Quantcast
Channel: Doyanbokep – Cerita Sex – Cerita Dewasa – Cerita Mesum
Viewing all 1024 articles
Browse latest View live

Cerita Sex: Maaf Aku Selingkuh

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru – Cerita Sex: Maaf Aku Selingkuh – Terus terang tak pernah aku berpikir bisa berbuat seperti ini sebelumnya. Di kalangan masyarakat komplek perumahan yang kutinggali, aku termasuk ibu rumah tangga yang alim dan terhormat.

cerita-sex-maaf-aku-selingkuh-225x300
Cerita Sex: Maaf Aku Selingkuh

 
Aku sangat mencintai suamiku, Mas Wardi yang berusia 38 tahun, cukup ganteng, punya jabatan pula (dia adalah seorang insinyur dan manager dari sebuah perusahaan konstruksi). Aku sendiri Ani, 32 tahun, cukup cantik, bahkan menurut tetanggaku aku sangat cantik, hingga mereka bilang aku mirip Ussy Sulistiowati, itu lho pembawa acara KDI yang berpasangan dengan Ramzi di stasiun televisi TPI.
Setiap keluar rumah, aku selalu memakai jilbab panjang, lengkap dengan jubah panjang yang menutupi seluruh tubuh. Aku pun aktif di pengajian-pengajian yang sering diadakan di sekitar rumahku.Memang kuakui aku agak kesepian.
Sejak lima tahun perkawinan, kami belum juga dikaruniai anak. Saat-saat suami tak di rumah aku sering khawatir dan cemburu, takut dia mencari perempuan lain yang bisa memberikan anak.
Demikian pula saat suami sedang sibuk atau lelah dan tak banyak ngomong, aku sudah cepat curiga dan cemburu pula. Aku sering membesarkan hati sendiri, bahwa tak ada yang kurang dari diriku. Pakaian islami, tubuh sintal, kulit putih mulus, ukuran payudara 36B, pantat pun masih montok, tak mungkinlah suamiku mencari wanita lain di luar sana.
Demikianlah pada suatu ketika karena aku ada sedikit gangguan kesehatan, aku pergi berobat ke sebuah poliklinik posyandu yang tidak jauh dari rumahku. Biasanya suamiku sendiri yang mengantar ke RS Medika Kuningan, tetapi karena sedang tugas keluar kota jadi aku harus ke dokter sendiri.
Hari itu aku memakai jubah panjang yang berwarna putih serta jilbab berwarna merah muda yang juga panjang.Saat aku turun dari angkot (kendaraan umum) nampak di ruang tunggu posyandu sudah penuh orang.
Tetapi aku santai saja karena memang tak ada urusan yang menunggu sehingga harus buru-buru. Mas Wardi, keluar kota untuk 1 minggu sejak kemarin pagi. Aku juga tak perlu masak memasak. Kami berlangganan makanan dari tetangga yang mengusahakan catering.
Sesudah beberapa saat menunggu, aku berasa kepingin ke toilet untuk kencing. Sesudah melalui lorong poliklinik yang cukup panjang dan kemudian deretan pintu toilet untuk lelaki aku sampai ke toilet perempuan.
Pada saat inilah peristiwa itu terjadi hingga melahirkan cerita ini. Tanpa sengaja saat melewati toilet lelaki aku menengok ke sebuah toilet yang pintunya menganga terbuka. Aku langsung tertegun dan sangat kaget seakan tersengat listrik. Kusaksikan seorang lelaki sedang berdiri kencing dan kulihat jelas pancuran kencingnya yang keluar dari kemaluannya yang nampak tidak tersunat.
Yang membuat aku tertegun adalah kemaluan lelaki itu. Aku anggap sungguh luar biasa gede dan panjang. Dalam pandangan yang singkat itu aku sudah berkesimpulan, dalam keadaan belum tegang (ngaceng) saja sudah nampak sebesar pisang tanduk. Aku tak mampu membayangkan sebesar apa kalau kemaluan itu dilanda birahi dan ngaceng.
Aku masih tertegun saat lelaki itu menengok keluar dan melihat aku sedang mengamatinya. Entah sengaja atau tidak, dia menggoyang-goyangkan kemaluannya itu. Mungkin untuk menuntaskan kencingnya. Aku cepat melengos. Aku malu dikira sengaja untuk melihatinya.
Dan aku juga malu pada diriku sendiri, sebagai istri ataupun wanita sebagaimana yang aku gambarkan di atas tadi. Tetapi entahlah. Barangkali lelaki tadi telah sempat melihat mataku yang setengah melotot melihat kemaluannya. Aku sendiri jadi resah. Hingga sepulang berobat itu perasaanku terus terganggu.
Aku akui, oleh sebab peristiwa itu selama aku menunggu panggilan dari petugas poliklinik, pikiranku terus melayang-layang. Aku tak mampu menghilangkan ingatanku pada apa yang kusaksikan tadi. Mungkin aku tergoda. Dan tidak sebagaimana biasanya, libidoku terganggu.
Bayangan akan seandainya kemaluan sebesar itu menembusi vaginaku terus mengejar pikiranku. Jantungku terus berdegup kencang dan cepat. Entah apa yang kumaui kini. Kenapa aku jadi begini?! Seorang Ani Nurul Hidayah yang cantik, terhormat, dan alim tak boleh berpikir seperti ini !Bahkan kini aku mulai mencari-cari, siapa sebenarnya lelaki itu.
Kutengok-tengok di antara pengunjung yang berada di ruang tunggu dan juga sepintas yang ada di teras dan halaman kebun, namun aku tak pernah menjumpainya lagi.Khayalanku bahkan terus bergerak menjadi demikian jauh. Kubayangkan seandainya kemaluan macam itu berdiri tegak macam Tugu Monas. Dan aku berada di dekatnya hingga hidungku disergap aroma kelelakiannya sambil aku membayangkan menjilati kemaluan tegak itu.
Ahh.. Tanpa sengaja tanganku memilin puting susu dari balik jilbab panjangku. Rasa gatal kurasakan pada ujung-ujung pentilku, begitu hebat.2 hari kemudianAku sedang menyirami kembang di halaman saat aku dengar tukang pengumpul koran lewat depan rumahku,”Koran bekas.. Korraann…” teriakannya yang khas.Sudah lebih dari 3 bulan koran bekas numpuk dekat lemari buku. Aku pikir kujual saja untuk mengurangi sampah di rumah.
Tanpa banyak pikir lagi,”Bang, tunggu, saya punya koran bekas, tuhh…” sambil aku beranjak memasuki rumah untuk mengambilnya.Namun ternyata koran sebanyak itu cukup berat. Kuputuskan, biar si Abang itu saja yang mengambilnya. Kusuruh dia masuk sambil sekalian bawa timbangannya.
Sesudah mengikatnya dengan rapi dan menimbangnya, dia memberikan Rp. 10.000, padaku untuk harga koran itu.”Terima kasih, Bu..”Dan aahh.. Kurang ajar bener nih Abang. Saat menyerahkan uang di ruang tamu rumahku itu tangannya setengah meraih dan kurasakan hendak meremas tanganku.
Aku tarik secepatnya dan.. Aku kaget. Bukankah ini lelaki yang kulihat di poliklinik kemarin. Orang yang telah membuat jantungku berdebar keras-keras. Semula aku hendak marah, namun kini ragu. Hatiku bicara lain. Bukankah dia yang telah mampu membuat aku resah gelisah.
Bu Ani yang alim ini kini tertegu penuh birahi di hadapan seorang kuli pengumpul Koran bekas.Tak terelakkan mataku mencari-cari. Mataku menyapu pandang pada tubuhnya. Berbaju kaos oblong sisa kampanye Pilpres I yang berlogo salah satu calon presiden itu, aku memperhatikan gundukan menggunung pada selangkangan yang bercelana jeans kumel.
Namun bila dilihat lebih jelas lagi, ternyata Abang ini bersih dan.. Sangat jantan.”Haahh… rasanya saya pernah lihat Abang ini, deh,” begitu aku berpura kelupaan.Dia melihati aku dengan pandangannya yang tajam menusuk. Terus terang aku jadi takut dan bergidik. Mau apa dia ini? Dan yang terjadi adalah langkah pasti seorang pejantan,”Yaa.. Aku melihat ibu di poliklinik itu, khan. Waktu itu ibu menengok aku yang sedang kencing?!”Aku nggak setuju dengan tuduhannya itu. Namun apa sih artinya. Toh terbukti dia telah menggetarkan jiwaku. Dan dengan penuh percaya diri yang disertai senyumannya yang mesum dia mendesah berbisik..”Aku sering berselingkuh dengan perempuan di luar istriku, Bu. Aku tahu kebanyakan perempuan suka dengan apa yang aku punya. Aku sangat tahu, Bu,” dengan bisik desah serak-seraknya tanpa ragu dia membanting dan merobek-robek harga diriku.
Dan yang lebih hebat lagi.”Nih….. Ibu mau lihat?,” tanpa ragu lagi di cepat membuka celananya dan mengeluarkan kemaluannya yang masih belum tegak berdiri. Namun aku sekarang menjadi sangat ketakutan.Bagaimana seandainya dia bukan hanya menarik hati saja tetapi juga berbuat jahat atau kejam atau sadis padaku. Apa jadinya? Ahh, dia telah melumpuhkan pertahanan diri ku yang berjilbab panjang ini.”Nggak, Bang.. Cukup. Terima kasih.. Sudah tinggalkan saya.. Tinggalkan rumah ini,” kataku panik, cemas, takut dan rasanya pengin nanis atau minta tolong tetangga.
Tetapi semuanya itu langsung musnah ketika tanpa terasa tanganku telah berada dalam genggamannya dan menariknya untuk disentuhkan dan digenggamkan ke batang kemaluannya yang kini telah bangkit membusung, dengan sepenuh liku ototnya, dengan semengkilat bening kepalanya, dengan searoma lelaki yang menerpa dan menusuk sanubariku.”Lihat dulu, Bu.. Jangan takut.. Aku nggak akan menyakiti ibu, koq,” bisiknya setengah bergetar, terdengar begitu penuh pengalaman dan sangat menyihir.
Dan aku benar-benar menjadi korban tangkapannya seperti rusa kecil dalam terkaman singa pemangsanya.”Lihat dulu neng…” sekali lagi diucapkannya.Kali ini dengan tangannya sambil meraih kemudian menekan bahuku untuk bergerak merunduk atau jongkok. Dan sekali lagi aku menjadi begitu penurut. Aku berjongkok. Dan kusaksikan apa yang memang sangat ingin kusaksikan dalam 2 hari terakhir ini.
Aku yang masih mengenakan jilbab panjang berwarna hitam ini kini tengah berhadapan langsung dengan kemaluan seorang pria yang bukan suamiku, dan aku tengah terangsang.Ini bukan saja pesona. Ini merupakan sensasi bagi aku, Ibu Ani yang santun dan alim, istri manager yang juga insinyur itu.
Kini aku bergetar. Dengan jantungku yang berdegup-degup memukul-mukul dada mataku nanar menatap kemaluan lelaki lain. Sungguh aku terpesona. Kemaluan itu nampak sangat ‘ngaceng’ bak laras meriam yang lobangnya mengarah ke wajahku. Aku menyaksikan lubang kencing yang menyihir libidoku. Aku menyaksikan ‘kontol’ yang dahsyat. Aku langsung lumpuh dan luluh. Aku terjerat kelumpuhanku. Demikianlah pula saat kusaksikan ujung meriam itu mendekat, mendekat, mendekat hingga menyentuh pipiku, hidungku dan bibirku.
Yang kemudian kudengar adalah sepertinya ‘suara jauh dari angkasa’ yang penuh vibrasi,”Jilat, neng jilbab, isep. Banyak koq ibu-ibu pengajian yang sudah menikmati ini juga. Isep kontolku, neng. Aku ingin merasakan bibir neng jilbab yang sangat cantik dan seksi ini. Aku ingin merasakan isepan mulut neng yang pake jilbab panjang ini”Tangan kanannya menekan kepalaku yang masih berbalut jilbab dan tangan kirinya mengasongkan ‘kontol’nya ke mulutku.
Bagaimana aku mampu mengelak sementara aku sendiri serasa lumpuh sendi-sendiku. Aku merasakan ada asin-asin di lidahku. Aku tersadar. Aku jadi sepenuhnya sadar namun segalanya tengah berlangsung. Aku tak mampu menghindar, baik dari kekuatan fisikku maupun dari tekad yang dikuasai rasa bimbang.Tidak lama. Mungkin baru berlangsung sekitar 1 atau 2 menit saat ‘kontol’ itu terasa semakin mengeras dan memanas. Mulutku penuh dijejali bongkol kepalanya yang menebar rasa asin itu.
Sambil berdiri mengangkangi aku yang jongkok di depannya si Abang dengan sangat kuat mendorong-dorong kepalaku dan menggoyangkan pinggulnya mendorong dan menarik ‘kontol’nya ke mulutku. Lagi, lagi, lagi. Hingga nyaris membuatku tersedak. Rasanya ujung ‘kontol’ itu telah merangsek maju mundur ke gerbang tenggorokanku.Kedutan-kedutan besar yang disertai semprotan-semprotan lendir kental yang hangat penuh muncrat ke haribaan mulutku.
Aku tahu persis, si Abang telah menumpahkan air maninya ke mulutku. Dan kemudian yang tak kuduga sebelumnya adalah saat dia memencet hidungku hingga dengan ngap-ngapan aku terpaksa menelan tuntas seluruh cairan kentalnya dan membasahi tenggorokanku.Sepertinya aku minum dan makan kelapa muda yang sangat muda.
Lendirnya itu demikian lembut memenuhi mulut untuk kukunyahi dan terpaksa menelannya. Bahkan pada suamiku aku tak pernah merasakan macam ini. Rasanya aku akan jijik dan tak akan pernah melakukannya pada Mas Wardi.Aku masih tertegun dan setengah bengong oleh rasa yang memenuhi rongga mulutku saat dia menggelandangku ke kamar tidurku.
Dengan tenaga kelelakiannya dia angkat dan baringkan tubuhku ke ranjang pengantinku. Entah kekuatan apa, aku tak mampu mengelakkan apa yang si Abang ini perbuat padaku. Dia lepasi busanaku. Dia tarik hingga robek jubahku. Demikian pula pakaian dalamku. Namun yang aneh, dia menyisakan bakutan jilbab panjang berwarna hitam tetap menempel di kepalaku.
Dia renggut BH-ku seketika hingga aku juga yakin kancing-kancingnya lepas. Dan tak ayal pula di renggut celana dalamku. Dia ciumi celana itu sambil menebar senyuman birahi dari gelora syahwatnya yang sedang terbakar berkobar. Kemudian rebah menindih tubuh telanjangku.”Neng muslimah, biar aku buat neng ketagihan yaa.. Nikmati kontolku neng. Mahal nih. Aku tak mau sembarang ibu-ibu aku layani. Aku hanya milih-milih saja,” begitu suara orang yang dilanda prahara birahi sambil tangannya meremasi pinggul kemudian bokongku sementara bibirnya yang demikian tak terawat nyosor untuk melumat bibirku.
Aku berusaha menolaknya. Rasa jijik dan enggan menderaku.Namun sasaran berikutnya benar-benar membuat aku menyerah. Dia ‘kemot-kemot’ pentil susuku. Dia gigiti dagingnya. Entah berapa lama dia isepin dan tinggalkan cupang-cupang kotor pada seluru bidang dadaku, leherku, bahuku, ketiakku. Kemudian juga turun keperut, ke selangkangan, ke pahaku. Adduuhh.. Ini sungguh sangat surgawi. Kenikmatan hubungan seksual yang belum pernah aku dapatkan dari suamiku.
Dan ketika puncak birahinya datang, si Abang ini naik merangsek dan menindih kembali tubuhku. Kurasakan ‘kontol’nya mulai menggosok-gosok paha dan selangkanganku. Aku sudah benar-benar terbius. Dorongan nafsu birahiku sudah berada di ambangnya. Aku sudah tak mampu lagi menahannya. Kini desah, rintih, jerit tertahan keluar dari mulutku dan memenuhi kamar pengantinku yang sempit ini,”Tolonng baang.. Ayoo, Bang.. Aku sudah nggak tahaann.. Toloong.. Enak bangeett baang.. Aku cinta kontol abaang.. Biar aku minum lagi pejuh aba nanti yaa…” kuraih kemaluan besar itu dengan cepat dan kutuntun untuik menembusi kemaluanku yang sudah sangat menantinya.
Masih dalam upaya penetrasi, dimana ujung ‘kontol’ dahsyat itu sedang menerpa-terpa bibir kemaluanku ketika aku meraih orgasme pertamaku. Aku kembali menjerit dan mendesah tertahan. Kulampiaskan nafsu syahwatku. Kurajam pundak si Abang dengan cakarku. Kuhunjamkan kukuku ke dagingnya.
Rasanya kemaluanku demikian mencengkeram untuk mempersempit kepala kemaluan itu menembusinya. Namun rasa gatal ini sangat dahsyat. Si Abang cepat menerkam bibirku sambil mendesakkan kontolnya dengan kuat ke lubangku.Begitu blezz.. Aku langsung diterpa orgasme keduaku. Ahh.. Inikah yang disebut orgasme beruntun? Hanya selang 10 detik aku mendapatkan kembali orgasmeku.
Ternyata memang inilah. Dalam hujan keringat yang menderas dari tubuhku dan tubuhnya selama 2 jam hingga jam 4 sore, aku mendapatkan orgasme beruntunku hingga sekitar 10 atau 12 kali. Aku tak mungkin melupakan kenikmatan macam ini. Mungkin aku tertidur karena puas dan lelah yang kudapatkan.Aku terbangun saat kupingku mendengar telpon berdering. Aku bangun dan lari untuk mengangkatnya,”Jeng Ani, apa kabar..? Sehat? Aku sedang berada di pusat kerajinan di Balikpapan, nih. Banyak barang-barang artistik disini. Pasti kamu senang. Mau dibeliin apa?,” demikanlah kebiasaan suamiku kalau bertugas keluar kota. Dia selalu sempatkan mencari barang-barang kerajinan asli setempat.
Dia tahu aku sangat menyenangi barang-barang macam itu. Kasihan, sementara dia bekerja keras jauh dari rumahnya, dia telah kehilangan permatanya..Ternyata dengan aku telah meninggalkannya dalam selingkuhku dengan si Abang. Masih pantaskah aku menjadi istri yang alim dan terhormat?Kulihat si Abang telah pergi. Mungkin sebelum aku terbangun tadi. Tumpukkan koran itu telah dibawanya. Kulihat barang-barangku yang lain tak ada yang berubah dari tempatnya. Ah, terkadang kita cepat curiga dengan orang lain yang kelasnya se-akan dibawah kita.
Tontonan Khusus Dewasa 18++ –> Film Bokep 2015
Aku masih termangu hingga sore mengendap dan menggelap. Bibir dan dinding kemaluanku masih terasa pedih. Aku nggak tahu. Aku ini menyesal atau tidak atas selingkuh yang telah aku perbuat. Bahkan aku juga lupa Mas Wardi mau belikan apa tadi?! Yang aku mencoba mengingatnya hanyalah sekitar 10 atau 12 kali aku telah meraih orgasme dalam berasyik masyuk sepanjang 2 jam dengan Abang pengumpul koran bekas tadi. Mungkin itu akan menjadi rekor seumur hidupku. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru

The post Cerita Sex: Maaf Aku Selingkuh appeared first on Doyanbokep.


Cerita Sex: Kenikmatan Tiada Henti

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru – Cerita Sex: Kenikmatan Tiada Henti – Kisah ini juga true story di mulai saat Winda seorang ibu muda, 26 tahun yang telah bersuami dan mempunyai seorang anak berumur 1 tahun di tempatkan di Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman-Sumatera Barat. Kabupaten ini terkenal dengan magisnya yang kuat, terletak di pesisir selatan Sumatera Barat. Demi karirnya di sebuah Bank swasta pemerintah, ia terpaksa bolak balik Padang – Lubuk Sikaping tiap akhir minggu mengunjungi sang suami yang menjadi dosen pada sebuah Universitas di kota Padang.

cerita-sex-kenikmatan-tiada-henti-225x300

Cerita Sex: Kenikmatan Tiada Henti

 
Awal Winda mengenal Johan sejak Winda kost di rumah kakak perempuannya. Winda tidak begitu kenal dekat, Winda hanya menganggukkan kepala saja saat bertemu dengannya. Diapun begitu juga pada Winda. Jadi mereka belum pernah berkomunikasi langsung. Yah, sebagai adik pemilik rumah tempat kostnya, Winda harus bisa menempatkan diri seakrab mungkin. Apalagi sifatnya yang suka menyapa dan memberi senyum pada orang yang Winda kenal. Winda tahu diri sebab Winda adalah pendatang di daerah yang cukup jauh dari kota tempat Winda bermukim.
Begitu juga dengan latar belakang Johan Winda tidak begitu tahu. Mulai dari statusnya, usianya juga pekerjaannya. Perkenalan mereka terjadi di saat Winda akan pulang ke Padang.
Saat itu hari jumat sore sekitar jam 17.30. Winda tengah menunggu bis yang akan membawanya ke Padang, maklum di depan rumah kostnya itu adalah jalan raya Lintas Sumatera, jadi bis umum yang dari Medan sering melewatinya. Tak seperti biasanya meskipun jam telah menunjukan pukul 17.50, bis tak kunjung juga lewat. Winda jadi gelisah karena biasanya bis ke Padang amatlah banyak. Jika tidak mendapat yang langsung ke Padang, Winda transit dulu di Bukittinggi, dan naik travel dari Bukittinggi.
Kegelisahannya saat menunggu itu di lihat oleh ibu pemilik kost Winda. Ia lalu memanggil Winda dan mengatakan bahwa adiknya Johan juga mau ke Padang untuk membawa muatan yang akan di bongkar di Padang. Dengan sedikit basa basi Winda berusaha menolak tawarannya itu, namun mengingat Winda harus pulang dan bertemu suami dan anaknya, maka tawaran itu Winda terima. Yah, lalu Winda naik truknya itu menuju Padang.
Selama perjalanan Winda berusaha untuk bersikap sopan dan akrab dengan lelaki adik pemilik kostnya itu yang akhirnya Winda ketahui bernama Johan. Usianya saat itu sekitar 45 tahun. Lalu mereka terlibat obrolan yang mulai akrab, saling bercerita mulai dari pekerjaan Winda juga pekerjaan Johan sebagai seorang sopir truk antar daerah. Iapun bercerita tentang pengalamannya mengunjungi berbagai daerah di pulau Sumatera dan Jawa.
Winda mendengarkannya dengan baik. Dia bercerita tentang suka duka sebagai sopir, juga tentang stigma orang-orang tentang sifat sopir yang sering beristri di setiap daerah. Windapun memberikan tanggapan seadanya, dapat dimaklumi karena Winda yang di besarkan dalam keluarga pegawai negeri tidak begitu tahu kehidupan sopir.
Windapun bercerita juga tentang pekerjaannya di bidang perbankan dan suka dukanya. Iapun sempat memuji Winda yang mau di tempatkan di luar daerah, dan rela meninggalkan keluarga di kota Padang. Ya Winda tentunya memberikan alasan yang bisa diterima dan masuk akal.
Winda juga memujinya tentang ketekunannya berkerja mencari sesuap nasi dan tidak mau menggantungkan hidup kepada keluarga kakaknya yang juga termasuk berada. Iapun berkata bahwa truk yang ia sopiri itu milik kakaknya itu, setelah ia dan suaminya pensiun dari guru. Sedangkan anak-anak kakaknya itu sudah bekeluarga semua, juga bekerja di beberapa kota di Sumatera juga Jakarta.
Selama perjalanan itu mereka semakin akrab. Winda sempat bertanya tentang keluarga Johan. Ia tampak sedih, menurutnya sang istri minta cerai dengan membawa serta 2 orang anaknya .Istrinya meminta cerai karena ada hasutan dari keluarganya bahwa seorang sopir suka menelantarkan keluarga. dan Johan memberi tahu dirinya sebab musabab ia bercerai dengan lengkap. Padahal bagi Winda saat itu, hal itu tidaklah begitu penting, namun sebagai lawan bicara yang baik selama di perjalanan lebih baik mendengarkan saja. Hingga akhirnya Winda sampai di dekat rumahnya di Padang.
Winda di jemput suaminya di perempatan jalan by pass itu, Winda sempat mengenalkan Johan pada suami dan suaminya, dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Tak lupa Winda menawarkan singgah untuk makan kerumahnya, namun Johan dengan sopan menolaknya dengan alasan barang muatan truknya harus di bongkar secepatnya. Dan mereka pun berpisah di perempatan by pass itu.
Semenjak Winda mengenal Johan, Winda akhirnya sering menumpang truknya ke Padang. Winda jadi tidak kuatir lagi jika tidak ada bis umum yang akan ke membawanya ke Padang. Sejauh itu, keakraban Winda dan Johan, mereka masih dalam batas – batas yang di tentukan norma masyarakat Minang. Ya kadang dalam perjalanan jika perut lapar, mereka singgah untuk makan dan Winda selalu berusaha untuk membayar, sebab sebagai seorang wanita selalu ada perasaan tidak enak, jika semuanya menjadi tanggungannya. Winda tidak mau terlalu banyak berhutang budi pada orang. Itulah prinsip yang dianutnya dari kecil. Masa selama ke Padang udah gratis ,makan gratis pula??
Kejadian pulang ke Padang seolah telah biasa bagi Winda bersama Johan. Kadang dia tidak ke Padang, hanya ke Bukittinggi, Winda juga ikut menumpang, lalu dari Bukittinggi Winda naik travel atau bis. Winda pun akhirnya telah menganggap Johan seperti kakaknya sendiri. Itu karena ia sering memberinya petuah tentang hidup, misalnya harus banyak sabar jika jadi istri, juga sikapku yang baik dimata ibu kost kakaknya itu. Terkadang Winda sering membawakan oleh-oleh untukt ibu kostnya jika pulang, terkadang Winda menyisihkan buat Johan, ya meski harganya tidak seberapa namun ia amat senang.
Selama 2 bulan itu Winda selalu bersama Johan jika ke Padang. Mulailah Johan bersikap aneh. Kini dia jadi sering bicara jorok dan tabu. Juga ia mulai berani bertanya tentang gimana Winda berhubungan dengan suami, berapa lama suaminya bisa bertahan dan berapa kali Winda berhubungan selama seminggu.Pertanyaan-pertanyaannya ini tentu saja membuatnya merasa risih dan tidak enak hati. Winda kadang berusaha untuk pura-tidur tidur jika ia mulai berbicara tentang hal-hal yang tidak pantas itu. Meskipun ia mulai aneh dan bicara tentang hal-hal yang cabul itu. Winda bersyukur hingga saat ini Johan tidak macam macam kepadanya. Winda menyadari mungkin Johan sedang stress akibat hidupnya yang sendiri itu, namun Winda tidak menanggapinya, dan seperti angin lalu saja.
Hingga sampailah saat Winda pulang dengannya untuk kesekian kali, ia berusaha memegang jemari tangannya. Winda tentu saja kaget dan cemas, sekaligus takut. Winda langsung menarik tangannya dari genggaman Johan.
“Da jaan da, Winda alah balaki dan punyo anak ketek, apo uda ndak ibo membuek Winda kecewa (bang jangan bang…. Winda punya suami dan anak yang masih kecil,,apa abang tega membuat Winda kecewa)?” ucap Winda. Winda juga mengancam akan mengadukan perlakuannya itu kepada kakaknya. Johanpun lantas melepaskan tangannya yang akan kembali meraih jemarinya. Winda juga berkatag padanya.
“Cukuik sampai disiko sajo da, Winda indak ka manumpang oto uda lai ( Winda tidak akan menumpang truk abang lagi)”. Hingga Winda sampai di Padang Winda hanya berucap terima kasih lalu diam. Winda masih kesal.Diapun sepertinya agak takut. Namun Winda tidak tahu apa yang membuatnya jadi seperti tadi.
Hampir selama sebulan ini Winda tidak melihat Johan di rumah kakaknya, namun truknya masih nongkrong di halaman samping rumah induk itu. Selama itu Winda pulang naik bis yang kadang transit di Bukittinggi. Winda tidak tahu kemana ia pergi, namun Winda menanyakan pada ibu kosnya, dan Winda di beri tahu bahwa Johan sedang mengunjungi mantan istrinya untuk menjenguk anaknya. Windapun larut dengan rutinitasnya seperti biasa.
Namun hatinya yang tadinya kesal, dongkol dan marah kepada Johan tanpa sadari Winda perasaannya mulai berubah. Tiba – tiba saja Winda malah sangat ingin bertemu dan ingin numpang pulang dengan truknya. Ya, Winda seakan rindu berat.
Hari jumat sore itu dengan masih mengenakan pakaian kerja dan penutup kepala, Windapun mau saja diajak pulang bareng dengan Johan yang mengantarkan muatan truknya ke Padang. Mereka berangkat jam setengah lima. Lalu dalam perjalanan lelaki berbadan tegap tersebut kembali bicara itu, tentangg hubungan laki-laki dan perempuan serta sifat perempuan yang memiliki libido tersembunyi.
Juga kekuatannya berhubungan badan dengan lawan jenis. Winda malah mendengar dengan seksama dan sesekali memberi komentar. Mungkin saja karena lama tidak tersalur atau laki – laki itu punya kemampuan lebih dalam hubungan badan, juga mungkin bantuan obat pemanbah perkasaant pria, komentar Winda. Sepertinya wanita muda tersebut tidak peduli lagi akan omongan joroknya Johan.
Hingga senja. Sekitar jam 7 lewat mereka turun mampir di rumah makan di pinggiran jalan di Bukittinggi untuk beristirahat sejenak sambil mengisi perut. Anehnya saat itu Winda membiarkan saja saat tangannya di gandeng oleh Johan. Mereka makan dengan lahapnya. Dan setelah makan mereka berkemas dan berangkat untuk melanjutkan perjalanan menuju Padang
Mobil mulai jalan meninggalkan rumah makan. Pas melalui daerah Bukit Ambacang daerah yang dulunya tempat pacuan kuda itu mungkin karena perut udah kenyang, dan dinginnya udara malam yang berembus dari celah kaca mobil, Winda jadi mengantuk. Winda menyandarkan kepalanya ke kaca jendela mobil, tetapi karena jalan yang tidak rata, kepala Winda sering terantuk. Lalu Johan menawarkan, supaya Winda tidak terantuk kaca agar Winda mendekat kearahnya, dan bersandar di bahunya.
“Win…daripado adiek ndak bisa lalok, labiah elok cubo sanda an kapalo di bahu uda (Winda daripada ga bisa tidur , lebih baik rebahkan kepalamu di bahu abang)” kata Johan.
“Ndak usahlah da, kan uda sadang manyopir, beko malah mambuek uda ndak bisa manyopir elok-elok, apolagi iko kan lah malam (nggak usahlah bang,,kan abang sedang nyetir, nanti malah bikin abang tidak bisa nyetir dengan baik.apalagi ini malam bang)” kata Winda menolak dengan halus dan tidak mau mendekat padahal saat itu Winda telah ngantuk berat.
Dengan sebelah tangannya Johan meraih tangan wanita muda itu dan menariknya agar mendekat, dan makin mendekat hingga duduk mereka menjadi menempel bersisian dan hanya di batasi handel persneling mobil. Winda akhirnya menurut dan merebahkan kepalanya di bahunya lelaki tersebut. Winda terlelap sesaat. Padahal hati kecil Winda saat itu berbisik bahwa itu salah besar, dan Winda mengetahui itu amat sangat tidak boleh. Namun Winda juga merasakan dorongan yang jauh lebih besar untuk membiarkan itu terjadi.
Saat terpejam dan dalam keadaan setengah tertidur itu tanpa Winda menyadari, tiba-tiba sebuah kecupan menerpa pipi dan bibirnyanya. Wanita muda itu kaget dan langsung bereaksi. Langsung ia menolakkan muka Johan dengan tangannya. Johan pun menghentikan kecupannya meskipun tangan kirinya masih merangkul bahu Winda agar tetap rapat menempel pada dirinya. Winda berusaha melepaskan tangan Johan pada bahu kirinya dan mengingatkan agar ia konsentrasi ke jalan.
“Da sadarlah da, iko kan di jalan raya bisa cilako beko, caliak tu mobil lain kancang-kancang (Bang sadar bang ini jalan raya bisa kecelakaan, mobil lain pada ngebut tuh)” kata Winda mengingatkan. Johan pun menurut dan kembali berkosentrasi mengemudikan truknya..
Tak lama kemudian saat truknya berjalan perlahan karena macet di daerah Padangpanjang, saat Winda yang masih merebahkan kepalanya pada bahu Johan, terkejut karena tiba-tiba saja karena bibir berkumis Johan menghampiri bibir tipisnya dan mengecupnya sekilas. Winda langsung terbangun dan duduk kembali menjauh dari bahunya. Perasaannya sangat dongkol tidak bisa berkata-kata apalagi berbuat kasar
” Eh da Johan ko ndak mangarati juo, Winda mintak jaan di ulangi, badoso da, apo kato urang beko kalau mancaliak tadi (Eh bang Johan ini tidak juga ngerti, Winda mohon jgn di ulang lagi ini, dosa bang apa nanti kata org jika lihat kita saat itu tadi)?”. Namun, Johan sang sopir dia tetap santai-santai saja, seakan-akan Winda mengizinkan Johan berlaku demikian
” Abihnyo Winda mambuek uda galigaman (habis Winda bikin abang gemas)” jawabnya sambil meminta maaf.
Kembali wanita muda tersebut diam membisu selama perjalanan, tidak menggubris apapun yang Johan katakanKembali tangan kiri Johan meraih bahu Winda untuk mrengkuhnya agar kembali rebah pada bahunya. Selama perjalanan itu Johan tidak lagi menciumi Winda, hanya meremas remas jari lentiknya dan mengecupi kepalanya yang masih mengenakan penutup kepala. Rasa hangat dan nyaman menghampiri perasaan Winda saat itu.
Hingga…
Saat truk mereka memasuki wilayah jalan by pass yang gelap itu dekat simpang bandara yang baru sekarang ini, lelaki itu melambatkan laju truknya dan kembali menciumi dan melumat bibir wanita muda itu. Hanya saja herannya Winda malah membiarkannya saja. Jujur diakuinya ada desir-desir gairahnya yang mulai bangkit.
Lalu Johan menghentikan truknya di tengah jalan dan kembali… menciumi, melumat bibir sebelah bawah milik Winda kembali dengan lebih bergairah. Tangan kanannya mulai naik meraba menemukan bukit padat yang membusung terbungkus di dada wanita muda tersebut . Meremasnya perlahan. Winda diam, matanya terpejam dan menikmati betapa gairahnya yang telah terbit kembali meluap. Dalam keasyikan mereka tersebut.
Tiba-tiba…
Ada cahaya dari lampu mobil dari arah berlawanan menyorot kepada mereka. Dan langsung Johan menghentikan aksinya, lalu kembali pada posisinya menjalankan mobil tersebut hingga rumah wanita muda tersebut. Sesampainya di rumah, Winda masih saja terbayang akan perlakuan Johan pada dirinya.
Untunglah saat itu suaminya sedang berada di Jakarta dan takkan mengetahui perubahan sikapnya tersebut. Hingga pada waktu tidur pada malam itu Winda bermimpi melakukan hal yang sama hingga ia disetubuhi oleh Johan. Dalam mimpinya ia merasa amat puas, puas yang berbeda sekali saat ia melakukan dengan suaminya.
Kembali kini Winda ke Pasaman, dan bekerja seperti biasanya. Telah 3 minggu ini ia tak bertemu Johan. Kata kakaknya Johan sedang ada muatan ke Pematang Siantar. Winda sangat berharap untuk bertemu. Dirinya dilanda rindu yang sangat merajam perasaannya. Winda seolah-olah menjadi seorang remaja putri yang amat rindu pada kekasih saat itu. Membuat pikirannya hanya tertuju pada Johan seorang.
Beberapa minggu kemudian mereka bertemu dan kembali berangkat bersama saat Winda hendak pulang ke Padang. Saat di perjalanan Johan minta Winda untuk melepas kacamata Winda. Winda heran kenapa dia meminta Winda melepaskan kacamata?
“Uda taragak mancaliak mato diek Win indak mamakai kacomato (Abang ingin melihat mata Dik Win tidak mengenakan kaca mata) .” kata Johan. Windapun menurut lantas melepas dan menyimpannya dalam kotak dan kemudian memasukan dalam tas miliknya. Sepanjang perjalanan itu Winda tidak mengenakan kacamata. Kembali tangan kiri Johan merengkuh bahu Winda, menariknya agar duduk berdekatan. Winda yang tidak ngantuk bergeser mendekati dan karena merasa tidak enak dengan hawa kaki lelaki itu dari bawah dashbord dekat stirnya itu kemudian menegakkan kepalanya dan tidak rebah dibahu Johan.
Dan kembali dalam perjalanan menuju Padang Panjang Johan meminta Winda melepas penutup kepalanya
” Win uda taragak mancaliak rambuik Winda, salamo iko uda alun pernah mancaliaknyo, sabanta sajonyo, kan hanyo diateh oto iko, ndak ado do nan ka maliek (Win..abang ingin melihat rambut Winda…selama ini abang belum pernah lihat.sebentar aja Win, kan hanya di atas truk ini, tidak ada yang akan lihat)” katanya. dengan alasannya ia sudah sangat lama ingin melihat rambutku.
“Jaan daa, Winda alah barumahtanggo.. punyo anak.. Winda taragak manjadi ibu jo istri nan elok.., sabab uda beko bisa barubah pangana.., Winda kuatie da (jangan lah bang,Winda sudah berkeluarga,juga punya anak, jadi Winda ingin, jadi ibu dan istri yang baik, sebab jika Win buka kerudung, nanti,abang bisa berubah pikiran, Winda kuatir bang)”. Winda merasa keberatan, sebab merasa amat telanjang jika kerudungnya lepas.
“Alaa, Diek Winda jaan takuik ka uda, uda kan indak jaek, apolagi uda sayang bana ka Winda, walaupun alah punyo laki jo anak (Ala..Dik Winda jangan takut ama abang, abang kan bukan orang jahat, apalagi abang amat sayang pada Winda,meski abang tau Winda sudah punya suami dan anak)” kata Namun Johan menyakinkan. Winda bahwa ini hanya sebentar. Lalu Windapun meluluskan permintaannya. Penutup kepalanya dilepas dan di taruh, di pangkuannya sendiri.
Tangan kiri Johan naik dan membelai rambut Winda, dari atas lalu turun ke tengkuknya yang di tumbuhi rambut halus.
“Uda suko mancaliak bulu roma di kuduak diek Win (abang suka melihat rambut halus di tengkuk dik Win) ” ujar Johan.
“Harum bana (sangat wangi)” lanjut lelaki tersebut seraya menarik leher wanita muda itu mendekat kearah wajahnya.
Dan mencium tengkuk berbulu halus itu. Winda merasa geli dan merinding, sebab gairahnya mulai terpicu. Lalu ia merebahkan kepala Winda di bahunya di sepanjang jalan yang macet, pada penurunan Lembah Anai tersebut. Sesekali ia meraba pipi wanita muda tersebut
“Pipi diek Win aluih jo barasiah (Pipi dik Win halus dan bersih)” tambah Johan. Winda diam saja.
“Biasalah laki – laki, suka menyanjung. Seperti biasa dilakukan suamiku sebelum menciumi aku” batin Winda.
Winda pun lalu berusaha memicingkan matanya. Namun saat laju mobilnya terhenti karena macet Johan mencoba menciumi pipi kirinya terus turun hingga menemukan bibir tipis yang tersaput merah dan mengecupnya sesaat. Winda berusaha mengatupkan bibirnya namun tangan kanan Johan berusaha masuk kedalam kaos panjang lengan putih bergaris pakaian atasnya itu melalui bawah kaos. Tangan lelaki itu menyentuh pembungkus dadanya yang membusung. Winda memejamkan matanya
“Uhhh…..desah wanita muda itu perlahan. Sehingga Winda tidak dapat berbuat apa apa selain hanya menikmati dan larut karena tangan kanannya saat itu masih memegang penutup kapalanya di pangkuan. Beberapa saat kemudian Johan menarik tangannya dan kembali melajukan truknya menuju arah Sicincin saat macet telah berakhir.
Saat di jalan Sicincin itu mobil saat itu berjalan perlahan karena macet, meski tangan kirinya di stir Johan dengan tangan kanannya merengkuh wajah Winda, dan tiba-tiba saja bibir wanita muda tersebut di lumatnya. Winda langsung saja terpana dan kaget, mukanya memerah. Namun Winda tidak bisa marah karena rasa nikmat yang mulai timbul .. Akhirnya Johan melepaskan bibir merah milik Winda.
Namun tangan kiri Johan kini meremas jari lentiknya. Sehabis jari wanita muda itu di remasnya, tangannya mulai merayap masuk ke dalam melalui belahan atas kaos kaos panjang lengan yang bergaris putih yang saat itu ia kenakan berpadu dengan celana panjang. Winda sadar dan menahan laju tangan tersebut dengan tangan kirinya. Saat itu baru bagian perutnya yang tersentuh oleh tangan Johan. Terasa hangat dan kasar. Tangan Johan lalu keluar dan dia kembali asyik dengan stir.
Saat memasuki jalan by pass..
Jalanan gelap sekali hanya beberapa tempat saja yang di terangi lampu jalan, Johan menepi dan menghentikan truknya di pinggir jalan.
“Ko baranti da (kenapa berhenti bang)?” tanya Winda bingung.
Johan diam saja tak menjawab, dan kembali merengkuh bahu wanita muda tersebut. Menariknya mendekat kearahnya. Dan diatas mitsubishi colt berwarna kuning tersebut bibir Winda kembali dikecupnya. Tidak saja di kecupnya, kuluman dan lumatan juga dilakukan Johan pada bibir lembut wanita cantik tersebut. Mengelitiki setiap ujung bibir tipis tersebut dengan tekun.
Sedikit demi sedikit gairah dalam tubuh wanita muda tersebut bangkit. Winda membalas setiap lumatan bibir Johan, membuka mulutnya memberikan keleluasaan pada lidah Johan untuk menikmati kebasahan di dalamnya. Lidah mereka saling berpilin, membelit di dalam. Tangan kanan Johan merayap masuk kedalam kaos panjangnya melalui bagian bawahnya, bergerak naik keatas menemukan bukit membusung padat di sebelah kanan lalun meremas dan memijit bukit padat milik Winda tersebut dari luar bahan pembungkusnya.
Wanita muda tersebut seolah tak mampu menolaknya. Winda berusaha melepaskan tangan Johan, namun keinginannya di kalahkan oleh hasratnya yang telah terpicu. Dirasakannya begitu hangat dan cekatan tangan lelaki itu mengirimkan berjuta-juta sengatan birahi disana. Tubuh indahnya mulai menggeliat-geliat dalam dekapan Johan di dera nikmat pada sekujur pori – porinya. Selang sekitar 25 menit kemudian Johan menghentikan perbuatannya.
“Indak usahlah disiko, daerah iko agak angek, acok tajadi parampehan (Jangan disini, daerahnya rawan sering terjadi perampasan)” ujarnya kuatir kemudian.
Winda diam, membenahi pakaiannya mulai dari kaos dan penutup kepalanya, juga membenahi napasnya yang sempat memburu disertai gairahnya yang sempat meninggi. Lagi pula persimpangan arah ke rumahnya telah dekat. Mobil Mitsubishi kuning itu pun kembali bergerak.
Winda terdiam selama perjalanan menuju persimpangan rumahnya. Ada penyesalan dalam dirinya saat itu bisa terlibat sejauh itu, namun seakan terhapuskan rasa yang timbul akibat perlakuan lelaki tersebut pada dirinya. Begitu sesampainya Winda di rumahnya sekitar pukul setengah sepuluh malam itu Winda langsung mandi. Ternyata suaminya masih berada di kampus.
Malam itu Winda sempat bersetubuh dengan suaminya Winda heran malam itu ia kurang bergairah seolah hanya terpaksa menjalankan kewajiban saja.
“Alah lamo awak indak bahubuangan diak (sudah lama kita tidak berhubungan dik)” kata suaminya. Winda merasa berhutang pada suaminya karena memang dalam minggu ini mereka belum pernah berhubungan badan. Dengan enggan Windapun menuruti keinginan suaminya.
Di ranjang mereka malam itu ditengah kesibukan suaminya mengayuh biduk asmara mereka, tiba-tiba datang sekelebat bayangan berupa sosok Johan .Langsung gairah dan nafsunya mereda. Winda langsung kehilangan gairah di tengah pergumulan mereka, namun demi menjalankan tugasnya sebagai istri, maka Winda berpura-pura menikmati hubungan itu hingga selesai.
Aktifitas Winda kembali seperti biasa hingga ia kembali ke Pasaman, daerah tempat bekerjanya. Dan bekerja seperti biasanya.
Hari itu hari Selasa. Saat ia pulang ke kost-anya. Didapatinya rumah dalam keadaan kosong. Rupanya sang ibu kost beserta suaminya berangkat ke Palembang mengunjungi salah seorang anaknya di sana. Dan praktis hanya Winda yang berada di rumah itu. Johan dan juga tak kelihatan. Besoknya pada hari rabu Johan muncul namun tidak dengan truknya.
“Oto sadang di pelo-an di bengke (truk sedang diperbaiki di bengkel) ” ujarnya Johan menerangkan pada Winda saat menanyakan truknya. Malam itu Johan mengajak Winda.
“Win ..alah makan Win (Win udah makan Win)?”tanya Johan.
“Alun lai da (Belum bang)” sahut Winda.
“Kalua awak makan lah, ado tampek nan rancak untuk makan daerahnyo dingin jo tanang (Ayo kita makan keluar, ada tempat makan yang bagus, daerahnya dingin dan sepi) terang Johan mengajak wanita muda tersebut.
“Ndak baa do da (Boleh bang)” sahut Winda.
“Tapi jan lamo – lamo yo da (Tapi ga lama kan bang)?” sambung Winda kembali.
Lalu Windapun masuk ke kamarnya dan berganti pakaian. Mengenakan kaos panjang lengan berwarna merah muda dan jaket serta bawahan celana panjang berbahan katun hitam kemudian berangkat bersamanya. Kebetulan ada mobil kakaknya yang ditinggal. Sebuah toyota starlet berwarna merah. Mereka berangkat sekitar jam 7 malam itu. Tempat yang mereka tuju terletak agak jauh arah ke Medan tetapi masih di wilayah Lubuk Sikaping sekitar 1 jam perjalanan dari ibukota kabupaten tempat tinggalnya. Saat itu Johan mengenakan kaos oblongnya dan jeans biru
Mereka makan di sebuah warung makan yang terbuat dari anyaman bambu menyerupai saung yang dinding setinggi tertutup setinggi bahu orang dewasa. Mereka makan ikan bakar dan duduk secara lesehan. Winda berada pada sisi kanannya Johan. Memang tempatnya amat romantis, apalagi saung itu lampunya redup dan bunyi jangkrik, meningkahi suasana makan mereka. Mereka makan, berbincang, bercanda dan sesekali saling menyuapi. Setelah makan mereka duduk bersantai.
Mereka mulai saling berciuman, saling berpelukan erat. Winda terlena oleh suasana. Winda rebah di pangkuan pada paha kirinya Johan.
Winda memegang lengan Johan. Wajah mereka saling tatap dalam senyuman. Perlahan Johan membelai wajah wanita muda tersebut. Merabai kehalusan kulitnya. Wajahnya menunduk turun mendekati wajah Winda. Winda merasakan jantungnya berdegup kencang Johan mengecup kepala Winda yang masih tertutup, turun kekeningnya terus ke pipi yang licin dan bergerak naik menjumpai sepasang bibir lembut yang memerah.
Di kecupnya perlahan. Winda memejamkan matanya saat bibir berkumis lelaki itu mulai melumat bibir tipisnya. Awalnya Winda hanya diam namun akhirnya Winda mulai menerima dan bereaksi dan ikut arus lumatannya. Ada hawa kuat yang menggiringnya untuk mengikuti alunan gairah yang diberikan Johan.
Lidah mereka telah saling belit dalam kebasahan mulut Winda. Sedangkan tangan kiri Johan telah mulai merayap. Awalnya mengelus leher bagian dalam terus turun masuknya lewat lobang krah ke arah dada dan masuk kebalik bra dan meremasputing bukit padatnya yang membulat dengan perlahan. Rabaan tangan kanan Johan merayap di sepanjang batang paha Winda mengelusnya bergantian paha kiri dan kanan tak terlewatkan meski kedua kaki Winda tetap rapat. Menurun pada bagian dalamnya dan mengelusnya dengan lembut. Lecutan gairah segera meletup dalam diri Winda. Napasnya mulai memburu, tersengal -sengal.
Kurang lebih 1 jam kemudian baru mereka pulang ke rumah. Saat di mobil kejadian itu terjadi lagi pada perjalanan pulang sekitar 5 menit. Mobil starlet merah itu sengaja di hentikan Johan. Didalam mobil itu masih di kursi depan Johan kembali meraba dengan tangan kirinya. wajah dan terus ke dada Winda yang saat itu masih terbungkus kaos panjangnya. Johan pun melumat bibir tipisnya.
Winda hanya bisa diam meski lidah Johan dengan leluasa telah mengait-ngait lidahnya dalam mulutnya… agak lama…. sebelah tangan Johan lalu berusaha masuk kedalam celana panjang katun yang Winda kenakan, tangan kiri itu menyelinap masuk dan mulai menyentuh bagian kewanitaannya diluar pakaian dalamnya Winda seperti tersengat… geli. namun Winda menariknya kembali tangan tersebut beraksi beberapa saat.
“Jaan lah da… ,Winda alah punyo laki jo anak (jangan bang Winda udah mempunyai suami dan anak)” ujar Winda lirih.
“Winda malu…”tambah Winda mencoba menahan keinginan Johan saat itu disela –sela napsunya yang telah bangkit hampir membakar dirinya.
Johanpun menurut dan kembali menghidupkan mesin mobil berangkat menuju rumah. Dan begitu sampai mereka langsung masuk rumah. Winda masuk kerumah pavilunnya dan terus masuk ke dalam kamar. Sedangkan Johan pergi lagi, ada urusan katanya.
Padahal saat itu Winda sudah sangat terangsang, batinnya menuntut pelepasan dan kalaupun dia datang menemuinya kembali untuk menuntaskan apa yang mereka telah mulai… Winda pun takkan kuasa menolak rasanya. Tetapi tampaknya Johan memang tengah berusaha memancingnya. Paginya Windapun kembali menjalankan aktifitasnya di kantor seperti biasanya
Malamnya, malam Jumat itu mereka kembali makan malam bersama diluar namun tidak di tempat kemaren malam itu. Denag arah yang sama ke arah Medan, tapi berbelok kekanan. Suasana tempatnya seperti umumnya restoran, ada beberapa orang singgah untuk makan.
Tempatnya juga tidak begitu ramai. Winda maklum Johan mengajaknya ke luar dari kota itu agar mereka tidak di pergoki oleh temannya ataupun teman sekantornya Winda. mereka hanya makan saja, kemesraan mereka tidak seperti kemaren malam. Malam ini mereka hanya saling berpegangan tangan saja. Dan setelah itu mereka langsung pulang.
Sampai di rumah sekitar jam 21.00 WIB.
Winda masuk langsung masuk ke paviliun kamarnya, sedangkan Johan masuk ke dalam rumah kakaknya. Saat Winda telah bersalin pakaian dengan, mengenakan kemeja tidur yang panjang berwarna merah muda dan setelannya berupa celana panjang bercorak sama. Tapi tak lama kemudian terdengar ketukan di pintu pavilunnya. Terdengar suara Johan memanggilnya. Winda menutup rambutnya dengan bergok yang biasa Winda pakai jika ada tamu dan membuka pintu untuk mempersilakan lelaki itu masuk mengingat selain dia adik pemilik rumah mungkin dia mempunyai keperluan yang harus disampaikan.
Rupanya Johan habis mandi malam itu. Terlihat dari rambutnya yang basah dan anehnya ada sedikit bau – bauan yang agak menyengat menyemburat di hidung Winda. Ya, wanita muda itu masih ingat baunya seperti wangi bunga mawar… mereka duduk di ruang depan faviliun itu, bersebelahan pada sofa sudut. dengan Johan berada di sebelah kirinya. Sambil berbincang-bincang apa saja.
Tak disadarinya pembicaraan Johan mulai bergeser pada hal yang sangat pribadi dan cenderung intim. Dari pembicaraan mengenai kesepian dirinya setelah bercerai, godaan – godaan saat ia membawa truk keluar daerah, juga bercerita bahwa ia pernah berhubungan dengan wanita di kota yang ia singgahi, termasuk dengan pelayan rumah makan di Medan, juga berkata mengenai keperkasaannya saat bersetubuh katanya cukup mampu melayani wanita itu hingga beberapa kali .
Kemudian Johan pindah duduk disamping wanita muda itu, duduk disebelah kirinya.
Lalu lelaki itu meraih jemari lentiknya dan membawanya ke pahanya. Winda diam tak bereaksi. Perlahan menarik bahu Winda, memutar nya agar menghadap dan menjatuhkan kecupan ringan pada bibir tipis wanita muda tersebut. Winda merasa sedikit jengah langsung menunduk malu sebab itu berlangsung tiba tiba dan mengejutkan dirinya, meskipun hal itu telah diduganya akan terjadi.
Namun… sentuhan bibir saat itu tidak seperti biasanya, Winda merasakan sengatan listrik mengalir pada sekujur tubuhnya. Tetapi Johan terus mengulum dan melumat bibir tipis wanita muda tersebut. Perlahan Windapun mulai membalasnya… menerima bibir lelaki berkumis itu dengan membuka mulutnya, memberikan ruang bagi lidah Johan untuk menerobos masuk di sela –sela giginya yang berbaris rapi. Menikmati betapa lidah kasap itu menggelitik di dalam rongga mulutnya, menemukan lidah Winda yang lancip untuk saling bercengkrama dan saling palun dalam kebasahan mulut Winda. Winda memejamkan matanya menikmatinya.
Lalu tangan Johan naik pada leher Winda, berusaha melepas penutup kepala Winda saat mereka berhadapan. Setelah lepas wajahnya mendekat, napasnya terasa hangat menembus kemeja tidur pada pundaknya. Johan dengan lembut mencium pundak dan di bagian belakang leher wanita muda berkulit putih tersebut. Sambil mendorong perlahan agar wanita muda itu rebah di sandaran sofa. Winda larut dalam dekapan dan cumbuan lelaki gagah itu. Ia semakin… terlena… pasrah.. lemas… menyerah pada birahi yang timbul oleh perlakuan Johan pada dirinya kemanapun arah yang diingininya.
Tangan Winda memegang bahu Johan yang tengah menahan kepala Winda dengan kedua tangannya. Sambil terus saling lumat dan kulum itu… tangan kanan lelaki tersebut turun dari belakang kepala dengan perlahan, menyusuri bahu yang telah terbuka, melewati belikatnya dan menemukan bukit membusung padat di dada wanita muda tersebut. Masih dari luar tangannya mulai meremas bukit padat yang terbungkus itu. Dengan sedikit kasar ia memilinnya…!!!Wajah dan tubuh wanita muda itu mulai berkeringat. Kehangatan bara birahi yang dialirkan oleh perlakuan Johan pada dirinya mulai membakar setiap titik syaraf kewanitaannya.
Tangan kanan Johan kemudian turun… merasakan hangatnya perut yang terselimuti pakaian… terus turun menemukan ujung bawah kemeja tidur wanita berkulit putih tersebut… menyelinap kebaliknya dan naik menyusuri perut terus ke atas. Menyelinap ke balik pembungkus bukit membusung di dada Winda. Meremas dengan lembut beberapa kali lalu memjit putiknya dengan intens.
“Ohh…..” Winda mendesah… matanya terpejam dikarenakan rasa malu dan rasa nikmat yang bercampur baur… Tubuhnya serasa terbang melayang lepas dari tempat berpijaknya. Kedua tangan Winda semakin erat memeluk leher Johan. Bibir Johan merayap turun dan menciumi leher jenjang yang mulai basah… basah oleh keringat. Bibir berkumis lelaki itu menjejali lehernya dengan gigitan-gigitan kecil yang kurang pahaminya, namun membuat Winda semakin larut…
Sementara itu tangan kiri Johan telah berada pada pertemuan paha wanita muda itu… meski diluar saja dan tidak masuk kedalam celana tidurnya… Winda amat kaget dan tubuhnya terlonjak kaget… serasa tersengat listrik… Tangannya meraba raba mengelus… dengan lincah meskipun pada posisi kaki Winda yang masih merapat. Winda meraih tangan tersebut berusaha melepaskan tangan lelaki itu pada pertemuan pahanya. belum pernah di perlakukan demikian oleh lelaki manapun termasuk suaminya. Johan menurut dan menarik tangannya dan menjauh dari Winda.
Kembali mereka duduk lagi seperti biasa.. begitu juga Winda pun kembali duduk sewajarnya. Johan bangkit melangkah keluar kembali ke rumah kakaknya. Beberapa saat kemudian kembali dengan sebotol air putih beserta 2 gelas beling. Menuangkan air putih tersebut dan memberikannya segelas pada Winda. Dia meminum air tersebut begitu juga Winda. Tubuhnya yang telah menghangat dan berkeringat oleh percumbuan barusan membutuhkan penawar menyegarkan.
Kemudian Johan berdiri, melangkah ke pintu dan menutupkan pintu paviliun tersebut sekaligus menguncinya… dari dalam. Melangkah menghampiri Winda yang masih duduk dan menariknya agar berdiri. Winda menurut dan seakan jadi manusia idiot yang mau saja saat di bimbing lelaki gagah itu ke dalam kamar tidurnya sendiri. Sesampainya dikamar, Johan menutupkan pintu kamar dan menghidupkan lampu tidur yang bersinar temaram.
Winda di dudukan oleh lelaki itu dipinggiran ranjang dari besi yang sudah lama dan bermodel antik … diatas spreinya yang berwarna putih. Johan lalu berdiri dan melepas kaos putih berlengannya hingga ia tinggal bercelana santai yang pendek saja….
Kembali dihampirinya wanita muda, meraih dagu lancip Winda dengan tangan kanannya dan menjatuhkan kecupan pada bibir tipis itu. itu Kecupan itu berubah menjadi lumatan dan kuluman menghisap bibir tersebut hingga membuat Winda hampir kehabisan napas sehingga terpaksa membalas karena lidah Johan telah menyelusuri bagian dalam mulutnya… Johan berhenti… memberikan waktu bagi wanita muda itu untuk mengatur napasnya yang tersengal sengal.
Tangan Johan meraih kancing kemeja tidur wanita muda berrkulit putih tersebut. Mencoba melepaskannya dengan perlahan satu demi satu. Winda menahan laju tangan lelaki itu dengan tangannya. Johan tak menggubrisnya dan tetap melakukan hal itu. Setelah kancing tersebut lepas semuanya, disibakkannya kemeja tidur tersebut pada bahunya sehingga bahan tersebut meluncur turun… lepas dari tubuh pemakainya.. dan langsung jatuh ke lantai. Praktis tubuh mulus atas Winda telanjang…!!! hanya sebuah kalung yang biasa dipakainya dan dua cup menutupi bulatan padat yang membusung di dadanya
Johan mulai mengecupi bahu telanjang wanita berkulit putih itu.
“Ohh……” Winda mengeluh, tangannya terpaku pada pinggiran ranjangnya… ada rasa geli..dan gairah yang datang menghampirinya lewat ciuman itu. Ciuman itu merayap ke leher jenjangnya dan turun menyusuri belikatnya ke bawah menemukan lembah kedua bukit dadanya yang mulai berkeringat. Lalu tangan Johan merayap ke belakang menemukan kait pengikat benda pembungkus dada Winda.
Satu sentakan kecil membuat kait benda tersebut lepas dan membiarkannya meluncur turun meninggalkan tubuh yang sintal dan mulus itu untuk tergolek menemani kemeja tidur yang telah berada di lantai. Winda berusaha memiringkan tubuhnya agar tidak terlalu terekspos pada lelaki itu… namun dengan kedua tangannya yang berada di balik lengkung punggung Winda. Johan mencoba menahan gerakan itu.
Wajah lelaki itu mendekat pada dada Winda. Lidahnya mulai menjilati permukaan licin dada yang membusung indah tersebut. Bergantian bukit yang kiri dan kanan tak satupun tertinggal… hingga akhirnya bibir berkumis itu mampir pada puncak bukit padat di dada Winda. Kepala Winda langsung terlontar rebah kebelakang…!!! Menggigit dan mengulumnya dengan intens… saat ia menggigit… Winda merasa geli dan segera gairahnya terlecut.
“Ahh….”rintih Winda terlepas begitu saja dari bibir tipisnya. Tubuhnya mulai hangat dan berkeringat, menggeliat-geliat dalam dekapan Johan. Tak kuat ia rasakan deraan nikmat yang melanda segenap penjuru tubuhnya. Tubuhnya lunglai dan seiring dengan itu Johan mulai merebahkan tubuh sintal tersebut perlahan di ranjang bersprey putih. Sedangkan kedua kaki wanita itu masih menjejak lantai. Kini Winda terbaring di ranjangnya sendiri… dengan peluh yang muncul di setiap porinya, tersengal-sengal dalam gemuruh nafsu yang telah membubung…!!!
Johan rebah diatas tubuhnya, diantara kedua kakinya yang masih mengenakan celana tidur telah membuka naluriah. Terasa oleh wanita muda pada perutnya betapa sebuah batang mulai mengeras. Kembali bibir dan lidah lelaki itu mencumbui bukit padat milik Winda yang mulai mengeras dalam nafsu… tak ketinggalan wajah… bibir… leher jenjangnya mendapat kecupan… lumatan yang bertubi-tubi… kedua tangan Johan terkadang menggantikan aksi bibirnya pada dada Winda.
“Uhhh……”desah Winda mulai sering terdengar. Rasa nikmat perlakuan Johan pada tubuhnya membubungkan nafsunya pada titik yang tak bisa kembali… kedua tangan Winda hanya bisa meraih dan mencengkeram pada bahu berkeringat lelaki gagah tersebut… bisa dia rasakan betapa dirinya telah basah disana sini… juga pada kewanitaannya yang mulai berdenyut. Lalu Johan bergerak lagi.. diangkatnya tubuh mulus yang telah telanjang hingga pinggang tersebut… menggesernya lebih keatas hingga kedua kaki Winda kini tergolek di atas ranjang bersprey putih tersebut.
Kembali berbaribg di samping kiri Winda, tangan kanan Johan meraih ke bawah, menemukan karet celana tidur wanita muda itu. Mencoba menariknya. Kaget Winda berusaha mencegahnya… tetapi telah terlambat karena karet celananya telah turun hingga lututnya… dan terus turun hingga akhirnya hanya sehelai kain tipis berwarna putih yang telah basah yang masih menutupi pertemuan batang pahanya. Bulu roma Winda berdiri di dera oleh nafsu yang berkesangatan… seakan ikut merasakan apa yang kan terjadi malam itu.
Kini tangan Johan kiri meraba bagian kewanitaan Winda yang masih terbalut itu dengan jarinya… menekan lepitan belahan kewanitaannya yang basah… itu di luar. Sambil kedua tangan Winda hanya bisa mendekap kepala Johan.. Winda berusaha tetap merapatkan kedua batang pahanya.
Namun Johan bergerak ke lain arah menemukan karet kain tipis pembalut pertemuan paha Winda, menariknya perlahan.. dan dengan mudah kain yang berbentuk segitiga tersebut lolos dan meninggalkan tubuh pemakainya menyusul pakaian lain yang telah terlebih dahulu lepas. Semuanya berjalan lancar seolah-olah Winda tak bisa kuasa menolak setiap perlakuan Johan.
Semuanya telah terbuka.. tidak ada lagi ditubuh Winda yang masih tertutup…, terbaring telanjang dalam napas bergemuruh dengan tubuh yang berpeluh disana-sini…!!! Bukit padat di dadanya dengan puncaknya yang berdiri tegak mengkilat di di bawah sinar temaram lampu kamar itu. Winda merasa heran saat itu.. hentakan dalam tubuhnya amat mengelora… ingin semuanya terjadi sesegera mungkin..
Lalu Johan berdiri, melepaskan celana pendek dan sekaligus pakaian dalamnya… hingga tubuh tegapnya telanjang. Ada rasa takut… dalam diri wanita muda yang tergolek di ranjang itu saat melihat sosok Johan dengan dada dan tangannya yang berbulu… lebat. Apalagi dengan pakaian yang telah lepas dari tubuhnya saat itu… membuatnya amat kuatir… melihat batang kelelakian yang amat panjang milik lelaki gagah itu..!!! Jujur diakuinya milik suaminya tak berarti di bandingkan dengan milik Johan.
Jauh didalam hati kecilnya Winda menyesali kejadian yang tengah berlangsung itu. Ini baru pertama kalinya dalam hidupnya… telanjang di hadapan lelaki lain yang bukan suaminya. Namun gairah… nafsu… dan rasa yang Winda tak dipahaminya itu terus membutakan hati kecilnya saat itu.
Johan mulai merayap naik di atas tubuhnya tak mempunyai pilihan kedua batang paha Winda naluriah membuka memberikan ruang pada pinggul lelaki tersebut untuk menempel. Kembali Johan mengecupi bibirnya dengan bernafsu dan kini Winda tak kalah lincah menyambut bibir dan mulut lelaki itu… Sedangkan tangannya telah bermain di bukit padat di dada Winda. Meremasnya berkali- kali.. kadang menggesek dengan gemas menggunakan kumisnya…
“Ouhh…” rintih Winda. Perasaannya serasa terbang tinggi ke angkasa dengan tubuh menggeliat-geliat bak cacaing kepanasan…Kedua tangan Johan tak henti – hentinya meremas… memilin.. bukit membusung di dada Winda hingga kedua bukit padat itu menegang dengan putik yang mengeras… seolah tegak… membuatnya memerah di setiap permukaan licinnya. Terasakan juga oleh wanita muda itu betapa hangat dan tegapnya batang pejal milik Johan… menyentuh di bawah pusarnya.
Lalu Johan turun dan berlutut bertumpu di atas kasur ranjang. Meraih kedua betis putih milik Winda yang tengah terbuka… mengangkat keduanya keatas. Kemudian lidah Johan meluncur sepanjang kedua kaki Winda, mulai dari ujung kaki hingga ke pangkal paha bagian dalamwanita muda itu tanpa sedikitpun ketinggalan… Lidah kasapnya terasa kasar, kesat dan basah. Winda masih memejamkan matanya menikmati gelombang biraai yang menderu-deru melandanya… kemudian ia terus turun, Winda seakan telah tergolek…kalah… rasa pasrahnya… membuat tubuhnya seolah menerima perlakuan dia saat itu..
Terus Johan membungkukkan wajahnya hingga jatuh pada kewanitaan Winda. Lidahnya masuk… menjilat … lepitan basahnya.. ada rasa hangat, geli, oleh jilatannya itu. Kadang lidahnya menghisap dan mengulum tonjolan sebesar kacang tanah di sana. Winda tidak mampu lagi berkata kata saat itu hanya bisa merintih dan mendesis… dengan tubuh menggeliat- geliat… Telapak tangan Winda berada dikepalanya menggenggam rambutnya dengan gemas…. sebagai tempat berpegang.. kedua kakinya berusaha dirapatkan karena rasa geli yang menghujam namun… terganjal.. kepalanya… rasa basah itu mulai datang dan seakan meledak… Lidah dan bibir masih di lepitannya, tidak ada sedikitpun rasa jijik pada dirinya saat itu..
“Ohh………” dengus Winda. Beberapa saat Winda klimaks… Winda mengejang..!!!. tubuhnya serasa melayang seringan seperti kapas.. Winda basah.. dan terkulai lemas… Johan lalu berhenti, lalu bangkit dan berdiri melangkah pergi mengambil air minum diluar kamar, dan kembali masuk dengan botol minuman dan gelas tadi. ia pun minum, namun tidak… menawari Winda..
Lalu lelaki tegap itu kembali ke tempat tidur, dan berbaring di sampingnya di sisi kirinya. Winda masih terbaring lemas dan berusaha menghirup udara sebanyak banyaknya untuk meredakan gairahnya. Merasakan kewanitaannya basah dan lengket, juga tubuhnya telah basah oleh peluh yang bercucuran di sekujur tubuh telanjangnya mulai dari ujung kaki, paha perut, dada dan wajahnya. Winda telah merasakan kembali klimaks yang lama tak di alaminya, hanya saat… baru – baru menikah hingga bulan ke lima saat mulai hamil.. setelah itu tidak pernah lagi..
“Win adiek pueh..(Win, kamu puas)? Tanya Johan memecah kebisuan diantara mereka. Winda diam dan hanya mengangguk jujur seraya memandang matanya. Melihat pada kedalaman mata tersebut percik nafsu yang membara, berniat sangat ingin menyetubuhinya malam itu.
Kembali Johan meremas dan memilin bukit padat di dada Winda yang telah memerah disana sini. Gairah wanita muda itu yang tadi telah surut kembali memuncak dengan cepat. Lincah sekali ia memperlakukan tubuh wanita muda itu. Dikulumnya bibir tipis itu… Awalnya Winda hanya diam lalu ikut membalas, bibbirmereka saling lumat, kulum.. Tangan kanan Johan… turun ke arah kembali ke kewanitaan Winda. jarinya masuk… mengorek – korek kebasahan yang timbul di sana membuat tubuh Winda terlonjak-lonjak diatas ranjang besi itu. Kewanitaannya mulai basah seolah tau saatnya untu permainan sesungguhnya akan di mulai..
Johan mengangkat kedua paha Winda dan menahan dengankedua tangannya, berlutut memposisikan pinggulnya diantara kedua batang paha wanita muda itu. Winda hanya bisa memejamkan mata, merapatkan kedua pahanya dan menutup kewanitaannya dengan tangannya. Winda merasa ketakutan sekali jika batang pejal Johan yang telah tegak kaku itu akan memasukinya, karena sempat dilihatnya tadi ukurannya saat belum berada pada ketegangan penuh.
“Apo nan diek Winda takuik-an (Apa yang dek Winda takutkan)?” tanya Johan.
“Itu da Winda takuik jo punyo uda tu (Itu bang Winda takut dengan milik abang)” jawab Winda.
“Diek Winda jan takuiik jo punyo uda ndak sakik do (Dek Winda jangan takut dengan kepunyaan abang, ga akan sakit ko) jelasnya berusaha memberikan pengertian.
“Kan Winda,,, alah pernah malahiakan..(kan Winda sudah pernah melahirkan)? Tambah Johan.
“Jadi punyo diek Winda pasti bisa (jadi kepunyaan Winda pasti mampu) katanya lagi menenangkan Winda.
“Winda indak malahiakan normal da, lewat badah sesar, iko ado jajaknyo (Winda tidak melahirkan secara normal bang tapi lewat bedah caesar, ini ada bekasnya) ” sahut Winda sambil menunjukkan bekas jahitan operasinya.
Johan terdiam. Winda tau sekali Johan sangat menginginkan…, begitu juga dirinya juga amat sangat menginginkan persetubuhan yang sebenarnya namun rasa takut dapat mengalahkan keinginan Winda saat itu.
“Baiko sajolah, baa kalau awak cubo dulu jo gesekan, siapo tau indak ka mambuek diek Winda kasakiek-an (begini sajalah, bagaimana kalau kita coba dengan gesekan, siapa tau tidak membuat Winda kesakitan)” pinta Johan.
“Uda bajanji indak ka mamaso diek Winda do (Abang tidak akan memaksa dek Winda ko). Tambah Johan.
“Kalau beko taraso sakik, doroang kan sajo badan uda (Kalau nati terasa sakit dorongkan saja tubuh abang) lanjutnya memohon. Dalam bimbangnya Winda mengalah. Mengalah pada permintaan Johan.. mengalah pada nafsunya dan membunuh rasa takutnya terhadap batang tegar milik Johan yang luarbiasa itu Seperti apa dilihatnya pada film – film semasa kuliahnya bersama dengan gengnya.
Winda merasakan jantungnya berdegup keras… menunggu saat – saat pertemuan kelamin mereka. Kini Johan berada di atas tubuh Winda yang terlentang telanjang…!!! Membuka kedua batang paha milik wanita itu dan menekuknya keatas… bersiap untuk masuk… Johanpun mulai… menempelkan… mengesekan ujung membola kepala kejantanannya di belahan kewanitaan wanita muda itu.
Awalnya hanya gesekan-gesekan saja, terasa geli .. gatal di pintu kewanitaannya… rasa kaget dan hangat membuat Winda tidak sadar lagi apa yang sedang terjadi….. dan perlahan Johan sambil menggesekkan juga mendorong pinggulnya sedikit demi sedikit, menyebabkan ujung membola kejantanannya menyibakkan lepitan kewanitaan Winda yang telah basah guna memperlancar lajunya, dan mendesak. terus… yang membuatnya makin lama makin masuk… Winda merasakan seperti ada kulit bergesekan ketat.
“Ouhh……” wanita muda itu mengeluh.
Dan secara bertahap masuk di perlancar oleh kebasahan yang timbul dalam kewanitaan Winda Winda menahan dengan tangan gerakan pinggul Johan. Kembali Johan mendorong masuk.. Winda tau batang pejal yang kokoh milik Johan itu telah masuk meski belum seluruhnya baru seperempatnya…… ada rasa sempit dan nyilu di kewanitaannya saat itu.. rasanya penuh sekali.
Johan terus memajukan pinggulnya dan melepaskan kedua kaki Winda, meletakkannya di kasur, tangannya kembali ke bukit padat yang membusung di dada Winda… memilin… dan meremasnya kembali. Sedangkan kedua tangan Winda menggengam pinggul lelaki itu… agar jika terasa dan sakit dan nyeri bisa menahan dan mendorong batangnya agar tetap diluar..
Lalu Johan menjangkau bantal yang terletak tidak jauh dari tubuh Winda, Dan mengangkat pinggul padat Winda untuk meletakkan bantal di bawahnya… sementara batang tegarnya masih menancap… Winda merasakan posisinya jadi agak rileks… Johan bergerak kembali. Dengan mata yang di kernyitkan Winda melihat batang tegap milik lelaki tersebut kembali mendesak masuk perlahan.
Lalu…. pas semua hampir masuk rasa nyilu mulai datang.. terasakan oleh wanita muda itu otot-otot di dalam kewanitaannya berderik – derik seperti cincin karet yang diregangkan paksa. Kembali Winda menahankan gerakan pinggul Johan dengan tangannya, Johan terus berusaha mendorong.. Winda bersikeras menahan dengan tangannya sehingga posisinya tetap tak berubah.
“Ndak lamo lai diek Win (ga akan lama lagi dik Win)..”ucap Johan sambil terus berusaha mendorong. Winda tidak peduli dan terus bertahan dengan tangannya karena merasakan nyilu dan nyeri…, Winda meringis dan mengernyitkan keningnya…!!! Johan mengalihkan serangannya, meremas-remas kembali dada membusung milik Winda dan menciumi bibirnya dengan gemas bernafsu sekali…
Kini kedua tangan Winda lepas dari pinggul lelaki itu dan memeluk punggung lelaki tersebut dan kembali larut dalam deraan nikmat yang membuatnya lengah dan terlena sehingga lupa menahankan pinggul Johan. Johan bergerak kembali mendorong dengan tiba – tiba. Dan seiring rasa sakit yang datang makin menyesakan maka amblaslah seluruh batang pejal milik Johan pada kewanitaan Winda… terbenam didalam tubuhnya.
“Aahhh…….”erang Winda. Matanya memejam menikmati sensasi luarbiasa yang dialaminya saat itu, sakit sekaligus nikmat merajam pertemuan pahanya…!!! Terasa oleh Winda kini paha mereka sudah rapat menempel dan tidak ada jarak lagi..
Johan diam sejenak. Winda merasa nafasnya serasa berat amat… rasanya batang pejal itu menyesak sampai ke ulu hati. Winda mulai membuka matanya memandang mata Johan, mengungkapkan rasa salutnya, dan amat suka caranya memperlakukan dirinya, amat pengertian… sekali
“Indak sakik kan diek Win (Tidak sakit kan dik Win)? Tanya Johan.Winda diam tak menjawab. Kemudian Winda memiringkan wajahnya ke samping, merasa malu dipandangi Johan seperti itu. Kembali Johan masih meraih wajahnya dan menciumi Winda. Terkadang menggigit dengan gemas bukit padat yang membusung telah memerah di dada wanita muda itu.
Johan kembali bergerak, menarik pinggulnya hingga akhirnya batang pejalnya yang kokoh perlahan keluar sedikit demi sedikit, perlahan sekali Terasa nyilu dan geli sekaligus…!!! lalu mendorong masuk lagi… mulanya perlahan dan amat terasa nyilu… sekaligus nikmat… Beberapa saat kemudian… ia mulai bergerak makin cepat, naik turun pinggulnya menghujamkan batang tegarnya. Telah lancar memang keluar masuknya pada liang kewanitaan Winda sehingga… seluruh tubuh Winda berguncang
“Ouh….” Rintih Winda berulang-ulang. Iya… Winda malu bila mengingat saat itu terdengar kecipak – kecipuk suara dari benturan pangkal paha mereka… sedangkan tangan Winda sudah lepas dan memegang kain… selimut dengan mata terpejam. Posisi Johan tetap dengan berlutut.. Kini pinggul padat Winda juga bergerak mendesak keatas….!!! menyambut setiap hujaman batang pejal kejantanan Johan pada liang kewanitaannya..Winda pun mulai merasakan ada gelombang besar yang akan meledak didalam tubuhnya..
Tiba-tiba Winda merasa semua menjadi gelap.. tubuhnya melenting keatas… Winda menggigit bibir bawahnya dengan kedua kaki yang menjepit pinggang Johan di belakang tubuh lelaki itu bak tang raksasa. Merasakan… gelombang klimaks datang menggulungnya… melemparkannya ke awang-awang dan kembali terkulai lemas. di atas ranjangnya yang telah kusut., Keringatnya sudah membasahi sprei yang sudah kusut semua…
Namun Johan masih tetap bergerak mengayunkan… pinggulnya maju mundur… beberapa menit kemudian Winda merasakan tubuh Johan mulai menegang dan… sepertinya ia akan klimaks.. Winda tau… Johan akan segera membasahi rahimnya…
“diek Win ka uda kalua-an dima, di dalam atau di lua (dik Win akan dikeluarkan di mana, dalam atau di luar)? Tanya Johan. Winda tidak sempat menggeleng atau mengiyakan. Tubuhnya masih terlonjak-lonjak dalam hunjaman Johan… saat bergerak memompa naik turun dan …
Sambil mendengus Johan menekankan pinggulnya sedalam mungkin, merasakan lecutan birahinya melambung dan akhirnya materi kental itu memancur keras membasahi seluruh permukaan dalam kewanitaan Winda. Terasa hangat… Untunglah Winda masih ingat bahwa saat itu ia masih menggunakan kontrasepsi sehingga tidak terlalu kuatir… Johan rebah menggelosoh di atas tubuh telanjang wanita muda itu.
Bobotnya amat berat sehingga Winda harus memiringkan tubuhnya menyebabkan tubuh Johan meluncur turun terbaring di sisinya. Winda memejamkan matanya merasa bersalah dan menyesal. namun segera hilang oleh rasa puas yang datang. Tubuhnya amat capai…
Windapun meraih selimut dan menutupkan pada tubuh telanjangnya. Karena merasa malam itu sangat dingin meski hujan tak turun. Berdua mereka tidur di ranjang yang telah kusut itu hingga pagi harinya.
Pagi harinya Winda heran kenapa tak merasakan adanya penyesalan yang dalam pada dirinya malah semakin suka kepada Johan sehingga membuatnya menelpon kepada suaminya di Padang untuk tak bisa kembali dalam minggu itu karena ada urusan kantor yang harus di selesaikannya. Lagi pula ia merasa kuatir jika pulang ke Padang dapat dipastikan suaminya saat meminta berhubungan badan akan mengetahui perbuatan mereka di karenakan di seluruhnya masih ada jejak-jejak memerah di dada dan leher akibat persetubuhan mereka yang bergelora malam itu.
Malam Jumat itu Winda telah jatuh dalam pelukan dan takluk pada keperkasaan Johan di atas ranjang. Ya.., semalaman mereka berhubungan hingga pagi.
Pagi hari Johan bangun terlebih dahulu, meninggalkan Winda masih terlelap di ranjang yang telah acak-acakan tersebut. Saat Winda bangun ada sedikit rasa sesal di hatinya, selangkangannya terasa sedikit nyilu. Masih tertera dalam benaknya bagaimana perlakuan Johan pada setiap sudut tubuhnya, terutama saat-saat penetrasi yang dramatis.
Pagi Jumat itu Winda mandi sebersih-bersihnya, berusaha agar jejak – jejak di tubuhnya hilang. Ya.., Winda kuatir jika jejak-jejak itu akan terlihat. Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tidak akan pernah hilang, juga sprei tempat tidurnya direndamnya juga..
Winda masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor Winda menelepon ke Padang memberi tahu suaminya bahwa ia tidak bisa pulang, ada urusan kantor yang harus di bereskan, demikian alasannya. Winda berbohong, berusaha untuk mendapatkan tengat waktu yang cukup untuk menghilangkan jejak memerah di tubuhnya dan mencari penyelamatan diri dari perselingkuhan yang tidak dihendakinya itu
Di kantor seperti biasa, Winda menyelesaikan dengan baik seluruh pekerjaannya hingga sekitar jam setengah 5 sore Jumat itu. Segera ia pulang. Sesampai di rumah wanita berkulit putih itu langsung menuju kamar mandi, mencuci pakaian dan sprei yang telah ia rendam pagi itu. Dan setelahnya langsung mandi. Winda saat itu mengenakan kaos bertangan panjang, dan celana panjang santai berwarna hijau muda berikut penutup kepala seperti biasa, Terlihat segar dan cantik ia sore itu.
Kembali di dalam rumah paviliunnya itu Winda berkutat di dapur memasak untuk dirinya sendiri. Lalu membereskan kamarnya, merapikan semua yang dianggapnya tidak pada tempatnya.
Senja itu sekitar pukul 6 sore. Itu Johan datang. Tanpa bicara sepatahpun langsung ia menuju rumah induk dan terdengar mandi. Mengenakan kemeja panjang, sesaat kemudian Johan mendatangi wanita muda yang tengah duduk di ruang tamu pavilion kamarnya itu. Sambil berdiri di pintu ia bertanya pada Winda
“Winda , indak pulang ka Padang (Winda, pulang ke Padang gak)”?.
“Ma bisa Winda pulang… (mana bisa Winda pulang)..”, sambil berdiri di pintu paviliun Winda sewot menjawab.
“Winda alun siap ka Padang, takuik pado kasalahan malam kapatang (Winda belum siap ke Padang masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren)” tambah wanita bertubuh sintal itu…
“Di badan ko panuah jajak pa-buek-an uda.. (di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang)”
“Apolai jikok uda Winda mintak jatah, bisa kiamat beko (apalagi jika suami Winda minta, jatah bisa kiamat)” ujar wanita muda tersebut menerangkan.
Johan hanya tersenyum dan duduk di sebelah kanan Winda. Lalu ia berkata.
“Uda ka pai ka Medan malam ‘ko (Abang mau pergi ke Medan malam itu)”.
” Untuk 3 hari se nyo (untuk 3 hari)” tambahnya. Kemudian dia meraih jemari wanita muda tersebut.
” Uda sayang bana ka Winda (abang sangat menyayangi Winda)” Winda diam saja, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren.
Johan berjalan menghampiri Winda yang duduk dengan tangan masih berada di pangkuannya, memandang mata memandang kedepan, menerawangnya. Mengajaknya agar duduk di sebelah kirinya. Lebih dekat pada sofa di ruangan itu. Kedua tangan Johan berada berada pada bahu kiri Winda, perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai mengecup.
Bibir berkumisnya berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu. Winda diam membiarkan saja, bibir berkumis tersebut meluncur turun di sepanjang pipi halusnya sambil tak henti mengecup pipi sebelah kiri tersebut, dari dahinya menuju dagu yang lancip, naik keatas menemukan kedua bibir lembut wanita muda dan langsung melumat
Beberapa saat Winda membiarkan dan menerima saja perlakuan Johan pada bibirnya itu. Lelaki gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir Winda mili demi mili, mendesak kedua bibir tersebut agar memberikan jalan, meyelusuri setiap permukaan gusi dengan lembut dan perlahan.
Kedua bibir wanita muda tersebut membuka dengan perlahan, iapun terus mengulum rongga mulutnya beberapa saat hingga Winda tergerak membalasnya, mulai menghisap.. dan kedua tangannya dengan nakal menjamah dada Winda yang saat itu masih berpakaian lengkap. Winda menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya mulai bersandar ke bahu lelaki tersebut. Winda mengikuti saja… tindakannya tubuhnya mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan.
Lalu diapun melepaskan pagutan pada bibirnya. Johan berdiri melangkah ke arah pintu, menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut. Ditariknya tangan kanan Winda untuk masuk kamarnya. Dalam cahaya lampu yang terang Winda tak sedikitpun berusaha menolak. Merebahkan Winda di ranjang biru muda dalam kamarnya, terlentang, lalu melepaskan busana Winda termasuk pakaian dalamnya yang berwarna putih, juga pakaian yang dikenakannya termasuk pakaian dalam biru tuanya yang membungkus pertemuan pahanya.
dengan cepat tergesa-gesa sekali.., melemparkan semuanya di lantai. Winda hanya memandang dengan nafas yang mulai tak teratur. Ada ketakutan dan keinginan kuat yang bercampur Winda tau Johan ingin melakukannya lagi seperti juga keinginannya juga. Masih terpatri kuat dalam benaknya kejadian malam sebelumnya yang sangat melenakannya…. Winda terlentang pasrah, tubuh Johan mulai menindih, dan kedua kaki wanita muda itu di bukanya.
Winda yang tengah memeluk bahu lelaki itu, tak sadari saat ia telah memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Winda. Hanya rasa nyilu terbit dari pertemuan pahanya, tubuhnya terlonjak kekiri dan kekanan. Lelaki itu bergerak perlahan, menghunjamkan pinggulnya pada pertemuan kedua paha Winda yang kedua kakinya terbuka lebar.., dengan tempo yang teratur.
Pinggul wanita muda itu menyentak keatas, menyambutnya, menjemput hunjaman batang kokoh tersebut… hingga akhirnya Johan menghunjam dengan kuat, mendesakkan kejantanannya se dalam-dalamnya, menggeram, dan mencapai klimaks. Melepaskan semuanya didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya jatuh masih diatas tubuh wanita berkulit putih tersebut… Padahal Winda belum apa – apa. Setelah ia sampai klimaks iapun berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh darinya masih dalam kamar tersebut.
” Uda ka pai ka Medan, jadi tadi itu adolah raso nan ndak uda sampaikan ka Winda (Abang akan ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin abang sampaikan pada Winda)”, ucap Johan.
” Uda minta maaf, uda tau Winda alun apo-apo, lain wakatu uda ndak mamuehkan diek Winda (abang minta maaf, abang tau Winda belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan dik Win)”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut.
Winda merasa aneh, Johan malah minta maaf karena persetubuhan itu hanya memuaskan satu pihak saja. Johan minta izin berangkat malam itu kira – kira jam 9 malam. Malam itu Winda tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa karena Winda merasa hanya jadi sarana pelampiasan nafsu Johan saja.
Dan Sabtu itu Winda tetap di rumah saja, karena Johan ke Medan selama 3 hari. Merapikan rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerjanya Senin nanti. Jam 10 pagi suaminya telpon. bahwa dia dan anaknya akan ke Bukittinggi hari Sabtu itu sekalian singgah di tempatnya. Suaminya datang sekitar jam 3 sore dengan mobil mereka di tempatnya bersama anaknya berikut mertua Winda.
Seharian itu Winda asyik dengan anak dan suaminya… jalan – jalan di daerah itu. Tak sedikitpun ada kesempatan atau waktu bagi wanita muda tersebut dan suaminya untuk dapat sedikit bermesraan dan berhubungan layaknya suami istri. Minggu sore sekitar jam jam 5 sore suaminya pulang ke Padang. Windapun kembali larut dengan rutinitasnya..
Saat itu Winda baru pulang dari kantor sekitar jam 5 sore. Masih sendirian dia karena kakaknya Johan masih belum pulang Winda pun mandi membersihkan badannya, karena capai seharian kerja. Selasa malam itu Johan pulang. Dia pun langsung ke rumah dan mandi. Saat itu Winda mengenakan kimono tidur berikut penutup kepala seperti biasa dan celana panjang bermotif bunga.
Mengenakan pakai celana pendek dan hanya kaos kutang Johan lalu menemui Winda di kamarnya dan minta Winda menemaninya makan, di dalam rumah kakaknya sebab saat itu ia membawa oleh – oleh makanan yang ia beli di jalan. Winda yang merasakan lapar akhirnya mau menemaninya makan senja itu.
” Win, uda bali nasi jo gulai kambiang di tampek langganan, lamak mah, kawani uda makan yo (Win, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini enak Win, kawani abang makan ya)?”,kata Johan. Winda menurut saja dan menyajikan makanan itu untuk mereka makan malam itu. Setelah makan Winda merasakan makanan amat kentara panasnya,maklum gulai kambing.. pikirnya tubuhnya memanas peluhnya keluar .hingga keningnya basah, Johan juga begitu.
Setelah makan saat itu mereka duduk berhadapan, masih di dalam rumah itu. Winda menceritakan tentang kedatangan suaminya hari Sabtu itu kepada Johan. Johan hanya tersenyum simpul dan tidak sedikitpun merasa iri atau cemburu mendengar penuturan wanita muda berkulit putih itu. Kemudian ia berdiri dan meraih tangan kanan Winda dan menariknya kearah kamarnya. Winda agak keberatan, berusaha melepaskan tangannya karena tak terbiasa
” Ado apo kok Winda di bao ka siko da (ada apa kok Winda di bawa kesini)?, tanya Winda jengah.
” Ado sasuatu untuak Winda (ada sesuatu buat Winda)” jawabnya…
Winda dengan sedikit menahan diri melangkah ke kamar yang terletak di sebelah kiri terpisah dari rumah induk berlantai kayu itu dengan bergandengan tangan. Winda dimintanya duduk di tepian kasur spring bed dalam kamar itu, kakinya menjuntai. Winda duduk saja mengikuti permintaannya karena Johan memohon dengan amat sangat, tak terbersit sedikitpun akan hal- hal yang dapat terjadi pada benak wanita cantik tersebut, menurut saja.
Springbednya 1 lapis saja sudah lusuh dan jarang dicuci sepertinya. Juga bau rokok dan minuman terbersit pada hidung wanita bertubuh sintal itu. Winda memaklumi kamarnya yang agak jorok dan di sana sini banyak puntung rokok dan botol – botol minuman..
Kemudian Johan memgeluarkan sesuatu dari dalam laci meja di kamarnya berbentuk kotak berwarna hitam. Rupanya ia baru saja membeli sebuah kalung berwarna seperti emas putih. Winda merasa tersanjung atas sikapnya itu dan merasa terpuji..
“Iko hadiah (ini hadiah)” katanya.
” Uda mintak Winda mamakainyo kini juo (Abang minta Winda mau memakainya sekarang juga)” pintanya. Winda berusaha menolak
“Indak usahlah da..malu…” katanya dengan tersipu-sipu. dan merasa tidak ingin memakainya namun Johan yang saat itu berdiri di depannya terus memaksa. Akhirnya dengan terpaksa, Winda membiarkan lelaki itu bergerak kebelakang untuk melepaskan kalung itu yang tengah dipakainya. Winda menurut membiarkan, malah membantunya. Johan melepas penutup kepala Winda yang kemudian di letakkannya dia atas ranjang, serta melepas kalung yang selama itu membelit di lehernya. kemudian memberikan kalung yang selama ini Winda kenakan ketangan Winda, dan memasangkannya kalung berwarna putih itu pada leher mulusnya dari arah belakang, dan mulai saat itu Winda memakai kalung pemberian Johan.
Setelah kalung putih tersebut terpakai, Johan mulai menciumi dan mengelus tengkuk sebelah kanannya. Tangan satunya merangkul pinggang Winda dari belakang. Winda merinding, kepalanya menunduk karena geli, Winda berusaha menolakkan kepala Johan dengan tangan kanannya namun Johan terus saja menciumi tengkuknya, Winda kegelian dan Johan tak juga berhenti, sedangkan tangan kirinya sudah tidak berada di bahunya lagi, bergerak melalui ketiak ke depan, pada bukit padat yang membusung di dada Winda.
“Uhhh…..”Winda mengeluh merasakan gairahnya kembali terbit, lalu jemari kedua tangannya, memilin bukit padat yang membusung di dada Winda yang saat itu masih terbalut kimono dan pakaian dalamnya. Winda lalu berusaha melepas tangan Johan yang berada di dadanya, namun tidak bisa karena tenaganya lelaki tersebut kuat tak tergoyahkan! Hingga kancing kimono itu akhirnya dilepaskan Johan.
Winda diam saja hingga pakaian tersebut jatuh ke lantai. Membaringkan tubuh sintal yang terbuka pada bagian depannya hingga pinggang itu di atas ranjang. Hanya dua buah cup berwarna hijau muda polos, berukuran 34b yang masih menutupi bukit padat yang membusung indah di dada pemiliknya.
Perlahan Johan menciumi belahan dada yamg memutih mulus itu, mata Winda memicing menikmati rasa geli yang timbul.
“Ahh..”rintih wanita muda tersebut tak henti-hentinya. Hingga akhirnya penutup dada Winda lepas dan membebaskan bukit padat di dada wanita muda itu bersentuhan dengan udara bebas. Johan membalikkan tubuh Winda menyamping, hingga mereka berhadapan. Tangannya meraih kebelakang, pengait penutup dada Winda dilepaskan berikut kimononya. Tak sedikitpun wanita muda tersebut berusaha melarang atau menolak, karena dirinyapun telah tak punya lagi yang harus dipertahankan. Saat itu pakaian atasnya sudah lepas, tubuh mulus memutih tersebut telanjang hingga pinggang.
Pikirannya kosong Hanya tinggal celana panjang yang masih pada tempatnya. Kembali Johan membalikkan tubuh mulus itu menelentang, mulai berusaha menarik celana tersebut. Winda membiarkan saja menatap sendu pada wajah lelaki gagah tersebut. malah membantu mempermudah dengan mengangkat pinggul hingga pakaian dalam yang berukuran medium dan berwarna putih polos yang merupakan lembaran kain terakhirnyapun hingga meluncur turun pada kedua tungkai mulusnya dan lepas dilantai. Winda telanjang dan terkulai pasrah didera nafsunya yang mulai bergelora.
Johanpun berdiri, melepas semua kain yang melekat di tubuhnya, dalam tatapan pasrah Winda yang terlentang telanjang. Lalu rebah di samping kiri nya. Winda pun mulai menginginkannya, mungkin karena pengaruh makanan tadi membuat tubuhnya seakan amat panas bergairah. Johan bergerak ia terus membelai dari dada hingga pusat kewanitaannya. Jari tangan kanannya masuk ke dalam lepitan kewanitaan yang basah!!! dibantu oleh kedua kaki Winda yang membuka memberikan jalan… Winda hanya bisa menatap mata Johan.., menggeliat bak cacing kepanasan dan merintih
“Ohh…”. Lalu Johan berdiri dalam tatapan Winda pada punggungnya dia dan mengambil sebuah botol berwarna hitam yang terletak di atas lemarinya. dan kembali duduk di samping kiri wanita muda yang telah telanjang tersebut. Menuangkan isinya yang berwarna merah, keatas perutnya hingga dada dan lehernya amat wangi.
Lalu ia menjilat cairan itu yang sudah tumpah di atas kulit perut dan noktah pusarnya hingga leher, ada rasa geli dingin dan gairah yang Winda rasakan dalam sinar lampu kamar yang saat itu terang benderang. Ia menjilatnya hingga tandas, lalu kepala Johan turun, meluncur kearah kewanitaannya, tubuhnya kembali berada di lantai, dengan kedua tangan tak henti-hentinya menggeluti bukit padat pada dada wanita bertubuh sintal tersebut.. Spontan kedua kaki Winda membuka, dirinya terangsang hebat..
Saat dirinya yang diam menikmati, Johanpun membuka kewanitaan Winda dengan jemari tangan kanannya, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang terasa kasar. Wanita bertubuh mulus itu hanya bisa menggeliat dan merintih-rintih. Winda memiringkan tubuh karena nikmat dan geli yang dirasakan bersamaan. menarik kepala lelaki itu. Dengan intens lidah Johan…. terus bermain di liang kewanitaan wanita bertubuh sintal tersebut, memggelitiki bagian lembut yang memerah muda dan telah badah itu.
Tampaknya ia amat ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah yang makin membulak-bulak yang melanda tubuh sintal itu.., beberapa saat kemudian Winda… orgasme…!!! Tubuhnya mengejang.., pinggulnya menelikung keatas sambil merintih dengan keras. Saat itu Winda hanya bisa memicingkan mata kejang,.. dan merintih.. , semua cairan kewanitaan miliknya dihisap Johan…!!!
Johan bangkit .lalu ia memandang wanita sintal yang terbaring bersimbah keringat. Tangannya yang berbulu kekar membuka kedua kaki Winda yang mulai merapat kembali, lalu meraih tangan kanan Winda dengan tangan kanannya, tiba-tiba saja Winda merasakan.. menyentuh dan memegang.. sebuah tonggak yang kuat. Dirinya kaget, rupanya Johan menarik tangan wanita muda itu agar memegang batang kejantanannya yang kokoh.
Winda takjub karena ukurannya yang luarbiasa.. Karena agak takut dilepaskannya kembali. Namun Johan dengan cepat menarik tangan wanita berkulit putih itu agar kembali memegangnya. Winda menggenggamnya sambil memandang ke wajah lelaki yang terbaring di sampingnya dengan rasa kuatir takut akan menyakitinya.., beberapa saat kemudian Winda melepaskannya kembali
Lalu Johan merangkak di atas tubuhnya yang telah lemas dan telentang. Kedua kaki wanita muda di di bukanya dan ia berjongkok memposisikan kejantanannya dengan tangan kanannya tepat pada lepitan basahnya. Menggesek-gesekkannya seperti kebiasaannya, Windapun turut bergerak, menggeser pinggulnya agar ujung membola batang kokoh itu tepat pada lepitan kewanitaannya. Winda memicingkan mata yang ada hanya perasaan geli dan ingin cepat – cepat di masuki saja Lalu batang kaku itu masuk pelan pelan dengan lancar, awalnya geli, basah dan sebentuk benda hidup masuk.., sudah tidak sakit lagi!!!
“Uhh..”rintih Winda. Tubuh Winda terlonjak saat langsung mentok..! Kedua kakinya tetap terbuka. Kembali seluruh tubuh wanita itu di eksplorasi Johan dengan tangannya hingga Winda merasa sangat amat bergairah. Sedang kedua tangan wanita muda bertubuh sintal itu di bukanya dan jari merekapun saling mengenggam .di samping bahu telanjang wanita muda itu. Lidahnya menggigit dan menjilati bukit padat berikut puncaknya di dada wanita berkulit putih tersebut perlahan.
Bergantian sebelah kiri dan kanan . Lalu… lelaki itu bergerak menarik pinggulnya perlahan, sehingga lepitan kewanitan Winda seperti tertarik keluar dan sebaliknya saat batang kokoh tersebut menusuk ke dalam. Kepala wanita muda terlempar ke kiri dan ke kanan saking nikmatnya rasa yang menderanya. Pinggul padatnya bergerak menyambut dengan memutar di bawah karena terangsang hebat aliran strum birahi dan sesekali menyentak keatas ke bawah pada setiap hujamannya.
“Ahh…”klimaks kembali menghampiri wanita muda tersebut. Ada rasa seperti tersengat listrik…, tubuhnya melengkung keatas dan kedua kakinya menjepit pinggangnya di belakang. Seluruh tubuhnya mengeletar dengan pinggul yang bergerak liar. Winda ingin ia berlama lama dan tak cepat klimaks. Kewanitaannya ber denyut-denyut seolah menjepit merapat dengan kuat.
Membuat Johan amat bernafsu sekali dan bergerak makin cepat. Saat itu yang membuat Winda merasa takjup saat Johan memompa itu amatlah kuat, iramanya perlahan dengan batang kejantanannya yang kokoh tak henti menghunjam dan hingga beberapa kali dan kira – kira 15 menit kemudian itu Johan semakin cepat dan menumpahkan spermanya sambil menggeram Ada rasa hangat tumpah dalam kewanitaannya.., di rahimnya.
Johanpun mendiamkan kejantanannya di dalam beberapa saat Lalu menggelosoh kesamping.. Kepuasan terpancar pada wajah wanita muda tersebut. Semburat memerah terbit pada wajahnya. Berpelukan mereka terbaring dia tas ranjang yang telah basah dan acak-acakan tersebut. Winda terpejam dan merasa hangat pada kewanitaannya. Winda puas
Kemudian Johan berdiri dan melangkah masuk kekamar mandi. Winda hanya memandang, terlentang dan telanjang dengan kaki masih terbuka, yang ada dalam pikiran saat itu hanya rasa lepas, puas dan tubuh capai, kehabisan tenaga dan daya.
Rupanya ia baru saja mandi, saat Winda melihatnya keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk pada pinggangnya. Johanpun lantas meminta Winda untuk membersihkan diri di kamar mandi itu. Windapun menurut dan beranjak ke kamar mandi, telanjang
Dalam kamar mandi itu Winda mengguyur tubuhnya dengan air dingin, segar sekali rasanya. Sewaktu menyabuni tak sedikitpun terbayangkan perlakuan Johan sebelumnya pada bagian – bagian tubuh mulusnya, yang penting tubuhnya bersih dan tidak ada keringat ataupun sisa bau tubuh Johan.
Lalu Winda melongok ke luar kamar mandi Winda meminta handuk untuk menutupi tubuh telanjangnya yang telah segar. Johan mendekat memberikan handuk yang ia pakai, untuk menutupi dan mengeringkan tubuh wanita muda yang basah setelah mandi. Winda melangkah keluar dari kamar mandi dengan menakai handuk yang berwarna biru muda, agak kotor dan bau, mungkin jarang di cuci, namun Winda tidak mempunyai pilihan.
Di kamar Winda pun kembali mencari cari untuk mengenakan pakaian dalamnya namun tidak ada dan Winda bertanya. Akhirnya carik segitiga itu dapat di temukan Johan tergeletak di sudut ranjang-nya. Winda tidak sadar bahwa benda kecil itu tadinya terlempar oleh perbuatan mereka berdua.
Johan berdiri mendekati di depan Winda. Winda berusaha merebut kain segitiga penutup pertemuan pahanya dari tangan Johan. Sambil bercanda Johan melemparkan benda itu ke atas ranjang. Winda bergerak cepat meraihnya, hampir dapat namun tak di duganya handuk yang melilit tubuh sintalnya terlepas dari tubuhnya.
“ ah.. ah.. uda (aw ah.. ah.. abang)”, Winda menjerit manja. Winda kembali telanjang, berusaha menutup pertemuan pahanya dengan tangannya. Johan yang telah mengenakan celana dalam itu kembali memeluknya. Winda langsung terjerembab jatuh ke atas ranjang itu diikuti tubuh lelaki dan langsung ditindih oleh tubuh besarnya yang masih lembab sehabis mandi.
Johan berusaha menciumi bibir wanita menggairahkan tersebut. Winda yang gelagapan tak menduganya menerima perlakuannya itu sehingga mereka saling kulum. Saat itu Winda pun tidak mau kalah, membalas setiap hisapan lidah Johan Sementara kedua tangan berada di samping kepala Winda, sedangkan naluriah tangan Winda mendekap bahunya. Di bawah, Winda hanya bisa membalas perlakuan bibir dan lidah Johan, meskipun kedua kakinya telah membuka, menempatkan tubuh Johan diantaranya.
Tangan kirinya lalu meraih bukit padat membulat di dada Winda dan meremasnya, bibir berkumis lelaki itupun ikut andil dengan memberi gigitan kecil pada bukit padat yang membusung pada bagian kanan sehingga Winda mulai bernafsu lagi dan mengikuti tindakan Lelaki itu serta dan membalasnya.. Tangan kiri Johan lalu menyelusuri perut turun kearah bawah pusar menemukan gundukan hangat kewanitaan Winda, dan jarinya masuk kedalam..!!
Winda semakin tidak karuan, Winda sudah mulai basah, gejolak tubuhnya sudah menegang, mendesah semakin menjulang, tubuh Johan turun, membuat rasa basahnya semakin menjadi – jadi saat kepala Johan ikut turun, menjilat seluruh isi kewanitaannya. Winda tentu saja menjepit kepalanya karena rasa geli.., gairah.., dan rasa yang seakan meledak di dalam tubuhnya sementara kedua tangannya berada pada kepala lelaki tersebut, menarik dan menjambak rambutnya..!! Winda mendengus,
“Mnnnh ah mm ughmm”, Winda mulai merasakan ada aliran basah mengalir dari dalam kewanitaannya.
Kemudian Johan bangkit dan berdiri, memposisikan tubuhnya sejajar diatas tubuh indah wanita muda tersebut. Tubuhmya telah telanjang juga . Rupanya saat melakukan rangsangan pada Winda, Johan juga melucuti pakaian dalamnya sendiri. Dengan kedua tangannya diraihnya kedua kaki wanita muda itu dan membukanya, sementara Winda hanya bisa memegang dengan erat kain sprei… Johan mengarahkan batang kokoh kejantanannya, bersiap memasuki tubuh wanita muda yang telah terkangkang pasrah itu.
Winda tak berani memandang ke bawah dan hanya menatap ke samping karena agak malu, kuatir dan jengah… Perlahan Winda merasakan sebentuk batang yang kokoh tengah memasuki tubuhnya di bawah. Wanita muda itu menggigit bibir bawahnya karena dirasakannya masih terasa seret dan nyilu. Tak dapat lagi ia hentikan karena telah mulai masuk.., rasanya panas dan kaku..! Lelaki itu bergerak memajukan pinggulnya, mendorong batang tegangnya hingga masuk semuanya..
“Ou… uhh..” erang Winda saat batang tegang yang kaku itu amblas terbenam… tubuhnya menggila matanya memicing… dengan tangan mencengkeram sprei. Winda tau keseluruhan batang tegang Johan telah terbenam amblas dalam kewanitannya saat terasa selangkangan lelaki itu saat berbenturan dengan pertemuan kedua paha Winda. Johan diam beberapa saat. Perlahan ditariknya kembali. Terasa lepitan kewanitannya tertarik kembali. Saat Winda mulai merasakan nyaman pada kewanitaannya dengan batang tegang itu didalamnya. Winda mendesah keras,
“Ouhh….” Baru beberapa senti kira-kira seperempat bagian yang keluar Johan mendorong pinggulnya lagi, sangat perlahan..! hingga mentok, rasanya hangat, masih ada sedikit rasa tebal dan nyilu…¦!!
Johan menarik kembali lagi beberapa saat hingga berulang- ulang, Gerakan Johan semakin cepat,
“Uu…auuu… ugh.. ugh…” Winda mendesah dengan cepat. Meski tanpa ada gerakan berarti dari tubuh wanita muda bertubuh indah itu karena sudah merasa capai dan otot pinggulnya serasa kaku, ia sangat menikmati persetubuhan ini. Winda menjadi agak malu karena saat Johan bergerak memacu pinggulnya itu terdengar ada kecipak bunyi – bunyian pada pertemuan kedua selangkangan mereka yang telah basah oleh keringat. Hingga sekarang Winda masih merasa malu pada dirinya sendiri apabila mengingat itu.
Beberapa saat kemudian Winda mengerang keras dengan serak, matanya terpejam dan meledak.. tubuhnya menegang kejang.., melentingkan punggungnya keatas bak ulat tertusuk duri, menjepit ketat pinggul Johan dengan kedua kakinya yang saling berkait di belakang Bagian dalam kewanitannya kembali berkedut-kedut. Jiwanya serasa ringan, terbang melayang… lalu terkulai.. capai..
“Ohh… ahhhhhh… addduhh…duhh”
Johan masih terus bergerak, menghujamkan batang tegangnya pada kelembutan basah kewanitaan Winda tak berhenti… malah semakin cepat..!!! Winda sudah sangat lemah saat itu, hanya terlentang, terkangkang pasrah. Kedua tangannya tergolek tidak berdaya memegang apapun. Hanya suara kecipak pertemuan kelamin mereka saja dan nafas Johan yang memburu riuh terdengar dalam ruangan itu.
Tidak lama kemudian Johan dengan cepat menyusul. Seraya menggeram ia menyentakan pinggulnya ke bawah dengan kuat membuat pinggul wanita muda itu terbenam dalam kelembutan ranjang, menyemburkan cairan kental yang hangat miliknya di dalam kewanitaan Winda. Dan iapun rebah lagi diatas tubuh wanita bertubuh sintal itu beberapa saat, lalu menggelosoh ke samping Winda..
Jam 2 malam itu juga Winda meminta di antar kembali ke kamarnya namun Johan memaksanya tidur di situ.
“Da… Winda.. ka kamar malam iko yo (bang Winda..kekamar malam ini ya..),
“Beko Uni uda pulang baa pulo? Bisa gawat da (nanti kakak abang pulang gimana? bisa gawat bang..)”.kata Winda tetap ngotot. Winda takut jika tiba-tiba kakaknya pulang sedangkan Winda berada di dalam kamar adiknya.
” Kan Winda masiah latiah, disiko sajo lah. Uni pulangnyo indak mungkin malam ko (kan Winda masih letih, disini sajalah, kakakku pulangnya gak mungkin malam ini koq)”, sahut Johan.
“Winda indak namuah lalok disiko, kalau di caliak urang lain tantang awak apo pulo katonyo beko (Winda tidak mau tidur disini, nanti jika dilihat orang lain tentang kita bagaimana)?”, kata Winda menerangkan.
Dengan berat hati dan malas-malasan Winda melangkah diantar Johan ke kamarnya, meski tidak terlalu jauh. Dan untungnya jalan menuju kamarnya lampunya tidak ada sehingga tidak akan ada orang yang tau. Saat sampai di pintu paviliunnyanya. Winda masuk tetapi dengan nakal tangan Johan masih sempat meraih dada membusung Winda yang langsung menepisnya. Saking lelahnya Winda tidak teliti sehingga penutup segitiga pakaian dalamnya masih tertinggal di kamar Johan. Winda berbisik pada Johan,
“Da, sarawa Winda lupo…, (bang pakaian dalam Winda lupa di pakai)”dengan tersenyum Johan berkata,
“Bisuak lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik).
Begitu tau Winda tidak mengenakan pakaian dalamnya, tangan Johan lansung meraih ke bawah, berusaha meraba kewanitaannya yang tertutup pakaian tidur.
” Malu da, iko kan dilua (malu ini kan diluar bang..)”, kata Winda
Tontonan khusus dewasa 18++ –> Film Bokep 2015
Winda kemudian mencuci muka dan berbaring. Langsung ia tertidur karena kelelahan yang amat sangat akibat persetubuhan tadi. Dan esok nya kembali bekerja seperti biasa. Winda juga sudah lupa pakaian dalamnya yang tertinggal di kamar Johan. Setelah dia mengatakan akan menyimpannya di tempat yang aman. Winda tidak kuatir lagi. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru

The post Cerita Sex: Kenikmatan Tiada Henti appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Atasan ku Mbak LIA

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru – Cerita Sex: Atasan ku Mbak LIA – Mbak Lia kurang lebih baru 2 minggu bekerja sebagai atasanku sebagai Accounting Manager. Sebagai atasan baru, ia sering memanggilku ke ruang kerjanya untuk menjelaskan overbudget yang terjadi pada bulan sebelumnya, atau untuk menjelaskan laporan mingguan yang kubuat. Aku sendiri sudah termasuk staf senior. Tapi mungkin karena latar belakang pendidikanku tidak cukup mendukung, management memutuskan merekrutnya. Ia berasal dari sebuah perusahaan konsultan keuangan.

cerita-sex-perintah-mbak-lia-225x300
Cerita Sex: Atasan ku Mbak LIA

 
Umurnya kutaksir sekitar 25 hingga 30 tahun. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau umurku sendiri 10 tahun di atasnya. Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yang lalu, ia mengatakan lebih suka bila di panggil “Mbak”. Sejak saat itu mulai terbina suasana dan hubungan kerja yang hangat, tidak terlalu formal. Terutama karena sikapnya yang ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali bila sedang bersama rekan kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.
Dan tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa nyaman bila memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan. Ia memang menawan karena sepasang bola matanya sewaktu-waktu dapat bernar-binar, atau menatap dengan tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte. Mungkin karena telah menduduki jabatan yang cukup tinggi dalam usia yang relatif muda, kepercayaan dirinyapun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yang diinginkannya.
Mbak Lia selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blus dan rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut. Bila sedang berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku dapat melihat pinggul yang samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tidak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya.
Di dalam ruang kerjanya, persis di samping meja kerjanya, terdapat seperangkat sofa yang sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.
Aku merasa beruntung bila dipanggil Mbak Lia untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Dan bila kami terlibat dalam pembicaraan yang cukup serius, ia tidak menyadari roknya yang agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku dapat melirik sebagian kulit paha yang berwarna gading. Kadang-kadang lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya. Tapi mataku selalu terbentur dalam kegelapan.
Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi dan kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan dapat kupastikan apakah bulu-bulu halus yang tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya. Bila kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yang indah dan bersih. Terawat. Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Mbak Lia..
“Theo, aku merasa bahwa kau sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang tiba-tiba berdebar.
“Theo, salahkah dugaanku?”
“Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Mbak Lia tersenyum sambil menatap mataku.
“Mengapa?”
Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku.
“Saya suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Dan..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.
“Saya juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi bulu-bulu.”
“Persis seperti yang kuduga, kau pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Tia sambil sedikit mendorong kursi rodanya.
“Agar kau tidak penasaran menduga-duga, bagaimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”
“Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yang kaku itu.
“Kompensasinya apa?”
“Sebagai rasa hormat dan tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”
“Bagus, aku suka. Bagian mana yang akan kau cium?”
“Betis yang indah itu!”
“Hanya sebuah ciuman?”
“Seribu kali pun aku bersedia.”
Mbak Tia tersenyum manis dikulum. Ia berusaha manahan tawanya.
“Dan aku yang menentukan di bagian mana saja yang harus kau cium, OK?”
“Deal, my lady!”
“I like it!” kata Mbak Lia sambil bangkit dari sofa.
Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yang besar dan empuk itu, Mbak Lia tersenyum. Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang membutuhkan sanjungan dan pujaan.
“Periksalah, Theo. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya.
“Kau tidak ingin memeriksanya, Theo?” tanya Mbak Lia sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.
Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Mbak Lia masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.
“Theo, kau tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.
Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Mbak Lia yang meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, dan berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tia masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.
“Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya.
“Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Dan dengan patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya.
Mbak Lia menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada saat itulah aku mendapat kesempatan memandang hingga ke pangkal pahanya. Dan kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih.
Pasti ia memakai G-String, kataku dalam hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat bulu-bulu ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya. Segitiga tipis yang hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua bulu yang mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.
“Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Mbak Lia ke atas lututku.
Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Tia mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya. Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yang berwarna gading itu mulus tanpa bulu halus.
Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus yang agak kehitaman. Sangat kontras dengan warna kulitnya. Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat bulu-bulu itu meremang.
“Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Kenyal.
“Suka, Theo?” Aku mengangguk.
“Tunjukkan bahwa kau suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!”
Aku mengangkat kaki Mbak Lia dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yang menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar dapat mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yang kedua, aku menjulurkan lidah agar dapat mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Mbak Lia menurunkan paha kanan dari paha kirinya.
Dan tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalam kanannya. Karena ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Mbak Lia mengangkat daguku. Aku menengadah.
“Kurang jelas, Theo?” Aku mengangguk.
Mbak Lia tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus dan seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi bulu-bulu halus kehitaman. Bagian dalamnya juga ditumbuhi tetapi tidak selebat bagian atasnya, dan warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dengan pahanya yang berwarna gading.
Aku merinding. Karena ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalam lututnya. Dan paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa bulu. Karena gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Dan ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yang panas dan basah.
Sekarang hidungku sangat dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya. Karena sangat dekat, walau tersembunyi, dengan jelas dapat kulihat bayangan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayang di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip dari kiri kanan G-stringnya.
Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalam-dalam. Tercium aroma segar yang membuatku menjadi semakin tak berdaya. Aroma yang memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Mbak Lia. Ingin kusergap aroma itu dan menjilat kemulusannya.
Mbak Lia menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.
“Suka Theo?”
“Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis dan lutut kirinya.
Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, dan meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya. Mbak Lia menggelinjang sambil menarik rambutku dengan manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalam dan semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Dan ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Mbak Lia mendorong kepalaku.
Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Mbak Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk dan meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yang sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk dan terbuka lebar di atas kursi, dan yang sebelah lagi menjuntai ke karpet.
“Suka Theo?”
“Hmm.. Hmm..!”
“Jawab!”
“Suka sekali!”
Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Tia merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.
“Nanti ada yang melihat bayangan kita dari balik kaca. Masuk ke dalam, Theo,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.
Aku terkesima. Mbak Tia merenggut bagian belakang kepalaku, dan menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Mbak Lia tiba-tiba membuka ke dua pahanya dan mendaratkan mulut dan hidungku di pangkal paha itu.
Kebasahan yang terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah. Dan di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yang sangat menyegarkan. Aroma yang sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala.
“Suka Theo?”
“Hmm.. Hmm..!”
“Sekarang masuk ke dalam!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.
Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak dapat berpikir waras. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Tak peduli dengan etika, dengan norma-norma bercinta, dengan sakral dalam percintaan. Aku hanya peduli dengan kedua belah paha mulus yang akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yang akan menjambak rambutku, telapak tangan yang akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yang akan menerobos hidung dan memenuhi rongga dadaku, kelembutan dan kehangatan dua buah bibir kewanitaan yang menjepit lidahku, dan tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yang harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yang sudah sangat ingin kucucipi.
Di kolong meja, Mbak Lia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku.
“Hanya lidah, Theo! OK?”
Aku mengangguk. Dan dengan cepat membenamkan wajahku di G-string yang menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalam-dalamnya. Mbak Lia terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.
“Rupanya kau sudah tidak sabar ya, Theo?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.
“Hm..!”
“Haus?”
“Hm!”
“Jawab, Theo!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.
“Haus!” jawabku singkat.
Tangan Mbak Lia bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri dan kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap. Sepasang bibir yang di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yang berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.
“Jangan diam saja. Theo!” kata Mbak Lia sambil menekan bagian belakang kepalaku.
“Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya.
Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak dapat bergerak. Bibirku terjepit dan tertekan di antara dubur dan bagian bawah vaginanya. Karena harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yang dapat kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalam lagi. Mbak Lia terpekik.
Pinggulnya diangkat dan digosok-gosokkannya dengan liar hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yang mulai mengalir dari sumbernya. Aku mendengus. Mbak Lia menggelinjang dan kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah vaginanya adalah nafas kehidupannku.
“Fantastis!” kata Mbak Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yang telah licin dan basah.
“Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.
“Segar!” Mbak Lia tertawa kecil.
“Kau pandai memanjakanku, Theo. Sekarang, kecup, jilat, dan hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kau memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yang sebagian menutupi bibir kewanitaannya.
“Jilat dan hisap dengan rakus. Tunjukkan bahwa kau memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yang tersisa! Tunjukkan dengan rakus seolah ini adalah kesempatan pertama dan yang terakhir bagimu!”
Aku terpengaruh dengan kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di setiap kalimat yang diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar dan haus untuk mereguk kelembutan dan kehangatan vaginanya. Kerongkonganku terasa panas dan kering.
Aku merasa benar-benar haus dan ingin segera mendapatkan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Lalu bibir kewanitaannya kukulum dan kuhisap agar semua kebasahan yang melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap bergantian.
Kepala Mbak Lia terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku. Pinggulnya terangkat dan terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yang bergerak liar di dinding kewanitaannya. Ia merintih setiap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kadang-kadang ia memekik sambil menjambak rambutku.
“Ooh, ooh, Theo! Theoo!” Dan ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap dan permainkan dengan ujung lidahku, Mbak Lia merintih menyebut-nyebut namaku..
“Theo, nikmat sekali sayang.. Theoo! Ooh.. Theoo!”
Ia menjadi liar. Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu dan kepalaku. Paha kanannya sudah tidak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat dan tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Mbak Lia menjambak rambutku. Menekan dan menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.
“Theo, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!”
Aku menjulurkan lidah sedalam-dalamnya. Membenamkan wajahku di vaginanya. Dan mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir vaginanya, kedutan yang menghisap lidahku, mengundang agar masuk lebih dalam. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku.
Kuhisap seluruh vaginanya. Aku tak ingin ada setetes pun yang terbuang. Inilah hadiah yang kutunggu-tunggu. Hadiah yang dapat menyejukkan kerongkonganku yang kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalam-dalamnya agar dapat langsung menghisap dari bibir vaginanya yang mungil.
“Theoo! Hisap Theoo!”
Aku tak tahu apakah rintihan Mbak Lia dapat terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dengan lendir yang dapat kuhisap dan kutelan. Lendir yang hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yang mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yang langsung ditumpahkan dari vagina Mbak Lia, dari pinggul yang terangkat agar lidahku terhunjam dalam.
“Oh, fantastis,” gumam Mbak Lia sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.
Ia menunduk dan mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.
“Aku puas sekali, Theo,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yang memancar dari bola matanya yang menatap sendu.
“Theo.”
“Hm..”
“Tatap mataku, Theo.” Aku menatap bola matanya.
“Jilat cairan yang tersisa sampai bersih”
“Hm..” jawabku sambil mulai menjilati vaginanya.
“Jangan menunduk, Theo. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat vaginaku.”
Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat dan menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.
“Kau memujaku, Theo?”
“Ya, aku memuja betismu, pahamu, dan di atas segalanya, yang ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dengan mesra sepenuh hati.
Tontotnan khusus dewasa 18++ –> Film Bokep 2015
Mbak Lia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru

The post Cerita Sex: Atasan ku Mbak LIA appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Nafsu Mbak Asti

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru – Cerita Sex: Nafsu Mbak Asti – Minggu pagi ini, sambil meregangkan badan aku melepas selimut dan aku merasakan sentuhan kain satin dasterku di puting buah dadaku dan entah kenapa rasanya nikmat dan merinding kulitku dibuatnya. Terasa putingku membesar dan keras.

cerita-sex-aku-benar-benar-nafsu-300x208
Cerita Sex: Nafsu Mbak Asti

 
Cepat aku pergi mandi di shower, aku mandi air dingin. Air membuat kesegaran tersendiri dan aku merasa vaginaku merebak terkena air sejuk yang mengalir mengenai klitorisku. Kulitku meremang dan uuuhhh… aku tiba-tiba sadar bahwa aku menginginkan batang panas untuk mengisi lubang nikmatku. Aaahhhhh… 2 bulan tanpa garukan-garukan di situ. Lagi di tengah urusan itu kok tidak selera sekali ya.
Aku pakai handuk melilitkan di badanku dan menyisir. Dari jendela kamarku aku bisa melihat ke bawah dan Andi sedang mencuci motornya, ahh… keponakan jauhku (dari sisi sex-ku) itu memang rajin. Walau dia sibuk dengan kuliahnya di kedokteran dia suka dan rajin mengurus kebun luas di rumah ini juga. Tiba-tiba ia ke belakang pohon dan membuka celana pendeknya, mau kencing!
Aku berhenti menyisir dan mengamati, astaga besar banget batang penisnya. Ia tak sadar ada yang meperhatikan dan diguncang-guncangnya menghabisi sisa urinenya dan terasa kakiku melemah, lututku gemetar setelah 2 bulan tidak melihat penis lelaki. Aku cepat ganti daster tipis pendek, BH dan CD tak sempat lagi kukenakan, dan nafasku menderu berlomba dengan nafsu yang sudah tak tertahan lagi geloranya.
Kubuka jendela dan…
“Andi, tolong Mbak ya…” teriakku agak keras penuh rencana.
“OK, Mbak Asti…” sahutnya.
“Ini tolong dong ambilkan tas merah kecil di atas lemari tinggi itu, bawa tangga kecilnya Di.”
Andi cekatan naik sambil memperhatikan pakaianku yang pendek menerawang, pahaku yang putih terlihat hampir sampai ke atas. Tapi ia tak berani langsung melihatnya. Aku tersenyum dan Andi naik ke atas tangga. Dicarinya di antara tas dan koper di atas (memang tidak ada ), dan…
“Yang mana sih Mbak koq tidak ada?”
“Masa sih tidak ada, coba Mbak yang naik, pegangin lho tangganya, Mbak takut jatuh.”
Aku naik ke anak tangga yang atas dan Andi memegang sisi tangga. Dan mulutnya segera ternganga karena ia bisa melihat aku karena daster mini dan tanpa mengenakan CD. Aku pura-pura tak tahu dan sibuk mencari-cari di atas.
Aku naik satu anak tangga lagi dan melebarkan kedua kakiku di tangga dan membungkuk ke arah lemari sehingga Andi jelas bisa melihat semua itu dan dari sudut mata kulihat Andi terbelalak.
“Lihat apa Andi?” tegurku.
Ia malu dan menundukkan kepala.
“Mmaa.. aaff… Mbak Asti…”
Aku geli melihat ia tersipu-sipu.
“Lha kamu kan sudah biasa di sekolah lihat yang gini kan”
“Wah… tapi Mbak Asti…”
“Tapi apa… ayoo…”
Aku turun lagi satu anak tangga. Lututku lemas sekali dan gelora nafsuku sudah menggelegak rasanya
“Mau lihat lagi Andi?” tantangku.
Andi terkejut dan parau ia berkata,
“Bbbolehh Mbak?”
Kutarik sedikit rok dasterku, pahaku yang putih dan berbulu halus sekali tersingkap dan bibir vaginaku pas di depan mulutnya.
“Ndi…” desahku, “Pernah mencium ginian tidak?”
“Bbbeelumm…” gemetarnya.
Suaranya tambah parau karena mulutnya terasa kering. Tiba-tiba aku tertawa karena dari sisi atas celana pendeknya mendesak keluar kepala penisnya, rupanya ia tak mengenakan celana dalam.
“Ini sih gara-gara Mbak Asti, aku jadi malu deh…”
Dia sudah tak kuat lagi dan disergahnya bibir vaginaku. Aku cepat mendekap kepalanya dan “Ssshhh… ahhh… Andi cium terus Ndi… Mbak ingin sekali…” Andi mencium kedua tepi bibir dan lidahnya mencari-cari dan menari-nari di atas tepi bibir vagina. Klitorisku yang sebesar kacang merah mengeras dan keluar dari ujung atas vaginaku dan “Ahhh… ahhh…” lidah Andi terasa melewati dan kasap sekali seperti amplas.
Aku sudah tak kuat lagi dan nafasku menderu-deru bak angin puyuh. Andi mendekap pantatku dan diangkatnya aku dari tangga. Dasar anak muda kuat sekali, dia menggendongku dalam posisi demikian. Aku pun tak takut jatuh lagi, pikiranku nanar menikmati sedotan mulutnya.
Dibawanya aku keranjang besar dan direbahkannya lembut di sana. Sambil jalan tadi mulutnya tak lepas dari vaginaku yang sudah kuyup dengan cairanku. Akhirnya dalam 2 menit aku menjerit, “Aaauhhh…” dan kutekan dengan pinggangku dan kulipatkan pahaku di sisi kepalanya dengan kuat. Mulut Andi menyedot kencang di klitorisku dan meletuslah orgasmeku yang pertama sejak 2 bulan ini. Mataku berkaca-kaca dan nanar. “Andi… Andi… enakkk… enakkk sekali… terus… terus… Ndi…” keluhku.
Kulihat Andi pun terengah-engah, “Mbak… Mbak… tolong lepas dong pahanya, Andi hampir tidak bisa nafas nih…” Kulepaskan kempitan pahaku dan segera kududuk bersimpuh di ranjang dan kutarik dasterku ke atas, terpana Andi melihat buah dadaku masih keras dan berdiri dengan sedikit pongah dalam ukuran 38C.
Diulurkan secara pelan tangannya takut-takut, langsung kusambar dan kuletakkan di atas putingku, segera diremas-remasnya bak tukang roti meremas-remas adonan terigu. Putingku terasa tertekan di telapak yang kasap sekali dan seketika nanar kembali pandanganku. Mataku berkaca-kaca. Nikmatnya langsung seperti listrik mengalir spontan ke arah vaginaku yang baru saja orgasme. Kutarik, kutindih si Andi dan sambil menarik ke bawah celana pendeknya, dan wess… batang penisnya yang sudah keras sekali terpental kena pipiku.
Di ujungnya terlihat cairan bening tanda ia sudah benar-benar bernafsu sekali. “Aduh… aduh… Mbak… aku tidak kuat lagi.. mau keluar…” Aku terperanjat karena lupa bahwa anak muda seperti Andi belum bisa tentunya menguasai diri. Cepat kukulum kepala penisnya dan kusedot sambil kumasukkan sampai hampir ke belakang mulutku. Perlahan kugerakkan kenyotan dan lidahku terputar-putar di sekeliling kepala penisnya. Andi terguncang di ranjang dan mengejang, terasa menahan geli enak dan dalam 1 menit meledaklah mani dari buah zakarnya yang kuelus-elus.
Telapak tanganku yang satu meraba daerah antara zakar dan pantatnya, dan Andi tambah nikmat mengeluarkan orgasmenya. Wah maninya banyak sekali dan memenuhi mulutku. Aku telan semua mani Andi tak bersisa sedikitpun, kupijat batang penisnya yang masih keras itu sampai akhirnya bersih semua. Kukeluarkan penisnya dan kelihatan berkilat merah darah tua gundulnya itu. Berkilap-kilap basah. “Aduhhh… luar biasa enak sekali Mbak, maaf ya saya tidak kuat lagi…” Matanya sayu dan masih sambil menikmati ketelanjanganku.
Aku menerkamnya dan memeluknya dan buah dadaku terasa kempes di atas dadanya yang keras. Andi memerah wajahnya karena kemesraan yang kulakukan. Di pahaku terasa penisnya mulai mengeras lagi, aku geli merasakannya, segera membesar… membesar… dan kuremas lagi dengan tanganku. “Tuh Andi, apa itu tuh…? Tidak apa kamu keluar tadi itu normal, sekarang mulai mekar lagi tuh…”
Vaginaku kuletakkan di atas batang penisnya dan… “Lihat nih Andi…” Aku mulai menggosok- gosokkan dan menggeser-geser ke atas dan ke bawah dengan mulut bibir vaginaku di atas batang penisnya. Terasa rambut kemaluannya menggelitik ke bibir vagina dan ke batang panas itu. Andi ternganga dan tergagap-gagap menyaksikan dan di depan matanya berayun-ayun buah dadaku, ia masih tak percaya apa yang sedang terjadi. “Ndi, remas-remas buah dadaku lagi dong…” keluhku keenakan menggosok vagina itu.
Kuarahkan klitorisku dan terasa belakang kepala penisnya menggaruk-garuk, enaknya tak terkira nikmatnya. Cairan dari lubang vaginaku mengalir dan aku mulai jongkok. Kupegang penisnya dan kuarahkan ke mulut lubang kenikmatan itu. Perlahan kuturunkan pinggangku dan… “Aahhh…” kepalanya kugaruk-garukkan di bibir vaginaku sebelum perlahan kumasukkan. Andi terbalik-balik matanya menahan nikmat yang tak terkirakan itu.
Sengaja aku berhenti setelah kepalanya masuk sedikit, dan senut-senut kupermainkan otot bibir vaginaku (ilmu ini kudapat dari si Mbok Inem). Andi merasakan betapa kepala penisnya seakan dipijat-pijat dan dinding bibir vagina itu seolah menyedot dan menghimpit dengan halus. Lekukan bibir vagina itu pas sekali ke kepala penisnya.
Dia mencoba mengangkat pinggulnya akan memasukkan lebih dalam dan aku terdiam saja masih jongkok, dan… “Bless…” masuk lagi beberapa inci, dan akhirnya aku duduk di atas pinggang Andi. Pahaku menganga di kiri kanan dengan seksi sekali, dan akhirnya seluruh penis sudah amblas ke dalam lubang vaginaku. Rambut kemaluanku tersibak ke kiri dan ke kanan di antara batang penisnya.
Aku terpejam menikmati betapa panas dan kerasnya batang itu meregangkan seluruh lubangku yang sempit sekali. Agak sakit memang, karena lama sudah tak dikunjungi daging keras itu. Perlahan-lahan kunikmati dan aku mulai menggerakan naik-turun, kemudian teratur aku gerakkan pinggangku ke depan dan ke belakang. Andi pun merasa penisnya seolah-olah diperah dan kepala penisnya terutama.
Enak luar biasa, ia mengimbangi dengan gerakan naik-turun juga. Aku sudah seperti penunggang kuda. Buah dadaku tak dilupakan Andi, aku membungkuk sedikit sehingga kedua melonku bisa diremas-remasnya dan… “Niiikmaaatt…” Aku percepat gerakanku dan sekarang aku mulai gerakan penari Hawaii, hanya pinggulku yang bergoyang dan gerakannya memutar lingkaran.
“Hehhh… ahhh…” garukan kepala penis di dinding vaginaku terasa luar biasa, seluruh lekuk-lekuk lubangku terasa digaruk. Aku ingin tahu berapa lama Andi kuat menghadapi manuverku, kukerahkan otot-otot vaginaku dan kulihat lagi mata Andi sudah terpana, terbeliak-beliak sehingga kelihatan hanya putih biji matanya saja dan mulutnya mengeluarkan suara seperti tak ada artinya. “Ahhh… ahhh… akkkhh… Mbak Asti… Mbak Asti… enakkk…”
Tangannya sekarang memegang dan meremas bukit pantatku. Dan aku sendiri merasa orgasmeku mulai bergelora menuju puncaknya. Aku seperti penunggang kuda menaiki kuda liar dan naik-turun putar… putar… putar… Buah dadaku terasa bebas sekali terpental pental, rambut kemaluanku dan rambut kemaluan Andi terasa bersatu tiap aku meremas memutar di atasnya, “Ahhh ahhha ahhh…” Akhirnya meletuslah orgasmeku dan aku masukkan dalam-dalam penis Andi dan kulebarkan pahaku di sisinya dan kugosok keras keras bibir kemaluanku di atas rambut kemaluannya, dan… dan… dan… Andi pun meletus lagi orgasmenya, “Srottt… serrr…” terasa maninya menyemprot di dalam lubangku tapi tak kuperhatikan lagi. Aku sendiri seperti lupa diri memutar mutar pinggangku dalam gerak melebar dan meremas kuat batang penis Andi.
Akhirnya aku lemas rebah di atas dadanya.
“Mbak Asti luar biasa deh… aku senang sekali bisa diperawani oleh Mbak Asti…”
“Apa? Oh kamu tuh belum pernah toh… Di… Aku kira kamu sering sama-teman mahasiswi atau suster-suster di rumah sakit, kan pada cantik-cantik…”
Andi memerah wajahnya dan berkata,
“Aku pemalu Mbak… jadi tidak pernah dapat. Sekarang aku dapat sama Mbak Asti, aku senang sekali… boleh lagi tidak…?”
Aku cubit zakarnya.
“Tentu.. tentu.. boleh Ndi… asal kamu tidak bosen saja, Mbak kan sudah tua,” godaku sambil meremas-remas buah zakarnya.
Ayo kita mandi saja bareng.
Siang itu aku selesai dengan Andi, lalu aku berbenah dan pergi ke rumah Mbak Nani di seberang. Ia seorang janda seumurku, tapi aku tahu juga ia suka menerima laki-laki. Nani sebenarnya teman aerobikku di tempat senam. Dengan Mbak Nani aku sama-sama berdagang berlian untuk tambahan penghasilan, karena ia banyak relasinya di Dharma Wanita sewaktu suaminya masih ada.
Badannya tinggi, hampir sama dengan aku yang 178 cm dan buah dadanya pun ukurannya 38D. Nani tidak punya anak dan di rumah ia tinggal bersama 2 sepupu wanita dan adik-adik suaminya yang masih pada sekolah, ada yang SMA dan ada yang sudah kuliah. Aku jarang ke rumahnya selama ini karena dulu suamiku dulu tak suka aku bergaul dengan dia. Entah kenapa.
“Mbak, Mbak Nani…” panggilku sambil mengetuk pintu.
Kok sepi ya? Aku masuk dari pintu samping dan rupanya sedang pada pergi karena motor anak-anak pada tidak ada.
“Mbak…?”
“Ohh… Ibu Asti,” sambut pembantunya, Mbok Warsih.
“Ibu Nani kemana ya? tadi sih ada, mungkin mandi… maaf ya Bu, Mbok lagi nyuci piring nih, Bu Asti masuk saja.”
Aku masuk ke ruang tengah dan duduk di sofanya, dan aku tiba-tiba mendengar suara sayup-sayup mendesah-desah. Jantungku berdegup seketika mendengar suara yang amat familiar kukenal itu. Perlahan-lahan kucari sumber suaranya, dan ternyata datang dari kamar atas, kamar Mbak Nani.
Aku naik berjingkat-jingkat, aku masuk ke lorong di atas dan benar! Dari kamar Mbak Nani, lagi ngapain dia? Lututku terasa lemas lagi mengingat Andi tadi pagi, dan terasa bibir vaginaku melembab dan empuk lagi. Nafsuku mulai berkobar-kobar membayangkan apa yang mungkin sedang berlangsung di kamar Nani.
Nahh… kamarnya tidak tertutup, pintunya masih terbuka sedikit, perlahan kudorong dan kusingkap gordin kamar dan astaga… Mbak Nani sedang disetubuhi dan posisinya ia berlutut menungging, pantatnya tinggi ke atas dan goyang pinggulnya kencang. Aku tak bisa melihat jelas siapa laki-laki itu, tapi mataku terbelalak dari posisiku jelas melihat penisnya keluar masuk cepat ke lubang vagina, dan saking pasnya terlihat bibir vagina itu tertarik keluar setiap batangnya ditarik keluar.
Batang itu… oh… batang itu basah berkilap-kilap keluar-masuk keluar-masuk dan buah zakarnya bersih sekali kemerahan tak ada rambut sama sekali. Paha Mbak Nani pun basah dengan aliran cairan dari vaginanya berkilat kilat kena cahaya.
Lututku benar-benar lemas, dan celana dalamku membasah. Aku hampir jatuh saking lemasnya, dengkulku dan aku berpegang pada amban pintu. Perlahan kudorong lagi pintunya lebih lebar dan keduanya benar-benar kerasukan, sehingga tidak melihat pintu membuka lebih lebar. Kakiku benar-benar terasa seperti agar-agar jelly, lemas. Aku berpegang pada amban pintu dan Mbak Nani pun dalam badai nafsunya terlihat memutar pinggulnya mengikuti enjotan dari lelaki itu.
Buah dadanya terpental-pental dan desahnya benar-benar menghanyutkan, sepeti suara binatang sedang birahi. “Ahhh… shh ssshhh Mas Mas…. enakkk… Uhhh uhhh… hmmm…” seru Nani. Tiba-tiba mereka meregang dan meletup-letuplah orgasme mereka dan terbadai-badai buah dada Mbak Nani karena binalnya ia menjepit penis itu. Dan terpuruk ia dipelukan lelaki tadi dari belakang.
Nafas mereka memburu terengah-engah seperti pelari maraton. Siapa lelaki itu? Perlahan aku mundur dan terduduk di kursi tamu di beranda kamar itu. Nafasnya masih tak terkendali dan celana dalamnya kuyup. Aku bingung mesti ngapain dan aduh gatalnya lubang vaginaku, gila aku tadi baru dengan Andi, kok sekarang sudah begini lagi. Kurapatkan pahaku kencang dengan harapan sedikit terbantu.
Masih tetap membara dan akhirnya aku tidak kuat lagi dan aku buru-buru pulang berharap Andi masih di sana. “Andi… Andi…” seruku dengan parau. Begitu masuk ke rumah, kok tidak menjawab, pikirku. “Andii…” aku mencari ke paviliun, wah kosong semua, sudah pergi dia, keluh kecewaku. Aku naik ke atas dan segera membuka semua bajuku. Mandi, pikirku untuk meredakan ini.
Aku terdiam di bawah shower, aduhhh… aliran air malah tambah merangsangku. Bagaimana ini, bagaimana, ah masturbasi saja, dan kuraba klitorisku yang sudah nongol keluar, “Shhh… shhh enakkk…” tiba-tiba terdengar suara bel pintu. “Aduh siapa lagi… Andi pulang?” harapku. Aku segera mengambil handuk dan kulibatkan di sekeliling tubuhku yang sintal, wah… kurang besar. Kugenggam saja handuk itu biar tidak copot.
Bel berbunyi tak sabar lagi, dan aku cepat turun, kupikir lihat dulu siapa dan kalau tidak kenal biar tak kubuka, aku mau masturbasi, kesalku. Dari jendela kulihat, wah ternyata anak pengantar koran, anaknya Pak RT di ujung jalan. Aku bimbang apakah mau membuka pintu atau tidak? Bagaimana aku, hanya handukan saja.
Entah kenapa, impulsif kubuka juga dan aku melihat anak lelaki dengan mulut ternganga terbesar begitu dia melihatku hanya berhanduk dan masih basah kulitku dan rambutku. Dalam hati, aku senang karena berarti aku OK dong.
“Ya…?” tanyaku.
“Oh maap Mbak… eh Ibu… mau nagih uang koran.”
Ihh sialan, hanya mau nagih, batinku.
“Bisa lain kali?” ujarku.
“Oh eh… bis bis… bisaa…” paraunya.
Lho kok ia menutup-nutupi depan celananya. Tiba-tiba aku sadar bahwa anak ini sudah lumayan besar, mulai deh aku berpikir lain.
“Eh iya deh, aku bayar saja, masuk dulu deh… aku baru mandi,” kataku.
“Ah biar di sini saja Mbak, eh Ibu…”
Kuulurkan tanganku dan kutarik saja masuk dan ia jalan agak membungkuk-bungkuk, rupanya mencoba menyembunyikan sesuatu.
“Kenapa sih?” tanyaku, “Kamu sakit pinggang?”
“Ah.. ah… eh… tidak… tidak…” katanya.
Mukanya merona merah sekali.
“Ya sudah ayo masuk ke sini!”
Kutarik lagi dan kubawa ke ruang tamu.
“Duduk deh…” lau dia duduk, “Namamu siapa?”
Aku masih berdiri di depannya dan tetesan air masih mengalir di pahaku. Si anak itu matanya terbelalak melihat paha mulusku di depan mukanya.
Apa… apa… apa Mbak…” gelagapan terus dia.
Aku tambah geli saja.
“Oh saya namanya Banu…” jelasnya hampir berbisik.
Matanya masih menatap pahaku yang basah, pori-poriku masih menggremeng sehingga bulu-bulu halus di situ kelihatan berdiri.
“Banu mana bonnya?” tanyaku.
“Oh oh… iya ini…”Tangannya menggapai tas yang ditaruhnya di atas pahanya dan aha… rupanya ia berusaha menutupi penisnya yang sudah tegang berat. Ha ha ha, aku mau menikmati siang ini untuk melepas dahaga gara-gara Nani tadi. Biar deh anak Pak RT sudah besar juga kok. Tapi aku mesti hati-hati supaya dia tidak shock.
“Ini buat bulan lalu ya Ban?” tanyaku sambil mengambil kwitansi dan aku jalan ke buffet tempat aku menaruh dompetku.
“Ii.. iiiya… Tante eh Ibu eh… iya…” katanya.
Dari kaca di atas buffet aku melihat matanya mengikuti goyang pantatku di balik handuk yang nyaris tak menutupi pantatku dan pasti bulu di sela-sela pahaku bisa dilihatnya. Sengaja kuregangkan kakiku dan matanya membesar dan membesar.
Aku pura-pura mencari-cari dompet dan membelakangi dia dan matanya sudah terkunci ke pantatku yang sintal. Lalu aku berjinjit dan pura-pura mencari di atas lemari tepi buffet sehingga handukku naik ke atas juga. Ha ha ha, pasti dia melihat lebih jelas lagi ujung vaginaku sekarang.
Aku tiba-tiba membalik dan Banu sudah pucat dan seperti orang dihipnotis saja. Aku balik membawa dompetku dan sengaja aku duduk di seberangnya. Kukangkangkan kakiku sehingga handukku naik ke atas paha. Aku pura-pura meneliti rincian kwitansi dan Banu matanya menjalang mencoba mencari apa yang akan bisa dilihatnya. Aku sendiri sudah basah kuyup, vaginaku lemas membayangkan mau menikmati anak ini.
Tiba-tiba aku bertanya,
“Eh kamu hari Minggu koq tidak pergi main-main sih? kan bisa besok nagih.”
“Aa.. aku pengen beresin ini Bu…” katanya.
“Masih banyak yang mesti ditagih?” tanyaku lagi.
“Tidak, ini terakhir.”
“OK, ini uangnya dan terima kasih ya,” kataku sambil berdiri.
Terlihat mukanya kecewa karena mungkin inginnya sih apa ya? (mana aku tahu dia mikir apa, yang jelas tegangnya masih tuh di balik celana pendek jeansnya).
Dia berdiri dan cepat ditutupkannya lagi tasnya di depan kemaluannya.
“Eh Banu, mau bantu Mbak tidak?” tanyaku.
Dengan sergap ia menjawab, “Mau…” katanya senang.
“Ini Mbak mau pakai krim tapi susah kalau di belakang punggung. Mau tidak kamu bantuin oleskan.”
Wah kalian mesti lihat ekspresi mukanya, seperti orang menang lotere 1 juta dolar tuh.
“Ayo sini naik ke kamar Mbak deh!” ajakku.
Berdebar-debar aku membayangkan ini semua. Lubang vaginaku sudah bukan main gatelnya. Aku berbaring telungkup tanpa melepas handuk setiba di kamar.
“Itu Ban, ada di meja hias yang warna putih botolnya.”
“Ini ya Mbak?” katanya cekatan.
Ia sudah lupa dengan tasnya dan celananya seperti sebuah tenda dengan tonggak tegak lurus.
“Yep….. itu dia Banu. Ini mulai dari pundak atasku ya Ban.
Ia duduk di pinggirku dan nafasnya terdengar terengah-engah. “Srr…” duh dinginnya krim itu ketika ia mulai mengoles pundakku. Tangannya terasa hangat sekali dan gemetar.
“Banu kamu pernah tidak ngolesin body cream gini?” tanyaku untuk membuat ia relaks.
“Ahhh… nggak pernah. Mbak cantik sekali dan kulitnya halus bener deh,” katanya sambil terus mengoleskan krim.
Ah enak, dan pahanya terasa menempel pada sisi tubuh atasku.
“Eh Mbak, ini handuknya ngehalangin,” katanya lebih berani.
Aku berdebar dan… “Oh iya… dorong saja…” tangannya mendorong sisi atas haduk di punggungku dan ditambahkannya krim dan dioleskannya ke punggungku.
“Mbak.. eeeh… saya buka saja ya handuknya.”
Ah… batinku, berani juga anak ini. Kuangkat sedikit badanku dan ditariknya handuk dan jadi longgar dan copot. Buah dadaku terasa sedikit pedih waktu ditariknya handuk itu dan telanjang bulatlah aku. Dari kaca meja hias aku lihat Banu ternganga lagi melihat tubuh mulus dan montok tersaji di depan matanya. Ia lupa mesti memberi krim. Aku pun menahan nafsuku dan tetap terlungkup.
“Eh Banu ayo dong! ngeliatin apa sih kayak belum pernah ngeliat wanita,” desahku merangsang.
“Oh iya iya…”
Dia mengoles lagi dengan sigapnya, tangannya teasa tambah hangat.
“Hmm, pantatnya juga tidak Mbak Etty?”
Hi hi hi dia panggil aku pakai nama Etty, lucu rasanya karena sudah lama tidak dipakai nama itu.
“Iya,” ujarku.
Dan “Seerr…” rabaan tangannya membuatku mendesah keenakan dan suasana di kamar itu sudah penuh dengan hawa nafsu saja. Rabaan tangannya mulai mengcengkeram kedua bukit sintal, dan aku pelan-pelan merenggangkan pahaku dan kuangkat sedikit pantatku. Banu pindah ke dekat pahaku dan aku geli karena pasti dia ingin lihat vaginaku. Sengaja kuangkat terus dan kulebarkan lagi pahaku dan tangannya masih meremas-remas (bukan ngolesin lagi cing).
Kulihat ia menjilatkan lidahnya ke bibirnya dan tangannya mendekat ke arah paha dan jempolnya kiri dan kanan mendekat ke vaginaku sambil tetap meremas-remas pantatku sebelah bawah. Aku pun tak sadar mendesah-desah keenakan dan terasa di sebelah dalam pahaku mengalir cairan dari vaginaku. Aku diam saja supaya Banu tidak malu dan kuintip terus dari kaca kelakuannya. Diulurnya jempolnya dan terasa sentuhan halus di tepi bibir vaginaku.
Enak dan aku angkat lagi pantatku dan jempolnya menyentuh lebih berani. Aku menahan terus nafsuku, maunya sih aku sudah berbalik dan kuterkam saja si Banu ini tapi itu akan mengurangi nikmat. Banu melihat aku diam saja dan jempolnya tambah ke dalam pahaku dan ia kelihatan terkejut merasakan lincir dan hangat, basah sekali bibir vaginaku. Ia melihat aku tetap terdiam, aku menggigit bantal yang kupeluk dan terasa puting susuku gatal sekali juga. Kutahan nafsuku dan kubiarkan dia eksplorasi dulu.
Nak Banu… aduhh…” keluhku, “Shhh… enak sekali…”
Dan kakinya tambah dikangkangkannya lebar-lebar, pantatnya naik sedikit sehingga vaginaku sudah terpampang di mata Banu yang terbelalak. Tenggorokannya kering sekali dan tangannya dingin. Bulu kemaluanku sudah menempel karena kuyup. Jari Banu meremas-remas pantat dan paha atas. Dilihatnya vagina merekah dan bau khas seperti laut begitu merambah hidungnya membuat suasananya tambah merangsang. Dasar anak masih “ijo” dia tak tahu mau ngapain. Aku biarkan jarinya mendekat ke bibir vaginaku dan kutahan nafas mengantisipasi enak yang bakal kurasakan.
Kutinggikan lagi pantatku dan terasa jarinya menyentuh dan mulai menggosok dengan rasa ingin tahu sambil takut dimarahi. Aku berbisik, “Terus Banu… paha dalam ibu itu perlu juga,” aku memberanikan dirinya, dan aku lebarkan lagi pahaku sehingga betul betul sudah bebas terlihat belahan vaginaku dari belakang situ. Jari-jari Banu mulai mendekat lebih jauh ke lubang dan bibir-bibir kiri dan kanan vaginaku dan mengorek-ngorek.
“Aduhhh… nikmat sekali…” Jari tengah Banu masuk ke lubang basah dan keluar-masuk, ia mengorek-ngorek tanpa tahu apa yang harus dikerjakan. Kutuntun tangannya dan kutangkupkan pada vaginaku dan jari telunjuknya aku letakkan di atas klitorisku “Gosok dan gelitik Banu!” kataku. Pantatku tambah tinggi sehingga aku hampir berlutut. Pantatku sudah hampir setinggi mulut Banu yang ternganga selebar pintu Tol.
Dengan pelan tanganku meraba paha Banu, seperti orang kena listrik ia mengejang. “Jangan takut Banu, Ibu tidak apain kok.” Aku naikkan lagi dan penisnya yang sudah keras luar biasa terasa di luar celana pendeknya. Aku elus-elus dan ia seperti orang kesurupan, matanya terbalik-balik keenakan, dan kutarik celananya ke bawah, ia berdiri dan bebas merdeka batangnya itu.
Kugenggam erat-erat dan aku bilang, “Banu kamu ke belakang situ dan tempelkan penismu ini ke mulut lubang vagina.” Aku menungging berlutut, pantatku tinggi ke atas dan posisi vaginaku sudah terbuka lebar. Banu mendekat dan sambil memegang penisnya ia mengarahkan ke vaginaku.
“Ahhh.. ahhh… enak Banu…”
“Iya Mbak enak sekali…”
Aku pegang penisnya dan pelan-pelan kuamblaskan ke dalam lubang vaginaku. Gila panas sekali batangnya itu. Dan aku mulai berayun-ayun ke depan dan ke belakang. Banu pegangan pada pinggulku, buah dadaku berayun-ayun menggelantung bebas. Dan pelan sekali kusedot penis Banu dalam vaginaku, kugerakkan otot dinding vaginaku bergelombang-gelombang.
Di kaca aku melihat posisiku dan Banu, sungguh pemandangan luar biasa. Anak masih “ijo” itu antusias sekali dan kelihatan ia masih bingung-bingung. Terus kugenjot dan Banu mulai pintar mengikuti gerakannya, dan terasa batangya maju-mundur menggaruk-garuk dinding vaginaku dengan nikmat sekali.
Dan 2 menit kemudian meledak-ledak orgasmeku dan ia kujepit dengan kencang dalam vaginaku sampai terasa seperti kuperas batangnya sampai kering dari spermanya. Terdampar Banu di atas punggungku dan aku rebah ke ranjang. Penisnya masih setengah tegang dan terasa berdenyut denyut. Itu pengalaman Banu pertama.
Aku tertidur setelah itu dengan enak sekali, sungguh segar. Besoknya aku sibuk di kebun sampai sore, dan siangnya aku tidur lagi sebentar, rencanaku anak kostku yang lain akan kupetik perjakanya. Jam 06.00 sore aku mandi dan dandan sedikit, aku kenakan daster tipis. Setelah itu aku duduk di kamar tamu membaca koran sore menunggui anak-anak kost pulang kuliah sore.
Ketukan di pintu menyadarkan aku dan aku bilang, “Iya…” Andi masuk dan ia senyum-senyum.
“Ada apa Andi? nggak jadi nginap di rumah Anwar ya?” kataku manis.
Aku tak bangkit dari ranjang, dasterku agak tersingkap kubiarkan. Mata Andi segera melihat itu dan senyum lagi.
“Anu Mbak Etty. Perlu apa-apa tidak?” katanya sambil mendekat.
“Oh ini Mbak Etty…” katanya sambil duduk di sampingku dan tangannya memegang tanganku.
“Tapi tidak boleh marah ya… Herman, Toni kan masih SMA, mereka baru dapat pelajaran biologi dan sering nanya-nanya, aku tapi sulit juga menjelaskan kalau tidak ada peragaan.”
“Lha iya, kamu kan di kedokteran bisa dong ngejelasin,” kataku.
Elusan tangannya membuat hatiku berdesir lagi dan vaginaku langsung mendenyut. (Gila nafsuku besar sekali sih batinku).
“Lalu kenapa?”
“Ini lho, tapi bener ya tidak boleh marah?” kata Andi lagi.
“Iya sudah, apa sih susah banget mau ngomong. Kamu perlu uang buat beli peta biologi?”
“Eh tidak, sebenernya sudah ada tapi perlu bantuan Mbak Etty,” kata Andi lagi.
“Gini Mbak, mereka ingin tahu tubuh wanita dan aku pikir paling gampang kalau Mbak Etty tidak keberatan aku pakai tubuh Mbak buat peragaannya.”
“Ha.. ha.. ha… Andi kamu ada-ada saja, malu ah,” kataku sambil berdebar-debar dengan pengalaman baru ini.
“Boleh tidak Mbak?” desak Andi lagi.
“Iya dah, tapi gimana? aku mesti apa?”
Baru aku bilang begitu pintu kamar sudah terbuka dan masuk Herman dan Toni. Kurang ajar dari tadi mereka nguping di pintu. Aku agak menjerit karena kaget. Herman dan Toni malu-malu dan mukanya merah. Andi mengajak mereka ke tempat tidurku dan katanya, “Mbak saya lepas ya dasternya.” Aku malu, karena aneh rasanya ada 3 lelaki muda di kamarku.
Tapi gemuruh di dadaku menggebu-gebu membayangkan tubuh ke-3 anak muda ini. Aku hanya bisa manggut-manggut, lidahku kelu dan duh vaginaku sudah langsung melembab dan lembek terasa hangat bibir vaginaku. Aku duduk dan kuangkat dasterku dan waktu tanganku ke atas buah dadaku langsung bebas menggelinjang sintal dan kulihat mata ke-3 anak itu membelalak. Aku menutup buah dadaku dengan daster yang sudah lepas dan Andi mendekat lagi. “Mbak baring ya, tangannya ke atas. Ini kita serius kok Mbak, mereka besok ujian.
Jadi Mbak tidak usah malu karena membantu nih.” Tanganku ditariknya kedua-duanya ke atas dan buah dadaku munjung dengan bebas dan seksi sekali. Kulirik dan duh mereka sudah pada tegang. Aku berbaring hanya bercelana dalam segitiga kecil sekali hampir tak bisa menutup vaginaku dan di depannya jelas sekali basah sudah.
Andi juga suaranya bergetar karena menahan nafsu, aku rasa. “Ton, Man sini kamu di sisi sana biar aku jelaskan tentang buah dada,” katanya sok seperti dosen. Herman dan Toni berdesak-desak dengan gesit mendekat. Andi memegang buah dadaku dan menjelaskan bahwa ini adalah buah dada yang sehat dan terpelihara baik katanya sambil meremas, dan katanya,
“Nah kamu coba pegang dan remas-remas! Herman kamu perah yang sini dan Toni kamu coba kekenyalan yang satunya, kemudian gantian dan bandingkan.” Mata mereka jalang sekali dan kedengaran desah nafas mereka yang sudah tak beraturan. Aku sendiri begitu diremas Andi tak sadar mendesah enak. Dan seketika kedua anak itu rebutan meremas-remas kedua buah dadaku, dan banjirlah cairan di vaginaku.
“OK.. OK.. sudah sudah cukup!” seru Andi, “Sekarang lihat ini, ini adalah puting susu dan di sekitarnya ini disebut aerola,” katanya sambil memelintir putingku ke kiri dan kanan, aku menggelinjang geli. “Ini kalau sehat akan bereaksi bila disentuh atau dirangsang sehingga mengeras,” lanjutnya. “Nah coba kamu pegang puting seorang satu ya… dan pelintir seperti ini!” katanya sambil mencontohkan dijepitnya puting susuku di antara jempol dan jari telunjuknya dan diputarnya putingku.
Aduh seketika aliran syarafku ke vagina tambah enak rasanya. Vaginaku terasa kuyup dan mengalir ke sisi pahaku. Celana dalamku tak dapat menampung lagi cairan itu. Herman memelintir puting susu kiri dan Toni di buah dada kananku. Aku tak sadar kakiku sudah mengempit dan bergoyang-goyang menahan rasa geli dan pinggulku bergeser-geser di ranjang. Andi sendiri memperhatikan kedua anak itu praktikum di puting susuku dan keduanya asyik sekali. Diremasnya vaginaku dari luar celana dalam sehingga aku sudah kehilangan sadar dan rasa malu. Gelinjang-gelinjangku sudah seperti kuda liar.
“Andi… Andi… ooohh… Gila kalian ayo dongg…” Pelintir-pelintiran tangan Tony dan Herman masih terus dan mereka seperti anak kecil dapat mainan. “OK OK, stop dulu!” muka keduanya kecewa dan mereka menurut sekali. “Sekarang kita beralih ke bagian sini,” katanya sambil meremas vaginaku. Aku senang sekali serasa akan mendapat pelepasan. Mereka semua jelas-jelas sudah ereksi penisnya tapi masih menahan diri. Sebenarnya aku yang sudah tidak tahan ingin sekali vaginaku dimasuki batang panas dan aku gembira sekali membayangkan ada 3 penis panas.
“Ini namanya vagina,” kata Andi sambil meremas-remas terus dari luar CD-ku yang sudah kuyup. “Mas Andi, kenapa kok basah gitu sih?” tanya Toni dengan polos sambil agak bergetar dan parau suaranya. “Oh ini,” kata Andi sambil memegang depan CD-ku. “Ini biasa kalau wanita sedang birahi maka akan keluar cairan-cairan seminal seperti ini. Dan maaf Mbak Etty, saya turunkan ya celananya!” Lagi aku tak bisa menjawab kelu lidahku dan aku hanya manggut cepat dan kuangkat pantat dan pinggulku. Andi menyelipkan tangannya ke samping CD-ku dan menariknya turun, seketika terbukalah vaginaku dan Herman maupun Toni tambah besar saja belalak mata mereka.
Andi mengelus-elus vaginaku dan mengatakan, “Ayo kalian pindah ke sini dekat paha Mbak Etty biar jelas,” katanya. Nafas Andi pun mendengus-dengus, aku rasa kalau dibiarkan ia sudah mau menancapkan penisnya ke dalam lubangku. Andi menjepitkan jarinya pada bibir vaginaku yang tebal, empuk panas dan menyibak bibir vaginaku dan menariknya keluar, “Nah ini namanya labia, bibir vagina,” kata Andi. “Coba kalian rasakan, dielus-elus seperti ini!” katanya lagi. “Ahhh… nikmat sekali…” Herman dan Tony dengan gemetar memegang seorang sebelah dan menariknya.
Kemudian mengelus-elus dengan ujung jari-jari mereka. Gila geli sekali, dan aku senang karena mereka serius dan semangat sekali (iya lah mana tidak semangat melihat vagina begitu cantik). Ada dua menit mereka menarik-narik pelan dan mengintip-intip dari dekat, dengus nafas mereka geli sekali kena pahaku di atas. Dan Andi menghentikan mereka. “OK, berikutnya perhatikan bentuknya ini,” katanya sambil menyibak rambut kemaluanku yang sudah kuyup oleh cairan vaginaku.
Aduh, itu cairan mengalir kemana-mana terasa sampai ke lubang duburku. “Ini adalah klentit atau klitoris,” katanya sambil menarik kacangku yang sudah keras sekali. Di dorongnya keluar di antara kedua jarinya dan lihat…!” katanya lagi. “Ini kalau disenggol akan mengeras seperti ini.” Dan dimain-mainkannya dengan ujung jarinya klitorisku itu.
Mataku gelap rasanya seperti mau pingsan karena enak sekali. “OK, kamu coba Man,” katanya ke Herman, dan Herman dengan semangat menggoyang klitorisku dan ia juga bereksperimen menjepit klitorisku dengan kedua jari dan memilin-milin. Pantatku menggelinjang-gelinjang liar dan Tony aku lihat sepintas ternganga melihat kelakuanku. Andi sementara itu tak tinggal diam, ia memeperhatikan kedua anak itu sambil meremas-remas memerah buah dadaku.
Aku lemas dengan nafsu yang sudah memuncak sekali. Pahaku sudah ngangkang lebar sekali dan bau mesum dari vaginaku memenuhi kamar. Badanku terasa hangat sekali dan betapa lubang vaginaku mengharapkan batang panas, tapi aku masih mengikuti semua permainan anak-anak ini. “OK, sudah!” katanya setelah Toni juga mendapat giliran. “Sekarang seperti ini kalian harus tahu bahwa lubang vagina ini sangat sensitif jadi tidak boleh kasar kalau mau memeriksa.” Andi memasukkan jari tengahnya yang kasap ke dalam lubang vaginaku dan begitu masuk dinding vaginaku langsung mendenyut mencengkeram, “Senut… senuttt…”
“Usahakan kuku kalian harus sudah digunting dan tidak tajam, karena kalau sampai luka sulit nanti sembuhnya,” katanya sok tahu seperti dosen sungguhan. “OK, kalian coba masukkan dan gosok gosok seperti ini keluar-masuk,” katanya. Aku terbadai saja di ranjang dan kedua anak ini bergantian memasukkan jari tengahnya memasturbasi aku, entah berapa kali sudah aku orgasme. Seprei ranjang sudah kusut seperti kapal pecah. Andi terus meremas-remas buah dadaku sambil memainkan puting susuku. “Nah sekarang kita harus mengerti juga bau vagina yang sehat seperti ini,” kata Andi.
Ia mendekatkan hidungnya ke lubang vaginaku dan hembusan nafasnya yang panas menambah bara nafsuku. Kalau aku tidak menahan diri sudah kuterkam si Andi ini dan kutunggangi penisnya. Aku masih play along dengan mereka. Kemudian Andi berbicara lagi. “Dan kita juga perlu menjilati untuk tahu rasanya cairan ini,” katanya sambil bibirnya langsung menerkam vaginaku. “Ahhhh…” jeritku keenakan. Dan lidah kasapnya segera bermain di sekitar situ, kira-kira semenit ia dengan berat hati melepaskan dan…”OK, sekarang Toni kamu coba!” Toni dengan cekatan mendekat dan memasukkan mukanya di antara selangkanganku yang sudah kubuka lebar-lebar.
Aku ambil bantal dan kuganjal pantatku sehingga vaginaku munjung keluar. Mulut Toni terasa panas sekali dan dengan semangat ia menciumi dan seruput-seruput ia menjilati. Aku terbadai lagi dan orgasmeku memuncak untuk kesekian kalinya. Lidah Toni berkali-kali masuk ke lubang vaginaku dan cairan demi cairan dihisapnya. Kadang kadang ia menghisap dengan kencang dan pahaku sudah tak sadar mengempit kepala Toni. “Sudah Ton!” kata Herman menarik Toni dan membuka paksa pahaku, dia juga tidak sabaran jadinya. “Dan gantian Herman!” Aduh, gila digigitnya bibir kemaluanku, rupanya saking semangat tergigit sedikit bibir vaginaku, tapi ia juga semangat dan terasa lidahnya lebih panjang dan kasar lagi dari lidah Toni dan Andi.
Aku menggeruskan vaginaku ke mulutnya dan pahaku mengempit kepala Herman di antara kedua pahaku yang sintal putih. Sementara Andi sudah membuka celananya dan penisnya sudah keras sekali, disorongkannya ke mulutku dan dengan rakus aku menerkam dan mengelomohi kepala penisnya. Toni juga tadi melihat Andi, ia meremas-remas buah dadaku dengan semangat. Kadangkadang aku agak menjerit karena sakit juga, mungkin gemes si Toni ini.
Herman masih asyik menyeruput vaginaku dan klitorisku, dia cari dan disedot. Toni tadi tidak sampai mengisap-isap klitorisku. Tak lama Andi meletup orgasmenya dan dengan rakus aku hisap kencang sambil meremas-remas batangnya dan mengocok-ngocok supaya spermanya keluar semua. Kutelan habis semua sperma itu.
Toni ternganga lagi melihatku ganas seperti itu dan binal sekali. “Man, Man sudah Man!” kata Andi. Herman dengan segan mengangkat kepalanya dari vaginaku. Andi mengatakan, “Mbak Etty, kami perlu membuat eksperimen lanjutan, boleh tidak?” Aku sudah tidak bisa berpikir karena ingin sekali penis-penis ini kuremas dalam vaginaku.
Andi mengeluarkan pisau cukur Gillette dan katanya, “Man kamu ambil itu sabun untuk cukur kita cukur jembut Mbak Etty!” Toni masih terus meremas-remas buah dadaku dan kadang mempermainkan puting susuku, dan dihisap-isapnya juga. Tanganku memegang batang penisnya dari luar celana. Kemudian aku bilang, “Kalian tidak fair masak aku sendiri yang telanjang bulat kalian semua buka juga dong!” Aku rasa aku mesti lapor ke Jaya Suprana di MURI karena kalau ada rekor buka baju pasti mereka menang.
Dalam sekejab sudah telanjang semua. Herman dan Toni bulu kemaluannya masih halus-halus, mereka baru SMU kelas I, kalau tidak salah ingatanku. Herman mengoleskan sabun di bulu-bulu kemaluanku sambil jarinya iseng mencubiti klitorisku. Dan Andi mulai mencukur dari mulai perut bawahku dengan hati-hati sekali, dan terasa bulu kemaluanku berjatuhan dan dingin di tempat yang sudah bersih. Terus Andi maju dan sekitar bibir tepi-tepi vaginaku juga.
Ditariknya lembar bibir vaginaku dan dicukurnya pelan-pelan. Dan dalam beberapa menit gundul sudah vaginaku. Andi mengambil kaca kecil dan menyuruhku duduk. Aku mengangkang sambil duduk dan Andi meletakkan kaca itu di depan vaginaku, ha ha ha lucu sekali dan klitrosisku tampak jelas nongol, bibir vaginaku merekah dan kelihatan seperti kerang mentah.
“OK, sekarang giliranku,” kataku, “Kalian bertiga tiduran, kita lihat siapa yang paling kuat, Mbak akan tunggangi kalian satu persatu dan yang paling kuat lama malam ini boleh tidur sama Mbak sampai pagi hadiahnya,” kataku sambil senyum dengan buas dan binalnya. Ketiganya cepat berbaring dan aku bilang, “Ambil bantal semua, taruh bantal di bawah pantatnya!” Aku merasa liar sekali melihat ketiga tiang bendera dari daging itu sudah berdiri tegak lurus.
Hmm, aku mulai dari Toni, dia berbaring di tengah dan aku jongkok di atas penisnya, kugenggam batang itu dan kugosok-gosok kepalanya di mulut vaginaku. Pelan-pelan aku jongkok lebih dalam dan kepala penisnya mulai masuk. Toni merem menikmati dan mulutnya terbuka dan mendesah-desah keenakan. “Bless…” masuk semua dan aku turun terus sampai terbenam dan aku mulai bergoyang berputar tanpa naik-turun dengan cepat, genggaman vaginaku kukerahkan dengan kuat, terus kuputar searah jarum jam.
Buah dadaku yang montok bergoyang, satu di kiri diremas Andi dan yang kanan diremas Herman, mereka juga ikut terengah-engah. Aku mulai mengulek penis Toni ke depan dan ke belakang, berayun-ayun, pinggulku berputar-putar, dan terasa hangat dan kerasnya penisnya di dalam vaginaku dan mata Toni terbelalak ke atas sehingga kelihatan putihnya saja, dan badannya melengkung kejang.
Dalam 2 menit sudah orgasme dia dan semprotan maninya di dalam vaginaku panas sekali. Dan aku sendiri karena buah dadaku diremas-remas kedua anak ini di kiri dan di kanan juga tak lama ikut meledak. Suasana yang cabul ini menggelorakan birahi, dan aku mengejangkan badanku menikmati orgasme entah keberapa. Kempitan vaginaku membuat Toni agak kesakitan karena kuatnya otot dinding vaginaku.
Terasa klitorisku menyentuh rapat ke penis Toni, dengan terengah-engah aku berlutut dan kucabut vaginaku dari penis Toni yang kuyup dengan sperma dan cairan kewanitaanku. Aku merangkak pindah menungging di atas penis Herman, buah dadaku bergantung bebas, aku ingin mengisap penis Herman dan menelan sumber awet muda, tadinya aku juga maunya Toni aku sedot dulu spermanya yang penuh protein itu, hanya vaginaku gatal sekali tadi.
Dan setelah digaruk oleh kepala penis itu, enak sekali, agak mending walau aku masih penuh birahi. Terasa Andi menggosok vaginaku dengan tissue untuk melap mani Toni yang berleleran dan aku sudah tak perduli. Kuraih batang penis Herman yang kulihat agak gemetar menahan gejolak senangnya, ia membayangkan penisnya bakal aku sedot. Kuciumi dulu sepanjang batang penis dari satu sisi ke sisi lain. kemudian kulekatkan lidahku di bagian bawah kepala penisnya yang sudah berkilat-kilat basah dan kuputar sekitar penis itu dengan lincah dan seketika menggelinjang Herman keenakan.
“Aduh Mbak Ettyyy…” dan tangannya seketika mencengkeram rambutku dan mendorong agar penisnya masuk ke mulutku. Aku sengaja hanya menyentuh dengan ujung lidahku di atas kepala penisnya, dan tanganku mengelus-ngelus buah zakarnya yang sudah padat itu. Kuremas-remas buah pelir itu dan ciuman-ciuman ke batang penis sekitar pelir membuat ia tambah liar dan sudah seperti kuda liar.
Menggeram minta agar aku menyedot. Ah anak muda perjaka. Aku masukkan kepala penisnya saja ke dalam mulutku dan kukelomoh seperti makan es krim Walls saja laiknya atau Lolipop. Pembaca wanita yang belum pernah nyoba anda kehilangan cara-cara yang menakjubkan ini untuk memberi nikmat pada pasangan anda (pasangan di rumah maupun di luar).
Dan tanganku tetap menggocok pelir dan batang Herman sementara itu dari belakang Toni memelukku dan memerah-merah buah dadaku dan eh gila si Andi masuk ke selangkanganku yang sudah di lapnya dan ia menarik pantatku sehingga aku terduduk dengan vagina di atas mulut Andi. “Uihhh geli sekalii…” dan Andi karena sudah lebih pengalaman (siapa dong gurunya) memberiku kenikmatan selangit. “Aahhh…”
Gila deh aku dan tiga anak muda-muda dan telanjang bulat semua. Sayang tidak ada kamera video waktu itu. Kuhisap kencang sampai pipiku kempot dan lidahku menyambar-nyambar kepala penis di dalam dan akhirnya Herman mengangkat tinggi-tinggi pantatnya dan aku hampir tersedak penisnya masuk ke dalam rongga mulutku yang dalam, dan… “Srot… srott…” Bertubi-tubi spermanya muncrat dan kusedot dan kutelan habis. Mbak-Mbak, ini dia obat awet muda, rahasia lho.
Dan Andi menyedot terus klitorisku sehingga aku pun orgasme dan saking naik ke otak, mataku gelap dan aku duduk menekan vaginaku di mulut Andi sambil berputar di situ. Aku tumbang ke samping dan Andi bangun, mulutnya berbuih putih di sekitar bibirnya sehingga aku tertawa melihatnya sambil terengah-engah. Dan Toni sudah ereksi lagi, Andi juga dan Herman masih mencari nafas, penisnya separuh tegang.
Kuambil air di gelas dan sambil menenangkan nafas aku minum, eh lagi duduk gitu susuku sudah diremas-remas lagi dan idih ini anak-anak, entah tangan siapa masuk mengorek-ngorek vaginaku dan aku dipeluk dari belakang, siapapun aku sudah tidak perduli.
Aku menikmati mereka malam ini. Ujian biologi? Hmm aku tahu mereka hanya buat alasan saja. Telingaku dicium dan dijilat entah oleh siapa, perutku juga diciumi salah satu anak, dan aku langsung spanning”Ayo Ton, maju-mundur, Mbak kepit dengan tetek nih penismu, enak tidak.”
“Eeenakk… Mbakkkk…” gumamnya bingung.
Dia dengan canggung maju-mundur, keringat di buah dadaku menjadi pelincinnya.
“Man kamu berlutut di atas mulut Mbak dan sinikan penismu ke dalam mulut Mbak lagi,” kataku.
Lalu akhirnya Andi menyemprotkan spermanya ke dalam vaginanya, dan disusul Herman sambil mengerang kuhisap teras penisnya dan muncratlah spermanya memenuhi mulutku. Toni masih terus menggesek-gesek penisnya dikepit buah dadaku, lalu dia menyemprotkan spermanya sampai mengenai dagu dan muka.
Tontonan Khusus Dewasa 18++ –> Film Bokep 2015
Mereka lalu lemas berbaring di samping kanan dan kiriku, mereka benar-benar puas, dan ilmu mereka jadi bertambah, ilmu yang mana? Ah aku tidak perduli, pokoknya aku puas dan dapat pengalaman uang bermacam-macam. Sampai sekarang aku masih membutuhkan seks terutama yang muda-muda, agar awet muda, dan aku benar bahagia menikmati semuanya ini. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru

The post Cerita Sex: Nafsu Mbak Asti appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Teteh Yuni tukang Rujak

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru – Cerita Sex: Teteh Yuni tukang Rujak – Setelah aku ditinggal oleh Togeg karena dia sudah menikah kembali aku dalam kesendirian.Kisah ini kembali aku ceritakan ketika aku sedang off kuliah karena materi kuliah aku sudah selesai dan tinggal menyelesaikan skripsiku.Karena banyak waktu luang aku kerjakan skripsiku tersebut di kampong.

cerita-sex-pengalaman-dengan-teteh-yuni-300x225

Cerita Sex: Teteh Yuni tukang Rujak

 
Sejak ditinggal togeg hamper 1 tahun aku memang sudah tidak pernah lagi melakukan hubungan dengan wanita yang kubilang tidak ada sensasi yang membuat aku menikmati hubungan itu.Hanya dengan wanita-wanita yang memang biasa dipakai oleh lelaki hidung belang saja aku melakukan hubungan seks dan itupun belum tentu sebulan sekali.Ya karena memang aku tidak bias menikmati sensasi ketika berhubungan dengan wanita seperti itu.
Di kampung sambil menikmati waktu senggang aku sering bermain-main dengan teman-temanku di rumah (nama aku samarkan dng mbak Ni).Rumah mbak Ni memang sering buat ngumpul-ngumpul anak-anak muda di kampungku.Karena mbak Ni dikampung aku memang sudah bukan rahasia lagi dia mempunyai kelainan seks.Dia seorang (maaf) lesbi jadi anak-anak dikampungku tidak merasa canggung untuk bermain ke rumah dia.
Mbak Ni tinggal bersama adik dan iparnya dan dengan 2 anak adiknya.Mas Ranto dulu sempat tinggal di Subang dan karena dia ada kasus di tempat kerjanya maka memutuskan untuk kembali ke kampungnya beserta Teh Yuni dan dua anaknya.Mas Rinto orangnya memang pendiam tapi di balik itu dia mempunyai kebiasan memakai dan menjual obat-obat terlarang.Di suatu hari Mas Ranto ketahuan sedang menjual obat-obat terlarang dan dilaporkan oleh warga kampong sebelah keaparat dan oleh polisi dia dijadikan TO.
Mas Ranto lalu kabur entah kemana dan istri serta dua anaknya ditinggal di rumah mbak Ni.
Istrinya mas Ranto,mbak Yuni kita memanggil teh Yuni dengan “mbak” hari-harinya selalu menangis karena dia merasa malu pada tetangga,mana dia tidak ada pekerjaan di sini dan harus menanggung dua anaknya.Usia mbak Yuni waktu itu beda 5 tahun denganku sekitar 27an.Sudah hamper 2 bulan tidak ada kabar dari suaminya dan akhirnya dia memutuskan untuk berjualan.
Dia minta aku untuk memberikan pinjaman untuk dagang,”Don..pinjami mbak dong buat modal usaha,mbak pingin jualan rujal..yah lumayan untuk tambahan uang jajan si Ria dan Arif”pintanya kepadaku.Mbak Yuni memang paling dekat dengan aku karena anaknya yang paling kecil si Arif suka mengajak jalan-jalan naek motorku.Akhirnya dengan uang yang aku punya mbak Yuni biasa membuka warung rujak meskipun kecil-kecilan.
Dan karena rujak yang dia bikin memang termasuk enak dagangannya selalu laris sebelum sore.Aku selalu maen ke rumah mbak Yuni sore hari setiap habis jualan sekedar ngobrol…”Don aku mandi dulu ya…”,kata mbak yuni.”Ya lah mandi dulu sana mbak,aku ngajak si Arif muter-muter dulu…sambil nganter mbak Ni kerumah temennya”kataku.
Karena anak kecil aku ajak naek motor dia sudah tidur duluan dijalan sehabis mengantar mbak Ni dan aku memutuskan untuk balik ke rumah mbak Yuni.Sambil menggendong Arif kubawa dia kedalam kamar mbak Yuni.”Mbak Yun..Arif dah tidur nih…”,seruku ma mbak Yuni.”Tidurin aja dikamar Don…,”sahut mbak Yuni dari belakang.
Setelah aku meletakkan Arif di tempat tidur kututup pintu kamar dan lalu aku ke dapur dimana aku tadi meletakkan rokok aku.Dan kulihat mbak Yuni masih duduk dengan memakai handuk yang dililitkan dibadannya sambil merokok.
“Lah belum mandi mbak..tumben merokok,”kataku.
“Ntar lagi deh..lg keringetan…aku minta rokoknya satu ya Don…lg puyeng ni..,”kata mbak Yuni.
“Ambil aja mbak..si Ria mana mbak kok gak keliatan,”tanyaku
“Ria tadi pagi dibawa sama kakeknya ke Subang,biar dia sekolah disana aja…,”katanya .Dan kulihat genangan air matanya mulai tumpah.”Ya udah lah mbak biarin daripada di sini mbak Yuni gak bisa nyekolahin Ria biar dibiayai kakeknya,”bujukku lagi sambil mendekati mbak Yuni dan duduk disampingnya.
Dengan masih merokok mbak Yuni mengusap air mata dan mencoba untuk tegar.Tiba-tiba mbak Yuni memelukku “Don sory ya mbak belum bisa balikin uang Dony yang mbak pinjem…”pintanya.Karena kaget aku sempat gelagapan sambil menjawab”Yaa..ddahh..gak pa2 mbak..nanti kan juga ada rejeki lagi”.Karena mbak Yuni memelukku sambil duduk di bangku panjang sehingga dia mendoyongkan badannya ke arahku.
Teteknya menempel di dada kananku,kenyal rasanya dank arena dia hanya melilitkan handuk yang tidak begitu besar dan hanya sampai ke atas kurang lebih 20 cm dari lutut sehingga paha atasnya tersibak.Dadaku jadi berdebar-debar melihat paha mbak Yuni yang putih mulus.Bisa aku gambarkan badan mbak Yuni tinggi hanya sekitar 150 cm dan ukuran dadanya 35 dan masih terlihat kencang,kulitnya kuning dan agak langsing di bodynya,wajahnya tidak cantik dan jauh dari jelek,tapi “face” nya tidak membosankan.
Reaksi spontan di kontolku melihat pemandangan yang…ahhh…badannku langsung panas dingin.Entah kenapa padahal sebelumnya juga biasa-biasa saja,kadang-kadang dia berlari ke kamar mandi tanpa memakai bajupun pernah aku liat.Dan akupun hanya ketawa-ketawa aja kalau melihat tingkah dia yang mungkin buat orang lain bisa menaikkan birahi kaum lelaki.
Dan itu pun tidak dilakukan di depanku saja kadang-kadang didepan teman-teman yang sering nongkrong di rumah mbak Ni, meskipun tidak bugil saat aku melihat waktu itu.Sehingga kami menanggapi biasa saja karena mungkin itu ungkapan perasaan saat ditinggal pergi Mas Ranto,agak stress kita bilangnya.
Tapi kali ini benar-benar membuat gairahku naik seketika dan celanaku terlihat menonjol.Mbak Yuni pun langsung sadar ketika ada tonggak yang naik di celanaku dan masih sambil sesenggukan diapun tidak bias menahan rasa gelid an akhirnya tersenyum.Sambil mengusap air matanya dia nyeletuk,”Ternyata kamu napsu sama orang yang lagi sedih ya Don…”.
“Ah mbak Yuni ni ada-ada aja..”,bantahku.
“Buktinya aku jalan sambil bugil aja..kamu cuma ketawa-ketawa…,”jawabnya sambil nyengir.”Udah ah aku mau mandi…ikut gak ,”ajaknya sambil memelorotkan lilitan handuknya meskipun tidak melepaskan hanya menggantung di dadanya dan punggungnya terlihat sampai di atas belahan pantat.
“Mumpung gak ada orang nih..,”ledeknya sambil nyengir.
“Kemarin kan ada mbak Ni sm anak-anak…,nah sekarang…,”masih sambil nyengir dia masuk kekamar mandi dan menunjuk kearah kontolku yang masih agak nongol dengan matanya.
“Aku pulang dulu mbak ah…mau mandi juga,”teriakku.
“Kok pulang…mau ngapain?”balasnya dari kamar mandi.
“Mau ngocok ni…habis dipeluk emak-emak,”seruku dan sambil berjalan keluar rumah dan masih terdengar cekikikan mbak Yuni karena jawabanku tadi.Sambil menarik nafas karena membayangkan tubuh mbak Yuni tadi aku bergegas mengambil motor dan pulang.
Pada malam hari rumah mbak Ni sudah ada anak-anak kampungku yang biasa nongkrong di rumah itu.Karena siangnya mereka pada kerja dan tidak seperti aku yang masih kuliah,mereka sudah bisa mencari uang sendiri.Maka itu malam kita bisanya ngumpul sambil gitaran atau main kartu.
“Don anterin mbak yuk..beli susu si Arif sama beli makan…aku gak masak mbak Ni katanya gak pulang mala mini jadi nanggung klo masak,”tiba-tiba dari belakang suara mbak Yuni.
“Gak bawa motor aku mbak..sama si Toro aja deh..,”jawabku males.”Kamu pake motor ku aja sana nanggung lagi asyik maen kartu ne..kamu kan cuma gitaran sendiri,”kata Toro.
“Iya..pake motornya aja..lagi nanggung ne kita berempat…”timpal Encun.
“Sini kunci motornya…”kataku sama Toro.”Yuk mbak sekarang…,”ajakku sama mbak Yuni.
“Nitip si Arif ya Cun…belum bangun dari tadi sore tuh di kamar…,”kata mbak Yuni sama Encun.Kemudian aku dan mbak Yuni segera berangkat ke Supermarket untuk beli kebutuhan mbak Yuni.
“Jadi ngocok tadi don…,”mbak Yuni membuka pembicaraan.”Yee..sayang amat aku ngocok…lecet anuku mbak,”jawabku.”Hihihi…enakan langsung ke lubangnya ya….,”gurau mbak Yuni.
“Mbak mundur dikit dong mbak…,”kataku sama mbak Yuni.
“Kenapa don..,”tanyanya.
“Ntar punggungku bolong kena tetek mbak…”,jawabku sambil cengengesan Mbak Yuni bukannya mundur dia malah semakin merapatkan dadanya ke punggungku dan tangannya pegangan di pahaku.”Gak ah..enakan nempel..anget,” katanya sambil menekan jarinya di pahaku.
Kembali penisku mulai meronta karena jarinya tinggal berapa centi dr batang kemaluannku.Dan karena aku sedari sore tadi sudah mulai horny gara-gara mbak Yuni mencoba menggodaku hingga kebawa sampai detik ini.
“Don udah lama sejak tinggal di Subang dengan mas Ranto aku jarang berhubungan….”mbak Yuni membuka pembicaraan.”Sejak dia mulai sering keluar malam..yang kutahu dia mulai main dengan obat-obatan,mbak jarang sekali di jamah sama dia.Pulang selalu malam-malam dan pagi mbak berangkat kerja dia masih tidur,”katanya.
“Sampai sekarang…,”tanyaku.
“Ya pernah tapi jarang..itupun kalo dia lagi pengen banget.Mbak juga udah gak gitu bernapsu karena dia jarang bersih-bersih badan kalo pulang malam,”jawabnya.”Apalagi sekarang mas Ranto gak tahu kemana…,”jawabnya lagi
Sampai lah kami di supermarket dan mbak Yuni masuk ke dalam sendirian dan sekitar seperempat jam dia keluar.
“Cari makan yu sekarang..,”ajaknya.Dan kami pun cari tempat makan untuk mbak Yuni.”Kamu udah makan belum Don…sekalian yuk,gak jadi bawa pulang…makan ditempat aja,”tanyanya.
Setelah selesai makan kamipun pulang karena sudah terlalu lama kami makan sambil ngobrol sampai lupa kalo motor itu punya Toro.Sampai dirumah ternyata tinggal Toro yang nunggu motornya.”Lama amat ye perginya…,”tanyanya.”Sory toy…..,”belum selesai aku menjawab mbak Yuni menimpali
“Tadi motor kamu bocor..kita nyari tempat tambal ban dulu…,”sahutnya.Akupun sempat kaget , cepat juga mbak Yuni bo’ongya.akupun nyengir dengarnya.”Sorry ya Toy…,”kata mbak Yuni.
“Gak pa2 mbak…berapa nig anti uang tambal..,”jawabnya gak enak.”Gak kok pake uang dony tadi…,”liriknya ke aku.
“Yah kalo Dony sih gak perlu aku ganti…ya gak Dony…hehehe…aku pulang dulu ya besok mau kerja…oh iya mbak tadi si Arif bangun sebentar tapi tidur lagi Cuma minta minum doang…,”kata Toro.”Makahu sih ya Toy…,”jawabku.
Mbak Yuni masuk ke dalam nengokin si Arif mana tau dia bangun lagi.Aku duduk diruang depan sambil menyalakan rokok.Mbak Yuni keluar dan mengajak aku ke dalam,”Dony..masuk kedalam aja yuk..mbak juga pingin merokok nih,gak enak di luar,”Akupun mengikuti mbak Yuni dari belakang dan ternyata di sudah memakai daster yang tipis dan bawahnya diatas lutu.Ahh..gila lekuk tubuhnya kelihatan jelas dengan pantat yang masih bulat naik.Pikiran ku mulai jorok lagi melihat pemandangan di depan aku.
“Mbak bikini kopi ya Don…,”katanya.”Bbbo..bboleh…,”gelagapan aku menjawab karena pikiranku masih ke bagian belakang mbak Yuni.
Akupun duduk di dapur sambil menunggu mbak Yuni buat kopi.Sambil merokok aku memandangi kembali tubuh mbak Yuni dari belakang.
“Duduk di taman samping aja yuk Don biar asep rokoknya gak didalam rumah…,”ajaknya sambil membawa kopi.
Dan kamipun duduk di sofa bekas yang memang sengaja di taruk di taman dalam rumah yang letaknya di samping dapur.”Bagi rokoknya don…,”pinta mbak Yuni sambil mengambil rokok yang aku letakkan di meja kecil depan kami.Dan kembali aku melihat tetek di balik dasternya yang longgar meskipun tidak begitu terang karena hanya lampu dari dapur yang menerangi taman tersebut.Terlihat memang masih bulat apa karena menggantung saat agak menunduk waktu mengambil rokok di meja.
“Gak pake BH ya mbak…,”aku iseng menanyakan sama mbak Yuni.”Ih kok liat aja sih..dasar nakal,”jawab mbak Yuni sambil mencubit pahaku.”Ya emang keliatan nyembul..gimana aku gak liat…polos bener…,”bisikku.
Mbak Yuni menghidupkan api rokoknya dan menghisap dalam-dalam,”Heeeh….sudah lama Don mbak gak merasakan berpeluh dengan mas Ranto…,”jawabnya sambil menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa dan kembali dasternya ketarik keatas hingga bagian pahanya terbuka ke atas.
Serba salah aku untuk meletakkan posisi dudukku untuk sandaran karena penisku mulai lagi berdiri dan apalagi aku hanya memakai celana dalam boxer yang agak longgar dan celana pendek basket sehingga dalam suasana cahaya lampu dari dapur masih terlihat celanaku menonjol.Tapi karena posisi mbak Yuni yang juga seenaknya akupun juga masa bodo karena nafsu ku yang sudah memuncak.Dan karena kami duduk di sofa kecil yang memang hanya untuk dua orang paha kamipun saling beradu.
mbak Yunipun bangkit dari sandarannya dan kembali tangannya memegang pangkal pahaku,”Don..bantu mbak lagi ya..sekali ini saja…”pintanya sambil menggesek-gesekkan tangannya yang menambah rangsangan di selangkanganku.Akupun hanya terdiam gugup dan hanya bisa menatap mata mbak Yuni.Jelas terdengar nafasnya mulai memburu dan tangannya mulai memegang batang penisku yang sudah tegang.
Saat yang memang aku tunggu-tunggu dari tadi datanglah sudah.”Mau ya Don…,”kata mbak Yuni sambil masih meremas kontolku.
Aku hanya mengangguk saja dan masih posisi bersandar kurasakan suatu sensasi kenikmatan di penisku.Dan kemudian kurasakan tangan mbak Yuni menarik celana pendek dan celana dalamku.Akupun membantunya untuk membuka celanaku dan membuang rokok yang masih ada di tangan aku dan mbak Yuni.
Kini tinggal baju yang menempel di badanku dan mbak Yunipun mulai mengambil posisi jongkok dan kembali memegang kontolku sambil mengocok pelan.
“Ahhh….mmmhhh….mbbaak……,”rintihku keenakan.Dan mbak Yuni kembali memulai aksinya dengan mulai mengulum batang penisku.
“Mmmppphhh..sslluuppp….Don…..mmmmhhhhh….,”bisik mbak Yuni.
Tangankupun tidak bisa tinggal diam kutari tali daster di pundaknya kebawah dan kuraba teteknya yang membayangiku sore tadi sambil meraba-raba mencari putingnya sebelah kanan.
“Ouughhh…Don…ennaakk sayaanng…..janghaan kencenggghh-kenccenggg yyyaaa….mmmmmhhh….,”desah mbak Yuni dan lupa untuk mengulum penisku.
Dan dengan nafas memburu dia berdiri dari jongkoknya dan duduk di atas pangkuanku sambil menarik bajuku keatas dan sekarang aku tidak memakai baju sama sekali.Kemudian mbak Yuni melepas tali daster yang sebelah kirinya hingga sekarang terlihat payudaranya yang bulat meski agak kendor kebawah tapi cukup membuatku tambah bernapsu.
Sambil meremas teteknya akupun menghisap putingnya,”Aahhh….jilat yang enak Don….ayyuuuhhhh sayaangg…..”pinta mbak Yuni sambil kedua tangannya memegang kepala rasa yang sempat hilang.
“Mhhhh….mbak….masih kenceng punyamu sayang….mmmmhhhhhppp….,”kataku sama mbak Yuni.
Belum selesai aku menikmati buah dadanya mbak Yuni berdiri dan melepaskan celana dalam serta membuka dasternya.Didepanku kini nampak wanita yang kukenal baik dan lugu sekarang sudah tidak memakai sehelai kain penutup satupun.
“Don masukkan penismu sekarang ya..mbak udah gak tahannn…..,”sambil dia mengarahkan memeknya ke batangku.Tapi aku cepat menahan pinggangnya untuk tidak memasukkan batangku ke liangnya.
“Sabar mbak ntar aku bikin mbak tambah pusing dulu…,”kataku sambil kudekatkan mulutku ke memeknya.
“Ngapain Donnn…,”Tanya mbak Yuni masih dengan nafas memburu.Dan akupun tidak menjawab langsung kutarik pantatnya kearah mukaku agar aku bisa menjilati klitorisnya.
“Arrggghhhh…..Donn…jangaann Don…jijik kamu nanti…,”sambil masih dengan posisi berdiri di depanku dia memegang rambutku dan menolak ke belakang.
Tapi aku tidak menghiraukan dan masih kujilati daging kecil di memeknya dan menahan pantatnya agar tidak mundur.
“Arrhhh….Don…mmhhhhh…eennaakk..sayang…..,”desah mbak Yuni
“Teruskan sayaaannnggg…..,”kembali mbak Yuni berbisik tapi sekarang kedua tangannya menarik kepalaku dan ditempelkan di memeknya sampai aku sempat gelagapan.Busyet…basah bener ni meki mbak Yuni padahal baru sebentar aku bermain-main di daerah mekinya.
Kemudian dia mendorongku sehingga aku duduk bersandar di sofa dan sambil memegang kontolku dia mulai mengarahkan meki nya ke lubang yang sudah basah.
Dan….blessshh…”Ouuffhhh…don…mbak…ggaaakk tahaaan Don…..,” mbak Yuni dengan mempercepat ritme nya naik turun dan sekarang posisi Women on Top.Liukan badannya pun terlihat di depanku seperti seorang yang kehausan dan tanganku pun tidak tinggal diam kupegang teteknya sambil meremas-remas dan memainkan putingnya.
“Ahhhh…oouuffhhh…..saayaaang…remas yang kuat Dddoonn…..,”pintanya sambil gerakan naik turunnya semakin kencang dan……
“Aarrgghhhh…..ddoon..doonn..doooooonnn….,” mbak Yuni terkulai sambil memelukku dan menghujamkan pantatnya dalam-dalam ke pangkuanku.”Mbak keluarrr saayyanng…..mmmhh….,”bisiknya sambil bibir kami berpagutan.Serrr…serrr….ada rasa hangat di kontolku ketika mbak yuni memelukku.
“Udah keluar mbak….,”Tanyaku.Dia tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya.
“Jangan dilepas dulu ya Don…aaahhh…nikmat banget rasanya…,”bisik mbak Yuni lagi.
Kubiarkan dia memelukku sambil batangku masih menghujam di liang mbak Yuni.Karena aku masih merasa nikmat sedikit aku goyangkan dan menyodokkan kontolku ke meki nya sambil kuciumi leher mbak Yuni.
Mbak Yuni pun sudah mulai terangsang lagi dan dia mulai posisi duduknya.sambil menggoyangkan pantatnya naik turun.Akupun kembali menjilati puttingnya dan meremas-remas dadanya.
“Ahhhh…saayyangg..terus diemut tetek mbak ya…mmmhhhhh…..,”desahnya lagi.Tidak lama mbak Yuni menghentikan goyangannya dan memintaku untuk posisi di atas.Kubaringkan badan mbak Yuni tanpa melepaskan batang kontolku dari meki nya.Dia tidur diatas sofa sambil kakinya memagut pinggangku dan kaki kananku naik diatas sofa.
Kusodokkan batangku perlahan kearah memeknya.
“Ahhh..mbak..eennaaakk banggettt…mbbaaakk…oufffhhhh….,”bisikku pelan.
“Teruskannn ddhoonnn…aaahhhh….eenaakk baannggeett…..aaahhh….,”desahnya.
Sambil kugoyangkan pantatku tangan kananku memegang paha mbak Yuni yang berada di pinggangku dan tangan kiriku kembali meremas-remas teteknya.Aku merasakan kaki mbak Yuni menjepit pinggangku dan sambil menggoyangkan pantatnya dia berkata,”Aayyuuhh…dooonnn…cepetin dikit sodokannya…mmbaak uddahhh mau keluar lagi nihhh…..,”
“Aahh…aahhh..aaahhh..mmmmhh…aaaaahhhhhhh…..dddoooonnn..mbak mau keluaaarrr…donnn…..,”jerit mbak
Yuni tertahan.Dan kembali kurasakan hangat cairan di kontolku dan masih menahan kakinya di pahaku mbak Yuni kelihatan menikmati ejakulasinya yang kedua.
“Don..ntar lagi ya Don…mbak capek banget….kamu belum keluar ya…,”bisik mbak Yuni
Sambil masih terengah-engah aku menjawab,”Sebenarnya udah mau mbak tapi mbak Yuni menekan pinggangku pakai kaki mbak jadi ketahan deh….ya udah ntar lagi deh mbak….”.
Sambil masih tidak memakai baju mbak Yuni duduk diatas perutku dan kepalanya agak dekat dengan kontolku yang masih tegang.Sambil menyalakan rokok kami berdua terdiam merasakan basahnya keringat di tubuh kami.Tanganku pun masih mencoba untuk merangsang mbak Yuni dengan memainkan jariku dibibir kemaluan mbak Yuni.
Belum sampai separuh batang rokok aku hisap, kedua paha mbak Yuni menjepit tanganku yang kumainkan di memeknya pertanda dia mulai terangsang kembali.Akupun meletakkan kembali rokokku dan menarik wajah mbak Yuni di pangkuanku dan kuciumi bibirnya.”MMhhh….mmmhhhhh….,” mbak Yuni menikmati ciuman kami dan tangannya pun mulai mengocok kontolku.Dia kembali berdiri dan membelakangiku sambil memegang batang penisku dan memasukkan kembali ke dalam memeknya.
“Ayuhh don…aahh…mbaak sudaahh kepenggeennnyy laggi nih…,”dengan agak membungkuk aku menyodokkan kontolku dari belakang sambil memainkan teteknya dari belakang.
Karena posisi mbak Yuni membelakangiku dan kakinya rapat sehingga terasa denyut dari dalam memek mbak Yuni di kepala penisku.Giliran aku yang kelimpungan dengan rasa nikmat itu.
“Aahh…aahh..aahh….,:kusodok-sodokan kontolku lebih cepat dan tangan mbak Yuni pun memegang tanganku yang masih memainkan teteknya.
Remasannya bertambah kuat dan tidak lama kemudian…”Aaahhhh…mbak kkellluaarr lagi Ddooonn…….,bisik mbak Yuni.Terasa bibir memeknya menyedot kemaluanku dan aahhh…luar biasa nikmatnya meskipun aku belum sampai klimaks karena mbak Yuni sudah keluar duluan.Kemudian dia membalikkan badannya dan memintaku untuk menjilati itilnya.
“Don jilati lagi yang kayak tadi kamu buat ke mbak ya…,”bisiknya di wajah aku.Terlihat pantulan keringatnya terkena sinar lampu dapur dan nafas yang masih memburu.
“Mas Ranto dulu gak pernah mau menjilati katanya geli…,makanya mbak baru menikmatinya tadi,”rayu mbak Yuni.
Tanpa berkata-kata lagi kutarik pantat mbak Yuni ke depan mukaku dan masih posisi berdiri mbak Yuni memegang rambut kepalaku.Aku mulai memainkan lidahku di atas klitorisnya.
“Mmmmmhhh…ssllluuppp…mmghghh….,”suaraku mendesah agar mbak Yuni merasa lebih terangsang.
“Ahh..arrg…..mmmmmmmmhhhhhh…..aayuuuhh..ennaakk..doonn….,”tertahan suara mbak Yuni dan mulai menggoyangkan pantatnya.
Dan akupun kembali merasa “ngap” karena tidak ada ruang untuk bernapas tapi kepalaku aku putar-putar liar agar ada udara yang masih bisa aku hirup. mbak Yuni pun menggelinjang merakan itilnya aku jilat dank u gigit-gigit kecil.Kembali mbak Yuni mendorong badanku duduk di sofa dan dia duduk dipangkuan ku lagi seperti ketika awal tadi.Sambil memasukkan kontolku ke memeknya kujilati putingnya agar mbak Yuni menikmati sensasi di tetek sama memeknya.
“Aahhh…ddooonnnn….eennaakkk ddoonn…..ooufffhhhh….,”kembali mbak Yuni mendesah liar sambil menggoyangkan seluruh tubuhnya.Hampir aku tidak bisa menahan beban mbak Yuni yang bergerak liar tapi aku berusaha mengimbangi goyangannya dan kamipu saling menyodokkan kontol ke meki dan sebaliknya.
Aku mulai merasakan ada getaran-getaran di urat kemaluanku..dan kepalaku mulai merasakan pusing melayang saking enaknya.Dan kami berdua pun semakin liar saling meremas dan menjambak.
“Aaahhh……aahhh…ayuuuhhh..donnnnhh…,”desah mbak Yuni
“Ennaakkk banget sihh…oufhhh….,”katanya lagi sambil mempercepat goyangannya.
“Aaahhh…mmbaakk…eennaaakkk.bbaannggett…aahhhh…ouufffhh….,”akupun semakin meracau tidak karuan dan masih sambil meremas-remas tetek mbak Yuni.
“Ddooonnn..ayyuuh..donn..kelluarriinn punnyaamuu saayyyaanngh…mbak udah mmaww laagii niiggh…oohh..ooohh..oohhhhh…dddooooonnnn…mmmmmggg..,”jerit mbak Yuni lirih.
Dan akupun semakin terangsang mendengar rintihan mbak Yuni itu dan semakin membuat kepalaku pusing melayang dan denyut di urat kontolku semakin kencang dan..
“Mmbaakkk…aakkuu…mmmauu kelllluuuaaarrr juugghhaa ..aahh…aaahhh…,”kataku semakin tidak karuan.
“Mbbaakk aku maauuww kelluaarrr…aarrrghhhh..aahhhhhhh….,”teriaku lirih..
“Mbak juga mau kkeeellluaarr ssaaayyaaannggg..eehhh..mmmmmhhhhh…kelluuaarinnnn dddallaam ajjaa ddonnn…aahhhh…..,”desahnya.
“Mbaakkk..aahhh..kkellluaarrrr..croott..croottt……cccrrrootttt..aarrrghh…,”badanku meregang dan kupeluk badan mbak Yuni erat dan begitu juga mbak
Yuni,”DDooonn…dooon…aaarrghhhh..ddoooooooonnnn…..seerrrr..serrr..sseeerrr….,”rintih mbak Yuni
Dan kamipun terkulai lemas dan tubuh kami basah dengan keringat sambil berpelukan.Aduh kurasakan nikmat yang sangat dalam malam ini.
“Mbak sory ya mbak….,”bisikku.”Gak papa don…mbak yang terima kasih..selama ini mbak udah jarang merasakan kenikmatan seperti ini,”katanya.
“Jangan pulang dulu ya don…mbak mau minta sekali lagi…boleh…,”rayunya.
Aku hanya mengangguk tanda setuju karena waktu masih jam 1 malam dan artinya sebelum subuh aku sudah di rumah tanpa diketahui orang.Kami pun memakai baju kami karena udara sudah agak dingin.Dan kami menyalakan rokok kembali sambil beristirahat karena badan kita masih terasa capek.
Hingga larut malam aku dengan mbak Yuni masih meneruskan hasrat kami yang masih membara hingga menjelang subuh.Selama masih di kampungku kami masih mencuri-curi waktu untuk bercinta sampai aku kembali meneruskan kuliah dan jika aku tidak ada kuliah lagi.
Tontonan Khusus Dewasa 18++ –> Film Bokep 2015
Saat ini aku sudah menikah dan terakhir mbak Yuni kudengar sudah mempunyai anak lagi dan aku mendengar bahwa mas Ranto meninggal belum ada sebulan ini karena kecelakaan di luar kota.Karena aku mendengar kabar tersebut maka aku ingin mengisahkan percintaan terlarang tersebut ke pembaca karena aku teringat dengan mbak Yuni. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru

The post Cerita Sex: Teteh Yuni tukang Rujak appeared first on Doyanbokep.

Cerit Sex: Cia, SPG Berbibir Sexy

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru – Cerit Sex: Cia, SPG Berbibir Sexy – Ini sebenarnya pengalaman pribadi, tapi malu kalo itu kejadian sendiri, makanya dirubah namanya biar nggak ada tanggung jawab moral di sana. ceritanya belum begitu lama, namun karena kejadian itu sangat disukai, jadi menghayal untuk merenungkan ke dalam tulisan juga agak susah dan makan waktu.

cerit-sex-cia-spg-berbibir-sexy-233x300

Cerit Sex: Cia, SPG Berbibir Sexy

 
Ceritanya gini, waktu itu ingat betul hari sabtu tanggal 12 Feb 2005, ketika sedang duduk di tempat piket di salah satu kantor perusahaan advertising kosmetik di Jakarta, Tibor yang bekerja sebagai staff marketing (boleh dibilang petugas piket yang bergiliran diantara karyawan) kebetulan mendapat tugas jaga malam dan ditemani oleh salah seorang calon SPG (model) bernama Cia. Paras Cia cukup manis dan berbibir seksi.
Badannya agak berisi dengan tinggi kira-kira 165 cm berkulit kuning langsat dan mempunyai ukuran dada yang wow 40 cup BB. Dada Cia begitu besar sehingga sangat indah dipandang jika memakai kaos ketat dan dengan bh ukuran itu pun bagian samping dan atas tetek Cia masih nyempul keluar bh. Pakaian Cia waktu itu tidak terlihat merangsang, hanya memakai celana jeans dan kemeja berkancing depan.
Ketika Cia mengantarkan teh manis untuk Tibor yang kebetulan hanya sendiri di ruang jaga, Cia menyapa Tibor seperti ingin ada teman ngobrol. Terjadilah percakapan antara Tibor dan Cia hingga menjurus ke arah yang agak mengundang birahi. Dari pembicaraan perkawinan hingga ujung-ujungnya ngelantur ke pembicaraan seputar hubungan seksual.
Setelah Cia ingin menyudahi obrolan, dan ia hendak pamit untuk kembali ke tempatnya, Tibor seraya menarik tangannya dan merangkul Cia ketempat sudut kamar yang berukuran 2,5m x3,5m yang kebetulan bagian kanan kamar tertutup tirai, jadi tidak terlihat dari luar. Tibor mencium bibirnya yang ranum dan sexy itu. Cia agak terkejut atas perlakuan Tibor yang tiba-tiba, namun ia tetap membalas ciuman Tibor dengan mesra.
Ciuman Cia kian lama kian menghangat setelah Tibor meremas buah dada sebelah kiri yang besar itu. Kemudian Tibor meremas agak keras payudara Cia karena Tibor sangat bernafsu untuk melumat seluruh tubuhnya. Ciuman Cia tidak terlepas, malah semakin bernafsu setelah Tibor meremas ke kedua buah dadanya dengan kedua tangannya agak keras sambil berciuman penuh birahi.
Nikmat sekali perasaan Tibor ketika meremas-remas buah dada yang kencang karena nafsu. Tibor rasakan puting susu Cia yang juga mulai mengeras, kemudian Tibor mengusap-usap dan sesekali memencetnya agar dia lebih terangsang. Ketika sedang asik mereka berciuman dan saling meraba, terdengarlah suara pintu terbuka dari jauh,
Tibor dan Cia pun cepat-cepat mengatur jarak antara mereka berdua agar tidak adak ada kecurigaan di tempat itu. Kemudian Cia pun pamit untuk kembali ke tempatnya sambil membawa nampan tempat minum dan membalik badan sambil tersenyum. Derup jantung Tibor kian kencang, antara takut ketahuan dan senang, sehingga berharap kejadian itu terulang lagi lain kali.
Hari berganti hari terasa lama menunggu kesempatan itu terjadi kembali. Tiga hari kemudian, kebetulan Tibor mendapatkan tugas jaga malam untuk mengantikan rekannya yang sakit. Senang rasa hati Tibor mendapatkan tugas lebih cepat dari perkiraanya. Pada hari itu, di siang hari, Tibor langsung memberikan pesan kepada teman Cia bernama Dewi bahwa Tibor mendapatkan tugas malam hari ini, dan agar disampaikan kepada cia.
Dewi sebagai sahabat akrab cia, langsung memberikan kabar tersebut. ketika Tibor jaga malam, lama rasanya menunggu kehadiran teh manis hangat bikinan cia. Tepat jam sebelas malam, Cia pun akhirnya keluar membawa teh manis dan bebepapa kue dalam piring.
Senang hati Tibor melihat Cia muncul, dan Tibor langsung menyapa: hai apa kabar, kemudian Cia jawab: baik bang. apakah yang lainnya sudah pada tidur? Kata tibor, Cia menjawab: jangan takut bang, ada Dewi di situ untuk menjaga jika ada orang yang akan keluar atau masuk dari pintu itu. Lega rasa Tibor mendengar ucapan itu, berarti amanlah mereka dari gangguan orang. tanpa basa basi Tibor langsung menarik tangan Cia dan merangkulnya seraya melumat bibir Cia yang sexy itu.
Tak ada hambatan dalam melakukan hal tersebut karena sudah dilakukan Tibor beberapa hari lalu. seperti biasa tangan Tibor langsung meraba payudara cia, sehingga Cia agak menggeliat ke-enakkan. Pelukakan Cia semakin erat, karena Tibor sudah mulai melumat leher dan belakang telinga cia. Suara Cia semakin mendesah sehingga membuat Tibor ingin melakukan hal yang lain dari biasanya.
Tangan Tibor mulai menelusup lewat bawah kemeja Cia untuk menggapai payudara yang terbungkus bh warna coklat muda. Tanpa terasa, tangan Tibor sudah berada di permukaan bh Cia dan mengusap-usap payudara sebelah atas yang tidak tertutup bh. Lumatan bibir Tibor membuat Cia tidak mengetahui gerilya tangan tibor. Secara perlahan tangan Tibor mulai menyusup lewat bawah bh Cia untuk menggapai seluruh payudara cia.
Diangkatnya bh Cia perlahan-lahan agar tidak terasa. Makin terangkat sedikit-demi sedikit hingga puting Cia sudah berada dalam genggaman tangan tibor. Tangan Tibor sebelah kanan telah mendapatkan seluruh payudara Cia yang besar yang tidak dapat terpegang keseluruhan karena saking besarnya. Diremas-remas payudara Cia berikut putingnya.
Makin menggeliat Cia merasakan remasan tangan Tibor yang begitu nikmat. Cia belum mengetahui bahwa bh sebelah kiri Cia telah terangkat, sehingga payudara Cia telah terbuka, walaupun masih dalam baju. Tibor mulai melumat leher Cia lagi, dan kini dengan cepat mulut Tibor turun ke bawah seraya mengangkat baju Cia ke atas, sehingga mulut Tibor dapat melumat puting Cia yang berwarna merah muda.
Cia agak terkejut, tiba-tiba kok bh Cia sebelah kiri telah terangkat dan mulut Tibor telah berada di ujung payudara sebelah kirinya sambil melumat puting itu dengan bernafsu serta tangannya meremas pangkal payudara cia. Walaupun kaget, Cia tetap membiarkan tindakan tibor, karena memang terasa sangat nikmat. Kemudian Tibor memainkan lidahnya untuk memutar-mutar puting cia.
Semakin menggeliatlah Cia dibuatnya. Cia tidak dapat menahan nikmat atas perlakuan tibor, sehingga tangan Cia masuk kebalik baju Tibor dan mengusap-usap pungung Tibor dan sesekali mencakarnya jika kenikmatan itu memuncak. Muka Cia menengadah ke atas sambil merasakan nikmatnya lumatan bibir Tibor di payudaranya. Sambil melirik ke arah muka Cia yang sedang menengadah ke atas, Tibor menggunakan kesempatan itu dengan menggerakan tanagan kirinya secara perlahan-lahan menelusup masuk ke bagian dalam baju cia.
Tibor mulai meraba perut cia, kemudian perlahan naik ke bh kanan cia. tangan kiri Tibor berusaha naik ke bagian bawah bh cia. Tak segan segan tangan kiri Tibor langsung menelusup masuk ke dalam bh cia, dan terpeganglah payudara kanan cia. Sedikit semi-sedikit tangan kiri Tibor diangkat keatas agar bh Cia naik dan terbuka. Dengan keuletan tibor, akhirnya terbukalah kedua payudara cia. Lumatan bibir Tibor di payudara kiri Cia dilepaskan dan berpindah ke bibir cia.
Kemudian tangan kanar Tibor kembali meremas kembali patudara kiri Cia sehingga kedua tangan Tibor sudah menguasai kedua payudara cia. Tanpa terasa Cia telah terpojok di tembok, sehingga Cia dapat merasakan tegangnya penis Tibor di sekitar selangkangannya. Tibor mempunyai pikiran untuk membuka baju cia, namun belum menemukan caranya.
Akhirnya Tibor menyudahi remasan kedua tangannya pada kedua payudara Cia kemudian memeluk sambil melumat kembali bibir cia. Dalam pelukan tibor, Cia seakan pasrah. Secara perlahan Tibor merenggangkan pelukannya sambil membuka kancing baju Cia mulai dari bawah dengan memakai tangan kanannya. Setelah kancing teratas kebuka maka terbukalah semua kancing baju cia. Lumatan bibir tiborpun pindah ke payudara Cia sebelah kanan yang belum pernah terlumat oleh tibor.
Payudara kanan Cia memang agak sensitf dibanding yang kiri, sehingga ketika dilumat, desahan Cia semakin kencang. Tiborpun lebih mengencangkan lumatannya, dengan sedotan yang dalam dan kunyahannya yang begitu keras. Tak tahan lah Cia dibuatnya, sampai-sampai Cia hampir terkulai karena lemas dan nikmat. Cia meminta Tibor untuk menghentikan perbuatannya seraya mendorong badan Tibor sambil menutup kedua payudaranya dengan baju tanpa terkancing.
Cia duduk berkata sambil terengah-engah: perbuatan kita terlalu jauh bang, aku takut, katanya. Sudahlah kata tibor, toh kamu juga merasakan kenikmatannya sama dengan aku. Terdiam Cia dibuatnya, sambil mengancing baju dan membetulkan bh nya, Cia berkata: kok abang ngomong begitu.
Sudah lah cia, toh kita sama sama menikmatinya dan senang pula, ya nggak, jawab tibor. Setelah baju Cia terkancing keseluruhan, Cia pun pergi tanpa menoleh, karena jawaban Tibor tidak enak didengar di telinga cia. Dan Tibor pun berkata: kok jadi begitu. Namun Cia tetap terus pergi meninggalkan Tibor tanpa berkata-kata.
Tibor agak menyesal atas perkataan yang diucapkannya ke pada cia. Keesokan harinya Tibor menghampiri dewi dan kerkata: dew, bilang sama Cia jangan ngambek dong, nanti aku nggak dapat teh manis lagi dari Cia. Sambil tertawa Dewi menjawab: iya nanti disampein. Beberapa kali Tibor jaga malam tanpa diantarkan minuman oleh Cia, namun oleh yang lainnya.
kangen rasanya Tibor kepada Cia, namun Cia terlanjur marah. Ketika hendak hari raya Nyepi, kantor akan diliburkan sehari dan Tibor kedapatan jaga malam. Sedih hati Tibor karena Cia tidak lagi mau mengantarkan minuman ke ruang jaga malam. Di kantor advertising kosmetik yang biasanya ramai, menjadi sunyi senyap karena banyak dari para pegawainya yang keluar kota memanfaatkan liburannya, sehingga tinggal empat orang calon SPG termasuk Cia yang tidak dapat libur karena harus menata seluruh ruangan kantor dan peralatannya.
Ketika malam hari raya Nyepi, kantor pun sepi, karena besok dan lusa libur. Di belakangpun tidak berisik karena tinggal empat orang saja yang biasanya belasan orang berkongko sambil makan atau minum yang merupakan fasilitas kantor. ketika jam sebelas seperempat malam, Tibor meminta dibuatkan minuman hangat kepada salah seorang dibelakang dan meminta agar Cia yang mengantarkan.
Berharap-harap cemas Tibor menunggu kedatangan minuman itu. Tak lama kemudian muncul Cia dengan membawa minuman untuk tibor. Senang rasanya Tibor bertemu dangan Cia lagi. Masih marah ya, sapa tibor. Ah engga, jawab cia. Kalo gitu masih mau di cium dong, kata tibor. Cia diam, sambil memindahkan minuman dari nampan ke meja.
Diusapnya pinggang Cia sambil berkata: jangan marah dong, aku kan kangen banget sama kamu cia. Lalu Cia melirik ke arah Tibor sambil tersenyum. Tanpa pikir panjang, Tibor langsung menarik badan Cia dan langsung melumat bibir Cia dengan ganas. Cia pun langsung menerima ciuman itu dengan hangat. Perlakuan Tibor kali ini lebih membara, lebih buas dari perlakuan sebelumnya, sehingga Cia lebih kepayahan menghadapinya.
Payudara Cia diputar putar dengan keras bagian kanan dan kiri dan sesekali menggenggam dan meremas pantat Cia dengan gemas. Setelah tangan Tibor telah menggapai bagian pantat, kemudian digesernya tangan tersebut perlahan-lahan kebagian depan. Dielusnya vagina Cia yang tertutup celana dalam dan celana panjang secara lembut agar Cia lebih bisa menikmatinya.
Cia belum sadar bahwa tangan Tibor telah meraba bagian depan resleting celana cia. Sambil berciuman dan meremas remas payudara cia, Tibor mulai membuka kancing dan resleting celana Cia secara perlahan lahan. Akhirnya tangan Tibor telah sampai pada celana dalam Cia yang berwarna coklat muda. Tibor mulai memutar-mutar jari tangannya disekitar depan celana dalam cia, namun Cia tetap asik menerima ciuman tibor.
Saking keenakan, tanpa terasa oleh cia, tangan Tibor susah bergerilya masuk kedalam celana dalam cia. Tibor merasakan bulu halus di sekitar vagina cia, kemudian tangan Tibor berusaha mengapai masuk ke vagina cia. Cia makin merasakan kenikmatan atas sentuhan tangan tibor. Makin menggeliat-geliat tubuh Cia setelah jari tengah Tibor masuk ke dalam vagina cia.
Tibor memasukkan jari tengahnya lebih dalam ke vagina Cia dan mengeluarkannya dengan irama yang lembut. Makin enak Cia dibuatnya, sehingga pantat Cia bergerak maju mundur tanpa terasa. Kemudian Tibor menyesuaikan irama maju mundur itu yang disesuaikan dengan keluar masuknya jari tengah tibor. Cia tak tahan menerima nikmatnya gerakan tangan tibor, sehingga gerakan pantat Cia semakin keras. Saking tak tahannya, tangan Cia menghampiri tangan tibor.
Dipegangnya tangan Tibor agar lebih memasukkan jarinya ke vagina cia. Kemudian Cia mempercepat gerakan tangan dan gerakan pantat yang maju mundur itu. Menggeliat-geliatlah Cia dibarengi dengan desahan dan rintihan yang sendu dan panjang. Mendengar rintihan itu, Tibor secara perlahan-lahan membuka kancing dan menurunkan resleting celananya. Kemudian tangan Tibor menghampiri tangan Cia untuk diarahkan ke bawah menuju celana Tibor yang telah terbuka kancing dan reslingnya.
Diarahkan tangan Cia masuk kedalam celana dalam Tibor agar di remas-remas penis tibor. Tanpa terucap kata-kata, tangan Cia secara otomatis menggenggam penis Tibor dengan gerakan turun naik seolah-olah sebuah naluri kewanitaan yang keluar dari lubuknya. Derup jantung kedua insan yang sedang dilanda asmara itu semakin kencang, tanpa terasa, akibat gerakan gerakan yang terus-menerus, maka celana Cia maupun Tibor melorot ke bawah.
Alhasil, Tibor hanya memakai kaos dan celana dalam, dan Cia hanya memakai baju berkancing depan dan celana dalam. Dalam kondisi itu Tibor kangen ingin menlumat payudara cia, kemudian diangkatnya baju Cia ke atas dan diangkatnya pula bh Cia dari bawah sehingga muncullah dua buah dada besar bergoyang goyang akibat tangan Tibor mengangkat bh itu ke atas dengan cepat.
Dilumatlah tetek Cia bergantian kanan dan kiri, di dusel-dusel dengan pipi, mulut dan hidung tibor, sehingga ujung putingnya menyentuh bulu kumis Tibor yang membuat bulu kuduk Cia merinding dan badan Cia menggeliat keenakan. Sambil melumat tetek cia, Tibor membaringkan tubuh tia di atas meja, sehingga badan Cia tergeletak di atas meja, namun hanya sebatas pantat, kaki Cia tetap berada di bawah.
Tibor pun menindih tubuh Cia dengan terus melumat tetek Cia dan memainkan vagian Cia dengan jari tangannya. Vagian Cia telah basah dibuatnya dan Cia terus menggerakan pinggulnya keatas kebawah seperti orang sedang bersenggama. Cia pasrah dalam kondisi tersebut, karena sudah lelah merasakan kenikmatan yang bertubi-tubi. Saking geramnya, tangan Cia mencari penis Tibor yang berada diselangkangan. Agak susah menggapai penis itu karena posisi tetentang dan sedang di geryangi oleh tibor.
Setelah berhasil mendapatkan penis tibor, walupun posisinya agak miring, digenggamnya barang berukuran sedang itu dan dirasakan oleh tangan Cia dengan penuh kenikmatan. Kemudian barang itu diremas-remas dan genggam sambil turun naikkan agar Tibor merasa lebih nikmat. Tak tahan Cia merasakan kenikmatan itu, hingga dia duduk diatas meja seakan-akan ingin menyudahi pergumulan itu. Tibor pun kaget, ada apa gerangan pikirnya, lalu Cia turun dari duduknya di meja dan langsung meraih penis tibor.
Dipegangnya penis Tibor dengan dua tangan, kemudian dikulum dan dihisap hingga Tibor kaget dibuatnya. Tibor masih terbingung-bingung dengan tindakan Cia yang begitu berani, namun dibiarkannya karena memang nikmat sekali dikulum dan dilumat oleh mulut Cia. Tibor tak tahan menahan nikmatnya isapan mulut cia, lalu dicarinya tetek Cia untuk diremas-remas agar lebih merangsang penisnya. Disuruhnya Cia agak keatas sedikit, yaitu bersimpu dengan dengkulnya agar posisinya enak.
Diteruskan isapan penis Tibor oleh Cia, sambil diremas-remasnya tetek Cia dengan kedua tangan Tibor. Muka Tibor menengadah ke atas, merasakan nikmatnya suasana itu. Setelah itu, pikiran Tibor sudah tidak karuan lagi, diangkatnya badan Cia dengan kedua tangan Tibor, kemudian dibaringkanlah Cia di atas meja. Cia diam tak bersuara, pasrah atas apa yang akan dilakukan Tibor terhadapnya.
Vagian Cia pas berhadapan dengan penis Tibor, karena badan Cia tergeletak di meja hanya sebatas pantat, maka diarahkannya penis Tibor ke vagina Cia perlahan-lahan. Ketika kepala penis Tibor menyentuh kemaluan Cia, mendesahlah Cia seperti kepedasan. Dimasukannya penis Tibor sedikit demi sedikit, makin menggeliatlah Cia dibuatnya.
Ketika seluruh penis Tibor masuk kedalam kemaluan Cia, terasa hagat dirasakan Cia. Dipeluknya Tibor erat-erat agar tidak melepaskan penisnya dari dalam vagina itu. Ditekannya pantat Tibor erat-erat oleh kedua tangan Cia agar penisnya lebih masuk ke dalam. Tibor mulai menarik dan memasukkan penisnya ke dalam vagina Cia, makin merontalah Cia dengan gerakan itu. Desahan Cia semakin membuat nafsu Tibor terbakar, sehingga dipercepatlah gerakan keluar masuk itu.
Cia makin meronta keenakan, dengan menggoyang pingulnya agar Tibor lebih bersemangat. Goyangan naik turun pinggul Cia membuat Tibor tak tahan membendung spermanya, dipercepat gerakan maju mundur penis Tibor agar ejakulasinya terasa lebih nikmat. Cia merasakan penis Tibor lebih membesar dan mengeras disertai percepatan gerakan maju mundur penis Tibor.
Berdesahlah Cia merasakan kenikmatan itu dan dipeluknya Tibor erat-erat agar tidak menghentikan gerakan itu dan berharap ketika muncratnya sperma, seluruh penis Tibor berada di dalam vagina Cia. Berteriaklah Tibor dengan mendesah, yang bertanda bahwa sperma Tibor keluar muncrat beberapa kali di dalam vagina cia. Tetap dipeluknya
Tibor erat-erat oleh Cia, agar badan Tibor tetap melekat pada permukaan tubuh bagian atas badan Cia. Bahagia Cia menerima semprotan sperma Tibor yang begitu dasyat, sambil tersenyum dan memejamkan mata akan nikmatnya suasana tersebut. diciumnya Tibor berulang kali untuk menandakan kebahagiaan Cia atas perbuatan itu.
Tontonan khusus dewasa –> film bokep 2015
Cia sangat bahagia walaupun penis Tibor hanya sekitar 15 menit keluar masuk di vagina Cia, namun 15 menit bagi Cia sudah terlalu cukup, karena pada waktu pemanasan Cia telah berada di puncak birahi berkali kali. Cia merenggangkan pelukannya dan berkata, terima kasih ya bang, aku bahagia sekali dan kemudian mencium Tibor dengan penuh kasih sayang. Sama-sama cia, abang juga bahagia kok, kamu enak dan bergairah jawab Tibor sambil tersenyum. Gila, kaya nggak ada apa-apa…., takutnya Cia minta tanggung jawab tau apa gitu…., enak juga si Tibor. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru

The post Cerit Sex: Cia, SPG Berbibir Sexy appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Simpang Lima

$
0
0

doyanbokep.com – yangg berisikan cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa – Tahun 1997 adalah tahun-tahun keperkasaanku, dimana saat itu aku masih berumur 25 tahun dan banyak gadis-gadis menunggu giliran apelku tiap malam minggu. Aku sendiri sekarang sudah berkeluarga, mempunyai seorang putra yg berumur empat tahun.

cerita sex semarangCerita Sex Simpang Lima

Cerita sex terbaru ini beraal saat aku mengambil cuti tahunanku selama 1 minggu dalam rangka refreshing setelah aku berhasil mengerjakan proyek berskala besar untuk perusahaanku. Perjalanan kuawali dari kota Surabaya dan tujuanku adalah Semarang. Semarang adalah kota wisata dan juga kota esek-esek, seperti juga Surabaya yg juga memberikan segala macam keinginan, style, para daun-daun muda ataupun keromantisan suasana. Anda akan terpuaskan disana. Akan tetapi petualanganku kali ini menghasilkan sensasi luar biasa dengan seorang tante dan mahasiswi yg juga callgirl.

Turun di Stasiun Tawang Semarang, aku lanjut naik taksi menuju kawasan yg 3 tahun lalu kutinggalkan. Tujuanku adalah menjemput Friska, seorang callgirl. Semasa aku kuliah dulu, aku menjadi bodyguard-nya.

Tepat pukul empat sore, aku menginjakkan kakiku di stasiun Tawang. Aku lantas menuju taksi dan kuperintahkan ke arah sebuah kawasan kost mahasiswi di Sampangan, tujuanku adalah melepas kangenku dengan Friska seorang mahasiswi perbankan. Friska adalah mahasiswi tingkat akhir yg juga gadis panggilan papan atas. Namun ada juga lelaki yg beruntung seperti aku dapat menikmati tubuh indahnya secara gratis, hanya dengan imbalan mengantar dan menjaganya dari hal-hal yg tdk diinginkan. Atau barangkali aku ini dianggapnya bodyguard.

Singkat cerita, aku sudah sampai di tujuan pertamaku, perlahan namun pasti kumasuki pekarangan rumah kost itu, kulihat hampir tdk ada perubahan disana. Sebagai tambahan informasi, bahwa rumah itu memang kost-an mahasiswi di lingkungan kampus sekitar situ dan penghuninya ada juga yg punya second job atau bahkan berprinsip free love jika anda beruntung.

Tampak olehku sepasang kursi kayu di sudut taman depan rumah telah diganti dengan yg baru, atau barang kali hanya di cat ulang.

“Ah persetan..” makiku dalam hati.
“Ting.. tong… ting tonggg..” suara bel setelah kutekan sambil kudekatkan wajahku ke kaca Ray Band melihat siapa gerangan yg akan datang.
“Huu…. Yess..!” teriakku kegirangan saat melihat yg datang ternyata seorang mahasiswi dengan celana jeans potongan tepat di bawah lipatan pahanya dan berkaos singlet coklat bermotifkan bunga-bunga keemasan.
“Mau cari siapa Mas..?” tanya gadis itu ramah.
“Emmh.. Friska ada..?” jawabku.
“Friska sudah pindah lama Mas.. nggak tahu pindah kemana tuh. Silakan masuk Mas..!” sambung gadis itu sambil mempersilakanku masuk.

Kami terdiam sejenak, lalu sesaat kemudian,

“Eh iya nama Saya Yanto.” kataku sambil mengulurkan tangan dan aku mendapatkan respons dari gadis itu.
“Saya Dewi.” sahut gadis itu, “Emang Mas ini..?” selidik Dewi.
“Yach Saya kawan lama…” sahutku singkat dan kami pun terlibat basa-basi dan akhirnya Dewi menawarkan minuman segar kepadaku.

Aku pun terbiasa dengan suasana rumah itu termasuk dengan yg punya, karena orangnya memang sangat liberal. Agak lama Dewi belum juga muncul, akhirnya aku menyusul ke dapur, akan tetapi aku kaget bukan main saat melewati ruangan tengah. Ruangan itu kini tertata lebih rapih dengan dua sofa besar serta TV, lengkap dengan VCD dan home theaternya, lebih-lebih saat aku menyaksikan film di layar gelas tersebut yg ternyata adalah film “XXX”. Cepat-cepat aku menghempaskan pantatku ke sofa.

“Eh.., Mas Yanto.. mau minum dimana nich..?” tanya Dewi enteng.
“Enakan disini saja sambil lihat film…” sambungku sambil menenggak minuman segar beraroma jeruk.
“Dari pada bengong Mas.., khan pada pulang kampung semua.” Dewi mencoba membela dirinya.

Setelah ngobrol cukup lama, akhirnya aku memasang umpan, karena aku takut Dewi bukan gadis sembarangan.

“Emmm.. kenapa nggak pulang kampung..?” tanyaku.
“Males ah..” sahut Dewi kecut.
“Males apa males..?” godaku.
“Eehhh.. ngeledek.. yach.. tak kasih.. baru tahu rasa.” ancam Dewi.
“Kalo dikasih kehangatan, Aku mau…” jawabku ngawur.
“Ehemm..” sindir Dewi.

Kami pun akhirnya terdiam beberapa saat, namun aku termasuk cowok tanggap dan berkesimpulan dari pada cari Friska jauh-jauh atau tdk ketemu, Dewi boleh juga pikirku. Tubuhnya proporsional dan kulitnya putih mulus, rambutnya tergerai indah seperti gadis-gadis sunsilk, pahanya bukan main, kecil, bulat, pasti bertenaga turbo.

Aku dan Dewi masih terpaku menikmati Blue Film tersebut, nafas kami sudah terdengar terengah pelan, dan aku melihat perubahan air wajah Dewi yg memerah menahan birahi. Sikapnya sudah gelisah dan mengigit bibir bawahnya. Waktu berlalu, akhirnya kami terdiam. Bagian depan celanaku terasa penuh sesak karena k0ntolku sudah mulai mengeras dan terasa sedikit sakit, karena bulu-bulunya ikut tertarik. Aku beringsut dan dengan acuh aku membetulkan posisi k0ntolku agar lurus, dan Dewi melirik ke arah tanganku.

“Mau dibantu Mas..?” goda Dewi sambil beringsut mendekatiku.
“Boleh..,” jawabku enteng dan mempersilakan Dewi membuka zipper celanaku.

Dan sekejap kemudian, menyembullah tongkat kenyal kebanggaanku itu karena aku tdk mengenakan celana dalam (kebiasaanku sejak dulu).

“Woww..! Panjang banget Mass…” pekik Dewi perlahan saat menimang-nimang daging hangat nan kenyal yg sebentar lagi akan membuatnya terlena dan membuatku semakin terengah.

Aku menyandarkan diriku di sofa, darahku sudah berdesir kencang saat kucium harum parfum Dewi, tubuhku mulai menghangat. Kuraih pundak Dewi dan kusambut bibirnya, kukulum bibir bawahnya, lalu pindah ke lehernya.

“Hmmmhh..” semerbak harum lehernya menambah keras k0ntolku di bawah sana.

Aku merasakan kehangatan dan kelembutan menjalar mulai dari kepala k0ntolku, rupanya Dewi sudah mulai melakukan permainan blow job-nya. Ooohh, betapa lembut kuluman bibirnya, hangat dan halus menggelitik di kepala k0ntolku, lidahnya dipatuk-patukkan ke lubang k0ntolku, membuatku semakin kelojotan dan dengan tak sabar aku melepas jeans-ku dibantu Dewi.

“Aaahhhg.., lega..!” kataku.

K0ntolku kini sudah bebas mengacungkan diri dan berdenyut teratur sepanjang urat nadi disana, dan kubuka pahaku lebar-lebar. Kepala Dewi kini mengangguk-angguk teratur, mengeluar-masukkan kuluman bibirnya yg sedikit melebar namun tetap tebal sensual. Rambutnya digeraikan ke pundak kirinya dan bergelayut di kedua bukit kenyalnya. Aku meraih rambutnya dan membimbing kepalanya di antara kedua pahaku, sehingga kini Dewi lebih bebas berekspresi dan lebih dalam lagi k0ntolku memasuki rongga mulutnya.

“Hmmmhh.., oookhh..,” guman Dewi disela-sela kesibukannya mengocok k0ntolku.
“Aaakkhhh… sshhh.. ookhh nimath.. Wiiiii..” aku terpekik kala Dewi mulai memainkan kedua telorku dan mengigit-gigit kecil seperti bayi kebesaran dot-nya.

Dewi menjilat sepanjang bagian bawah k0ntolku, lantas berhenti sejenak tepat di bagian bawah kepala k0ntolku. Rupanya ia tahu bahwa disana lah semua syaraf birahiku berkumpul. Mulutnya dibuka lebar-lebar dan kedua bibirnya membentuk
“O”. Aku terpana sejenak, apa yg hendak dilakukannya.

“Aaawww… sshhh … aaaghh…” desisku saat lingkar kepala k0ntolku ia putar mengelilingi bibirnya.

Geli, nikmat dan seluruh k0ntolku terasa bergetar kencang karena spermaku sudah mulai mendesak keluar. Aku tegang dan mendesah tdk karuan, tdk tahan dengan permainan Dewi. Kurebahkan tubuhku dan kugeser pantatku mendekati dada Dewi. Aku tdk mepedulikan lagi kepuasan bagi Dewi, pokoknya perjalanan jauhku semalam harus tuntas saat ini juga dan tampaknya Dewi tahu akan hal itu, atau entah pengaruh blue film yg kami saksikan bersama. Dengan tergesa-gesa kubuka t-shirt-ku, lalu kulempar entah kemana, karena aku ingin segera melepaskan rasa letihku dengan semburan-semburan spermaku yg kental.

Denyutan di ujung k0ntolku semakin tdk teratur saat Dewi mulai meningkatkan tempo permainan dan variasinya. Tubuhku tegang sekali, seluruh aliran darahku terasa mengumpul semua di otakku. Dan mendekati sepuluh menit berlalu, aku merasakan seluruh aliran darahku turun cepat dan deras menuju ke selangkanganku.

“Aaakkhhh, Wiiii.. sshhh.. hisap.. cepatttth.. Yg..!” pintaku sudah tdk sabar saat bibir Dewi menyusuri dan menjilat-jilat ruang di antara telor kemaluanku dan anusku.

Lama lidahnya dimainkan disana dan sesekali mematuk ke bagian depan duburku, sementara tangan kirinya teratur mengocok batang pejalku.

“Ayo Wii..! Hisssaappphh..!” pintaku sambil menarik kepala Dewi ke arah ujung k0ntolku.

Nafsuku sudah tdk dapat kubendung ketika Dewi menghisap dalam-dalam ujung k0ntolku. Darahku meluncur secepat kilat ke arah ujung k0ntolku.

Tubuhku hangat nan bergairah, lalu sejenak nafasku terhenti beberapa detik dan,

“Aaakkhh.. ssshhh.., oookkkhhh.. Wiiii..!” teriakku keras, melepas semburan-semburan spermaku sambil kutegakkan tubuhku untuk menambah sensasi yg ada.

“Creet.., creeeetth…” spermaku deras terasa terhisap memenuhi rongga mulut Dewi dan entah berapa kali semburan.
“Aaah… thanks Wi…” kataku sambil merebahkan tubuhku ke sandaran sofa.

Dengan telaten dan sabar, Dewi menghisap sampai habis dan menjilat sepanjang batang k0ntolku hingga terasa kesat. Aku melihat ada beberapa tetes spermaku yg mengalir di sudut bibir Dewi yg tebal dan seksi itu. Lega dan ringan rasanya, akan tetapi belum sempat kumenikmati istirahatku, aku terkejut saat Dewi kembali menaiki tubuhku dan mendaratkan french kiss-nya. Bau spermaku yg khas dari mulut Dewi dan gesekan memek Dewi di k0ntolku membuat gairahku bangkit seketika. Kali ini kurasakan jeans pendek Dewi lembab, pertanda banyak mani menetes dari memeknya, dan rupanya dia terangsang juga melihatku ejakulasi.

Aku harus tahu diri, ini adalah ronde milik Dewi yg kini meregang nafsunya di atasku. Lalu cepat-cepat kubalikkan posisi kami dan Dewi ada di bawah. Aku lepas jeans pendeknya, wow.., rupanya Dewi juga sehobby denganku, tdk senang memakai CD. Lalu kaos singletnya hanya kusibakkan sebatas kedua bukit kenyalnya yg tanpa BH. Karena agak kesulitan dengan posisi konvensional, maka kali ini Dewi kududukkan di Sofa dan kedua pahanya kubuka lebar-lebar. Dewi sendiri mulai membuka singletnya, lalu mencampakkannya di meja.

Kepalaku kudekatkan ke arah memeknya dan Dewi rupanya sudah sangat bernafsu, karena dengan cepat-cepat kepalaku dibenamkannya dalam-dalam di memeknya. Aku nyaris kehabisan nafas, akan tetapi saat lidah mulai mengitari bibir minora-nya ia tdk kuasa menahan geli, lalu mendesah sambil membuka lebar-lebar pahanya.

“Aaahhhgghh.., Maassshh.., hisaapphh.., nngggghh.. nnggghhh..” pinta Dewi, matanya terpejam dalam merasakan nikmatnya aliran udara hampa yg mengalir dari sudut rahimnya.

Aku juga merasakan mulut memeknya berdenyut saat kuberhenti menyedot.

Mulutku tetap pada liang sanggamanya, dan beberapa lelehan mani yg mengalir tersapu oleh lidahku.

Tubuhnya bagai orang kepayahan dan pasrah bersandar pada sofa, kedua putingnya ia pelintir sendiri. Dalam kondisi begitu, tampaklah olehku inner beauty seorang Dewi. Wajahnya mengharap, memelas, merintih, pasrah dan wajah nafsu menjadi satu. Aku mengambil kedua pahanya yg bulat mulus, kuletakkan di kedua pundakku. Setelah itu kedua tanganku menggantikan tangannya untuk kerja di “penghalusan” kedua putingnya.

Kini kedua pahanya bertumpu pada kedua pundakku, hal ini memudahkan aku menjilat, menghisap dan mematuk dengan lidahku pada klitoris-nya, hingga tubuh Dewi kelojotan. Nafasnya terengah, kedua tangannya mencengkeram erat sofa pada saat yg bersamaan, kukombinasikan dengan pelintiran kedua putingnya. Tubuhnya yg mulus itu kini oleng, kadang terduduk, suatu saat pasrah tergolek lemah sambil mendesis, kemudian kedua bibirnya ia katupkan sendiri dan sesekali ia gigit bibir bawahnya sendiri. Memeknya pasti terasa ngilu dan geli sekali, juga bercampur birahi, sehingga ingin segera ada sesuatu kekenyalan dan kehangatan k0ntol yg menyumpalnya dengan cepat. Maninya semakin deras kurasa alirannya di lidahku, namun aku tdk peduli. Kukecup, lalu kuhisap dalam-dalam memeknya hingga semua yg ada di mata air maninya mengalir deras diikuti gelinjang tubuhnya.

“Akkkhhh… ssshhh… sedottthhh.. terussshhh..!” desah Dewi sambil mempertahankan kepalaku di selangkangannya.

Aku tdk keberatan dengan permintaannya, karena disamping memeknya legit, juga harum baunya dan terawat indah. Kini aku mengkombinasikan sedotan mulutku dengan permainan telunjuk kananku di klitoris-nya. Tubuhnya tersentak-sentak, seirama dengan tusukan telunjukku di leher rahimnya. Telunjukku kuputar-putar lembut disana dan kadang aku tekuk untuk menyentuh G-spot-nya. Dan pada saat bersamaan, G-spot-nya tersentuh, Dewi tersentak dan menggelinjang bagai terkena strum tegangan tinggi.

“Oooomhhh.. mmmpphhh.. mmm.. masssukin Mass..! Ceppath..!” pinta Dewi sambil berdiri, lalu memposisikan diri dengan posisi doggy style.
“Rupanya ini posisi favoritnya.., kena Kau..!” makiku dalam hati sambil kubelai lembut seluruh punggungnya, pinggulnya dan kepalaku kuturunkan ke pinggulnya.

Kudekatkan wajahku ke anusnya. Kujulurkan lidahku mengitari anusnya, sementara kedua tanganku meremas-remas manja kedua bukit kenyalnya.

“Agghhh… mmmppphhh… ooohhhghghh…” Dewi hanya bisa mndesah kuperlakukan demikian.

Tubuhnya bergelinjang hebat dan sudah tdk sabar untuk kumasuki dalam-dalam liang kewanitaannya

Setelah puas bermain di anusnya, tangan kiriku membelai pinggulnya dan kupegang k0ntolku dengan tangan kanan. Perlahan kuletakkan di mulut rahimnya yg memerah basah itu, kusibakkan labia myora dan minora-nya dengan kepala k0ntolku nan lembut dan hangat.

“Emmmpphhh.. oookkkhhh..!” desah Dewi.

Tampaknya pengaruh kehangatan k0ntolku mulai bekerja. Perlahan namun pasti, kumasukkan centi demi centi dan tiba-tiba Dewi menghentakkan pinggulnya keras ke belakang diikuti dengan menggoyang putar pinggulnya.

“Aaakhhh…” pekik kami bersamaan saat hentakan itu tadi.
“Sleeppprrttt..,” 15 cm batang pejalku telah mengisi rongga rahimnya yg rindu akan kocokan, gesekan dan juga kehangatan k0ntol.

Bersamaan itu pula Dewi menjerit lirih sambil mendongakkan kepalanya, rambutnya yg panjang itu ia geraikan ke samping kiri lehernya.

“Ooookkhh.. nikmathh… emmmpphhh.. ssshh…” Dewi mulai ceracau tdk teratur.

Dewi mulai dikuasai nafsunya, sebagai perempuan ia hanya ingin kepuasan saat itu. Ingin segera menumpahkan maninya banyak-banyak untuk melumasi k0ntolku dan menghangati diding memeknya. Aku mengatur posisi untuk menstimulasi G-spot-nya. Dengan perlahan namun pasti, kukocok k0ntolku keluar masuk. Aku melihat labia minora-nya ikut tersembul keluar saat k0ntolku kutarik keluar, demikian pula kulihat labia mayora-nya ikut amblas saat kumasukkan k0ntolku dalam-
dalam.

“Ookkkhh… kocokhh.., terusshhh… iya.. iyaa… lebih kerasshhh… oohh nikmathhh..!” Dewi mulai menggumam.
“Lebih kerassshhh… yach… yach… oohhhgghhhk..!” Dewi semakin tdk mampu menahan hawa panasnya yg mengalir, dan hawa itu bersumber dari k0ntolku yg terasa penuh menjejali ruang memeknya.

Sementara itu ia aktif menggoyang pinggulnya, dan kedua tangannya berpegangan pada sandaran sofa. Lalu sesekali ia sentakkan pingulnya ke belakang untuk menambah rasa penetrasi dalam-dalam. Lima menit berlalu, lalu kumulai membantu Dewi menggapai sorgawinya dengan stimulasi di kedua putingnya dengan pelintiran jempolku. Kupilin-pilin, lalu kutarik dan kemudian kulepaskan.

Setiap saat kulepaskan itulah Dewi melenguh panjang,

“Oookkkhh.., genjotthh.., dalammhh.. oookhhh..!” ceracau Dewi tdk karuan.
“Maaasshhh.. sss… nggghhh.. ssshh..” desis Dewi kehabisan kata-kata.

Sementara kocokanku kuatur dengan tempo pancingan, yaitu memancing birahinya agar memancar keluar dari rahim dengan segera. Dengan cara mengocok 3/4 batang k0ntolku dengan tempo cepat, dan sekali kocokan kubenamkan dalam-dalam sampai ujung kepala k0ntolku mentok menggelitik dinding atas rahimnya. Hal itu pun kurasakan juga saat ujung kepala k0ntolku menyentuh mentok pada leher atas rahimnya, rasanya ngilu, geli dan hangat. Dan saat itu lah yg membuat tubuh Dewi tegang sesaat kemudian.

“Nggghhh… eeghhh… ooohgghhh.. eenggghh… aaaghhh..!” Dewi terengah mengekspresikan orgasmenya yg sebentar lagi menjemput.

Tempo permainanku tdk kuubah sampai Dewi betul-betul menggapai orgasmenya, dan aku tetap mengatur irama nafasku, menyebabkan tempo permainan kami terasa lebih lama.

Kira kira 20 menit kemudian, tubuh Dewi menegang lagi. Kali ini ia melepaskan pegangan tangan kanannya dari sofa dan membelai rambutnya sendiri. Tubuhnya ia miringkan melihat ke arahku yg lagi sibuk menanamkan k0ntolku. Bibirnya yg sensual itu terbuka lebar, melepas desahan nafsunya, matanya terpejam dan sesaat kemudian ia terlihat menjambak rambutnya dan tubuhnya oleng.

“Aaakkkhhh… aaakhhh… oookkhhh… ssshhh… nikmattthhh…” Dewi mengawali orgasmenya dengan diiringi goyangan pinggulnya.
“Oookkh… masukin yggh.. dall… lammmhhh..!” pinta Dewi.
“Maaasshhh… nikmaaatthh..!” desis Dewi yg kini mempercepat hentakan pinggulnya.

Sedetik kemudian k0ntolku kembali tertanam dalam-dalam dan kubiarkan tetap begitu sambil kuputar pinggulku perlahan untuk menambah sensasi bagi Dewi. Dewi semakin tdk dapat menguasai dirinya dan berteriak.

“Ookkkhh… aaaghh… Massshhh… Akuu… mauuu… kellu.. arrr.. lagiihh… oookhh..!” Dewi kembali mendongak, menjemput orgamenya yg kedua.

Pahanya kali ini dirapatkan, sehingga gigitan memeknnya tambah terasa di k0ntolku. Seluruh batang k0ntolku terasa diempot-empot dan hangat menggelitik. Dewi juga pandai memainkan otot memeknya, meski sambil berorgasme atau barang kali itu suatu pasangan saat orgasme.

Demikian pula yg ia rasakan, benda pejal hangat itu semakin terasa menggelitik rahimnya, keluar masuk, keluar masuk, dan keluar lagi panas membara.

“Aaaghghhh… oooaaaghhh.. ssshhh.. ssh… mmmpphh..!” teriak Dewi menyambut orgasmenya yg entah keberapa, serasa tiada henti baginya.

Desahan, teriakkan, dan ceracau Dewi yg tdk karuan itu membuat gerakanku kini tdk terkontrol dan terkesan lebih kasar. Aku ingin segera memuntahkan sperma kentalku dalam rahimnya dan saat menyemprot itu lah, akan kutanamkan dalam-dalam di rahimnya.

Belum aku berpikir, selanjutnya ujung k0ntolku kini berdenyut lebih keras, dan hal ini dirasakan juga oleh Dewi.

“Ookkghh.. Masss.. shshhh.. kelll… luarrriin cepethhh.. nggghhh..!” pinta Dewi yg rupanya sudah mulai ngilu.
“Wiiiii..!” bisikku sambil mempererat pelukanku di punggungnya.

Kuciumi belakang telinganya, belakang lehernya, punggungnya, dan sesekali ketiaknya, membuat desahanku dan Dewi memenuhi rumah kost yg sepi itu menjadi hingar bingar.

Sepintas kutengok dan melihat adegan di blue film sama seperti kami, doggy style dan kubisikkan ke Dewi untuk mengatur posisi. Kami kini dapat menikmati film biru itu sambil berdoggy ria. Aku melihat si wanita di film mulai orgasme, tubuhnya kejang dan berteriak-teriak dalam bahasa mandarin. Saat itulah tubuh Dewi juga tagang dan aku merasakan aliran mani mengalir perlahan. Pinggulnya ia goyang lembut, kemudian perlahan-lahan menjadi goyangan yg binal tdk terkontrol.

“Aaakkkhhhfgggh.. oookkkhhh… mmmppp.. Massshhh… cepethhh.. kelllu.. arrgh.. Aku udah gell… lii..!” pinta Dewi.

Rupanya ia tdk tahan dengan gerakan yg dibuatnya sendiri.

“Baik Wi..! Terima yachh.. sppppermmaa… Ku..!” teriakku sambil memperdalam tusukan k0ntolku dalam-dalam dengan kuputar-putar di mulut memeknya.

Aku melihat si cowok film blue film juga tegang, wajahnya mendongak terlihat tegang sekali sepertiku, tusukan k0ntolnya tdk lagi beraturan, demikian pula yg kurasakan.

“Tinggg… tonggg..!” bunyi bel itu mengejutkanku, dan dengan cepat Dewi mencabut gigitan memeknya.
“Aaakhhh..!” pekikku tertahan saat bersamaan dengan itu.
“Sialan..!” makiku dalam hati.
“Sabar yach Mas Yanto..! Dewi udah puas khok… tuh ada kejutan datang.” kata Dewi sambil mengenakan jeans pendeknya sekenanya.
“Biar Aku yg bukakan, Mas nggak usah pakai tuh pakaian.. pokoknya ini permainan asyik..!” kata Dewi sambil ngeloyor menuju ke arah pintu.

“Sialan tuh perempuan..! Teteknya tdk ditutup lagi..!” gumanku kesal melihat Dewi tdk ber-BH membuka pintu.
Memang kost-kost-an itu letaknya di kawasan elit, pagar dan gerbang depan juga tinggi, sehingga Dewi berani berbuat demikian, apalagi suasana rumah sepi begini. Aku berjalan mengitari sofa dan menghempaskan tubuhku, tanganku mebelai lembut k0ntolku yg masih tegak dan belepotan maninya si Dewi. Sambil kuelus, aku membayangkan apa gerangan rencana Dewi ini. Pikiranku terus melayg, dan akhirnya kuputuskan untuk mengambil celanaku.

“Eeiittthh.. tunggu duluu..!” sergah sebuah suara lembut melarangku meneruskan rencanaku.

Akan tetapi itu bukan suara Dewi yg kukenal beberapa jam lalu, akan tetapi,

“Kenalkan Aku Erika.. Aku Ibu kost disini.” kata seorang wanita setengah baya berpakaian resmi, mungkin dia wanita karier kali yah.

Aku terkejut setengah mati dan berusaha mengambil lagi celanaku.

Akan tetapi,

“Eittt jangaan..! Khan udah Aku bilang nggak usah dipakai tuh baju. Aku juga mau tongkolmu yg besar and panjang itu.” sergah Erika sambil membuka jas dan melempar tas kerjanya.

Wahh gumpalan payudara serta putingnya semakin kelihatan saat jasnya terlepas.

“36 yach..?” aku menebak dan menunjuk ke arah dadanya yg tak ber-BH.
“Eemmhh.. 36B tepatnya…” bisik Erika seraya mendekatkan diri di sampingku.

Kuamati wajahnya, ada sedikit rasa lelah disana, akan tetapi tubuhnya yg fit itu tetap segar.

“Kamu nggak usah mikir itu Dewi, Dia udah maen tuh di ruang tamu sama Yudhi, pacarnya yg juga langananku.” kata Erika menerangkan.

Pantes saja aku dengar sayup-sayup desahan Dewi dan Yudhi memacu birahi masing-masing.

“Emmmhh.. pantes! Lha orang Ibu kost-nya aja nafsunya kayak setan, apalagi anak kost-nya.” gumanku dalam hati.
“Eh.., kok bengong..? Mari Kita berpesta yuk..!” ajak Erika sambil mengeluarkan sepotong viagra dan XTC.
“Aku percaya kemampuanmu… tapi lebih hebat kalo Kita juga fly sambil memuncratkan mani.” katanya ngawur.

Aku mengambil viagra itu dan kutelan habis, sementara ia meneggal XTC-nya itu. Batang kemaluanku yg sudah tegang, lima menit kemudian menjadi betul-betul keras. Erika berjalan ke arah VCD dan menganti film-nya dengan making love party disco. Masih ada sisa 1 butir XTC, lalu kutelan lima menit kemudian, untuk mengimbangi fantasi Tante Erika.

Erika tdk lagi kembali ke sofa, ia malah berdisco ria melepas satu persatu sisa pakaiannya sampai tubuh mungilnya kelihatan semua. Sampai pada suatu irama, ia tepat menghadap ke arahku dan membuka kedua pahanya, pinggulnya ia goyangkan memutar sambil memainkan otot memeknya, sehingga bibir mayora-nya membuka dan memeknya yg kelihatan pink itu mulai membasah.

Pintar sekali dia dan ia memulai pekerjaan tangannya. Pertama ia kulum itu telunjuk, lalu dihisap pelan-pelan seolah-olah sedang menghisap k0ntol. K0ntolku semakin kencang saja melihat sensasi yg dibuatnya. Ia kemudian mengambil kursi bulat untuk dudukannya. Aku bangkit menghampirinya, akan tetapi kukaget bukan main, ternyata ia menolak dan memberi isyarat kepadaku untuk duduk sambil beronani ria.

“Sial..!” makiku dalam hati sambil beranjak menuju sofa.

Kupegang-pegang k0ntolku, lalu kukocok sendiri perlahan mengikuti irama disco dan kukerjakan isyarat Erika untuk mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Aku hanya menemukan baby oil disana, lalu dengan satu kucuran sudah membasahi k0ntolku. Gila fantasi Tante Erika ini, betul-betul gila, akan tetapi aku menemukan sebuah nilai seks disana. Erika mulai meringis saat telunjuknya memasuki memeknya. Ia berdiri pada kaki kanan, dan kaki kirinya ia naikkan ke kursi bulat tadi. Desahannya tdk kudengar karena kalah oleh dentuman musik, namun aku menikmati fantasinya.

Ia bermastrubasi ria sambil kutonton dan ia sendiri menikmati BF dari VCD Making love party yg ia nyalakan. Tangan kirinya mulai meraba payudaranya, kemudian diremasnya lembut dan dituntun ke arah bibirnya. Ia menghisap sendiri putingnya, sementara telunjuknya sudah kelihatan cepat keluar masuk tdk beraturan di liang rahimnya.

Kelihatan ia menggigit kecil putingnya, lalu ia kilir-kilir dengan kedua giginya. Sedetik kemudian ia mendongak dan memperdalam tusukan telunjuk di memeknya.

“Aaakkgghghhh… mmmppphhh… oookkhh.. sshshhh… hhssshh..” Erika mencapai orgasme rupanya.

Selesai, ia lalu telentang di karpet depan VCD. Kedua kakinya menghadap ke arahku. Erika lalu membuka pahanya lebar-lebar dan meletakkan kedua telapak tangannya untuk memainkan memeknya. Wajahnya tegang, kepalanya oleng kiri dan kanan dan bibirnya tak henti-henti mendesah. Ia lalu mengambil jari tengah tangan kanannya dan memasuki liang kenikmatannya.Tangan kirinya lalu merembet ke atas menjambak rambutnya sendiri.

Pengaruh XTC itu mempercepat datangnya orgasmenya yg kedua, gerakan tangan kanannya cepat tdk beraturan, menusuk liang rahimnya. Wajahnya terpejam dan bibirnya mendesis bagai ular.

“Oooggghhh… aaaghhhgghh…!” desah Erika meregang orgasmenya.

Selesai itu, kemudian ia bangkit dan bergoyang erotis seirama rockndut dan kemudian berjalan ke arahku. Ia melepas dahaganya dengan menenggak air mineral dan duduk telentang di sampingku, kedua pahanya terbuka lebar. Aku mengelus batang kejantananku yg hampir memuncratkan maniku karena sudah sangat birahi melihat pertunjukan Erika. Aku berdiri dan berjoget, yg kubuat seerotis mungkin, kupegang erat-erat k0ntolku dan kukocok-kocok lembut. Aku melihat Erika memainkan lagi telunjuknya di memeknya, sementara aku masih menggoyangkan pingggulku. Aku hentakkan lembut sambil kukocok k0ntolku sendiri, fantasi ini memang luar biasa nimatnya.

Aku melihat Erika mulai menegang, tapi kali ini ia tdk memejamkan matanya, ia hanya mendesis, mendesah dan sesekali metanya yg indah itu terpejam. Baby oil membuat k0ntolku semakin terasa lembut dan k0ntolku bertambah semakin hangat. Darahku berdesir kencang melihat Erika meregang orgasmenya.

“Aaakhhggghh… mmmppphhh..!” desah Erika yg kulihat dari vokal bibirnya.

Aku juga ingin segera memuntahkan spermaku di hadapan Erika, kupercepat kocokan k0ntolku dan semakin lama kocokanku tdk beraturan.

Goyangan pinggulku pun semakin tdk menentu dan semenit kemudian, nafasku terhenti, dan,

“Aaaakkhhh… creetthh.. creeettthhh..!” spermaku memancar deras bersamaan lelehan mani Erika di sofa.

Aku lalu menghampiri Erika, kubimbing dia untuk berdiri, lalu aku duduk. Erika kini berdiri dengan kedua lututnya dan kedua pahanya mengangkangi pinggulku. Pengaruh viagra menjadikan k0ntolku tetap tegak meski sudah memuncratkan laharnya. Aku pegang pinggul Erika dan kubimbing liang memeknya mendekati batang kejantananku. Hanya dalam sekejap, seluruhnya amblas.

“Slleerrppptt..!” 15 cm k0ntolku sudah menjejali memek Erika dengan mudah.
“Aaaghhh… ookkhhh… mmmppphhh.. ssshshhh… ssshhh.. nimathhh..!” ceracau Erika.
“Mmmpphh… tusuk.. yg.. dall.. lammphh..!” pinta Erika.

Aku sentakkan keras, dan amblas lagi k0ntolku dalam memeknya, kami bergoyang menggapai orgasme seirama dentuman musik.

Erika memang hebat, 30 menit berlalu, kami belum juga ada tanda-tanda orgasme, malah ia tambah hebat. Ia berjongkok dengan kakinya dan bergoyang hebat, sesekali tubuhnya kian naik dan turun mengocok k0ntolku. Pada menit ke 50, saat tubuh kami sudah mulai lemas, Erika terdiam dan wajahnya ekspresif sekali, itulah tanda orgasmenya segera datang. Aku lalu meraih minuman mineral dan menenggaknya. Dan setelah kuletakkan, aku menambah tempo perputaran pinggulku.

“Aaahhh… Kkuu.. maauuu.. sss..!” desis Erika yg kututup bibirnya dengan kecupanku.
“Nggghhh… oookkkhhh… Yaannn… aaa…. kkkuu..” mata Erika mendelik dan di bagian lain memeknya mengempot keras.

Aku pun tdk tahan untuk segera ejakulasi, karena orgasme kami telah kami capai entah berapa puluh kali.

“Akk.. kuuu… nnnghhh..!” Erika mulai terengah.
“Sammm… ma.. sammm.. maa Tante..!” pintaku sambil menghisap putingnya.

5 detik kemudian, kepalanya mendongak menjauhiku, tangannya mencengkeram keras ke pundakku.

“Yaaannn… aaaggghhh… oooggghhh.. mmmppphhh… aa, aaa… aaa… aaa.. aaakhhh..!” kami ejakulasi dan orgasme bersamaan.

Ah, gila memang fantasi Erika, namun nikmat tiada tara. Spermaku terasa kering tersedot empotan memek Erika. Dewi akhirnya menyusul kami ke ruang tengah, sementara Yudhi terkapar di ruang tamu. Aku menghabiskan lagi satu babak dengan Dewi, hingga kami bertiga ketiduran dan terbangun tengah malam. Kami lalu bertiga keluar mencari STMJ. Setelah mengantar Yudhi pulang, kami melanjutkan permainan kami di Graha Santika Hotel.

Di hotel kami membuat fantasi. Pertama-tama adalah Dewi dan Erika bermain lesbi dan aku beronani ria sambil menyaksikan mereka. Kemudian aku dan Dewi berkuda lumping, sementara Erika masturbasi ria sambil menyaksikan kami. Dan ketiga kami berdisco dan joget bersamaan dan masing masing sambil bermasturbasi ria, lalu aku menyetubuhi dua wanita itu bergantian.

“Yach kadang fantasi seksual memang harus dituruti..” kata Erika suatu saat setelah Dewi ketiduran karena lelah.
“Aku tdk pernah dapat mengekspresikan hal ini kepada suamiku yg super sibuk dan tdk dapat memuaskan Aku karena impoten serta sibuk dengan WIL-nya.” keluh Erika seraya mengepulkan asap mild-nya.
“Nich.., terima..!” kata Erika seraya menyodorkan puluhan lembar ratusan ribu.
“No.. thanks..,” aku menepis tangan Erika.
“Liburanku ini pun teramat indah bagiku.. dan itu lebih indah besama Tante.” tambahku.
“Kalo Lo mau, nanti kukenalkan WIL suamiku padamu, dan Ia juga sangat berfantasi seperti Aku.” sambung Erika.

Kami bertiga pun akhirnya tertidur mesra, dan esok pagi kulanjutkan perjalanan kami ke Bandungan dan menginap 3 hari 3 malam disana. Cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa

The post Cerita Sex Simpang Lima appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Ruly Ku Sayang

$
0
0

doyanbokep.com – yangg berisikan cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa – Aku adalah seorang mahasiswi semester akhir di salah satu perguruan tinggi terkemuka yg berada di daerah Jakarta yg pada masa-masa awal demokrasi terkenal sebagai pusat demonstrasi dan berbagai tragedi politik. Namun sebaiknya lupakan saja masalah itu selain karena aku tdk pernah ikut kegiatan tersebut aku juga lebih tertarik dengan urusan kuliah dan cowo ketimbang masalah politik.

cerita sex mahasiswiCerita Sex Ruly Ku Sayang

Cerita sexterbaru, Secara fisik aku adalah gadis yg menarik dengan tinggi tubuh sekitar 175cm langsing dan sexy berwajah lonjong dan berparas melankolis dan rambut hitam legam panjang lurus sebahu (khas wanita chinese) serta berkulit putih mulus tanpa cacat sedikit pun dengan putting berwarna merah jambu dan bulu kemaluan tipis agak jarang-jarang.

Kejadian ini berawal ketika aku baru saja usai pulang dari ruang baca skripsi (tempat kumpulan skripsi alumni) perpustakaan setelah selesai menyusun beberapa bab skripsi yg harus kuperbaiki tatkala siang tadi usai menghadap dosen pembimbing skripsi ku. Saat itu keadaan sudah gelap (pukul 7 malam) dan kantin pun sudah tutup, praktis tdk ada lagi mahasiswa yg nongkrong di kantin dan kalaupun ada hanya sebagian kecil saja sehingga akupun memutuskan untuk langsung menuju ke lapangan parkiran khusus yg berada di samping kampus.

Parkiran sudah agak sepi hanya tersisa beberapa mobil saja milik mahasiswa S2 ataupun S1 yg kebetulan ada jadwal kuliah malam. Kebetulan mobil ku tadi siang mendapat tempat parkir agak jauh ke sudut lapangan parkir. Lapangan parkir itu sendiri sebenarnya adalah tanah kosong yg di timbun oleh batu dan pasir dan di kelilingi oleh pagar seng tertutup rapat sehingga tdk dapat di lihat oleh orang dari luar.

Mobil ku adalah Escudo berwarna gelap yg kebetulan sempat di beli oleh papa ku sebelum krismon mulai. Di Jajaran mobil yg parkir di dekat ku terlihat hanya ada tinggal 3 mobil lagi yakni satu toyota kijang berwarna biru gelap dan satu panther long chassis berwarna hijau gelap serta sebuah Feroza berwarna hitam di mana posisi ketiganya adalah tepat mengelilingi mobil ku.

Feroza ada tepat di pojok lapangan parkir yg berarti tepat di sebelah kiri mobilku, sedangkan kijang ada di sebelah kanan dan panther tersebut ada di depan mobil ku dengan posisi parkir pararel sehingga menghalangi mobil ku keluar.

Aku terus terang agak kesal karena selain sudah capek dan banyak masalah sehubungan dengan skripsi ku, eh ternyata malam-malam begini masih harus mendorong mobil lagi. Ku berjalan sedikit setelah sebelumnya menaruh tas dan buku serta diktat beserta bahan skripsi di mobil ku, aku melihat-lihat kalau-kalau masih ada tukang parkir atau satpam di gerbang masuk parkiran yg tdk seberapa jauh . sebab gerbang keluar parkiran sangat jauh letaknya dari posisi mobilku . ternyata gerbang masuk telah tertutup dan di rantai sehingga untuk mencari orang aku harus menuju ke gerbang keluar. Karena agak malas jalan aku pun terpaksa kembali ke dekat mobil dan berinisiatif mendorong panther tersebut sendirian.

Dengan agak binggung aku letakan telapak tangan kiri ku di belakang mobil tersebut sementara tangan kanan di sebelah sisi kanan mobil.

Ternyata panther tersebut tdk bergerak sama sekali .. Aku curiga jangan-jangan pemilik memasang rem tangan. Karena itu aku berniat mengempiskan ban mobil sialan itu. Sedang asyik berjongkok dan mencari posisi pentil ban belakang sebelah kanan panther tersebut (yg berarti berada tepat di depan mobil ku) mendadak aku merasakan kehadiran orang di dekat ku . tatkala ku toleh ternyata orang tersebut adalah Ruly teman sekampus ku yg sebelumnya sudah lulus namun pernah satu kelas dengan ku di mata kuliah MKDU.

Ruly adalah seorang pria kelahiran sumatra berbadan hitam tinggi besar (185cm/90kg), dengan perut buncit, berwajah jelek buruk-rupa (mukanya terus terang hancur banget penuh parut karena bekas jerawat) dengan gigi agak tonggos dan kepala peyg serta bermata jereng keluar. Tak heran kalau banyak gadis-gadis sering menjadikannya bahan olok-olokan dalam canda mereka karena keburukan wajahnya namun tanpa sepengetahuannya, sebab selain wajah Ruly sangat sangar . dia juga di kenal berkawan dengan banyak pentolan kampus dan juga kabarnya memiliki ilmu hitam.

Namun dia di kenal sangat pede dan baik hati, dan itulah yg menjadikannya olok-olokan para gadis karena dia tdk pernah malu-malu menatap wanita cantik yg di sukainya secara berlama-lama. Terus terang jantung ku agak berdegup karena feeling ku merasa tdk enak terutama karena aku mengetahui bahwa Ruly selama ini sering menatapku berlama-lama dan caranya menatapku terasa sangat menelanjangi seolah-olah ingin memperkosaku.

Namun aku berusaha terlihat bersikap tenang agar tdk menimbulkan akibat buruk karena menurut teman-teman ku jika kita terlihat tenang maka lawan kita cenderung ragu berniat jahat. Namun ternyata Ruly tdk berbuat apa-apa dan hanya berkata

“Ada yg bisa saya bantu?”
“Ehh . nggg . anu .. ini mobil sialan di parkir begini, mana susah lagi dorongnya” sahut ku agak canggung.
“Mari saya bantu, kamu pegang samping kanan ini yach” ujar

Ruly memberi aba-aba agar aku berada di belakang samping kanan panther sialan itu tepat di depan mobilku.

Tatkala aku sedang dalam posisi siap mendorong dari arah kiri, ku tengokan kepala ke arah kiri ternyata Ruly tdk berada pada posisi belakang mobil itu melainkan berada tepat di belakang ku dan tangannya secara cepat telah berada di atas tanganku dan jemarinya telah meremas jemari ku dengan lembut, mesra namun kuat.

“Ehhhh … apa-apaan nih Rul?” ujarku panik.

Namun Ruly dengan tenang dan lembut malah menghembuskan nafasnya di balik telingaku dan berbisik sesuatu yg tdk jelas (mungkin sejenis mantera) lalu menambahkan

“aku mencintai mu Mei Ling” ujarnya lembut.

Mendadak aku merasa lemas . namun aku masih sempat berucap

“Lepaskan aku Ruly, kamu. gila .” ujarku lemah. Tapi aku semakin tak berdaya melawan hembusan lembut di belakang telingaku dan kecupan mesranya di belakang leherku tepatnya di bulu-bulu halus di tengkuk ku. Nampaknya Ruly menggunakan sejenis pelet tingkat tinggi yg mampu membuatku tak berdaya dan hanya bisa pasrah menikmati tiap cumbuannya.

Makin lama cumbuan dari Ruly semakin hebat dan herannya aku yg biasanya sangat jijik kepadanya seperti terbangkitkan gairah birahiku, apalagi Ruly tdk hanya mencium pundak, tengkuk dan telingaku saja, namun tangannya telah mulai bermain mengusap-usap daerah terlarang milik-ku.

Yah tangan kiri Ruly telah mengeluarkan kemejaku dari balik celana jeans yg aku kenakan dan masuk ke balik celana ku menembus celana dalamku dan mengusap-usap dengan lembut bukit kemaluan ku. Aku hanya bisa mendesah lemah dan mulai merasakan rangsangan yg demikian kuat.

Mendadak Ruly menarikku dan membimbingku ke arah mobilku dan tangannya menarik pintu belakang sebelah kanan mobilku yg memang tdk sempat ku kunci. Lantas ia merebahkan aku di jok tengah Escudo milikku dan merebahkan sandarannya.

Kemudian ia mendorong tubuh ku ke dalam dan menekuk kaki ku hingga posisi kaki ku terlipat ke atas sehingga dengan mudahnya kemaluanku terkuak dan pahaku miring ke samping.

Lantas dengan Ruly menutup pintu mobilku dan mengambil kunci mobilku serta menguncinya dari dalam melalui central lock di pintu depan. Aku semakin tdk berdaya dengan usapannya di kemaluanku apalagi dia telah membuka kancing, gesper dan resleting celana jeansku dan tangannya telah menarik turun celana dalam ku.

Kemudian Ruly menarik dengan cepat celana jeansku hingga copot lalu menarik lagi celana dalam ku hingga terlepas. Aku selama itu hanya bisa pasrah lemas tdk tahu mengapa, mungkin akibat mantera miliknya yg begitu dahsyat. Mungkin juga karena diriku telah di landa birahi yg sangat hebat karena terus terang aku begitu mudah terangsang sehingga itupula sebabnya aku telah kehilangan keperawananku di tangan mantan kekasihku di awal masuk kuliah.

Namun di luar itu semua yg kurasakan adalah kenikmatan yg teramat sangat karena selanjutnya bukan lagi jemari Ruly yg bermain pada permukaan kemaluan serta clitoris dan juga pada daerah G-Spot milikku namun kini justru giliran lidahnya bermain-main di sana dengan kemahiran yg sangat luar biasa jauh daripada yg mampu dilakukan oleh mantan kekasihku.

Sehingga tanpa ku sadari aku justru mencengkram kepala Ruly dan menekannya ke arah kemaluanku agar rangsangan yg ku terima semakin kuat.

Namun rupanya Ruly bukan sembarangan pria jantan biasa, tampaknya ia begitu mahir atau justru tengah di kuasai oleh hawa nafsu iblis percabulan (ku dengar org-org pemilik ilmu hitam hawa nafsunya adalah murni hawa nafsu iblis) sehingga ia bukan saja memainkan lidahnya ke sekitar klitoris dan daerah gspot milikku namun juga mulutnya mampu menghisap dan lidahnya memilin-milin klitoris ku sehingga tanpa ku sadari aku semakin di amuk birahi dan memajukan kemaluanku sampai menempel ketat di wajahnya.

Dan sungguh mengejutkan bahwa kemudian dalam waktu yg tdk terlalu lama akupun mengalami orgasme utk pertama kalinya hanya dengan oral sex dari seorang pria, padahal mantan kekasihku hanya mampu membuatku orgasme setelah mengkombinasikan oral sex dengan persetubuhan (coitus).

Tak lama tubuhku pun mengejan kuat dan kurasakan memekku sangat basah dan aku serasa melayg di awang-awang dengan pahaku yg membekap erat wajah dan kepala milik Ruly.

Ruly diam sejenak, setelah dilihat expresi wajahku sudah normal kembali ia pun mulai bergoyang memaju-mundurkan senjatanya namun secara sedikit demi sedikit jadi tdk langsung amblas main tancap seperti yg dilakukan oleh mantan kekasihku.

Akupun mulai merasakan sedikit nyaman dengan ukuran “senjata” Ruly dan perlahan-lahan kembali terangsang dan dapat menikmatinya. Namun harus kuakui Ruly ternyata benar-benar seorang pria yg sangat gentle dan juga jantan, ia tdk saja begitu lembut “memperkosa”-ku namun juga sangat memperhatikan kenyamanan dan kepuasanku, bagaimana tdk jika dibandingkan pria-pria yg pernah tidur dengan ku Ruly seperti-nya sungguh mengerti keinginanku.

Ia tdk saja perlahan-lahan dan dengan penuh kelembutan memperkosa diriku namun juga aktif membantu merangsang diriku hingga aku benar-benar sangat terangsang sehingga walaupun ukuran kejantanannya menurutku sangat menyeramkan namun aku tdk merasa sakit dan dapat menikmatinya.

Seiring semakin terangsangnya diriku, Ruly pun perlahan-lahan mulai semakin dalam menancap-kan kemaluannya. Akupun semakin lama semakin horny dan semakin tdk kuat lagi menahan desakan kenikmatan yg makin memuncak dan semakin tdk tertahankan itu.

Hingga akhirnya merasa menyentuh awang-awang dan merasakan kenikmatan yg sungguh tdk pernah kualami sebelumnya dengan para kekasihku, tanpa sadar aku melenguh keras

“Ooooooooahhhhhhhhhh …Rulyyyyy..” dan akupun meremas kuat belakang kepalanya dan menjepit erat pinggangnya dengan kedua paha dan kaki sekuat-kuatnya dan juga mengangkat pinggulku hingga kemaluanku berhimpit kuat dengan kemaluannya dan yg masih ku ingat adalah saat itu diriku basah sekali dan nikmat sekali.

Basah baik pada lubang kemaluanku maupun sekujur tubuhku yg penuh oleh peluh keringatku maupun keringat dan cairan liur Ruly (ia sangat aktif menjilati sekujur tubuh ku baik leher hingga ke payudara ku).

Dan selanjutnya akupun terbaring lemas tak berdaya, namun Ruly tdk meneruskan perbuatannya walaupun ia belum mencapai orgasme, tapi justru beristirahat sambil menunggu diriku siap kembali sungguh ia laki-laki yg tahu diri tdk egois seperti pria-pria lainnya walaupun sebagai orang yg sedang memperkosaku ia sebenarnya punya “hak” berbuat sesukanya tapi ternyata bisa dibilang ia adalah “pemerkosa yg baik hati” yg pernah singgah dalam hidupku.

Selanjutnya Ruly memijat-mijat sekitar putting payudara ku, dan kemudian mulai menjilat serta menghisapnya, ransangan demi ransangan yg di berikan Ruly padaku kembali membangkitkan gairah sex ku dan terus terang saat itu aku sudah lupa kalau aku sesungguhnya sedang diperkosa dengan pelet oleh pria yg sama sekali tdk terbayang dalam kehidupanku.

Selanjutnya Ruly pun mencium dan mengulum lembut bibirku membuat diriku semakin terbuai oleh nafsu birahiku sendiri sehingga tanpa kusadari akupun membalas dengan penuh nafsu cium darinya. Keadaan tersebut semakin lama semakin tdk terkontrol lagi hingga aku merasa dari liang kewanitaanku mengalir cairan kewanitaanku yg semakin lama semakin basah.. Ruly pun tampaknya sangat paham kalau aku sudah sangat terangsang sehingga iapun mulai bergerak memacu tubuh dan kelaminnya untuk semakin bersatu dan bergelut dengan tubuh dan kelaminku.

Aku yg sudah dilanda birahi yg tinggi justru semakin memacu pinggulku mengikuti irama genjotan dari Ruly hingga akhirnya tdk tertahankan lagi dan akupun kembali dilanda gelombang orgasme demi orgasme yg beberapa saat kemudian menghantam sekujur tubuhku dan akupun hanya bisa memekik tertahan sebelum kemudian merasakan tubuh Ruly ikut mengejang bersamaan dengan tubuhku dan menikmati semburan hangat cairan kejantanan Ruly yg menyembur dengan sangat derasnya masuk ke dalam rahimku.

Saat itulah aku benar-benar merasa di awang-awang dan lupa segala-galanya. Sesudah itu yg kurasakan hanyalah rasa nikmat bercampur lemas yg membuatku benar-benar terbaring lemah tak berdaya dan membiarkan kejantan milik Ruly tetap tertancap dalam liang memekku.

Namun tampaknya Ruly tdk ingin berlama-lama menikmati moment-moment indah milik kami berdua, iapun meraih kotak tissue yg berada di bawah jok belakang dan kemudian mencabut senjata keperkasaannya dari cengkraman hangatnya liang kewanitaanku. Dan iapun segera mengelap kelaminnya yg basah oleh perpaduan cairan kemesraan milik kami berdua dan kemudian mengelap pula sekitar bibir memek ku hingga bersih dengan tissue-tissue tersebut.

Di sini aku baru sadar fungsi ganda membawa tissue di mobil, terus terang selama ini dengan mantan-mantan kekasihku aku hanya mengenal bersetubuh secara normal dan dilakukan di atas ranjang, baru kali ini lah aku merasakan nikmat persetubuhan di dalam mobil. Dengan di bantu olehnya akupun kembali mengenakan pakaianku secara lengkap. Begitupula dengan Ruly iapun segera mengenakan semua pakaiannya.

Lalu dengan rambut yg masih acak-acakan yg kusisir seadanya dengan menggunakan jari tangan, akupun segera pindah duduk ke bangku depan sebelah kiri mengikuti kemauan Ruly yg menyatakan ingin mengantar ku pulang. Sambil menunggu di dalam mobil akupun memperhatikan bahwa ternyata mobil panther yg menghalangi jalan keluar mobilku ternyata adalah milik Ruly dan ia dengan tenangnya memindahkan mobil tersebut dan memarkirkannya bersisian dengan mobil lain yg masih tersisa.

Namun herannya aku sama sekali tdk marah namun justru diam saja sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan dan rasa lemas akibat orgasme yg baru saja kualami. Kemudian Ruly mengantarkan aku pulang dengan membawa mobilku ke rumah orangtuaku di daerah elit Jakarta Utara. Kami dapat keluar dengan mulus dari parkiran kampus tanpa kecurigaan dari pihak keamanan kampus dan tanpa perlawanan sama sekali dari diriku.

Sesampainya di rumah orangtuaku akupun segera menekan remote pagar yg ada dalam tas laci mobil dan langsung masuk ke dalam garasi. Setiba di dalam aku justru menarik Ruly keluar dari dalam dan menciumnya dengan nafsu dan malah menyeretnya masuk ke dalam kamarku yg kebetulan tangga masuknya berada dekat dengan garasi.

Sampai di dalam kamar akupun dengan ganas mencumbu dan mencium Ruly seolah-olah dia adalah kekasihku, tampaknya pelet milik Ruly benar-benar ampuh hingga aku dibuat kehilangan akal sehat, untungnya orangtuaku bersama adik-adikku sedang berlibur ke hongkong sehingga praktis tdk ada yg memergoki perbuatan kami, apalagi kamar pembantu terletak jauh di tingkat belakang.

Selanjutnya kamipun kembali mengulangi perbuatan di parkiran tadi yg menurutku belum benar-benar tuntas terutama karena aku betul-betul ketagihan oleh keperkasaan Ruly yg benar-benar luar biasa. Dan malam itu kami bersetubuh sampai kurang lebih enam kali yg baru berakhir menjelang subuh. Aku sendiri sampai heran bagaimana mungkin aku bisa sejalang itu, apalagi mengingat biasanya dengan mantan kekasihku paling banyak kami hanya bersetubuh tiga kali dalam semalaman.

Begitupula menjelang siang saat kami berdua terbangun karena rasa penat, kami pun segera pergi ke kamar mandi milikku yg terletak bersebelahan dengan kamarku dan memiliki pintu tembus ke kamarku sehingga kami berdua dapat keluar masuk kamar mandi dalam keadaan bugil tanpa diketahui oleh siapapun. Dan dalam acara mandi bersama itu kamipun kembali mengulangi perbuatan semalam sambil di sertai siraman air hangat dari shower di kamar mandiku.

Menjelang jam 2 siang Ruly baru pamit dari rumahku yg mana sebelumnya sudah kuajak makan bersama dengan makan makanan pesanan dari sebuah rumah makan di dekat rumahku. Akupun kembali ke kamar dan tertidur pulas hingga sore harinya.

Malamnya Ruly menelefon dan meminta maaf atas kejadian kemarin, dan gilanya beberapa menit kemudian ia telah berada di depan rumahku setelah menelepon dari telefon umum di taman kompleks dekat rumahku, mau tdk mau akupun turun menghadapinya. Konyolnya justru ia kemudian menyatakan cintanya dan memintaku untuk menjadi kekasihnya, yg juga dengan konyolnya tanpa sempat kusadari justru ku balas dengan anggukan kepala. Dan sejak malam itu kamipun resmi menjadi sepasang kekasih.

Hingga kini kamipun tetap bersama, bahkan kedua orangtua ku pun tdk dapat mencegah hubungan kami berdua, dan malah kami akhirnya menikah. Terus terang aku bangga menjadi istri Ruly, bukan hanya karena keperkasaannya namun juga karena sikapnya yg memanjakanku sebagai seorang wanita dan tdk pernah bersikap egois.

Walaupun banyak anggota keluargaku terutama dari keluarga besar yg tdk menyetujui pernikahanku dengan pria pribumi tersebut, namun aku justru bangga dan sangat senang dapat memperoleh keturunan dari pria sebuas dan seperkasa Ruly. Justru malah berjalan bersamanya aku merasa lebih aman dan nyaman. Dan aku bangga menjadi istrinya. Cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa terbaru 2016

The post Cerita Sex Ruly Ku Sayang appeared first on Doyanbokep.


Cerita Sex Di Aula Sekolah

$
0
0

doyanbokep.com – web dewasa yangg berisikan cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa – Hari itu setelah 1 jam bubar jam belajar aku sengaja mengunjungi SMU lagi, dan SMU ini tempat dulu aku sekolah itu 1 tahun yg lalu, aku alumni salah satu SMU swasta favorit di Jakarta. Sebagai alumni di SMU tersebut, nama aku Janu masih sering ikut membina kegiatan ekstra kulikuler yg ada, di antaranya melatih Volley, putsal dan Bulutangkis.

cerita sex perawanCerita Sex Di Aula Sekolah

Kesempatan ini juga aku gunakan sebagai kesempatan untuk mengunjungi adek-adek kelasku yg cantik-cantik menggemaskan dan ingin memiliki salah satu diantara mereka. – cerita sex terbaru – Sebagai kakak kelas kadang kala membuat usahaku untuk mendekati mereka tidaklah sulit. Salah satu adik kelas yg dekat dengan aku adalah Amelia Berparas biasa saja, berkulit sawo matang, pintar dan mempunyai body yg proposional dan lagi segar-segarnya ( jika di ibaratkan sayuran).

Alasannya, dia selain selalu mengikuti kegiatan keilmuan dibidang bahasa Inggris. Mel.., aktif juga di dalam kegiatan Paskibraka dan Cheersleaders. Hubunganku dengan Amelia (aku sering panggil dia engan nama kecilnya yaitu Mel) sudah berjalan 3 bulan. Hubungan sexku ketika itu masih terbatas ciuman-ciuman kecil saja.

Hari itu adalah hari Rabu, di mana aku sengaja menyempatkan diri untuk bermain futsal. dan Amelia sedang mengikuti latihan cheers pada waktu yg sama di lantai dasar.

“Hai, kak Janu … mau main putsal yah di atas? ” tanya Amelia ketika berpapasan dengan nku .
“Hai, Mel… Iya nih lagi mau main ke atas. Kamu lagi latihan? ” tanyaku balik.
“Iya, kak. Tapi Amelia haus mau beli minum dulu di depan.”
“Oke, sampai jam berapa latihannya, Mel.. ?”
“Jam 4 juga sudah selesai, Kak”
“Baiklah. jika sempat nanti mainlah ke atas.”
“Beres oke deh…. jawab Ameliaku, kebetulan aku minta dijemput pak Mahmud agak lama kak. Biar kita bisa berduaan lebih lama….” Seeerrr mendengar kalimat Amelia membuat pikiran ku sekilas membayangkan apa yg akan terjadi nanti.

Sekitar jam 4 sore, pintu aula lantai atas terbuka dan muncullah Amelia dengan mengenakan kaus gombrang dan celana hotpanst yg membuat cetakan lembah di antara kedua pahanya terlihat samar-samar namun terlihat sangat jelas gundukan daging nikmatnya itu lho bikin konak.

“Lho, kak…mana yg lain? Kok kak Janu sendirian?”, tanya Amelia mellihatku sedang bermain shadow dengan tembok.
“Iya, yg lain baru aja pulang.” ( berbohong padahal sudah sendiri dari 20 menit yg lalu ) Sahutku sambil menghampiri Amelia dan mengecup bibirnya.
“Ahhhhh, kak….jangan begitu nanti kalo ada yg masuk bisa repot.” Desah Amelia ketika ku kecup bibirnya. “Hehehehe…. ngak mungkin ada yg ke sini Mel…”
“Kamu mau menemani kakak bermain? ”

“Boleh, Kak…” Lalu setelah 10 menit kami bermain terlihat Amelia memberikan tanda untuk menghentikan permainan.
“Kak, udah dulu ya… Amelia capek.” Lalu kamipun duduk di pinggir lapangan. dan Amelia tiduran di atas pahaku (telinganya sampai menyentuh penisku).
“Capek, Mel..?”
“Iya, kak. Tadi soalnya lumayan latihannya. dan tadi waktu Amelia jadi base sempat terjatuh.”
“Nih, lihat memarkan lutut Amelia ‘, kata Amelia sambil menunjukkan lututnya yg memang seperti lebam.

“Duh, kamu, hati-hati donk Mel..”
“Tuh liat sampai lebam gitu lutut kamu.”
“Sakit? ” tanyaku sambil memegang dan mengelus-ngelus lututnya.
“Nga, kak…Geli iya…” jawabnya sambil tertawa kecil.

Melihat Amelia tertawa membuatku gemas dan langsung saja ku cium bibir mungilnya.

“Kak…..Kak Amelia takut ada yg datang”
“Tenang” ku bangunkan Amelia sebentar dan “Klek…” suara pintu aula ku kunci dan kemudian ku matikan lampu aula tersebut.
“Sini, sayang mana tadi yg lebam? Kakak lilat lagi..” Tak lama segera kurangkul Amelia dan ku kecup lembut bibirnya.
“Makanya lain kali hati-hati yah sayang….”
“Iya kak….” Lalu kamipun kembali bercumbu kembali.

Semakin lama cumbuan kami semakin panas dan membara. dengan adrenalin yg keluar sehabis kami berolahrga membuat suasana di dalam aula menjadi panas. ku berani kan diri untuk mencumbu Amelia lebih jauh lagi.

Ciumanku turun menyusuri leher jenjang Amelia

“Oh…. kak….” Amelia membalas cumbuanku dengan desahan dan tangan yg semakin erat dileherku .

Melihat sambutan yg mendukung, tanganku mulai berani bergerilya. Tangan kiriku tetap menopang badan Amelia sedangkan tangan kanan mulai menuruni dadanya. Terasa sangat kenyal sekali payudara Amelia di tanganku yg merabanya dari lluar kaosnya….

“Ouuughh, kak Janu ….” Segera ku kulum lagi bibir Amelia untuk menghentikan desahannya. dan tanganku meremas pantatnya yg begitu kenyal….. Segera ku tarik Amelia ke dalam Ruang ganti.

Hasratku untuk berbuat lebih jauh semakin tak tertahan. Segera ku rebahkan Amelia ke atas meja yg ada di ruang ganti tersebut. Kembali kami berciuman dengan liarnya.

Tanganku tak tinggal diam. ku singkapkan dan ku lepas kaos yg dikenakan oleh Amelia ku remas remas dengan lembut kedua bukitnya dibalik Bra model sport yg dikenakannya.

“Oh….Kak…” Amelia pun semakin liar dengan remasan2 lembut yg ku berikan.

Tangannya tak tinggal diam melepaskan kaos yg ku kenakan yg semakin basah oleh keringat nafsu. ku tanggalkan Bra yg melekat, 36 B sempat ku lirik dari kaitan bra yg ku tanggalkan, dan ku dudukan Amelia di meja. Ciumanku bergerilya menuruni lehernya yg jenjang dan turun menuju kedua bukit kembar yg begitu menggoda. ku elus lembut dan kemudian ku jatuhkan ciumanku di bukit sebelah kirinya. Kekecup dan kemudian ku sedot kecil…

“Awww, kak….oughhh” pekik Amelia sebagai reaksi atas aksi yg ku berikan kepadanya.

Melihat reaksi demikian membuatku mengekplorasi lebih lanjut. ku remass-remas dada Amelia sebalah kanan. dan pentil yg kecil ku pilin-pilin lembut. Amelia pun semakin liar dan lenguhan2nya membuat adrenalinku semakin kencang mengalir.

Membuatku gemas. ku tarik lembut pentil membuat Amelia berpekik…

”Awww, kak…sakit…” Tak ku hiraukan pekikan Amelia Tanganku segera menarik lepas celana hotpans yg melekat.

Di bagian tengan celana dalam Amelia yg bermodel mini tercetak sebuah pulau kecil. Mungkin akibat cairan yg keluar, tanda Amelia sudah terangsang sekali. ku elus-elus bagian tengan celana dalam nya membuat Amelia semakin menjerit….

”Ouchhh, kak…Ochhh…” ku selipkan jariku kedalam celana dalam nya, dan ku mainkan jari-jariku di atas klito Mel..nya….
”Ochh kak….terus kak….geli….” Merasa terganggu dengan celana dalamnya, segera ku lepas dan ku buang ke lantai.

Setelah celana itu terlepas, ku buka celana pendek dan celana dalam ku . Segera aku berlutut. Mengamati dan mengelus-ngelus kemaluan Amelia dengan lembut. Semakin cepet elusan yg ku berikan membuat Amelia semakin melenguh dengan keras…

”Ochh,kak…..Ouchhh” ku kecup memeknya itu…Hmmmm wangi khas memeknya yg ketika itu aneh bagiku namun memberikan sensasi lain… ku berani kan lidahku untuk bermain di memeknya Amelia …ku sapu permukaannya atas dan bawah…. “Kak, Janu temanku …ouchh….terus kak….”
“Kak, ah….. ” Seiring desahan yg keluar…memek Amelia mengeluarkan cairan…ku jilat dan ku hisap seakan tdk ingin membiarkan cairan itu keluar begitu saja…

Akibat dari hisapanku Amelia berteriak

” Ah….Ah…Ah…Kakkkk!! Amelia mau pipis Kakkk…..Ahhhh” Melihat ini segera ku masukan jariku dan ku kocok didalamnya semakin lama semakin cepat disertai dengan jilatan-jilatan lidahku ….akhirnya

“Arrrgggggghhhhh Kakkkkkkkk…” body Amelia mengejang hebat…. ku biarkan Amelia menikmati Orgasmenya.

Orgasme yg mungkin pertama baginya. ketika membuka matanya Amelia berkata

” Kak, oh…..nikmat sekali..” ku kecup bibirnya dan kemudian ku bisikkan
” Amelia I Love U So Much…”
“ Love U So Much To….”

Kembali kami berpagutan dengan mesra. ku bimbing tangan Amelia untuk meraba kemaluanku yg berdiri tegak. ku berikan contoh untuk mengocok kemaluanku yg berukuran 19 cm diameter 4,5 cm…Kocokan tangan Amelia yg mungil dan lembut membuatku berdesi

“Oh….ya Amelia …Oh…Enak sayang”. ku mainkan kembali kemaluan Amelia yg masih basah….ku pilin-pilin clito Mel..nya…
”Oucchhhh Kak….Gatel lagi kak….” Segera ku posisikan diriku diantara kedua kakinya. dengan isyarat ku mohon izin darinya.

Tak ada kata terucap…hanya anggukan kecil. ku posisikan kemaluanku tepat di depan kemaluannya…ku gosok-gosok kecil dan berputar memainkan klito Mel..nya…membuat Amelia tak tahan dan merebahkan badannya di meja sambil meremas-remas bukitnya… Setelah ku rasa pas..dan kemaluan Amelia kembali basah oleh lendir kenikmatannya..ku tekan kepala kemaluanku menyeruak membuka jalan di dalam kemaluan Amelia …..

”Ahhh…. kaakkk….Sakittt!!!” pekik Amelia saar kepala kemaluanku berhasil menerobos masuk.

Kubelai rambutnya dan ku pagut bibirnya untuk menenangkan Amelia ….Setelah ku rasa kemaluannya mulai beradaptasi dengan adanya benda asing d dalamnya ku tekan dan ku keluarkan masukan kemaluanku pelan-pelan…sampai akhirnya

“Crreeeetttzzz…..” kemaluanku seperti menyobek sesuatu dan “Blessss!!!” masuklah seluruh kemaluanku di dalam memeknya “Amelia kakkkkkk……Awwww!!!” Jeritan Amelia dan ku lihat tetes air mata di ujung matanya Oh…. memeknya yg sempit dan peret…mencengkeran kemaluan begitu erat..ku remas-remas payudara Amelia dan ku cumbu bibirnya untuk menenangkannya.

Setelah ku lihat Amelia lebih tenang…ku ayun perlahan-lahan kemaluanku …… Amelia pun mulai menikmati ayunanku . ku coba dengan ayunan 9 kecil 1 dalam. Satu….Dua….Tiga….Empat….Lima….Enam….Tu juh…Delapan…Sembilan….Seeeeepuluh……Saat hitungan kesepuluh ku benamkan semua kemaluanku menyeruak ke dalam memeknya Amelia ….

”Ohhhhhh…..kakkkkk…..”. ku ulangi lagi….Satu….dua…..Tiga…Empat..Lima…Enam. …Tujuh…Delapan…Seeeemmmmbiilllaannn….Seepp pppulluhhhhh….ku ulangi…. dengan tekanan pada ayunan kesembilan dan kesepuluh
” Ohhh….kakk…….Enakkkk…kakak…..Terus Kakk….!!!” Desah Amelia …. ku ulangi lagi dengan kombinasi sama…dan pada ayunan yg keempat Amelia berteriak
“Kakkkkk ayo Kakkk Amelia Mau keluar lagiiii…..” Ayunan ke enam ketika baru saja ku benamkan kemaluanku dihitungan keempat….. Amelia menjerit
” Ahhhhhh……ahhhhh………..Kakkkkk……”dan body Amelia kejang-kejang dan digigitnya tanganku
“Ahhhhh…” ku biarkan kemaluanku masih berada di dalam kemaluannya…. ketika Amelia mulai menguasai diri, ku minta iya untuk membelakangiku dengan posisi nungging dan bertumpu di meja.

Melihat posenya membuatku gemas…ku kecup memeknya dan ku berikan tepukan ringan pada bongkahan pantaddnya….. Segera kemudian ku tancapakan kembali kemaluanku ke dalam memeknya.

Posisi ini membuat kemaluanku semakin dalam masuk ke dalam memeknya

“OHHHH Kakkkk…..” tusukan pertama dengan posisie doggie membuat Amelia melenguh. ku ayun dan ku pompa kemaluannya.
“Cleppp….Cleppp….Clepppp” Suara kemaluan kami beradu diiringi dengan suara beceknya memeknya Amelia oleh cairan yg keluar dari kemaluan Amelia …. ku pompa dan semakin lama ku tingkatkan tempo dan Rpm kocokan pada kemaluannya membuat Amelia tak tahan
“Kakkkk Ouuchhh….Ouch…” “Ouch….Kakkk Mel..iti Mau Keluar lagi…”
“OOuuuchhh….Ahhh….Iya Sayang….Kakak juga sebentar lagi keluar, kita bareng yah sayang…” ku kecup bibirnya dari belakang sambil ku remas bukit kembarnya. Kembali ku genjot Amelia dengan cepat….

“ochhh….oh….Kak…..”
“Ayo sayng….Ohhh…..Ohh….”
“Oh….Kak…. Amelia Luv U kak Janu temanku ”
“Iii…Luv…U….Tooo Amelia …”
“Crrrreeeettttsss…..Creeeets….Creeeetsss….. Cretsss…Creeeetsss” semburan Sperma aku didalam rahimnya mengiringi orgasmeku
“Ochhh..oH….kAKK..kAkkkkkkkkkk” Jerit Amelia menjemput orgasmenya kembali…

Setelah kami mencapai orgasme kami bersama, ku rebahkan badanku di atas body sexy bugil Amelia Sambil memejamkan mata menikmati orgasme bersama yg baru kami reguk. ku biarkan kemaluanku tetap berada didalam kemaluan Amelia yg serasa menjepit dan mengurut2. “Plooopp…” Suara kemaluanku yg mengecil dan keluar dari sangkar emas Amelia ku buka Mata. dan ku kecup kening Amelia sambil mengucapkan..

”Makasih ya Sayang….” Amelia hanya tersenyum.

Segera kami memakai kaus kami kembali dan di lantai lulihat ceceran sperma bercampur dengan darah perawan Amelia

“Kak…Jangan tinggalin Amelia .”
” Amelia takut kehilangan kakak ” Demikian kata-kata terakhir yg ku ingat membayangkan kejadian tahun lalu.

Lulus SMU Mel..ty melanjutkan pendidikannya di Australia dan aku malah dengan pekerjaanku . Membuat kami memutuskan untuk mengambil jalan masing-masing. Cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa

The post Cerita Sex Di Aula Sekolah appeared first on Doyanbokep.

Cerita Dewasa Terapi Sex Wanita Yang Kesepian

$
0
0

doyanbokep.com –  web dewasa yangg berisikan cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa – Saya mengenal Septi pertama kali pada tahun 2013, lewat sosial media berlanjut dengan sering BBM-an . Mulanya kami ngobrol biasa-biasasaja ( kenalan, bercanda,puisi, pantun dan tebak- tebakan, dll ). Menginjak minggu ke dua, tdk di sangka dia menanggapi secara antusias setiap obrolan saya yg sering menjurus / tema pembicaraannya sering tentang sexs.

cerita anal sexCerita Dewasa Terapi Sex Wanita Yang Kesepian

Waktu itu sebenarnya saya masih ragu apakah Septi ini betul-betul perempuan atau cuma lelaki iseng yg menyamar sebagai wanita . Maklumlah, selama ini kami berkomunikasi hanya secara tulisan, bukan lisan. Keragu-raguan itu akhirnya musnah setelah kami melakukan ” COPDAR = (copy darat)” di sebuah Plaza Mertopolitan.

Dan Ternyata dia seorang cewek muda pas dengan selera ku saat itu. Tdk begitu cantik tapi tdk juga jelek. Sedang-sedang sajalah. Yg istimewa darinya adalah bentuk body yg montok dan buah dadanya yg besar di atas rata-rata buah dada cewek Indonesia. Setelah berbicara beberapa ketika , dia mengajakku ke rumahnya di daerah Pondok Gede .

Dari situ saya mengetahui bahwa Septi sebenarnya adalah seorang ibu rumah tangga. Suaminya sekarang sedang bekerja di sebuah kontraktor besar. Setelah masuk ke ruang tamu, Septi mempersilakan saya menunggu sementara dia membuatkan es jeruk untukku .

Agak lama Aku menunggu sampai akhirnya saya melihat Septi keluar membawa segelas es jeruk. Pakaian kerjanya telah ia ganti menjadi baju tidur tipis. Darah saya langsung berdesir melihat puting susunya yg menyembul karena ia melepaskan kutangnya .

Setelah saya minum beberapa teguk, tdk saya sangka Septi langsung memeluk dan menciumi saya dengan sangat bernafsu. Lidahnya menjalar di dalam rongga mulut saya. Tangannya memasuki kemeja saya lalu mengelus-elus dada saya.

Kemudian tangannya mulai bergerak turun, menuju ritsleting celana luar saya lalu membukanya. Jari-jarinya menyeruak masuk ke celana dalam dan meraba bulu- bulu keriting sebelum akhirnya sampai pada rudal saya yg sudah membesar. Nikmat sekali rasanya. Tangannya meremas- remas rudal dan sesekali meremas pula kantong pelir. Saya menyambutnya dengan memasukkan jari saya ke dalam baju tidur nya.

Payudaranya yg sangat besar ku remas dengan sangat bernafsu. Tangan satu lagi saya masukkan ke dalam celana dalam nya. Dari situ saya masukkan jari tengah saya ke dalam lobang vaginanya yg sudah basah. Dia mengerang ketika jari-jari tangan saya mengorek-ngorek dinding vaginanya Tdk puas dengan satu jari, saya masukkan lagi jari telunjuk saya hingga sekarang dua jari masuk ke dalam vaginanya Jari manis dan jempol saya gunakan untuk mencubit- cubit kelentitnya yg besar dan keras.

Dia merintih manja. Di ketika – ketika hot seperti itu tiba-tiba dia melepaskan pelukannya.

” Di dalam saja yuk, ” pintanya sambil menarik tanganku . aku menurut lalu meng ikut inya menuju kamar tidur.

Di sana dia mulai melepaskan seluruh pakaiannya, begitu pula saya hingga kami sekarang dalam keadaan telanjang bulat.

“Ikat saya pakai ini,” katanya sambil memberikan ke padaku beberapa utas tali. Saya terdiam keheranan.
” Ayo, jangan ragu-ragu. Siksa dan sakiti aku sepuas hatimu.” Tapi …,” tanyaku .
“Jangan takut “ , Septi menikmatinya kok.
“Ayo cepat … Tunggu apa lagi?”
“Oke,” sahut saya. Memang inilah yg paling saya senangi.

Bergegas saya mengambil segumpal kain lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Setelah itu mulutnya saya ikat kuat hingga tak mungkin dia dapat berteriak. Kalaupun berteriak, suaranya tdk akan terdengar karena sangat lirih teredam kain tebal.

Setelah itu kedua tangan dan kedua kakinya saya ikat ke masing- masing sudut tempat tidur. Sekarang bodynya sudah benar- benar tdk berkutik. Posisinya terlentang seperti patung pembebasan Irian Barat. Siksaan dimulai. Buah dadanya yg sangat besar saya tarik kuat- kuat lalu pangkalnya saya ikat hingga sekarang bentuk buah dadanya seperti balon.

Demikian pula dengan buah dadanya yg satu lagi. Dia menjerit se kuat – kuat nya. Saya dapat melihat buah dadanya yg putih dan montok sekarang berubah kemerah-merahan. Pembuluh darahnya membesar sebab darah tdk dapat mengalir lancar. Benar-benar mengerikan bentuknya. Saya ambil dua utas karet gelang. Karet gelang itu saya pilin berkali-kali sampai kecil lalu saya ikatkan ke puting susunya.

Septi menjerit sekuat-kuatnya . bodynya mengejang merasakan sakit yg tiada tara. Saya lari ke belakang, ke tempat jemuran. Di sana saya mengambil beberapa penjepit jemuran. Sampai di kamar ternyata Septi sudah mulai agak tenang. Tanpa buang waktu, saya jepit kedua puting susunya. Dia menjerit sangat keras. bodynya kembali meronta-ronta. Tapi ikatan pada bodynya terlalu kuat hingga dia tdk dapat berku tik. Penjepit berikutnya hendak saya pasang di kelentitnya. Tapi dia meronta. Mulutnya berusaha mengatakan sesuatu tapi kain yg membungkam mulutnya membuat kata-katanya tdk terdengar jelas bagiku .

Ketika saya hendak menjepitkan penjepit itu ke klitorisnya, dia menggoyang-geol-geol dan hentakan nikmatpinggulnya agar usaha saya gagal. Tapi saya tdk menyerah begitu saja, perutnya saya duduki lalu secepat kilat penjepit itu sudah menancap erat di klitorisnya. Septi menjerit sangat kuat . bodynya mengejang dan meronta-ronta menahan sakit yg teramat sangat.

Mukanya memerah dan dari matanya saya melihat tetesan air mata. Saya tinggalkan bodynya yg menggelepar-gelepar kesakitan. Saya masuk ke ruang makan. Di dalam lemari es (kotak dingin) saya menemukan sebuah pare putih ( Momordica charantia, bentuknya seperti mentimun, berasa agak pahit dan biasanya dijual tukang siomay bersama tahu, kentang, dan koll ) sangat besar. Pare ini kemudian saya pakai untuk mengocok lubang vaginanya dengan sangat cepat dan kasar. Septi menggelepar-gelepar ketika pare yg sepanjang permukaannya berbintil- bintil sebesar biji jangung itu keluar masuk lubang vaginanya Pare yg semula kering sekarang penuh dilumuri lendir putih, licin, dan berbau khas.

Sebagian lendir lain yg berubah menjadi busa karena dikocok, meleleh keluar vaginanya menuju anus. Septi sepertinya menikmati perlakuan ini. Bibir vaginanya membesar dan merekah. Setelah sepuluh menit, saya lihat body Septi mengejang. Kakinya menendang-nendang. Pinggulnya terangkat ke atas. Mulutnya berteriak keras. Saya kira dia mengalami orgasme hebat. Setelah bodynya mulai tenang, saya lepas ikatan pada kedua kakinya. Kaki itu kemudian saya angkat ke atas kepalanya hingga lututnya meraba buah dadanya lalu saya ikat kembali. Saya masukkan rudal ke dalam lubang vaginanya yg menganga lebar.

Sampai di sini tdk ada masalah baginya. Bahkan sepertinya Septi sangat menikmati. Setelah tiga kali dorongan, saya cabut rudal ku yg sekarang sudah penuh dengan lendir licin. Dengan cepat saya tusukkan rudal saya ke dalam lubang duburnya. Sempit dan sulit sekali. rudal saya sampai bengkok. Septi berteriak hendak mengatakan “jangan”. Kepalanya menggeleng- geleng. Saya tdk peduli. Pada usaha berikutnya ketika rudal saya benar- benar keras, lubang anusnya berhasil saya tembus hingga dalam. Septi menjerit. Setelah masuk seluruhnya, saya kocokkan rudal saya keluar masuk dengan sangat cepat.

Septi kembali berteriak kesakitan. Kakinya menendang- nendang tapi percuma saja, karena rudal saya tdk mungkin dapat lepas. Sekitar 4 menit kemudian saya merasakan ej aku lasi telah hampir sampai. Saya ambil bantal lalu saya tutupkan ke muka Septi hingga Septi tdk dapat bernafas. ketika itulah saya mempercepat gerakan rudal saya maju mundur.

10 detik kemudian rudal saya benar- benar menegang, memuntahkan sperma banyak sekali ke dalam anusnya. Ah, nikmat sekali. Saya menikmati peristiwa itu selama belasan detik sampai kemudian saya sadar bahwa rontaan Septi semakin melemah. Cepat-cepat saya angkat bantal yg menutupi mukanya. Septi tersengal- sengal sambil diselingi batuk-batuk. Hampir saja dia mati tercekik.

Setelah puas, saya mulai melepas semua ikatannya lalu saya bertanya, apakah ia menikmati perlakuan saya ini? Dia mengangguk kemudian memeluk saya erat-erat. Bibirnya menciumi seluruh muka saya tak henti-hentinya.
Saya mengenal Septi pertama kali pada tahun 2013, lewat sosial media berlanjut dengan sering BBM-an . Mulanya kami ngobrol biasa-biasasaja ( kenalan, bercanda,puisi, pantun dan tebak- tebakan, dll ). Menginjak minggu ke dua, tdk di sangka dia menanggapi secara antusias setiap obrolan saya yg sering menjurus / tema pembicaraannya sering tentang sexs.

Waktu itu sebenarnya saya masih ragu apakah Septi ini betul-betul perempuan atau cuma lelaki iseng yg menyamar sebagai wanita . Maklumlah, selama ini kami berkomunikasi hanya secara tulisan, bukan lisan. Keragu-raguan itu akhirnya musnah setelah kami melakukan ” COPDAR = (copy darat)” di sebuah Plaza Mertopolitan.

Dan Ternyata dia seorang cewek muda pas dengan selera ku saat itu. Tdk begitu cantik tapi tdk juga jelek. Sedang-sedang sajalah. Yg istimewa darinya adalah bentuk body yg montok dan buah dadanya yg besar di atas rata-rata buah dada cewek Indonesia. Setelah berbicara beberapa ketika , dia mengajakku ke rumahnya di daerah Pondok Gede .

Dari situ saya mengetahui bahwa Septi sebenarnya adalah seorang ibu rumah tangga. Suaminya sekarang sedang bekerja di sebuah kontraktor besar. Setelah masuk ke ruang tamu, Septi mempersilakan saya menunggu sementara dia membuatkan es jeruk untukku .

Agak lama Aku menunggu sampai akhirnya saya melihat Septi keluar membawa segelas es jeruk. Pakaian kerjanya telah ia ganti menjadi baju tidur tipis. Darah saya langsung berdesir melihat puting susunya yg menyembul karena ia melepaskan kutangnya .

Setelah saya minum beberapa teguk, tdk saya sangka Septi langsung memeluk dan menciumi saya dengan sangat bernafsu. Lidahnya menjalar di dalam rongga mulut saya. Tangannya memasuki kemeja saya lalu mengelus-elus dada saya.

Kemudian tangannya mulai bergerak turun, menuju ritsleting celana luar saya lalu membukanya. Jari-jarinya menyeruak masuk ke celana dalam dan meraba bulu- bulu keriting sebelum akhirnya sampai pada rudal saya yg sudah membesar. Nikmat sekali rasanya. Tangannya meremas- remas rudal dan sesekali meremas pula kantong pelir. Saya menyambutnya dengan memasukkan jari saya ke dalam baju tidur nya.

Buah dadanya yg sangat besar ku remas dengan sangat bernafsu. Tangan satu lagi saya masukkan ke dalam celana dalam nya. Dari situ saya masukkan jari tengah saya ke dalam lobang vaginanya yg sudah basah. Dia mengerang ketika jari-jari tangan saya mengorek-ngorek dinding vaginanya Tdk puas dengan satu jari, saya masukkan lagi jari telunjuk saya hingga sekarang dua jari masuk ke dalam vaginanya Jari manis dan jempol saya gunakan untuk mencubit- cubit kelentitnya yg besar dan keras.

Dia merintih manja. Di ketika – ketika hot seperti itu tiba-tiba dia melepaskan pelukannya.

” Di dalam saja yuk, ” pintanya sambil menarik tanganku . aku menurut lalu meng ikut inya menuju kamar tidur.

Di sana dia mulai melepaskan seluruh pakaiannya, begitu pula saya hingga kami sekarang dalam keadaan telanjang bulat.

“Ikat saya pakai ini,” katanya sambil memberikan ke padaku beberapa utas tali. Saya terdiam keheranan.
” Ayo, jangan ragu-ragu. Siksa dan sakiti aku sepuas hatimu.” Tapi …,” tanyaku .
“Jangan takut “ , Septi menikmatinya kok.
“Ayo cepat … Tunggu apa lagi?”
“Oke,” sahut saya. Memang inilah yg paling saya senangi.

Bergegas saya mengambil segumpal kain lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Setelah itu mulutnya saya ikat kuat hingga tak mungkin dia dapat berteriak. Kalaupun berteriak, suaranya tdk akan terdengar karena sangat lirih teredam kain tebal.

Setelah itu kedua tangan dan kedua kakinya saya ikat ke masing- masing sudut tempat tidur. Sekarang bodynya sudah benar- benar tdk berkutik. Posisinya terlentang seperti patung pembebasan Irian Barat. Siksaan dimulai. Buah dadanya yg sangat besar saya tarik kuat- kuat lalu pangkalnya saya ikat hingga sekarang bentuk buah dadanya seperti balon.

Demikian pula dengan buah dadanya yg satu lagi. Dia menjerit se kuat – kuat nya. Saya dapat melihat buah dadanya yg putih dan montok sekarang berubah kemerah-merahan. Pembuluh darahnya membesar sebab darah tdk dapat mengalir lancar. Benar-benar mengerikan bentuknya. Saya ambil dua utas karet gelang. Karet gelang itu saya pilin berkali-kali sampai kecil lalu saya ikatkan ke puting susunya.

Septi menjerit sekuat-kuatnya . bodynya mengejang merasakan sakit yg tiada tara. Saya lari ke belakang, ke tempat jemuran. Di sana saya mengambil beberapa penjepit jemuran. Sampai di kamar ternyata Septi sudah mulai agak tenang. Tanpa buang waktu, saya jepit kedua puting susunya. Dia menjerit sangat keras. bodynya kembali meronta-ronta. Tapi ikatan pada bodynya terlalu kuat hingga dia tdk dapat berku tik. Penjepit berikutnya hendak saya pasang di kelentitnya. Tapi dia meronta. Mulutnya berusaha mengatakan sesuatu tapi kain yg membungkam mulutnya membuat kata-katanya tdk terdengar jelas bagiku .

Ketika saya hendak menjepitkan penjepit itu ke klitorisnya, dia menggoyang-geol-geol dan hentakan nikmatpinggulnya agar usaha saya gagal. Tapi saya tdk menyerah begitu saja, perutnya saya duduki lalu secepat kilat penjepit itu sudah menancap erat di klitorisnya. Septi menjerit sangat kuat . bodynya mengejang dan meronta-ronta menahan sakit yg teramat sangat.

Mukanya memerah dan dari matanya saya melihat tetesan air mata. Saya tinggalkan bodynya yg menggelepar-gelepar kesakitan. Saya masuk ke ruang makan. Di dalam lemari es (kotak dingin) saya menemukan sebuah pare putih ( Momordica charantia, bentuknya seperti mentimun, berasa agak pahit dan biasanya dijual tukang siomay bersama tahu, kentang, dan koll ) sangat besar. Pare ini kemudian saya pakai untuk mengocok lubang vaginanya dengan sangat cepat dan kasar. Septi menggelepar-gelepar ketika pare yg sepanjang permukaannya berbintil- bintil sebesar biji jangung itu keluar masuk lubang vaginanya Pare yg semula kering sekarang penuh dilumuri lendir putih, licin, dan berbau khas.

Sebagian lendir lain yg berubah menjadi busa karena dikocok, meleleh keluar vaginanya menuju anus. Septi sepertinya menikmati perlakuan ini. Bibir vaginanya membesar dan merekah. Setelah sepuluh menit, saya lihat body Septi mengejang. Kakinya menendang-nendang. Pinggulnya terangkat ke atas. Mulutnya berteriak keras. Saya kira dia mengalami orgasme hebat. Setelah bodynya mulai tenang, saya lepas ikatan pada kedua kakinya. Kaki itu kemudian saya angkat ke atas kepalanya hingga lututnya meraba buah dadanya lalu saya ikat kembali. Saya masukkan rudal ke dalam lubang vaginanya yg menganga lebar.

Sampai di sini tdk ada masalah baginya. Bahkan sepertinya Septi sangat menikmati. Setelah tiga kali dorongan, saya cabut rudal ku yg sekarang sudah penuh dengan lendir licin. Dengan cepat saya tusukkan rudal saya ke dalam lubang duburnya. Sempit dan sulit sekali. rudal saya sampai bengkok. Septi berteriak hendak mengatakan “jangan”. Kepalanya menggeleng- geleng. Saya tdk peduli. Pada usaha berikutnya ketika rudal saya benar- benar keras, lubang anusnya berhasil saya tembus hingga dalam. Septi menjerit. Setelah masuk seluruhnya, saya kocokkan rudal saya keluar masuk dengan sangat cepat.

Septi kembali berteriak kesakitan. Kakinya menendang- nendang tapi percuma saja, karena rudal saya tdk mungkin dapat lepas. Sekitar 4 menit kemudian saya merasakan ej aku lasi telah hampir sampai. Saya ambil bantal lalu saya tutupkan ke muka Septi hingga Septi tdk dapat bernafas. ketika itulah saya mempercepat gerakan rudal saya maju mundur.

10 detik kemudian rudal saya benar- benar menegang, memuntahkan sperma banyak sekali ke dalam anusnya. Ah, nikmat sekali. Saya menikmati peristiwa itu selama belasan detik sampai kemudian saya sadar bahwa rontaan Septi semakin melemah. Cepat-cepat saya angkat bantal yg menutupi mukanya. Septi tersengal- sengal sambil diselingi batuk-batuk. Hampir saja dia mati tercekik.

Setelah puas, saya mulai melepas semua ikatannya lalu saya bertanya, apakah ia menikmati perlakuan saya ini? Dia mengangguk kemudian memeluk saya erat-erat. Bibirnya menciumi seluruh muka saya tak henti-hentinya. Cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa terbaru 2016

The post Cerita Dewasa Terapi Sex Wanita Yang Kesepian appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Disetubuhi Sama Laki Lain Di Saat Suami Pergi

$
0
0

doyanbokep.com –  Cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa “Cerita Sex Disetubuhi Sama Laki Lain Di Saat Suami Pergi” dan foto sex bugil tante bispak abg hot terbaru 2016 – Beban pekerjaan dan pikiran yg membuat Panji sumpek (45), yg menjabat sebagai kepala jawatan di sebuah daerah Kabupaten yg cukup maju, memutuskan untuk mengajak Maya (35), istrinya bersama 2 anak mereka Riki dan Riko, kembar berusia 10 tahun, berlibur ke daerah wisata di luar kota selama sepekan. 2 hari menginap di hotel N di kawasan wisata pantai membuat keluarga Panji sejenak melupakan hiruk pikuk kota.

cerita sex selingkuhCerita Sex Ngesex Sama Laki Lain Di Saat Suami Pergi

Cerita sex terbaru, Di sana setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama, berenang, latihan diving, dan mengabadikan kegembiraan mereka sekeluarga menggunakan kamera foto dan handycam. Tapi di hari ketiga, Maya merasa kecapaian dan tdk ikut suami dan dua anaknya bepergian. Ia memilih diam di kamar hotel untuk istirahat. Pagi-pagi benar, Panji, dan Riko-Riki berangkat untuk menikmati indahnya pulau-pulau kecil di sekitar kawasan wisata itu yg harus ditempuh dgn menyeberang perahu boat selama setengah hari

“Ya sudah mama tinggal saja di hotel, istirahat.. paling besok kita sudah balik,” kata Panji saat hendak berangkat.

Cerita dewasa terbaru, Ia mengerti benar stamina istrinya kurang fit kalau harus menyeberang menggunakan boat. Riko dan Riki mencium pipi mamanya sebelum pergi. Hotel N tempat mereka menginap jauh dari pemukiman penduduk. Tempatnya memang sangat nyaman untuk berlibur menghilangkan suntuk, dgn rindang pepohonan di sekitar hotel dan panorama pantai yg berpasir putih.

Hanya saja, keluarga Panji datang ke sana saat bukan musim libur, dan suasana hotel memang sedang sepi tamu. Ini jg yg membuat pengelola hotel memperlakukan keluarga Panji secara spesial agar mau menginap lebih lama di sana. Sebab mereka menyewa dua kamar, satu untuk mereka dan satunya untuk anak-anak. Maya bangun sekitar pukul 11 siang, badannya sudah lebih segar dgn istirahat yg cukup. Ia lalu mandi dan menyantap sarapan yg diantar sedari pagi.

Maya tergolong wanita cantik yg di usia ke 35 tubuhnya semakin menggairahkan dari segi seksual. Payudaranya 36D dan tubuh tinggi montok berisi dgn pantat yg seksi dibalut kulit putih bersih. Banyak yg bilang wajah dan perawakan Maya mirip artis Mona Ratuliu. Setelah menikmati sarapannya, Maya mencoba rileks di sofa menonton televisi.

Maya mengenakan kaos oblong putih dan celana pendek longgar agar lebih nyaman. Taygan kuliner di televisi hampir membuat Maya yg berbaring di sofa terlelap lagi, tapi ketukan pintu kamar menyadarkannya. Salman (40) dan Rusdi (28), dua orang petugas Hotel itu berdiri di muka pintu saat Maya membukanya.

“Maaf mengganggu bu,” kata Salman ramah. Rusdi berdiri di belakang Salman.
“Oh nggak apa.. ada apa ya?,” tanya Maya.
“Tadi pagi kami dipesan pak Panji, disuruh memeriksa kemari, katanya ada gangguan kerusakan di shower dan saluran pembuangannya?,” jawab Salman.

Salman lalu mengenalkan diri kalau ia dan Rusdi adalah petugas hotel yg bertanggungjawab jika ada keluhan kerusakan fasilitas hotel.

“Ehm.., oh iya. Tadi sempat ke sini ya? Maaf ya saya bangunnya siangan.. ayo silahkan masuk pak,” Maya baru ingat tadi pagi sempat ngomel-ngomel karena kerusakan di kamar mandi hotel.

Maya menyilakan dua petugas hotel itu masuk. Tak disangka saat itulah niat bejat dua petugas hotel dan kesempatan yg tersedia di saat Maya seorang diri, membuat Maya diperkosa di kamar sewaan keluarganya.

Pengakuan Maya:

Panji, suami Maya bersama anak mereka, Riko dan Riki kembali ke Hotel N dua hari kemudian setelah menikmati keindahan pulau-pulau kecil di seberang kawasan pariwisata itu. Malam hari setelah Riko dan Riki masuk ke kamar mereka dan tidur, Panji mencari tahu apa penyebab istrinya bermuram muka sejak mereka kembali ke Hotel.

“Mama masih sakit ya?, kok diam terus dari tadi,” tanyanya pada Maya.
“Nggak papa, mama sudah sehat. Tapi selama papa dan anak-anak pergi….,” Maya tak melanjutkan ceritanya.

Ia tengkurap di ranjang dgn raut sedih, sementara Panji dgn sabar menunggu jawaban istrinya itu.

“Ayo teruskan mama, ada apa sebenarnya?,” Panji penasaran.
“Mama diperkosa pa…mama diperkosa oleh dua petugas hotel ini…dan sekarang mereka sudah kabur,” isak Maya menjadi-jadi.

Maya pun bercerita bagaimana dua petugas hotel itu datang ke kamar untuk memperbaiki shower. Namun saat kamar tertutup, mereka meringkus Maya dan mengikatnya. Mulutnya disumpal kain dan matanya jg ditutup ikatan sapu tangan. Lalu, mereka memperkosa Maya berkali-kali.

“Apa..??,” Panji terkejut bukan main mendengar istri tercintanya digauli secara paksa oleh dua petugas hotel.

Ia berusaha menghibur Maya agar tdk trauma, dan berjanji segera melaporkan kejadian itu ke kantor polisi esok harinya.

Rekaman Handycam

Panji sangat terpukul mendengar cerita istrinya. Setelah menenangkan Maya dan membiarkan ia terlelap, Panji kemudian keluar kamar hotel menuju tepian pantai untuk menyepi sambil merencanakan melaporkan masalah tersebut esok paginya. Tapi, sebelum keluar kamar Panji menemukan handycam milik Riko, anaknya tergeletak di dekat pintu kamar hotel.

Handycam itu tdk dibawa ketika Panji bersama dua anaknya melancong ke pulau–pulau kecil dua hari lalu. Ia lalu memungut handycam itu dan membawanya keluar. Di tepi pantai yg sepi itu, Panji melamun panjang memikirkan nasib keluarganya. Pergi berlibur untuk melepaskan beban dari himpitan kerja dan hiruk pikuk kota, justru membawa problem yg sangat berat dan aib. Tangannya iseng menghidupkan handycam untuk mengambil gambar bintang di langit malam itu.

Namun niat ia urungkan karena pita kaset ternyata penuh. Penasaran, Panji kemudian merewind kaset dan memutarnya untuk melihat isinya. Mata Panji terbelalak saat rekaman handycam tertayg di LCD handycam. Ternyata isinya adalah adegan pemerkosaan yg menimpa Maya, istrinya. Maya dalam keadaan terikat, masing-masing tangannya diikat di pojok sisi ranjang membuat posisi Maya terlentang dgn kaki terbuka. Ia hanya mengenakan celana dalam dan bra berwarna biru muda, sementara mata dan mulutnya tertutup erat dgn ikatan sapu tangan. Tubuh Maya yg putih mulus meronta-ronta di atas ranjang seolah menuntut dilepaskan. Suaranya hanya ehmmm…ehmmm… seperti berteriak, tapi tak bisa lepas karena mulutnya tersumbat.

“Ha.. ha.. ha.. ini dia.. tante girang yg sudah nggak tahan di atas ranjang,” suara seorang pria terdengar dalam rekaman itu.

Panji mengenal suara itu, ya suara itu tak lain dari Rusdi, bujangan petugas hotel. Nampaknya ia yg memegang handycam dan mengambil gambar Maya di ranjang.

“Eng.. ing.. eng… ini dia gigolonya…,” kata Rusdi, di saat yg sama muncul gambar Salman petugas hotel lainnya.

Salman hanya menggunakan kolor putih, di baliknya nampa penisnya yg mulai menonjol tegang. Salman menyeringai di kamera sambil lidahnya menjilati bibir sendiri seakan hendak menyantap makanan lezat.

Salman naik ke ranjang di mana Maya terikat. Ia berlutut di antara kaki Maya sambil tanganya mulai mengusapi kaki mulus Maya. Maya memberontak meronta-ronta, teriakan tertahan terdengar keras.

“Eit.. eit… percuma tante… lebih baik tante nikmati saja, ketimbang melawan ntar malah sakit lho.. he..he..he..,” ejek Salman dgn seringai mesumnya.

Salman terus meraba Maya mulai dari kaki, paha, perut, dan kini tangannya mulai menjalar ke payudara Maya yg masih terbungkus bra. Maya terus meronta berusaha melawan, tetapi percuma karena ikatan di tangan dan kakinya sangat kuat menggunakan tali plastik jemuran, semakin kuat ia meronta justru membuatnya semakin sakit pada pergelangannya.

“Kurang aj”, pikir Panji saat menyaksikan adegan itu di handycam, tubuhnya bergetar menahan amarah.

Rasanya ia ingin sekali menemukan petugas hotel itu dan menghajarnya habis-habisan. Panji melanjutkan menyaksikan adegan di LCD handycam, kini tangan Salman mencabik paksa bra istrinya itu hinga tanggal. Payudara montok Maya sampai tergoncang-goncang. Pemandangan itu membuat Salman makin bernafsu dan seketika bibirnya mulai menjelajahi payudara Maya, bergantian, satu dihisap satu diremas-remas.

“Ehmmhhkk… ehmhkkk…jangan!!” Maya terus meronta berusaha melawan, tapi Salman tak peduli dan terus melakukan aksinya menikmati payudara wanita cantik itu.
“Eihh.. tenang aja tante.. nanti jg wenak..,” kata Salman sambil tanganya memberi kode ke kamera agar mendekat.
“Waduh.. ini bayi tua lagi netek nih…, cucu mamah gede sih,” suara Rusdi terdengar dalam rekaman, sementara adegan itu diclose-up, nampak jelas bagaimana lidah Salman bermain di putting susu Maya, sesekali dihisap dgn keras, lalu dijilati lagi pelan perlahan.

Handycam di tangan Rusdi jg merekam jelas bagaimana putting susu Maya perlahan-lahan mengeras setelah menerima jilatan dan hisapan Salman.

Handycam kemudian diarahkan Rusdi ke bagian bawah, merekam tangan kiri Salman yg mulai menggeraygi CD Maya. Gambar kkembali diclose-up, pinggul Maya bergerak kencang berusaha menghindari sentuhan Salman, namun percuma. Jemari-jemari kekar Salman mulai menyusup ke balik CD dan menggelitik klitoris Maya, sementara di bagian atas yg tak terekam kamera bisa dipastikan Salman makin bergairah menghisapi susu Maya. Rusdi menjauh dan mengambil gambar utuh. Salman bergerak membuka penutup mata Maya, lalu ia mencabik CD Maya dan menjilatinya beberapa kali.

“Ha.. ha.. ha.. sudah kubilang, tante pasti suka. Ini buktinya cairan memeknya sudah mulai netes. Makanya jangan melawan ya,” Salman menghisap celana dalam Maya di bagian tengah yg ada bercak basahnya, lalu menghempasnya ke arah kamera.

Rusdi mengclose-up wajah Maya. Mata Maya melotot marah dan mulutnya yg masih tertutup ikatan sapu tangan mengeluarkan suara tertahan seperti membentak protes.

“Waduh.. si tante makin galak makin seksi nih.. ayo embat aja kang.., ntar gantian kita.., ” suara Rusdi menyemangati Salman.

“Santai aja Rud.. makin galak makin asyik rasanya. Sekarang kita lihat masih galak nggak kalau itilnya diisapin…. Ayo ke siniin kameranya biar lebih jelas gambarnya,”

Salman meremas susu Maya dan menjawil dagunya, Maya semakin marah, lalu Salam mengarahkan kepalanya ke selangkangan Maya. Handycam di tangan Rusdi mendekat ke selangkangan Maya. Jemari Salman membelai-belai memek Maya yg sudah telanjang penuh, sementara Maya tetap berusaha melawan dan meronta-ronta. Bibir memek Maya direngkah dua jemari Salman hingga terbuka, warnanya merah muda dan mulai basah lantaran klitorisnya dimainkan jemari Salman.

“Ini itil namanya frend.. makin digosok, tante makin kenikmatan… nggak tahan.. ha ha ha…,”suara Salman bergairah, sementara gambar di LCD menunjukkan jempolnya menekan dan menguyak klitoris Maya.

Bibir Salman kemudian mendekat ke memek Maya, lidahnya mulai menjulur menjilati klitorisnya. Telapak tangannya menekan bagian atas memek Maya yg ditumbuhi bulu halus tercukur rapi.

“Hmmm.. sedep bener nih tante. Wangi…nggak ada bau terasinya memeknya nih, ga kaya *****-***** di gang itu…he he. Rud kau suting mukanya tante pas aku mainin itilnya ya..,” Salman kembali menjilati memek Maya, kali ini sambil dihisap-hisap.

Rusdi mereka ekspresi Maya. Matanya kini terpejam dan mulutnya yg tersumpal masih berusaha teriak, namun tubuhnya sudah lemah tak mampu meronta lagi. Tenaga Maya sudah terkuras karena berusaha melawan ikatan di tangan dan kaki.

“Ehmmhh.. ehmmmhhpp.,” suara Maya melemas jg, rontanya justru menjadi gemulai membuat Salman makin nafsu menghisap memeknya.

Jilatan-jilatan lidah Salman di memek Maya membuat pikirannya bercabang. Ia mulai merasakan kenikmatan yg tak mungkin dihindari, secara naluriah ia jelas sangat menikmatinya, namun secara moral, bagaimanapun ini perkosaan, apakah pantas ia menikmatinya?

“Ehmm.. kenapa tante? Nikmat ya?,” suara Rusdi bertanya sambil wajah Maya di close-up. Maya melotot sambil berusaha mengangkat kepalanya, ia berusaha berteriak lagi, memprotes gambarnya direkam Rusdi.

Panji semakin marah melihat adegan itu. Dalam hatinya ia menaruh dendam kesumat pada Salman dan Rusdi yg mengerjai istrinya. Tapi adegan demi adegan yg dilihatnya di layar LCD handycam jg membuatnya semakin penasaran.

Rusdi tiba-tiba melepaskan sapu tangan penutup bibir Maya. Tapi Maya justru terpejam dan tak mengeluarkan sepatah kata pun, apalagi teriakan.

“Ayo tante.. mau marah apa? Mau ngomong apa.. ayo teriak lagi?,” suara Rusdi meledek Maya.
“Ehmm.. jangan… amphuunnn.. jangan disuting… amphunnn,” suara Maya memelas dgn nafas yg mulai berat dan mulai terangsang.
“Ampun kenapa tante..?,” suara Rusdi kembali menggoda.
“Akhhss.. amphuunnnn… oughhh… mmpphh..,” mata Maya kembali terpejam, tubuhnya bergetar seperti menahan birahi yg memuncak.

Dari LCD handycam, Panji bisa menandai ciri-ciri wajah istrinya mulai dilanda gairah seksual.

Di bagian bawah Salman terus menjilati memek Maya, Rusdi mengarahkan kameranya di bawah. Kepala Salman seakan terbenam di selangkangan Maya, saat di close-up nampak memek Maya sudah sangat basah dan cairannya terus dijilati dan dihisap Salman. Pinggulnya bergoyang mengikuti irama jilatan Salman.

“Oughh.. ampphhhuuunnn… akhhsss..,” suara Maya terdengar.
“Nih suting nih.. nah lihat nih.. tante udah nggak tahan mau dientotin nih..,” kata Salman sambil jemarinya membuka bibir memek Maya.

Handycam Rusdi mengclose-up memek Maya yg terkuak oleh jemari Salman. Terlihat jelas dinding memek Maya berkedut-kedut dan nampak dibaluri lendir birahinya sendiri. Salman masih menahan memek Maya dgn jarinya, lalu penis Salman terekam di kamera sudah tegang mengacung dan mulai mendekati bibir memek Maya.

“Eh Rud.. kau rekam yg lengkap ya.. aku entotin dulu nih tante, ntar kalau aku cabut kontolku.. kau close-up lagi memeknya ya…biar kau lihat bagaimana kalau nih tante puas.. ha ha..,” Salman menyeringai.

Salman mengambil posisi tepat di tengah kaki Maya, dan perlahan menuntut penisnya ke bibir memek Maya.

“Amphhuunn.. tolong lepaskan saya.. jangan.. tolong jangan lakukan” Maya memelas pasrah, seolah sadar sesaat lagi ia akan disetubuhi pria lain yg bukan suaminya.
“Nah.. begitu dong.. yg halus.. jangan marah marah kayak tadi hah..!! Ayo sekarang mau apa, mau dilepas?. Rud turuti tante ini, lepas ikatan kakinya Rud, cepat…,” Salman tetap pada posisi siap menindih Maya, ujung penisnya sudah menyentuh bibir memek Maya yg merekah.
“Akhhss.. jangan pak.. amphun.. jangan..,” Maya memelas sejadi-jadinya dgn suara parau saat merasakan benda hangat menempel di bibir memeknya.

Rusdi merekam semuanya sambil melepas ikatan di kaki Maya. Dari posisi itu nampak jelas penis Salman sudah menempel di bibir memek Maya.

“Sudah siap tanthee.. ouh.. sudah siap kubawa ke alam nikmathhh.. ahh..,” Salman menindih tubuh Maya dan memegang kedua pipi Maya agar wajah Maya menghadap ke wajahnya.

Pinggulnya mulai ditekan membuat kepala penisnya menembus bibir memek Maya.

“Ngghhh… amphuunnn.. jangahhnnn…tolong janganhhh… engghhhmmm… ouuhhhhggghhh… akhhhssss,” suara Maya yg memelas berubah menjadi desahan tak tertahan saat Salman mulai memasukkan penis ke memeknya dan mulai memompa keluar masuk.

Panji melihat bagaimana tubuh mulus istrinya menggelinjang setiap sentakan pinggul Salman terjadi. Maya mendesah tak karuan ditindih tubuh Salman yg kekar. Perawakan Salman agak pendek, penisnya jg lebih pendek dari milik Panji. Tapi penis hitam Salman jauh lebih gemuk dan lebih tegar dari milik Panji. Rusdi mengclose-up bagian yg sedang intim itu. Bibir memek Maya sampai monyong-monyong didera penis Salman. Salman menghentak pinggulnya semakin cepat semakin keras.

“Akhhss… ouhhh.. ahhhh… sssttt…ughhh…,” Maya terpejam sambil mendesah menahan nikmat, ia tak sadar wajahnya yg bersemu kemerahan karena terangsang sedang diclose-up oleh Rusdi.

Rusdi kemudian menjauh mengambil gambar lengkap. LCD handycam yg dilihat Panji menampakkan bagaimana kaki mulus Maya kini justru merangkul pinggul Salman yg semakin cepat memacunya, nafasnya terdengar keras memburu. Desahan Maya jg makin keras, dan kepalanya bergerak ke kanan-kiri.

“Ougghhh… argghhh… huh… nikmat sekalih tubuhmuuhh tannteehhh… ouhhh.. aaahhhhhkkkk…ouhhh nikhhhmmaaathhhh….,” Salman mencabut penisnya dan berlutut di hadapan Maya dgn kepala menengadah dan tubuh bergetar, sesaat kemudian penisnya menyemburkan sperma sampai ke perut Maya. Salman mencapai puncaknya.

“Waduh.. akang ini belum apa-apa tuh udah ngecrot kemana-mana maninya.., sini gantian.. biar saya ambil alih memuskan si tante” Rusdi bergegas naik ranjang menggantikan posisi Salman.

Rekaman di handycam sempat goyang menampilkan gambar lantai, cermin rias, dan langit-langit kamar. Kini Salman yg merekam gambar, sementara Rusdi sudah bugil menindih tubuh Maya. Penis Rusdi sangat kekar, panjang dan besar. Kotak-kotak kekar di perut Rusdi menggambarkan keperkasaan, ia memang perenang tangguh di kawasan wisata itu.

“Sudahhh… amphuunnn… jangan lagihh.. amphunnnhhh…,” pinggul Maya bergerak ingin menghindari penis Rusdi yg sudah mengarah ke memeknya, tapi percuma karena kedua tangannya masih terikat membuat posisinya tertahan terlentang.

“Tenang tante sayang.. kan masih tanggung tadi.. sekarang saya kasih biar tante puas..,” Rusdi tiba-tiba menindih Maya, ia melumat bibir ranum Maya, meremas susunya, dan mulai menggenjot penisnya keluar masuk ke memek wanita cantik beranak dua itu.

Maya mulai mendesah, gerakan Rusdi membuat ia kembali terangsang hebat setelah puncak klimaksnya hampir sampai bersama Salman tadi. Panji melihat dari layar LCD bagaimana istrinya mulai hilang kontrol dan tak menyadari sedang berhubungan intim dgn lelaki lain yg memperkosanya. Maya terpejam dgn bibir terus dilumat Rusdi, malah Maya nampak membalas lumatan-lumatan Rusdi, nafas mereka sama-sama memburu bercampur desahan.

“Goyang yg keras Rud.. si tante dah mau sampai puncak tuh…,” suara Salman terdengar

Sementara gambar di close-up ke wajah Maya dan Rusdi yg berpagutan bibir. Rusdi menggocok semakin kencang, kaki Maya merangkul pinggul Rusdi seolah ingin hantaman yg lebih sempurna di memeknya. Dalam hati Panji bercampur berbagai macam perasaan, marah, cemburu, sedih, jg terangsang sampai tangannya bergetar memegangi handycam itu

“Oughh… ghimmana tanntehhh… enakkhhhss…??,” Rusdi melepas pagutannya dan terus menggenjot Maya sambil mengeluarkan obrolan nakal

Nampak ludah mereka saling bertaut ketika bibir mereka berpisah. Maya semakin lepas kendali di saat puncak kenikmatan nyaris dirasakannya di bawah himpitan tubuh Rusdi yg kekar.

“Gimana tanthee… jawabbbhhh aghhh…,”
“Ngghhhmm ahhsss….,” Maya mendesis.

Rusdi menggenjotnya lebih keras, dan terus meluncurkan pertanyaan mengejek pada Maya.

“Akhhss.. amphunnn… ahhhsss enakhhhmaaass.. sssttt..,”
“Apa tanthe??? Yg keras bilang…,”
“Ughhh… ssstnnikkhhmmmaatt… ssshhh aaahhh… ihhh…,”
“Enakh digoyanghhh… ayo bilang…,” Rusdi terus memancing Maya.

Maya menggelinjang kenikmatan dgn nafas semakin berat memburu. Peluh mereka bercampur menetes. Maya dapat merasakan urat-urat penis Rusdi yg menonjol itu bergesekan dgn dinding memeknya. Benda panjang itu demikian keras dan perkasa hingga mampu memabukkanya dalam birahi, sebuah sensasi yg belum pernah dia dapatkan dari suaminya sekalipun.

“Apanya yg nikmat tantehh? Apanya hah? Omong yg jelas!”
“Ssttt.. ahhgg.. konthhh… tholll… assttt oughhh…,” Maya menjawab refleks di luar kendalinya.
“Yahhkk begithuu tannthee… akhhhsss… nihhhh.. ouh…memekmu jg enakhh loh” Rusdi semakin liar menggenjot Maya.

Kini kaki kanan Maya diangkat ke bahunya lalu dgn posisi itu Maya kembali dihajarnya. Ia terus menyetubuhi wanita itu sambil tangan satunya meremasi payudaranya yg montok.

“Hajar terus Di!” terdengar suara Salman yg sedang mengambil gambar menyemangati temannya.
“Tanhtee enakhh diapainnn hahh..??,” Rusdi memacu penisnya semakin cepat, ia mulai merasakan kedutan dari dinding memek Maya menandakan Maya hampir klimaks.

Salman mengclose up lagi wajah Maya yg terpejam, sementara Rusdi menggenjot Maya sambil terus bertanya nakal. Salman berusaha melepaskan ikatan tangan Maya sambil terus merekam pertempuran ranjang itu.

“Aghh.. dihennntoothhinnhh aaakhhsss… ahhh. Amphunnnn uhhh enthooottt… akhhhsss ouhhh.. sssttt enghhhmmm,”desah Maya.
“Diperkosa ini tanthee.. enakhss diperkosaaa..??,”
“Yeahhh… akhhsss eeehhhnnn…naaakkhhh.. perkohhssaa…aahhhsss…,” Maya menceracau mengukuti pertanyaan Rusdi.

Tangan Maya yg sudah lepas dari ikatan bukannya mendorong tubuh Rusdi tapi justru merangkul leher Rusdi dan meremasi rambut Rusdi dari belakang. Dari LCD handycam di tangannya, Panji melihat istrinya sudah mencapai klimaksnya, suara Maya terdengar sangat menggairahkan saat itu. Tanpa sadar penis Panji mulai tegang, sungguh tak disangka, istrinya terlihat begitu menikmati hubungan badan dgn pria pemerkosanya dibanding dgn dirinya. Sungguh sebuah ironi tapi tanpa anehnya Panji malah terangsang menyaksikan rekaman perkosaan istrinya itu

“Ayooo.. tante.. ahhh.. ayohh…,” Rusdi jg hampir mencapai klimaks, secara maksimal tenaganya dipacu menggoyang Maya.

Tubuh Maya mulai bergetar hebat dan kakinya seperti kejang merangkul pinggul Rusdi yg terus bergoyang di atas tubuhnya.

“Akkhsss.. ahhhh… ammphuuunnnnhhhh… ssttttt akkhhhsssss…. Mmmmphhhmmmm… emmphhhhpppp,” pertahanan Maya akhirnya bobol, tubuhnya seakan kejang, tangannya menarik rambut Rusdi, dan kepalanya terangkat meraih wajah pria itu.

Saat klimaksnya membludak, Maya justru melumat bibir Rusdi, memeluk Rusdi kuat-kuat, melepaskan kedutan-kedutan nikmatnya.

“Akhhh… ouhh.. yeahhh.. yeahhhh… ouhhh… yeaaahhhhh…,” Rusdi melenguh kejang melepas lumatan Maya.

Rusdi jg mencapai klimaksnya sambil memeluk erat tubuh Maya, mereka berpelukan erat dan saling menekan kenikmatan di vital mereka secara bersamaan, lalu lemas beberapa saat kemudian.

Salman mengclose-up bagian vital itu, perlahan Rusdi mencabut penisnya. Air sperma Rusdi terhujam di dalam memek Maya perlahan menembus keluar meleles di bibir memek Maya. Rusdi berbaring di sisi Maya, sementara Salman mengangkangkan kaki Maya dan menguak memek Maya dgn tangan kirinya, tanga kanannya mereka close up memek Maya. Panji melihat memek Maya masih berkedut-kedut.

Selanjutnya tampak kamera diatur sedemikian rupa sehingga mengarah ke tengah ranjang, kemudian Salman nampak di layar menghampiri Maya. Kini kedua pria itu menggarap Maya secara threesome, Rusdi duduk selonjoran sambil bersandar pada kepala ranjang dgn penisnya dikulum oleh Maya, sementara dari belakangnya Salman menyetubuhinya daalam posisi doggie. Sesekali tangan Salman menepuk pantat Maya yg semok itu.

Tiap sodokan penisnya mendorong keluar sperma Rusdi meleleh di bibir memek wanita itu. Gambar di handycam kemudian terputus dan menampakkan Maya yg tertidur pulas di ranjang, bugil tanpa ikatan, pada bibirnya masih berbekas cipratan sperma.

“Ya beginilah kondisi nyonya sombong yg sudah kami perkosa sampai puas.. diperkosa malah kenikmatan dia sampe tidur ngorok ha.. ha.. ha..,” suara Salman terdengar.
“Ini dia film bokep made in Indonesia asli, tdk ada rekayasa dalam pembuatan film ini” suara Rusdi menimpali.

Rusdi dan Salman terus mengeksplore tubuh telanjang Maya sambil berkomentar. Dari komentar mereka Panji tahu kalau mereka nekad memperkosa Maya karena Maya menyinggung perasaan mereka. Waktu hendak membenahi shower dan kamar mandi, Maya sempat melontarkan kata-kata menyuruh mereka berdua cepat selesaikan pekerjaannya karena Maya tak tahan bau badan mereka. Tangan Panji luruh dan handycam hampir jatuh. Pikirannya kacau setelah melihat rekaman pemerkosaan terhadapa istrinya itu. Bukankah Maya akhirnya menikmati jg?, bagaimana mungkin ini dilaporkan ke polisi?, akan lebih menjadi aib jika nantinya dua pelakunya membeberkan ini suka sama suka. Panji berteriak sejadi-jadinya, lalu kembali ke kamar hotel. Setelah memastikan anak-anak sudah tidur lelap, ia menggauli Maya secara brutal membayangkan memperkosa istrinya sendiri.

***

Cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa “Cerita Sex Disetubuhi Sama Laki Lain Di Saat Suami Pergi” dan foto sex bugil tante bispak abg hot terbaru 2016

The post Cerita Sex: Disetubuhi Sama Laki Lain Di Saat Suami Pergi appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Istriku Selingkuh Dengan Bule

$
0
0

doyanbokep.com – kali ini menghadirkan cerita sex, cerita dewasa, cerita mesum, cerita ngentot, foto sex, cewek igo, seks igo berjudul “Cerita Sex Istriku Selingkuh Dengan Bule” hot terbaru 2016 | Aku seorang IT manager di sebuah perusahan swasta di Bali, Usiaku 32 tahun dan istriku 29 tahun, kami sudah 5 tahun menikah namun belum dikaruniai seorang anak.

ceritab sex selingkuh

Cerita Sex Istriku Selingkuh Dengan Bule

Enam bulan lalu aku memutuskan pisah ranjang dengan istriku karena sudah tdk ada kecocokan lagi.Rencananya dalam waktu dekat aku akan mengurus perceraian kami. – cerita sex terbaru – Tapi karena terbentur waktu jadi urusannya terkatung-katung. Istriku memilih untuk tinggal sendirian kost di dekat Hotel tempat dia bekerja sebagai Public Relation Manager. Minggu pagi aku berniat mengunjungi dia, kangen jg sih, sudah 3 bulan aku tdk pernah ketemu dia.

Cerita dewasa terbaru, Di depan pintu aku kaget melihat seorang bule keluar dari kamarnya, aku menunggu sebentar sampai si bule pergi dan nyelonong masuk kamar istriku, aku pura-pura tdk tahu tentang si bule yg barusan keluar. Kulihat istriku keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk. Tubuhnya masih tetap seperti dulu padat dan sintal, mungil tapi proporsional, Dia keget melihatku sudah duduk di atas tempat tidurnya. Kutanya kabarnya namun tdk dijawab, dengan santai dia melepaskan handuk yg melilit di tubuhnya, payudaranya dipamerkan begitu saja, bikin aku jadi bernafsu.

Ukuran payudara istriku memang tdk terlalu besar tapi jg tdk terlalu kecil, yah.., sesuai dengan ukuran tubuhnya yg mungil, bentuknya sangat menggiurkan mata laki-laki yg memandangnya, bulat, padat dan tdk melar. Melihat itu k0ntolku langsung berdiri, apa lagi melihat bekas gigitan si bule di pundak dan payudaranya. Kupeluk dia dari belakang, kucium lehernya dan kubisikkan ajakan untuk bersetubuh, namun dia menolak dengan alasan ada janji dengan teman pagi ini. Selesai berpakaian dia langsung ngeloyor pergi meninggalkan aku sendirian. Lama aku berpikir, dan terlintas dibenakku untuk mengintai hubungan intim mereka.

Cerita mesum terbaru, Aku tanyakan ke ibu kost untuk menyewa kamar sebelah, kutahu kamar sebelah tdk ditempati. Setelah dealt dengan ibu kos aku langsung balik ke rumah mengambil peralatan spy-ku yg dulu kubeli dari internet. Aku mempunyai dua buah pinhole video camera yg bisa ngintip lewat lubang kecil. Dulu alat ini aku gunakan untuk mengintip anak-anak kost di rumahku. Balik lagi ke tempat kost istriku dan langsung memasang peralatan spy-ku. Aku buat lubang kecil tepat di atas temat tidur dan satu lagi di kamar mandi.

Selesai pasang kamera lewat plafon, aku coba connect ke TV-monitor yg kupersiapkan di kamar sebelah, hampir 70 persen dari ruangan tidur bisa kumonitor dan selanjutnya beralih ke channel di kamar mandi, di sini aku harus naik lagi ke plafon karena lokasi cameranya kurang tepat, kugeser sedikit agar tepat di atas bath tub. Jam 12.00 aku selesai setup video spy-ku, lalu mandi sebentar membersihkan debu yg melekat di tubuhku setelah naik ke langit langit kamar kost.

Sambil tiduran menunggu istriku kembali ke kostnya. Kira-kira jam 8 malam kudengar langkah kaki di kamar sebelah, kuintip lewat jendela, ternyata istriku dan si bule yg datang. Kunyalakan TV-monitor, kulihat si bule menunggu istriku yg sedang menutup pintu kamar, istriku tampak tdk sabaran, langsung menubruk si bule dan mereka berpagutan sambil saling melepaskan pakaian. Hanya dalam beberapa detik mereka sudah telanjang bulat, istriku jongkok di hadapan si bule yg k0ntolnya setengah ereksi dan melahap k0ntol besar di hadapannya.

 

Mulut istriku tdk bisa menampung seluruh k0ntolnya. Perlahan tapi mantap k0ntol si bule ereksi penuh karena permainan lidah istriku. Kutahu ini adalah keahlian istriku, dulu aku sampai merem melek dibuatnya. Si bule yg tinggi besar mengangkat tubuh mungil istriku ke tempat tidur dan langsung menindihnya. Dengan sangat bernafsu si bule melahap payudara kenyal milik istriku. Dari TV-monitor aku dengan jelas sekali melihat wajah istriku yg lagi merem melek menikmati permainan lidah si bule.

Puas menikmati kedua gunung kembar istriku, si bule beralih turun ke perut lalu ke bukit yg ditumbuhi bulu jarang-jarang. Desahan istriku sangat jelas kudengar lewat earphone karena sebelumnya sudah kupasangi wireless microphone di belakang head board-nya. Tangan istriku menarik kuat-kuat sprei sewaktu lidah si bule mulai menyusuri lubang memeknya.

Selang berapa menit si bule merubah posisinya untuk ber-69. Desahan istriku langsung hilang bersamaan dengan disumbatnya mulut istriku dengan k0ntol besar si bule. Dengan sangat bernafsu istriku memainkan k0ntol di mulutnya, sedangkan si bule sendiri sibuk memainkan lidahnya di clitoris istriku, kulihat kaki istriku mulai menegang dan paha istriku menjepit kepala si bule.

Setelah puas posisi 69, si bule duduk bersandar di head board dan istriku duduk di pangkuannya dengan saling berhadapan. Dengan bertumpu pada lututnya, perlahan istriku memasukan k0ntol besar si bule ke lubang memeknya. Istriku menjerit kecil ketika k0ntol si bule mulai menerobos masuk. Dia mendongak ke atas sambil meringis menahan sakit saat menurunkan pantat bahenolnya agar k0ntol si bule masuk lebih dalam.

Setelah diam beberapa saat untuk melumasi k0ntol si bule, istriku mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, sedangkan si bule melahap dan mejilati payudara istriku. Ini adalah gaya yg paling disukai istriku. Gerakan istriku maju mundur makin lama makin cepat dan tdk beraturan, selang 5 menit tubuh istriku bergetar hebat menikmati orgasme sambil melumat mulut si bule. Mereka istirahat sebentar sambil mencumbui istriku agar bangkit lagi.

Dengan memainkan payudara istriku yg kenyal, dia bangkit lagi gairahnya, Istriku lalu mengangkangkan pahanya lebar-lebar, dari TV-monitor aku bisa lihat memek istriku yg kemerah-merahan akibat gesekan k0ntol besar si bule. Dia menusukkan senjatanya ke memek istriku dan mulai menggerakkan pantatnya maju mundur dengan keras, saking kerasnya sampai terdengar suara, “Plak! plok…, plak! plok!”, dari benturan paha mereka. Istriku mendesah hebat setiap kali si bule menghunjamkan k0ntolnya dalam-dalam. Rasa cemburuku timbul saat melihat perlakuan kasar si bule terhadap istriku, tetapi aku menikmatinya, k0ntolku rasanya sudah tdk kuat menahan sakit karena tegang sejak tadi.

Posisi ini tdk bertahan terlalu lama, si bule minta istriku nungging dan dia menusukkan senjatanya dari belakang, aku bisa dengan jelas melihat k0ntol si bule keluar masuk menusuk memek istriku. Lima menit berlalu si bule menunggangi istriku, perlahan-lahan dia mulai kesetanan, gerakanya mulai tak beraturan apalagi istriku jg ikut menggoyangkan pantatnya dengan kesetanan. Akhirnya si bule memuntahkan seluruh spermanya di dalam memek istriku. Dia berteriak histeris menikmati puncak orgasmenya.

Kulihat istriku mencium mulut si bule mesra sekali, dari slang English-nya kutahu dia adalah orang Italy. Berdua mereka ke kamar mandi, aku cepat-cepat mencolokkan cable RCA dari camera yg di kamar mandi ke TV-monitor. Di kamar mandi kulihat istriku jongkok memutar kran shower sementara si bule memegang shower head-nya. Lalu mereka saling menggosok dengan sabun. Si bule lama sekali membersihkan memek istriku sampai dia merem melek. Bath tub mereka isi setengahnya lalu tiduran berdua di dalamnya dengan si bule di bawah dan istriku di atas pelukan si bule. Mereka saling berpagutan mesra. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 23.00 malam, aku buru-buru pulang karena besok senin pagi aku harus kerja. Terpaksa aku kehilangan adegan hot selanjutnya. Dulu aku berniat membeli alat perekam VCR 24 jam, namun tdk jadi karena harganya mahal.

Sesampainya dirumah mataku tdk bisa terpejam, dalam pikiranku masih terbayang adengan hot istriku dengan si bule. Coba aku punya perekam, aku bisa melihat adegan mereka selanjutnya. Membayangkan mereka, aku jadi tdk bisa tidur sampai pagi. Senin malam jam 20.00, sepulang dari tempat kerja aku langsung meluncur ke tempat kost istriku, suara desahan terdengar dari kamar istriku, wah telat aku. Cepat-cepat kubuka pintu kamarku yg ada di sebelah kamar istriku, TV-monitor kunyalakan, namun mereka tdk kelihatan di kamar tidur, terlihat tempat tidur yg acak-acakan dan pakaian berserakan di mana-mana.

Kucoba colokkan monitor yg di kamar mandi, dan astaga Mereka bertiga, istriku, si bule dan temanya bule satunya lagi, yg ini bentuk k0ntolnya lucu, bagian bawah kecil namun kepalanya sebesar bule satunya lagi. Sekarang kutahu nama bule yg menyetubuhi istriku kemarin namanya David, itu aku dapat dari teman istriku di tempatnya bekerja. David adalah tamu yg sering menginap di hotel tempat istriku bekerja dan dia mempunyai business di Indonesia. Di kamar mandi, istriku kulihat sedang nungging sedangkan David memompa memek istriku dari belakang, tangan istriku berpegangan ke pinggir bath tub sambil melumat k0ntol anehnya milik si bule satunya yg duduk di ujung bath tub. Aku baru tahu kalau istriku bisa sebuas ini sama cowok bule.

Wah ini adegan yg sungguh sangat menyesakkan dadaku, rasa iri, cemburu, marah, menyesal, birahi, sedih bercampur aduk, pokoknya tdk bisa dijelaskan. Keadaan tempat tidur yg acak-acakan menandakan merekan sebelumnya bergumul di sana dan pergumulan mereka di kamar mandi saat ini mungkin babak kedua atau mungkin ketiga. Aku telah kehilangan adegan tersebut. Kalau kubayangkan mungkin lebih seru dari yg di kamar mandi. David mencabut k0ntolnya dari memek istriku dan menancapkanya lagi ke lubang pantat istriku, seumur-hidup aku belum pernah menikmati lubang istriku yg satu ini, setiap aku minta dia selalu menolak dengan alasan sakit lah, tdk enak lah, Namun dengan si bule ini kenapa dia berikan.

Ini tdk adil!, David nampak mulai kesetanan, semetara istriku berteriak kecil setiap k0ntol besar ini masuk lebih dalam. Dalam 5 menit David mencabut k0ntolnya dan menumpahkan seluruh air maninya di punggung istriku. Sementara bule satunya lagi asyik menikmati permainan mulut istriku, karena sudah bernafsu si bule satunya lagi langsung menggendong istriku ke tempat tidur. Istriku di tempatkan di pinggiran bed dengan posisi nungging sementara si bule berdiri di lantai, di pingiran bed dan bersiap-siap menusukkan senjatanya ke lubang pantat istriku.

Goyangan pantat si bule menimbulkan suara, Ceplak.., ceplok..!,. k0ntol si bule yg bentuknya aneh itu makin keras menghunjam pantat istriku sambil tangannya meremas keras pantat bahenol istriku. Datang dari kamar mandi si David langsung ikutan nimbrung, dia menyusup ke bawah tubuh istriku dengan kaki menjuntai ke bawah dia memasukkan k0ntolnya ke memek istriku lalu menurunkan badan istriku, si bule satunya lagi tetap berdiri dengan k0ntol menancap ke pantat istriku, dia agak membungkuk karena badan istriku merendah dan nempel ke tubuh David. Mereka mulai bergoyang, mulut istriku dengan lahap menjilat dada bidang si David yg di penuhi dengan bulu.

Cerita Sex Istriku Selingkuh Dengan Bule

Si bule satunya sudah mulai kesetanan, pantatnya kian keras bergoyang dan akhirnya, Croot.., croot.., crooot, spermanya tumpah di punggung istriku, sementara si David masih asyik menikmati goyangan istriku dari atas, karena si bule satunya lagi tdk lagi menusukan senjatanya, istriku lalu duduk bersimpuh di k0ntol si David dan bergoyang maju mundur. Tangan si David meremas payudara kenyal milik istriku, desahan istriku makin hebat sampai akhirnya lemas terkulai di atas tubuh David. David bangkit dan mulai menyodok lubang pantat istriku yg lagi tengkurep lemas.

Plok.., plok.., plok..!, bunyi pantat dan paha mereka beradu, selang beberapa menit si David menumpahkan spermanya di atas punggung istriku dan terkulai lemas di sebelah istriku. Si bule satunya datang dari kamar mandi, langsung berpakaian lalu pamitan pada mereka. Sempat-sempatnya dia melumat mulut istriku sebelum pergi. David menggendong istriku ke kamar mandi. Setelah saling membersihkan di kamar mandi, mereka tidur bugil dengan saling berpelukan.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 24.00, aku putuskan untuk tidur di sini dan besok aku akan bolos kerja. Sampai jam 02.00 di kamar istriku tdk ada aktivitas, mereka masih tertidur pulas dengan tetap saling berpelukan. Akhirnya aku tertidur karena bosan menunggu. Jam 04.00 aku terbangun dan melihat ke monitorku. Kulihat tangan istriku mengocok k0ntol si David yg sedang berdiri setengah tiang. Kepala istriku dituntun paksa oleh si bule untuk melakukan blow job. Mulut istriku yg mungil tampak mengembung akibat sumbatan k0ntol si David.

Setelah berapa lama akhirya tumpah jg isinya di mulut istriku, si David akhirnya tertidur pulas lagi, sementara istriku ke kamar mandi membersihkan mulutnya. Jam 07.00 si bule bangun, berpakaian dan pamitan ke istriku yg bermalas-malasan di tempat tidur dalam keadaan bugil.

Setelah si David pergi, aku menyerbu masuk ke kamar istriku, dia kaget sekali melihat aku datang, aku langsung membuka pakaianku dan menindihnya. Berberapa kali dia berontak, namun akhirnya k0ntolku bisa kutancapkan ke memeknya. Puas mengocok memeknya, aku minta dia nungging untuk menyodok lubang satunya. Dia menolak, “Lis… kamu jgn munafik, si bule dua orang itu kenapa kamu kasih¦ah?, aku keceplosan ngomong. Dia terheran-heran dan menanyakan dari mana aku tahu hal itu.

Akhirnya aku menjelaskan aktivitas spy-ku di kamar sebelah. Wajah istriku tampak merah padam antara malu dan marah, apalagi kujelaskan secara detil pergumulannya yg hot dan binal dengan si bule. Dia memintaku agar cepat-cepat mengurus perceraian kami, karena dia akan segera menikah dengan si David dan pergi ke Italy. Aku menyanyakan apakah dia benar-benar mencintai si bule namun tdk dijawabnya. Aku memberi tahu bahwa hidup di luar negeri itu susah dan budaya mereka beda. Aku takut nanti di sana kamu dijadikan budak nafsu mereka, saranku.

Setelah kejadian itu, mereka selalu berpindah-pindah dari satu hotel ke hotel lainnya untuk bercinta. Aku jadi kehilangan objek spy-ku karena ketololanku sendiri. Aku tdk bisa menaklukkan rasa cemburuku. Setelah kami resmi bercerai, istriku diboyong si bule ke Italy. Sampai sekarang aku tdk pernah terima kabar darinya. Cerita sex, cerita dewasa, cerita mesum, cerita ngentot, foto sex, cewek igo, seks igo berjudul “Cerita Sex Istriku Selingkuh Dengan Bule” hot terbaru 2016

The post Cerita Sex Istriku Selingkuh Dengan Bule appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: ABG asal dari kota Amoy

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: ABG asal dari kota Amoy – Aku punya temen, sebut saja Dini, biar lebih asil. Abg asal kota amoy, Singkawang. Seperti ciri kebanyakan abg amoy, Dini punya perawakan kutilang tapi gak darat, karena toketnya lumyayan gede. Pinggangnya ramping dan pinggulnya yang besar sehingga membuat setiap lelaki betah berlama2 menyapu tubuh Dini dengan matanya. Apalagi kalo liat Dini jalan, pantatnya yang besar bergerak kekiri kekanan mengikuti gerak langkahnya.

cerita-sex-dini-dan-ines-225x300

Cerita Sex: ABG asal dari kota Amoy

 
Pasti bikin nafsu lelaki yang ngeliatnya, apalagi Dini sering pakai celana panjang, apalagi pendek, yang ketat. Kulitnya yang putih mulus dan wajah sendu dengan sepasang mata sipit menambah kecantikan Dini. Yang khas lagi dari Dini adalah bulu tangan dan kaki yang panjang-panjang, ditambah dengan kumis tipis yang menghiasi bagian atas dari bibir mungilnya, menambah keseksiannya. Pastilah jembutnya lebat, dan nafsunya gede, seperti aku kalee.
Model pakeannya juga selalu seperti yang dipakai abg amoy, rambut lurus sebahu yang dicat kepirangan, blus ketat yang menonjolkan kemontokkan toketnya, dan celana hipster yang juga ketat sehingga pinggang dan pinggulnya pasti menarik perhatian lelaki yang melihatnya. Lagian blus ketatnya cuma sepinggang sehingga pinggang dan perutnya yang putih mulus serta pusernya suka ngintip kalau Dini bergerak. Tambah lagi daya tarik Dini dimata lelaki. Dini sering ngobrol apa saja dengan aku termasuk urusan sex. Dia cerita bahwa cowoknya suka nafsu ama dia dan setiap weekeng pasti Dini ngentot dengan cowoknya, kalau gak dirumahnya ya di rumah cowoknya.
Orang tua Dini sibuk berbisnis sehingga jarang dirumah, makanya Dini bebas saja ngajak cowoknya tidur dirumahnya. Aku nanya “apa ini cowok yang mrawani kamu”, jawabnya “ini cowok yang kedua”. “Kok bisa”, tanyaku lagi. “Iya Dini kenal ama cowok kedua ini karena cowok yang pertama juga”. Cowoknya ngajak temennya untuk ber 3 some dengan Dini. dasar Din, dia mau aja diantre 2 cowok sekaligus. Bener kan napsunya Dini gede. Ternyata kontol cowok kedua ini lebih besar dan panjang dibanding cowok pertama.
Dini ngerasain lebih nikmat dientot ama cowok kedua. Ketika ber 3 some, cowok kedua sampe 3 kali ngentotin Dini, sedang cowok pertama cuma 2 kali seperti biasanya. Setelah 3some itu, Dini diam2 ngentot juga dengan cowok kedua, hanya berdua saja. sampai akhirnya cowok pertama tau dan hubungan mereka putus. Buat Dini gak masalah karena toh dia mendapat kenikmatan yang lebih dari cowok yang kedua. “Nes, kamu suka ngentotnya ama om om ya”, Dini nanya kebiasaan ngentotku. “Kenapa sih” “Buat aku lebih nikmat kalo sama om om Din”, jawabku. “Om om maennya suka lebih lama, jadi aku sempet nyampe beberapa kali baru si omnya ngecrot”. “Wah kuat banget si om ya”, kata Dini lagi. “Kalo ama cowokku sih kita bareng nyampenya, tapi kalo sampe 3 ronde baru cowokku lama baru ngecrotnya, nikmat banget seh.
Ama si om kamu maen berapa ronde?” “Sukanya 3 ronde juga, aku sampe lemes udahannya”, jawabku. “Wah lebih nikmat ya Nes”. “La iya lah, kamu mo nyoba ama om om, ntar aku kenalin ama om Andi. Dia fotografer yang suka orbitin model2 yunior, aku kenal om Bram juga lewat om Andi”. “Om Bram produsen sinetron itu?” “Iya, mau gak, ntar aku telponin om Andi.
Dia pasti gak nolak deh kalo kamu mau maen ama dia”. “Boleh dah”, jawab Dini lagi, penasaran rupanya dia denger ocehanku. Aku segera mengontak om Andi, kamu2 masih ingat siapa om andi itu kan, kalo dah lupa om Andi nongol di crita Ines yang judulnya DIGARAP 2 COWOK dan NIKMATNYA IKUT CASTING. Aku nerangin ke om Andi bahwa Dini mo ktemuan, nyoba peruntungan di modelling, kataku. Ketika aku nerangin cirinya Dini, om Andi antusias banget menyanggupi. “Kalo ketemu suru bawa bikini atau daleman bikini yang minim dan tipis”, katanya.
Aku dah pahamlah selera om Andi. Hp kuteruskan ke Dini supaya Dini janjian ketemuan sendiri ama om Andi. “Makasih ya Nes. Nikmat gak ama om Andi”, kata Dini sembari ngembaliin hp ku. “Kamu rasain sendiri aja deh. Kapan mo ketemuannya?” jawabku. “Lusa Nes, aku mesti ngatur supaya cowokku gak ngerecokin aku sama om Andi”. “Kamu punya bikini atau daleman model bikini gak?” “Punya sih, cowokku sering beliin aku daleman model bikini, mana kekecilan dan tipis lagi. Bikini juga ada. Kalo aku pake didepan cowokku, 5 menit lagi juga dah dilepasin ama dianya”. “Kamu bawa kalo ketemu ama om Andi, juga bawa baju ganti karena biasanya om Andi ngajak kamu nginep di vilanya”. “Nginep?” “La iya lah, pastinya om Andi ngajak kamu nginep, kebayang kan dia mo maen berapa ronde ama kamu”. “Wah asik dong kalo om Andi kuat begitu, aku jadi gak sabaran mo ketemu om Andi buruan”. Aku tersenyum aja dengernya. Berikut ini adalah apa yang dialami oleh Dini ketika dia bersama om Andi di vilanya. Dini minta aku yang menuliskan ceritanya, dan ini hasilnya.
Pada hari yang dijanjikan, Dini membawa tas yang berisi baju ganti, bikini dan beberapa daleman bikini serta mantel di resto cepat saji. Dia mengatakan pada cowoknya bahwa dia harus keluar kota untuk satu urusan. Karena Dini sangat menyakinkan ketika menerangkan alesannya, cowoknya tidak keberatan dia pergi. Lagian Dini perginya gak weekend, yang merupakan saat dimana cowoknya dapet jatah nikmatnya. Agak lama Dini nunggu, sampe ada seorang lelaki yang menyapanya, “Dini ya”.
Dini memang sudah ngasi tau pake blus ketat warna pink dan jins hipster ketat juga. “Wah kamu cantik sekali, Din, seksi juga lagi”, kata om Andi sambil menyalami Dini sambil menyebutkan namanya. “Om belum pernah neh dapet model amoy, mana amoynya bahenol lagi”. Dia duduk didepan Dini. “Kamu dah lama kenal Ines ya Din”, kata om Andi membuka pembicaraan. “Dah lama juga om, Dini sering curhat ama Ines”. “Kok bisa ngerembet sampe ke om segala”. “Iya om, kita cerita2 ngesex, sampe Ines crita nikimat banget ngesex ama om. Dini jadi kepingin nyobain deh” “Bisa aja si Ines.
Dini biasanya ngesex ama om om juga?”. “Enggak om, sama cowok Dini”. “Sering ya Din ngesexnya”. “Setiap weekend om, keculai kalo Dini lagi dapet”. “Wah asik, dah pengalaman dong kamu urusan ngesex”. “Pengalaman ya cuma ama cowok Dini aja om”. “Iya biar cuma ama 1 cowok tapi kan kamu dah sering ngelakuin ama dia, jadi dah tau dong apa yang dimaui lelaki diranjang”. “O itu maksud om, ya udah lah. Dini selalu nurutin apa yang diminta cowok Dini di ranjang”. “Kamu selalu maennya di ranjang ya Din”. “Iya om, kan maennya selalu dikamar”. “Di hotel?” “enggak om, dirumah Dini atau ditempat cowok Dini”. “Entar asik, vila om ada kolam renangnya, jadi bisa foto session di kolam renang dulu ya Din. Kita berangkat sekarang yuk”.
Merekapun beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke mobil om Andi yang diparkir di halaman resto. Di jok belakang teronggok tas yang katanya berisi peralatan fotografi, serta peralatan bantu lainnya. Segera mobil meluncur meninggalkan tempat parkir, menembus kemacetan kota menuju ke vila om andi yang terletak di daerah Puncak. Selama diperjalanan mereka ngoborol ngalor ngidul. Om Andi mampir disebuah mini mart didekat vilanya dan membeli makanan dan minuman serta keperluan lainnya. Belanjaan yang cukup banyak itu ditaruh dibagasi mobil mengingat di jok belakang dah dipenuhi peralatan foto.
Sesampainya di vila, om andi menurunkan semua bawaannya. Dini membantu ngangkatin juga selain tas pakeannya. “Gak ada yang nungguin ya om”, tanya Dini. “Ada yang nunggu, setan”. “Bener om ada setannya”, Dini membelalak ketakutan. “He he om becanda kok, kalo juga ada setan, setannya taku ama om. Kan om rajanya setan”, kata om Andi sembari mencolek pinggang Dini yang terbuka. “Ih, om geli ah”, jeritnya manja. “Kan vila ini kosong, jadi kalo om mo pake vilanya, ada orang yang dateng buat membersihkan seluruh vila sebelumnya”.
Makanan dan minuman dimasukkan ke lemari es, sebagian diletakkan dimeja pantri. Ketika itu dah sore, matahari dah mulai turun. “Din, masih ada matahari, fotosession dulu yuk. Kamu pake deh bikini kamu. Om tunggu di belakang ya, di kolam renang”. Dini masuk ke salah satu kamar dan mengganti pakeannya dengan bikini. Karena bikininya minim, toketnya yang besar montok seakan mo ngeloncat keluar. Demikian juga jembutnya yang lebat ngintip dari sela2 cd bikininya.
Om Andi menelan ludah ketika dia melihat Dini berbikini sexy. “Wao, mulus banget Din. Merangsang banget”. Dia segera memberi arahan pada Dini untuk berpose di pinggir kolam renang dan mulai mengambil gambar. Karena Dini belum pernah akting maka gayanya kaku. “Kamu malu ya Din ama om, kok kaku banget seh gaya kamu”. “Enggak kok om, Dini gak malu”. “Iya ya kan kamu dah biasa telanjang didepan cowok kamu. Anggep aja om cowok kamu supaya kamu bisa lebih rilex gayanya”. Dengan sabar om Andi mengarahkan Dini berpose sehingga akhirnya dapet juga satu set foto Dini berbikini. Om Andi mengomentari apa yang harus diperbaiki sembari melihat foto2 yang diambilnya di laptop.
Karena dah mulai gelap, foto session dipindah kedalem. Di ruang tamu. “Din kamu ganti pake lingeri, bawa kan”. “Bawa om”, Dini menghilang lagi kekamar dan mengganti bikininya dengan daleman tipis dan minim yang model bikini juga. Om andi kembali ternganga melihat kemontokan bodi Dini. Karena dalemannya yang tipis maka berbayanglah pentil toket Dini yang belum terlalu besar dan berwarna pink kecoklatan. Demikian pula jembutnya yang lebatpun terlihat jelas dibalik cd tipis yang dipakenya. “Wah Din, kamu lebih merangsang begini daripada telanjang bulet”.
Foto session dimulai lagi dengan menggunakan sofa. Lampu sorot dipake untuk menambah pencahayaan. Dini tanpa canggung berpose lebih vulgar dari yang di kolam renang, pahanya selalu dikangkangkan menonjolkan kelebatan jembutnya. Toketnyapun selalu dibusungkan sehingga terekam dengan jelas kemontokannya di kamera om Andi. Sementara om Andi sendiri terlihat sekali susah mengendalikan napsunya yang sudah sangat berkobar2 melihat kemontokan Dini. Karena sudah mendapatkan banyak masukan dari hasil sesi foto bikini, Dini jauh lebih rilex berposenya dan memerlukan sangat sedikit perbaikan sehingga cepat selesai sesi foto lingerie.
Om Andipun men set kameranya ke lap topnya dan mulai membahas satu persatu foto yang telah dibuat dengan Dini. “Foto session ke 3 telanjang ya Din”. “Siapa takut, tapi makan dulu ya om, Dini dah laper neh”. “Kita cari makan diluar ya Din, deket vila ada warung sate kambing, enak”. “Biar tambah hot ya om”, jawab Dini sembari menghilang ke kamar. Keluar dari kamar dia dah memakai pakaeannya yang tadi, blus dan jins hipster. “Din, kalo malem dingin, kamu gak bawa mantel”. “Ada om”, kata Dini sembari masuk ke kamar lagi mengambil mantelnya. Sampe sini om Andi belum menunjukkan aktivitas apa2, walaupun dari wajahnya terlihat sekali bahwa dia sudah sangat bernapsu. Dini heran juga, kok om Andi kuat sekali menahan diri untuk tidak mulai menggelutinya.
Sekembali dari makan, Dini memakai bikininya lagi dan mengajak om Andi berenang. Air kolamnya terasa hangat walaupun tidak dipanasi. Om Andi hanya bercelana gombrong. Mereka berenamh hilir mudik beberapa saat, kemudian Dini segera keluar dari kolam, membungkus tubuhnya dengan anduk dan berbaring di dipan bermatras yang ada dipinggir kolam. Hawanya terasa dingin, segera om andipun keluar dari kolam dan duduk disebelah Dini yang sudah berbaring didipan. “Om dingin om”, Dini mengundang om Andi untuk bertindak.
Segera om andi bereaksi, dia berbaring disebelah Dini, memeluknya dan segera memagut bibir mungil Dini. sebentar saja anduk yang membungkus tubuhnya sudah diurai om Andi. Dini menjadi gelisah, kakinya berubah posisi terus, sebentar kaki kiri diatas kaki kanan, sebentar lagi posisinya sebaliknya. Dia rupanya menahan napsunya yang telah berkobar. “Kenapa Din, gatel ya, kok kakinya berubah terus”. Dini diem saja.
Om Andi mencium pipinya, Dini menggelinjang dan menoleh ke arah om Andi. Dia segera mencium kembali bibir mungilnya. Melumatnya, lidahnya mendesak masuk ke dalam mulut Dini, menggelitik langit langit mulutnya. Dia mulai merabai toketnya yang masih tertutup bra bikininya. Dini merintih. ” Om..”. Dia menjilati lehernya, ”tenang aja Din, nikmati ..” . Dini benar benar tak kuasa menolak semua itu , dia hanya pasrah menikmati permainan itu. Kembali om andi menciumi bibir Dini lagi . Dini pun membalasnya dengan penuh nafsu . Dengan cepat dia melepas bra bikini yang di kenakan Dini . Dini sama sekali tak menolak . Dadanya telah terbuka.
Om andi menatap toketnya, yang segera diraba2. Tubuh Dini gemetar. pentilnya juga dimainkan dengan liar. Dini mendesah “ ahh.. .. ehhh ….om ohh… “. Om andi pun menjulurkan lidah , menjilat pentilnya yang tampak menonjol keluar . Dini sudah sepenuhnya di kuasai birahi . Om Andi dengan bernafsu melumat , menyedot toketnya. Membuat Dini semakin birahi . Suara erangan nikmat Dini terdengar , menambah gairah si om . Dia pun mengurai ikatan cd bikini Dini sehingga dalam sekejab Dini sudah bertelanjang bulat. Jembutnya yang lebat menyelimuti daerah nonoknya. Dengan lembut om Andi meraba raba paha putih mulusnya. Perlahan dia mengelus elus paha putih Dini. Sambil sedikit demi sedikit merenggangkan kedua kakinya, dia dapat jelas melihat cairan nikmat yang merembes dari nonok Dini membasahi selangkangan.
Om Andi menjilati daun telinganya sehingga membuatnya terangsang geli. Satu sentuhan lembut , jarinya tepat di belahan nonoknya. Membuat suara erangan birahi keluar dari mulut Dini. “AAhh …… “ . om Andi terus aktif menyapu pentilnya dengan lidah, toketnya tampak mengeras karena napsu . Di sertai getaran getaran jarinya di atas belahan nonoknyanya, membuat tubuh Dini bergejolak. “ ohh….. ahhh .. sudah, Dini gak tahan lagi .. ..” erangnya ketika jarinya bergerak semakin cepat di belahan nonoknya, keatas dan kebawah. Om Andi tidak berhenti , jarinya bergetar semakin liar. Pentil Dini juga dijilat cepat . Tubuh Dini mengejang , Dini menjerit keenakan, dia nyampe. Nafasnya masih memburu di sertai degup jantungnya yang berdetak cepat . Om Andi pun menciumi bibir nya. “Din, kamu merasa nikmat gak ..” tanyanya, sambil terus mencium bibir Dini dengan mesra. Dengan dua jari, bibir nonoknya dikuakkan lebar. Dini mengerang .
Om Andi menatap nonok Dini , dengan liangnya yang basah . itilnya tampak memerah dan membesar . Dia menjulurkan lidah menjilati itil Dini . Lagi lagi Dini mengerang nikmat. Jilatannya di itil Dini terus membangkitkan nafsu birahi Dini.
Sebentar saja Dini telah kembali bernapsu. Dini terus mengerang kenikmatan . Lendir nonok Dini mengalir terus . Rasa nikmat dan gatal mendera itilnya yang tegang terangsang. Dan tubuhnya kembali menegang . “ ahh…enak…ahhh ..enak..” erangnya . Lidahnya terus bergerak menyapu itil Dini dan membawa Dini kembali mengejang kerena nyampe lagi . Tubuh Dini pun kembali lemas . “Om, belum dientot aja Dini dah 2 kali nyampe, apalagi kalo dah dientot ya om”.
Setelah beberapa saat , om andi membawa tubuh bugil Dini kedalam kamar dan membaringkannya di ranjang. Dini berjalan agak gontai dan sempoyongan , tubuhnya terasa lemas dan tenaganya seperti hilang . “Kok masuk om, katanya mo maen di kolam”. “Kan diluar dingin Din, ntar masuk angin lagi. Besok kan kita mo foto session nude lagi”.
Sekarang Dini telah berbaring di ranjang. Om Andi memberikan minuman yang tadi dibelinya di minimart kepada Dini. Dia pun mulai membuka celananya. Kontolnya yang tegang itu sudah siap untuk memasuki nonok Dini. Dia menghampiri Dini . Om Andi meminta Dini mengemut kontolnya. “Kontol om”, kata Dini lirih. “Emangnya kenapa Din”. “Kontol om besar sekali, lebih besar dan lebih panjang dari kontol cowok Dini”. Jemarinya mulai menyentuh kepala kontol om Andi.
Pertama kali Dini hanya memegang dengan kedua jemarinya. “Aah… terus dong Din, pegang erat dengan kedua tanganmu”, rayu om Andi penuh nafsu. “Iiih… keras sekali om”, bisik Dini. “Ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” om Andi mengerang nikmat saat tiba-tiba saja Dini bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat. “Iiih sakit ya om”, tanyanya. Om Andi menatap Dini. “Ooouhh jangan dilepas Din, remas seperti tadi, lekas Din, oohh…” erangnya lirih. Dini kembali meremas kontolnya seperti tadi. om Andi melenguh nikmat.
Dini menatap kontol yang kini sedang diremasnya, jemari kedua tangannya secara bergantian meremas batang dan kepala kontol om Andi. Jemari kiri berada di atas kepala kontol sedang jemari yang kanan meremas batangnya. Om Andi hanya bisa melenguh panjang pendek. “.sshh…Din… terusss, yaahh… ohh… ssshh”, dia melenguh keenakan.
Dini memandang om Andi sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu digenggam dan diremas seperti semula tetapi kemudian dia mulai memompa dan mengocok kontolnya maju mundur. “Aakkkhh… ssshh” om Andi menggelinjang menahan nikmat. Dini semakin bersemangat melihat om Andi merasakan kenikmatan, kedua tangannya bergerak makin cepat maju mundur mengocok kontolnya. “Din…aahhgghh… sshh, sekarang diemut Din”, pinta om Andi. Dini pun menjulurkan lidahnya dan menjilati ujung kontol om Andi.
Tapi belum diemutnya . om Andi mendorong kontolnya hingga ke mulut Dini . “ayo dong ..Din, diemut ..dong..” pintanya . Dini pun perlahan membuka mulutnya. Kontol om Andi segera melucur masuk ke dalam mulutnya. “ ufff …ughh …. “ suara Dini tertahan kontol . Dini mengeluar masukkan kontolnya didalam mulutnya.
Om Andi kemudian menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toket Dini, perutnya yang menekan nonok Dini. Kembali dia menggerayangi toket Dini, dia mulai menggesekkan jemarinya mulai dari bawah toket di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketnya yang kenyal dan montok. Dini merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Om, geli, ayo dong om Dini dientot”, erangnya lirih. Beberapa saat om Andi mempermainkan kedua pentilnya yang kemerahan dengan ujung jemarinya.
Dini menggelinjang lagi, om Andi memuntir sedikit pentilnya dengan lembut. ” Om…” Dini kembali mendesah. Secara bersamaan akhirnya om Andi meremas-remas gemas kedua toketnya dengan sepenuh nafsu. “Aawww… om”, Dini mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei dengan kuat. Om Andi semakin menggila tak puas meremas lalu dia mulai menjilati kedua toket Dini secara bergantian.
Dia menjilati seluruh permukaan toket Dini sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, digigit-gigitnya pentil Dini secara bergantian sambil diremas-remas dengan gemas. Lima menit kemudian dia menghisap kedua pentil Dini sekuat-kuatnya. Dia tak peduli Dini menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali Dini memegang dan meremasi rambut om Andi, sementara om Andi tetap mencengkeram dan meremasi kedua toket Dini bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya.
Pentil Dini dipilin dengan lidahnya sambil terus dihisap. Dini hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika gigi om Anton menggigiti pentilnya dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toket Dini nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitan om Andi. Cukup lama om Andi mengemut toket Dini, setelah itu dia merayap menurun ke bawah. Ketika lidahnya bermain di atas pusar Dini, Dini mulai mengerang-erang kecil keenakan, om Andi mengecup dan membasahi seluruh perutnya. Ketika bergeser ke bawah lagi, om Andi membetulkan posisinya di atas selangkangan Dini. Dia membuka ke dua belah paha Dini lebar-lebar, Dini sudah sangat terangsang sekali.
Kedua tangan Dini masih tetap memegangi kain sprei. Om Andi memandangi nonok Dini yang ditumbuhi jembut lebat. Bibir nonoknya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit berada diantara kedua bibir nonoknya. Selanjutnya om Andi langsung menyosor menekan nonok Dini, hidungnya menyelip di antara kedua bibir nonok Dini. Bibirnya mengecup bagian bawah bibir nonok Dini dengan bernafsu, sementara tangannya merayap ke balik paha Dini dan meremas pantatnya yang bundar dengan gemas.
Om Andi mulai mencumbui bibir nonok Dini yang tebal itu secara bergantian. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, dia mengecup dan mengulum bibir nonok Dini bagian bawah. Karena ulahnya, Dini sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit kepala om Andi yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir nonoknya. Om Andi memegangi kedua belah pantat Dini yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak. Dini meremasi rambut om Andi sampai kacau. Kadang pantatnya dinaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidah om Andi pada seluruh permukaan nonoknya.
Dini berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan. Tubuhnya menggeliat hebat, kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan. Om Andi semakin bersemangat melihat tingkahnya. Disibakkan bibir nonok Dini, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendir Dini. Om Andi mengusap dengan lembut bibir nonoknya, agak ke atas dari liang nonoknya yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, itilnya. Lalu secepat kilat dengan lidahnya menyentil2 itil Dini. Dini memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya kebawah.
Dini mengejang hebat, pinggulnya bergerak liar dan kaku, sehingga jilatanom Andi pada itilnya jadi luput. Dengan gemas om Andi memegang kuat-kuat kedua belah paha Dini lalu kembali ditempelkannya bibir dan hidungnya di atas celah kedua bibir nonok Dini. Dia menjulurkan lidahnya keluar sepanjang mungkin lalu ditelusupkan menembus jepitan bibir nonok Dini dan kembali menyentil itilnya. Dini memekik tertahan dan tubuhnya kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya. Pantat nya terangkat ke atas sehingga lidah om Andi memasuki celah bibir nonoknya lebih dalam dan menyentil-nyentil itilnya. Begitu singkat karena tak sampai 1 menit Dini mengejan kembali dan ada semburan lemah dari dalam liang nonoknya berupa cairan hangat agak kental banyak sekali.
Om Andi masih menyentil itil Dini beberapa saat sampai tubuh Dini terkulai lemah dan akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke kasur. Dini melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru dirasakan, sementara om Anton masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika Dini nyampe. Seluruh selangkangan Dini tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental. Om Andi menjilati seluruh permukaan nonok Dini sampai agak kering, “Din…puas kan…” bisiknya lembut namun Dini sama sekali tak menjawab, matanya terpejam rapat. “Giliran om ya Din, om mau masuk nih”, bisiknya lagi. “Sekarang dientot yang lama ya om”, rengek Dini. “Yang penting Dini nikmat kan”. “Nikmat banget2, om”.
Om Andi segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuh Dini yang telanjang berkeringat. Dia menarik kaki Dini ke atas dan ditumpangkan kedua paha Dini pada pangkal pahanya sehingga kini selangkangan Dini menjadi terbuka lebar. Dia menarik pantat Dini ke arahnya sehingga kontolnya langsung menempel di atas nonok Dini yang masih basah. Dia mengusap-usapkan kepala kontolnya pada kedua belah bibir nonok Dini dan lalu beberapa saat kemudian kontol ditepuk2kan dengan gemas ke nonok Dini. Dini menggeliat manja dan tertawa kecil, “Om… iiih.. gelii… aah”. “Din, kontol om mau masuk nih”, bisiknya penuh nafsu. “Om, masukin buruan. Dini dah gak tahan lagi neh”, sahut Dini.
Sedikit disibakkannya bibir nonok Dini, lalu diarahkannya kepala kontolnya yang besar ke liang nonok Dini yang sempit. Dia mulai menekan dan tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang nonok Dini membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kontolnya. Dini menggigit bibir saking nikmatnya. Om Andi melepaskan jemarinya dari bibir nonok Dini dan plekk…bibir nonok Dini langsung menjepit nikmat kepala kontolnya. Dini memejamkan matanya rapat-rapat dan kedua tangannya kembali memegangi kain sprei. Om Andi agak membungkukkan badan ke depan agar pantatnya bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah.
Dia memajukan pinggulnya dan akhirnya kepala kontolnya mulai tenggelam di dalam nonok Dini. Dia kembali menekan, mili demi mili kontolnya secara pasti terus melesak ke dalam nonok Dini. Dia terus menekan kontolnya, terus memaksa memasuki nonok Dini yang luar biasa sempit itu. Om Andi memegang pinggul Dini, dan ditarik kearah kontolnya sehingga masuk makin ke dalam. Dia menghentak keras ke bawah, dengan cepat kontolnya mendesak masuk nonok Dini. Dini mengerang nikmat. Dihentakkannya lagi pantatnya ke bawah dan akhirnya kontolnya secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir nonok Dini.
Om Andi berteriak keras saking nikmatnya, matanya mendelik menahan jepitan ketat nonok Dini yang luar biasa. Dia merebahkan badannya di atas tubuh Dini yang telanjang, Dini memeluknya, toketnya kembali menekan dada om Andi. Nonoknya menjepit meremas kuat kontol om Andi yang sudah amblas semuanya. “Din… bagaimana rasanya”, bisiknya. “Nikmat banget om”, jawabnya. Dia mencium bibir Dini dengan bernafsu, dan Dinipun membalas dengan tak kalah bernafsu. Mereka saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu om Andi mulai menggoyang pinggul naik turun. Kontolnya mulai menggesek nonok Dini.
Pinggulnya menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kontolnya yang tegang. Dini memeluk punggung om Andi dengan kuat, kukunya terasa menembus kulit om Andi. Dini merintih dan memekik keenakan. Beberapa kali Dini sempat menggigit bibir om Andi saking napsunya. Om Andi hanya merasakan betapa nonok Dini yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kontolnya. Ketika ditarik keluar terasa daging nonok Dini seolah mencengkeram kuat kontolnya, sehingga terasa ikut keluar. “Din, om nggak tahan lagi nih aahhgghghh”, bisiknya. “peju om mau keluar”. “Dini juga mo nyampe om, barengan yach”. Dan akhirnya pejunya ngecret di nonok Dini.
Dinipun ikut mengejang ketika merasakan hangatnya peju om Andi yang menyembur2 seperti dam yang bobol didalam nononknya. Mereka pun berpelukan puas. Dan tanpa terasa mereka ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecaapaian dalam permainan tadi.
Mereka tertidur sampai menjelang pagi. Ketika terbangun, om Andi membangunkan Dini juga lalu mereka berdua mandi bersama karena semalem mereka gak sempet mandi. Di dalam kamar mandi mereka saling membersihkan dan berciuman. Om Andi minta Dini jongkok dan menjilati serta mengulum kontolnya yang sudah tegak berdiri lagi. Kontolnya dikulum Dini sambil dikocok pelan-pelan naik turun. “Enak banget Din, terus diemut Nes”, erangnya. Kemudian giliran om Andi, Dini disuruh berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub. Dia menyerang selangkangan Dini, khususnya itilnya, dengan lidah sehingga Dini mengerang sambil memegang kepala om Andi dan menenggelamkannya lebih dalam ke nonoknya.
Om Andi menjulurkannya lidahnya lebih dalam ke nonok Dini sambil mengorek-korek itilnya dengan jari manis. Semakin hebat rangsangan yang Dini rasakan sampai akhirnya dia nyampe, dengan derasnya lendirnya keluar tanpa bisa dibendung. Om Andi menjilati dan menelan semua lendirnya. “Om, nikmat banget deh, Dini sampe lemes”, kata Dini. “Ya udah kamu istirahat aja, om mau sediain makanan dulu ya”, katanya sambil keluar dari kamar mandi bertelanjang bulat. Dini mengikutinya, juga dengan bertelanjang bulat. Mereka sarapan sereal yang dicampur dengan susu, sambil minum kopi. Om Andi menghangatkan kue2 yang kemarin dibelinya di microwave. Sambil bercanda2 mereka menyantap semua makanan yang tersedia.
Sehabis makan langsung om Andi menyiapkan kembali peralatan fotonya untuk sesi foto telanjang. Dalam keadaan telanjang bulat Dini berpose dengan macam2 gaya, dikamar mandi, diranjang, disofa, dimeja makan, di beranda dan terakhir kembali dikolam renang. Om Andi mengekspos kemontokan Dini, toket, pentil, pantat dan jembut Dini. Cukup lama sesi foto berlangsung.
Seperti ketika sesi lingeri, tak banyak kesulitan yang dialami Dini. Dia sudah bisa berpose secara alami, berkat arahan dan kenikmatan yang dia peroleh dari im Andi. Dalam hati Dini membenarkan cerita Ines bahwa om Andi sangat ahli mengolah pose dan mengolah badan prempuan sampai bergelimang kenikmatan. Semalem dan mulai ngentot saja, om Andi mengulangi lagi merangsang tubuh Dini sampai dia merasakan kenikmatan yang luar biasa, sehingga ketika dientot rasanya sampai susah dituliskannya.
Dini berbaring didipan. Om Andi menjatuhkan dadanya diantara kedua belah paha Dini. Lalu dengan gemas, diciumi pusarnya. ” Om, geli!” Dini menggeliat manja. Om Andi tersenyum sambil terus saja menciumi pusar Dini berulang2 hingga dia menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lutut om Andi merangkak sehingga wajahnya terbenam diantara ke2 toket Dini.
Dia mengecup pentilnya sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan. Diulangi beberapa kali, kemudian dia meremes toket Dini dengan lembut. Remasannya membuat pentil Dini makin mengeras, dengan cepat dikecupnya pentil Dini dan kukulum2 sambil mengusap punggungnya. “Kamu cantik sekali, Din. Kamu gak dicariin ortu kamu kan”, katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Dini. Dini hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. Dini merangkul leher om Andi, dan mencium bibirnya. Lidahnya yang nyelip masuk mulut om Andi.
Mereka langsung berpagutan lagi, Dini sangat bernapsu meladeni ciuman om Andi. Om Andi mencium bibirnya, kemudian lidahnya kembali menjalar menuju ke toket dan mengulum pentil Dini. Terus menuju keperut dan menjilati pusar Dini hingga Dini menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat. “Om enak sekali..” nafasnya terengah2. Lumatan dilanjutkan pada itil Dini, dijilati, dikulum2, sehingga Dini semakin terangsang hebat.
Pantatnya terangkat supaya lebih dekat lagi kemulut om Andi. Om Andipun memainkan lidahnya ke dalam nonok Dini yang sudah dibuka sedikit dengan jari. Ketika responsnya sudah hampir mencapai puncak, om Andi menghentikannya. Dia ganti posisi 69. Dia telentang dan minta Dini telungkup diatas tubuhnya tapi kepala ke arah kontolnya. Dia minta Dini untuk kembali menjilati kepala kontol lalu mengulum kontolnya keluar masuk mulutnya dari atas. Setelah Dini lancar melakukannya, om Andi menjilati nonok dan itil Dini lagi dari bawah.
Selang beberapa lama mereka melakukan pemanasan maka om Andi berinisiatif untuk menancapkan kontolnya di nonok Dini. Dini ditelentangkan, pahanya dikangkangkan, pantatnya diganjal dengan bantal. Om Andi kemudian menelungkup diatas Dini. Kontol digesek2kan di nonok Dini yang sudah banyak lendirnya lagi karena itilnya dijilati barusan. “Ayo om cepat, Dini sudah tidak tahan lagi”, pintanya dengan bernafsu. “Wah kamu sudah napsu ya Din, om suka kalo kita ngentot setelah kamu napsu banget sehingga nikmat banget rasanya ketika kontol om masuk ke nonok kamu”, jawabnya. Dengan pelan tapi pasti dia memasukkan kontolnya ke nonok Dini. Dini melenguh sambil merasakan kontol besar menerobos nonoknya yang masih sempit. Om Andi terus menekan2 kontolnya dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua.
Lalu ditarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam, terasa kontolnya nancep dalem sekali. “Om enjot yang cepat dong, Dini udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak om, lebih enak katimbang dijilat om tadi”, lenguhnya. “Om juga mau ngecret, Din”, jawabnya. Dengan hitungan detik mereka berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa nonok Dini berkedutan meremes2 kontol om Andi. Lemas dan capai mereka berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.
Sudah satu jam kami beristirahat, lalu om Andi minta Dini mengemut kontolnya lagi. “Om belum puas Din, mau lagi, boleh kan?” katanya. “Boleh om, Dini juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi. Om gak ada matinya, baru aja ngecret dah pengen masuk lagi”, jawabnya sambil mulai menjilati kepala kontolnya yang langsung ngaceng dengan kerasnya. Kemudian kepalanya mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kontol om Andi dimulutnya. Om Andi mengerang kenikmatan, “Enak banget Din emutanmu. Tadi nonokmu juga ngempot kontol om ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh, boleh diulang ya Din kapan2″. Dini diam tidak menjawab karena ada kontol dalam mulutnya. “Din, om udah mau ngecret nih, om masukkin lagi ya ke nonok kamu”, katanya sambil minta Dini nungging.
Sambil nungging Dini bertanya, “Mau dimasukkin di pantat ya om, Dini gak mau ah”. “Ya gak lah Din, ngapain di pantat, di nonok kamu udah nikmat banget kok”, jawabnya. Urat2 berwarna hijau di kulit batang kontolnya makin membengkak. Dia menekan pinggulnya sehingga kepala kontolnya nyelip di bibir nonok Dini. Terasa bibir nonok Dini menjepit kontolnya yang besar itu. Dia menciumi leher Dini, “Oh…om”, lenguh Dini ketika om Andi menciumi telinganya. Dengan pelan dimasukkan kontolnya ke nonok Dini.
Pelan2 dia menarik sedikit kontolnya, kemudian didorong lagi. Hal ini dilakukan beberapa kali sehingga lendir nonok Dini makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kontolnya. Sambil menghembuskan napas, dia menekan lagi kontolnya masuk lebih dalam. Dia kembali menarik kontolnya hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar nonok Dini, lalu didorong kembali pelan2. “Din, nanti dorong pinggul kamu kebelakang ya”, katanya sambil menarik kembali kontolnya.
Dia kembali mencium telinga Dini dan mendorong kontolnya masuk. Pentilnya diremes dengan jempol dan telunjuk. Dini tersentak karena enjotan kontolnya dan secara reflex dia mendorong pinggulnya ke belakang sehingga kontolnya nancap lebih dalam. Kontol kembali ditarik keluar lagi dan dibenamkan lagi pelan2, begitu dilakukan beberapa kali sehingga seluruh kontolnya sudah nancap di nonok Dini. ”Akh om”, lenguhnya ketika terasa kontol om Andi sudah masuk semua, terasa nonoknya berdenyut meremes2 kontol om Andi.
Om Andi terus menekan2 sampe amblas semua, terasa kontolnya masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantat Dini diganjel bantal. Kontol mulai dikeluarmasukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar Dini mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatnya. Tangan kiri om Andi menjalar ke toket Dini dan meremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. Dini mulai merasakan nikmatnya, “Om, nikmat banget ya dientot om, lebih nikmat dari dientot cowok Dini. Terus yang cepet ngenjotnya om, rasanya Dini udah mau nyampe lagi”, erangnya.
Itilnya tergesek kontol ketika om Andi mengenjotkan kontolnya masuk. Dini menjadi terengah2 karena nikmatnya. “Din, nonokmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget Din ngentot dengan kamu”. Terasa bibir nonok Dini ikut terbenam setiap kali kontol dienjot masuk. “Om”, erangnya. Terdengar bunyi “plak” setiap kali dia menghunjamkan kontolnya.
Tontonan khusus dewasa 18++ –> Film Bokep 2015
Bunyi itu berasal dari beradunya biji peler om Anton dengan pangkal paha Dini, setiap om Andi mengenjot kontolnya masuk. “Din, om udah mau ngecret”, erangnya lagi. Dia menghunjamkan kontolnya dalam2 di nonok Dina dan terasalah pejunya nyembur2 di dalam nonok Dini. Bersamaan dengan itu, “Om, Dini nyampe juga om”, Dini mengejang karena ikutan nyampe. “Om, nikmat banget, kapan ngentotin Dini lagi”. Om Andi tidak menjawab, dia terkapar kelelahan. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: ABG asal dari kota Amoy appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Nafsu Seorang Dosen

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru – Cerita Sex : Nafsu Seorang Dosen – Sebut saja namaku Rudi, Aku adalah mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas di Surabaya.
Di kampus aku mempunyai seorang dosen yang cantik dan lembut. Namanya Bu Via. Berkenaan dengan Bu Via, ada sesuatu yang membuat kehidupanku lebih indah dan menyenangkan selama hampir tiga bulan ini.

cerita-sexnafsu-tinggi-seorang-dosen-300x225
Cerita Sex: Nafsu Seorang Dosen

 
Bermula pada suatu siang ketika aku melakukan bimbingan suatu tugas akhir. Di jurusanku sebelum masuk ke skripsi, seorang mahasiswa harus mengambil tugas akhir mengerjakan sebuah desain. Bu Via adalah pembimbingku untuk tugas tersebut. Bimbingan berlangsung singkat saja, karena Bu Via ada tugas lain di luar kampus saat itu. Ketika selesai, Bu Via bilang padaku agar datang ke rumahnya saja pada malam harinya untuk melanjutkan bimbingan. Malamnya aku datang.
Rumahnya ada di sebuah kompleks perumahan yang sepi dan tenang. Bu Via sudah bercerai dari suaminya. Ia berumur sekitar 37 tahun, dengan seorang anak yang masih bersekolah TK. Meskipun sudah berumur 37 tahun, namun Bu Via masih kelihatan seperti baru lepas ABG saja. Kulitnya putih, bersih dan segar. Bodinya langsing, meskipun tidak terlalu tinggi. Pada kaki dan tangannya ditumbuhi bulu-bulu halus, tapi cukup lebat, yang kontras dengan kulitnya yang putih itu. Saat itu merupakan liburan TK-SD dan anaknya sedang berlibur di rumah sepupunya yang seumur dengan dia.
Aku dan Bu Via sebenarnya memang sudah cukup akrab. Dia pernah menjadi dosen waliku dan beberapa kali aku pernah datang ke rumahnya, sehingga aku tidak canggung lagi. Apalagi dalam banyak hal selera kami sama, misalnya soal selera musik. Setelah bimbingan selesai, kami hanya mengobrol ringan saja. Kemudian Bu Via minta tolong padaku.
“Rud, slot lemari pakaian di kamarku rusak, bisa minta tolong diperbaiki?”, begitu katanya malam itu.
Kemudian aku dibawa naik ke lantai dua, ke kamarnya. Kamarnya wangi. Penataan interiornya juga indah. Kurasa wajar saja, sejak semula aku tahu ia punya selera yang bagus. Itu pula yang membuat kami akrab, kami juga sering memperbincangkan soal-soal seperti itu, selain soal-soal yang berkaitan dengan kampus. Aku tersenyum ketika melihat sebagian isi lemari pakaiannya.
Lingerie-nya didominasi warna hitam. Aku juga menyukai warna seperti itu. Warna seperti itu sering pula kusarankan pada Kiki cewekku untuk dipakainya, karena dengan pakaian dalam seperti itu membuatku lebih bergairah. Bu Via hanya tersenyum melihatku “terkesan” menyaksikan tumpukan lingerie-nya. Dengan serius kuperbaiki slot pintu lemarinya yang rusak. Ia keluar meninggalkanku sendirian di kamarnya. Sesaat kemudian pekerjaanku selesai. Saat itu Bu Via masuk. Tiba-tiba tanpa kusangka, ia melap peluh di dahiku dengan lembut. AC di kamarnya memang dimatikan, sehingga udara gerah.
“Panas Rud? Biar AC-nya kuhidpkan”, begitu katanya sambil menghidupkan AC.
Saat kekagetanku belum hilang, ia kembali melap keringat di dahiku. Dan kali ini bahkan dengan lembut ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Segera aku menyambar aroma wangi dari tubuhnya hingga membuat jantungku berdetak tidak seperti biasanya. Bahkan kemudian ia melanjutkan membuat detak jantungku semakin kencang dengan mendekatkan bibirnya ke bibirku. Sesaat kemudian kusadari bibirnya dengan lembut telah melumat bibirku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku dan semakin dalam pula aroma wangi tubuhnya terhirup napasku, yang bersama tindakannya melumat bibirku, kemudian mengalir dalam urat darahku sebagai sebuah sensasi yang indah.
Ia terus melumat bibirku. Lalu tangannya pelan-pelan membuka satu persatu kancing kemejaku. Saat itu aku mulai mampu menguasai diriku. Maka dengan pelan-pelan pula kubuka kancing blusnya. Setelah kemejaku lepas, ia menarik resliting jeansku. Begitu pula yang kulakukan dnegan roknya, kutarik resliting yang mengunci rokya. Kemudian ia melepaskan bibirnya dari bibirku dan membuka matanya.
Saat itu aku terbelalak melihat keindahan yang ada di depan mata. Payudaranya sedang-sedang saja, tapi indah dan terlihat kencang dibungkus bra hitam bepotongan pendek berenda yang membuat barang indah itu tampak semakin indah. Payudaranya seolah “hanging wall” yang mengundang seorang climber untuk menaklukkannya dengan hasrat yang paling liar. Dan menengok ke bawah, aku semakin dibuat terkesan serta jantungku juga semakin berdetak kencang. Di balik celana dalam dengan potongan yang pendek yang juga berwarna hitam berenda yang indah, tersembul bukit venus yang menggairahkan. Di tepi renda celana itu, tampak rambut yang menyembul indah melengkapi keindahan yang sudah ada.
Kulihat Bu Via juga tersenyum menatap lonjoran tegang di balik celana dalamku. Tangannya yang lembut mengelus pelan lonjoran itu. Sensasi yang menjelajahi aliran darahku kemudian menggerakkan tanganku mengelus bukit venusnya. Ia tampak memejam sesaat dengan erangan yang pelan ketika tanganku menyentuh daging kecil di tengah bukit venus itu. Ia kemudian melanjutkan tindakannya melumat bibirku dengan lembut. Bibirnya yang lembut serta napasnya yang wangi kembali membuatku dialiri sensasi yang memabukkan. Ia rupanya memang sabar dan tidak terburu-buru untuk segera menuju ke puncak kenikmatan.
Bibirnya kemudian ia lepaskan dari bibirku dan ia menyelusuri leherku dengan bibirnya. Napasnya membelai kulit leherku sehingga terasa geli namun nikmat. Kadang-kadang ia mengginggit leherku namun rupanya ia tidak ingin meninggalkan bekas. Ia tahu bahwa aku punya pacar, karena belum lama, Kiki kuperkenalkan padanya saat kami bertemu di sebuah toko buku.
Ia kemudian turun ke dadaku dan mempermainkan puting susuku dengan mulutnya, yang membuat aliran darahku dialiri perasaan geli tapi nikmat. Semakin ke bawah ia diam sesaat menatap batang yang tersembunyi di balik celana dalamku, yang waktu itu juga berwarna hitam. Sesaat ia mempermainkannya dari luar. Ia kemudian dengan lembut menarik celana dalamku. Ia tersenyum ketika menyaksikan penisku yang tegak dan kencang, seperti mercu suar yang siap memandu pelayaran gairah libido kewanitaannya.
Dengan lembut ia kemudian mengulum penisku. Maka aliran hangat yang bermula dari permukaan syaraf penisku pelan-pelan menyusuri aliran darah menuju ke otakku. Aku serasa diterbangkan ke awan pada ketinggian tak terukur. Bu Via terus mempermainkan lonjoran daging kenyal penisku itu dengan kelembutan yang menerbangkanku ke awang-awang. Caranya mempermainkan barang kejantananku itu sangat berbeda dengan Kiki cewekku. Kiki melakukannya dengan ganas dan panas, sedangkan Bu Via sangat lembut seolah tak ingin melewatkan seluruh bagian syaraf yang ada di situ. Cukup lama Bu Via melakukan itu.
Ketika perjalananku ke awang-awang kurasakan cukup, kutarik penisku dari dekapan mulut lembutnya. Giliran aku yang ingin membuat dia terbang ke awang awang. Maka kubuka bra yang menutupi payudara indahnya. Semakin terperangahlah aku dengan keindahan yang ada di depan mataku. Di depanku bediri dengan tegak bukit kembar yang indah sekaligus menggairahkan. Di sekitar puncak bukit itu, di sekitar putingnya yang merah kecoklatan, tumbuh bulu-bulu halus. Menambah keindahan buah dadnya. Tapi aku tidak memulainya dari situ. Aku hanya mengelus putingnya sebentar. Itupun aku sudah menangkap desah halus yang keluar dari bibir indahnya.
Kumulai dari lehernya. Kulit lehernya yang halus licin seperti porselen dan wangi kususuri dengan bibirku yang hangat. Ia mendesah terpatah-patah. Apalagi ketika tanganku tak kubiarkan menganggur. Jari-jariku memijit lembut bukit kenyal di dadanya dan kadang-kadang kupelintir pelan puting merah kecoklat-coklatan yang tumbuh matang di ujung buah dadanya itu. Kurasakan semakin lama puting itu pun semakin keras dan kencang. Setelah puas menyusuri lehernya, aku turun ke dadanya. Dan segera kulahap puting yang menonjol merah coklat itu. Ia menjerit pelan. Tapi tak kubiarkan jeritannya berhenti.
Kusedot puting itu dengan lembut. Ya, dengan lembut karena aku yakin gaya seperti itulah yang diinginkan orang seperti Bu Via. Mulutku seperti lebah yang menghisap kemudian terbang berpindah ke buah dada satunya. Tapi tak kubirakan buah dada yang tidak kunikmati dengan mulutku, tak tergarap. Maka tangankulah yang melakukannya. Kulakukan itu berganti-ganti dari buah dada satu ke buah dadanya yang lain.
Setelah puas aku turun bukit dan kususuri setiap jengkal kulit wanginya. Dan saat aku semakin turun kucium aroma yang khas dari barang pribadi seorang perempuan. Aroma dari vaginanya. Semakin besarlah gairah yang mengalir ke otakku. Tapi aku tidak ingin langsung menuju ke sasaran. Cara Bu Via membuatku melayang rupanya mempengaruhiku untuk tenang, sabar dan pelan-pelan juga membawanya naik ke awang-awang. Maka dari luar celana dalamnya, kunikmati lekuk bukit dan danau yang ada di situ dengan lidah, bibir dan kadang-kadang jari-jemariku. Kusedot dengan nikmat bau khas yang keluar dari sumur yang ada di situ.
Setelah cukup puas, baru kutarik celana dalamnya pelan-pelan. Aku tersentak menyaksikan apa yang kulihat. Bukit venus yang indah itu ditumbuhi rambut yang lebat. Tapi terkesan bahwa yang ada di situ terawat. Meski lebat, rambut yang tumbuh di situ tidak acak-acakan tapi merunduk indah mengikuti kontur bukit venus itu. Walaupun aku pernah membayangkan apa yang tumbuh di situ, tapi aku tidak mengira seindah itu.
Ya, aku dan teman-temanku sering bergurau begini saat melihat Bu Via: jika rambut di tempat yang terbuka saja subur, apalagi rambut di tempat yang tersembunyi. Dan ternyata aku bisa membuktikan gurauan itu. Ternyata rambut di tempat itu memang luar biasa. Bahkan aku yang semula berpikir rambut yang menghiasai vagina Kiki luar biasa karena subur dan indah, kemudian menerima kenyataan bahwa ada yang lebih indah, yaitu milik Bu Via ini. Dari samping keadaan itu seperti taman gantung Raja Nebukadnezar saja :-).
Segera berkelebat pikiran dalam otakku, betapa menyenangkannya tersesat di hutan teduh dan indah itu. Maka aku segera menenggelamkan diri di tempat itu, di hutan itu. Lidahku segera menyusuri taman indah itu dan kemudian melanjutkannya pada sumur di bawahnya. Maka Bu Via menjerit kecil ketika lidahku menancap di lubang sumur itu. Di lubang vaginanya. Bau khas vagina yang keluar dari lubang itu semakin melambungkan gairahku. Dan jeritan kecil itu kemudian di susul jeritan dan erangan patah-patah yang terus menerus serta gerakan-gerakan serupa cacing kepanasan. Dan kurasa ia memang kepanasan oleh gairah yang membakarnya.
Aku menikmati jeritan itu sebagai sensasi lain yang membuatku semakin bergairah pula menguras kenikmatan di lubang sumur vaginanya. Lendir hangat khas yang keluar dari dinding vaginanya terasa hangat pula di lidahku. Kadang-kadang kutancapkan pula lidahku di tonjolan kecil di atas lubang vaginanya. Di klitorisnya. Maka semakin santerlah erangan-erangan Bu Via yang mengikuti gerakan-gerakan menggelinjang. Demikian kulakukan hal itu sekian lama.
Kemudian pada suatu saat ia berusaha membebaskan vaginanya dari sergapan mulutku. Ia menarik sebuah bangku rias kecil yang tadi menjadi ganjal kakinya untuk mengangkang. Aku dimintanya duduk di bangku itu. Begitu aku duduk, ia kembali memagut penisku dengan mulutnya secara lembut. Tapi itu tidak lama, karena ia kemudian memegang penisku yang sudah tidak sabar mencari pasangannya itu.
Bu Via membimbing daging kenyal yang melonjor tegang dan keras itu masuk ke dalam vaginanya dan ia duduk di atas pangkuanku. Maka begitu penisku amblas ke dalam vaginanya, terdengar jeritan kecil yang menandai kenikmatan yang ia dapatkan. Aku juga merasakan kehangatan mengalir mulai ujung penisku dan mengalir ke setiap aliran darah. Ia memegangi pundakku dan menggerakkan pinggulnya yang indah dengan gerakan serupa spiral. Naik turun dan memutar dengan pelan tapi bertenaga.
Suara gesekan pemukaan penisku dengan selaput lendir vaginanya menimbulkan suara kerenyit-kerenyit yang indah sehingga menimbukan sensasi tambahan ke otakku. Demikian juga dengan gesekan rambut kemaluannya yang lebat dengan rambut kemaluanku yang juga lebat. Suara-suara erangan dan desahan napasnya yang terpatah-patah, suara gesekan penis dan selaput lendir vaginanya serta suara gesekan rambut kemaluan kami berbaur dengan suara lagu mistis Sarah Brightman dari CD yang diputarnya.
Barangkali ia memang sengaja ingin mengiringi permainan cinta kami dengan lagu-lagu seperti itu. Ia tahu aku menyukai musik demikian. Dan memang terasa luar biasa indah, pada suasana seperti itu. Apalagi lampu di kamar itu juga remang-remang setelah Bu Via tadi mematikan lampu yang terang. Dengan suasana seperti itu, rasanya aku tidak ingin membiarkan setiap hal yang menimbulkan kenikmatan menjadi sia-sia. Maka aku tidak membiarkan payudaranya yang ikut bergerak sesuai dengan gerakan tubuhnya menggodaku begitu saja. Kulahap buah dadanya itu. Semakin lengkaplah jeritannya.
Matanya yang terpejam kadang-kadang terbuka dan tampak sorot mata yang aku hapal seperti sorot yang keluar dari mata Kiki saat bercinta denganku. Sorot matanya seperti itu. Sorot mata nikmat yang membungkus perasaannya. Sekian lama kemudian ia menjerit panjang sambil meracau..
“Ah.. Aku.. Aku orgasme, Rud!”
Sesaat ia terdiam sambil menengadahkan wajahnya ke atas, tapi matanya masih terpejam. Kemudian ia melanjutkan gerakannya. Barangkali ia ingin mengulanginya dan aku tidak keberatan karena aku sama sekali belum merasakan akan sampai ke puncak kenikmatan itu. Sebisa mungkin aku juga menggoyangkan pinggulku agar dia merasakan kenikmatan yang maksimal. Jika tanganku tidak aktif di buah dadanya, kususupkan di selangkangannya dan mencari daging kecil di atas lubang vaginanya, yang dipenuhi oleh penisku.
Meskipun Bu via seorang janda dan sudah punya anak, aku merasa lubang vaginanya, seperti seorang ABG saja. Tetap rapat dan singset. Otot vaginanya seakan mencengkeram dengan kuat otot penisku. Maka gerakan pinggulnya untuk menaik turunkan bukit venus vaginanya menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Dan sejauh ini aku tidak merasakan tanda-tanda lahar panasku akan meledak.
Bu Via memang luar biasa, ia seperti tahu menjaga tempo permainannya agar aku bisa mengikuti caranya bermain. Ia seperti tahu menjaga tempo agar aku tidak cepat-cepat meledak. Memang sama sekali tidak ada gerakan liar. Yang dilakukannya adalah gerakan-gerakan lembut, tapi justru menimbulkan kenikmatan yang luar biasa, terutama karena aku jarang bercinta dengan perempuan lembut seperti itu. Sekian lama kemudian aku mendengar lagi ia meracau..
“Ah.. Ah.. Ini yang kedua.. Rud, aku orgasme.. Uhh!” Di susul jeritan panjang melepas kenikmatan itu.
Tapi kemudian ia memintaku mengangkatnya ke ranjang, tanpa melepaskan penisku yang masih menancap di lubang vaginanya. Ia memintaku menidurkannya di ranjang tapi tak ingin melepaskan vaginanya dari penisku, yang sejauh ini seperti mendekap sangat erat. Kulakukan pemintaannya itu. Maka begitu ia telentang di ranjang, aku masih ada di atasnya. Penisku pun masih masuk penuh di dalam vaginanya.
Kami melanjutkan permainan cinta yang lembut tapi panas itu. Kini aku berada di atas, maka aku lebih bebas bermanuver. Maka dengan gerakan seperti yang sering kulakukan jika aku berhubungan seks dengan Kiki, cepat dan bertenaga, kulakukan juga hal itu pada Bu Via. Tapi sesaat kemudian ia berbisik dengan mata yang masih terpejam..
“Pelan-pelan saja, Rud. Aku masih ingin orgasme”.
Aku tersadar apa yang telah kulakukan. Maka kini gerakanku pelan dan lembut seperti permintaan Bu Via. Kini erangan dan desahan patah-patahnya kembali terdengar. Ia menarik punggungku agar aku lebih dekat ke badannya. Aku maklum. Tentu ia ingin mendapatkan kenikmatan yang maksimal dari gesekan-gesekan bagian tubuh kami yang lain. Dan Bu Via memang benar, begitu dadaku bergesekan dengan buah dadanya, semakin besarlah sensasi kenikmatan yang kudapat. Kurasa demikian juga dengannya, karena jeritannya berubah semakin santer. Apalagi saat aku juga melumat bibir merahnya yang menganga, seperti bibir vaginanya sebelum aku menusukkan penisku di situ. Meskipun jeritannya agak bekurang karena kini mulutnya sibuk saling melumat bersama mulutku, tapi aku semakin sering mendengar ia mengerang dan terengah-engah kenikmatan. Hingga beberapa saat kemudian aku mendengar ia meracau seperti sebelumnya..
“Aku.. Ah.. Aku.. Uh.. Yang ketiga.. Aku orgasme, Rud.. Ahh”
Setelah jeritan panjang itu, matanya terbuka. Tampak sorot matanya puas dan gembira. Kemudian ia berbisik terengah-engah..
“Aku.. Aku.. Sudah cukup, Rud. Saatnya untuk kamu”.
Aku tahu yang dia maksudkan, maka kemudian pelan-pelan semakin kugenjot gerakanku dan semakin bertenaga pula. Ia kini membiarkanku melakukan itu. Kurasa Bu Via memang sudah puas mendapatkan orgasme sampai tiga kali. Sekian lama kemudian kurasakan lahar panasku ingin meledak. Penisku berdenyut-denyut enak, menandai bahwa sebentar lagi akan ada ledakan dahsyat yang akan melambungkanku ke awang-awang. Maka aku berusaha menarik penisku dari lubang vaginanya yang nikmat itu. Tapi Bu Via menahan penisku dengan tangan lembutnya.
“Biarkan.. Biarkan.. Saja di vaginaku, Rud.. Aku ingin merasakan sensasi cairan hangat itu.. Di vaginaku.. Uhh.. Uhh”.
Maka ketika lahar panas dari penisku benar-benar meledak, kubiarkan ia mengendap di sumur vagina milik Bu Via, dengan diiringi teriakan nikmatku.
Setelah itu, Bu Via memintaku untuk tetap berada di atas tubuhnya barang sesaat. Dengan lembut ia menciumi bibirku dan tangannya mengusap-usap puting susuku. Aku juga melakukan hal yang sama dengan mengusap-usap buah dadanya yang saat itu basah karena keringat. Dan memang sensasi yang kurasakan luar biasa.
Cooling down yang diinginkan Bu Via itu membuatku merasa seakan-akan aku sudah sangat dekat dengan Bu Via. Aku merasa ia seperti kekasihku yang sudah sering dan sangat lama bermain cinta bersama. Aku merasa sangat dekat. Maka begitu aku merasa sudah cukup, aku menarik penisku yang sebenarnya masih sedikit tegang dari lubang vaginanya. Tampak air muka Bu Via sedikit kacau. Wajahnya berkeringat dan anak rambutnya satu dua menempel di dahinya. Kami kemudian pergi ke kamar mandi pribadinya di kamar itu. Kamar mandinya juga wangi. Sambil bergurau, aku menggodanya..
“Ibu.. Justru kelihatan cantik setelah bercinta”. Ia hanya tertawa mendengar gurauanku.
“Memang setelah bercinta denganmu tadi, seluruh pori-poriku seperti terbuka. Aku sedikit capai tapi merasa segar”, jawabnya dengan berbinar-binar.
Ia tampaknya memang puas dengan permainan cinta kami. Di bawah shower, kami membersihkan diri dengan mandi bersama-sama. Kadang-kadang kami saling membersihkan satu sama lain. Ia membersihkan penisku dengan sabun dan aku membersihkan sekitar vaginanya juga. Ia tertawa geli saat aku dengan halus mengusap-usap vaginanya dan rambut kemaluannya yang lebat itu.
Setelah itu, kami duduk-duduk saja di sofa di depan TV. Kami menonton TV, sambil mengobrol dan menikmati kopi panas yang ia buat. Tapi ia masih membiarkan pemutar CD-nya hidup. Kali ini suara Deep Forest yang juga mistis mengisi suasana ruangan itu.
“Kamu tadi luar biasa, Rud.” katanya memujiku.
“Meskipun masih muda, kamu bisa bercinta dengan sabar. Aku sampai mendapat orgasme tiga kali”. Ia tersenyum. Matanya berbinar-binar.
“Ah, itu juga karena Ibu. Gerakan Ibu yang sabar dan lembut membuat saya juga terpengaruh.”
Kami mengobrol sampai malam.
Ia kemudian berkata, “Menginap di sini saja, Rud. Ini sudah malam. Besok pagi-pagi sekali kamu bisa pulang.” Setelah berpikir sejenak aku mengiyakan sarannya.
“Kalau begitu masukkan saja motormu di garasi” katanya sambil memberikan kunci garasi.
Maka aku turun untuk memasukkan motor tigerku ke garasi seperti yang di sarankan Bu Via. Ketika aku naik kembali ke atas, ia sudah berganti pakaian dengan gaun tidur terusan yang tipis dan halus, sehingga potongan tubuhnya tampak.
“Kopinya tambah lagi, Rud?” tanyanya.
Aku mengiyakan saja. Saat ia meraih cangkir kopi di meja, aku menangkap pemandangan indah di balik pakaiannya yang tali pinggangnya tidak diikat dengan ketat. Ia tidak memakai bra-nya, sehingga buah dadanya yang tadi kunikmati, tampak dengan jelas. Mulus dan indah. Pemandangan itu membuat aliran darahku berdesir kembali. Apalagi saat aku mencium aroma parfum dari tubuhnya, lembut dan menggairahkan. Beda dengan aroma yang dia pakai sebelum kami berhubungan seks tadi.
Sesaat kemudian ia telah kembali sambil membawa dua cangkir kopi. Tali pinggang pakaiannya yang semakin longgar membuat pemandangan indah di baliknya semakin tampak. Apalagi saat ia duduk, pakaiannya yang tersingkap menampakkan paha putih mulusnya, yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Serta sedikit bukit venus yang di pinggir celana dalamnya tersembul rambut yang menggairahkan. Kami kembali mengobrol.
Ia kemudian menatapku lama, sambil bertanya, “Kau tidak capek, Rud?”.
“Tidak”, jawabku.
Sekali lagi ia menatapku lama lalu tangannya merangkul leherku dan sesaat kemudian ia telah melumat bibirku kembali dengan lembut. Kali ini tanganku segera meraba buah dada di balik pakaiannya yang longgar yang sejak tadi sudah menggodaku. Ia masih melumat bibirku saat tangannya pelan-pelan membuka kancing kemejaku dan kemudian melanjutkannya dengan menarik resliting celanaku.
Begitu aku tinggal mengenakan celana dalam, ia juga melepas gaun tidurnya. Tinggallah kami berdua hanya memakai celana dalam. Kemudian aku menyambar buah dadanya. Maka semakin lama, seiring dengan jeritan kecilnya yang terpatah-patah, buah dadanya semakin kenyal dan mengeras. Ia menarik payudaranya dari mulutku. Kemudian tangannya menarik celana dalamku. Sejenak kemudian ia telah mengulum penisku yang sejak tadi juga sudah tegang dan keras. Tapi yang dilakukannya tidak lama.
Ia memintaku untuk tidur telentang di sofa. Lalu ia melepas celana dalamnya dan telungkup di atasku. Ia membelakangiku. Vaginanya yang sudah mulai basah berlendir dan kelihatan merah didekatkannya di atas mulutku. Sedangkan ia segera menangkap penisku yang berdiri tegak dan mengulumnya. Maka kami bedua saling mengulum, saling menjilati dan saling menyedot. Kadang-kadang ia berhenti melakukan aksinya. Barangkali karena ia lebih dikuasai oleh perasaan nikmat karena lubang vaginanya yang merah segar serta klitorisnya kupermainkan dengan mulut dan lidahku. Ia mendesah mengerang terpatah-patah.
Setelah ia puas dan ingin segera memulai aksi puncak, ia menggeser pinggulnya menjauh dari mulutku, menuju penisku yang semakin lama kurasakan semakin keras. Tangannya menangkap penisku dan membimbingnya memasuki vaginanya. Dengan masih membelakangiku, ia menggoyang pinggulnya dengan lembut. Tapi sesaat kemudian, ia berbalik menghadapku.
Gerakannya saat ia berbalik menimbukan gesekan pada penisku yang luar biasa. Membuat sensasi yang semakin nikmat. Maka dengan menghadapku ia melanjutkan gerakan spiral pinggulnya tetap dengan halus. Naik turun, maju mundur dan memutar. Aku juga berusaha menggerakkan pinggulku agar menimbulkan sensasi yang lebih nikmat. Maka semakin santerlah erangan dan desahan dari mulutnya yang terbuka, sambil matanya terpejam.
Suara-suara itu beriringan dengan lagu Deep Forest dari CD yang terus mengalun mistis. Tanganku yang semula memegangi pinggulnya di bawanya naik ke atas agar mempermainkan buah dadanya yang bergoyang-goyang mengikuti gerakan pinggulnya. Maka kemudian tanganku mempermainkan buah dadanya itu. Kuelus dan kupelintir kedua putingnya yang coklat kemerahan. Sekian lama kemudian ia menjerit sambil meracau..
“Uhh.. Uhh.. Aku orgasme.. Aku orgasme, Rud.. Ah.. Ahh..”
Setelah ia menjerit panjang menandai orgasmenya, ia membuka mata. Kemudian ia tidur menelungkup dengan beralaskan bantal sofa, dengan kedua kaki mengangkang terbuka, sehingga belahan vaginanya yang indah, merah dan basah berlendir tampak sangat menggairahkan. Ia memintaku juga untuk menelungkup di atasnya.
Dengan kedua tanganku yang memegangi kedua buah dadanya sekaligus sebagai penahan berat badanku, aku menelungkup di atasnya. Dan kusodokkan dengan lembut penisku yang masih tegang dan keras ke lubang vaginanya dari arah belakang. Kini aku yang harus lebih aktif, maka kugerakkan pinggulku maju mundur, naik turun. Bu Via masih terus mengerang dan mendesah terpatah-patah dengan mata yang terpejam. Tanganku juga tetap aktif mempermainkan buah dada dan puting susunya. Sedangkan mulutku kupakai untuk menelusuri lehernya yang jenjang dan halus. Sekian lama kemudian terasa lahar panasku akan meledak.
“Uhh.. Ahh sebentar lagi.. Sebentar lagi hampir..!”, kataku terbata-bata.
“Uhh.. Uhh.. Aku juga, Rud. Jangan kau cabut penismu. Kita sama-sama.. Ahh.. Ahh”
Sesaat kemudian kami sama-sama menjerit kecil, menandai puncak kenikmatan yang kami capai bersamaan. Seperti sebelumnya, Bu Via memintaku tidak segera mencabut penisku. Matanya masih terpejam, tapi wajahnya tersenyum. Aku juga masih mempermainkan buah dadanya dengan lembut. Ia dengan lembut berkata..
“Aku bahagia sekali malam ini, Rud..”, yang kemudian kujawab dengan kalimat yang sama.
Ia kemudian memintaku mencabut penisku dari lubang vaginanya. Lalu ia telentang dan mencium bibirku dengan lembut. Ia seterusnya meneguk kopi yang sudah mulai dingin. Tampak bahwa ia kehausan setelah permainan seks yang indah itu. Dengan masih bertelanjang bulat, ia berjalan ke luar ruangan itu dan sesaat kemudian membawa sebuah lap dan semprotan air untuk membersihkan spermaku dan lendir vaginanya yang tumpah di atas sofa. Aku membantunya membersihkan noda itu.
Setelah itu, seperti seorang remaja yang sedang jatuh cinta, ia menuntunku menuju kamar mandi pribadinya untuk bersama-sama membersihkan diri. Karena kecapaian dan memang sudah cukup malam, kami kemudian memutuskan untuk tidur. Saat aku kebingungan karena aku memakai jeans dan kemeja yang tentu saja tidak nyaman, Bu Via menyarankanku untuk tidur dengan celana dalam saja.
“Sudah, pakai celana dalam saja, biar suhu AC-nya kuminimalkan”, demikian katanya.
Aku menyetujuinya. Ia memintaku tidur di ranjangnya. Kulihat Bu Via juga hanya memakai gaun tidur halus dan tipis saja serta celana dalam tanpa mengenakan bra.
“Aku memang biasa begini, Rud. Rasanya lebih nyaman dan bebas bernapas”, katanya.
Di balik selimut, Bu Via memelukku dan menyandarkan wajahnya di dadaku. Maka aku tersenyum saja saat buah dadanya yang hangat dan lembut, yang menyembul keluar dari gaun tidurnya yang tidak ditalikan dengan erat, sering terasa bergesekan dengan dadaku. Demikian juga dengan Bu Via.
Esoknya, pagi-pagi sekali HP-ku sudah berbunyi. Kiki menghubungiku. Memang begitu kebiasaannya, yang membuatku sering jengkel. Tapi jika kutegur, ia hanya akan tertawa-tawa saja. Kangen katanya. Begitu aku selesai bicara, Bu Via bertanya..
“Siapa, Rud? Pacarmu, ya?”
Ia hanya tersenyum ketika aku mengiyakan pertanyaannya. Kemudian ia bangkit dari ranjang. Tali gaun tidurnya yang terlepas memperlihatkan payudaranya yang mulus putih, serta bukit venusnya yang menonjol indah mengundang gairah. Ia membenahinya dengan tenang, sambil tersenyum melihatku terpana melihat pemandangan itu. Kemudian ia ke kamar mandi. Segera terdengar suara yang mendesis, mengalahkan suara kran yang mengalir lambat. Bu Via sedang pipis rupanya. Mendengar suara seperti itu timbul gairahku. Sesaat kemudian ia keluar dari kamar mandi. Kemudian ia berbisik kepadaku..
“Kau tidak ingin mengulang kenikmatan semalam, Rud?” Aku tersenyum memahami yang ia maksudkan.
“Sebentar, Bu..”, jawabku sambil menuju ke kamar mandi, karena ingin kencing.
Setelah itu kami mengulangi percintaan kami semalam. Badanku yang segar karena tidur yang nyenyak semalam, membuatku bersemangat melayani gairah Bu Via yang juga tampak segar. Aku merasakan vaginanya lebih hangat dan justru beraroma lebih menggairahkan pada pagi setelah bangun tidur seperti itu. Dan bau badannya juga lebih natural.
Kami bercinta sampai Bu Via mendapat orgasme tiga kali. Jadi selama bercinta denganku, Bu Via menikmati orgasme sebanyak delapan kali. Maka siangnya, ketika aku bertemu dengannya di kampus ia tampak sangat gembira. Wajahnya berbinar dan kelihatan sangat bergairah menjalani aktivitasnya hari itu.
Begitulah, kini hampir setiap akhir pekan aku selalu mendapat SMS dari Bu Via yang bunyinya begini: “Kau tidak sibuk malam nanti kan, Rud? Bisa datang ke rumah?” Maka setiap mendapat SMS seperti itu segera selalu terbayang sesuatu yang menyenangkan yang akan kami lakukan bersama.
Setiap akhir pekan anaknya selalu bermalam di rumah sepupunya di luar kota sehingga Bu Via sendirian di rumah. Dan pembantunya juga pulang karena hanya datang pada siang hari saja. Setiap aku mendapat SMS itu, aku juga segera menghapusnya agar tidak terbaca oleh Kiki. Di kampus aku juga berusaha bersikap biasa saja dengan Bu Via.
Tontonan Khusus Dewasa 18++ –> Film Bokep 2015
Ia dosen yang baik dan dihormati oleh semua orang di kampus. Aku sedikitpun tidak ingin merusak citranya. Dan ia pun seorang yang professional, meskipun di luar kami sering bercinta, ia tetap menghargaiku sebagai mahasiswanya dan ia tetap membimbing tugasku dengan serius. Sesuatu yang sangat aku sukai. Bercinta dengannya bukan sekedar mendapat kepuasan libido, aku merasakan sesuatu yang lain. Entah apa itu. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru

The post Cerita Sex: Nafsu Seorang Dosen appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex: Rani anak Om Andri

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Rani anak Om Andri – Aku lihat sekali lagi catatanku. Benar, itu rumah nomor 27. Pasti itu rumah Om Andri, kerabat jauh ayahku. Kuhampiri pintunya dan kutekan bel rumahnya. Tidak lama kemudian dari balik pintu muncul muka yang sangat cantik.

cerita-sex-keluarin-di-mulutku-aja-sayang-225x300

Cerita Sex: Rani anak Om Andri

 
“Cari siapa Mas?” tanyanya.
“Apa betul ini rumah Om Andri? nama saya Dodi.”
“Oh.. sebentar ya, Pa.. ini Dodinya sudah datang”, teriaknya ke dalam rumah.
Kemudian aku dipersilakan masuk, dan setelah Om Andri keluar dan menyambutku dia pun berkata dengan ramah,
“Dodi, papimu barusan nelpon, nanyain apa kamu sudah datang. Ini kenalin, anak Om, namanya Rani, terus anterin Dodi ke kamarnya, kan dia cape, biar dia istirahat dulu, nanti baru deh ngobrol-ngobrol lagi.” Aku datang ke kota ini karena diterima disalah satu Universitas, dan oleh papi aku disuruh tinggal dirumah Om Andri. Rani ternyata baru kelas 1 SMA. Dia anak tunggal. Badannya tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 165 cm, tapi mukanya sangat lucu, dengan bibir yang agak penuh. Di sini aku diberi kamar di lantai 2, bersebelahan dengan kamar Rani.
Aku sudah 3 bulan tinggal di rumah Om Andri, dan karena semuanya ramah, aku jadi betah. Lebih lagi Rani. Kadang-kadang dia suka tanya-tanya soal pelajaran sekolah, dan aku berusaha membantu. Aku sering mencuri-curi untuk memperhatikan Rani. Kalau di rumah, dia sering memakai daster yang pendek hingga pahanya yang putih mulus menarik perhatianku. Selain itu buah dadanya yang baru mekar juga sering bergoyang-goyang di balik dasternya. Aku jadi sering membayangkan betapa indahnya badan Rani seandainya sudah tidak memakai apa-apa lagi.
Suatu hari pulang kuliah sesampainya di rumah ternyata sepi sekali. Di ruang keluarga ternyata Rani sedang belajar sambil tiduran di atas karpet.
“Sepi sekali, sedang belajar yah? Tante kemana?” tanyaku.
“Eh.. Dodi, iya nih, aku minggu depan ujian, nanti aku bantuin belajar yah.., Mami sih lagi keluar, katanya sih ada perlu sampai malem.”
“Iya deh, aku ganti baju dulu.”
Kemudian aku masuk ke kamarku, ganti dengan celana pendek dan kaos oblong. Terus aku tidur-tiduran sebentar sambil baca majalah yang baru kubeli. Tidak lama kemudian aku keluar kamar, lapar, jadi aku ke meja makan. Terus aku teriak memanggil Rani mengajak makan bareng. Tapi tidak ada sahutan. Dan setelah kutengok ke ruang keluarga, ternyata Rani sudah tidur telungkup di atas buku yang sedang dia baca, mungkin sudah kecapaian belajar, pikirku. Nafasnya turun naik secara teratur. Ujung dasternya agak tersingkap, menampakkan bagian belakang pahanya yang putih. Bentuk pantatnya juga bagus.
Memperhatikan Rani tidur membuatku terangsang. Aku merasa kemaluanku mulai tegak di balik celana pendek yang kupakai. Tapi karena takut ketahuan, aku segera ke ruang makan. Tapi nafsu makanku sudah hilang, maka itu aku cuma makan buah, sedangkan otakku terus ke Rani. Kemaluanku juga semakin berdenyut. Akhirnya aku tidak tahan, dan kembali ke ruang keluarga. Ternyata posisi tidur Rani sudah berubah, dan dia sekarang telentang, dengan kaki kiri dilipat keatas, sehingga dasternya tersingkap sekali, dan celana dalam bagian bawahnya kelihatan.
Celana dalamnya berwarna putih, agak tipis dan berenda, sehingga bulu-bulunya membayang di bawahnya. Aku sampai tertegun melihatnya. Kemaluanku tegak sekali di balik celana pendekku. Buah dadanya naik turun teratur sesuai dengan nafasnya, membuat kemaluanku semakin berdenyut. Ketika sedang nikmat-nikmat memandangi, aku dengar suara mobil masuk ke halaman. Ternyata Om Andri sudah pulang. Aku pun cepat-cepat naik kekamarku, pura-pura tidur.
Dan aku memang ketiduran sampai agak sore, dan aku baru ingat kalau belum makan. Aku segera ke ruang makan dan makan sendirian. Keadaan rumah sangat sepi, mungkin Om dan Tante sedang tidur. Setelah makan aku naik lagi ke atas, dan membaca majalah yang baru kubeli. Sedang asyik membaca, tiba-tiba kamarku ada yang mengetuk, dan ternyata Rani.
“Dodi, aku baru dibeliin kalkulator nih, entar aku diajarin yah cara makainya. Soalnya rada canggih sih”, katanya sambil menunjukkan kalkulator barunya.
“Wah, ini kalkulator yang aku juga pengin beli nih. Tapi mahal. Iya deh, aku baca dulu manualnya. Entar aku ajarin deh, kayaknya sih tidak terlalu beda dengan komputer”, sahutku.
“Ya sudah, dibaca dulu deh. Rani juga mau mandi dulu sih”, katanya sambil berlalu ke teras atas tempat menjemur handuk. Aku masih berdiri di pintu kamarku dan mengikuti Rani dengan pandanganku. Ketika mengambil handuk, badan Rani terkena sinar matahari dari luar rumah. Dan aku melihat bayangan badannya dengan jelas di balik dasternya. Aku jadi teringat pemandangan siang tadi waktu dia tidur.
Kemudian sewaktu Rani berjalan melewatiku ke kamar mandi, aku pura-pura sedang membaca manual kalkulator itu. Tidak lama kemudian aku mulai mendengar suara Rani yang sedang mandi sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Kembali imajinasiku mulai membayangkan Rani yang sedang mandi, dan hal itu membuat kemaluanku agak tegang. Karena tidak tahan sendiri, aku segera mendekati kamar mandi dan mencari cara untuk mengintipnya, dan aku menemukannya.
Aku mengambil kursi dan naik di atasnya untuk mengintip lewat celah ventilasi kamar mandi. Pelan-pelan aku mendekatkan mukaku ke celah itu, dan ya Tuhan… aku! Melihat Rani yang sedang menyabuni badannya, mengusap-usap dan meratakan sabun ke seluruh lekuk tubuhnya. Badannya sangat indah, jauh lebih indah dari yang kubayangkan.
Lehernya yang putih, pundaknya, buah dadanya, putingnya yang kecoklatan, perutnya yang rata, pantatnya, bulu-bulu di sekitar kemaluannya, pahanya, semuanya sangat indah. Dan kemaluanku pun menjadi sangat tegang.Tapi aku tidak berlama-lama mengintipnya, karena selain takut ketahuan, juga aku merasa tidak enak mengintip orang mandi. Aku segera ke kamarku dan berusaha menenangkan perasaanku yang tidak karuan.
Malamnya sehabis makan, aku dan Om Andri sedang mengobrol sambil nonton TV, dan Om Andri bilang kalau besok mau keluar kota dengan istrinya seminggu. Dia pesan supaya aku membantu Rani kalau butuh bantuan. Tentu saja aku bersedia, malah jantungku menjadi berdebar-debar. Tidak lama kemudian Rani mendekati kita.
“Dodi, tolongin aku dong, ajarin soal-soal yang buat ujian, ayo!” katanya sambil menarik-narik tanganku. Aku mana bisa menolak. Aku pun mengikuti Rani berjalan ke kamarnya dengan diiringi Om Andri yang senyum-senyum melihat Rani yang manja. Beberapa menit kemudian kita sudah terlibat dengan soal-soal yang memang butuh konsentrasi.
Rani duduk sedangkan aku berdiri di sampingnya. Aku bersemangat sekali mengajarinya, karena kalau aku menunduk pasti belahan dada Rani kelihatan dari dasternya yang longgar. Aku lihat Rani tidak pakai beha. Kemaluanku berdenyut-denyut, tegak di balik celana dan kelihatan menonjol.
Aku merasa bahwa Rani tahu kalau aku suka curi melihat buah dadanya, tapi dia tidak berusaha merapikan dasternya yang semakin terbuka sampai aku bisa melihat putingnya. Karena sudah tidak tahan, sambil pura-pura menjelaskan soal aku merapatkan badanku sampai kemaluanku menempel ke punggungnya. Rani pasti juga bisa merasakan kemaluanku yang tegak. Rani sekarang cuma diam saja dengan muka menunduk.
“Rani, kamu cantik sekali..” kataku dengan suara yang sudah bergetar, tapi Rani diam saja dengan muka semakin menunduk. Kemudian aku meletakkan tanganku di pundaknya. Dan karena dia diam saja, aku jadi makin berani mengusap-usap pundaknya yang terbuka, karena tali dasternya sangat kecil. Sementara kemaluanku semakin menekan pangkal lengannya, usapan tanganku pun semakin turun ke arah dadanya.
Aku merasa nafas Rani sudah memburu seperti suara nafasku juga. Aku jadi semakin nekad. Dan ketika tanganku sudah sampai kepinggiran buah dada, tiba-tiba tangan Rani mencengkeram dan menahan tanganku. Mukanya mendongak kearahku.
“Dodi aku mau diapain..” Rintihnya dengan suara yang sudah bergetar. Melihat mulutnya yang setengah terbuka dan agak bergetar-getar, aku jadi tidak tahan lagi. Aku tundukkan muka, kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya.
Ketika bibir kita bersentuhan, aku merasakan bibirnya yang sangat hangat, kenyal, dan basah. Aku pun melumat bibirnya dengan penuh perasaan, dan Rani membalas ciumanku, tapi tangannya belum melepas tanganku. Dengan pelan-pelan badan Rani aku bimbing, aku angkat agar berdiri berhadapan denganku. Dan masih sambil saling melumat bibir, aku peluk badannya dengan gemas. Buah dadanya keras menekan dadaku, dan kemaluanku juga menekan perutnya.
Pelan-pelan lidahku mulai menjulur menjelajah ke dalam mulutnya, dan mengait-ngait lidahnya, membuat nafas Rani semakin memburu, dan tangannya mulai mengusap-usap punggungku. Tanganku pun tidak tinggal diam, mulai turun ke arah pinggulnya, dan kemudian dengan gemas mulai meremas-remas pantatnya. Pantatnya sangat empuk. Aku remas-remas terus dan aku semakin rapatkan kebadanku hingga kemaluanku terjepit perutnya.
Tidak lama kemudian tanganku mulai ke atas pundaknya. Dengan gemetar tali dasternya kuturunkan dan dasternya turun ke bawah dan teronggok di kakinya. Kini Rani tinggal memakai celana dalam saja. Aku memeluknya semakin gemas, dan ciumanku semakin turun. Aku mulai menciumi dan menjilat-jilat lehernya, dan Rani mulai mengerang-erang. Tangannya mengelus-elus belakang kepalaku.
Tiba-tiba aku berhenti menciuminya. Aku renggangkan pelukanku. Aku pandangi badannya yang setengah telanjang. Buah dadanya bulat sekali dengan puting yang tegak bergetar seperti menantangku. Kemudian mulutku pelan-pelan kudekatkan ke buah dadanya. Dan ketika mulutku menyentuh buah dadanya, Rani mengerang lagi lebih keras sambil mendongakkan kepalanya, dan menekan pantat dan dadanya ke arahku. Nafsuku semakin naik. Aku ciumi susunya dengan ganas, putingnya aku mainkan dengan lidahku, dan susunya yang sebelah aku mainkan dengan tanganku.
“Aduuhh.. aahh.. aahh”, Rani semakin merintih-rintih ketika dengan gemas putingnya aku gigit-gigit sedikit.
Badannya menggeliat-geliat membuatku semakin bernafsu untuk terus mencumbunya. Tangan Rani kemudian menelusup kebalik bajuku dan mengusap kulit punggungku.
“Dodiii.. aahh.. baju kamu dibuka dong.. aahh..” Akupun mengikuti keinginannya. Tapi selain baju, celana juga kulepas, hingga aku juga cuma pakai celana dalam. Mulutnya kembali kucium dan tanganku memainkan susunya.
Penisku semakin keras karena Rani menggesek-gesekkan pinggulnya sembari mengerang-erang. Tanganku mulai menyelinap ke celana dalamnya. Bulu kemaluannya aku usap-usap, dan kadang aku garuk-garuk. Aku merasa vaginanya sudah basah ketika jariku sampai ke mulut vaginanya. Dan ketika tanganku mulai mengusap clitorisnya, ciumannya di mulutku semakin liar. Mulutnya mengisap mulutku dengan keras.
Clitorisnya kuusap, kuputar-putar, makin lama semakin kencang, dan semakin kencang. Pantat Rani ikut bergoyang, dan semakin rapat menekan, sehingga penisku semakin berdenyut. Sementara clitorisnya masih aku putar-putar, jariku yang lain juga mengusap bibir vaginanya. Rani menggelinjang semakin keras, dan pada saat tanganku mengusap semakin kencang, tiba-tiba tanganku dijepit dengan pahanya,dan badan Rani tegang sekali dan tersentak-sentak selama beberapa saat.
“aahh aahh Dodiii.. adduuuhh aahh aahh aahh”,
Dan setelah beberapa saat akhirnya jepitannya berangsur semakin mengendur. Tapi mulutnya masih mengerang-erang dengan pelan.
“Dod.. aku boleh yah pegang punya kamu”, tiba-tiba bisiknya di kupingku. Aku yang masih tegang sekali merasa senang sekali.
“Iyaa.. boleh..” bisikku. Kemudian tangannya kubimbing ke celana dalamku.
“Aahh…” Akupun mengerang ketika tangannya menyentuh penisku. Terasa nikmat sekali. Rani juga terangsang lagi, karena sambil mengusap-usap kepala penisku, mulutnya mengerang di kupingku. Kemudian mulutnya kucium lagi dengan ganas. Dan penisku mulai di genggam dengan dua tangannya, di urut-urut dan cairan pelumas yang keluar diratakan keseluruh batangku.
Badanku semakin menegang. Kemudian penisku mulai dikocok-kocok, semakin lama semakin kencang, dan pantatnya juga ikut digesekkan kebadanku. Tidak lama kemudian aku merasa badanku bergetar, terasa ada aliran hangat di seluruh tubuhku, aku merasa aku sudah hampir orgasme.
“Raannniii.. aku hampir keluar..” bisikku yang membuat genggamannya semakin erat dan kocokannya makin kencang.
“Aahh.. Ranniii.. uuuhh.. aahh..” akhirnya dari penisku memancar cairan yang menyembur kemana-mana. Badanku tersentak-sentak.
Sementara penisku masih mengeluarkan cairan, tangan Rani tidak berhenti mengurut-urut, sampai rasanya semua cairanku sudah diperas habis oleh tangannya. Aku merasa sperma yang mengalir dari sela-sela jarinya membuat Rani semakin gemas. Spermaku masih keluar untuk beberapa saat lagi sampai aku merasa lemas sekali.
Akhirnya kita berdua jatuh terduduk di lantai. Dan tangan Rani berlumuran spermaku ketika dikeluarkan dari celana dalamku. Kita berpandangan, dan bibirnya kembali kukecup, sedangkan tangannya aku bersihkan pakai tissue. Dan secara kebetulan aku melihat ke arah jam.
“Astaga, sekarang sudah jam 11! Wah, sudah malam sekali nih, aku ke kamarku dulu yah, takut Om curiga nanti..” kataku sembari berharap mudah-mudahan suara desahan kita tidak sampai ke kuping orang tuanya. Setelah Rani mengangguk, aku bergegas menyelinap ke kamarku.Malam itu aku tidur nyenyak sekali.
Pagi itu aku bangun kesiangan, seisi rumah rupanya sudah pergi semua. Aku pun segera mandi dan berangkat ke kampus. Meskipun hari itu kuliah sangat padat, pikiranku tidak bisa konsentrasi sedikit pun, yang kupikirkan cuma Rani. Aku pulang ke rumah sekitar jam 3 sore, dan rumah masih sepi. Kemudian ketika aku sedang nonton TV di ruang keluarga sehabis ganti baju, Rani keluar dari kamarnya, sudah berpakaian rapi. Dia mendekat dan mukanya menunduk.
“Dodi, kamu ada acara nggak? Temani aku nonton dong..”
“Eh.. apa? Iya, iya aku tidak ada acara, sebentar yah aku ganti baju dulu” jawabku, dan aku buru-buru ganti baju dengan jantung berdebaran. Setelah siap, aku pun segera mengajaknya berangkat. Rani menyarankan agar kita pergi dengan mobilnya. Aku segera mengeluarkan mobil, dan ketika Rani duduk di sebelahku, aku baru sadar kalau dia pakai rok pendek, sehingga ketika duduk ujung roknya makin ke atas. Sepanjang perjalanan ke bioskop mataku tidak bisa lepas melirik kepahanya.
Sesampainya di bioskop, aku beranikan memeluk pinggangnya, dan Rani tidak menolak. Dan sewaktu mengantri di loket kupeluk dia dari belakang. Aku tahu Rani merasa penisku sudah tegang karena menempel di pantatnya. Rani meremas tanganku dengan kuat. Kita memesan tempat duduk paling belakang, dan ternyata yang menonton tidak begitu banyak, dan di sekeliling kita tidak ditempati.
Kami segera duduk dengan tangan masih saling meremas. Tangannya sudah basah dengan keringat dingin, dan mukanya selalu menunduk. Ketika lampu mulai dipadamkan, aku sudah tidak tahan, segera kuusap mukanya, kemudian kudekatkan ke mukaku, dan kita segera berciuman dengan gemasnya. Lidahku dan lidahnya saling berkaitan, dan kadang-kadang lidahku digigitnya lembut.
Tanganku segera menyelinap ke balik bajunya. Dan karena tidak sabar, langsung saja kuselinapkan ke balik behanya, dan susunya yang sebelah kiri aku remas dengan gemas. Mulutku langsung dihisap dengan kuat oleh Rani. Tanganku pun semakin gemas meremas susunya, memutar-mutar putingnya, begitu terus, kemudian pindah ke susu yang kanan, dan Rani mulai mengerang di dalam mulutku, sementara penisku semakin meronta menuntut sesuatu.
Kemudian tanganku mulai mengelus pahanya, dan kuusap-usap dengan arah semakin naik ke atas, ke pangkal pahanya. Roknya kusingkap ke atas, sehingga sambil berciuman, di keremangan cahaya, aku bisa melihat celana dalamnya. Dan ketika tanganku sampai di selangkangannya, mulut Rani berpindah menciumi kupingku sampai aku terangsang sekali. Celana dalamnya sudah basah.
Tanganku segera menyelinap ke balik celana dalamnya, dan mulai memainkan clitorisnya. Kuelus-elus pelan-pelan, kuusap dengan penuh perasaan, kemudian kuputar-putar, semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba tangannya mencengkram tanganku, dan pahanya juga menjepit telapak tanganku, sedangkan kupingku digigitnya sambil mendesis-desis. Badannya tersentak-sentak beberapa saat.
“Dodi.. aduuuhh.. aku tidak tahan sekali.. berhenti dulu yaahh.. nanti di rumah ajaa..” rintihnya. Aku pun segera mencabut tanganku dari selangkangannya.
“Dodi.. sekarang aku mainin punya kamu yaahh..” katanya sambil mulai meraba celanaku yang sudah menonjol.
Kubantu dia dengan kubuka ritsluiting celana, kemudian tangannya menelusup, merogoh, dan ketika akhirnya menggenggam penisku, aku merasa nikmat luar biasa. Penisku ditariknya keluar celana, sehingga mengacung tegak.
“Dodi.. ini sudah basah.. cairannya licin..” rintihnya di kupingku sambil mulai digenggam dengan dua tangan.
Tangan yang kiri menggenggam pangkal penisku, sedangkan yang kanan ujung penisku dan jari-jarinya mengusap-usap kepala penis dan meratakan cairannya.
“Rani.. teruskan sayang..” kataku dengan ketegangan yang semakin menjadi-jadi.
Aku merasa penisku sudah keras sekali. Rani meremas dan mengurut penisku semakin cepat. Aku merasa spermaku sudah hampir keluar. Aku bingung sekali karena takut kalau sampai keluar bakal muncrat kemana-mana.
“Rani.. aku hampir keluar nih.., berhenti dulu deh..” kataku dengan suara yang tidak yakin, karena masih keenakan.
“Waahh.. Rani belum mau berhenti.. punya kamu ini bikin aku gemes..” rengeknya.
“Terus gimana.., apa enaknya kita pulang saja yuk..!” ajakku, dan ketika Rani mengangguk setuju, segera kurapikan celanaku, juga pakaian Rani, dan segera kita keluar bioskop meskipun filmnya belum selesai.
Di mobil tangan Rani kembali mengusap-usap celanaku. Dan aku diam saja ketika dia buka ritsluitingku dan menelusupkan tangannya mencari penisku. Aduh, rasanya nikmat sekali. Dan penisku makin berdenyut ketika dia bilang, “Nanti aku boleh yah nyiumin ininya yah..” Aku pengin segera sampai kerumah.
Dan, akhirnya sampai juga. Kita berjalan sambil berpelukan erat-erat. Sewaktu Rani membuka pintu rumah, dia kupeluk dari belakang, dan kuciumi samping lehernya. Tanganku sudah menyingkapkan roknya ke atas, dan tanganku meremas pinggul dan pantatnya dengan gemas. Rani kubimbing ke ruang keluarga. Sambil berdiri kuciumi bibirnya, kulumat habis mulutnya, dan dia membalas dengan sama gemasnya.
Pakaiannya kulucuti satu persatu sambil tetap berciuman. Sambil melepas bajunya, aku mulai meremasi susunya yang masih dibalut beha. Dengan tak sabar behanya segera kulepas juga. Kemudian roknya, dan terakhir celana dalamnya juga kuturunkan dan semuanya teronggok di karpet.
Badannya yang telanjang kupeluk erat-erat. Ini pertama kalinya aku memeluk seorang gadis dengan telanjang bulat. Dan gadis ini adalah Rani yang sering aku impikan tapi tidak terbayangkan untuk menyentuhnya. Semuanya sekarang ada di depan mataku. Kemudian tangan Rani juga melepaskan bajuku, kemudian celana panjangku, dan ketika melepas celana dalamku, Rani melakukannya sambil memeluk badanku. Penisku yang sudah memanjang dan tegang sekali segera meloncat keluar dan menekan perutnya.
Uuuhh, rasanya nikmat sekali ketika kulit kita yang sama-sama telanjang bersentuhan, bergesekan, dan menempel dengan ketat. Bibir kita saling melumat dengan nafas yang semakin memburu. Tanganku meremas pantatnya, mengusap punggungnya, mengelus pahanya, dan meremasi susunya dengan bergantian. Tangan Rani juga sudah menggenggam dan mengelusi penisku. Badan Rani bergelinjangan, dan dari mulutnya keluar rintihan yang semakin membangkitkan birahiku. Karena rumah memang sepi, kita jadi mengerang dengan bebas.
Kemudian sambil tetap meremasi penisku, Rani mulai merendahkan badannya, sampai akhirnya dia berlutut dan mukanya tepat di depan selangkanganku. Matanya memandangi penisku yang semakin keras di dalam genggamannya, dan mulutnya setengah terbuka. Penisku terus dinikmati, dipandangi tanpa berkedip, dan rupanya makin membuat nafsunya memuncak.
Mulutnya perlahan mulai didekatkan ke kepala penisku. Aku melihatnya dengan gemas sekali. Kepalaku sampai terdongak ketika akhirnya bibirnya mengecup kepala penisku. Tangannya masih menggenggam pangkal penisku, dan mengelusnya pelan-pelan. Mulutnya mulai mengecupi kepala penisku berulang-ulang, kemudian memakai lidahnya untuk meratakan cairan penisku. Lidahnya memutar-mutar, kemudian mulutnya mulai mengulum dengan lidah tetap memutari kepala penisku.
Aku semakin mengerang, dan karena tidak tahan, kudorong penisku sampai terbenam kemulutnya. Aku rasa ujungnya sampai ketenggorokannya. Rasanya nikmat sekali. Kemudian pelan-pelan penisku disedot-sedot dan dimaju mundurkan di dalam mulutnya. Rambutnya kuusap-usap dan kadang-kadang kepalanya aku tekan-tekan agar penisku semakin nikmat. Isapan mulutnya dan lidahnya yang melingkar-lingkar membuat aku merasa sudah tidak tahan. Apalagi sewaktu Rani melakukannya semakin cepat, dan semakin cepat, dan semakin cepat.
Ketika akhirnya aku merasa spermaku mau muncrat, segera kutarik penisku dari mulutnya. Tapi Rani menahannya dan tetap menghisap penisku. Maka aku pun tidak bisa menahan lebih lama lagi, spermaku muncrat di dalam mulutnya dengan rasa nikmat yang luar biasa.
Spermaku langsung ditelannya dan dia terus menghisapi dan menyedot penisku sampai spermaku muncrat berkali-kali. Badanku sampai tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Meskipun spermaku sudah habis, mulut Rani masih terus menjilat. Akupun akhirnya tidak kuat lagi berdiri dan akhirnya dengan nafas sama-sama tersengal-sengal kita berbaring di karpet dengan mata terpejam.
“Thanks ya Ran, tadi itu nikmat sekali”, kataku berbisik.
“Ah.. aku juga suka kok.., makasih juga kamu ngebolehin aku mainin kamu.”
Kemudian ujung hidungnya kukecup, matanya juga, kemudian bibirnya. Mataku memandangi tubuhnya yang terbaring telanjang, alangkah indahnya. Pelan-pelan kuciumi lehernya, dan aku merasa nafsu kami mulai naik lagi. Kemudian mulutku turun dan menciumi susunya yang sebelah kanan sedangkan tanganku mulai meremas susu yang kiri.
Rani mulai menggeliat-geliat, dan erangannya membuat mulut dan tanganku tambah gemas memainkan susu dan putingnya. Aku terus menciumi untuk beberapa saat, dan kemudian pelan-pelan aku mulai mengusapkan tanganku keperutnya, kemudian ke bawah lagi sampai merasakan bulu kemaluannya, kuelus dan kugaruk sampai mulutnya menciumi kupingku.
Pahanya mulai aku renggangkan sampai agak mengangkang. Kemudian sambil mulutku terus menciumi susunya, jariku mulai memainkan clitorisnya yang sudah mulai terangsang juga. Cairan vaginanya kuusap-usapkan ke seluruh permukaan vaginanya, juga ke clitorisnya, dan semakin licin clitoris dan vaginanya, membuat Rani semakin menggelinjang dan mengerang. clitorisnya kuputar-putar terus, juga mulut vaginanya bergantian.
“Ahh.. Dodiii.. aahh.. terusss… aahh.. sayaanggg..” mulutnya terus meracau sementara pinggulnya mulai bergoyang-goyang. Pantatnya juga mulai terangkat-angkat. Aku pun segera menurunkan kepalaku ke arah selangkangannya, sampai akhirnya mukaku tepat di selangkangannya. Kedua kakinya kulipat ke atas, kupegangi dengan dua tanganku dan pahanya kulebarkan sehingga vagina dan clitorisnya terbuka di depan mukaku.
Aku tidak tahan memandangi keindahan vaginanya. Lidahku langsung menjulur dan mengusap clitoris dan vaginanya. Cairan vaginanya kusedot-sedot dengan nikmat. Mulutku menciumi mulut vaginanya dengan ganas, dan lidahku kuselip-selipkan ke lubangnya, kukait-kaitkan, kugelitiki, terus begitu, sampai pantatnya terangkat, kemudian tangannya mendorong kepalaku sampai aku terbenam di selangkangannya. Aku jilati terus, clitorisnya kuputar dengan lidah, kuhisap, kusedot, sampai Rani meronta-ronta. Aku merasa penisku sudah tegak kembali, dan mulai berdenyut-denyut.
“Dodii.. aku tidak tahan.. aduuhh.. aahh.. enaakk sekaliii.. ” rintihnya berulang-ulang.
Mulutku sudah berlumuran cairan vaginanya yang semakin membuat nafsuku tidak tertahankan. Kemudian kulepaskan mulutku dari vaginanya. Sekarang giliran penisku kuusap-usapkan ke clitoris dan bibir vaginanya, sambil aku duduk mengangkang juga. Pahaku menahan pahanya agar tetap terbuka. Rasanya nikmat sekali ketika penisku digeser-geserkan di vaginanya. Rani juga merasakan hal yang sama, dan sekarang tangannya ikut membantu dan menekan penisku digeser-geserkan di clitorisnya.
“Raniii.. aahh.. enakkk.. aahh..”
“aahh.. iya.. eeennaakkk sekaliii..”
Kita saling merintih. Kemudian karena penisku semakin gatal, aku mulai menggosokkan kepala penisku ke mulut vaginanya. Rani semakin menggelinjang. Akhirnya aku mulai mendorong pelan sampai kepala penisku masuk ke vaginanya.
“Aduuuhh.. Dodii.. saakiiitt.. aadduuuhh.. jaangaann..” rintihnya
“Tahan dulu sebentar… Nanti juga hilang sakitnya..” kataku membujuk
Kemudian pelan-pelan penisku aku keluarkan, kemudian kutekan lagi, kukeluarkan lagi, kutekan lagi, kemudian akhirnya kutekan lebih dalam sampai masuk hampir setengahnya. Mulut Rani sampai terbuka tapi sudah tidak bisa bersuara.
Punggungnya terangkat dari karpet menahan desakan penisku. Kemudian pelan-pelan kukeluarkan lagi, kudorong lagi, kukeluarkan lagi, terus sampai dia tenang lagi. Akhirnya ketika aku mendorong lagi kali ini kudorong sampai amblas semuanya ke dalam. Kali ini kita sama-sama mengerang dengan keras. Badan kita berpelukan, mulutnya yang terbuka kuciumi, dan pahanya menjepit pinggangku dengan keras sekali sehingga aku merasa ujung penisku sudah mentok ke dinding vaginanya.
Kita tetap berpelukan dengan erat saling mengejang untuk beberapa saat lamanya. Mulut kami saling menghisap dengan kuat. Kita sama-sama merasakan keenakan yang tiada taranya. Setelah itu pantatnya sedikit demi sedikit mulai bergoyang, maka aku pun mulai menggerakkan penisku pelan-pelan, maju, mundur, pelan, pelan, semakin cepat, semakin cepat, dan goyangan pantat Rani juga semakin cepat.
“Dodii.. aduuuhh.. aahh.. teruskan sayang.. aku hampir niihh..” rintihnya.
“Iya.. nihh.. tahan dulu.. aku juga hampirr.. kita bareng ajaa..” kataku sambil terus menggerakkan penis semakin cepat.
Tanganku juga ikut meremasi susunya kanan dan kiri. Penisku semakin keras, kuhunjam-hunjamkan ke dalam vaginanya sampai pantatnya terangkat dari karpet. Dan aku merasa vaginanya juga menguruti penisku di dalam. Penisku kutarik dan kutekan semakin cepat, semakin cepat.. dan semakin cepat.. dannn..”Raaniii.. aku mau keluar niihh..””Iyaa.. keluarin saja.. Rani juga keluar sekarang niiihh.”Aku pun menghunjamkan penisku keras-keras yang disambut dengan pantat Rani yang terangkat ke atas sampai ujung penisku menumbuk dinding vaginanya dengan keras.
Kemudian pahanya menjepit pahaku dengan keras sehingga penisku makin mentok, tangannya mencengkeram punggungku. Vaginanya berdenyut-denyut. Spermaku memancar, muncrat dengan sebanyak-banyaknya menyirami vaginanya.
“aahh… aahh.. aahh..” kita sama-sama mengerang, dan vaginanya masih berdenyut, mencengkeram penisku, sehingga spermaku berkali-kali menyembur. Pantatnya masih juga berusaha menekan-nekan dan memutar sehingga penisku seperti diperas. Kita orgasme bersamaan selama beberapa saat, dan sepertinya tidak akan berakhir.
Pantatku masih ditahan dengan tangannya, pahanya masih menjepit pahaku erat-erat, dan vaginanya masih berdenyut meremas-remas penisku dengan enaknya sehingga sepertinya spermaku keluar semua tanpa tersisa sedikitpun.
“aahh.. aahh.. aduuuhh…” Kita sudah tidak bisa bersuara lagi selain mengerang-erang keenakan.
Ketika sudah mulai kendur, kuciumi Rani dengan penis masih di dalam vaginanya. Kita saling berciuman lagi untuk beberapa saat sambil saling membelai. Kuciumi terus sampai akhirnya aku menyadari kalau Rani sedang menangis. Tanpa berbicara kita saling menghibur.
Aku menyadari bahwa selaput daranya telah robek karena penisku. Dan ketika penisku kucabut dari sela-sela vaginanya memang mengalir darah yang bercampur dengan spermaku. Kita terus saling membelai, dan Rani masih mengisak di dadaku, sampai akhirnya kita berdua tertidur kelelahan dengan berpelukan.
Aku terbangun sekitar jam 11 malam, dan kulihat Rani masih terlelap di sampingku masih telanjang bulat. Segera aku bangun dan kuselimuti badannya pelan-pelan. Kemudian aku segera ke kamar mandi, kupikir shower dengan air hangat pasti menyegarkan. Aku membiarkan badanku diguyur air hangat berlama-lama, dan memang menyegarkan sekali. Waktu itu kupikir aku sudah mandi sekitar 20 menit, ketika aku merasa kaget karena ada sesuatu yang menyentuh punggungku. Belum sempat aku menoleh, badanku sudah dilingkari sepasang tangan.
Ternyata Rani sudah bangun dan masuk ke kamar mandi tanpa kuketahui. Tangannya memelukku dari belakang, dan badannya merapat di punggungku.
“Aku ikut mandi yah..?” katanya.
Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya tanganku mengusap-usap tangannya yang ada di dadaku, sambil menenangkan diriku yang masih merasa kaget. Sambil tetap memelukku dari belakang, Rani mengambil sabun dan mulai mengusapkannya di dadaku. Nafsuku mulai naik lagi, apalagi aku juga merasakan susunya yang menekan punggungku.
Usapan tangan Rani mulai turun ke arah perutku, dan penisku mulai berdenyut dan berangsur menjadi keras. Tidak lama kemudian tangan Rani sampai di selangkanganku dan mulai mengusap penisku yang semakin tegak. Sambil menggenggam penisku, Rani mulai menciumi belakang leherku sambil mendesah-desah, dan badannya semakin menekan badanku.
Selangkangan dan susunya mulai digesek-gesekkan ke pantat dan punggungku, dan tangannya yang menggenggam penisku mulai meremas-remas dan digerakkan ke pangkal dan kepala penisku berulang-ulang sehingga aku merasakan kenikmatan yang luar biasa.
“Raniii oohh.. nikmat sekali sayang.”
“Dodiii uuuhh”, erangnya sambil lidahnya semakin liar menciumi leherku.
Aku yang sudah merasa gemas sekali segera menarik badannya, dan sekarang posisi kita berbalik. Aku sekarang memeluk badannya dari belakang, kemudian pahanya kurenggangkan sedikit, dan penisku diselinapkan di antara pahanya, dan ujungnya yang nongol di depan pahanya langsung di pegang lagi oleh Rani. Tangan kiriku segera meremasi susunya dengan gemas sekali, dan tangan kananku mulai meremasi bulu kemaluannya.
Kemudian ketika jari tangan kananku mulai menyentuh clitorisnya, Rani pun mengerang semakin keras dan pahanya menjepit penisku, dan pantatnya mulai bergerak-gerak yang membuat aku semakin merasa nikmat. Mukanya menengok ke arahku, dan mulutnya segera kuhisap dengan keras. Lidah kami saling membelit, dan jari tanganku mulai mengelusi clitorisnya yang semakin licin. Kepala penisku juga mulai dikocok-kocok dengan lembut.
“Rani aku tidak tahan nih aduuuhh.”
“Iya Dod.. aku juga sudah tidak tahan.. uuuhh.. uuuhh.”
Badan Rani segera kubungkukkan, dan kakinya kurenggangkan. Aku segera mengarahkan dan menempelkan ujung penisku ke arah bibir vaginanya yang sudah menganga lebar menantang.
“Dodi.. cepat masukkan sayang cepat uuhh ayoo.” Aku yang sudah gemas sekali segera menekan penisku sekuat tenaga sehingga langsung amblas semua sampai ke dasar vaginanya. Rani menjerit keras sekali. Mukanya sampai mendongak.
“aahh.. kamu kasar sekali.. aduuhh sakit aduuhh..” Aku yang sudah tidak sabar mulai menggerakkan penisku maju mundur, kuhunjam-hunjamkan dengan kasar yang membuat Rani semakin keras mengerang-erang. Susunya aku remas-remas dengan dua tanganku.
Tidak lama kemudian Rani mulai menikmati permainan kita, dan mulai menggoyangkan pantatnya. Vaginanya juga mulai berdenyut meremasi penisku. Aku menjadi semakin kasar, dan penisku yang sudah keras sekali terus mendesak dasar vaginanya. Dan kalau penisku sedang maju membelah vaginanya, tanganku juga menarik pantatnya ke belakang sehingga penisku menghunjam dengan kuat sekali. Tapi tiba-tiba Rani melepaskan diri.
“hh sekarang giliranku aku sudah hampir sampai.” katanya. Kemudian aku disuruh duduk selonjor di lantai di antara kaki Rani yang mulai menurunkan badannya. Penisku yang mengacung ke atas mulai dipegang Rani, dan di arahkan ke bibir vaginanya.
Tiba-tiba Rani menurunkan badannya duduk di pangkuanku sehingga penisku langsung amblas ke dalam vaginanya. Kita sama-sama mengerang dengan keras, dan mulutnya yang masih menganga kuciumi dengan gemas.
Kemudian pantatnya mulai naik turun, makin lama makin keras. Rani melakukannya dengan ganas sekali.
Pantatnya juga diputar-putar sehingga aku merasa penisku seperti dipelintir.
“Dodii.. aku.. aku.. sudah.. hampirrr, uuuhh…” Erangnya sambil terus menghunjam-hunjamkan pantatnya. Mulutku beralih dari mulutnya ke susunya yang bulat sekali. Putingnya kugigit-gigit, dan lidahku berputar menyapu permukaan susunya. Susunya kemudian kusedot dan kukenyot dengan keras, membuat gerakan Rani semakin liar.
Tidak lama kemudian Rani menghunjamkan pantatnya dengan keras sekali dan terus menekan sambil memutar pantatnya.
“Sekaranggg aahh sekaranggg Dodi, sekaranggg”, Rani berteriak-teriak sambil badannya berkelojotan.
Vaginanya berdenyutan keras sekali. Mulutnya menciumi mulutku, dan tangannya memelukku sangat keras. Rani orgasme selama beberapa detik, dan setelah itu ketegangan badannya berangsur mengendur.
“Dod, makasih yah.., sekarang aku pengin ngisep boleh yah..?” katanya sambil mengangkat pantatnya sampai penisku lepas dari vaginanya. Rani kemudian menundukkan mukanya dan segera memegang penisku yang sangat keras, berdenyut, dan ingin segera memuntahkan air mani. Mulutnya langsung menelan senjataku sampai menyentuh tenggorokannya.
Tangannya kemudian mengocok pangkal penisku yang tidak muat di mulutnya. Kepalanya naik turun mengeluar-masukkan penisku. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Ujung penisku yang sudah sampai di tenggorokannya masih aku dorong-dorong. Tanganku juga ikut mendesakkan kepalanya. Lidahnya memutari penisku yang ada dalam mulutnya. “Raniii isap terus terusss hampirr terusss yyyaa sekaranggg sekarangg.. issaapp..”, Rani yang merasa penisku hampir menyemburkan sperma semakin menyedot dengan kuat.
Dan…”aahh.. sekaranggg.. sekaranggg.. issaappp..” spermaku menyembur dengan deras berkali-kali dengan rasa nikmat yang tidak berkesudahan. Rani dengan rakusnya menelan semuanya, dan masih menyedot sperma yang masih ada di dalam penis sampai habis. Rani terus menyedot yang membuat orgasmeku semakin nikmat. Dan setelah selesai, Rani masih juga menjilati penisku, spermaku yang sebagian tumpah juga masih di jilati.
Kemudian setelah beristirahat beberapa saat, kami pun meneruskan mandi sambil saling menyabuni. Setiap lekuk tubuhnya aku telusuri. Dan aku pun semakin menyadari bahwa badannya sangat indah. Setelah itu kami tidur berdua sambil terus berpelukan.
Pagi-pagi ketika aku bangun ternyata Rani sudah berpakaian rapi, dan dia cantik sekali. Dia mengenakan rok mini dan baju tanpa lengan yang serasi dengan kulitnya yang halus. Dia mengajakku belanja ke Mall karena persediaan makanan memang sudah habis. Maka aku pun segera mandi dan bersiap-siap.
Di perjalanan dan selama berbelanja kita saling memeluk pinggang. Siang itu aku menikmati jalan berdua dengannya. Kita belanja selama beberapa jam, kemudian kita mampir ke sebuah Café untuk makan siang. Di dalam mobil dalam perjalanan pulang kita ngobrol-ngobrol tentang semua hal, dari masalah pelajaran sekolah sampai hal-hal yang ringan.
Ketika ngobrol tentang sesuatu yang lucu, Rani tertawa sampai terpingkal-pingkal, dan saking gelinya sampai kakinya terangkat-angkat. Dan itu membuat roknya yang pendek tersingkap. Aku pun sembari menyetir, karena melihat pemandangan yang indah, meletakkan tanganku ke pahanya yang terbuka.
“Ayo.. nakal yah..” kata Rani, bercanda.
“Tapi suka kan?” kataku sambil meremas pahanya. Kami pun sama-sama tersenyum. Mengusap-usap paha Rani memang memberi sensasi tersendiri, sampai aku merasa penisku menjadi tegang sendiri.
“Dodi.. sudah kamu nyetir saja dulu, tuh kan itunya sudah bangun.. pingin lagi yah? Rani jadi pengin ngelusin itunya nih..” kata Rani menggodaku. Aku cuma senyum menanggapinya, dan memang aku sudah kepingin mencumbunya lagi.
“Dodi, bajunya dikeluarin dong dari celana, biar tanganku ketutupan. Dipegang yah?” Aku semakin nyengir mendengarnya. Tapi karena memang kepingin, dan memang lebih aman begitu dari pada aku yang meneruskan aksiku.
Sambil menyetir aku pun mengeluarkan ujung bajuku dari celanaku. Kemudian tanpa menunggu, tangan Rani langsung menyelinap ke balik bajuku, ke arah selangkanganku. Tangannya mencari-cari penisku yang semakin tegang.
“Ati-ati, masih siang nih, kalau ada orang nanti tangan kamu ditarik yah!” kataku. Rani diam saja, dan kemudian tersenyum ketika tangannya menemukan apa yang dicari-cari. Tangannya kemudian mulai meremas penisku yang masih di dalam celana. Penisku semakin tegang dan berdenyut-denyut.
Karena terangsang juga, Rani mulai berusaha membuka ritsluiting celanaku, dan kemudian menyelinapkan tangannya, dan mulai memegang kepala penisku. Cairan pelumas yang mulai keluar diusap-usapkan ke kepala dan batang penisku.
“Dodi.. aku pengin ngisep ininya.. aku pengin ngisep sampai kamu keluar dimulutku..” katanya sambil agak mendesah. Aku juga ingin segera merasakan apa yang dia ingini. Yang ada di otakku adalah segara sampai di rumah, dan segera mencumbunya.
Tapi harapan kita ternyata tidak segera terwujud karena sesampainya di rumah, ternyata orang tua Rani sudah pulang. Kita cuma saling berpandangan dan tersenyum kecewa.
“Eh, sudah pada pulang yah..” Rani menyapa mereka.
“Iya nih, ada perubahan acara mendadak. Makanya sekarang cape banget. Nanti malem ada undangan pesta, makanya sekarang mau istirahat dulu. Kamu masak dulu saja ya sayang.. sudah belanja kan?” kata maminya Rani.
“Iya deh, sebentar Rani ganti baju dulu. Eh, Dodi, katanya kamu pengin belajar masak, ayo, sekalian bantuin aku”, kata Rani sambil tersenyum penuh arti. Aku cuma mengiyakan dan ke kamarku ganti pakaian dengan celana pendek dan T-shirt. Kemudian aku ke dapur dan mengeluarkan belanjaan dan memasukkannya ke lemari es.
Tidak lama kemudian Rani menyusul ke dapur. Dia pun sudah berganti pakaian, dan sekarang memakai daster kembang-kembang. Tante juga ikut-ikutan menyiapkan bahan makanan dan Rani mulai mengajariku memasak.
“Sudah Mami istirahat saja sana, kan ini juga sudah ada yang ngebantuin..” kata Rani.
“Iya deh, emang Mami cape banget sih, sudah yah, Mami mau coba istirahat saja”, kata Maminya Rani sambil keluar dari dapur. Aku yang sedang memotongi sayuran cuma tersenyum. Setelah beberapa saat, Rani tiba-tiba memelukku dari belakang, tangannya langsung ditelusupkan ke dalam celanaku dan memegang penisku yang masih tidur.
“Eh.. kok ininya bobo lagi.. Rani bangunin yah?” tangannya dikeluarkan kemudian Rani mengambil salad dressing yang ada di depanku, masih sambil merapatkan badannya dari belakangku.
Kemudian salad dressingnya dituangkan ke tangannya, dan langsung menyelinap lagi ke celana dan dioleskan ke penisku yang langsung menegang. Sambil merapatkan badannya, susunya menekan punggungku, Rani mulai meremasi penisku dengan dua tangannya. Nikmat yang aku rasakan sangat luar biasa. Aku segera melingkarkan tangan ke belakang, meremas pantatnya yang bulat itu.
Tanganku aku turunkan sampai ke ujung dasternya, kemudian kusingkapkan ke atas sambil meremas pahanya dengan gemas. Ketika sampai di pangkal pahanya, aku baru menyadari kalau Rani ternyata sudah tidak memakai celana dalam. Maka tanganku menjadi semakin gemas meremasi pantatnya, dan kemudian menelusuri pahanya ke depan sampai ke selangkangannya. Jari-jariku segera membuka belahan vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya yang sudah sangat basah terkena cairan yang semakin banyak keluar dari vaginanya. Tangan Rani juga semakin liar meremas, meraba dan mengocok penisku.
“Rani.. sana diliat dulu, apa Om dan Tante memang sudah tidur..” kataku berbisik karena merasa agak tidak aman.
Rani kemudian melepaskan pegangannya dan keluar dapur.
Tidak lama kemudian Rani kembali dan bilang semuanya sudah tidur. Aku segera memeluk Rani yang masih ada di pintu dapur, kemudian pelan-pelan pintu kututup dan Rani kupepet ke dinding. Kita berciuman dengan gemasnya dan tangan kita langsung saling menelusup dan memainkan semua yang ditemui. Penisku langsung ditarik keluar oleh Rani dan aku segera menyingkap dasternya ke atas, kemudian kaki kirinya kuangkat ke pinggulku, dan selangkangannya yang menganga langsung kuserbu dengan jari-jariku.
Tangan Rani menuntun penisku ke arah selangkangannya, menyentuhkan kepala penisku ke belahan vaginanya dan terus-terusan menggosok-gosokkannya. Untuk mencegah agar Rani tidak mengerang, mulutnya terus kusumbat dengan mulutku. Kemudian karena sudah tidak tahan, aku segera mengarahkan penisku tepat ke mulut vaginanya, dan menekan pelan-pelan, terus ditekan, terus ditekan sampai seluruh batangnya amblas.
Kaki Rani satunya segera kuangkat juga ke pinggangku, sehingga sekarang dua kakinya melingkari pinggangku sambil kupepet di dinding. Kita saling mengadu gerakan, aku maju-mundurkan penisku, dan Rani berusaha menggoyang-goyangkan pantatnya juga. Vaginanya berdenyutan terasa meremasi batang penisku. Tidak lama kemudian aku merasa Rani hampir orgasme.
Denyutan vaginanya semakin keras, badannya semakin tegang dan isapan mulutnya di mulutku semakin kuat. Kemudian aku merasa Rani orgasme. Kontraksi otot vaginanya membuat penisku merasa seperti diurut-urut dan aku juga merasa hampir mencapai orgasme. Setelah orgasme, gerakan Rani tidak liar lagi, dia cuma mengikuti gerakan pantatku yang masih menghunjam-hunjamkan penisku dan mendesakkan badannya ke dinding.
Kemudian sementara penisku masih di dalam dan kaki Rani masih di pinggangku, aku melangkah ke arah meja dapur dan duduk di salah satu kursi, sehingga sekarang Rani ada di pangkuanku dengan punggung menyandar di meja dapur. Selama beberapa saat kita cuma berdiam diri saja. Rani masih menikmati sisa kenikmatan orgasmenya dan menikmati penisku yang masih di dalam vaginanya.
Sementara aku menikmati sekali posisi ini, dan menikmati melihat Rani ada di pangkuanku. Tanganku mengusap-usap pahanya dan menyingkapkan dasternya ke atas sampai melihat bulu kemaluan kami yang saling menempel. Belahan vaginanya kubuka dan aku melihat pemandangan yang sangat indah. Penisku hanya kelihatan pangkalnya karena seluruh batangnya masih di dalam vagina Rani, dan di atasnya aku melihat clitorisnya yang sangat basah.
Jari-jariku mulai mengusap-usap clitorisnya sampai Rani mulai mendesis-desis lagi, dan pantatnya mulai bergerak lagi, berputar dan mendesakkan penisku menjadi semakin masuk. Aku merasa vaginanya mulai berdenyutan lagi meremas-remas penisku. Karena gemas, kadang-kadang clitorisnya kupelintir dan kucubit-cubit.
Kemudian dasternya kusingkap semakin ke atas sampai aku melihat susunya yang menantangku untuk segera memainkannya. Dengan tak sabar segera susunya yang kiri kulumat dengan mulutku, yang membuat kepala Rani mendongak merasakan kenikmatan itu. Sambil melumati susunya, lidahku juga memainkan putingnya yang sudah sangat tegang. Kadang-kadang putingnya juga kugigit-gigit kecil dengan gemas. Tanganku dua-duanya meremasi pantatnya yang bulat.
“Ya Tuhan Dodiii aahh aahh”, rintihnya di kupingku, sambil kadang menjilati dan menggigit kupingku.
“Dodii.. aahh.. aku hampir dapet lagii.. ahh.., terus gitu sayang”, rintihnya dengan gerakan yang semakin liar.
Pantatnya semakin keras menekan dan berputaran, yang membuat penisku juga seperti dipelintir dengan lembut.
Aku pun menuruti dan terus memberikan kenikmatan dengan terus memainkan susunya bergantian yang kiri dan kanan, dan tanganku juga ikut memainkan puting susunya, sampai Rani tiba-tiba menggigit kupingku dengan keras dan setelah menghentakkan pantatnya dia memelukku dengan eratnya.
“hh Dodddiii.. hh. hh.” Aku merasakan Rani orgasme untuk kedua kalinya dan lebih hebat dari yang pertama.
Denyutan vaginanya keras sekali dan berlangsung selama beberapa detik, dan kenikmatan yang aku rasakan membuatku merasa sudah hampir orgasme. Tapi setelah orgasme, ternyata Rani masih ingat keinginannya untuk menghisap penisku.
“Dodi.. jangan dikeluarin dulu.. nanti di mulutku saja yah”.
Maka setelah turun dari pangkuanku, Rani segera jongkok di depanku dan langsung mengulum penisku. Lidahnya memutari batangnya dan mulutnya menyedot-nyedot membuat aku merasa orgasmeku sudah sangat dekat. Tanganku memegang belakang kepala Rani, dan kutekan agar penisku semakin masuk di mulutnya, kemudian aku juga membantu memasuk-keluarkan penisku di mulutnya, dan
“aahh Rani aku keluarrr terus isaappp.. aahh..” dan memang Rani dengan lahapnya terus menghisap spermaku yang langsung berhamburan masuk ke tenggorokannya. Penisku yang masih mengeluarkan sperma terus disedot dan dikenyot-kenyot dan pangkal penisku juga terus-terusan dikocok-kocok. Orgasmeku kali ini kurasakan sangat luar biasa.
Setelah itu kita kembali berciuman, dan kembali meneruskan memasak.
Tontonan khusus dewasa 18++ –> Film Bokep 2015
“Dodi.. makasih yah, tapi aku belum puas, habis kurang bebas sih, entar malem lagi yah..!” aku yang merasa hal yang sama cuma mengangguk.
“Ran, aku nanti malem pengin menikmati seluruh tubuhmu.”
“Maksudmu..? apa selama ini belum?”
“Aku pengin melakukan hal yang lain sama kamu.., tunggu saja..”
“Ihh.. apaan sih.., Rani jadi merinding nih”, kata Rani sambil memperlihatkan bulu-bulu tangannya yang memang berdiri, dan sambil tersenyum aku mengelusi tangannya. Kemudian badannya kupeluk dari belakang dengan lembut. Aku merasa bahagia sekali. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Rani anak Om Andri appeared first on Doyanbokep.


Cerita Sex: Pak Yanto Atasan ku

$
0
0

Doyanbokep.com – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Pak Yanto Atasan ku – Saat itu aku dalam posisi berdiri membungkuk sambil berpegangan pada meja kerja pak Yanto di ruangannya.

cerita-sex-nungging-untuk-bos-225x300

Cerita Sex: Pak Yanto Atasan ku

 
Pakaian atasku masih lengkap terpakai, sedangkan celana panjang dan celana dalamku sudah melorot sampai ke mata kaki. Pak Yanto sendiri sedang menyetubuhiku dari arah belakang dengan hanya mengeluarkan penisnya melalui resleting celananya saja.
CREK…CREK…CREK …CREK…CREK … terdengar bunyi suara becek dari kemaluanku yang sudah sangat basah
“Uuuuhhhhhhh…uhhh….Aku sudah mau sampe paaaa…ohhhhhh” Aku mulai merintih nikmat saat orgasmeku terasa akan datang.
Pak Yanto mempercepat gerakan pinggulnya supaya beliau juga bisa mendapat ejakulasi bersamaan dengan orgasmeku.
“A…A…A…..HHHH…HHH..” Aku mendengan beliau berteriak tertahan dengan tubuh bergetar, penisnya ditancapkannya dalam-dalam pada liang senggamaku.
“Aku…ss..saya…keluar …” bisiknya tertahan
“AAAAAHHHHHHHHHMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMPPPHHHHHHHHHH…” Aku sendiri sedang sibuk menahan jeritan nikmatku sampai mukaku berubah menjadi merah padam.
CROTTT …CROT … CROT …crot …crot … semprotan air mani pak Yanto yang hangat terasa memancar ke dalam rahimku yang saat itu sudah berisi janin berumur tiga bulan yang juga berasal dari benih beliau.
Setelah menenangkan diri sampai nafas kami tidak memburu lagi, pak Yanto kemudian mengambil tissue untuk membersihkan kemaluanku dan kemaluannya untuk kemudian membantuku memakai celanaku lagi.
Tanpa berciuman dulu karena akan membuat lipstikku berantakan, aku melangkah ke luar dari ruangan beliau karena di luar sana sudah menunggu manajer penjualan yang akan menghadap beliau.
Aku memang sering diminta melayani Quickly Sex di ruang kerja beliau terutama di pagi hari, kami hanya membutuhkan 5 – 15 menit saja untuk mencapai orgasme dan ejakulasi.
Salah satu hal yang mengurangi kenyamananku adalah aku harus menahan suara erangan nikmatku agar tidak kedengaran sampai keluar ruang kerja beliau. Aku bukanlah satu-satunya karyawan wanita yang beliau tiduri, tapi hanya aku yang beliau minta untuk melayani Quickly Sex di kantor.
Namaku Ake, umurku saat kejadian ini adalah 34 tahun, statusku sudah menikah dengan satu orang anak.
Aku bekerja di sebuah perusahaan IT dan Telekomunikasi di Bandung sebagai staf purchasing merangkap sekretaris untuk pak Yanto.
Sebelumnya aku adalah staf administrasi biasa, tapi atas permintaan pak Yanto aku kemudian dipromosikan menjadi staf purchasing sekaligus melakukan fungsi-fungsi kesekretariatan terbatas.
Pak Yanto merupakan direktur pengelola perusahaan yang juga merupakan pemilik perusahaan. Beliau merupakan orang yang sangat simpatik, penyabar dan telaten dalam mengajari anak buahnya agar bisa membantunya.
Pada waktu pertama kali aku ditempatkan di bawah beliau untuk menggantikan sekretarisnya yang mengundurkan diri karena menikah, aku merasa sangat takut sehingga sering sekali berbuat salah.
Tetapi beliau tetap mempercayaiku malah pada tahun awal tahun ini beliau mempromosikan aku sehingga gajiku naik hampir dua kali lipat.
Walaupun aku sekarang sudah lebih kenal dengan pak Yanto, tapi tetap saja aku sering merasa tidak terlalu nyaman kalau harus menghadap beliau.
Salah satu yang membuatku kurang nyaman adalah tatapan mata beliau yang sangat tajam dan kadang-kadang aku merasa seperti sedang ditelanjangi.
Ada satu perubahan yang aku alami sejak mendapat promosi yaitu aku berusaha tampil lebih menarik setiap hari untuk pak Yanto, aku tak tahu apa alasan pastinya dari keputusanku ini.
Pada suatu hari pak Yanto menugaskanku untuk mengikuti seminar dan workshop yang diadakan di sebuah hotel di daerah Jatinangor, tentu saja materinya sangat sesuai dengan pekerjaan dan bidang usaha perusahaan kami.
Selain seminar dan workshop yang aku ikuti, di hotel yang sama ternyata ada acara lainnya diselenggarakan oleh salah satu pelanggan terbesar kami.
Pak Yanto memutuskan untuk ikut acara ini untuk sekalian bertemu dengan para pengambil keputusan dari perusahaan pelanggan kami tersebut.
Oleh karena lokasi penyelenggaraan yang sama, otomatis kami mejadi sering bertemu terutama pada saat makan siang atau coffee break.
Tentu saja sebagai staf biasa aku hanya berani menyapa beliau saja, tidak lebih dari itu.
Tapi ternyata pak Yanto malah yang mulai mengajakku mengobrol, awalnya obrolan biasa seputar pekerjaan di kantor dan materi seminar, tapi akhirnya topiknya meluas ke hal-hal yang lebih bersifat pribadi.
Hari ini seminar dan workshop memasuki hari terakhir tetapi materinya sudah tidak ada yang baru sama sekali karena acaranya berupa presentasi dari perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor penyelenggaraan seminar ini.
Pada saat coffee break pagi pak Yanto mengajakku untuk jalan-jalan saja meninggalkan acara seminar lebih awal karena beliaupun sudah tidak ada acara lagi.
“Tapi suami Ake nanti sore akan jemput pa, rencananya kami akan sama-sama dari sini menengok saudara di Sumedang” Kataku yang kebingungan dengan ajakannya antara tidak berani menolak dengan takut dicurigai suamiku yang lumayan cemburuan kalau nanti tidak jadi ikut ke Sumedang.
“Habis jalan-jalan saya bisa anterin Ake balik lagi ke sini, jadi tetap bisa ikut ke Sumedang dengan suami kamu” Beliau coba menjelaskan
“Memangnya kita mau ke mana pa ?” Aku kembali bertanya
“Saya ingin ngajak Ake ke Cipanas Garut untuk berendam di sana, sambil refresing sebentar biar besok segar lagi waktu mulai ngantor”
“Hmmmm…asyik juga, tapi Ake ga bawa baju renang” Aku jadi tertarik dengan tawaran beliau.
“Saya juga tidak bawa celana renang kok … kita berendam air panasnya tidak di kolam renang, tapi di kolam rendam yang kita sewa sendiri sehingga kita bisa bebas berendam pake baju dalam atau telanjang sekalian” Katanya sambil tertawa
“Boleh juga tuh … Ake mau deh ikut, tapi bapa nanti bener-bener balikin Ake ke sini lagi ya ?”
Aku akhirnya setuju dengan ajakan beliau dan tidak terlalu memikirkan pakai apa nanti berendamnya.
Aku mau mengikuti ajakan beliau karena kesempatan ini jarang sekali bisa didapat oleh staff biasa seperti aku, sebagai boss dan pemilik perusahaan beliau lebih banyak berinteraksi dengan level manajer atau sedikitnya supervisor.
Hanya saja posisiku sebagai staff purchasing sehari-hari sering ditempatkan juga sebagai sekretarisnya untuk beberapa urusan administrasi.
Aku berharap dengan banyak kesempatan berbicara dengan bossku ini, aku bisa lebih mengenal keinginan beliau yang mudah-mudahan bisa memperlancar pekerjaan dan karirku di perusahaan.
Walaupun begitu aku juga punya sedikit rasa khawatir, apakah bossku ini punya agenda lain dengan mengajakku jalan-jalan ke tempat wisata dengan hanya berdua saja.
Kemungkinannya bisa saja memang karena hanya ingin bersenang-senang dengan mengajak aku, tapi bukan tidak mungkin juga aku akan diajak menemaninya tidur.
Kemungkinan kedua lebih mungkin terjadi karena pak Yanto mengajakku untuk menyewa kamar kolam sendiri yang katanya berendam sambil telanjangpun bisa. Apakah itu bukan berarti beliau secara halus mengajak aku “ngamar” ?
Sekejap ada perasaan bangga seandainya beliau memang ingin mengajakku “ngamar” berarti aku yang staf biasa ini cukup menarik bagi beliau apalagi aku sudah tidak muda lagi dan bukan gadis perawan.
Kalaupun benar aku akan diajaknya berhubungan badan saat di Garut nanti, apa yang harus kulakukan ?
Kalau aku menolaknya pasti akan membuat beliau marah besar, sedangkan kalau menurutinya ajakannya apakah aku sanggup memenuhinya harapannya ?
Apakah beliau juga akan tetap marah karena tidak puas dengan pelayananku walaupun sudah aku turuti keinginannya untuk bersetubuh ?
Apakah setelah melihat bentuk tubuhku dalam keadaan telanjang bulat, apakah beliau masih “berselera” terhadapku ?
Begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa aku jawab sehingga akhirnya kuputuskan akan pasrah saja kalau ternyata pak Yanto mengajakku berhubungan badan karena sekarang sudah terlanjur pergi bersamanya.
Anehnya saat itu aku sama sekali tidak mempertimbangkan statusku sebagai seorang istri atau bossku yang juga sudah berkeluarga.
Aku hanya masih menyimpan harapan semoga pak Yanto tidak mengajakku bersetubuh dan benar- benar hanya ingin ditemani berjalan-jalan dan berendam di air panas.
Akhirnya kami sampai di Garut, kami tidak langsung pergi ke areal pemandian air panas, tetapi mampir dulu ke sebuah rumah makan untuk makan siang walaupun saat itu masih kepagian.
Di sana kami memilih tempat makan lesehan di atas kolam yang lumayan romantis untuk orang yang datangnya berpasangan. Sebagai bawahannya akupun melayani beliau untuk lebih nyaman menyantap pesanan kami.
Banyak hal yang kami obrolkan, terutama keingin tahuan beliau mengenai keluargaku dan juga pengalamanku sebelum bekerja di tempat yang sekarang.
Aku tidak banyak berani bertanya banyak kalau mengenai latar belakang beliau kecuali beliau memang sedang menceritakannnya. Obrolan ini terus berlanjut walaupun makanan telah habis, sehingga aku mulai merasa lebih akrab dengan beliau. Setelah sholat dhuhur besama, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju areal pemandian air panas di Cipanas Garut.
Hatiku berdebar dengan kencang ketika pak Yanto membelokkan mobilnya memasuki halaman salah satu motel di sana yang mempunyai halaman cukup luas.
Dari jendela mobil beliau kemudian melakukan booking kamar pada beberapa room boy yang sepertinya memang menunggu tamu di gerbang pintu motel.
Aku mulai merasa gelisah karena dari pendengaranku, beliau hanya memesan satu kamar saja yang artinya apakah aku akan satu kamar dengan dia berendamnya ?
Room boy yang diajak bicara oleh pak Yanto masuk ke dalam front office untuk mengambil kunci kamar yang dipesan, kemudian memberikan isyarat agar kami mengikutinya.
Pak Yanto memesan kamar yang paling besar di sana, jadi aku mulai berharap mungkin di dalamnya ada lebih dari satu kamar rendam yang terpisah.
Setelah memarkirkan mobilnya di car port depan kamar, pak Yanto mengajakku turun dan masuk ke dalam kamar sambil membereskan pembayaran kamarnya.
Ya ampun …. Kamar itu memang besar dan luas tetapi tetap saja hanya mempunyai satu kamar rendam dan juga ada tempat tidurnya.
Aku mulai gemetar karena kekhawatiranku mulai mendekati kenyataan yaitu aku hanya berdua dengan pak Yanto di sebuah kamar motel yang jauh dari rumah.
“Mau langsung berendam atau istirahat dulu ?” Tiba-tiba bossku bertanya
“I…i..istirahat aja dulu, Ake mau istirahat dulu” Jawabku agak tersendat, aku pikir dengan meminta istirahat dulu aku bisa menunda untuk berendam air panas.
Siapa tahu kalau pak Yanto mau berendam duluan sehingga kalaupun aku dipaksa berendam bisa setelah pak Yanto selesai.
Lagi pula kamar ini mempunyai dua ranjang besar, sehingga aku bisa menghindar untuk tidak satu tempat tidur dengan beliau.
“Kalau begitu kita istirahat barengan aja dulu, baru nanti berendam bareng juga” Kata pak Yanto sambil mulai melepas sepatu lalu membuka bajunya satu persatu sampai bertelanjang bulat di depanku begitu saja.
“Lho … kamu juga buka baju dong, biar nanti tinggal langsung berendam dan baju kita tidak kusut”
“Ake ti..ti..dak berani pak …” Jawabku sambil tertunduk dengan badan yang sudah menggigil.
Aku sekarang benar-benar yakin bahwa pak Yanto memang berniat meniduriku di sini, bukan hanya sekedar ingin mengajak berendam di air panas saja.
“Kalau begitu saya bantuin ya …” Kata bossku sambil mendekat dan mulai membuka kancing kemeja atasku satu persatu.
“Ja..ja..ngan pa…” aku merintih pelan karena mulai merasa tidak berdaya
“Jangan kenapa ?” Tanya bossku lagi, walaupun dengan suara biasa tapi terasa sangat mengintimidasi
“Ma…maksudnya …e..ehh … Biar Ake aja yang buka sendiri …” Akhirnya aku merasa harus menyerah dan pasrah pada situasi di mana pak Yanto kelihatannya sudah tidak ingin dibantah lagi.
Dengan tangan gemetar aku membuka bajuku satu persatu sampai akhirnya tinggal memakai BH dan celana dalam lalu berdiri mematung dengan kepala tertunduk di depan pak Yanto yang dari tadi melihatku membuka baju.
Kemaluanku walaupun masih tertutup celana dalam kucoba ditutup dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku aku silangkan untuk menutupi dadaku.
“Buka juga dong BH dan celana dalamnya”
“Ake malu sama bapa …”
“Malu kenapa ? Hanya ada kita berdua kok di dalam sini dan saya kan udah telanjang juga”
Akhirnya aku menuruti juga kemauan beliau dengan melepaskan “pertahanan terakhirku” yang membuat kami sama-sama telanjang bulat sekarang.
Walaupun sepanjang jalan tadi aku sudah mempersiapkan diri untuk terjadinya peristiwa ini, tapi tetap saja aku sangat ketakutan saat mengalaminya langsung.
Tanpa terasa air mata mulai menggenang di mataku, tapi aku tidak berani sama sekali bersuara takut akan membuat suasana makin runyam.
Tanganku aku silangkan di depan tubuh dengan kedua telapak tangan menutup kemaluanku sedangkan lengan bagian atasku dipakai menutupi dadaku setidaknya putting susuku.
Pak Yanto sekarang berdiri tepat di depanku dengan tubuh tinggi besarnya hampir menempel padaku.
Penisnya yang hitam kemerahan sudah berdiri tegak dan menempel diperutku. Kedua tangannya kemudian meraih tanganku dan melingkarkannya ke belakang tubuhnya sehingga aku jadi memeluk beliau di bagian pinggang.
Daguku lalu diangkatnya dengan tanggannya sampai wajah kami berdekatan lalu beliau mencium bibirku dengan lembut sambil diberi sedikit hisapan-hisapan dan kecupan.
Aku belum bisa bereaksi sama sekali saat itu selain mencoba memejamkan mata dengan air mata yang terus berlinang.
Dengan sabar pak Yanto menciumku berkali kali sampai akhirnya tanpa terasa aku mulai membuka bibirku yang tipis dan langsung dimanfaatkan oleh beliau untuk memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku.
“Mmmmpphhhhh ….hhheehhhh….mmmmppphhhh …” Aku mulai berdesah sebagai reaksi atas ciuman pak Yanto yang semakin gencar dengan permainan lidahnya dan mulai mencairkan keteganganku.
Tangan kirinya digunakan untuk memeluk tubuhku sedangkan tangan kanannya memegang tengkukku.
Tanpa kusadari tanganku yang melingkari pinggangnya mulai kugunakan untuk memeluk pak Yanto sehingga tubuh kami sekarang saling merapat, kulit bertemu kulit.
Kurasakan kemaluanku bergesekan dengan pahanya yang berbulu sedangkan penis pak Yanto bergesekan dengan perut dan payudaraku.
Gesekan demi gesekan mulai membangkitkan gairahku sekaligus juga keberanianku untuk mulai menyambut aksi beliau.
Kemaluanku terasa mulai lembab …………….
Pak Yanto kelihatannya juga merasakan kemaluanku yang mulai lembab dari gesekan dengan pahanya sehingga beliau mulai lebih intensif menggerak-gerakan pahanya pada kemaluanku.
Aku meresponnya dengan merenggangkan pahaku sehingga seluruh kemaluanku sekarang bisa bergesekan dengan paha pak Yanto.
“Aahhhhhhhhhh …..geli paaa…” Desahku saat pak Yanto mengalihkan ciumannya ke telinga dan leher kiriku
“Ohhhhh….oohhhh …. Ohhhh ….ohhh….paaaa….ohhhh…” suara desahanku makin tidak terkendali saat pak Yanto mulai meremas-remas payudara kecilku dengan tangan kanannya.
Tiba-tiba pak Yanto berlutut di depanku dan bibirnya langsung memangut putting susuku untuk dihisap-hisapnya, sedangkan tangan kanannya sekarang mengelus-elus kemaluanku.
“Bapaaaa…oohhhhhh…..paaa….Ake akan diapain ….ohhhhh…..” aku terus mendesah hampir tidak berhenti.
“Ouchhhhhh…..hhhhh….shhhh…shhhh.shhhhhh” Hanya desisan yang bisa kukeluarkan saat pak Yanto memasukkan jarinya ke dalam liang senggamaku lalu mengocoknya dengan cepat.
Pelan-pelan kemaluanku mulai becek dikarenakan menerima rangsangan-rasangan yang pak Yanto berikan padaku.
Rasa takutku sudah hilang sama sekali demikian juga kekhawatiran akan mengecewakan beliau karena ternyata aku terus “digarapnya” walaupun sampai saat ini aku masih bersikap pasif.
Setelah lubang senggamaku semakin becek dan merekah, pak Yanto lalu berdiri lagi dan dengan perlahan-lahan menekuk kakinya sehingga sekarang penisnya ada di depan vaginaku.
Aku mengerti maksudnya yang akan menyetubuhiku dalam posisi berdiri, tapi aku belum pernah melakukannya selama aku menikah dengan suamiku.
Jadi aku mencoba membantu beliau dengan merenggangkan kakiku sambil memajukan kemaluanku agar liang senggamanya lebih mengarah kedepan.
Ternyata upayaku yang hanya berdasakan naluri itu cukup berhasil, kurasakan kepala penis beliau sudah ada di depan liang senggamaku sambil berputar-putar mencari posisi yang tepat untuk masuk.
BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS ….
Penis pak Yanto akhirnya masuk dengan mulus kedalam liang senggamaku.
“UUUUUUUHHHHHHHHHHHHHHHHHHH………..” Tanpa bisa ditahan lagi aku mengeluarkan suara lenguhan keras saking nikmatnya.
Setelah seluruh batang penisnya masuk, pak Yanto memelukku dengan kedua telapak tangannya pada buah pantatku.
Kemudian dengan perlahan-lahan dia meluruskan kakinya sehingga secara otomatis aku terangkat ke atas oleh dorongan penisnya pada kemaluanku seperti sate dengan tusuknya.
“Ohhhhhhhh….Ake takut jatuh paa ….” Sambil melenguh nikmat aku juga merasa takut akan jatuh karena hanya tubuhku diangkat hanya oleh kekuatan otot penisnya saja.
“Belitkan kedua kaki kamu ke pinggang saya sebagai pengait supaya tidak mudah jatuh” Perintahnya
Aku segera mengaitkan kakiku melingkari pinggangnya dan tanganku memeluk lehernya, sedangkan kepalaku aku sandarkan pada bahu beliau.
Setelah beliau yakin aku menempel dengan benar pada tubuhnya, dia lalu mulai menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur.
“Ohhhhh….ohhhhh….ohhhhh…ohhhh….bapppaaa..aaahhhh…o hhhh….ohhhh….ohhh…paaa…enaaak”
Pak Yanto menyetubuhiku yang digendong dalam pangkuannya sambil berjalan keliling ruangan. Bersetubuh seperti ini benar-benar tidak pernah terpikir olehku dan tidak pernah terbayangkan akan aku alami karena suamiku hanya melakukan hal-hal yang biasa saja.
Walaupun pergerakan penis pak Yanto sangat terbatas, tapi posisi penisnya yang tegak dan tertekan oleh berat tubuhku sendiri membuat terasa sangat nikmat seolah-olah menembus sampai jantungku.
“Ohhhh…ohhhhh….ohhh….ohhhh….ohhh..” aku terus mendesah mengikuti gerakan bossku
Tak berapa lama kemudian pak Yanto menyandarkanku ke dinding kamar dan mulai menggenjot penisnya dengan lebih cepat karena beban dari berat tubuhku sudah tertahan sebagian oleh dinding kamar.
“Addduddduuuuhhhhh…ohhhhh….ohhhhh…..ohhhh…ouchhhh… ..aahhhh….ohhhh…” desahanku semakin menjadi-jadi.
“AAAAAAAAAAAARRRRRRRHHHHHHHHHHHHHH……………….” Akhirnya aku mengerang nikmat dengan keras saat orgasmeku datang.
Pak Yanto menurunkan intensitas genjotan penisnya untuk memberikan kesempatan padaku menikmati orgasmeku.
“Adduuuuuhhhh…. Enak sekali paaaa” Bisikku di telinga beliau
“Kita sekarang main di ranjang ya sayang … Saya belum keluar…bantu saya ya sayang” Balas pak Yanto dengan lembut.
Aku hanya bisa mengangguk pelan karena seluruh tenagaku seolah-olah telah tersedot habis oleh orgasme tadi.
Pak Yanto kemudian menurunkanku sampai kakiku bisa menapak ke lantai sebelum kemudian melepaskan penisnya dari kemaluanku.
Penisnya kelihatan sekali masih keras dan tegak walaupun sekarang warnanya lebih kemerahan dibandingkan sebelumnya. Kemudian aku dibopongnya ke ranjang.
“Uhhhhhhh….” Aku kembali mendesah saat beliau melepaskan penisnya dari kemaluanku.
Di tempat tidur aku hanya bisa tergolek lemas, tapi aku masih ingat permohonan beliau yang ingin dibantu untuk bisa berejakulasi olehku.
Oleh karena itu kucoba mengangkangkan kakiku agar menjadi isyarat bahwa aku masih siap menyambut lagi beliau supaya mencapai ejakulasi.
Aku gosok-gosokkan tanganku pada kemaluanku supaya tetap merekah dan basah.
Pak Yanto lalu naik ke ranjang sambil mengocok-ngocok penisnya sampai ke dekat kemaluanku dan langsung memasukkannya lagi ke dalam liang senggamaku.
BLESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS …………….
“AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……” Penis pak Yanto benar-benar bisa mendatangkan kenikmatan bagiku walaupun aku lihat tidak terlalu besar atau panjang ukurannya.
“Euuhhhhh….euhhhhh…euhhhh….euhhhh…euhhhh…” aku terus melenguh saat pak Yanto mulai memompakan penisnya dari atas tubuhku.
“Ooooohhhh…ohhhhh….bapppaaa….teruss…paaa…auhhhhh…a aaahhh” aku meracau
Pak Yanto memompa semakin kencang dan kemaluanku semakin basah bahkan mulai banjir mengalir keluar.
CROK…CROK ….CROK ….CROK ….CROK …. Kudengar suara penis pak Yanto yang menembus kemaluanku yang sudah sangat basah
“Ohhhhh…ohhhh….paaaaa….Ake mauuu dapet lagiiii….ooohhhh”
Aku beranikan untuk melingkarkan kakiku pada pantanya beliau untuk membantu tekanan saat memompa penisnya.
“AAAAAAARRRRRRRRRRRRRRKKKKKKKKKKKKKKKHHHHHHHHHHHH …..” Aku kembali mengerang saat orgasme keduaku datang
Aku coba menekan kakiku yang melilit pantat beliau supaya bisa menikmati orgasmeku tapi rupanya beliau juga sedang menunggu ejakulasinya yang sudah dekat.
“Akeeee….saya akan semprotkan di dalam….AHHH…AHHH…AHHH…ahhh….ahhhh….ahhh” Teriak beliau sedikit tertahan
SRRROOOOOT …..SROOOOOT ….SROOOOTTTT….srrrt ….srrrt….srrrt … kurasakan semprotan air mani bossku yang sedang menaburkan benihnya di rahimku.
“Ahhhhhhhhhhhhh…..” Pak Yanto mendesah lega setelah semua air maninya keluar
Kami lalu berciuman dan berpelukan dengan mesra seperti sepasang kekasih bukannya boss besar dengan karyawan level bawahnya.
“Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Tanya pak Yanto dengan lembut membuka percakapan dengan tetap menindihku dan tanpa menarik penisnya dari kemaluanku.
“Bisa pa, enak sekali malah… asalnya Ake takut sekali…tapi kalau tau bakal enak kayak ini Ake udah mau dari dulu-dulunya” Cerocosku panjang lebar
“Emangnya kamu ga apa-apa saya setubuhi ?” Pak Yanto keheranan dengan jawabanku
“Bagi orang seperti Ake, bapa udah milih Ake untuk disetubuhi saja rasanya udah gimana gitu ….” Jelasku
“Sebenernya waktu bapa ngajak Ake ke Garut buat sewa kamar rendam, Ake udah merasa pasti ujung-ujungnya bakal diajak bersetubuh” Sambungku sambil tanganku membersihkan noda lipstikku yang menempel di pipi dan sekitar bibir beliau “Ake ngerti lah kalau orang yang udah gede mandi bareng bakal ngapain …”
“Jadi waktu Ake iyain, itu artinya sudah termasuk kesediaan Ake disetubuhin bapa” Kataku agak manja “Kalau Ake masih perawan mungkin bisa lain ceritanya atau mungkin juga tetep sama”.
“Malah yang Ake paling takutkan bukan disetubuhinya, tapi takut tidak bisa memuaskan bapa atau membuat bapa marah” Sambungku “Ake tidak tahu, orang-orang gede seperti bapa itu maunya apa kalau lagi bersetubuh”
“Kalau orang-orang kecil seperti suaminya Ake mah gampang sekali nebak maunya” AKu masih nyerocos “Ake tinggal ngangkang dia langsung tembak, selesai …mmmmpppphhhhhh”
Pak Yanto hanya tersenyum lalu mencium bibirku untuk menghentikan omonganku yang menggelontor hampir tidak berhenti.
Kami kembali berciuman mesra dengan memainkan lidah masing-masing dari cara menciumnya aku bisa belajar ciuman yang dalam dan membangkitkan gairah. Selama ini aku hanya berciuman dengan suamiku hanya mengadukan bibir saja dan paling banter seperti bertukar ludah.
“mmmmmmpppphhhhhhh….ahhhh…mpppppphhhhhhh……ohhhhhh… ..mpppphhhh”
Saat berciuman aku tidak bisa menahan desahanku karena penis pak Yanto walaupun sudah tidak sekeras sebelumnya kurasakan berkedut-kedut di dalam liang senggamaku sehingga menimbulkan rasa geli yang nikmat.
Aku kemudian membalasnya dengan menggerakkan otot kemaluanku untuk meremas-remas penisnya dengan gemas sambil tanganku menekan-nekan pantatnya.
“Ahhhhhh….” Desahku saat pak Yanto mencabut penisnya dari kemaluanku dan berbaring di sampingku.
Aku mencoba memberanikan diri merebahkan kepalaku di dadanya berharap beliau bersedia memelukku, ternyata beliau menyambutku dengan mesra, bukan hanya membalas pelukanku tetapi juga membelai-belai tubuh dan rambutku.
Bossku itu juga minta aku merapikan bulu kemaluanku karena beliau lebih senang bulu yang rapi tipis dan minta waktu nanti kami bersetubuh lagi sudah berubah.
Walaupun suamiku sebenarnya lebih suka kemaluanku berbulu lebat, tapi aku memilih akan menuruti kemauan pak Yanto saja dan aku akan cari alasan untuk suamiku.
Apalagi dari kata-katanya itu artinya beliau mau mengajakku bersetubuh lagi di lain waktu yang membuat hatiku semakin berbunga-bunga.
Setelah cukup beristirahat, kami lalu mandi berendam bareng di bak air panas yang tersedia di kamar mandi hotel.
Kami berendam sambil berpelukan, pak Yanto memelukku dari belakang sehingga tangannya bisa memeluk sambil memainkan kemaluanku, meremas-remas payudaraku dan memainkan putting susunya.
“Geli paaa….ohhhhh…hhhhhh ….shhhhhhhhh” Aku mulai mendesah dan mendesis saat pak Yanto menciumi leher dan kupingku sedangkan jarinya mulai dikeluarmasukkan ke dalam liang senggamaku yang terendam air.
Tanpa sadar badanku mulai menggeliat-geliat karena rangsangan yang dilakukan beliau. Aku juga merasakan penis bossku itu mulai mengeras di belakang punggungku sehingga membuatku semakin terangsang.
“Ohhhhhh….bapaaa…Ake pengen disetubuhi lagi…shhhhhhh” Aku memberanikan diri meminta beliau menuntaskan berahiku yang sudah sampai keubun-ubun.
Beliau lalu mencabut jarinya dari liang senggamaku dan mengangkat pantatku sedikit sehingga penisnya bisa diarahkan pada kemaluanku dari arah belakang.
BLESSSSSSSSS ………..
“OOOOOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHH………………..nikmat sekali paaa” Erangku menyambut masuknya penis beliau ke dalam tubuhku.
“Euhhhhh….euhhhhh…euhhhh…euhhhhhh…euhhhh” Aku coba berinisiatif menggerak-gerakkan tubuhku naik turun di dalam air sambil berpegangan pada pinggir bak.
Gerakan naik turunku menimbulkan gelombang pada air bak yang makin lama semakin bergolak tak teratur seperti juga gairah kenikmatanku yang terus semakin bergelombang naik.
“Heeeehhhhhh ….Heehhhhh ….Heeehhhhh ….Heeehhhhh…” aku mencoba menaikkan tempo gerakanku tapi tetap saja hambatan air membuat gerakanku seperti gerakan slow motion di filem-filem.
Pak Yanto mengimbangi gerakanku dengan menaik turunkan pinggulnya sedangkan tangan kanannya semakin gencar meremas-remas payudaraku dari arah belakang dan tangan kirinya memainkan kelentitku.
“Oooohhhh ….ohhhh….ohhhhh….ohhhh….ohhhh…..ohhhhh” Gerakanku semakin liar dengan rangsangan dari beliau
“AAAKEEEE DAPEETTTTT LAGI …..OHHHHHHHHHHHHHH” Aku menjerit saat mendapat orgasme pertama di dalam air.
Aku berhenti menggerakkan tubuhku untuk menikmati gelombang orgasmeku yang luar biasa bagiku dengan nafas agak tersenggal-senggal.
Pak Yanto masih menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisnya tetap naik turun di dalam liang senggamaku, tangannya di silangkan di dadaku sambil meremas kedua payudaraku dengan lembut.
Bibirnya yang hangat kurasakan menciumi tengkuk dan punggungku berulang ulang melengkapi kenikmatan yang kurasakan.
Pak Yanto memintaku memutarkan badan supaya posisi kami menjadi saling berhadapan dengan penisnya masih ada dalam kemaluanku.
Kami berciuman sambil aku memeluknya, sedangkan tangan beliau memegang kedua buah pantatku sambil tetap menaik turunkan pinggulnya. Pelan-pelan gairahku timbul kembali dan mulai mengimbangi gerakan pinggulnya dengan menggerakkan pinggulku sendiri naik dan turun.
“Ahhhh ….Mmmmmppphhhhhhh……oohhhhhhh…..mmppppphhhh…” Kami meneruskan bersetubuh sambil terus berciuman.
Makin lama ciuman kami makin panas, bibir kami saling melumat dan permainan lidah yang semakin liar.
Gerakan penis pak Yanto semakin kasar, penisnya dengan keras menyodok-nyodok ke dalam liang senggamaku sedangkan pantatku ditekannya kebawah oleh tangan beliau.
“Ohhhhhh ….ohhhhh….ohhhhhh….paaaa….ohhhhh….baapaaaa….aduuuh hhhh…” Aku hanya bisa mengerang nikmat tanpa berbuat apa-apa karena pak Yanto mengambil alih kendali.
“Akeeee…. Saya mau keluarrrrrr” pak Yanto mengerang
Aku rasakan tubuh pak Yanto bergetar keras sedangkan penisnya berdenyut-denyut dengan tidak kalah kerasnya.
SROOOOOOTTT …SROOOTTT…….SROOOTTTT …semprotan demi semprotan air mani bossku kembali membanjiri rahimku
“A..a..aahhhh..a..a..aahhhh…” pak Yanto mengerang tertahan
Walaupun aku tidak mendapat orgasme lagi yang berbarengan dengan ejakulasinya pak Yanto, aku tetap merasa puas karena sudah mendapat orgasmeku tadi.
Aku lalu menciumi dan membelai-belai wajah bossku yang terlihat cukup kelelahan setelah bersetubuh denganku di air panas.
Otot-otot liang senggamaku kembali aku kontraksikan untuk memijat-mijat penis pak Yanto yang juga sedang kelelahan di dalam tubuhku.
Bossku itu kelihatannya sangat suka dengan apa yang aku lakukan, beliau lalu membalas ciumanku dan memelukku dengan mesranya.
Beliau kemudian menciumi seluruh wajahku, leherku dan payudaraku serta menghisap-hisap putingnya sambil mengucapkan kepuasannya bersetubuh denganku.
Sebagai wanita tentu saja aku merasa bangga bisa memuaskan beliau yang merupakan bossku sehari-hari walaupun sebenarnya aku juga sangat puas karena mendapat kenikmatan yang lebih tinggi dari yang aku biasa dapat kalau berhubungan badan dengan suamiku sendiri.
Dengan posisiku tetap “menunggangi” beliau kami mengobrolkan berbagai hal, mulai dari pekerjaan sampai yang berkaitan kehidupan pribadi masing-masing, tentu saja sambil diselingi berciuman mesra.
Pak Yanto sempat bertanya apakah aku pake pengaman, waktu aku balas dengan pertanyaan kenapa baru bertanya sekarang padahal beliau sudah dua kali menebar benihnya ?
Beliau menjawab sambil tertawa bahwa karena aku sudah punya suami maka dia tidak terlalu khawatir kalau aku jadi hamil karenanya.
Aku memang sekarang memakai IUD sebagai pengaman karena belum merencanakan punya anak lagi.
Kemudian iseng-iseng beliau aku tanya, kalau aku lepas IUDnya apakah dia mau menghamili aku ?
Jawabannya cukup mengagetkan tapi sangat menyenangkanku karena beliau bersedia “menyumbang” benihnya tetapi tidak mau menikahiku. Tetapi beliau bersedia berkomitmen untuk membantu biaya “anak biologisnya” itu.
Setelah selesai berendam, kami lalu membersihkan badan dan berpakaian lagi untuk bersiap-siap pulang karena suamiku sudah akan menjemputku di tempat seminar tadi.
Di tengah perjalanan pak Yanto memintaku melakukan oral seks, karena aku belum pernah melakukannya beliau lalu membimbingku mengenai cara melakukannya.
Sesampainya di tempat parkiran tempat seminar, pak Yanto belum juga berejakulasi yang memaksaku untuk lebih agresif mengemut penisnya.
Akhirnya beliau bisa ejakulasi dan memintaku meminum seluruh air maninya sampai habis.
Ternyata suamiku juga sudah ada ditempat parkiran menjemputku sehingga membuatku agak panik dan dengan terburu-buru aku segera merapikan baju dan rambutku serta memakai lipstik lagi yang telah hilang menempel di penis pak Yanto.
Setelah semuanya rapih kembali aku keluar dari mobil pak Yanto dan ambil jalam memutar dari parkiran yang tidak terlihat suamiku untuk masuk ke tempat seminar.
Tontonan Khusus Dewasa –> Film Bokep 2015
Aku kemudian menghampiri suamiku seolah-olah baru selesai seminar dan mengajaknya berkenalan dengan pak Yanto … bossku di kantor dan di ranjang. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

The post Cerita Sex: Pak Yanto Atasan ku appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Kugenjot Naik Turun

$
0
0

doyanbokep.com – Web Khusus Dewasa Yang Berisakan Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngentot, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+. Sebelumnya kuperkenalkan diri namaku Rudy tinggi 170 cm berat badan 55 kg umurku sekarang 20 tahun asalku dari Sragen sekarang aku telah masuk jenjang perguruan tinggi negeri di kota Solo.

cerita sex sedarah, cerita ml sedarah, cerita ngesex sedarah, sedarah cerita, cerita hubungan sedarah, cerita sedarah bergambar, cerita ngetot sedarah, cerita 18 sedarah, cerita sedarah keluarga, cerita sedarah panas, cerita sedarah baru, daftar cerita sedarah, cerita seks sedarah, cerita sedarah kakak, cerita bokep sedarah, cerita nakal sedarah, cerita ngntot sedarah, cerita sedarah adik, cerita sedarah new, cerita sedarah terkini, cerita sedarah 18, cerita wanita sedarah, cerita cerita sedarah

Suka Cerita Sex Kugenjot Naik Turun

Pengalaman seks yang pertama kualami terjadi sekitar 4 tahun lalu, tepatnya waktu aku masih duduk di bangku SMU kelas 1 berumur 16 tahun. Karena rumahku berasal dari desa maka aku kost dirumah kakakku.

Saat itu aku tinggal bersama kakak sepupuku yang bernama Mbak Fitri berusia 30 tahun yang telah bersuami dan mempunyai 2 orang putri yang masih kecil-kecil, namun di tempat tinggal bukan hanya kami berempat tapi ada 2 orang lagi adik Mbak Fitri yang bernama Wina waktu itu berumur 19 tahun kelas 3 SMK dan adik dari suami kak Fitri bernama Asih berusia 14 tahun.

Kejadian tersebut terjadi karena seringnya aku mengintip mereka betiga saat mandi lewat celah di dinding kamar mandi. Biarpun salah satu dianatara mereka suadah berumur kepala 3 tapi kondisi tubuhnya sangat seksi dan menggairahkan payudaranya montok, besar dan belahan vaginanya woow…terlihat sangat oh…oooght nggak ku-ku bo…

Saat malam hari saat aku tidur dilantai beralaskan tikar, di ruang tamu yang gelap bersama Mbak Wina, awalnya sich aku biasa-biasa saja tapi setelah lama seringnya aku tidur bersama Mbak Wina maka aku akhirnya tak tahan juga. Malam-malam pertama saat dia tertidur pulas aku cuma berani mencium kening dan membelai rambutnya yang harum.

Malam berikutnya aku sudah mulai berani mencium bibirnya yang seksi mungil, tanganku mulai meremas-remas buah dadanya yang padat berisi lalu memijat-mijat vaginanya yang, oh ternyata empuk bagai kue basah yang……oh…oh.., aku melihat matanya masih terpejam pertanda ia masih tertidur tapi dari mulutnya mendesah dengan suara yang tak karuan.

“Ah…..ught…..hhhhhh….hmmmm” desahan Mbak Wina mulai terdengar.

Tanganku terus bergerilya menjamah seluruh tubuhnya.saat aku menciumi vaginanya yang masih tertutup calana, ia mulai terbangun aku takut sekali jangan-jangan ia akan berteriak atau marah-marah tapi dugaan ku meleset.

Ia malah berkata, “Dik teruskan….. aku sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini ayo teruskan saja……..”

Bagai mendapat angin segar aku mulai membuka t-shirt yang ia gunakan kini terpampang buah dada yang seksi masih terbungkus BH. BH-nya lalu kubuka dan aku mulai mengulum putingnya yang sudah mengeras gantian aku emut yang kiri dan kanan bergantian.

“Mbak, maafkan aku tak sanggup menahan nafsu birahiku!”

“Nggak apa-apa kok dik aku suka kok adik mau melekukan ini pada mbak karena aku belum pernah merasakan yang seperti ini” jawab Mbak Wina.

Setelah puas kupermainkan payudarnya lalu aku mulai membuka rok bawahannya.biarpun kedaan gelap gulita aku tahu tempat vagina yang menggiurkan, terus kubuka CD nya, lalu kuciumi dengan lembut.

“Cup…cup…sret…. srettttttttttt”, suara jilatan lidahku.

“Ought……ought….terus dik enak…..!!!”

Karena takut ketahuan penghuni rumah yang lain aku dengan segera mengangkan kedua kakinya lalu kumasukkan penisku yang mulai tegang kedalam vaginanya yang basah.

“Ehmm…oh…ehhhhh…. mmmmhhh”, rintih kakakku keenakan.

Setelah kira-kira setengah jam aku mulai merasakan kenikmatan yang akan segera memuncak demikian juga dengan dia.

“Crot..cret…crettttttt…. crettttttttttt”, akhirnya spermaku kukeluarkan di dalam vaginanya.

“Oh……”

Rupanya ia masih perawan itu kuketahui karena mencium bau darah segar.

“Terima kasih dik kamu telah memuaskan Mbak, Mbak sayang padamu lain kali kita sambung lagi yach?”

“Ok deh mbak”, sahutku.

Setelah selesai memakai pakaian kembali aku dan dia tidur berpelukan sampai pagi. Sebenarnya kejadian malam itu kurang leluasa karena takut penghuni rumah yang lain pada tahu,sehingga suatu ketika kejadian itu aku ulang lagi.

Masih ingat dalam ingatan hari itu minggu pagi,saat mbak Fitri dan adiknya Asih bersama keuarga yang lain pergi ke supermarket yang tidak terlalu jauh dari rumah kami.

Karena keadaan rumah yang sepi yang ada hanya aku dan Mbak Wina, aku mulai menutup seluruh pintu dan jendela. Kulihat Mbak Wina sedang menyeterika dengan diam-diam aku memeluknya dengan erat dari balakang.

“Dik jangan sekarang aku lagi nyetrika tunggu sebentar lagi yach…… sayang….!” pinta Kak Wina.

Tapi aku yang sudah bernafsu nggak memperdulikan ocehannya, segera kumatikan setrika, kuciumi bibirnya dengan ganas.

“Hm…eght…. hmmmmm……. eght…!”

Karena masih dalam posisi berdiri sehingga tak leluasa melakukan cumbuan, aku bopong ia menuju ranjang kamar.

Kubaringkan ia di ranjang yang bersih itu lalu segera kulucuti semua pakaiannya dan pakaian ku hinggas kami berdua telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menempel.

Wow……tubuh kakakku ini memang benar sempurna tinggi 165 cm berat sekitar 50 kg sungguh sangat ideal, payudaranya membusung putih bagaikan salju dengan puting merah jambu dan yang bikin dada ini bergetar dibawah pusarnya itu lho……. bukit kecil kembar ditengahnya mengalir sungai di hiasai semak-semak yang rimbun.

Kami berdua tertawa kecil karena melihat tubuh lawan jenis masing-masing itu terjadi sebab saat kami melakukan yang pertama keadaan sangat gelap gulita tanpa cahaya. Sehingga tidak bias melihat tubuh masing-masing.

Aku mulai menciumi muka tanpa ada yang terlewatkan, turun ke lehernya yang jenjang kukecupi sampai memerah lalu turun lagi ke payudaranya yang mulai mengeras, kujilati payudara gantian kanan kiri dan kugigit kecil bagian putingnya hingga ia menggelinjang tak karuan.

Setelah puas bermain di bukit kembar tersebut aku mulai turun ke bawah pusar, ku lipat kakinya hingga terpampang jelas seonggok daging yang kenyal di tumbuhi bulu yang lebat. Lidahku mulai menyapu bagian luar lanjut ke bagian dinding dalam vagina itu, biji klitorisnya ku gigit pelan sampai ia keenakan menjambak rambutku.

“Ught..ugh…hah oh….oh…..”desahan nikmat keluar dari mulut Kak Wina.

Setelah kira-kira 15 menit aku permainkan vaginanya rasanya ada yang membanjir di vaginanya rasanya manis asin campur aduk tak karuan kusedot semua cairan itu sampai bersih, rupanya ia mulai orgasme.

Mungkin saking asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada yang memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Fitri dan adik suaminya, Asih sudah berdiri di pinggir pintu.

Mungkin mereka pulang berdua tanpa suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mereka ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang lupa tak aku kunci.

Aku dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu takut bercampur menjadi satu jangan-jangan mereka marah dan menceritakan kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat.

“Dik main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan”, ucap Mbak Fitri.

“Ini juga baru mulai kak!” sahutku.

“Mas aku boleh nyoba seks sama Mas?” tanya Asih.

“Boleh”.

Aku dan Kak Wina selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya.

“Ck.. ck…ck……ck……”, guman ku.

Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini.

Mbak Fitri tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar kira-kira 36 B vaginanya indah sekali. Sedangkan Asih tubuhnya agak kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A vaginanya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat.

Pertama yang kuserang adalah Mbak Fitri karena sudah lama aku membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum sepuasnya rupanya Mbak Wina dan Asih juga kepingin merasakan air susu itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut, sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam vagina satu sama lain.

Setelah puas dengan permainan itu, aku meminta agar mereka berbaring baris sehingga kini ada 6 gunung kembar yang montok berada di depanku. Aku mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian sampai 6, aku semakin beringas saat kusuruh mereka menungging semua, dari belakang aku menjilati vagina satu persatu rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke dalam vagina mereka.

Giliran mereka mengulum penisku bergantian.

“Hoh…. hoooooooooo…… hhhhhhhhhh…… ehmmmmmmmmm”, desah mereka bertiga.

Aku yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan payudara dan vagina mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan. Saling peluk cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka memberi isyarat bahwa akan sampai puncak.

“Dik aku mau keluar”

“Mas aku juga”

“Aku hampir sampai”, kata mereka bergantian.

“Jangan di buang percuma, biar aku minum!”, pintaku

“Boleh”, kata Mbak Fitri.

Aku mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke vagina mereka satu persatu lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan main.

“Srep.., srep”.

Heran, itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka kok udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat.

Karena sudah tidak sabar aku mulai memasukkan penisku de dalam vagina Mbak Wina kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit kemudian aku gantian ke Kak Fitri, biarpun sudah beranak 2 tapi vaginanya masih sempit seperti perawan saja.

“Dik enak……. Uh…… oh…..terussssssss!”, desahnya.

“Emang kok Kak…….. hhhhhhh ehmm…..”

“Mas giliranku kapan..?”, rupanya Asih juga sudah tak tahan.

“Tunggu sebentar sayang.”

Sekitar 10 menit aku main sama kak Fitri sekarang giliran Asih, dengan pelan aku masukkin penisku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh penisku bisa masuk ke liang vaginanya.

“Mas……. sakit….. mas…… oght…….. hhohhhhhh…….”, jerit kecil Asih.

“Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!”, ucapku memberi semangat agar ia senang.

“Benar Mas sekarang nikmat sekali… oh.. ought..”

Rupanya bila kutinggal ngeseks dengan Asih, kak Fitri dan Kak Wina tak ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke vaginanya masing-masing.

Posisiku di bawah Asih, di atas ia memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah.

Karena sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai puncak, dalam posisi masih seperti semula Asih berjongkok di atas penisku, kusuruh Mbak Fitri naik keatas perutku sambil membungkuk agar aku bisa menetek, eh…, bener juga lama-lama air susunya keluar lagi, kuminum manis sekali sampai terasa mual. Mbak Wina yang belum dapat posisi segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya tepat di depan mulutku, dan kumainkan klitorisnya.

Ia mendesah seperti kepedasan.

“Ah……… huah…….. hm…….!”

Tanganku yang satunya kumasukkan ke vagina Mbak Fitri, kontolku digarap Asih, mulutku disumpal kemaluan Mbak Wina, lengkap sudah.

Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan.

“Ought……… hmmmmmm…… cret… crot…..”

“Enak Mas…….!” desah Asih.

Spermaku ku semprotkan kedalam vagina Asih dan keluarlah cipratan spermaku bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan. Kami berempat sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan letih yang kami rasakan.

Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di penisku di jilati sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian itu kami selalu mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua bertiga maupun berempat.

Namun sekarang kami sudah saling berjauhan sehingga untuk memuaskan nafsu birahiku aku sering jajan di kafe-kafe di kota Solo ini ataupun dengan teman-teman wanita di tempat kuliah yang akrab denganku. Tapi tak satu pun dari mereka yang menjadi pacarku. Nah, bagi teman-teman yang ingin berkenalan silakan kontak emailku. Pasti aku balas.

Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngentot, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pasangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex Pasangan Gay

The post Cerita Sex Kugenjot Naik Turun appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Akan Klimaks

$
0
0

doyanbokep.com –  Web Khusus Dewasa Yang Berisakan Cerita Sex Hot Terbaru, Mesum, ABG, Ngentot, Tante, Janda, Sedarah, Mahasiswi, Selingkuh, Horny, Memek Perawan 18+. Perkenalkan dulu namaku Krishna.Aku sekolah di sebuah SMU di kotaku Klaten.Aku punya cewek yang bernama Ayu dan dia bersekolah di sebuah sekolah dasar dikotaku juga. Cerita ini adalah pengalamanku yang nyata dan sangat berkesan dihatiku.Awal ceritanya begini: Saat itu aku sudah siap dengan dandanan rapi untuk pergi kerumah Yusha.

cerita sex terbaru, cerita dewasa, cerita mesum terbaru, cerita sex mesum, cerita mesum 18, cerita mesum baru, cerita mesum terkini, cerita mesum 17, cerita mesum terhot, koleksi cerita mesum, mesum cerita, kumpulan cerita mesum bergambar, galeri cerita mesum, cerita mesum paling panas, cerita mesum dan fotonya

Suka Cerita Sex Akan Klimaks

Dirumah Yusha aku disambut oleh adik adik Yusha yang kecil kecil.Saat itu Yusha keluar sehabis ngasih makan ayam kesayangannya.aku langsung diperkenalkan dengan cewek imut dan cantik bernama Ayu.

Aku,Yusha dan adik Yusha yang lain lalu bermain di serambi samping rumah Yusha.Saat itu aku memang tidak ada perasaan apapun terhadap Ayu tapi lama kelamaan…….. Tetapi besoknya lagi aku tak bosan bosan kerumah Yusha.

Aku langsung nyariin Ayu.Sejak saat itu terbit harapan dihatiku untuk mendapatkan hati Ayu. Suatu saat aku lagi sakit,badanku lemas,kepala sakit.Semua itu dikarenakan sehabis Fashion Show di Semarang tapi ini justru menjadi awal dari segalanya.

Kesibukanku sebagai model memang menuntut tenaga yang lumayan besar.Fashon Show dengan mobil bersama teman temanku satu agency hingga harus berjongkok ria didalam mobil sedan merelakan tempatku dipakai temenku yang cewek.Saat pulang aku banyak kehilangan tenaga hingga malamnya aku langsung tertidur pulas banget.

Paginya aku menelfon Yusha dan bilang kalau aku nggak masuk sekolah dan titip izin kepada wali kelasnya tak lupa pula aku kirim salam kepada Ayu yang membuat hatiku berbunga bunga indah. Saat suatu senja dimalam Minggu dirumah Yusha,Ayu menungguku.

Waktu aku menemui Ayu diserambi samping rumah Yusha,Ayu menangis dan berkata kenapa aku tak menemuinya dan rindu berat sama aku.Saat aku dan Ayu memasuki rumah Yusha Kami disambut oleh mama Yusha yang bernama tante Nana yang super sexy Saat itu mama Yusha memakai tengtop terusan rok ketat sebatas paha atas berwarna pink transparan membuat lekuk lekuk tubuh wanita dewasa kelihatan jelas walau agak transparan.

Dalam posisi duduk yang miring sambil menyilangkan sepasang pahanya sehingga tak mustahil akan memperlihatkan pemandangan indah itu dan memaksa mata nakalku singgah berkali kali di paha mulusnya

Saat itu posisi duduk tante Nana berubah dari menyilang hingga kini setengah bersila dengan kaki kiri kebawah terus kaki kanan menyilang lurus kesamping malah menambah posisi roknya semakin naik sehingga paha bagian dalam terlihat samar samar.

Ternyata tante Nana memakai celana dalam yang minim banget.Celana dalam model G-spot berwarna putih transparan berukuran kecil dengan tali pengikat disamping pinggangnya menampakkan kemulusan bagian dalam pangkal paha serta bulu halus hitam lebat membuat mata nakalku tambah jelalatan.

Tante Nana memintaku untuk membantunya memperbaiki lampu kamarnya yang terputus. Saat didalam kamar suasana begitu gelap karena tak ada penerangan.Tanganku meraba raba mencari kursi untuk memanjat karena letak bohlamnya diatas.Tak sengaja tanganku menyentuh benda lunak yang begitu indah.

Ternyata yang kuraba tadi gundukan dada tante Nana yang tak tertutup apapun selain kain tipis tengtop itu.Tante Nana melarangku untuk beralih malah meletakkan tanganku disusunya Saat itu tanganku tak beralih malah tambah berani dengan meremas remas lembut bukit itu.

Remasanku bertambah berani saat aku mendengar desahan desahan halus tante Nana. “Ahhh…Kriiishhh Terrusss..Enaaak sekaliii….”desahnya mengundang birahi Tangan tante Nana tidak tinggal diam.

Tangannya meraba raba punggung terus turun hingga sampai kepangkal pahaku.Disana dia menemukan sebentuk keperkasaan milikku yang sudah tegang dari tadi.

“Agh….tante…mhhh”aku tak dapat berkata apa apa sehingga tak sadar aku menurunkan tali pengikat tengtop dibahu tante Nana dan terus meremas bukit indah yang kelihatan masih kencang itu.

Saat itu tante Nana sudah tidak peduli lagi siapa aku dan siapa dirinya.Dia langsung turun melepas remasanku mencari kait celanaku dan kebetulan aku memakai celana model training sehingga memudahkan tante Nana melorotkan celanaku.Terlihatlah celana dalamku yang berwarna biru tua.

Celana itu sangatlah kecil hingga tak mampu menutupi semua kontolku sehingga nampak mengintip batang milikku yang tegang itu.

Tangan tante Nana langsung merampas lepas celana kecil itu kebawah hingga terlihatlah kerasnya kejantananku yang tegang sepenuhnya mengacung keras menampar pipi tante Nana.

“Oh…Krish besar dan indah tante ingin sekali memilikinya”kata tante penuh nafsu sambil tangannya memegang penisku “Ahhh….tante milikilah dan lakukan sesuka tante sekarang”kataku Tangan tante Nana langsung memegang dan bahkan memasukannya kedalam mulutnya batangku.

Tante Nana langsung mengulum dan meremas sambil sesekali menggerakkan naik turun perlahan lahan batangku membuat aku tak henti hentinya mendesah sambil sesekali tanganku meremas remas payudara tante Nana.

“Aghhh…tante teerrruuussss..mhhhh”kata ku menahan agar tidak sampai suaraku terdengar sampai depan.Hisapan,remasan,dan kocokan tante Nana bertambah ganas seiring remasan didadanya bertambah keras.

Sampai suatu ketika aku menjerit menahan desah karena aku sudah mencapai klimaks dari permainan  tante Nana.

“Aghh…tante sudah,Krish keluaarhh nihhh…”jeritku tertahan “Crot…crot..crot…”3 kali aku menembakkan pejuku didalam mulut tante Nana dan tante Nana menelannya sampai bersih. Lalu tante Nana menghentikan kegiatannya pada batang milikku dan menelan habis air mani milikku dan menjilat ujung kepala penisku.

Saat tante Nana ingin melanjutkan permainannya,aku segera tersadar kalau kami meninggalkan anak anak terlalu lama.

“Udah tante,Krishna janji akan menyenangkan tante asal tante tetap memakai pakaian yang sexy seperti ini kalau ada saya”janjiku “Ya udah deh,tapi kamu harus janji lho”sahut tante Nana “Tante mana nih bohlamnya”aku meminta bohlam yang akan dibetulin

“Oh ini”kata tante Nana sambil memberikan bohlam itu.Saat itu tengtop tante Nana tidak dibetulkan posisinya sehingga masih nampak bukit indahnya.

Saat selesai memperbaiki lampu kamar tante Nana,aku langsung memakai kembali celana dan celana dalamku setelah kami berciuman tanda terima kasih tante Nana karena aku telah memuaskannya.

Waktu itu aku yang berjiwa muda melumat habis mulut mungil tante Nana sehingga tante Nana kembali terangsang.

“Udah Krish,katanya udah ntar tante terangsang lagi lho”katanya sambil melepas ciumanku “Maaf tante terlalu nafsu,kapan kapan lanjutin lagi”kataku sambil menenangkan diri “Ok deh Krish”jawab tante Nana Lalu kami keluar.

Saat kami sampai di ruang tamu Yusha dan adik adiknya sudah didepan main bersama sama.Aku langsung mengajak Ayu keserambi samping rumah. Saat diserambi milikku diremas Ayu sehingga tak sadar tanganku memasukan tangan Ayu kedalam celanaku.

“Yuuu…kocok milik kakak yuu..yanghh kerasshh yah..mhhh”kataku sudah terangsang berat.Saat itu Ayu berkata “Kak celananya mengganggu” Langsung aku menurunkan celana beserta celana dalamnya sekalian.

“Ayo Yu kocok cepat”kataku tak sabar.Buru buru Ayu mengocok batangku yang gede berukuran panjang 18cm dan berdiameter 5 cm itu.Suasana serambi rumah Yusha memang mendukung untuk melakukan semua itu maka kami tidak takut akan ketahuan oleh tetangga yang lain.

Aku yang sudah terangsang berat langsung meraba raba dada Ayu yang sudah mulai tumbuh payudara walau yang masih terbungkus kaos tipis Ayu.

“Achh…kak,geli kaaakkhh”Ayu merasakan kenikmatan yang belum dia dapatkan sebelumnya.Tanganku langsung melepas kaos Ayu sekalian kaos singletnya hingga nampak olehku susu indah dengan puting kecil berwarna merah jambu yang baru muncul terus meremas remasnya.

“Ayu susumu indah benget”kataku senang “Kakak netek yah”sambungku tanpa menunggu persetujuan Ayu langsung menetek susu miliknya “Ahh..kakak enakhh banget kak,Ayu sayang kakak”kata Ayu menyeracau Tanganku yang bebas langsung menuju ke-rok Ayu yang sebatas atas paha itu terus meraba raba paha Ayu.

Tanganku terus meraba kian kedalam hingga tersentuh olehku celana dalam Ayu yang sudah basah cairan kenikmatan Ayu.Tak sabar tanganku pun menurunkan celana dalam Ayu hingga sampai mata kaki Ayu “Ayu lepas dong sayang”kataku.Saat itu Ayu memang menolak tetapi aku membujuk sambil mengulum puting Ayu hingga Ayu akhirnya mau juga dilepas celana dalamnya.

Setelah terlepas tanganku meraba raba bibir memek Ayu yang basah sambil sesekali menusuk nusuk liang milik Ayu “Yu kamu cantik”kataku

“Mhh…terusshhh kakhhh…”desah Ayu “Iya Yuuu…kocok terus kontol kakak sampai keluar air susunya sayang”kataku Keadaan terus berlanjut hinggak akhirnya aku berteriak waktu aku mencapai klimaksku.5 kali tembakan pejuku mengenai rok Ayu.Ayu rebah dipangkuanku tapi aku masih meraba raba memek Ayu.

“Ayu enak benget yang tadi,kakak puas Yu?”kataku “Enak yah kak,Ayu juga enak kok,sekarang main yang beneran yah kak”Ayu memintaku “Iya deh”sahutku

“Sekarang Ayu kulum dulu milik kakak,terus Ayu hadap kakak,nanti Ayu kakak gendong kalau kakak udah siap”aku mengajari “Gimana kak?”tanya Ayu “Ini masukin kemulut Ayu terus dikulum seperti ngulum permen itu lho”aku menyodorkan batang pelirku “Ini….mhhhh”Ayu mulai ngemut batang pelirku

“Akhh…mhhh Ayuuuu enhhakhhhh….”desahku keenakkan “terushhh….”kataku “Udah Yu sekarang Ayu naik kepaha kakak yah nanti kalau sakit tahan dikit yah”kataku sambil memangku Ayu Ayu terus  naik kepangkuanku sementara aku menempatkan batang penisku tepat pada lubang memek Ayu.

“Tahan yah sayang”kataku sambil melumat bibir Ayu agar tidak menjerit Lalu…blesh kepala penisku memasuki memek Ayu.Saat itu Ayu langsung menjerit kecil “Akhh kak perih”jerit Ayu “Tahan dikit yah sayang”kataku sambil menekan penisku lebih dalam “Mhh kak”Ayu merintih sambil memegang tanganku.

Saat penisku sudah ¾ masuk,aku menggoyangkan pinggulku pelan pelan hingga Ayu naik turun dan lama lama rintihan Ayu berubah menjadi desahan “Kak enak terrushhh”katanya Tanpa disadari Ayu aku menekan kuat kuat pinggul Ayu kebawah sehingga kemaluanku masuk semua menerobos selaput dara milik Ayu “Ssakithhh…Kakhhh”Ayu berteriak lalu menggigit bibir

“Sabar sayang nanti juga hilang sakitnya berganti nikmathhh”kataku bercampur desah.Saat Ayu tenang kembali aku mengayun pantatku dari pelan naik turun hingga Ayu seperti naik kuda semakin lama semakin keras.

“Kak enak terrrushh kak”desah Ayu “Mhh…nikmattt Yuuu,memek Ayu enakhh”kataku Aku menyetubuhi Ayu sambil berselunjur kaki,terus Ayu kuhentak hentakkan keatas dengan pahaku.Walau aku lelah tetapi kami mendapatkan kenikmatan yang baru kami peroleh. Hingga Ayu memelukku erat erat tanda Ayu Ejakulasi.

“Kakhh Ayu pipis”jerit Ayu “Iya kakak juga kita bersama sama pipis yah”sahutku.Saat itu aku tidak tahan lagi lalu membalik dan menindih tubuh Ayu lalu menggenjot keras keras memek Ayu

“Kakakhh Udah Ayu nggak tahhaanhh”Ayu menjerit Hingga Akhirnya “Kakhh”Ayu menjerit.”Akh…nikmatthh”desahku saat ejakulasi dan kami saling memeluk erat erat.

Aku menembakan pejuku yang kedua kali selama 5 tembakan tanpa melepas kontolku dari dalam memek Ayu dan Ayu mengguyur kontolku dengan air maninya selama 4 tembakan. Hari jadian kami diawali dengan percintaan yang baru kami rasakan.Tak sadar kami dihampiri oleh tante Nana yang sudah sejak tadi mengintip.

Tante Nana langsung mengajak kami main dikamarnya karena tadi belum puas karena permainannya denganku terhenti.

“Yusha kemana tante?”tanyaku “mereka pergi kok jangan takut”jawab tante Nana.Ayu dan aku menuju kekamar tante Nana tanpa memakai kembali pakaian kami Saat sampai dikamar tante Nana yang terang ternyata Tante Nana sudah tidak pakai tengtop lagi melainkan memakai sarung saja sebagai penutup tubuhnya.

Sarung itu hanya mampu menutupi susu sama memeknya saja tetapi paha atas sampai pangkal paha terlihat jelas. “Kak tante Nana sexy yah kak”ucap Ayu polos “Iyah…”aku menjawab sambil mendesah

Tak sabar aku langsung melepas kaosku hingga bugil karena celanaku ditinggal di serambi rumah tante Nana.Ayu melepas rok kecil yang masih menghalangi memeknya sehingga tubuh mulus anak SDnya kelihatan semua.aku langsung mendekati tante Nana.

Tanganku meraih ikatan sarung tante Nana lalu melepasnya.Aku langsung menetek susu tante Nana tanpa diperintah “Tante enak nggak”tanya Ayu “Ahhh…enakhh banget Ayu sayang,Ayu jilatin dong memek tante”tante menuntun kepala Ayu kememeknya.

“Nah terus Yu yang dalem…ahhh masukin lidah kamu dong…terushhhh…”tante Nana mendesah desah Merasa sudah pernah aku ajari,Ayu langsung menjilat jilat seperti menjilat es krim hutan dan memek tante Nana.

Dan tangan tante Nana memegang kemaluanku lalu mengocoknya naik turun. “Akhh…terus ayooo…miahhhhhhh….”desahnya tak teratur Lalu tiba tiba tante Nana menyuruh kami berhenti. “Krish kamu tiduran aja sayang biar tante masukin kontol kamu,tante udah nggak kuat sayang”katanya tak sabar.

Lalu aku tidur terus tante Nana naik keatas tubuhku sambil menduduki penisku otomatis penis tegangku masuk perlahan lahan hingga masuk semua.

“Akhh….Krish kontolmu kok besar banget sih tante sakithhh tapi enak kok Krishhh…”erangnya kenikmatan “Tante masukin terus kontol Krishna biar tante enak”jawabku menunggu kontolku masuk semua. Sementara itu Ayu melihat dari samping sambil mengeluar masukkan jarinya didalam memeknya.

Dia terangsang sekali saat itu.Saat itu memek tante Nana masuk semua lalu dia menggenjot pinggulnya bagai kesetanan. “Ahh…tante terushhh…mhhh”desahku kenikmatan ‘cleepp…plek plek cleep…plek”suara beradunya kemaluan kami

“Akhh…kontol anak anak memang nikhhmathhh…”teriak tante Nana tidak sadar “Tante Krishna mau diatas,tante pindah turun dong”pinta Krishna pada tante Nana Lalu tante Nana turun tanpa melepas kontolku dari memeknya.

Aku langsung menggenjot kontolku sedang tante Nana menggoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan bagai tari sterptease. Kami mengejar puncak ejakulasi kami sampai seperempat jam dan Ayu masturbasi sampai ia pun mencapai puncaknya.

“Krishna,tanhh…te Sampai nihhh..”erang tante Nana “Sleph..slep..slep”Aku mempercepat gerakanku agar tante Nana cepat mencapai ejakulasinya…lalu “Akhhh…mhhhh”terasa kontolku basah dan hangat dibanjiri air mani tante Nana tanda tante Nana telah sampai.

Aku lalu mencabut penisku yang masih tegang dan basah terus menghampiri Ayu. “Ayu main lagi yuk sayang,kak Krishna mau gantian sama Ayu”kataku memeluk Ayu “Iya kak”jawab Ayu Lalu aku mendekati memek Ayu yang kelihatan basah dan sedikit berdarah tanda perawannya telah hilang.

“Yu,punya Ayu berdarah yah?”tanyaku “Sakit tidak?”tanyaku lagi “Sedikit kak,makanya yang pelan yah kak”kata Ayu

“Iya sayang”kataku lalu aku menjilat memek Ayu hingga cairan mani Ayu habis dan berganti oli kenikmatan Ayu. “Sekarang masukin lagi yah kontol kakak ke memek Ayu yah sayang”kataku “Iya kak pelan pelan yah”jawab Ayu

“Kita kekursi itu yah lalu Ayu kakak pangku lagi tapi yang naik turun Ayu yah”aku mengajari lagi

“Krishna kalau kamu udah mau sampai bilang tante yah ntar pejumu masukin aja ke memek tante biar tante merasakan siraman pejumu Krish,tante disini mau nonton ngentot kalian”tante Nana memesan pejuku seperti memesan Es jus.

“Iya tante”jawabku singkat. Lalu aku duduk dan memangku Ayu. “Yu,ayo dong kamu naik turun”kataku saat kontolku sudah masuk setengahnya.Lalu menurunkan Ayu pelan pelan takut Ayu kesakitan lagi.

Ayu pun tidak kesakitan seperti tadi dan mulai menaik turunkan pantatnya pelan pelan lama kelamaan mulai cepat seperti orang naik kuda. “Akhh…Ayu kakak sayanghh..Ayuuu…terushh sayang nikmat sekalliii…”desahku “Kak Nikhhmathhh Ayu mau dong kapan kapan,kita mainhh lagi yah kakkhhh”desah Ayu ketagihan

“Yahhh sayanghhhh…..”jawabku.Kami tak berhenti hingga akhirnya…. Aku berteriak kepada tante Nana kalau aku sudah akan klimaks. “Ah…tante Krishna mau sampai tante kita gantian yuk”teriakku

“Iya,tunggu tante”tante Nana buru buru mendekatiku.

Ayu diturunkan dan tante naik menggantikan Ayu lalu menggenjot memeknya kuat kuat agar aku cepet sampai.Aku memasukan dua jariku kedalam memek Ayu agar Ayu juga merasakan kenikmatanya yang tertunda.Hingga akhirnya……

“Achh tante Krishna sampai nih”teriakku saat air pejuku mau keluar “Semprotin terus dalam memek tante sayang,semua ayo…”kata tante Nana menyambut pejuku.

“crot…crot..crot..crot..crot”4 kali pejuku menyemprot membasahi memek tante Nana yang sempit dan…. “Kak jangan keras kerashh…kakhhh sakiiithhh…”saat tak sadar aku mengocok memek Ayu terlalu keras.

“Kakhhh Ayu pipishhh”kata Ayu saat sampai “Serr…serrr..serr…serrr”air maninya menyembur nyembur membasahi tanganku Tante Nana turun saat beberapa saat diam dipangkuanku membiarkan kontolku mengecil sendiri laluaku menjilat memek Ayu hingga bersih dan menjilat memek tante Nana membersihkannya juga menjilat semua air mani Ayu yang ada ditangannya.

“Krishna tante puas sekali,terima kasih yah tapi loe besok harus kemari dan kita main seperti ini lagi yah”katanya

“Ayu boleh ikutan tante?”Ayu menyahut “Iya deh sayang tapi Ayu dilarang pakai celana dalam dan memakai kaos dalam hanya boleh pakai daster terusan rok aja yah sayang”jawabku “Terserah kamu deh Krish,tante capek nih mau tidur”kata tante Nana

“Ya sudah tante kami mau pulang dulu,sampai besok tante”kataku “Sampai besok tante”kata Ayu

“Bye semua”kata tante Nana lalu mengantar kami sampai keserambi depan rumah mengambil dan mengenakan pakaian kami.

Saat sampai diluar rumah dan berjalan pulang bersama Ayu aku mengajari bermasturbasi yang nikmat.

Aku mengajari bila tak ada aku Ayu bisa mengeluar masukkan tiga jarinya didalam memeknya sambil meremas remas susunya dan memelintir putingnya sampai dia puas dan mengeluarkan air maninya,tapi harus didalam kamarnya dan tidak mengajak siapapun juga.

Esoknya kami melakukannya lagi sepuas kami sampai sore sekali.Pembaca ini pengalaman kami yang takkan kami lupakan.
Cerita sex sahabat, foto hot terbaru, foto hot Jilbab terbaru, foto hot tante terbaru, foto sex mahasiswi, cerita sex terbaru, cerita sex three some, Cerita Sex Perawan, cerita sex pembantu nakal, cerita sex ngentot, cerita sex ABG, cerita sex Jilbab, kumpulan cerita sex perkosaan, cerita sex Janda, cerita sex Guru, cerita sex Lesbi, cerita sex Hamil, cerita sex pembantu, cerita sex Pelajar, cerita sex setengah baya, cerita sex dosen, cerita sex SMP, cerita sex pramugari, cerita sex Bertukar pasangan, Cerita Sex Suster Sange, Cerita Sex Pacar Sange, Cerita Sex Pasangan Gay

The post Cerita Sex Akan Klimaks appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Ngesex Calon Besan

$
0
0

doyanbokep.comCersex web dewasa yg berisikan cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa “Cerita Sex Ngesex Calon Besan” dan foto sex bugil tante bispak abg hot terbaru 2016 –

cerita sex selingkuhCerita Sex Ngesex Calon Besan

Kejadian ini berlangsung beberapa bulan yg lalu, ketika anakku melangsungkan pesta pernikahannya di kota kecil Pr di Jawa Timur yaitu di tempat calon mertuanya bernama Pak Sun (60 Thn) dan Bu Sun (46 thn) yg masih menjadi kepala desa.

Cerita sex terbaru, Aku dan istriku sebetulnya tdk setuju kalau anakku yg baru saja lulus dari salah satu universitas di Jawa Tengah harus segera kawin dgn pacarnya yg sama-sama baru lulus. Rencanaku biar anakku dapat kerja yg mapan dahulu sebelum kawin, tetapi Pak Sun dan Istrinya terus mendesak agar mereka berdua cepat-cepat di kawinkan agar tdk terjadi hal-hal yg tdk diinginkan dan Bu Sun sudah ingin menimang cucu, katanya. Tetapi karena anakku setuju dgn permintaan keluarga yg perempuan, ya sebagai orang tua tdk bisa berbuat lain selain merestuinya.

Tiga hari sebelum hari pernikahannya, aku dan istriku sudah berada di kota Pr. dan disambut di rumahnya dgn hangat oleh calon besanku Pak Sun dan Bu Sun serta keluarganya. Aku dan istriku benar-benar dibuat surprise dan tdk terbayangkan sebelumnya, orang-orang yg ada di rumah itu begitu hormat kepada keluarga Pak Sun dan yg lebih mengherankan lagi, rumahnya begitu besar dikelilingi tanaman buah-buahan dan ada pendoponya yg luas serta di salah satu sisinya ada seperangkat Gamelan Jawa. Bagaimana tdk heran, jabatan Pak Sun hanyalah kepala desa yg tdk menerima gaji, tetapi hanya menerima tanah bengkok selama dia menjabat.

Yg membuatku lebih terpesona adalah Bu Sun calon besanku perempuan, walaupun usianya sudah tdk muda lagi, tetapi dgn tubuh yg semampai tdk terlalu tinggi serta kain kebaya yg dipakainya serasi dgn warna kulitnya yg putih bersih dan kuperhatikan Bu Sun terlihat sangat anggun, apalagi sisa-sisa kecantikan diwaktu mudanya masih terlihat, sehingga membuatku terpesona dan tdk ingin melepas memandangnya dan kadang-kadang aku harus mencuri-curi pandang, agar istriku tdk mengetahuinya apabila aku memandangnya soalnya kalau sampai ketahuan, bisa-bisa terjadi perang besar. Bu Sun bukannya tdk tahu kalau sering kupandangi dgn penuh kekaguman dan ketika beberapa kali bertemu pandang, kuperhatikan dia selalu tersenyum sehingga terlihat giginya yg putih dan rata.

Hari pertama kedatanganku di kota ini, setelah makan siang bersama calon besanku, Bu Sun lalu disuruh suaminya menghantarkan aku dan istriku untuk beristirahat di rumah sebelah.

“Buu…, sana antar calon besan kita untuk istirahat di tempat yg sudah kita siapkan”, kata Pak Sun dan sesampainya di rumah sebelah yg masih satu halaman dgn rumah induk, tenyata rumahnyapun cukup besar dan kamar yg disediakan untukku dan istriku pun sangat besar walaupun tdk ada kamar mandi di dalamnya.

Setelah menunjukkan tempat-tempat yg dianggap perlu termasuk kamar mandi yg agak jauh di belakang, lalu Bu Sun pamit untuk ke rumah sebelah.

“Terima kasih…, Mbaak…, atas semuanya”, kataku sambil menjabat tangannya dan jabatan itu tdk kulepas dgn segera dan Bu Sun-pun tetap tdk menarik tangannya dan kembali kulihat senyumannya yg manis, sambil tiba-tiba menarik tangannya setelah mungkin merasa tangannya kujabat terlalu lama dan terus meninggalkanku kembali ke rumah sebelah.

Sore harinya ketika aku dan istriku sedang duduk di teras, kulihat Pak Sun dan istrinya muncul dari belakang lalu duduk ngobrol menemani kami berdua dan tdk lama kemudian datang dua wanita dgn membawa pisang goreng serta teh panas. Setelah ngobrol kesana kemari membicarakan acara untuk pernikahan, Bu Sun segera pamit ke belakang entah untuk apa, sehingga obrolan dilanjutkan oleh kami bertiga saja.

Karena tadi aku terlalu banyak minum air, terasa aku ingin pipis dan setelah permisi kepada Pak Sun untuk ke belakang sebentar, lalu aku beranjak ke belakang menuju kamar mandi yg tadi ditunjukkan oleh Bu Sun, karena sudah begitu kebelet untuk pipis lalu sambil menurunkan ritsluiting celanaku serta mengeluarkan meriamku, kudorong pintu kamar mandi dgn bahuku dan terus masuk kamar mandi, tetapi alangkah kagetnya ketika di dalam kamar mandi itu kulihat Bu Sun sedang berada di kamar mandi serta telanjang bulat seraya menggosok-gosok badan dgn tangannya.

Kulihat Bu Sun-pun begitu terkejut ketika mengetahui ada orang masuk ke kamar mandi dan secara reflek Bu Sun berteriak kecil, “Maas”, sambil berusaha menutupi badannya dgn kedua tangannya. Setelah pintu kamar mandi kudorong tertutup, kudekati dia sambil kupegang kedua bahunya serta kukatakan dgn suara sedikit berbisik karena takut ada yg mendengar.

“Mbaak…, maa’aaf…, saya tdk tahu kalau…, Mbak lagi mandi”.
“Sudah.. Laah”, sahut Bu Sun jg sedikit berbisik, “Sana…, keluar…, nanti ada yg lihat…, lagian mau apa siih…, Maas?”.
“Saya…, kebelet pipis…, Mbaak”, sahutku dan disambutnya dgn kata-kata,..
“Cepaat…, pipisnya…, dan cepat keluar”.

Tanpa komentar lagi aku keluarkan meriamku yg setengah berdiri karena melihat payudara serta memek Bu Sun yg ditumbuhi bulu-bulu yg hitam lebat dan aku terus pipis dgn posisi menyamping dan sambil kulirik, kulihat mata Mbak Sun sepertinya sedang tertuju ke arah meriamku.

Setelah selesai menyelesaikan kencingku dan kumasukkan meriamku kembali ke dalam celana, sambil beranjak keluar pintu kamar mandi kusempatkan tangan kananku mencolek payudaranya yg tertutup setengah oleh tangannya sambil kuucapkan.

“Mbaak…, maa’aaf…, yaa”, dan Bu Sun secara reflek menampar tanganku seraya berkata setengah berbisik, “Kurang…, ajaar…, awas…, nanti”.

Aku segera kembali ke depan dan kulihat istriku dan Pak Sun masih ada sambil ngobrol dan aku kembali duduk seolah olah tdk terjadi apa-apa, tetapi istriku tiba-tiba nyeletuk”, Paak…, pipis saja…, bajunya sampai basah semua”, aku tdk menanggapi kata-kata istriku itu dan kucoba menenangkan diri sambil kuambil minumanku di gelas.

Setelah beberapa saat kami meneruskan obrolan, Bu Sun datang dari arah belakang dan sekarang sudah tdk memakai setelan kebaya lagi tetapi memakai rok terusan, walaupun begitu tetap saja membuatku terpesona apalagi bentuk kakinya yg kecil dam putih mulus, setelah dekat dgn kami bertiga serta duduk disalah satu kursi yg kosong, lalu berkata,

“Buu…, Paak…”, seraya menengokku dan Istriku bergantian.
“Silakan mandi dulu biar terasa segar sebelum kita makan”, dan setelah itu Bu Sun menggeser kursinya sedikit membelakangiku.

Tdk berlama-lama, aku langsung ke kamar mengambil pakaian ganti dan langsung pergi ke kamar mandi. Sengaja kamar mandinya tdk kukunci dgn harapan siapa tahu Bu Sun pun berbuat yg sama seperti tadi, tapi…, kupikir mana mungkin.., jadi segera saja kubuang jauh jauh pikiran itu dan sambil mandi kubayangkan tubuh Bu Sun yg walau sudah berumur dan payudaranya yg terlihat sedikit karena tertutup tangannya tdk begitu besar kira-kira 36D serta sudah agak turun dan memeknya yg tertutup tangan satunya jg mempunyai bulu yg lebat tetapi menurutku masih cukup mempersonaku, sehingga meriamku menjadi bangun dan menjadi lebih tegang ketika batangnya kugosok-gosok dgn sabun.

Sampai mandiku selesai, ternyata harapanku tinggal harapan saja. Dasar pikiran bejat. Ketika kembali ke depan ternyata kedua calon besanku serta istriku masih asyik ngobrol dan sambil duduk kembali aku langsung menyuruh Istriku untuk gantian mandi.

Malam harinya sewaktu makan berempat di ruang makan, entah kebetulan atau karena Istriku dan Pak Sun telah duduk berhadapan terlebih dahulu, sehingga mau tak mau aku dan Bu Sun jadi duduk berhadapan. Ketika sedang nikmat-enaknya makan, tiba-tiba kakiku tersentuh kaki Bu Sun dan anggapanku mungkin tdk sengaja sewaktu menggeser kakinya, apalagi ketika kulihat wajahnya Bu Sun tetap biasa saja seperti tdk terjadi sesuatu dan meneruskan makannya dgn agak menunduk.

Untuk membuktikannya, sambil melepas sendal yg kupakai dan kulirik dimana posisi kaki Bu Sun di kolong meja, lalu pelan-pelan kuletakkan kakiku di atas kakinya yg memakai sendal jepit sambil kupandang wajahnya. Kulihat Bu Sun tdk bereaksi dan tetap saja meneruskan makannya serta kakinya yg kuinjak itu didiamkannya saja, dan pelan-pelan injakanku itu kuberi tenaga sedikit dan terasa Bu Sun secara perlahan-lahan menarik kakinya. Aku diamkan saja kakiku di tempatnya seolah-olah aku menginjaknya secara tdk sengaja, tetapi beberapa saat kemudian terasa kakiku di injak oleh kakinya yg sudah tdk memakai sendalnya lagi, jadi aku mengambil kesimpulan kalau tendangan kaki Bu Sun tadi itu pasti disengajanya.

Aku diamkan saja injakan kakinya dan tdk lama kemudian telapak kakinya di geser-geserkan di atas kakiku dan tentu saja hal ini tdk kubiarkan, jadi sambil tetap meneruskan makan kaki kami terus bermain dikolong meja makan dan lama-lama jadi bosan jg.

Lalu kutarik kaki kananku yg diijaknya menjauh dari kaki Bu Sun dan sambil mengambil gorengan tahu yg agak jauh dari jangkauanku, kugeser kursiku maju kedepan merapat di meja makan dan pelan pelan kuangkat kaki kananku agar tdk ada kecurigaan dari istriku dan Pak Sun serta kuselonjorkan ke depan, maksudku untuk kuletakkan di kursi diantara kedua paha Bu Sun, eh, tdk tahunya terantuk salah satu dengkul Bu Sun dan kulihat Bu Sun agak terkejut sehingga garpu yg dipegangnya terjatuh di atas piringnya dan semua mata tertuju ke arah Bu Sun dan Pak Sun berkomentar,

“Buu…, makannya jangan buru buru…, bikin malu calon besan sajaa”, dan kesempatan ini kugunakan untuk menggeser kakiku dan kuletakkan di ujung kursinya sehingga telapak kakiku terasa hangat terjepit di antara kedua pahanya dan secara perlahan-lahan kuelus-elus salah satu pahanya dgn telapak kakiku dan Bu Sun kulihat memandangku sejenak dgn matanya sedikit melotot dan kembali meneruskan makannya.

Aku mencoba menjulurkan kakiku lebih dalam lagi agar dapat mencapai pangkal paha Bu Sun, tetapi tetap saja kakiku tdk dapat mencapainya, karena kursi yg di duduki Bu Sun agak renggang dari meja makan dan aku mencari akal bagaimana kakiku bisa menyentuh memek Bu Sun. Ketika aku sedang memutar otakku, eh tdk tahunya Bu Sun menggeser tempat duduknya maju ke depan mendekati meja makan ketika akan mengambil buah-buahan setelah makannya selesai dan kesempatan ini tdk kusia-siakan, dgn hanya mengulurkan kakiku sedikit tersentuhlah pangkal pahanya yg terasa sangat halus dan membuat Bu Sun agak terkejut sedikit tetapi setelah itu diam saja.

Lalu kugesek-gesekkan jari kakiku ke memeknya yg terasa tertutup dgn celana dalamnya dan sesekali kuperhatikan mata Bu Sun tertutup agak lama yg mungkin sedang menikmati enaknya gesekan jari kakiku di memeknya, tapi untung istriku dan Pak Sun tdk memperhatikannya karena sedang sibuk dgn buah-buahan yg dimakannya.

Gesekan kakiku terus kulanjutkan sambil ngobrol berempat setelah buah-buahan yg kami makan habis. Ketika Pak Sun sedang bertanya sesuatu kepadaku, tanpa sadar sebelum pertanyaannya kujawab, aku berseru,

“Aduuh…”, sehingga istriku dan kedua calon besanku melihat ke arahku dan istriku langsung bertanya,
“Kenapa…, paah..?” untuk tdk menimbulkan kecurigaan langsung saja kujawab,
“Kekenygan…, dan perutku agak sakit tergencet ikat pinggang”, kataku sekenanya sambil kulonggarkan ikat pinggangku,
“Habis.., makanan calon besan kita terlalu nikmat sih”, tambahku sedikit memuji, padahal aku berseru aduh tadi itu karena kaget ketika kakiku tiba-tiba dicubit oleh tangan Bu Sun yg tanpa setahuku di taruhnya ke bawah meja.

Aku cepat-cepat menarik kakiku dan menurunkannya ketika Pak Sun tiba-tiba bangkit dari duduknya dan mengajakku dan istriku kembali ke teras rumahnya.

Esok harinya, aku dan istriku merencanakan pergi ke kota Mlg, yg jaraknya hanya kira-kira 2 jam perjalanan dgn mobil untuk menjemput anakku yg nomer 2 dan yg sedang kuliah di sana agar bisa mengikuti acara pernikahan kakaknya, tetapi entah karena makanku terlalu banyak atau karena tadi malam ngobrolnya sampai larut malam dan hawa kota kecil Pr, yg agak dingin, perutku terasa sakit atau seperti masuk angin sehingga beberapa kali aku harus ke belakang. Sehingga pagi harinya aku minta istriku saja yg menjemput anakku dgn sopir.

Setelah istriku berangkat, tdk lama kemudian Pak Sun dan istrinya muncul di kamarku serta menanyakan kondisiku.

“Paak…, kata ibu lagi sakit perut yaa…, ma’af…, mungkin ada makanan yg tdk cocok dgn perut bapak.., yaa”, kata Pak Sun dgn penuh rasa khawatir sedang istrinya hanya diam saja di sampingnya.
“ooh…, bukan sakit peruut…, kok…, paak”, sahutku sambil kutinggikan bantalku sehingga posisi tidurku setengah duduk, “cuma…, masuk angin sedikit.., kayaknya.., sebentar lagi jg sembuh”, sahutku seraya kupandangi keduanya bergantian.
“Apa bapak biasa minum obat tolak angin…, biar saya ambilkan.. yaa”, kata Bu Sun.
“aahh…, nggak usah lah buu…, tadi sudah dipijitin sedikit oleh istri saya…, biasanya sih dikerokin…, tetapi karena takut ke Mlg-nya kesiangan…, jadi kerokannya nggak jadi”, sahutku.

“Lho…, Paak.., kalau biasa kerokan…, biar istri saya saja yg ngerokin…, dia itu ahlinya…, saya kalau masuk angin paling cepat dikerokin lalu dipijitnya, langsung sembuh”, sahut Pak Sun.
“Iyaa…, Buu.., tolong dikerokin saja dan setelah itu baru minum obat tolak angin.., soalnya kalau dibiarkan bisa kasep nanti, apalagi besok adalah acara resmi perkawinannya…, ayoo.. sana buu.., ambil alat kerokannya”, tambah Pak Sun dan segera saja Bu Sun pergi meninggalkan kamarku.

Tdk lama kemudian Bu Sun mencul kembali dan dikedua tangannya telah membawa alat kerokan dan segelas air minum serta obat tolak angin dan sambil meletakkan barang bawaannya di meja, Bu Sun mengatakan.

“Paakk…, lebih baik kaosnya dibuka saja”, katanya dan Pak Sun yg masih menemaniku di kamar terus menimpalinya.
“Betuul…, Paak…, ooh…, iyaa… buu”, kata Pak Sun pada istrinya,
“Saya tinggal dulu ya sebentar ke kantor KUA untuk menyelesaikan administrasinya buat besok dan mungkin ke beberapa teman yg undangannya belum kita berikan”.
“Jangan…, lama-lama lho.., paak.., masih banyak yg belum beres.., lhoo..”, sahut Bu Sun sambil keluar pintu kamarku menghantar suaminya pergi.

Tdk lama kemudian Bu Sun muncul kembali sambil menutup pintu kamar,

“Lhoo…, maas…, kok kaosnya belum dibukaa…?”, katanya ketika melihatku masih tiduran dan belum membuka kaosku,
“… Isiin…, mbaak”, sahutku sambil duduk di pinggir tempat tidur.
“Wong wis podo tuwek e kok…, pake isin segala…, wis to.., bukaen kaose…”, kata Bu Sun dgn logat jawa timurnya.

Tanpa disuruh kedua kalinya, segera kubuka kaos yg kupakai dan terus duduk membelakanginya sambil menunggu kedatangannya dari menutup pintu kamar. Sesampainya dia di belakangku dan duduk menghadap punggungku tiba-tiba saja Bu Sun mencubit pinggangku kuat-kuat sambil berkata,

“Maas…, kowe wis tuo…, kok kurang ajar.., tenan.., siih”. Karena cubitannya yg agak kuat dan tanpa kuketahui menjadikanku kaget dan berteriak,
“Aduuh…”, sambil kuputar badanku sehingga kami sudah duduk berhadapan dan kuambil barang-barang kecil ditangannya serta kutaruh di atas kasur serta kupegang kedua bahunya seraya kukatakan,
“Mbaak…, kowe sing marai aku dadi kurang ajar…, lha…, wong kowe…, sing membuatku jadi kesengsem..”, dan kemudian kupeluk rapat-rapat sehingga terasa payudaranya yg tdk besar itu mengganjal di dadaku serta kucium bibirnya dan Bu Sun-pun memelukku serta mengusap-usapkan kedua tangannya di punggungku yg sudah telanjang.

Kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya dan terasa di sedot-sedotnya dgn keras dan nafas kami berduapun sudah semakin terdengar keras.

Sambil kuangkat badannya sedikit agar bagian roknya yg diduduki terbebas, lalu kuangkat rok terusannya ke atas dan kususupkan tangan kananku ke dalam serta kupegang payudaranya dari luar BHnya dan terasa sekali payudaranya begitu empuk dan diantara ciuman kudengar Bu Sun berkata,

“sshh…, Maas…, ojo.., nakaal…, too..”, sambil tangan kanannya menggeraygi k0ntolku dari luar celana yg kupakai dan langsung saja kulepas ciumanku dan kuangkat roknya ke atas dan kudengar dari mulutnya hanyalah suara sedikit manja,
“Maas…, ojo…, nakaal…,too..”, tetapi tanpa ada penolakan sama sekali, malahan membantuku melepas roknya dgn mengangkat kedua tangannya ke atas dan setelah roknya terlepas, kulihat badan bu Mar yg begitu mulus mengenakan BH hitam yg tipis tanpa ada busa yg mengganjalnya dan CD-nya jg berwarna hitam.

Tanpa basa basi, langsung saja Bu Sun kurangkul dan kurobah posisinya serta kutelentangkan di atas tempat tidur dan Bu Sun hanya protes,

“Maas…, apa-apaan.., siih…, katanya mau di kerokin…, kok jadi beginii..”, dan sambil mencari kaitan BH di belakang tubuhnya, kujawab saja,
“Sebenarnya…, Mbaak…, Aku sudah sembuh…, masuk anginnya…, sudah hilang sendiri…”.

Setelah kaitan BH-nya terlepas, langsung saja BH-nya kubuka dan kujilat payudaranya serta kusedot-sedot puting susunya yg hitam dan besar dan kurasakan Bu Sun mencoba memasukkan tangan kanannya ke dalam celanaku mencari cari k0ntolku tetapi karena celanaku agak sempit sehingga Bu Sun kesulitan memasukkan tangannya dan langsung saja dia berkata,

“Maas…, bukain celanamu…, aku yoo…, kepingin…, pegang punyamu”, dan tanpa melepas puting susunya yg masih kusedot, kulepas celana dan celana dalamku sekaligus, sehingga aku sekarang sudah telanjang bulat dan k0ntolku yg setengah berdiri itu langsung saja dipegangnya dan segera saja dia berkomentar,
“Maas…, kok masih…, lembek..?”.
“Coba saja di isap…, pasti sebentar saja…, sudah tegang…, mau..?”, tanyaku sambil kupandangi wajahnya dan kulihat Bu Sun hanya mengangguk sedikit tanpa jawaban.

Segera saja kulepas isapan mulutku di payudaranya dan bangun serta duduk di dekat kepalanya sambil sedikit kumiringkan badannya kearahku dan dgn tdk sabaran langsung saja batang k0ntolku yg masih setengah berdiri dipegangnya dan kepalanya di jilat-jilatnya sebentar dan langsung dimasukkan ke dalam mulutnya. Sambil memutar badannya setengah tengkurap, Bu Sun segera saja memaju-mundurkan kepalanya sehingga k0ntolku keluar masuk terasa nikmat sekali sehingga tanpa terasa aku jadi mendesah

“.. Aah…, ooh…, Mbaak…, teruus…, ooh…, enaaknyaa…, Mbaak.. oohh”, sambil kuusap-usap rambut di kepalanya dan sesekali kujambak dan baru sebentar saja Bu Sun menghisap k0ntolku, terasa k0ntolku sudah tegang sekali.

Tiba-tiba saja k0ntolku dikeluarkan dari mulutnya dan langsung saja kukatakan,

“Mbaak…, isap…, lagii.., doong”, tetapi kudengar Bu Sun berkata,
“Maas…, tolong…, punyaa.., Saya.., jg”. Aku langsung mengerti apa yg dimaui Bu Sun dan langsung saja aku merubah posisi dan kujatuhkan diriku tiduran ke dekat kaki Bu Sun dan kutarik celana dalamnya turun serta kulepas dari badannya.

Tiba-tiba saja Bu Sun bergerak dan berganti posisi tidur di atas badanku sehingga memeknya tepat berada di mulutku dan tercium bau memek yg sangat khas, maka tanpa bersusah payah kusibak bulu blu memeknya yg menutupi bibir memeknya dan setelah itu kubuka bibir memeknya dgn kedua jari tanganku dan kujulurkan lidahku menusuk ke dalam memeknya yg sudah basah oleh cairannya dan terasa asin. Ketika ujung lidahku menyodok lubang memeknya, langsung saja Bu Sun menekan pantatnya ke wajahku sehingga terasa sulit bernafas dan terasa k0ntolku sedang di kocok-kocoknya dgn jari tangannya.

Ketika lidahku menjelajahi seluruh bagian memeknya dan bibir memeknya tetap kupegangi, Bu Sun lalu menaik-turunkan pantatnya dgn cepat dan mungkin karena merasa keenakan dijilatin memeknya, terdengar desahannya yg agak keras,

“ooh…, Maas…, oohh…, aahh…, teruus…, uuhh…, Maas…, aduuh…,enaak…, Maas…, ooh…”, dan sesekali clitorisnya yg sedikit menonjol itu dan sudah mulai mengeras, kuhisap-hisap dgn mulutku sehingga desahan demi desahan keluar dari mulutnya,
“ooh…, ituu…, Maas…, enaak…, uuh…, ooh…, Maas”, dan tiba-tiba saja pegangan dik0ntolku dilepaskannya dan Bu Sun menjatuhkan dirinya dari atas tubuhku dan tidur telentang sambil memanggilku,
“Maas…, Maas…, sinii…, Saya sudah…, nggak tahaan…, ayoo…, sini…, Maas”.

Aku segera saja bangun dan membalik badanku serta kunaiki tubuh Bu Sun dan dia ketika tubuhku sudah berada di atasnya, dia membuka kakinya lebar-lebar dan kutempatkan kakiku di antara kedua kakinya. Dgn nafas terengah engah dan mencoba memegang k0ntolku dia berkata,

“Maas…, cepat…, doong…, masukin…, Saya sudah…, nggaak tahaan”.
“Tunggu…, sayaang…, biar Aku saja yg masukin sendiri”, kataku sambil kupindahkan ke atas, tangannya yg tadi mencoba memegang k0ntolku tetapi rupanya Bu Sun sudah tdk sabaran lalu kembali dia berkata.
“Maas…, ayoo…, doong…, cepetaan…, dimasukiin…, punyamu ituu..”, dan dgn hati-tiba kupegang k0ntolku dan kugesek-gesekkan di belahan bibir memeknya beberapa kali dan kemudian kutekan ke dalam serta, “blees…” terasa dgn mudahnya k0ntolku masuk ke dalam lubang memeknya dan seperti terkaget kudengar Bu Sun berteriak kecil bersamaan dgn k0ntolku masuk kelubangnya.

“Aduuh…, Maas”, sambil mendekapku erat-erat.
“Sakit…, sayaang…?”, tanyaku dan Bu Sun kulihat hanya menggelengkan kepalanya sedikit dan ketika dia menciumi disekitar telingaku kudengar dia malah berbisik,
“Enaak…, Maas..”.

Kuciumi wajahnya dan sesekali kuhisap bibirnya sambil kumulai menggerakkan pantatku naik turun pelan-pelan, tetapi tiba-tiba saja punggungku dicengkeramnya agak keras.

“Maas…, coba diamkan dulu pantatmu ituu…”, dan aku tdk mengerti apa maunya tetapi tanpa banyak pertanyaan kuturuti saja permintaannya.

Eehh, ternyata Bu Sun sedang mempermainkan otot-otot kenikmatannnya, sehingga pelan-pelan terasa k0ntolku seperti di pijat-pijat serta tersedot-sedot dan jepitan serta sedotannya semakin lama semakin kencang sehingga k0ntolku terasa begitu nikmat dan tanpa terasa aku menjadi terlena keenakan.

“oohh…, sshh…, Mbaak…, enaknyaa…, ooh.., aakkrrss.., ooh…, teruus.., Mbaak…, aduuh.., enaak”, dan aku sudah tdk dapat tinggal diam saja, langsung pantatku naik turun sehingga k0ntolku keluar masuk lubang veginanya serta terdengar bunyi,
“Crroott…, crroot…, croott..”, secara beraturan sesuai dgn gerakan k0ntolku keluar masuk memeknya yg sudah sangat basah dan becek.
“Maas…, cabut dulu punyamu itu…, biar aku lap dulu…, punyaku sebentar..”, kata Bu Sun setelah mungkin mendengar bunyi itu.
“Biar…, aja…, Mbaak…, nikmat begini…, kook”, sahutku sambil meneruskan gerakan k0ntolku naik turun semakin cepat dan

Bu Sun kurasa tdk memperhatikan jawabanku karena sewaktu aku menjawab pertanyaannya, kudengar dia sudah mengeluarkan desahannya.

“ooh…, sshh…, aakk…, aduuh…, Maas…, teruuskaan…, teruus…, Maas…, ooh..”, sambil mempercepat goyangan pinggulnya serta kedua tangannya yg dipunggungku selalu menekan-nekan disertai sesekali menyempitkan lubang memeknya sehingga terasa k0ntolku terjepit-jepit.
“ooh…, Mbaak…, sshh…, oohh…, enaak…, Mbaak…, akuu…, aku sudah…, nggak kuat…, mau…, keluarr.., mbaak..”, desahanku yg sudah tdk kuat lagi menahan keluarnya air maniku.
“Maas…, ayoo…, Maas…, aduuh…, ooh…, Akuu…, jga…, ayoo…, sekaraang…, aakkrr…, ooh…, Maas”, dan kulepas air maniku semuanya ke dalam memeknya sambil kutekan k0ntolku kuat-kuat dan Bu Sun pun mendekapku dgn sekuat tenaganya.

Aku terkapar di atas badan Bu Sun dgn nafas ngos-ngosan demikian jg kudengar bunyi nafasnya yg sangat cepat seraya menciumi wajahku.

Setelah nafas kami mulai mereda, lalu kukatakan,

“Mbaak…, aku cabut ya punyaku..”, dan sebelum aku menghabiskan perkataanku, dicengkeramnya punggungku dgn kedua tangannya seraya mengatakan,
“Jangaan…, duluu…, Maas…, Aku masih ingin…, punyamu tetap ada di dalam..”, dan setelah diam sebentar lalu katanya lagi,

“Maas………, Aku sudah lama…, nggak begini.., Bapak sudah nggak mau lagi.., padahal aku masih kepingin..”.

Setelah kejadian tersebut, kami masih sesekali melakukannya yaitu ketika Bu Sun datang ke Jakarta dgn alasan kangen dgn anak perempuannya yg kawin dgn anakku. Biasanya Bu Sun menelponku di kantor apabila akan datang ke Jakarta dan kujemput dia di Gambir dan langsung pergi ke salah satu Hotel, sebelum dia menuju rumah anaknya…, eh.., anakku jg.

***

Cerita sex, cerita nyata, cerita ngentot, cerita mesum, cerita dewasa “Cerita Sex Ngesex Calon Besan” dan foto sex bugil tante bispak abg hot terbaru 2016 –

The post Cerita Sex Ngesex Calon Besan appeared first on Doyanbokep.

Cerita Sex Nikmatnya Tubuh Si Penjual Sate

$
0
0

doyanbokep.comkali ini menghadirkan cerita sex, cerita dewasa, cerita mesum, cerita ngentot, foto sex, cewek igo, seks igo berjudul “Cerita Sex Nikmatnya Tubuh Si Penjual Sate” hot terbaru 2016 – Cerita sex terbaru ini berlatar belakang di sebuah Kota di Jawa Tengah dimana disitu saya lagi liburan. Di Kota tersebut saya tinggal bersama nenek saya di suatu desa.

cerita sex tante

Cerita Sex Nikmatnya Tubuh Si Penjual Sate


Singkat cerita saya kalo lagi di Rumah Nenek sering sekali beli sate keliling yg kebetulan penjual sate itu ibu-ibu yang umurnya sekitar 35-40 an lah dengan body sedang tapi berisi emang si buah dadanya gak gede-gede banget ya sedang lah…

Kalo kita sering beli otomatis kan si penjualnya sate kenal dong sama saya, iyalah saya kalo beli gak pernah seribu-dua ribu minimal 10 ribu makanya cepet kenal tu penjual satenya ama saya, hehehe

waktu itu siang menjelang sore sekitar jam 2 atau 3 an lah, cuaca mendung berangin dan saya di rumah sendirian karena nenek dan om-om saya lagi pergi karena ada suatu kepentingan dan pulangnya mungkin larut malam. Si Ibu-ibu Penjual sate lewat bro sebut saja ‘Fitri’, dan kebetulan saya abis mandi dan kelaparan akhirnya saya panggil mbak fitri untuk berhenti dan buatin saya sate nya di teras bagian depan rumah yg luas dan tdk terlihat dari rumah-rumah tetangga karena terhalang pepohonan…

saya : Mbak satene 15 ribu ya sate aja ga usah lontongan…
mba Fitri : nggeh mas,sebentar tak panasin dulu satenya.
saya : mbak cuaca gini tetap muter ? kalo hujan neduh atau gimana ?
mba Fitri : neduh mas,kalo gak nanti dagangan basah semua dan ga enak lagi rasanya..
saya : ohh gitu..emg tinggal dmn mbak ? sama siapa ?
mba Fitri : saya tinggal di daerah N*ga*lak mas, tinggal sendiri kan suami sama anak di madura sana..
saya dengernya kaget campur ga percaya gan karena saya kira doi tinggal bersama2 selama sama keluarganya,,ternyata tdk.
saya : ohh saya kira mbak tinggal bersama2,berarti nenggok anak dan suaminya kapan ?
mba Fitri : ya kalo ada duit aja mas baru nenggokin,kalo ga ada ya nabung dulu..

niat bantu mulai muncul gan tapi kudu ada yg saya dapet juga dongg,,heehee

gak lama tu sate jadi dan hujan yg saya tunggu2 akhirnya turun juga dan tipe hujannya, hujan yg awet gitu deres tp awet..

saya : yah mbak hujan deras nih , disini aja kali ya mbak sekalian nunggu hujan reda..
mba Fitri : hmm,simbah gak dirumah ya mas? ga enak ahh…
saya : gpp mbak,nanti saya yg tanggung jawab kok.. lagian juga ga masalah kan hujan gini kok.
mba Fitri : aduh iya mas makasih ya…

hujan kayaknya makin lama makin deres disertai angin ,saya yg tadinya di dlm rumah iba ngeliat mba Fitri di teras sendirian,akhirnya saya bujuk biar masuk kerumah.

saya : nah mbak di dlm rumah kan tenang,kalo di teras nanti basah kan..
mba Fitri : iya mas, terima kasih

saya buatin teh anget gan buat pelumas suasana biar terasa hangat dan akrab..sambil ngeteh kita ngobrolin banyak hal

detik demi detik,,menit demi menit,,jam demi jam kita ngobrol udah 2 jam dan hujan blm berhenti turun juga…dan kita rupanya udah lumayan akrab.. akibat cuaca dingin hujan nafsu pun naik terus gan,,awalnya saya sih ga ada niat pengen ML ama mba Fitri tetapi karena cuaca dan situasi yg mendukung akhirnya mncul niat saya buat ngajak ML mbak Fitri yg waktu itu pake kaos dan rok panjang tali BH juga tergambar jelas karena mungkin bahan kaos nya tipis…

akhirnya saya punya plan buat bikin ‘Sex for Extra Money’…..

saya : mbak,gak dingin ? kaos gitu doang ? gak takut masuk angin ?
mba Fitri : gak mas,sudah biasa kok begini..
saya : trus mbak terakhir pulang kampung kapan ?
mba Fitri : hmm..sekitar 4 bulan yg lalu mas,skrg blm bisa pulang lagi karena dagangan sepii,,biasanya bisa 1bulan sekali..
saya : oalahh,,yaampun mbak kangen yah berati sama anak dan suami nya ?
mba Fitri : iya lumayan mas,apalagi anak saya kadang suka nyariin saya,bapaknya juga jarang punya duit buat nyamperin saya ksini…

Sedih si gan dengernya,,tetapi gak ngurangin niat membantu saya

saya : hmm..mbak kalo aku mau bantu mbak buat bisa pulang kampung selama 2 bulan ini mau ?
mba Fitri : maksutnya mas ?
saya : iya,,ak ada rejeki lebih mbak,dipake aja buat mbak pulang kampung bulan maret ini dan bulan april besok….

singkat cerita mbak Fitri mau gan…

saya : mbak tp maaf ini ada syaratnya sdkit aja…
mba Fitri : apa syaratnya mas ?

saya langsung pindah duduk ke sebelahnya mbak Fitri..wanginya khas ibu-ibu muda banget…

saya : hmm..gni mbak kalo mbak mau aku bisa ngasih ongkos tambahan lagi diluar uang tiket ke madura mbak…

aku minta mbak ngelayanin aku sebanyak 10 kali selama aku liburan disini dan selama mbak juga disini,,kalo gak mungkin disini maen nya nanti tiap malem selesai dagang mbak ke kontrakan aku aja…gimana ?

mba Fitri : ngelayanin gimana mas maksudnya ? trus maen apa ?

sambil saya elus-elus punggung nya…

saya : ngelayanin hasrat seks aku mbak,,aku pengen nyicipin mbak Fitri di kasur….
mba Fitri : waduh mas gabisa aku,,takut ketauan suami ku…
saya : suami mbak kan disana,,mbak disini ak yg modalin kan…kalo mbak manut gak tertutup kemungkinan akan ada bonus lagi buat mbak..

aku juga gak bakalan ngeluarin sperma di dalam kok mbak….

mba Fitri : kok banyak bgt e mas 10 kali ngelayanin ? gbisa di kurangin ?
saya : yah mbak gabisa dongg,,masa di tawar sih kaya beli cabe aja…gimana mbak mau ? klo mau ke kamar ak sekarang….
mba Fitri : nanti kalo pd pulang gmn mas ?
saya : gak mbak,,semua pulang sampe sini jam 12 an soalnya lagi ke pekalongan…
mba Fitri : tp janji lho mas,jangan ngeluarin di dalem…
saya : iya mbak janji kok…

kondisi kontol saya udah bner-bener ngaceng kenceng banget.. bgitu mbak Fitri msk kamar saya pintu saya kunci kipas saya nyalain… dan saya langsung copot celana saya..

mba Fitri : ya ampun mas,kok gede bgt sih pny bapaknya aja gak segitu gedenya…
saya : sini mbak emut dulu dong ini udah bangun bgini…
mba Fitri : aduh mas aku gak biasa ngemut manuk e mas.. gabisa…
saya : ya sudah sini saya ajarin mbak,,masukin ke mulut sambil di sedot-sedot dan di maju mundurin nyedotnya…kaya ngemut eskrim itu lho mbak.. tp jangan kena gigi yah…

mbak Fitri langsungg ngocok sambil nyepong kontol ane gan,,ngilu banget karena nyedot nya kenceng banget…ampe bunyinya kenceng banget.

saya : ahhh mbakk terus sedot mbak…. biji nya jilat-jilat mbak……

mbak Fitri langsung jilat ujung kontol sampe ke biji-biji nya gan sambil di sedot-sedot juga..ampe merah basah dah kontol saya..

saya : buka mbak baju nya,,bugil aja mbak.. jangan segan-segan ya mbak anggep aja kita suami istri…
mba Fitri : iya mas,,jangan bilang-bilang ya mas ya…aku malu.
saya : iya mbak gak kok,tnang aja…

baju nya pun terlepas,,tinggal BH warna putihnya gan dengan toket kenyal banget kaya Jelly….dan lanjut buka rok nya..

jadi tinggal pake daleman semua gan… langsung saya tindih dari atas tangan saya ngeremes toket mbak Fitri yg bener-bener kenyal banget.. kontol saya selipin di sela-sela paha nya saya dorong-dorong…….

mba Fitri : aaahhhh…mas. sakit mas….
saya : nenen dong mbak..ada air nya gak mbak ?
mba Fitri : gak ada mas…buka aja BH nya mas.. buat mas kok.

saya angkat BH nya, haduh makin nafsu aja saya liat pentil nya yg berukuran proposional dengan bentuk toket nya..
bulet warna hitam rada terang ukuran pentilnya juga sedang pokoknya pass banget.
ga banyak lama langsung saya sedot jilat toket sebelah kanan nya,,yg toket kiri saya pilin-pilin pentilnya…
desahan nya adem banget di kuping…saya cupang tu toket ampe merah-merah…

cukup lama saya bermain dengan toketnya karna tipe toket yg saya suka banget kalo yg bgitu…pkonya saat itu badan mbak Fitri full buat saya nikmati

mba Fitri : mas masukin aja titit nya…..gakuat mas..

mbak Fitri langsung nurunin CD nya,,ternyata doi juga ngerawat memek nya gan bulu sedikit bgt dan gak berbau….
posisi mbak Fitri ngangkang dengan memek becek..
pelan-pelan sambil di pegangin mbak Fitri kontol saya mulai masuk ke sangkar nya…

mba Fitri : aaaahhhhh….sakit mas… ahhhh…

desahan sambil ngerintih kesakitan,,tapi enak…
masuk lah kontol saya full kedalem memek mbak Fitri…
permainan dimulai gan…maju mundurin pelan-pelan..

saya : mbak memeknya legit banget..
mba Fitri : udah lama libur kan masss…ahhhh sakit mass gede banget Kontol nya.. pelan-pelan mas..

sambil nyedot toket sambil maju mundurin…

gak kerasa udah hampir 1 jam kita bermain di kamar saya…sampe kasur gak ada bentuk nya lagi brantakan..

mba Fitri : mass..ak mau keluar mas.. ahhhh terus mas sodok terus mas aduhh ahhhh….

cairan hangat keluar membasahi kontol saya jd smakin licin masukin nya…

sesekali sambil remes dan nyiumiin leher mbak Fitri,,sayangnya cuma nyoba 2 posisi ngangkang dan doggy style

saya : mbak sepongin titit ku lagi mbak….
mba Fitri : sini mass mana titit nya ?

sepongin lagi gan bikin ngilu campur nafsu tingkat tinggi

saya masukin lagi ke memek nya kali ini kecepatan tinggi saya maju mundurin nya,,toket nya mantul-mantul gan…

saya : mbaakkk aahhhh mau crot mbakkk crott dimana ??.
mba Fitri : aaahhhhh…terserah mas nya ajaa….mau keluar dimana…..
saya : di dalem aja ya mbak gakuat mbak..ahhh..

mba Fitri : iya mas boleh kok…cpet keluarin mass gakuattttt……

akhirnya kontol saya full masukin ke memek nya sambil ngecrott sperma banyak banget saya langsung lemes campur puasssss…..
dengan posisi kontol masi di dalem memek..

mba Fitri : makasi mas,,blm pernah sepuas ini aku kalo maen mas….

saya : sama-sama mbak,,besok-besok jangan sungkan kalo butuh ngmg sama ak ya mbak….

kita brdua ngos-ngosan banget…capek tapi puassss bangeettttt….

mba Fitri : mas..nyusu nih.. ( ngarahin toketnye ke mulut saya)

langsung saya sedot dan emut ala bayi nete…
sambil maju mndurin kontol saya karna masih nygkut di memeknya sampe bner2 ngecil dan lemes….
selama jeda gak ML saya cm nete di mbak Fitri,,,sampe akhirnya doi nyepong kontol saya lagi sampe ngaceng keras dan akhirnya kita berdua maen lagi…..

dan saya crott di dalem untuk kedua kalinya..
kebiasaan itu terus brlanjut gan sampe akhir bulan Mei kemarin tapi di kontrakan saya maen nya…
terakhir sih mbak Fitri udah telat 2 bulan gan hahahaaa….
tp dia juga pinter sih abis ML sama saya langsung ngajak bkin Adek ama suaminya… jd gatau gan itu nanti anak siape. Cerita sex, cerita dewasa, cerita mesum, cerita ngentot, foto sex, cewek igo, seks igo berjudul “Cerita Sex Nikmatnya Tubuh Si Penjual Sate” hot terbaru 2016

 

The post Cerita Sex Nikmatnya Tubuh Si Penjual Sate appeared first on Doyanbokep.

Viewing all 1024 articles
Browse latest View live