnya dan menghisapnya dengan kencang. Hal ini tentu membuatku merasa geli, namun nikmat yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun.

“Hhhhh, enak sayang, terus kayak gitu, hhhhh…” Erangku pelan.

Aku pun menikmati hisapan Niken dibatang kemaluanku sambil meremas payudara Niken. Sekitar 10 menit Niken sibuk menyantap kemaluanku dengan ganasnya. Kali ini giliran ku untuk memuaskan Niken. Aku arahkan ia agar berbaring di kasur. Aku pun memulai dengan menciumi ke dua payudaranya, putingnya yang sudah mengeras kini semakin keras dan merekah. Aku menurunkan ciumanku ke perutnya yang tampak rata. Secara perlahan, ciuman terus menurun sampai akhirnya tiba di vaginanya yang sudah basah, merah dan merekah itu. Aku jilat bibir vaginanya, ku mainkan klitorisnya dengan lidah. Niken pun menggelinjang keenakan.

“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh, massssssss enaaakkkk massss….” begitu desahnya saat aku memasukan ke dua jariku ke dalam vagina Niken dengan lidah dan bibirku yang tidak ingin lepas dari aroma vaginanya yang sungguh membuat birahi semakin meninggi.

Niken meremas dan menarik rambutku dengan gemas karena kenikmatan yang ia rasakan. Sekitar 5 menit aku memberikan pelayanan terbaikku di vagina Niken, ia menekan kepalaku agar semakin dalam di vaginanya dan berteriak keras.

“AAAARGGGGGGHHHH, AKU KELUAR ARGGHH MASSSSS!” Terasa beberapa semprotan cairan kenikmatan dari vagina Niken menyembur keluar dan langsung ku lahap sambil habis.

Terlihat Niken sudah penuh keringat dengan mulut terbuka untuk mencari nafas dan berusaha menikmati momen terbaik yang baru saja ia rasakan. Aku yang masih dilanda birahi tinggi pun segera naik ke atas Niken dan bermaksud untuk menggenjot vagina Niken dengan batang kemaluanku yang semakin keras ini.

“Mas, ada kondom gak?” Tanya Niken lirih. Aku terdiam sambil mengingat-ingat kondom yang biasa aku bawa dan aku simpan di dompet.

Aku pun bangun dari ranjang dan meraih celana ku yang tergeletak di lantai. Ku cari dompetku yang ada di saku belakang. Untungnya dua buah kondom masih tersimpan dengan baik, aku cek tanggal kadaluarsanya yang masih lama itu. Niken membubuhkan senyum manisnya begitu aku memegang kondom. Segera ku buka kondom dengan bungkus warna merah tersebut, ku keluarkan dan ku pasangkan dengan cepat ke penisku. Birahi yang sudah makin tak tertahankan dengan segera membuat penisku sudah berada didepan vagina Niken. Ku gesekkan perlahan penisku yang berbalut kondom tipis tersebut sehingga Niken menggelinjang menahan nikmat.

“Masssss, masukin massss….” Desah Niken yang awalnya ku kira akan menolak persetubuhan ini, namun sebaliknya, ia yang terlihat paling menikmatinya.

Perlahan aku masukan penisku ke dalam vagina Niken. Begitu masuk setengah, aku keluarkan lagi. Kemudian ku masukan lagi pelan-pelan, sengaja aku lakukan seperti itu agar vagina Niken semakin terangsang dan ia bisa orgasme lebih cepat. Ku genjot perlahan vagina Niken. Penisku keluar masuk dengan irama pelan. Niken tidak bersuara, hanya mulutnya yang terbuka dengan mata terpejam. Sungguh pemandangan yang begitu sedap dipandang berlama-lama. Sepuluh menit sudah ku genjot vagina Niken sambil sesekali ku hisap dan ku remas payudaranya yang bergoyang seirama kocokan penisku. Niken mendesah, erangannya menunjukan ia akan segera orgasme sebentar lagi.

“Uhhh, Massssss… Terus masssssss… Aaaahhh, masss, Nikmat masssss…..” Desah Niken sambil melilitkan kakinya di pinggangku agar penis ku tertancap semakin dalam di vaginanya.

Ku percepat genjotanku di vagina Niken, kedutan yang dibuat vagina Niken semakin terasa dan menambah kenikmatan, ditambah kondom yang tipis ini memberikan sensasi yang sungguh luar biasa di penisku ini.

“Aaaaah, masss, aku mau keluar lagi, massss… Ahhhhh…” Aku pun semakin liar menggenjot Niken.

Meski begitu, aku belum merasakan ingin mencapai klimaks. Aku kali ini hanya ingin mengejar Niken untuk orgasme lagi yang ke dua kalinya.

“MASSS… AKU KELUAR AAAHHHH MASSSSSS…” Niken meraih punggungku dan mendekapku begitu kencang seiring dengan orgasmenya yang meledak ledak di dalam vaginanya.

Penisku terasa semakin terjepit oleh vagina Niken yang berkedut keras. Sungguh nikmat tiada tara. Begitu orgasmenya selesai, dekapan Niken pun melemas. Kini aku bisa bangun dan melanjutkan pekerjaan ku untuk menggarap vagina Niken. Apalagi penisku yang masih belum sampai ke puncaknya, membuatku ingin segera menikmati vagina Niken yang sungguh luar biasa. Tanpa memedulikan Niken yang terbaring lemas. Aku kembali mengocok penisku keluar masuk vagina Niken. Niken tampak tak kuasa menahan birahiku yang sudah tinggi. Ia hanya mengerang begitu vaginanya mendapat serangan yang sama dari penis yang haus kenikmatan ini.

“Hhhhh, massss… uhhhhh….” hanya itu yang keluar dari mulut Niken saat penisku kembali tertancap di vaginanya.

Niken yang tadi lemas, terlihat kembali bersemangan dan bernafsu mendapati penisku memenuhi vaginanya. Ku genjot vagina Niken, kali ini dengan cepat dan aku berfokus pada nikmat yang aku rasakan agar aku bisa segera orgasme. Dan benar saja, tidak sampai lima menit aku keluar masukan penis ku dari vagina Niken, aku merasakan ada dorongan yang luar biasa dari dalam penisku.

“Hhhh, aku mau keluar sebentar lagi, sayangggg…” bisikku pada Niken, masih sambil mengenjotnya.

Niken hanya menganggukan kepala. Aku semakin percepat genjotanku sampai…

“Aaaaargggg!!” dan crot crottt keluarlah semua sperma yang sudah tertahan lama di kantung kemihku.

Rupanya, begitu aku orgasme, Niken mengalami orgasme juga untuk yang ketiga kalinya.

“Aaargh, nikmat sekali sayang! Penis kamu nikmat sekaliiiii!” Teriak Niken begitu ia mencapai orgasmenya yang ketiga.

Setelah itu, aku pun berbaring di samping Niken untuk merasakan sisa sisa kenikmatan dari pergumulan barusan. Tubuh kami sudah sama- sama bercucuran keringat. Tidak lama Niken tertidur pulas, mungkin karena kecapekan. Aku pun merapihkan pakaian dan membersihkan diri lalu segera pulang ke kosan meski waktu sudah menunjukan pukul 2 malam.

Meski pengalaman sex kami berdua begitu nikmat, tapi setelah kejadian itu Niken tidak membalas pesan dan telepon ku lagi. Bahkan waktu aku mendatangi kantornya, temannya berkata bahwa Niken sudah pindah dan tidak lagi bekerja di tempat itu. Entah kemana Niken pergi, terkadang aku merindukannya, merindukan berbicara dengannya, juga tidur bersamanya. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Sales Motor Cantik appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Berburu Batu Akik Dengan Janda

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Berburu Batu Akik Dengan Janda – Namaku Johan, Umurku 21 tahun, Aku baru saja berpindah dari kota besar ke desa yang amat asing. Entah kenapa didesa ini banyak sekali janda, juga banyak janda muda. Beritanya karena suatu hari saat para pria sedang bergotong royong menggali gua yang katanya berisikan batu emerald, namun nahasnya banyak dari mereka yang tidak selamat. Aku memilih untuk mencari batu akik lainnya disekitar desa itu, tentu sambil mencari kesempatan menikmati para janda itu.

 

 

cerita-sex-berburu-batu-akik-dengan-janda

Cerita Sex: Berburu Batu Akik Dengan Janda

 

Aku tinggal di rumah kontrakan yang dekat dengan rumah pak RT, jadi kami sering bertemu, dan tentu saja aku tau janda janda mana yang kelihatan menarik. Saat itu setelah pulang dari mencari batu akik didekat sungai, aku bertemu seorang wanita yang sedang membawa beberapa barang, sambil menggendong seorang bayi.

“Mbak, sini saya bantuin”,
“wah, makasih mas, maaf ya, malah jadi ngerepotin” Lalu aku meraih barang bawaanya.

Saat aku melihat kedepan, ternyata janda ini masih muda! Wajahnya masih cantik, dan bodinya cukup mempesona. Aku yang ada disebelahnya sambil membawa barang bawaan ini terus mencuri pandang kearah dada perempuan itu, tampak payudaranya besar dan montok sekali, bajunya yang klasik itu menambah pesona benda favoritku itu.

“mmm…mbak namanya siapa?”,
“Saya Junita mas, tapi biasa dipanggil nita”,
“oooh, kenalin saya Johan”,
“mas orang baru disini?”,
“iya mbak, cari batu akik, mbak kok sendiri aja?”,
“iya, suami saya udah gak ada”. Beberapa menit kami berjalan sambil berbincang bincang, tiba tiba anaknya itu menangis, Nita lalu mencoba menenangkannya, entah kenapa ia tiba tiba mengeluarkan payudara kanannya, aku sempat
terkejut.

Lalu tampak lah payudara besar dengan puting coklat itu, dan si bayi segera menyusu ke ibunya, aku hanya bisa geleng geleng.

“Mbak, kok menyusui disini?”,
“udah minta nih anakku, udah biasa orang sini mah” memang didesa ini tampak tidak begitu memperhatikan bagaimana orang orang memakai pakaian ataupun menutup aurat, tentu ini juga bagus bagiku.

Beberapa menit kemudian, kami tiba dirumah Nita,

“masuk dulu mas”,
“iya mbak” Lalu aku masuk mengikuti Nita kedalam, ia memang masih menyusui anaknya, namun tentu aku juga mau.
“Mbak nita, udah sampai? Maaf tadi Nika gak bisa ikut” Aku terkejut lagi, kini muncul seorang perempuan lain,
“Iya nika, gapapa, untung ada mas Johan ini yang bantu”,
“wah, makasih mas, kenalin saya Yunika, adiknya mbak yunita”. Aku bersalaman dengan perempuan itu, umurnya mungkin hanya berbeda sedikit dengan kakaknya,

karena ia juga tampak secantik Yunita, tentu dengan buah dada yang besar pula.

“Nika, tolong kamu jagain anakku ya, saya mau kekamar mandi, sekalian mandi”,
“oooh, iya mbak” Lalu Nita meninggalkan ku bersama Nika yang menggendong bayi itu.
“Mbak, berdua aja sama Nita?”,
“iya mas, orang tua kami udah meninggal, suami kami juga kena bencana, kami hidup berdua sekarang”, Bukannya prihatin, Kontolku malah ngaceng tiba tiba.
“oooh, kasihan ya kalian berdua..” Bayi itu menangis lagi mencari ibunya,

namun kali ini Si Nika juga mengeluarkan buah dada kanannya! Lalu bayi itu dibimbing untuk mengenyot puting coklat Nika, dan tampak bayi itu sibuk menyusu lagi.

“Loh, mbak nika juga lagi menyusu?”,
“iya mas, karena udah sering gantian nyusuin anak ini, jadi udah biasa”. Aku semakin bingung, mana hari masih siang, panas, dan didepanku ada minuman segar, susu asli janda janda muda.
“Aduh, saya haus nih mbak”,
“waduh, mbak Nita lagi di kamar mandi, saya juga sibuk…”,
“Kalau gitu…saya…minum susunya mbak Nika aja…”,
“Nah itu masnya pinter, sini mas” Buset lugu banget, lalu kudekati Nika, pelan pelan buah dada kiri Nika sudah dikeluarkan dari sarangnya,
“Mas pegangin sendiri ya, Nika lagi nenangin anak ini” ,
”iya…tenang aja…” Lalu aku pegang buah dada Nika,

wow kenyal luar biasa, aku tahan dikedua tanganku, lalu puting kiri Nika segera ku masukkan kemulut ku, tanpa ragu ku kenyot puting mempesona itu, lalu air susu Nika segera
membasahi mulutku, oooh segar nya…

“Slruuup sluuurp slruuuup…mmm…aaah…seger mbak…slruuup” Tanpa malu kesedot dan kunikmati air susu dari buah dada Sintal itu.
“Mas, auh, pelan aja, haus banget yach?”,
“Slruuup slruuup…mmm…srluuup…” Lidahku berputar putar diputing indah itu, juga terus menyedot keluar susu kedalam mulutku, tanganku juga mengelus elus benda bundar besar kenyal itu.

Tampak Nika jadi terangsang.

“mmmf…mas….sedotanmu…si kecil ini kalah hebat…uuuhf”,
“slruuup…mmm…iya dong, saya memang ahlinya…srluuup…slruup” Air ASI Nika tak habis ku sedot terus.
Tampak bayi itu sudah tertidur lagi,
“Mas…mmf… bentar… aku mau nidurin anak ini… udah ya nyusunya..”,
“iya deh, kamu jaga dulu dia ya…” Lalu meski tampak terangsang, Yunika membawa bayi itu kekamar, sepertinya ia sedang menjaganya.

Beberapa menit kemudian, ada suara dari kamar mandi,

“Nika…tolong ambilin sabun dong, yang disini udah abis” Tak perlu lama aku berlari mendekati kamar mandi, lalu melihat ada sabun diluar.
“Mbak, Nika nya lagi tidur sama si bayi, ini sabunnya…”,
“ooh, iya mas, bawa sini dong, tolong…” Lalu aku masuk kedalam kamar mandi tak terkunci itu,

kaget setengah mati aku, melihat tubuh montok Nita tanpa pakaian, Lalu aku memberikan sabun itu, tentu tetap bertampang cool.

“ini mbak, kok kayaknya kesulitan mbak?”,
“Ini…air susuku keluar sendiri mas, soalnya udah penuh, bingung deh mandinya..” Rejeki datang lagi, segera ku dekati Nita.
“Aduh, biar Johan bantuin mbak, dari pada mubazir saya minum aja susunya..”,
“iya deh… sini mas kedepan”, Gembira luar biasa aku,
“tapi saya takut basah mbak”,
“buka pakaian mas sekalian, itu ada handuk” Lalu aku secepat kilat membuka semua pakaianku, lalu memakaikan handuk dipingganku untuk menutup penisku yang tegang.

Segera ku menuju kedepan Nita, dan tampaklah payudara nita yang besar itu diputing coklatnya terlihat cairan putih kesukaanku,

“biar aman, Johan sedot dua duanya ya mbak”,
“iya mas, saya mau sabunan…” Segera kedua buah dada itu kuremas, Nita tampak cukup kaget,
“mas, gak pernah nyusu ya? Itu yang diputingku yang disedot mas…”,
“oooh, iya iya…” Lalu kedua buah papaya Nita itu kupegang, kedua puting Nita kutabrakan, lalu kumasukkan kedalam mulutku bersamaan, Nita yang sibuk menyabuni dirinya tampak mulai
terangsang.

Air susu Nita rasanya lebih enak, Kedua putingnya yang ada dimulutku mengucurkan air susu dengan derasnya, karena buah dadanya kugencet dan kuremas denga kuat.

“ooooh…mas….mmmmf….pelan aja….uuuh” Nita mulai asyik menyabuni vaginanya.

Aku terus saja menyedot air susu dari kedua puting coklat Nita, kepala ku maju mundur, menarik narik puting itu, tentu dengan bantuan tanganku yang meremas buah dada montok dan kenyal itu.

“slruuup…slruuup…slruuup…mmm….mantep mbak…slruuup”. Tampak Nita sudah mendesah, dari vaginanya keluar cairan lengket.
“uuuh…udah mas….aku mau berdiri…”,
“Ya saya sedot sambil berdiri mbak… slruuup” Nita mencoba berdiri, ia menyabuni paha dan bokong sexy nya,

aku makin terangsang saja, Karena Penisku sudah tegak dan berdenyut denyut, handuk yang menutupinya jadi jatuh.

“Mas….kontolmu udah berdiri…mmmf”,
“Sluuurp…slruuup…mmmf…aaah…sabunin dong mbak, sekalian aku mandi bareng mbak Nita yach”,
“iya mas, mmmf….gede banget mas….uuuh” Penisku kini dikocok tangan Nita yang sudah dibasahi sabun itu, tentu kocokannya jadi semakin nikmat, dan juga luar biasa nikmat.

Beberapa menit itu Nita terus mengocok penisku, sementara buah dadanya kini bergantian kuremas dan ku sedot air susu keluar dari puting coklatnya.

“Uuuh…mas…aku pegel berdiri…mmmf” Nita yang sudah lemas itu lalu memilih duduk, aku memilih menghentikan aksi minum besarku.
“mbak, saya bantu mandiin ya, mbak siramin aja tubuh kita berdua, saya yang ngelus ngelus ya…”,
“iya mas…. Uuuh” Lalu Nita yang duduk itu membasahi tubuhnya yang sudah basah oleh sabun, aku memilih berada dibelakangnya.

Air membasahi tubuh kami berdua, aku juga mulai mengelus sekujur tubuh montok janda muda itu,
Ku elus tangannya, perutnya, pahanya, dan segera menuju Memeknya. Tangan Kiriku meremas buah dadanya Nita, tangan kananku asyik mengobok obok Vagina Janda cantik itu, Air yang mengalir membuat suasana jadi semakin menakjubkan.

“oooh…mas…mmmmf….uuuuh….enak mas…gak pernah aku mandi seenak ini…ooooh” Kudiam saja, lalu kucium leher dan ketiaknya, tanganku masih terus beraksi juga.

Beberapa menit kemudian, Nita tampak sudah menggelinjang, segera angkat pinggulnya, kini ia merunduk.

“mas, kamu mau ap…aaaah!” Penisku sudah melesat masuk kevagina Nita tanpa perlu disuruh, terasa sangat nikmat, meski sudah tidak sempit.
“ooooh, nikmat mbak…uuuh” Segera penisku bergerak maju mundur dengan cepat, penisku menguasai seisi Memek nikmat Nita, bokongnya jadi bergoyang goyang.

Tanganku lalu meraih bokong itu, lalu kuremas, dan kumasukan jariku kedalam lubang anusnya.

“aaaah…mas….uuuf…..mmmf….sssh…ooooh” Plop plop plop plop, suara desahan Nita diiringi suara tabrakan penisku.

Beberapa menit itu kuterus saja menabrak memek Nita dengan penis besarku, Sungguh nikmat dan luar biasa rasanya.

“Mbak, aku mau muncrat, oooh” Kutarik penisku, lalu kubalikkan tubuh montok Nita, dan kupasang
kontol besarku dimulutnya.

Crooot crooot croooot, Mulut Nita penuh dengan spermaku. Janda itu lalu batuk batuk dan memuntahkan cairan sperma itu.

“ uhuk uhuk…mas..banyak banget pejuhnya…”,
“maklum, udah lama gak keluar, hehe”. Lalu Nita memilih membersihkan dirinya bersamaku.

Setelah itu Nita pergi duluan keluar dari kamar mandi, aku sedang sibuk menenangkan diri, juga
memakai handuk.

Beberapa menit kemudian saat aku kembali keruang depan, tampak tak ada orang, lalu aku menuju kamar dirumah itu. Bukan main kaget, Nita sedang asyik menindih tubuh Adiknya itu, sambil menciumnya.

“mmm…cup…mmmm…dek…uummm..cup…” Lalu Mereka berdua duduk, Nita membuka pakaian Nika, aku hanya melongo didepan pintu, tampak Nika yang sudah bugil itu lebih putih dan mulus dari pada kakaknya.
“mbak… buah dadamu… sini…oooh” Nika meraih kedua buah dada kakaknya itu, lalu diremas dan diangkat keatas, “oooh…sini punyamu dek…uuuh” Gantian Nita meraih Buah dada adiknya.

Sekarang kedua janda muda itu sedang meremas payudara lawan tandingnya. Kembali air susu keluar dari puting mereka, tampak puting puting mempesona itu dipencet dan diremas remas, air susu mengalir keluar membasahi buah dada mereka.
“oooh….susumu mbak…”,
“uuuh…punyamu…mantep juga dek….mmmf” Aku geleng geleng sambil melongo, Penisku sudah berdiri lagi menjatuhkan Handuk itu lagi.
“Ooh, mas Johan, sini mas, mau ikut?” Godaan dari janda janda itu membuatku bersemangat, Tampak Bayi yang ditaruh diranjang kecil disebelah kasur itu sudah tenang, kini biar aku yang melahap kedua perempuan itu.

Nita menarikku, dan merobohkan tubuhku kekasur, tinggal penisku yang besar itu masih berdiri.

“mas…kontolmu yang besar itu.. Kita goyang boleh? hehe…” Nita dan Nika mendekat, lalu menempelkan buah dada mereka kepenisku. Buah dada itu bertabrakan, dan ditengah tengahnya ada penis besarku yang tampak ingin meletus.

Lalu mereka meremas dan menggencet buah dada mereka. Penisku kini sedang dilumat benda benda kenyal yang dibasahi air susu.

“mas….enak gak? Mmmf”,
“ooooh, mantep deh, toket kalian luar biasa kenyal dan montok…oooh” Mereka terus menggoyang dan meremas buah dada kenyal mereka, membuat penisku semakin meronta karena kenikmatan luar biasa.

Nita dan Nika lalu Memegang buah dadanya, dan mendorong kuat kepenisku, tabrakan luar biasa itu membuat Penisku segera ingin meletus. Air susu yang muncrat dari puting puting keras mereka itu membasahi penisku,

“Ooooh, luar biasa…mmmf… nikmat sekali… kalian hebat…” Mendengar pujianku, kedua janda itu mendekatkan mulutnya kepenisku, segera Nita dan Nika menjilati kepala penisku yang basah bercampur air air persetubuhan.
“mmm… aaah…slruup..mmm…Kontolmu yang terbaik mas…”,
“mmm…slruupp…cup…aaah….Sedap deh ..uummm…cup…” Kedua janda itu semakin menggila menganiaya penisku yang terus meminta ampun karena keenakan.
“Aduh, aku udah gak kuat, oooh” Kedua janda itu membuka mulutnya diatas penisku, dan Crooot crooot crooot, Air maniku muncrat kearah mulut mulut nakal mereka.

Kini pejuhku ditelan oleh kedua janda itu.

“oooh… nikmatnya, mmmf” Aku masih kelelahan, tapi Nika sudah nakal lagi, penisku yang masih lemas, dimasukkan kevaginanya, ia yang sekarang berada diatasku itu bergerak naik turun, membuat penisku yang ada didalam vaginanya menjadi tegak kembali.
“haduuh, gila, tiga kali penisku tegak lagi…”,
“ooooh…. Kontolmu mas….super sekali…oooh… Nika suka banget…mmmf”.

Nita tak mau kalah, ia kemudian mengambil posisi diwajahku, vaginanya yang basah itu lalu ditempelkan kewajahku,

“hehe, mas, jilatin yaach”,
“oooh, iya Nita, oooh…ummm…” Kucupang denga cepat bibir vaginanya, lalu lidahku masuk kedalam vagina Nita.

Dua janda itu sekarang sedang asyik bersetubuh denganku, Nika terus melompat lompat menikmati penisku divaginanya, Nita mendesah sambil meremas buah dadanya sendiri karena memeknya yang kujilati.

Beberapa menit kemudian, Nita memegang kedua buah dada Adiknya, segera Air susu Nika itu disedot keluar dari buah dada itu.

“Slruuup…dek…mmm…slruuup…hajar terus kontol itu..mmm”,
“oooh…mmmf…sssh…iya mbak…oooh…”. Orang kota bilang posisi kami ini adalah posisi Threesome, yang tak heran memang sangat menggairahkan dan nikmat luar biasa.

Beberapa menit itu kami terus beraksi menikmati sensasi seks bertiga itu, entah kenapa, nikmatnya sungguh tak ter elakkan.

“mmm….sluuurp…Nika… aku mau…”,
“keluarin didalem mas..uuuhf”,
“Iya mas, Nika udah pengen tuh…slruuup”, segera saja, Cprooot crpooot, Air Maniku menyembur kedalam Vagina Nika, Nita juga menyemburkan Cairan dari memeknya kewajahku, baunya sungguh mempesona.

Kami bertiga yang sudah basah karena cairan cairan nikmat ini, memilih berisitirahat.

“Aduuh, kalian suka banget deh sama seks kayaknya..”,
“Nita udah lama gak nikmatin kontol mas..”,
“Nika juga, masak tiap hari minum susu kita sendiri, sekali kali mau yang dari laki laki, hehe”,
“hahaha, memang kalian luar biasa”. Aku yang ada ditengah kedua Janda itu tersenyum bahagia, dua janda itu memelukku dengan nyaman.

Entah kenapa, penisku masih berdiri lagi.

“Aduuh, mas Johan masih mau lagi?”,
“Gak tau tuh, Nita sama Nika masih mau lagi gak?”,
“Ayo mas, dikamar mandi aja, yuuk” Lalu Kembali kami beraksi dikamar mandi rumah itu, Entah Kenapa Sampai malam pun Nita dan Nika terus menikmati penis besarku, juga cairan Spermaku.

Sungguh pilihan yang tepat untuk tinggal didesa ini, aku bisa menikmati 2 janda sekaligus, tubuh montok dan mulus mereka, juga air susu segar yang kini jadi minuman favoritku.

The post Cerita Sex: Berburu Batu Akik Dengan Janda appeared first on Doyanbokep.


Cerita Sex: Melda Sayang

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Melda Sayang – Aku kost di daerah Senayan, kamarku bersebelahan dengan kamar seorang gadis manis yang masih kecil, tubuhnya mungil, putih bersih dan senyumnya benar-benar mempesona. Dalam kamar kostku terdapat beberapa lubang angin sebagai ventilasi. Mulanya lubang itu kututup dengan kertas putih…, tapi setelah gadis manis itu kost di sebelah kamarku, maka kertas putih itu aku lepas, sehingga aku dapat bebas dan jelas melihat apa yang terjadi pada kamar di sebelahku itu.

 

 

cerita-sex-melda-sayang-300x200

Cerita Sex: Melda Sayang

 

Pada suatu malam aku mendengar suara pintu di sebelah kamar kostku dibuka, lalu aku seperti biasanya naik ke atas meja untuk mengintip. Ternyata gadis itu baru pulang dari sekolahnya…, tapi kok sampai larut malam begini tanyaku dalam hati. Gadis manis itu yang belakangan namanya kuketahui yaitu Melda, menaruh tasnya lalu mencopot sepatunya kemudian mengambil segelas air putih dan meminumnya…, akhirnya dia duduk di kursi sambil mengangkat kakinya menghadap pada lubang angin tempat aku mengintip. Melda sama sekali tidak bisa melihat ke arahku karena lampu kamarku telah kumatikan sehingga malah aku yang dapat leluasa melihat ke dalam kamarnya.

Cerita Sex | Pada posisi kakinya yang diangkat di atas kursi, terlihat jelas celana dalamnya dengan gundukan kecil di tengahnya…, lalu saja tiba-tiba penisku yang berada dalam celanaku otomatis mulai ereksi. Mataku mulai melotot melihat keindahan yang tiada duanya, apalagi ketika Melda lalu bangkit dari kursi dan mulai melepaskan baju dan rok sekolahnya sehingga kini tinggal BH dan celana dalamnya.

Sebentar dia bercermin memperhatikan tubuhnya yang ramping putih bersih dan tangannya mulai meluncur pada payudaranya yang ternyata masih kecil juga. Diusapnya payudaranya dengan lembut. Dipuntirnya pelan puting susunya sambil memejamkan mata, rupanya dia mulai merasakan nikmat, lalu tangan satunya meluncur ke bawah, ke celana dalamnya digosoknya dengan pelan, tangannya mulai masuk ke celananya dan bermain lama.

Aku bergetar lemas melihatnya, sedangkan penisku sudah sangat tegang sekali. Lalu kulihat Melda mulai melepaskan celana dalamnya dan…, Wouuuwww, belum ada bulunya sama sekali, sebuah vagina yang menggunduk seperti gunung kecil yang tak berbulu. Ohh, begitu indah, begitu mempesona. Lalu kulihat Melda naik ke tempat tidur, menelungkup dan menggoyangkan pantatnya ibarat sedang bersetubuh.

Melda menggoyang pantatnya ke kiri, ke kanan…, naik dan turun…, rupanya sedang mencari kenikmatan yang ingin sekali dia rasakan, tapi sampai lama Melda bergoyang rupanya kenikmatan itu belum dicapainya, Lalu dia bangkit dan menuju kursi dan ditempelkannya vaginanya pada ujung kursi sambil digoyang dan ditekan maju mundur. Kasihan Melda…, rupanya dia sedang terangsang berat…., suara nafasnya yang ditahan menggambarkan dia sedang berusaha meraih dan mencari kenikmatan surga, Namun belum juga selesai, Melda kemudian mengambil spidol…, dibasahi dengan ludahnya lalu pelan-pelan spidol itu dimasukan ke lubang vaginanya, begitu spidol itu masuk sekitar satu atau dua centi matanya mulai merem melek dan erangan nafasnya makin memburu,

“Ahh…, ahh”, Lalu dicopotnya spidol itu dari vaginanya, sekarang jari tengahnya mulai juga dicolokkan ke dalam vaginanya…, pertama…, jari itu masuk sebatas kukunya kemudian dia dorong lagi jarinya untuk masuk lebih dalam yaitu setengahnya, dia melenguh, “Oohh…, ohh…, ahh”, tapi heran aku jadinya, jari tengahnya dicabut lagi dari vaginanya, kurang nikmat rupanya…, lalu dia melihat sekeliling mencari sesuatu…, aku yang menyaksikan semua itu betul-betul sudah tidak tahan lagi.

Penisku sudah sangat mengeras dan tegang luar biasa, lalu kubuka celana dalamku dan sekarang penisku bebas bangun lebih gagah, lebih besar lagi ereksinya melihat vagina si Melda yang sedang terangsang itu. Lalu aku mengintip lagi dan sekarang Melda rupanya sedang menempelkan vaginanya yang bahenol itu pada ujung meja belajarnya. Kini gerakannya maju mundur sambil menekannya dengan kuat, lama dia berbuat seperti itu…, dan tiba-tiba dia melenguh,

“Ahh…, ahh…, ahh”, rupanya dia telah mencapai kenikmatan yang dicari-carinya.

Setelah selesai, dia lalu berbaring di tempat tidurnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Kini posisinya tepat berada di depan pandanganku. Kulihat vaginanya yang berubah warna menjadi agak kemerah-merahan karena digesek terus dengan ujung kursi dan meja. Terlihat jelas vaginanya yang menggembung kecil ibarat kue apem yang ingin rasanya kutelan, kulumat habis…, dan tanpa terasa tanganku mulai menekan biji penisku dan kukocok penisku yang sedang dalamn posisi “ON”.

Kuambil sedikit krim pembersih muka dan kuoleskan pada kepala penisku, lalu kukocok terus, kukocok naik turun dan, “Akhh”, aku mengeluh pendek ketika air maniku muncrat ke tembok sambil mataku tetap menatap pada vagina Melda yang masih telentang di tempat tidurnya. Nikmat sekali rasanya onani sambil menyaksikan Melda yang masih berbaring telanjang bulat. Kuintip lagi pada lubang angin, dan rupanya dia ketiduran, mungkin capai dan lelah.

Esok harinya aku bangun kesiangan, lalu aku mandi dan buru-buru berangkat ke kantor. Di kantor seperti biasa banyak kerjaan menumpuk dan rasanya sampai jam sembilan malam aku baru selesai. Meja kubereskan, komputer kumatikan dan aku pulang naik taksi dan sekitar jam sepuluh aku sampai ke tempat kostku.

Setelah makan malam tadi di jalanan, aku masih membuka kulkas dan meminum bir dingin yang tinggal dua botol. Aku duduk dan menyalakan TV, ku-stel volumenya cukup pelan. Aku memang orang yang tidak suka berisik, dalam bicarapun aku senang suara yang pelan, kalau ada wanita di kantorku yang bersuara keras, aku langsung menghindar, aku tidak suka. Acara TV rupanya tidak ada yang bagus, lalu kuingat kamar sebelahku, Melda…, yang tadi malam telah kusaksikan segalanya yang membuat aku sangat ingin memilikinya

Aku naik ke tempat biasa dan mulai lagi mengintip ke kamar sebelah. Melda yang cantik itu kulihat tengah tidur di kasurnya, kulihat nafasnya yang teratur naik turun menandakan bahwa dia sedang betul-betul tidur pulas.

Tiba-tiba nafsu jahilku timbul, dan segera kuganti celana panjangku dengan celana pendek dan dalam celana pendek itu aku tidak memakai celana dalam lagi, aku sudah nekat, kamar kostku kutinggalkan dan aku pura-pura duduk di luar kamar sambil merokok sebatang ji sam su. Setelah kulihat situasinya aman dan tidak ada lagi orang, ternyata pintunya tidak di kunci, mungkin dia lupa atau juga memang sudah ngantuk sekali, jadi dia tidak memikirkan lagi tentang kunci pintu.

Dengan berjingkat, aku masuk ke kamarnya dan pintu langsung kukunci pelan dari dalam, kuhampiri tempat tidurnya, lalu aku duduk di tempat tidurnya memandangi wajahnya yang mungil dan,

“Alaamaak”, Melda memakai daster yang tipis, daster yang tembus pandang sehingga celana dalamnya yang sekarang berwarna merah muda sangat jelas terbayang di hadapanku.
“Ohh…, glekk”, aku menelan ludah sendiri dan repotnya, penisku langsung tegang sempurna sehingga keluar dari celana pendekku.

Kulihat wajahnya, matanya, alisnya yang tebal, dan hidungnya yang mancung agak sedikit menekuk tanda bahwa gadis ini mempunyai nafsu besar dalam sex, itu memang rahasia lelaki bagi yang tahu. Ingin rasanya aku langsung menubruk dan mejebloskan penisku ke dalam vaginanya, tapi aku tidak mau ceroboh seperti itu.

Setelah aku yakin bahwa Melda benar-benar sudah pulas, pelan-pelan kubuka tali dasternya, dan terbukalah, lalu aku sampirkan ke samping. Kini kulihat pahanya yang putih kecil dan padat itu. Sungguh suatu pemandangan yang sangat menakjubkan, apalagi celana dalamnya yang mini membuat gundukan kecil ibarat gunung merapi yang masih ditutupi oleh awan membuat penisku mengejat-ngejat dan mengangguk-ngangguk.

Pelan-pelan tanganku kutempelkan pada vaginanya yang masih tertutup itu, aku diam sebentar takut kalau kalau Melda bangun, aku bisa kena malu, tapi rupanya Melda benar-benar tertidur pulas, lalu aku mulai menyibak celana dalamnya dan melihat vaginanya yang mungil, lucu, menggembung, ibarat kue apem yang ujungnya ditempeli sebuah kacang.

“Huaa”, aku merinding dan gemetar, kumainkan jariku pada pinggiran vaginanya, kuputar terus, kugesek pelan, sekali-sekali kumasukkan jariku pada lubang kecil yang betul-betul indah, bulunyapun masih tipis dan lembut. Penisku rasanya makin ereksi berat, aku mendesah lembut.

Ahh, indahnya kau Melda, betapa kuingin memilikimu, aku menyayangimu, cintaku langsung hanya untukmu. Oh, aku terperanjat sebentar ketika Melda bergerak, rupanya dia menggerakkan tangannya sebentar tanpa sadar, karena aku mendengar nafasnya yang teratur berarti dia sedang tidur pulas.

Lalu dengan nekatnya kuturunkan celana dalamnya perlahan tanpa bunyi, pelan, pelan, dan lepaslah celana dalam dari tempatnya, kemudian kulepas dari kakinya sehingga kini melda benar-benar telanjang bulat.

Luar biasa, indah sekali bentuknya, dari kaki sampai wajahnya kutatap tak berkedip. Payudaranya yang masih berupa puting itu sangat indah sekali. Akh, sangat luar biasa, pelan-pelan kutempelkan wajahku pada vaginanya yang merekah bak bunga mawar, kuhirup aroma wanginya yang khas. Oh, aku benar-benar tidak tahan, lalu lidahku kumainkan di sekitar vaginanya.

Aku memang terkenal sebagai si pandai lidah, karena setiap wanita yang sudah pernah kena lidahku atau jilatanku pasti akan ketagihan, aku memang jago memainkan lidah, maka aku praktekan pada vagina si Melda ini. Lereng gunung vaginanya kusapu dengan lidahku, kuayun lidahku pada pinggiran lalu sekali-kali sengaja kusenggol clitorisnya yang indah itu.

Kemudian gua kecil itu kucolok lembut dengan lidahku yang sengaja kuulur panjang, aku usap terus, aku colok terus, kujelajahi gua indahnya sehingga lama-kelamaan gua itu mulai basah, lembab dan berair. Oh, nikmatnya air itu, aroma yang khas membuatku terkejet-kejet, penisku sudah tidak sabar lagi, tapi aku masih takut kalau kalau Melda terbangun bisa runyam nanti, tapi desakan kuat pada penisku sudah sangat besar sekali. Nafasku benar-benar tidak karuan, tapi kulihat Melda masih tetap saja pulas tidurnya.

Akupun lebih bersemangat lagi, sekarang semua kemampuan lidahku kupraktekan saat ini juga, luar biasa memang, vagina yang mungil, vagina yang indah, vagina yang sudah basah. Rasanya seperti sudah siap menanti tibanya senjataku yang sudah berontak untuk menerobos gua indah misterius yang ditumbuhi rumput tipis milik Melda, namun kutahan sebentar, karena lidahku dan jilatanku masih asyik bermain di sana, masih memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa bagi Melda.

Sayang Melda tertidur pulas, andaikata Melda dapat merasakan dalam keadaan sadar pasti sangat luar biasa kenikmatan yang sedang dirasakannya itu, tapi walaupun Melda saat ini sedang tertidur pulas secara psycho seks yang berjalan secara alami dan biologis,…nikmat yang amat sangat itu pasti terbawa dalam mimpinya, itu pasti dan pasti, walaupun yang dirasakannya sekarang ini hanya sekitar 25%, Buktinya dengan nafasnya yang mulai tersengal dan tidak teratur serta vaginanya yang sudah basah, itu menandakan faktor psycho tsb sudah bekerja dengan baik. Sehingga nikmat yang luar biasa itu masih dapat dirasakan seperempatnya dari keseluruhannya kalau di saat sadar.

Akhirnya Karena kupikir sudah cukup rasanya lidahku bermain di vaginanya, maka pelan-pelan penisku yang memang sudah minta terus sejak tadi kuoles-oleskan dulu sesaat pada ujung vaginanya, lalu pada clitorisnya yang mulai memerah karena nafsu, rasa basah dan hangat pada vaginanya membuat penisku bergerak sendiri otomatis seperti mencari-cari lubang gua dari titik nikmat yang ada di vaginanya. Dan ketika penisku dirasa sudah cukup bermain di daerah istimewanya, maka dengan hati-hati namun pasti penisku kumasukan perlahan-lahan ke dalam vaginanya…, pelan, pelan dan,

“sleeppp…, sleseppp”, kepala penisku yang gundul sudah tidak kelihatan karena batas di kepala penisku sudah masuk ke dalam vagina Melda yang hangat nikmat itu.

Lalu kuperhatikan sebentar wajahnya, Masih!.., dia, Melda masih pulas saja, hanya sesaat saja kadang nafasnya agak sedikit tersendat,

“Ehhss…, ehh…, sss”, seperti orang ngigau.

Lalu kucabut lagi penisku sedikit dan kumasukkan lagi agak lebih dalam kira-kira hampir setengahnya,

“Akhh…, ahh, betapa nikmatnya, betapa enaknya vaginamu Melda, betapa seretnya lubangmu sayang”. Oh, gerakanku terhenti sebentar, kutatap lagi wajahnya yang betul-betul cantik yang mencerminkan sumber seks yang luar biasa dari wajah mata dan hidungnya yang agak menekuk sedikit,.. ohh Melda, betapa sempurnanya tubuhmu, betapa enaknya vaginamu, betapa nikmatnya lubangmu.

Oh, apapun yang terjadi aku akan bertanggung jawab untuk semuanya ini. Aku sangat menyayangimu.

Lalu kembali kutekan agak dalam lagi penisku supaya bisa masuk lebih jauh lagi ke dalam vaginanya,

“Bleeeess…, blesssess”,
“Akhh…, akhh”, sungguh luar biasa, sungguh nikmat sekali vaginanya, belum pernah selama ini ada wanita yang mempunyai vagina seenak dan segurih milik Melda ini.

Ketika kumasukan penisku lebih dalam lagi, kulihat Melda agak tersentak sedikit, mungkin dalam mimpinya dia merasakan kaget dan nikmat juga yang luar biasa dan nikmat yang amat sangat ketika senjataku betul-betul masuk, lagi-lagi dia mengerang, erangan nikmat, erangan sorga yang aku yakin sekali bahwa melda pasti merasakannya walaupun dirasa dalam tidurnya.

Akupun demikian, ketika penisku sudah masuk semua ke dalam vaginanya, kutekan lagi sampai terbenam habis, lalu kuangkat lagi dan kubenamkan lagi sambil kugoyangkan perlahan ke kanan kiri dan ke atas dan bawah, gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang diberikan oleh vagina Melda ini, aneh sangat luar biasa, vaginanya sangat menggigit lembut, menghisap pelan serta lembut dan meremas senjataku dengan lembut dan kasih sayang. Benar-benar vagina yang luar biasa. Oh Melda, tak akan kutinggalkan kamu.

Lalu dengan lebih semangat lagi aku mendayung dengan kecepatan yang taktis sambil membuat goyangan dan gerakan yang memang sudah kuciptakan sebagai resep untuk memuaskan melda ini. Akhirnya senjataku kubenamkan habis ke dasar vaginanya yang lembut, habis kutekan penisku dalam-dalam. Aakh, sumur Melda memang bukan main, walaupun lubang vaginanya itu kecil tetapi aneh dapat menampung senjata meriam milikku yang kurasa cukup besar dan panjang, belum lagi dengan urat-urat yang tumbuh di sekitar batang penisku ini, vagina yang luar biasa.

Lama-kelamaan, ketika penisku benar-benar kuhunjamkan habis dalam-dalam pada vaginanya, aku mulai merasakan seperti rasa nikmat yang luar biasa, yang akan muncrat dari lubang perkencinganku.

“Ohh…, ohh”, kupercepat gerakanku naik turun, dan akhirnya muncratlah air maniku di dalam vaginanya yang sempit itu. Aku langsung lemas, dan segera kucabut penisku itu, takut Melda terbangun.

Dan setelah selesai, aku segera merapikan lagi. Celana dalamnya kupakaikan lagi, begitu juga dengan dasternya juga aku kenakan lagi padanya. Sebelum kutinggalkan, aku kecup dulu keningnya sebagai tanda sayang dariku, sayang yang betul-betul timbul dari diriku, dan akhirnya pelan-pelan kamarnya kutinggalkan dan pintunya kututup lagi. Aku masuk lagi ke kamarku, berbaring di tempat tidurku, sambil menerawang, aku menghayati permainan tadi. Oh, sungguh suatu kenikmatan yang tiada taranya. Dan Akupun tertidur dengan pulas.

Keesokan harinya seperti biasa aku bangun pagi, mandi dan siap berangkat ke kantor, namun ketika hendak menutup pintu kamar, tiba-tiba Melda keluar dan tersenyum padaku.

“Mau berangkat Pak?”, tanyanya, aku dengan gugup akhirnya mengiyakan ucapannya, lalu kujawab dengan pertanyaan lagi.
“Kok Melda nggak sekolah?”.
“Nanti Pak, Melda giliran masuk siang”, akupun tersenyum dan Meldapun lalu bergegas ke depan rumah, rupanya mau mencari tukang bubur ayam, perutnya lapar barangkali. Taxi kucegat dan aku langsung berangkat ke kantor. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Melda Sayang appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Gara Gara Media Sosial

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015Cerita Sex: Gara Gara Media Sosial

 

 

cerita-sex-gara-gara-media-sosial-300x217

Cerita Sex: Gara Gara Media Sosial

 

perkenalkan nama gue aan, gue tinggal d kota kecil d propinsi paling selatan pulau sumatra. umur gue 35 tahun udah merid n punya satu putra msh berumur 4 bulan. itu aja y perkenalan singkatnya.

cerita ini nyata n gue alami kira2 4 bln yg lalu. awalny gue iseng2 buka salah satu medsos, sambil iseng kopdar aq add beberapa nama yg muncul d medsos itu. eh ternyata ada beberapa cwek yg invite n langsung mo d ajak chating. sebut saja salah satunya ana. dy satu propinsi ama gua tp lain kota. dr chating singkat dy ksh no hpny k gua. akhirnya qt telponan sekedar ngobrol n curhat masalah pribadi masing2.

akhirnya gua tau klo dy br aj nyelesein kuliahnya d salah satu PT yg ada d Kota gue ini. saat ini dy lgi nganggur aja n lgi nyri kerja.

suatu hr ana hubungi gue n bilang klo lgi ada d kota gue. akhirnya kami pun janjian buat ktmu n makan siang.
akhirnya kami ktmu d sebuah rmh makan n kagetnya gue ternyana ana ini anaknya cantik, tinggi n putih. beda bgt ma gue yg agak hitam n tampang biasa aja. akhirnya kami pun ngobrol ksna kemari sambil ketawa/i. ternyana ana asik bgt d ajak ngobrol. meskipun usia kami terpaut cukup jauh tp ana cuek aja.

setelah pertemuan itu kami makin sering contak hingga suatu hari gue berkunjung k kotanya karena emg lgi ada tugas kantor selama 3 hari. setelah sampe gue cari hotel n memesan satu kamar suit.

malamnya gue cb telpon si ana n bilang klo gue lgi ada d kotanya. ternyata dy janji mo datang k hotel gue. akhirnya gue pun mandi sambil nunggu ana datang. kira2 jam 8 malam kamar gue d ketok. n gue buakin pintu ternyata ana yg datang. malam itu dy kliatan cantik banget dengan celana jeans ketat n kaos ketat warna merah.

gue suruh ana masuk n ana msuk trus duduk d pinggiran tempat tidur. gue pun duduk d sebelahny n kami terlibat obrolan yg sangat panjang. hingga tanpa gue tau sapa yg mulai qt duduk semakin rapat n tangan qt mulai pegangan. akhirnya gue beraiin belai rambutnya n cium telinganya.

ana tidak menolak tp malah mendesah. akhirnya gue terusin ciumannya ampe kami frens kiss cukup lama. tangan gue arahin k tokednya yg gue taksir ukurannya 34 b. sambil ciuman tangannya pun muali meraba rudal gue yg masih kebungkus celana. gue lepas kaosnya n celana panjangnya hingga nyisain bra n celana dalammy yg berwarna hitam. gue rlepas branya n langsung gue hisap tokednya. ana hanya mengerang n meremas rambut gue. ciuman gue turun n gue bermain d depan lembahnya yg sudah lembab. pelan2 gue tutunin CD nya n langsung gue isep lobang surgany.

ana semakin menggelinjang. aaaahhh…terus om…enak om…
ana semakin menggelinjang.
om….ana mo keluar…
gue biarin ana nikmati orgasmenya….
ana bilang…sekarang biar ana yg bikin om keenakan.
dy buka kaos n cela gue skalian ma CD gue. sekarang kami sudah benar2 bugil. ana cium susu gue, di isep n d gigit2 kecil. oooohhhh enak banget
ana trus cium ujung rudal gue n memasukkanny ke mulutnya.

singkatnya gue masukin rudal gue k m***k nya. ohhh sempit banget meskipun udah gak perawan lagi. ukuran rudal gue yg 16 cm n diameter 5 cm terasa sesek banget d m***kny. kami bdua cuma mengerang nikmat. beberapa gaya kami praktekan dalam persetubuhan pertama kami. tak terasa hampir satu jam kami bergulat d atas ranjang.

akhirnya gue ma ana klimaks bareng setelah ana beberapa kali orgasme.

malam itu merupaka malam yg indah buat kami. kami melakukannya tanpa ikatan n hanya untuk kepuasan masing2.

setelah permainan malam itu kami masih sering bertemu hanya untuk saling memuaskan hingga saat ini. gue gak tau ampe kapan hubungan ini bakal bertahan. gue jalanin aja selam semua aman n nikmat. cerita berjudul “gara gara media sosial” ini kiriman dari anom.*************@gmail.com

The post Cerita Sex: Gara Gara Media Sosial appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex – Dewasa, Pacar Temanku

$
0
0

ceritadewasa2cpacartemanku

Namaku Luthfy, aku akan bercerita tentang
kisah mesumku dengan pacar temanku. kisahku ini terjadi pada tahun 2002, umurku
pada waktu itu masih 18 tahun. Waktu itu aku dan ke empat temanku menyewa
sebuah kost dan masing-masing kami memegang 1 kunci kamar kost. pada hari itu
kost sedang kosong, ketiga temanku sibuk, entah apa yang mereka sibukkan.. aku
baru saja sampai di kost, baru pulang dari belanja buat makan malam.

Sekitar 15 menit aku duduk tiba-tiba aku mendengar suara
motor si Rifky. aku langsung beranjak menuju ke jendela. Randi sedang membawa
seorang cewek dengan wajah yang sangat cantik, kulitnya putih bersih, tinggi
badannya sangat proporsional. perfek banget. ketika mengetahui kalau cewek yang
dibawanya itu pernah naksir sama aku, aku langsung berlari ke belakang dan
sembunyi di dalam kamar mandi.

Cerita Sex – Awalnya aku ga tau kalau ternyata si Rifky dan Miranti
( ceweknya Rifky ) itu sudah terpengaruh alkohol. Dari dalam kamar mandi aku
dengar suara rintihan Miranti, terang aja aku penasaran sama apa yang mereka
lakukan. Dari situ munculah niat isengku untuk melihat apa yang mereka lakukan.
Aku membuka pintu kamar mandi pelan-pelan untuk mengintip. Aku lihat Rifky dan Miranti
sedang berciuman, dan tangan Rifky dengan asik meremas payudara Miranti.

Dan yang bikin penisku langsung keras adalah ekspresi wajah
dan desahan Miranti yang menurutku ‘WwoowW’ amat sangat mengairahkan. Ditambah
lagi sekarang Rifky sudah membuka baju Miranti, dan terpampanglah sepasang
payudara yang masih terbungkus dengan bra pink. Terlihat bra pink itu tampak
susah untuk membungkus payudara Miranti yg brukuran cukup besar.

Rifky dengan buasnya menciumi dan menjilati tubuh Miranti
yang sudah tanpa baju. Perlahan Rifky membuka pengait bra Miranti, dan sekarang
terlihat seutuhnya payudara Miranti yang sebelumnya hanya ada dalam hayalanku. Rifky
semakin buas mencium dan menjilati payudara Miranti..

” aaacccchh…. ” terdengar desahan Miranti yang
bener-bener bikin aku ga tahan.

Rifky dengan cepat melepas celana dan celana dalam Miranti,
begitu juga dengan Miranti, Miranti ga kalah buasnya dengan Rifky, Miranti juga
dengan cekatan melucuti seluruh pakaian Rifky.. Merera berdua sudah tanpa
busana sekarang, aku semakin ga sabar menunggu kelanjutannya.. Seperti nonton
bokep aja pikirku, tapi kali ini live cuy, nyata didepan mataku.

Aku melihat Miranti menggenggam dan mengocok penis Rifky. Rifky
tampak mngeluh kenikmatan, ditambah lagi sekarang Miranti memasukan penis Rifky
kedalam vaginanya.. Miranti dengan agresivnya menggerakan pinggul di atas tubuh
Rifky, terlihat Rifky sangat kenikmatan dengan apa yang dilakukan oleh Miranti..

Cerita Dewasa – Tak mau kalah Rifky membalikan tubuh Miranti.
Sekarang permainan dikuasai sepenuhnya oleh Rifky, Rifky mengerakan pnggulnya
ga beraturan, Miranti menjerit keras, entah itu jeritan ksakitan atau jeritan
kenikmatan. Aku cuma mendengar suara mereka aja. Aku ga tahan kalau aku lebih
lama melihat permainan mereka. Aku memilih untuk kembali smbunyi kedalam kamar
mandi. Entah berapa menit aku sembuyi dikamar mandi sambil mendengarkan
rintihan serta desahan Miranti yang bener-bener bikin aku ga kuat..

Aku kaget tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar mandi
tempat persembunyianku, awalnya aku sempat menahan pintu, tpi aku ga mau dia
kaget dan menimbulkan suara berisik, akhirnya aku pasrah dan membiarkan pintu
terbuka, ternyata orang yang membuka pintu itu adalah Miranti kontan aja Miranti
kaget melihat aku ada dikamar mandi, untungnya Miranti ga teriak.

”ngapain kamu disini?” tanyanya

”ee.. Anu.. Tadi aku kaget ada suara motor Rifky, waktu aku
intip lewt jendela, aku liat kamu sama Rifky mau masuk ke kost, jadi aku
sembunyi disini..” jawabku dengan gugup.

”trus kamu denger yang tadi??” kata Miranti..

Aku bingung mau jawab apa, aku cuma takut Miranti marah.

”i iya Del, tdi aku juga sempet liat apa yank kalian
lakuin..” jawabku..

Diluar dugaan ternyata Miranti ga marah samasekali.. Waktu
itu Miranti masih dalam keadaan bugil, ya jelas laah jakunku turun naik menelan
liur melihat tubuhbugil Miranti yang putih mulus.

” kenapa Den??” kata Miranti yang heran melihat aku yang
lagi bengong…. Aku kaget..

”Eh, ga kok.. Anu,, badan kamu bagus ya Del..” jawabku
keceplosan..

Cerita Mesum – Miranti kaget, rupanya dia lupa kalau
sekarang dia lagi bugil.. Miranti langsung menutupi vaginanya dengan tangannya.
Sedetik kemudian kayaknya dia berubah pikiran.. Dia meremas tanganku, trus dia
bilang

”kamu ga ‘pengen’ Den abis aku sama Rifky tadi?”

” ya pengen lah Del, spa sih yang ga pengen liat body mulus
kayak kamu.” jawabku sambil membalas remasan tangannya.

Miranti melingkarkan tangannya dileherku lalu dia
mendekatkan bibirnya ke bibirku sambil memejamkan matanya.. ”wwaaow, rezeki
nomplok nih” aku bersorak dalam hati.. Langsung aja aku lumat bibir seksinya.
Pikiranku sudah didpengaruhi nafsu, beritaseks.com aku sampe lupa kalau dikamar
kost masih ada Rifky yang ketiduran, mungkin karena capek atau masih dalam
pengaruh alkohol..

Aku dan Miranti masih berciuman dengan liarnya, tiba-tiba
tangan Miranti turun keselakanganku dan meremas penisku yang masih terbungkus
celana jeansku. Aku makin bernafsu, ciumanku turun ke leher Miranti, ku dengar
desahan kecil dari bibir seksinya. Ciumanku terus turun hingga ke payudaranya,
aku jilatin payudaranya dan aku hisap putingnya.

” Eemmmhhf. . . Terus Den, hisap terus.. Enak banget Den. .
. ” bisik Miranti.

Ciumanku terus turun ke perut dan akhirnya sampai di vagina Miranti
.. Vagina tanpa bulu milik Miranti tampak indah bagiku.

”Vaginamu indah banget Del” kataku

Miranti hanya tersenyum manis.. Ku raba vagina Miranti,
desahan Miranti semakin menjadi saat jariku ku masukan kelubang vaginanya..

”Aahhh… Den masukin terus….”

Cerita Bokep – Aku semakin ga tahan mendengar desahan Miranti.
Dengan cepat aku melepaskan celana ku dan juga celana dalamku.. Tanpa ku minta Miranti
langsung meremas penisku, Miranti memaju mundurkan tangannya yang sedang
meremas penisku.. Aku meminta Miranti untu duduk, dan saat itu penisku berada
tepat didepan wajahnya.. Sepertinya Miranti mengerti apa yang ku mau..

Miranti tersenyum dan mulai memesukan penisku kemulutnya..
Terasa hangat dan nikmat sekali penisku saat berada didalam mulut Miranti.. Sambil
menghisap penisku Miranti memainkan lidahnya di bagian bawah batang penisku..

Cerita Ngentot – Saat itu yang kurasakan hanya nikmat.. Aku
sampai lupa kalau cewek yang sedang mengoral penisku ini adalah pacar temanku
sendiri.. Aku menarik penisku dari mulut Miranti, kemudian aku menarik tubuh Miranti
hingga aku dan Miranti sekarang sama-sama berdiri..

Ku balikan tubuh Miranti, Miranti mengerti kalau aku ingin
menyetubuhinya dari belakang.. Miranti sedikit membungkukan tubuhnya..

” masukin Den, aku udah ngga tahan” pintanya

Tanpa diminta dua kali aku langsung mengarahkan penisku ke
vagina Miranti.. Aku mulai memasukan penisku ke lubang vagina Miranti..

” aaacchh… Terus Den, masukin terus.. Emmmhhf….”

Cerita Hot – Miranti menjerit tertahan. Aku sudah tidak
memperdulikannya lagi, aku terus memasukan penisku hingga seluruh penisku
berada didalam vagina Miranti..

” Den, nikmat banget..”
Aku mulai menggerakan pinggulku maju mundur..

” eemmhhf… Terus Den. Oocchh….”  Miranti terus mendesah nikmat, begitu juga
aku.. Penisku terasa sesak didalam vagina Miranti..

”Ooochh…. Del, vaginamu enak banget” kataku

” penismu juga nikmat banget Den.. Aaccchhhh…. Emhh..
Terus Den, puasin aku..” Miranti mulai mengerakan pinggulnya mengimbangi
gerakanku..

” oocchhh… Eeemmmhhf… ”

Aku mencabut penisku dari vagina Miranti, kemudian ku
balikan tubuh Miranti dan ku angkat tubuhnya dan ku dudukan di atas bak
mandi..  Ku angkat kaki kiri Miranti
kemudian aku mulai memasukan lagi penisku kedalam vagina Miranti..

” aaacchh…. Terus Den, masukin terus… Enak banget
Den…”

Aku terus mngocok penisku didalam vagina Miranti sambil
melumat bibir Miranti..

” eemmhh… Del, aku mau keluar.”

” keluarin didalam aja Den” kata Miranti.

Cerita Lucah – Seluruh badanku terasa kejang, dan aku
merasakan nikmat sekali disekitar selakanganku..

” oocchhhh…. Aku keluar Del..”

”aaaccchh…. Den, nikmat banget.. Oocchhh..”

Aku memeluk tubuh Miranti dari belakang.. Ku ciumi
lehernya..

” emhh, nikmat banget Del..” bisiku ditelinganya..

Miranti membalikan tubuhnya dan tersenyum penuh arti
padaku.. Lalu dia mencium bibirku, kali ini ciuman Miranti terasa lembut..

” inget ya Den, ini cuma rahasia kita berdua, jangan sampe
ada orang lain yang tau..”

” iya, tenang aja.. Aku bisa jaga rahasia kok Del”

Lalu aku memasang kembali celana dan celana dalamku..
Kulihat Miranti membersihakan vaginanya dengan air.. Aku hanya tersenyum dan
keluar dari kamar mandi.. Diruang tengah kulihat diruang tengah Rifky masih
tertidur lelap.. Pelan-pelan aku keluar dari kost supaya tidak membangunkan Rifky..
Itulah kisahku ngentot dengan pacar temanku sendiri.. Terkadang aku merasa
bersalah pada Rifky.. Tapi ku pikir lagi, toh pacarnya juga mau kan?? Jadi
bukan salahku sepenuhnya..

Cerita, Kisah, Sex, Seks, Dewasa, Mesum, bokep, Hot, Ngentot, Lucah, Tante, Janda, Bugil, Telanjang, 

The post Cerita Sex – Dewasa, Pacar Temanku appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex – Dosen Sex

$
0
0

dosensex

Cerita Sex Terbaru, Bermula pada suatu siang ketika aku
melakukan bimbingan suatu tugas akhir. Di jurusanku sebelum masuk ke skripsi,
seorang mahasiswa harus mengambil tugas akhir mengerjakan sebuah desain. Bu Vallen
adalah pembimbingku untuk tugas tersebut. Bimbingan berlangsung singkat saja,
karena Bu Vallen ada tugas lain di luar kampus saat itu. Ketika selesai, Bu Vallen
bilang padaku agar datang ke rumahnya saja pada malam harinya untuk melanjutkan
bimbingan. Malamnya aku datang.

Beritaseks.com Rumahnya ada di sebuah kompleks perumahan
yang sepi dan tenang. Bu Vallen sudah bercerai dari suaminya. Ia berumur
sekitar 37 tahun, dengan seorang anak yang masih bersekolah TK. Meskipun sudah
berumur 37 tahun, namun Bu Vallen masih kelihatan seperti baru lepas ABG saja.
Kulitnya putih, bersih dan segar. Bodinya langsing, meskipun tidak terlalu
tinggi. Pada kaki dan tangannya ditumbuhi bulu-bulu halus, tapi cukup lebat,
yang kontras dengan kulitnya yang putih itu. Saat itu merupakan liburan TK-SD
dan anaknya sedang berlibur di rumah sepupunya yang seumur dengan dia.

Aku dan Bu Vallen sebenarnya memang sudah cukup akrab. Dia
pernah menjadi dosen waliku dan beberapa kali aku pernah datang ke rumahnya,
sehingga aku tidak canggung lagi. Apalagi dalam banyak hal selera kami sama,
misalnya soal selera musik. Setelah bimbingan selesai, kami hanya mengobrol
ringan saja. Kemudian Bu Vallen minta tolong padaku.

“Lhur, slot lemari pakaian di kamarku rusak, bisa minta
tolong diperbaiki?”, begitu katanya malam itu.

Kemudian aku dibawa naik ke lantai dua, ke kamarnya.
Kamarnya wangi. Penataan interiornya juga indah. Kurasa wajar saja, sejak
semula aku tahu ia punya selera yang bagus. Itu pula yang membuat kami akrab,
kami juga sering memperbincangkan soal-soal seperti itu, selain soal-soal yang
berkaitan dengan kampus. Aku tersenyum ketika melihat sebagian isi lemari
pakaiannya.

Lingerie-nya didominasi warna hitam. Aku juga menyukai warna
seperti itu. Warna seperti itu sering pula kusarankan pada Kiki cewekku untuk
dipakainya, karena dengan pakaian dalam seperti itu membuatku lebih bergairah.
Bu Vallen hanya tersenyum melihatku “terkesan” menyaksikan tumpukan
lingerie-nya. Dengan serius kuperbaiki slot pintu lemarinya yang rusak. Ia
keluar meninggalkanku sendirian di kamarnya. Sesaat kemudian pekerjaanku
selesai. Saat itu Bu Vallen masuk. Tiba-tiba tanpa kusangka, ia melap peluh di
dahiku dengan lembut. AC di kamarnya memang dimatikan, sehingga udara gerah.

“Panas Lhur? Biar AC-nya kuhidpkan”, begitu katanya sambil
menghidupkan AC. Saat kekagetanku belum hilang, ia kembali melap keringat di
dahiku.

Dan kali ini bahkan dengan lembut ia mendekatkan wajahnya ke
wajahku. Segera aku menyambar aroma wangi dari tubuhnya hingga membuat
jantungku berdetak tidak seperti biasanya. Bahkan kemudian ia melanjutkan
membuat detak jantungku semakin kencang dengan mendekatkan bibirnya ke bibirku.
Sesaat kemudian kusadari bibirnya dengan lembut telah melumat bibirku. Kedua
tangannya dilingkarkan ke leherku dan semakin dalam pula aroma wangi tubuhnya
terhirup napasku, yang bersama tindakannya melumat bibirku, kemudian mengalir
dalam urat darahku sebagai sebuah sensasi yang indah.

Ia terus melumat bibirku. Lalu tangannya pelan-pelan membuka
satu persatu kancing kemejaku. Saat itu aku mulai mampu menguasai diriku. Maka
dengan pelan-pelan pula kubuka kancing blusnya. Setelah kemejaku lepas, ia
menarik resliting jeansku. Begitu pula yang kulakukan dnegan roknya, kutarik
resliting yang mengunci rokya. Kemudian ia melepaskan bibirnya dari bibirku dan
membuka matanya.

Saat itu aku terbelalak melihat keindahan yang ada di depan
mata. Payudaranya sedang-sedang saja, tapi indah dan terlihat kencang dibungkus
bra hitam bepotongan pendek berenda yang membuat barang indah itu tampak
semakin indah. Payudaranya seolah “hanging wall” yang mengundang seorang
climber untuk menaklukkannya dengan hasrat yang paling liar. Dan menengok ke
bawah, aku semakin dibuat terkesan serta jantungku juga semakin berdetak
kencang. Di balik celana dalam dengan potongan yang pendek yang juga berwarna
hitam berenda yang indah, tersembul bukit venus yang menggairahkan. Di tepi
renda celana itu, tampak rambut yang menyembul indah melengkapi keindahan yang
sudah ada.Berita seks

Kulihat Bu Vallen juga tersenyum menatap lonjoran tegang di
balik celana dalamku. Tangannya yang lembut mengelus pelan lonjoran itu.
Sensasi yang menjelajahi aliran darahku kemudian menggerakkan tanganku mengelus
bukit venusnya. Ia tampak memejam sesaat dengan erangan yang pelan ketika
tanganku menyentuh daging kecil di tengah bukit venus itu. Ia kemudian
melanjutkan tindakannya melumat bibirku dengan lembut. Bibirnya yang lembut
serta napasnya yang wangi kembali membuatku dialiri sensasi yang memabukkan. Ia
rupanya memang sabar dan tidak terburu-buru untuk segera menuju ke puncak
kenikmatan.

Bibirnya kemudian ia lepaskan dari bibirku dan ia
menyelusuri leherku dengan bibirnya. Napasnya membelai kulit leherku sehingga
terasa geli namun nikmat. Kadang-kadang ia mengginggit leherku namun rupanya ia
tidak ingin meninggalkan bekas. Ia tahu bahwa aku punya pacar, karena belum
lama, Kiki kuperkenalkan padanya saat kami bertemu di sebuah toko buku.

Ia kemudian turun ke dadaku dan mempermainkan puting susuku
dengan mulutnya, yang membuat aliran darahku dialiri perasaan geli tapi nikmat.
Semakin ke bawah ia diam sesaat menatap batang yang tersembunyi di balik celana
dalamku, yang waktu itu juga berwarna hitam. Sesaat ia mempermainkannya dari
luar. Ia kemudian dengan lembut menarik celana dalamku. Ia tersenyum ketika
menyaksikan penisku yang tegak dan kencang, seperti mercu suar yang siap
memandu pelayaran gairah libido kewanitaannya.

Dengan lembut ia kemudian mengulum penisku. Maka aliran
hangat yang bermula dari permukaan syaraf penisku pelan-pelan menyusuri aliran
darah menuju ke otakku. Aku serasa diterbangkan ke awan pada ketinggian tak
terukur. Bu Vallen terus mempermainkan lonjoran daging kenyal penisku itu
dengan kelembutan yang menerbangkanku ke awang-awang. Caranya mempermainkan
barang kejantananku itu sangat berbeda dengan Kiki cewekku. Kiki melakukannya
dengan ganas dan panas, sedangkan Bu Vallen sangat lembut seolah tak ingin
melewatkan seluruh bagian syaraf yang ada di situ. Cukup lama Bu Vallen
melakukan itu.

Ketika perjalananku ke awang-awang kurasakan cukup, kutarik
penisku dari dekapan mulut lembutnya. Giliran aku yang ingin membuat dia
terbang ke awang awang. Maka kubuka bra yang menutupi payudara indahnya.
Semakin terperangahlah aku dengan keindahan yang ada di depan mataku. Di
depanku bediri dengan tegak bukit kembar yang indah sekaligus menggairahkan. Di
sekitar puncak bukit itu, di sekitar putingnya yang merah kecoklatan, tumbuh
bulu-bulu halus. Menambah keindahan buah dadnya. Tapi aku tidak memulainya dari
situ. Aku hanya mengelus putingnya sebentar. Itupun aku sudah menangkap desah
halus yang keluar dari bibir indahnya.

Kumulai dari lehernya. Kulit lehernya yang halus licin
seperti porselen dan wangi kususuri dengan bibirku yang hangat. Ia mendesah
terpatah-patah. Apalagi ketika tanganku tak kubiarkan menganggur. Jari-jariku
memijit lembut bukit kenyal di dadanya dan kadang-kadang kupelintir pelan
puting merah kecoklat-coklatan yang tumbuh matang di ujung buah dadanya itu.
Kurasakan semakin lama puting itu pun semakin keras dan kencang. Setelah puas
menyusuri lehernya, aku turun ke dadanya. Dan segera kulahap puting yang
menonjol merah coklat itu. Ia menjerit pelan. Tapi tak kubiarkan jeritannya
berhenti.

Kusedot puting itu dengan lembut. Ya, dengan lembut karena aku
yakin gaya seperti itulah yang diinginkan orang seperti Bu Vallen. Mulutku
seperti lebah yang menghisap kemudian terbang berpindah ke buah dada satunya.
Tapi tak kubirakan buah dada yang tidak kunikmati dengan mulutku, tak tergarap.
Maka tangankulah yang melakukannya. Kulakukan itu berganti-ganti dari buah dada
satu ke buah dadanya yang lain.

Setelah puas aku turun bukit dan kususuri setiap jengkal
kulit wanginya. Dan saat aku semakin turun kucium aroma yang khas dari barang
pribadi seorang perempuan. Aroma dari vaginanya. Semakin besarlah gairah yang
mengalir ke otakku. Tapi aku tidak ingin langsung menuju ke sasaran. Cara Bu Vallen
membuatku melayang rupanya mempengaruhiku untuk tenang, sabar dan pelan-pelan
juga membawanya naik ke awang-awang. Maka dari luar celana dalamnya, kunikmati
lekuk bukit dan danau yang ada di situ dengan lidah, bibir dan kadang-kadang
jari-jemariku. Kusedot dengan nikmat bau khas yang keluar dari sumur yang ada
di situ.Berita seks

Setelah cukup puas, baru kutarik celana dalamnya
pelan-pelan. Aku tersentak menyaksikan apa yang kulihat. Bukit venus yang indah
itu ditumbuhi rambut yang lebat. Tapi terkesan bahwa yang ada di situ terawat.
Meski lebat, rambut yang tumbuh di situ tidak acak-acakan tapi merunduk indah
mengikuti kontur bukit venus itu. Walaupun aku pernah membayangkan apa yang
tumbuh di situ, tapi aku tidak mengira seindah itu. Cerita Bokep

Ya, aku dan teman-temanku sering bergurau begini saat
melihat Bu Vallen: jika rambut di tempat yang terbuka saja subur, apalagi
rambut di tempat yang tersembunyi. Dan ternyata aku bisa membuktikan gurauan
itu. Ternyata rambut di tempat itu memang luar biasa. Bahkan aku yang semula
berpikir rambut yang menghiasai vagina Kiki luar biasa karena subur dan indah,
kemudian menerima kenyataan bahwa ada yang lebih indah, yaitu milik Bu Vallen
ini. Dari samping keadaan itu seperti taman gantung Raja Nebukadnezar saja :-).

Segera berkelebat pikiran dalam otakku, betapa
menyenangkannya tersesat di hutan teduh dan indah itu. Maka aku segera
menenggelamkan diri di tempat itu, di hutan itu. Lidahku segera menyusuri taman
indah itu dan kemudian melanjutkannya pada sumur di bawahnya. Maka Bu Vallen
menjerit kecil ketika lidahku menancap di lubang sumur itu. Di lubang
vaginanya. Bau khas vagina yang keluar dari lubang itu semakin melambungkan
gairahku. Dan jeritan kecil itu kemudian di susul jeritan dan erangan
patah-patah yang terus menerus serta gerakan-gerakan serupa cacing kepanasan.
Dan kurasa ia memang kepanasan oleh gairah yang membakarnya.

Aku menikmati jeritan itu sebagai sensasi lain yang
membuatku semakin bergairah pula menguras kenikmatan di lubang sumur vaginanya.
Lendir hangat khas yang keluar dari dinding vaginanya terasa hangat pula di
lidahku. Kadang-kadang kutancapkan pula lidahku di tonjolan kecil di atas
lubang vaginanya. Di klitorisnya. Maka semakin santerlah erangan-erangan Bu Vallen
yang mengikuti gerakan-gerakan menggelinjang. Demikian kulakukan hal itu sekian
lama.

Kemudian pada suatu saat ia berusaha membebaskan vaginanya
dari sergapan mulutku. Ia menarik sebuah bangku rias kecil yang tadi menjadi
ganjal kakinya untuk mengangkang. Aku dimintanya duduk di bangku itu. Begitu
aku duduk, ia kembali memagut penisku dengan mulutnya secara lembut. Tapi itu
tidak lama, karena ia kemudian memegang penisku yang sudah tidak sabar mencari
pasangannya itu.

Bu Vallen membimbing daging kenyal yang melonjor tegang dan
keras itu masuk ke dalam vaginanya dan ia duduk di atas pangkuanku. Maka begitu
penisku amblas ke dalam vaginanya, terdengar jeritan kecil yang menandai
kenikmatan yang ia dapatkan. Aku juga merasakan kehangatan mengalir mulai ujung
penisku dan mengalir ke setiap aliran darah. Ia memegangi pundakku dan
menggerakkan pinggulnya yang indah dengan gerakan serupa spiral. Naik turun dan
memutar dengan pelan tapi bertenaga.

Suara gesekan pemukaan penisku dengan selaput lendir
vaginanya menimbulkan suara kerenyit-kerenyit yang indah sehingga menimbukan
sensasi tambahan ke otakku. Demikian juga dengan gesekan rambut kemaluannya
yang lebat dengan rambut kemaluanku yang juga lebat. Suara-suara erangan dan
desahan napasnya yang terpatah-patah, suara gesekan penis dan selaput lendir
vaginanya serta suara gesekan rambut kemaluan kami berbaur dengan suara lagu
mistis Sarah Brightman dari CD yang diputarnya.

Barangkali ia memang sengaja ingin mengiringi permainan
cinta kami dengan lagu-lagu seperti itu. Ia tahu aku menyukai musik demikian.
Dan memang terasa luar biasa indah, pada suasana seperti itu. Apalagi lampu di
kamar itu juga remang-remang setelah Bu Vallen tadi mematikan lampu yang
terang. Dengan suasana seperti itu, rasanya aku tidak ingin membiarkan setiap
hal yang menimbulkan kenikmatan menjadi sia-sia. Maka aku tidak membiarkan
payudaranya yang ikut bergerak sesuai dengan gerakan tubuhnya menggodaku begitu
saja. Kulahap buah dadanya itu. Semakin lengkaplah jeritannya.

Matanya yang terpejam kadang-kadang terbuka dan tampak sorot
mata yang aku hapal seperti sorot yang keluar dari mata Kiki saat bercinta
denganku. Sorot matanya seperti itu. Sorot mata nikmat yang membungkus
perasaannya. Sekian lama kemudian ia menjerit panjang sambil meracau..

“Ah.. Aku.. Aku orgasme, Lhur!”

Sesaat ia terdiam sambil menengadahkan wajahnya ke atas,
tapi matanya masih terpejam. Kemudian ia melanjutkan gerakannya. Barangkali ia
ingin mengulanginya dan aku tidak keberatan karena aku sama sekali belum
merasakan akan sampai ke puncak kenikmatan itu. Sebisa mungkin aku juga
menggoyangkan pinggulku agar dia merasakan kenikmatan yang maksimal. Jika
tanganku tidak aktif di buah dadanya, kususupkan di selangkangannya dan mencari
daging kecil di atas lubang vaginanya, yang dipenuhi oleh penisku.

Meskipun Bu Vallen seorang janda dan sudah punya anak, aku
merasa lubang vaginanya, seperti seorang ABG saja. Tetap rapat dan singset.
Otot vaginanya seakan mencengkeram dengan kuat otot penisku. Maka gerakan
pinggulnya untuk menaik turunkan bukit venus vaginanya menimbulkan kenikmatan
yang luar biasa. Dan sejauh ini aku tidak merasakan tanda-tanda lahar panasku
akan meledak.

Bu Vallen memang luar biasa, ia seperti tahu menjaga tempo
permainannya agar aku bisa mengikuti caranya bermain. Ia seperti tahu menjaga
tempo agar aku tidak cepat-cepat meledak. Memang sama sekali tidak ada gerakan
liar. Yang dilakukannya adalah gerakan-gerakan lembut, tapi justru menimbulkan
kenikmatan yang luar biasa, terutama karena aku jarang bercinta dengan
perempuan lembut seperti itu. Sekian lama kemudian aku mendengar lagi ia
meracau..

“Ah.. Ah.. Ini yang kedua.. Lhur, aku orgasme.. Uhh!” Di
susul jeritan panjang melepas kenikmatan itu.

Tapi kemudian ia memintaku mengangkatnya ke ranjang, tanpa
melepaskan penisku yang masih menancap di lubang vaginanya. Ia memintaku
menidurkannya di ranjang tapi tak ingin melepaskan vaginanya dari penisku, yang
sejauh ini seperti mendekap sangat erat. Kulakukan pemintaannya itu. Maka
begitu ia telentang di ranjang, aku masih ada di atasnya. Penisku pun masih
masuk penuh di dalam vaginanya.

Kami melanjutkan permainan cinta yang lembut tapi panas itu.
Kini aku berada di atas, maka aku lebih bebas bermanuver. Maka dengan gerakan
seperti yang sering kulakukan jika aku berhubungan seks dengan Kiki, cepat dan
bertenaga, kulakukan juga hal itu pada Bu Vallen. Tapi sesaat kemudian ia
berbisik dengan mata yang masih terpejam..

“Pelan-pelan saja, Lhur. Aku masih ingin orgasme”.Berita
seks

Aku tersadar apa yang telah kulakukan. Maka kini gerakanku
pelan dan lembut seperti permintaan Bu Vallen. Kini erangan dan desahan
patah-patahnya kembali terdengar. Ia menarik punggungku agar aku lebih dekat ke
badannya. Aku maklum. Tentu ia ingin mendapatkan kenikmatan yang maksimal dari
gesekan-gesekan bagian tubuh kami yang lain. Dan Bu Vallen memang benar, begitu
dadaku bergesekan dengan buah dadanya, semakin besarlah sensasi kenikmatan yang
kudapat. Kurasa demikian juga dengannya, karena jeritannya berubah semakin
santer. Apalagi saat aku juga melumat bibir merahnya yang menganga, seperti
bibir vaginanya sebelum aku menusukkan penisku di situ. Meskipun jeritannya
agak bekurang karena kini mulutnya sibuk saling melumat bersama mulutku, tapi
aku semakin sering mendengar ia mengerang dan terengah-engah kenikmatan. Hingga
beberapa saat kemudian aku mendengar ia meracau seperti sebelumnya..

“Aku.. Ah.. Aku.. Uh.. Yang ketiga.. Aku orgasme, Lhur..
Ahh”

Setelah jeritan panjang itu, matanya terbuka. Tampak sorot
matanya puas dan gembira. Kemudian ia berbisik terengah-engah..

“Aku.. Aku.. Sudah cukup, Lhur. Saatnya untuk kamu”.

Aku tahu yang dia maksudkan, maka kemudian pelan-pelan
semakin kugenjot gerakanku dan semakin bertenaga pula. Ia kini membiarkanku
melakukan itu. Kurasa Bu Vallen memang sudah puas mendapatkan orgasme sampai
tiga kali. Sekian lama kemudian kurasakan lahar panasku ingin meledak. Penisku
berdenyut-denyut enak, menandai bahwa sebentar lagi akan ada ledakan dahsyat
yang akan melambungkanku ke awang-awang. Maka aku berusaha menarik penisku dari
lubang vaginanya yang nikmat itu. Tapi Bu Vallen menahan penisku dengan tangan
lembutnya.

“Biarkan.. Biarkan.. Saja di vaginaku, Lhur.. Aku ingin
merasakan sensasi cairan hangat itu.. Di vaginaku.. Uhh.. Uhh”.

Maka ketika lahar panas dari penisku benar-benar meledak,
kubiarkan ia mengendap di sumur vagina milik Bu Vallen, dengan diiringi
teriakan nikmatku. Setelah itu, Bu Vallen memintaku untuk tetap berada di atas
tubuhnya barang sesaat. Dengan lembut ia menciumi bibirku dan tangannya
mengusap-usap puting susuku. Aku juga melakukan hal yang sama dengan
mengusap-usap buah dadanya yang saat itu basah karena keringat. Dan memang
sensasi yang kurasakan luar biasa.

Cooling down yang diinginkan Bu Vallen itu membuatku merasa
seakan-akan aku sudah sangat dekat dengan Bu Vallen. Aku merasa ia seperti
kekasihku yang sudah sering dan sangat lama bermain cinta bersama. Aku merasa
sangat dekat. Maka begitu aku merasa sudah cukup, aku menarik penisku yang
sebenarnya masih sedikit tegang dari lubang vaginanya. Tampak air muka Bu Vallen
sedikit kacau. Wajahnya berkeringat dan anak rambutnya satu dua menempel di
dahinya. Kami kemudian pergi ke kamar mandi pribadinya di kamar itu. Kamar
mandinya juga wangi. Sambil bergurau, aku menggodanya..

“Ibu.. Justru kelihatan cantik setelah bercinta”. Ia hanya
tertawa mendengar gurauanku.

“Memang setelah bercinta denganmu tadi, seluruh pori-poriku
seperti terbuka. Aku sedikit capai tapi merasa segar”, jawabnya dengan
berbinar-binar.

Ia tampaknya memang puas dengan permainan cinta kami. Di
bawah shower, kami membersihkan diri dengan mandi bersama-sama. Kadang-kadang
kami saling membersihkan satu sama lain. Ia membersihkan penisku dengan sabun
dan aku membersihkan sekitar vaginanya juga. Ia tertawa geli saat aku dengan
halus mengusap-usap vaginanya dan rambut kemaluannya yang lebat itu.

Setelah itu, kami duduk-duduk saja di sofa di depan TV. Kami
menonton TV, sambil mengobrol dan menikmati kopi panas yang ia buat. Tapi ia
masih membiarkan pemutar CD-nya hidup. Kali ini suara Deep Forest yang juga
mistis mengisi suasana ruangan itu.

“Kamu tadi luar biasa, Lhur.” katanya memujiku.

“Meskipun masih muda, kamu bisa bercinta dengan sabar. Aku
sampai mendapat orgasme tiga kali”. Ia tersenyum. Matanya berbinar-binar.

“Ah, itu juga karena Ibu. Gerakan Ibu yang sabar dan lembut
membuat saya juga terpengaruh.” Kami mengobrol sampai malam. Ia kemudian
berkata,

“Menginap di sini saja, Lhur. Ini sudah malam. Besok
pagi-pagi sekali kamu bisa pulang.” Setelah berpikir sejenak aku mengiyakan
sarannya.

“Kalau begitu masukkan saja motormu di garasi” katanya
sambil memberikan kunci garasi.

Maka aku turun untuk memasukkan motor tigerku ke garasi
seperti yang di sarankan Bu Vallen. Ketika aku naik kembali ke atas, ia sudah
berganti pakaian dengan gaun tidur terusan yang tipis dan halus, sehingga
potongan tubuhnya tampak.

“Kopinya tambah lagi, Lhur?” tanyanya.

Aku mengiyakan saja. Saat ia meraih cangkir kopi di meja,
aku menangkap pemandangan indah di balik pakaiannya yang tali pinggangnya tidak
diikat dengan ketat. Ia tidak memakai bra-nya, sehingga buah dadanya yang tadi
kunikmati, tampak dengan jelas. Mulus dan indah. Pemandangan itu membuat aliran
darahku berdesir kembali. Apalagi saat aku mencium aroma parfum dari tubuhnya,
lembut dan menggairahkan. Beda dengan aroma yang dia pakai sebelum kami
berhubungan seks tadi.

Sesaat kemudian ia telah kembali sambil membawa dua cangkir
kopi. Tali pinggang pakaiannya yang semakin longgar membuat pemandangan indah
di baliknya semakin tampak. Apalagi saat ia duduk, pakaiannya yang tersingkap
menampakkan paha putih mulusnya, yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Serta sedikit bukit
venus yang di pinggir celana dalamnya tersembul rambut yang menggairahkan. Kami
kembali mengobrol. Ia kemudian menatapku lama, sambil bertanya, “Kau tidak
capek, Lhur?”.

“Tidak”, jawabku.

Sekali lagi ia menatapku lama lalu tangannya merangkul
leherku dan sesaat kemudian ia telah melumat bibirku kembali dengan lembut.
Kali ini tanganku segera meraba buah dada di balik pakaiannya yang longgar yang
sejak tadi sudah menggodaku. Ia masih melumat bibirku saat tangannya
pelan-pelan membuka kancing kemejaku dan kemudian melanjutkannya dengan menarik
resliting celanaku.

Begitu aku tinggal mengenakan celana dalam, ia juga melepas
gaun tidurnya. Tinggallah kami berdua hanya memakai celana dalam. Kemudian aku
menyambar buah dadanya. Maka semakin lama, seiring dengan jeritan kecilnya yang
terpatah-patah, buah dadanya semakin kenyal dan mengeras. Ia menarik
payudaranya dari mulutku. Kemudian tangannya menarik celana dalamku. Sejenak
kemudian ia telah mengulum penisku yang sejak tadi juga sudah tegang dan keras.
Tapi yang dilakukannya tidak lama.

Ia memintaku untuk tidur telentang di sofa. Lalu ia melepas
celana dalamnya dan telungkup di atasku. Ia membelakangiku. Vaginanya yang
sudah mulai basah berlendir dan kelihatan merah didekatkannya di atas mulutku.
Sedangkan ia segera menangkap penisku yang berdiri tegak dan mengulumnya. Maka
kami bedua saling mengulum, saling menjilati dan saling menyedot. Kadang-kadang
ia berhenti melakukan aksinya. Barangkali karena ia lebih dikuasai oleh
perasaan nikmat karena lubang vaginanya yang merah segar serta klitorisnya
kupermainkan dengan mulut dan lidahku. Ia mendesah mengerang terpatah-patah.Berita
seks

Setelah ia puas dan ingin segera memulai aksi puncak, ia
menggeser pinggulnya menjauh dari mulutku, menuju penisku yang semakin lama
kurasakan semakin keras. Tangannya menangkap penisku dan membimbingnya memasuki
vaginanya. Dengan masih membelakangiku, ia menggoyang pinggulnya dengan lembut.
Tapi sesaat kemudian, ia berbalik menghadapku.

Gerakannya saat ia berbalik menimbukan gesekan pada penisku
yang luar biasa. Membuat sensasi yang semakin nikmat. Maka dengan menghadapku
ia melanjutkan gerakan spiral pinggulnya tetap dengan halus. Naik turun, maju
mundur dan memutar. Aku juga berusaha menggerakkan pinggulku agar menimbulkan
sensasi yang lebih nikmat. Maka semakin santerlah erangan dan desahan dari
mulutnya yang terbuka, sambil matanya terpejam.

Suara-suara itu beriringan dengan lagu Deep Forest dari CD
yang terus mengalun mistis. Tanganku yang semula memegangi pinggulnya di bawanya
naik ke atas agar mempermainkan buah dadanya yang bergoyang-goyang mengikuti
gerakan pinggulnya. Maka kemudian tanganku mempermainkan buah dadanya itu.
Kuelus dan kupelintir kedua putingnya yang coklat kemerahan. Sekian lama
kemudian ia menjerit sambil meracau..

“Uhh.. Uhh.. Aku orgasme.. Aku orgasme, Lhur.. Ah.. Ahh..”

Setelah ia menjerit panjang menandai orgasmenya, ia membuka
mata. Kemudian ia tidur menelungkup dengan beralaskan bantal sofa, dengan kedua
kaki mengangkang terbuka, sehingga belahan vaginanya yang indah, merah dan
basah berlendir tampak sangat menggairahkan. Ia memintaku juga untuk
menelungkup di atasnya.

Dengan kedua tanganku yang memegangi kedua buah dadanya
sekaligus sebagai penahan berat badanku, aku menelungkup di atasnya. Dan
kusodokkan dengan lembut penisku yang masih tegang dan keras ke lubang
vaginanya dari arah belakang. Kini aku yang harus lebih aktif, maka kugerakkan
pinggulku maju mundur, naik turun. Bu Vallen masih terus mengerang dan mendesah
terpatah-patah dengan mata yang terpejam. Tanganku juga tetap aktif
mempermainkan buah dada dan puting susunya. Sedangkan mulutku kupakai untuk
menelusuri lehernya yang jenjang dan halus. Sekian lama kemudian terasa lahar
panasku akan meledak.

“Uhh.. Ahh sebentar lagi.. Sebentar lagi hampir..!”, kataku
terbata-bata.

“Uhh.. Uhh.. Aku juga, Lhur. Jangan kau cabut penismu. Kita
sama-sama.. Ahh.. Ahh”

Sesaat kemudian kami sama-sama menjerit kecil, menandai
puncak kenikmatan yang kami capai bersamaan. Seperti sebelumnya, Bu Vallen
memintaku tidak segera mencabut penisku. Matanya masih terpejam, tapi wajahnya
tersenyum. Aku juga masih mempermainkan buah dadanya dengan lembut. Ia dengan
lembut berkata..

“Aku bahagia sekali malam ini, Lhur..”, yang kemudian
kujawab dengan kalimat yang sama.

Ia kemudian memintaku mencabut penisku dari lubang
vaginanya. Lalu ia telentang dan mencium bibirku dengan lembut. Ia seterusnya
meneguk kopi yang sudah mulai dingin. Tampak bahwa ia kehausan setelah
permainan seks yang indah itu. Dengan masih bertelanjang bulat, ia berjalan ke
luar ruangan itu dan sesaat kemudian membawa sebuah lap dan semprotan air untuk
membersihkan spermaku dan lendir vaginanya yang tumpah di atas sofa. Aku
membantunya membersihkan noda itu.

Setelah itu, seperti seorang remaja yang sedang jatuh cinta,
ia menuntunku menuju kamar mandi pribadinya untuk bersama-sama membersihkan
diri. Karena kecapaian dan memang sudah cukup malam, kami kemudian memutuskan
untuk tidur. Saat aku kebingungan karena aku memakai jeans dan kemeja yang
tentu saja tidak nyaman, Bu Vallen menyarankanku untuk tidur dengan celana
dalam saja.

“Sudah, pakai celana dalam saja, biar suhu AC-nya
kuminimalkan”, demikian katanya.

Aku menyetujuinya. Ia memintaku tidur di ranjangnya. Kulihat
Bu Vallen juga hanya memakai gaun tidur halus dan tipis saja serta celana dalam
tanpa mengenakan bra.

“Aku memang biasa begini, Lhur. Rasanya lebih nyaman dan
bebas bernapas”, katanya.

Di balik selimut, Bu Vallen memelukku dan menyandarkan
wajahnya di dadaku. Maka aku tersenyum saja saat buah dadanya yang hangat dan
lembut, yang menyembul keluar dari gaun tidurnya yang tidak ditalikan dengan erat,
sering terasa bergesekan dengan dadaku. Demikian juga dengan Bu Vallen.

Esoknya, pagi-pagi sekali HP-ku sudah berbunyi. Kiki
menghubungiku. Memang begitu kebiasaannya, yang membuatku sering jengkel. Tapi
jika kutegur, ia hanya akan tertawa-tawa saja. Kangen katanya. Begitu aku
selesai bicara, Bu Vallen bertanya..

“Siapa, Lhur? Pacarmu, ya?”

Ia hanya tersenyum ketika aku mengiyakan pertanyaannya.
Kemudian ia bangkit dari ranjang. Tali gaun tidurnya yang terlepas
memperlihatkan payudaranya yang mulus putih, serta bukit venusnya yang menonjol
indah mengundang gairah. Ia membenahinya dengan tenang, sambil tersenyum
melihatku terpana melihat pemandangan itu. Kemudian ia ke kamar mandi. Segera
terdengar suara yang mendesis, mengalahkan suara kran yang mengalir lambat. Bu Vallen
sedang pipis rupanya. Mendengar suara seperti itu timbul gairahku. Sesaat
kemudian ia keluar dari kamar mandi. Kemudian ia berbisik kepadaku..

“Kau tidak ingin mengulang kenikmatan semalam, Lhur?” Aku
tersenyum memahami yang ia maksudkan.

“Sebentar, Bu..”, jawabku sambil menuju ke kamar mandi,
karena ingin kencing.

Setelah itu kami mengulangi percintaan kami semalam. Badanku
yang segar karena tidur yang nyenyak semalam, membuatku bersemangat melayani
gairah Bu Vallen yang juga tampak segar. Aku merasakan vaginanya lebih hangat
dan justru beraroma lebih menggairahkan pada pagi setelah bangun tidur seperti
itu. Dan bau badannya juga lebih natural.

Kami bercinta sampai Bu Vallen mendapat orgasme tiga kali.
Jadi selama bercinta denganku, Bu Vallen menikmati orgasme sebanyak delapan
kali. Maka siangnya, ketika aku bertemu dengannya di kampus ia tampak sangat
gembira. Wajahnya berbinar dan kelihatan sangat bergairah menjalani
aktivitasnya hari itu. Begitulah, kini hampir setiap akhir pekan aku selalu
mendapat SMS dari Bu Vallen yang bunyinya begini:

“Kau tidak sibuk malam nanti kan, Lhur? Bisa datang ke
rumah?” Maka setiap mendapat SMS seperti itu segera selalu terbayang sesuatu
yang menyenangkan yang akan kami lakukan bersama.Berita seks

Setiap akhir pekan anaknya selalu bermalam di rumah
sepupunya di luar kota sehingga Bu Vallen sendirian di rumah. Dan pembantunya
juga pulang karena hanya datang pada siang hari saja. Setiap aku mendapat SMS
itu, aku juga segera menghapusnya agar tidak terbaca oleh Kiki. Di kampus aku
juga berusaha bersikap biasa saja dengan Bu Vallen.

Ia dosen yang baik dan dihormati oleh semua orang di kampus.
Aku sedikitpun tidak ingin merusak citranya. Dan ia pun seorang yang
professional, meskipun di luar kami sering bercinta, ia tetap menghargaiku
sebagai mahasiswanya dan ia tetap membimbing tugasku dengan serius. Sesuatu
yang sangat aku sukai. Bercinta dengannya bukan sekedar mendapat kepuasan
libido, aku merasakan sesuatu yang lain. Entah apa itu.

cerita,sex,seks,dewasa,mesum,bokep,ngentot,hot,sange,telanjang,panas,syur,lesby,gay,homo,bugil,telanjang,tante,bispak,kontol,memek,vagina,lendir,onani,masturbasi,anal,kimcil,xxx,bondage,perkosaan,cabul,skandal

The post Cerita Sex – Dosen Sex appeared first on Doyanbokep.

Kisah Sex Ngentot Tetangga

$
0
0

Kisah Sex, Kisah Sex Terbaru, Kisah Sex 2016, Kisah sex Nyata, Kisah Sex Terhangat, Kisah Sex terbaru terhangat, Kisah Sex 2016 Terhangat, Kisah Sex nyata terhangat. Kejadian ini sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, Ketika aku baru beberapa bulan pindah ke sebuah perumahan yang masih sepi dari penghuni.Kisah Sex, Kisah Sex Terbaru, Kisah Sex 2016, Kisah sex Nyata, Kisah Sex Terhangat, Kisah Sex terbaru terhangat, Kisah Sex 2016 Terhangat, Kisah Sex nyata terhangat.Kisah Sex Terhangat

Jika malam itu adalah malam sial bagiku, mungkin benar… pasalnya siangnya Meiti istriku berangkat ke Semarang dijemput mas Marwo kakak lelakinya, untuk menghadiri pernikahan sepupu mereka, sedangkan aku memang ga ikut karena ga mungkin meninggalkan tugas kantor yang memang sedang tinggi loadnya di akhir tahun ini… Yang pertama malam ini aku bakal kesepian di rumah, yang kedua baru tadi pagi menstruasi Meiti istriku berhenti, seharusnya malam ini aku dapat jatah setelah selama hampir seminggu kejantananku ga ketemu musuh …

Makanya sepulang kantor aku mampir ke Glodok tempat yang memang sehari-hari aku lewati… kubeli beberapa filem bokep… pikirku lumayan untuk menghabiskan week end ini…. Menjelang memasuki gerbang perumahan yang masih sepi dari penghuni ini, hampir aku mengumpat keras, ketika ingat kalao DVD playerku masih berada di tukang service yang seharusnya sudah bisa diambil beberapa hari yang lalu dan sekarang, gila aja kalau aku harus putar balik menembus kemacetan Jakarta hanya untuk mengambil benda itu…. Aaaah… aku ingat mas Jemblunk satu-satunya tetangga terdekatku yang rumahnya bersebelahan dengan rumahku, aku bisa pinjam dia… kembali aku bernafas lega.

Sehabis mandi, segera aku bertandang ke rumah sebelah, aku sempat heran, ga biasanya masih jam 20.30 ruang tamunya sudah gelap, padahal mobil Avanza hitam miliknya ada di rumah, berarti mas Jemblunk ada dirumah… simpulku sederhana…

“ Mas Jemblunk… maaas…” panggilku dari luar pagar, sesekali kuketok-ketokkan gembok ke pagar besi, sehingga terdengar suara besi beradu nyaring… Agak lama kulihat lampu ruang tamu menyala, tapi pintu tidak segera dibuka, kulihat tirai sedikit tersingkap dan ada yang mengintip dari dalam, tumben pake diintip segala…. Biasanya mas Jemblunk langsung buka pintu.

“ Eeeiii… Aryoooo… sorry ya…ayo masuk pagar ga dikunci kan..?” seru suara wanita yang sangat aku kenal, mbak Emily istri mas Jemblunk keluar dari pintu dengan pakaian tidurnya dilapisi sweater

“ Lho mas Jemblunk mana mbak… sudah tidur..? waduu jadi ngganggu neeh..?” kataku agak kikuk ketika aku sudah duduk di ruang tamu itu mas Jemblunk ga muncul..

“ Mas Jemblunk sedang tugas ke Medan Aryo… eh mau minum apa neeh..?” mbak Emily wanita berwajah cantik ini menawarkan minum yang membuatku semakin jengah untuk duduk berlama-lama disitu, pasalnya mba Emily dengan pakaian tidur yang tipis memperlihatkan bayangan celana G-String putihnya… aku yakin bagian atas jika tak tertutup sweater akan membayang BH nya… atau mungkin ga pake… yang aku tahu ibu ini buah dadanya sangat montok… Sebenarnya antara aku dan mbak Emily sudah akrab sekali, bahkan kalo bercanda kadang-kadang agak seronok… tapi itu justru jika ada di depan mas Jemblunk atau ada Meiti istriku.. ketika berdua begini aku jadi kaya mati angin… sementara mba Emily masih bersikap wajar…

“ Waah.. ga usah repot-repot mbak… aku hanya mau pinjem DVD player aja kalo bisa…” kataku dengan agak sungkan…

“ Ada kok yo… bentar aku lepasin kabel-kabelnya yah… sendirian di rumah… mau nonton film jorok ya..?” Tebak mbak Emily yang tengah berlutut di lantai mencabuti kabel DVD player yang berada dibawah kolong membelakangiku sehingga pantatnya yang montok itu ngepress di baju tidurnya yang tipis dengan celana G-String, terlihat pantat montok itu bagaikan tanpa celana…mau ga mau kejantananku yang sudah seminggu ga ketemu musuhnya merespon positif… mulai menggeliat bangun.

“ Waaah… eeehhh… anuu… buat nonton video pengantin temen yang baru diedit” jawabku sempat gagap…

“ Alllaaaaaa… ga usah ngelesslaaah… iya juga gapapa… udah gede ini…haa..haaa..” potong mbak Emily sambil meletakkan benda elektronik tipis ini di meja… dengan posisi aga menunduk ini mataku menangkap dua gundukan montok putih mulus tanpa lapisan dari sela-sela sweaternya di dalam daster yang memang berleher rendah… dan mbak Emily seolah ga merasa akan hal itu…

“ Haaa…haaa… mbak Emily nuduh neeh… nonton bokep sendirian ga seru… kalo ditemenin mbak Emily baru seruuu…” jawabku mulai terbawa gaya sembarangannya mbak Emily…

“ Heeee..??? bener ya Aryo..? seumur-umur aku belom pernah nonton bokep… soalnya mas Jemblunk ga pernah ngasih… kamu ada kan filemnya..?” cerocos mbak Emily tanpa bisa kujawab… dan sebelum aku bisa jawab…

“ Ya udah sana kamu duluan aku ngunciin pintu sama matiin lampu dulu….” Tanpa menunggu jawabanku ibu muda ini sudah menghilang ke belakang…

Dengan gontai aku melangkah pulang sambil nenteng DVD player milik mba Emily… pikiranku jadi kacau, karena mba Emily kepengen ikut nonton bokep sama aku… Sampai dirumah sambil masangin kabel-kabel ke monitor aku bingung sendiri… aku bakal mati gaya, nonton bokep berduaan dengan istri orang… Lain semasa bujangan dulu, kalo nonton bokep justru cari pendamping yang bisa dijadikan pelampiasan… Lulu anak Fakultas Psikologi, pendampingku setia nonton bokep… ujung-ujungnya kami saling melampiaskan walaupun hanya sampe oral sex… Lulu ga mau aku setubuhi, katanya waktu itu dia masih perawan… Trus beberapa lagi Titiek, Anita, Mimi… kalo mereka bertiga memang sudah dapat predikat ayam kampus. Bahkan pernah aku dikeroyok mereka bertiga semaleman…

“ Heeeiii aku datang…! ko malah ngelamun Aryo…?” Suara mba Emily membuyarkan lamunanku. Mba Emily datang dengan membawa tentengan berupa beberapa minuman kaleng dan makanan kecil..

“ Busyeeet bekelnya banyak bener…? Mau sampe pagi…?” seruku untuk menetralisir kebingunganku… Waddduuu… aku pikir mba Emily tadi berganti baju yang lebih pantas, ternyata masih menggunakan baju tidur yang sama… ini namanya sial atau keberuntungan siiih..???

“ Heh..? siapa tau sampe pagi…? Aryo aslinya… sebelum kamu datang tadi aku di dalam rumah sendirian, tuh takut… tau ga siih..? sepi bangeeet… makanya aku bawa banyak bekel, ntar kita ngobrol aja sampe pagi… setuju..?” celoteh mba Emily panjang lebar bener-bener ga berubah sikapnya, ada atau ga ada suaminya…

“ Sekarang mau nonton yang mana dulu..? silakan nyonya Emily menentukan pilihan…” kataku sambil menyodorkan segepok piringan DVD lengkap dengan sampulnya…

Pilihan mba Emily rupanya tepat, pilihan filmnya masih yang XX… jadi sewaktu nonton kami masih bisa sambil santai bercanda mengkomentari adegan demi adegan, walaupun 2 jam kemudian setelah film pertama selesai aku lihat wajah mba Emily agak memerah dan sesekali merapatkan sweaternya seolah-olah menyembunyikan dadanya yang montok….

“ Mmm… apa sih yang dikuatirkan mas Jemblunk dengan aku nonton Bokep, kalo beginian sih ga begitu ngaruh aku rasa Aryo…?” kata mba Emily sedikit arogan.. sambil milih-milih lagi film yang akan ditonton berikutnya…

“ Yang bener aja deeeh mbak Emily..?? kalo nontonnya sama suami orang..?” Jawabku menggodanya.. entah kenapa aku bisa menemukan panggilan Nyonya Emily untuknya yang selama ini ga pernah muncul..

“ Haa… haaa… suami Meiti sih anak kemaren sore mana berani macem-macem..?” sahutnya setengah menantang dengan bibir manisnya dicibirkan padaku…

Memang usia mba Emily lebih tua 2-3 tahun dari aku, makanya sering ledekannya kepadaku selalu menyangkut umur dan apalagi memang wajahku kata orang adalah baby face, innocent… seandainya orang tau kelakuanku di jaman kuliah dulu… pernah kencan ranjang dengan dosen manajemen… pernah pacarin anaknya sekaligus nidurin mamanya… ibu kospun pernah aku embat… mungkin akan lain kesannya padaku dan kebetulan Meiti istriku aku dapatkan ketika aku sudah di Jakarta dan sama sekali tak tahu masa laluku yang brengsek…

“ Aaarr… iihh asyik banget tuh mereka yak..?” Gumam mba Emily yang memang dasar mulutnya ga bisa diem… melihat adegan pose 69 kayanya heran banget…

“ Emang kamu belum pernah mba..?” sahutku polos…

“ Eeeh… enggak… no comment.. sssst diem aja ya sekarang..” kudengar mba Emily menjawab gagap dan suaranya agak bergetar…. Benar saja suasana jadi hening, apalagi volume film memang kecil supaya ga kedengaran dari luar…. Tapi kini yang aku dengar adalah suara nafas mba Emily yang tidak teratur, seolah-olah terengah-engah… sedangkan aku juga sudah terhanyut dengan adegan syuuur yang terpampang di monitor dan film kali ini adalah XXX… celana pendekku yang gombrong, di bagian selangkanganku sudah menggembung akibat batang kemaluanku sudah menegang kencang, makanya kutumpangkan bantalan kursi agar ga terlihat oleh mba Emily…

awalnya aku ga begitu memperhatikan mba Emily, karena aku sangat terbawa oleh adegan dan wajah-wajah seksi di film itu… tapi beberapa kali kudengar mba Emily menghela nafas panjangnya… dan beberapa kali merubah posisi duduknya, seolah gelisah… mulailah aku memperhatikan tingkah wanita yang menahan gejolak birahi…. kulihat sering nyonya muda ini meregangkan jari-jari tangannya…. dan kulihat wajah yang cantik berkulit putih ini makin memerah, seperti layaknya orang habis minum arak… Satu setengah jam berlalu… sesekali kulirik mba Emily yang duduk di sebelahku persis… kegelisahannya kulihat semakin hebat… dan hilang sudah komentar-komentar konyolnya seperti pada film pertama…

Pada suatu saat menjelang film ini selesai… mata kami bertemu pandang… kulihat sorot mata yang aneh dari mba Emily… sementara kurasa matakupun sudah aneh juga… dimata mba Emily..

“ Biiiiiimmmm….” Kudengar suaranya mendesah memanggil namaku

“ Ya mbaa…” jawabku tak kalah lirih, dalam pandanganku saat itu yang dihadapanku bukanlah Emily sebagai wanita yang sudah kukenal baik…tetapi Emily sebagai wanita yang sangat menggairahkan sedang menggelar libidonya… entah siapa yang memulai… tahu-tahu tangan kami sudah saling menggenggam… kuremas lembut jari-jari halus mba Emily.

Mba Emily menundukkan wajahnya ketika wajahku mendekat, kusibakkan rambut panjangnya yang jatuh menutup sebagian wajahnya… kembali dia mengangkat wajahnya dan wajah kami hampir tak berjarak, hembusan nafasnya terasa hangat dihidungku.. matanya menatapku penuh makna… Entah keberanian dari mana yang mendorongku mengulum bibir indah yang setengah terbuka milik mba Emily… aah reaksi positif kudapatkan… kulumanku dibalasnya, sejenak bibir kami berpagutan mesra, sampe akhirnya dia melepaskan pagutan bibirnya dengan nafas terengah-engah.

“ Aaah Aaarryyo… jangan… jangan diteruskan… bahaya…” katanya setengah berbisik sambil berusaha melepaskan rengkuhanku… tak akan kulepaskan nyonya cantik ini… kepalang tanggung..pikirku.

“ Kenapa mba..? apanya yang berbahaya..?” sahutku sekenanya sambil mendaratkan kecupan bibirku di lehernya yang jenjang… sejenak dia meronta-ronta kecil berusaha menghindari kenakalan bibirku pada leher mulusnya, sementara tanganku tengah meremasi kemontokan buah dada yang ternyata memang tak mengenakan bra… beberapa kali tangan halusnya menepiskan tanganku dari dadanya… tapi segera tanganku kembali ke tempat semula, sampai sesaat kemudian perlawanannya berhenti dengan sendirinya, berubah dengan desah nafas memburu dan geliatan tubuhnya… serangankupun kukendorkan.. kecupan bibirku kuperlembut demikian juga remasan tanganku berubah menjadi elusan lembut pada kulit buah dadanya dan gelitikan mesra pada puting susunya yang sudah mengeras…

“ Aryoo… ssss… aku ngga tahaaan..” bisiknya pendek, dekat sekali suara itu di telingaku… ooowww… daun telingaku dikulumnya… dijilatinya…

“ Ikuti aja mba… nikmati aja..” bisikku mesra sambil menarik tali daster yang tersimpul di pundaknya, sehingga memperlihatkan kesempurnaan bukit montok di dadanya.. begitu mulus dengan puting mungil mengeras berwarna merah kecoklatan… kudaratkan jilatan ujung lidahku pada benda itu, tubuh mba Emily menggeliat sambil mendesah panjang…

“ Ssssssshhh… aaahh… Aaarr..ooo.. aku.. takuut… mmmmmhh” Tak kupedulikan lagi kalimat-kalimat mba Emily, karena nafsukupun sudah di ubun-ubun apalagi menghadapi kenyataan ternyata tubuh ibu muda ini memang tak layak untuk dilewatkan sesentipun… desah-desah resah berhamburan dari mulut mba Emily, geliatan tubuhnya sudah menunjukkan kepasrahannya kepada birahinya sendiri… tangannya mulai melingkar di leherku, betapa rambutku digerumasinya, betapa kuatnya jari lentik mba Emily mencengkeram kulit punggungku, manakala puting susunya kukulum dalam waktu yang lama….

“ Duuuh… ampuuunn…..” desahnya lirih, perutnya yang rata berkulit putih dihiasi lubang pusar berbentuk bagus ini menggeliat erotis, manakala bibirku mengecupinya… Tubuh atas mba Emily sudah kutelanjangi, entah kemana daster dan sweaternya jatuh ketika kulempar tadi. Tubuhnya setengah rebah dengan kepala berada di sandaran tangan sofa, sementara kulihat tangannya meremasi buah dadanya sendiri…

Mba Emily mengerang panjang dengan menggoyang-goyangkan kepalanya yang mendongak ketika lubang pusarnya kukorek-korek mesra dengan lidahku… tubuhnya menggeliat erotis sekali, rupanya disitu adalah salah satu daerah sensitifnya…

“ Owww… Arryyooo… jangaaan… aku ga mauu…” bisiknya sambil tangannya menahan daguku… ketika kukecupi gundukan kemaluannya dari balik celana G Stringnya yang sudah tampak bercak basah…

“ Kenapa mbak..?” tanyaku lembut..

“ Ssssshh… aku belum.. pernah… maluuu..” jawab mba Emily, sambil berusaha menarik tubuhku ke atas… Busyeet jadi diapain aja tubuh indah ini sama mas Jemblunk..? Selanjutnya tanpa permisi celana G String itu kusingkap ke samping…. Fuuuiii..! sebuah gundukan kecil yang dibelah tengah dengan rambut kemaluan ga begitu lebat… sebuah bentuk luar kemaluan wanita yang masih orisinil… indah sekali belahan yang basah kulihat berdenyut-denyut… tak ayal lagi lidahku terjulur menyapu cairan yang membasahi belahan indah itu….

“Aaaaahhh… Arryyooo… kamu bandeeelll…” Erang mba Emily dengan tubuh semakin hebat menggeliat… sepasang kaki panjangnya semakin terkangkang lebar… kaki sebelah kiri terjuntai ke lantai yang beralaskan karpet tebal dan kaki sebelah kanannya ditumpangkan di atas sandaran sofa… setelah G Stringnya kutanggalkan. Rambutku habis diacak-acak tangannya yang gemas yang kadang mencengkeram erat kulit pundakku… hal ini membuat aku semakin kesetanan ditambah aroma kemaluannya yang segar… bibirku menciumi bibir kemaluannya selayaknya mencium bibir mulutnya dan lidahku menyelip-nyelip memasuki liang yang basah itu sampai sedalam-dalamnya…. sesekali kukulum clitoris mungil yang sudah mengeras…

“ Arrryyoooo…. ampuuuunn… nikmaaaaat bangeeettt…” mba Emily merintih-rintih dengan suara seperti orang mau menangis… pinggulnya bergerak-gerak merespon ulah lidah dan bibirku di selangkangannya…

“ Ooowwh… Arrryyoooo… sudaaaaahhhh aku ga tahaaaaan…” Suara mba Emily semakin memilukan… Tiba-tiba tubuh mba Emily bangkit dan mendorong lembut tubuhku yang tengah bersimpuh di karpet tebal kuikuti saja sehingga tubuhku telentang di karpet sedangkan tubuh mba Emily mengikuti arah rebah tubuhku sehingga tubuhku kini ditindihnya…. buah dadanya yang montok dan kenyal itu kini menempel ketat di dadaku… wajah kami begitu dekat dan wajah wanita yang tengah diamuk birahi memang akan semakin terlihat memikat, seperti wajah mba Emily ini kulihat semakin mempesonaku…

“ Aryoooo… ayo masukin yaaah..?” Desisnya dengan bibir indahnya kulihat gemetar…

Alis indah di wajah cantik mba Emily mengerinyit dan matanya yang agak sipit semakin menyipit sayu…

“ Ouught… pelaaan YYoooooo… ssssss… nyeriii…” keluhnya… sambil memepererat pelukannya… kurasakan liang sanggama ibu muda ini sempit sekali ketika kemaluanku berusaha menerobosnya… Tapi ibu muda ini sangat bersemangat untuk menuntaskan gairah binalnya… walaupun dengan ekspresi yang nampak kesulitan dan kesakitan…. diiringi geal-geol pinggulnya… akhirnya amblaslah seluruh batang kemaluanku tertanam di liang sanggamanya yang sempit..

“ Sssshhh… gilaaa… gede banget punya kamu… hhh… hhh… tunggu Aaarrm..” Tubuh sintal mba Emily ambruk ke tubuhku ketika penetrasi itu berhasil… kudiamkan sejenak tubuh sintal itu diam tak bergerak di atas tubuhku dengan nafas memburu tak beraturan… besutan-besutan kecil kurasakan ketika mba Emily mulai menggerakkan pinggulnya… dan gerakan itu semakin keras… dan besutan-besutan itu semakin nikmat kurasakan…. aku ga bisa menahan diri lagi untuk mengcounternya… aku mulai mengayun batang kemaluanku..

“ Arryyoooo… oooohhh…sssshhhh” hanya itu desah-desah kalimat pendek yang sering terucap dari mulut mba Emily yang dengan gemulai menarikan pinggulnya… diiringi erangan dan rintihan kami yang sangat ekspresif… sesekali bibir kami berpagutan liar… remasan gemas tanganku pada buah dada montok yang terayun-ayun itu seakan tak mau lepas…

“ Aaarr… Arryyooooo… ssssshh… aku hampiiirrr… ookkkhhh..” gerakan tubuh mba Emily semakin tak beraturan… dan rasanya akupun ga perlu menahan bobolnya tanggul spermaku untuk lebih lama…

“ Tunggu mba..” desisku pendek.. dan bagaikan dikomandoin tubuh kami bisa serentak meregang dan aku terpaksa mengayunkan batang kemaluanku sehebat-hebatnya un tuk menghasilkan kenikmatanku secara maksimal…

“ Aaaaarrgh.. Arrryyoo… aammmpuuuunn…” Tubuh mbak Emily menggelepar hebat di atas tubuhku… betapa kejam kuku jarinya mencengkeram dadaku sebagai pelampiasan meledaknya puncak birahi betinanya….

Hening…. sesaat setelah terjadinya ledakan hebat… kulihat jarum jam didnding menunjukkan angka 11.30… tubuhku tetap rebah telentang… sedangkan tubuh mba Emily tergolek disamping membelakangiku… Ketika deru nafas memburu kami mulai mereda… dan ketika keringat birahi kami mulai mengering…. kupeluk tubuh sintal mba Emily dari belakang, tapi dengan lembut tanganku diangkat dan dipindahkan ke tubuhku sendiri… dan tubuh mbak Emily beringsut menjauhiku… kudekati lagi tubuh itu dan kudaratkan kecupan di punggung berkulit mulus itu… kudengar isak tangisnya….

“ kenapa mba..?” tanyaku lembut… lama ga ada jawaban, isak tangis mba Emily makin keras… kubelai lembut pundaknya.. tapi tanganku ditepisnya…

“ Aryoo… aku sedih dengan kejadian ini… aku malu sama kamu.. dan aku merasa sudah melukai hati Meiti dan mas Jemblunk…” terdengar suara mba Emily serak…

“ Malu kepadaku..? untuk apa malu…? justru aku merasa lebih dekat dan bahagia sama kamu mbak.. walaupun sebenarnya ga seharusnya dengan jalan seperti ini… selama kita bisa memposisikan masalah ini pada porsinya, kurasa mas Jemblunk ataupun Meiti ga akan merasa kita sakiti..” jawabku panjang lebar..

“ Aku takut mereka tahu apa yang telah kita lakukan..” sahut mba Emily dengan suara yang semakin tenang…

“ Mereka ga akan tahu selama kita ga memberitahu… dan kondisi kita saat ini adalah seorang lelaki dan wanita yang punya keinginan yang harus terpenuhi saat ini juga… kita tidak bisa menghindari mbak..” sahutku lagi, sambil kutumpangkan tanganku dipinggul bulatnya… mba Emily tak bereaksi walaupun masih mempunggungiku…

“Lebih tepatnya harus terpenuhi malam ini… bukan hanya sesaat…” sahut mba Emily sambil membalikkan badannya, sehingga kembali buah dada montoknya menempel di dadaku… matanya menatapku tajam penuh tantangan.. dan kini wajah sembab sehabis menangis ini tersenyum manis sekali…

“ sepanjang malam ini mba..?” tanyaku menegaskan, sambil kulingkarkan lenganku ke pinggangnya yang raping…

“ Yah… bukankah malam masih panjang Aryo…?” bisiknya manja.. wajahnya ditengadahkan ke wajahku. Kupagut bibir bagus itu dan disambut dengan sangat bergairah…. Gairah liar birahi betina mba Emily meletup dahsyat, aku benar-benar tak menyangka ibu muda yang kalem dan polos bisa berubah sedemikian agresip… Batang kemaluanku rupanya benar-benar membikin ibu muda ini gemas setengah mati… tak hentinya tangan berjari lentik ini mengocok dan meremas-remasnya..

“ Aryoo aku pengen “ini” kamu..” bisiknya manja sambil meremas lebih keras saat mengucap kata “ini”…

“ Emang bisa..?” sahutku menggoda… wooww.. perutku digigit kecil mba Emily dengan gemas…

“ Boleeeh enggaaa..?” rajuknya

“ Iyaaaa… habisiiin deeeh..” jawabku sambil kuremas pantat bulatnya… Awalnya kurasakan mba Emily masih coba-coba… dengan sabar aku memberi arahan, karena beberapa kali kemaluanku terkena giginya… lumayan sakiit… Selanjutnya, tubuhku dibuat melintir dan menggeliat merasakan permainan lidah dan lembutnya bibir mba Emily membasuk batang kemaluanku… kadang-kadang dengan nekadnya batang kemaluanku ditanamnya dalam-dalam sampai ujung kerongkongannya… sampai mba Emily tersedak..

“ Eeeii.. jangan diabisin mbaa..” kataku lembut… melihat mba Emily tersedak..

“ Abis gemeees aku Aryo… punya kamu panjaaang bangeeet, gede lagi…” bisiknya manja, memberi alasan…

Akhirnya kami membuat posisi 69, mba Emily menindihku dengan posisi mengangkangi wajahku… Kami sepakat dengan posisi ini sampai mencapai orgasme… kembali erangan dan rintihan kami bersahutan.. gerak tubuh kami sudah tak berirama, detik-detik akhir mba Emilypun kurasakan… beberapa kali kaki panjangnya meregang dan besotan mekinya di bibirku makin liar… aksi lidah dan bibirnya pada batang kemaluankupun makin liar, membuatku semakin mendekati titik kulminasi…

“ Eeeeeehhhkkk… Arrryyoo… niiiikkkkmaaaattnyaaa…” rengek mba Emily panjang, tubuhnya menggeliat hebat… kedua kakinya meregang.. besotan meki ke mulutkupun makin hebat… lidahku kujulurkan jauh kedalam liang becek yang kurasakan mengedut-ngedut…

“ Oooowww.. mbak akuu.. hampiiirr…” Desahku selang tak lama setelah kemaluanku kembali dihajar lidah dan mulut mba Emily… busyeeet, bukannya melepaskan kuluman bibirnya di kemaluanku, mba Emily malah memperhebat aksi mulut dan lidahnya ditambah kocokan tangannya pada batang kemaluanku… Apa dayaku… tak ampun lagi diiringi eranganku, tubuhku mengejang keras mengantarkan semprotan spermaku bertubi-tubi di dalam mulut mba Emily yang makin lengket seperti lintah menempel di tubuhku… tak luput kantong pelerku diremas-remas lembut, seakan spermaku ingin diperas habis… setelah dirasa tetes terakhir… buru-buru mba Emily bangun dari tubuhku dan menyambar botol aqua yang tadi dibawa dari rumah dan diteguknya sampai tandas…

“ Iiih… rasanya aneh… banyak banget, kentel lagi… kenyang deh aku Aryo… tapi enaak kok, asin ada gurihnya..” komentar mba Emily dengan pengalaman barunya… Kembali kami berbaring di karpet tebal merasakan lemasnya tubuh…

Setelah mengguyur tubuh dengan shower di kamar mandi kembali kami rebahan santai di karpet tebal di depan televisi, saat itulah mba Emily menceritakan rahasia kehidupan ranjangnya dengan mas Jemblunk, yang monotone, mas Jemblunk terlalu polos dan lurus dalam soal sex.. sedikit-sedikit takut dosa. Dalam hal kepuasan sex sebenernya mba Emily tidak merasa kekurangan, karena selain mas Jemblunk memang punya stamina tubuh yang bagus dengan hidup sehatnya, di sisi lain memang mba Emily adalah type wanita yang gampang tersulut gairah seksualnya dan dengan cepat mencapai puncak orgasme…

“ Pernah hari Minggu pagi aku liat mas Jemblunk sedang nyuci mobil dengan kaos yang basah, sehingga nempel dibadannya yang atletis… seeerrrr… langsung.. basah juga deh CD ku… dan langsung kutarik mas Jemblunk kekamar dan aku telanjangi…. haa.. haaa.. dapet dua kali…” tutur mba Emily sambil menyuapi aku dengan anggur yang dibawanya tadi… Kembali kami nonton bokep yang belum kami tonton… belum seperempat jam Asia Carrera beraksi…

“ Arrryyoo… nggaaa tahaaan neeh… keburu pagi…” Desah mba Emily manja dengan nafas yang sudah ngos-ngosan… apalagi dengan membengkaknya batang kemaluanku yang dari tadi ga lepas dari genggamannya.

“ Mba Emily pingin diapain..?” bisikku sambil kudaratkan kecupan di lehernya

“ Pingin kaya di film itu…” jawabnya manja… tanpa disuruh mba Emily menelungkupkan tubuhnya di sofa dengan kaki berlutut di karpet agak mengangkang… kuminta pantatnya ditunggingkan sehingga gundukan bukit kemaluannya mengarah keluar… mba Emily kembali mengerang gemas ketika kemaluanku mulai merentangkan otot liang sanggamanya… ketika pantat montok itu mulai menggeol gemulai dan ketika batang kemaluanku mulai memompa… mulailah kuda jantan dan kuda betina ini berpacu birahi…

Aku membuktikan mba Emily memang wanita yang cepat mencapai orgasme dan cepat kembali berkobar birahinya… dan mba Emily menghendaki berganti posisi setelah dia mencapai orgasme… saking seringnya dia mencapai orgasme… hampir-hampir kami kehabisan posisi dan di setiap posisi mba Emily mengaku bisa mencapai orgasme dengan kenikmatan yang maksimal… Ketika pada orgasme mba Emily yang kelima, aku juga merasakan orgasmeku hampir sampai… mba Emily menyadari itu…

“ Aaarrm… tumpahkan dimulutku sayaaang… aku suka peju kentel kamu…” rengeknya disela-sela nafas kuda betinanya… dan dengan bernafsu sekali mba Emily menyambut semburan demi semburan sperma kentalku dengan mulut terbuka lebar dan lidah yang menggapai-gapai… Tubuh mba Emily kembali rebah telentang di karpet setelah menenggak setengah botol aqua… rambutnya yang panjang tampak kusut dan basah oleh keringatnya, tubuhnya yang berkulit putih juga tampak berkilat basah oleh keringat… terlihat sinar matanya yang kecapekan dan wajah agak memucat… Ketika aku keluar dari kamar mandi setelah kembali mengguyur tubuhku dengan shower, kulihat mba Emily tertidur pulas dengan bibir tersenyum…

kulihat jam menunjukkan jam 03.45… kurebahkan tubuhku disisinya… kubelai lembut rambutnya yang masih basah oleh keringat birahi… kukecup keningnya yang sedikit nonong… kuamati tubuh telanjang ibu muda ini, sebuah struktur yang sempurna… wajahnya berbentuk oval, bibir berbentuk bagus, hidung mancung berbentuk ramping, mata agak sipit tapi memanjang dengan kelopak besar… bulu mata yang lentik dan panjang… alisnya seperti di gambar… postur tubuhnyapun proporsional antara tinggi dan beratnya… sekitar 165 – 170 cm… buah dadanya yang montok kutaksir cup branya B…. memang masih kenyal menggemaskan dengan puting susu bak perawan, mencuat mungil ke depan, berwarna merah kecoklatan…

perutnya yang rata dengan lubang pusar berbentuk indah… pinggang ramping menyambung dengan pinggul yang padat ditopang sepasang kaki yang panjang berbentuk atletis…. Rupanya aku tak dapat menahan kantukku…

Aku membuka mata kulihat mbak Emily bersimpuh di sebelah tubuhku, dengan pakaian sudah lengkap membalut tubuhnya, rupanya dia yang membangunkanku kulihat jam dinding menunjukkan pukul 05.15…

“Aaarr, aku pulang dulu yaa..?” kata mbak Emily, wajahnya sudah segar, rupanya sempat mencuci mukanya sebelum membangunkanku…

“ Eeeh… buru-buru sih..? kan masih pagi… “ jawabku sambil menarik pinggangnya…

“ Aryoo kamu gila… liat tuh udah terang…” protesnya ketika tubuhnya menindih tubuhku akibat tarikan tanganku dan aku memang gha peduli karena seperti biasa kalo pagi hari, batang kemaluanku pasti ikut menggeliat bangun saat aku bangun…. kembali kugumuli tubuh indah yang kini sudah berdaster lengkap dengan sweaternya….

“ Aaaahhh Aryomooo… ga mauuk… bauuuk ga enak..” protesnya manja tapi tidak menolak bahkan kudengar desisan panjang ketika batang kemaluanku kembali menggelosor memasuki tubuhnya…

“ YYooooooo… asli aku ga mampu menolak yang begini iniii ooohhkk…” desisnya gemas merasakan pompaan batang kemaluanku ke liang sanggamanya yang sempit…

“ Ayyuu Arrryyoooo… keburu mbak Suti dateng…” bisik mbak Emily di deket telingaku, setelah orgasmenya yang kedua, mbak Suti adalah tukang cuci yang tiap pagi datang ke rumahnya….

“Owwkk.. Arrryyoooo… giiilllaa kamuuu… aku berasaa lagiii…” rengek mbak Emily lirih.. kurasakan tubuhnya mulai menegang…

“ Mmmhh… tuungguuu mbaakk..” Kupergencar pompaanku… tubuh mbak Emily makin kuat menegang.. memperkuat pelukan dan cengkeramannya di tubuhku…

“ Oooowww… nggaaaaa tahaaaan Arrryyoo…!” teriakan keras mba Emily menghantarkan geleparan tubuhnya yang tak terkontrol hal ini ternyata mendorong dengan cepat semburatnya spermaku kembali memenuhi liang sanggama mba Emily…. Kembali kami terkapar di atas karpet… kali ini mbak Emily ngga lagi telanjang… hanya dasternya aja tersingkap sampai ke perut… Setelah nafsnya kembali teratur mbak Emily beringsut bangkit sambil memungut celana G Stringnya dimasukkan ke kantong dasternya…

“ Udah ya Aryo… makasih banget untuk malam panjang ini… aku ga akan melupakan malam indah sama kamu ini, tapi aku berharap cukup sekali ini saja… jangan sampai kita ulang ya Aaarr… janji ya..?” kata mbak Emily sendu… akupun mengangguk saja, ngga ada kalimat yang mampu terucap dari mulutku… Kuantar mbak Emily sampai pintu ruang tamu, karena aku masih telanjang bulat… Nggak sampai setengah menit mba Emily menutup pintu rumahnya, kulihat dari balik kaca jendela mba Suti tukang cuci itu datang…

Memang kejadian itu ga terulang lagi sampai saat ini dan hubungan keluarga kami tetap seperti sediakala sampai akhirnya mba Emily dan Meiti istriku melahirkan anak dengan waktu hampir bersamaan, tapi kejadian semalam itu rupanya benar-benar menjadi ikon yang hidup di hati aku dan mbak Emily… beberapa kali kami melakukan phone sex setiap kali mbak Emily curhat tentang kehidupan seksnya yang tetap monotone… hanya sebatas itu…

Sekali saya pesankan kepada anda para pembaca bahwa cerita ini adalah sebuah cerita untuk anda yang sudah dewasa, dan jika ada kesamaan nama serta tempat kejasia itu hanyalah kebetulan saja sekian dan terima kasih.

Kisah Sex, Kisah Sex Terbaru, Kisah Sex 2016, Kisah sex Nyata, Kisah Sex Terhangat, Kisah Sex terbaru terhangat, Kisah Sex 2016 Terhangat, Kisah Sex nyata terhangat.

The post Kisah Sex Ngentot Tetangga appeared first on Doyanbokep.

Viewing all 1024 articles
Browse latest View live